Efisiensi Dan Produktivitas Pemanenan Hutan Tanaman Jati Di Kph Saradan

EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PEMANENAN HUTAN
TANAMAN JATI DI KPH SARADAN

SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efisiensi dan
Produktivitas Pemanenan Hutan Tanaman Jati di KPH Saradan adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016
Septi Muflikhatul Barokah
E151140061

RINGKASAN
SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH. Efisiensi dan Produktivitas Pemanenan
Hutan Tanaman Jati di KPH Saradan. Dibimbing oleh JUANG RATA
MATANGARAN dan GUNAWAN SANTOSA.
Proses pemanenan jati di petak tebang merupakan salah satu aspek penting
karena dalam proses ini kualitas kayu ditentukan. Kualitas kayu mempengaruhi
harga kayu jati yaitu semakin baik kualitasnya maka semakin tinggi harganya.
Perhutani sebagai perusahaan yang diberi wewenang mengelola hutan
bertanggung jawab mengelola secara efisien. Efisien yaitu mampu menjalankan
tugas dengan tepat dan efektif. Prakteknya terdapat dugaan inefisiensi pada
pemanenan jati sehingga menimbulkan kerugian bagi Perhutani. Penyebab
terjadinya inefisiensi tersebut belum diketahui sehingga perlu adanya kajian di
lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang
menyebabkan inefisiensi melalui analisis efisiensi, produktivitas dan biaya
pemanenan jati.
Produkitivitas pemanenan jati dianalisis menggunakan metode time study.

Biaya pemanenan dihitung menggunakan analisis biaya untuk mengetahui biaya
mesin per jam. Standar biaya yang berlaku di Perhutani dibandingkan dengan
biaya hasil perhitungan alat untuk mengetahui efisiensi biaya. Biaya alat yang
dihitung yaitu biaya alat penebangan dan penyaradan meliputi chainsaw dan
traktor. Analisis efisiensi diukur berdasarkan perbandingan kegiatan di lapangan
dan prosedur pemanenan jati yang berlaku di Perhutani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa delay personal akibat istirahat
minum, makan, mengobrol, merokok merupakan delay yang paling banyak terjadi
pada siklus penebangan. Produktivitas rata-rata aktual masing-masing siklus kerja
penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan
pembongkaran berturut-turut adalah 16.056 m3/jam; 3.176 m3/jam; 4.793 m3/jam;
2.988 m3/jam; 64.064 m3/jam dan 25.408 m3/jam. Total biaya kegiatan
pemanenan berdasarkan standar upah yaitu Rp 180 207/m3, sedangkan hasil
perhitungan jika chainsaw dan traktor merupakan milik Perhutani yaitu Rp 148
123/m3. Hal tersebut menunjukan bahwa biaya lebih murah Rp 32 084/m3, jika
alat dimiliki oleh Perhutani. Beberapa kegiatan di lapangan ditemukan tidak
sesuai prosedur yang berlaku di Perhutani. Penyebabnya antara lain kedisiplinan
dan pengawasan yang kurang. Pengawasan secara intensif terhadap mandor dan
operator perlu dilakukan di lapangan agar kegiatan dapat terkontrol dan berjalan
dengan baik.

Kata kunci: biaya, jati, pemanenan, produktivitas, time study

SUMMARY
SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH. Efficiency and Productivity of Harvesting
Teak Forest Plantation in Saradan Forest District. Supervised by JUANG RATA
MATANGARAN and GUNAWAN SANTOSA.
The process of teak harvesting at the site is one of the important aspects that
determines the quality of teak. The quality of teak affects the price, the better
quality the higher price. Perum Perhutani is a company that authorized to
manage the forest efficiently. Efficient means capable of performing their duties
appropriately and affectively. There was an indication of inefficiency on teak
harvesting process that caused the loss in Perum Perhutani. The cause of
inefficiency was not known yet, so the study at the field was required. The
objective of this study was to analyze the cause of inefficiency by analysis of
efficiency, productivity, and cost of harvesting.
Productivity was analyzed using time study method. Harvesting costs was
calculated using cost analysis to determine the cost of the machine per hour.
Standard fees in Perum Perhutani was compared with the calculated cost to
determine the cost efficiency. Cost calculation that calculated was the cost of
felling and skidding tools namely chainsaws and tractors. Efficiency was analyzed

based on the comparison of the site harvesting activity and its procedures in
Perum Perhutani.
The results of this study showed that personal delay due to break drinking,
eating, chatting, smoking is the most common delay on a cutting cycle. The
average productivity actual of working cycle of felling, bucking, skidding, loading,
hauling, and unloading were 16.056 m3/h; 3.176 m3/h; 4.793 m3/h; 2.988 m3/h;
64.064 m3/h dan 25.408 m3/h, respectively. The total cost of the harvesting
activities by the standard was IDR 180 207 / m3, while the result of the calculation
if the chainsaw and tractor are owned by Perum Perhutani was IDR 148 123 /m3.
The result showed that cost reduction was IDR 32 084/m3 if the chainsaw and
tractor were owned by Perum Perhutani. Some of the activities in the field found
no suitable procedures applicable in Perhutani. The reason, among others, os
lack of discipline and supervision. Intensive monitoring of the foreman and the
operator needs to be done in the field so that the activities can be controlled.
Keywords: cost, harvesting, productivity, teak, time study

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PEMANENAN HUTAN
TANAMAN JATI DI KPH SARADAN

SEPTI MUFLIKHATUL BAROKAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Yulius Hero, M.Sc.F.Trop

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah
pemanenan hutan, dengan judul Efisiensi dan Produktivitas Pemanenan Hutan
Tanaman Jati di KPH Saradan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Juang R.
Matangaran dan Bapak Dr Ir Gunawan Santosa selaku pembimbing. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Amas Wijaya, S.Hut, MM
beserta staf kantor KPH Saradan, Bapak Agus Siswoyo beserta staf BKPH
Wilangan Utara dan Bapak Lamianto selaku ketua regu beserta mandor tebang
yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih juga saya
sampaikan kepada Sarah Andini sebagai rekan selama penelitian. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Desember 2016

Septi Muflikhatul Barokah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
3
4
4
4

METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Prosedur

4
5
5


HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu Kerja Pemanenan
Produktivitas Pemanenan
Analisis Biaya Pemanenan
Efisiensi Pemanenan

16
21
23
24

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

30
30

DAFTAR PUSTAKA


31

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

37

DAFTAR TABEL
1 Berbagai penelitian produktivitas dan biaya pemanenan dengan metode
time study
2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pemanenan hutan pada
setiap siklus kerja
3 Variabel yang diukur pada setiap siklus kerja
4 Alat yang digunakan pada setiap siklus kerja
5 ANOVA model
6 Waktu, volume dan produktivitas rata-rata kegiatan pemanenan di KPH
Saradan

7 Analisis biaya pada kegiatan penebangan menggunakan chainsaw
8 Analisis biaya pada kegiatan penyaradan menggunakan traktor
9 Total biaya pemanenan hutan tanaman jati di anak petak 6A KPH
Saradan
10 Inefisiensi pemanenan hutan di KPH Saradan

2
8
12
13
17
22
23
23
24
26

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan alir penelitian
2 Siklus kerja pemanenan hutan tanaman jati di KPH Saradan: (a)
penebangan dengan chainsaw, (b) pembagian batang dengan chainsaw,
(c) penyaradan dengan traktor pertanian, (d) pemuatan manual, (e)
pengangkutan menggunakan truk, (f) pembongkaran manual.
3 Waktu pada siklus penebangan
4 Penundaan waktu (delay) pada siklus penebangan
5 Waktu penebangan pada berbagai diameter
6 Waktu pada siklus pembagian batang
7 Penundaan waktu (delay) waktu pada siklus pembagian batang
8 Waktu pada siklus penyaradan
9 Penundaann waktu (delay)pada siklus penyaradan
10 Waktu produktif penyaradan pada berbagai jarak sarad
11 Waktu pada siklus pemuatan
12 Waktu pada siklus pembongkaran

6

7
16
16
17
18
18
19
19
20
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis biaya alat Chainsaw
2 Analisis biaya alat Traktor

36
36

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan tanaman jati di Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Madura, Muna,
Sulawesi Tenggara, Bali dan Nusa Tenggara, paling banyak tersebar di Provinsi
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagian besar hutan jati dikelola oleh Perum
Perhutani (Perusahaan Umum Kehutanan Negara ) (Pandey dan Brown 2000;
ITTO 2006; Purnomo et al. 2009). Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang diberi tugas untuk melakukan pengelolaan hutan di hutan
negara yang berada di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten.
Hutan yang dikelola yaitu hutan negara kecuali hutan konservasi berdasarkan
prinsip pengelolaan hutan lestari dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
(Perum Perhutani 2012). Luas kawasan hutan produksi yang dikelola oleh
Perhutani seluruhnya adalah 2 445 006 ha. Berdasarkan kelas perusahaannya,
kelas perusahaan jati adalah yang terbesar seluas 1 238 371 ha atau sekitar
50.65% dari total kawasan hutan produksi (Perum Perhutani 2014).
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) adalah bagian wilayah pengelolaan
hutan dalam wilayah kerja unit Perhutani. KPH Saradan termasuk dalam wilayah
kerja divisi regional II Jawa Timur. Berdasarkan wilayah hutan secara
administratif KPH Saradan meliputi 4 Kabupaten yaitu Madiun, Bojonegoro,
Ngawi dan Nganjuk. Luas wilayah kawasan KPH Saradan adalah 37 936.6 ha.
Seluruh wilayah KPH Saradan termasuk kedalam kelas perusahaan jati atau
sekitar 3.06% dari luas total kelas perusahaan jati Perhutani. Oleh karena itu, KPH
Saradan merupakan salah satu KPH yang memiliki produk utama kayu jati
(Perum Perhutani 2012).
Jati (Tectona grandis L.f) merupakan tanaman yang termasuk kedalam
kelas Verbenacea. Jati merupakan salah satu kayu komersil utama di dunia yang
terkenal karena warna, serat halus dan daya tahannya yang baik (Pandey dan
Brown 2000). Kayu jati juga telah lama dikenal di pasar internasional dan
memiliki reputasi yang sangat baik dalam hal kualitas kayunya (Keogh 2009).
Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan
keindahannya.
Pemanenan jati atau proses produksi di petak tebang merupakan salah satu
aspek penting, karena dalam proses ini kualitas kayu ditentukan dan harga kayu
tergantung pada kualitas kayunya. Perhutani sebagai perusahaan yang diberi
wewenang mengelola hutan bertanggungjawab untuk melaksanakannya dengan
efisien. Efisien yaitu mampu menjalankan tugas dengan tepat dan efektif.
Prakteknya terdapat dugaan inefisiensi pada pemanenan jati sehingga
menimbulkan kerugian bagi Perhutani. Penyebab terjadinya inefisiensi tersebut
belum diketahui sehingga perlu adanya kajian di lapangan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi.
Informasi produktivitas, biaya dan penerapan sistem pemanenan merupakan
komponen penting evaluasi perencanaan manajemen hutan dan untuk rehabilitasi
hutan (Behjou et al. 2008). Time study digunakan untuk melakukan pengamatan
waktu setiap elemen dan mengetahui produktivitas pemanenan. Time study
merupakan analisis metode, bahan dan alat pada proses produksi (Barnes 1968)

2
atau pengukuran waktu, klasifikasi dan analisis data dalam rangka peningkatan
efisiensi kerja (Bjӧrheden dan Thompson 1995). Analisis biaya pemanenan
dilakukan untuk mengetahui biaya pemanenan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan
inefisiensi yang terjadi di Perhutani dengan mengukur produktivitas, biaya dan
menganalisis efisiensinya. Penelitian tentang produktivitas dan biaya pemanenan
telah banyak dilakukan (Tabel 1) namun analisis bagaimana efisiensi kegiatannya
belum dilakukan. Selain itu, belum ada publikasi tentang penebangan, penyaradan,
pembagian batang, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran di KPH Saradan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pemanenan serta
sebagai acuan untuk memperbaiki perencanaan pemanenan selanjutnya.
Tabel 1 Berbagai penelitian produktivitas dan biaya pemanenan dengan metode
time study
Jenis kegiatan

Penebangan

Pembagian
batang
Penyaradan

Sumber

Holmes et al. (2002)
Behjou et al. (2009)
Mousavi (2009)
Mahendra (2003)
(penebangan dan
pembagian batang)
Retno (2001)
(penebangan dan
pembagian batang)
Sulistiyanto (2001)
Mousavi (2009)
Sulistiyanto (2001)
Mousavi (2009)
Behjou et al. (2008)
Retno (2001)
Sulistiyanto (2001)

Pemuatan
Pengangkutan
Pembongkaran
- : tidak ada data

Alat

Chainsaw
Chainsaw
Chainsaw

Produktivitas
(m3/jam)
20.460
26.100
114.000
7.600

Biaya
(Rp/m3)
6 468
10 692
1 584
-

Chainsaw

1.559

15 000

Chainsaw
Chainsaw

12.132
39.500

2 098
2 508

Chainsaw
Wheeled
skidder
Wheeled
skidder
Pikul
Skidder CAT
525
Loader
Knucle boom
Dump-truck
Truk
Truk

11.672
11.110

2 180
118 140

20.51

83 292

0.128
6.758

10 000
39 380

34.000
86.900
3.710
7.147
23.739
69.000
0.525

19 008
2 375
112.2
30 000
6 936
8 184
-

Mousavi (2009)
Sulistiyanto (2001)
Mousavi (2009)
Retno (2001)
Sulistiyanto (2001)
Mousavi (2009)
Retno (2001) (muat Tenaga
dan bongkar)
manusia

3
Perumusan Masalah
Perum Perhutani dikenal sebagai pemasok kayu jati untuk industri skala
besar maupun industri kecil. Namun akhir-akhir ini, penjualan kayu jati dinilai
menurun karena adanya persaingan dari kayu rakyat yang lebih diminati oleh
pembeli. Selain masalah persaingan penjualan, terdapat pula permasalahan antara
lain yaitu permintaan pasar yang dinamis, aliran penjualan kayu, penentuan mutu
dan kualitas kayu. Menurut Fahutan IPB (2015) hal tersebut terjadi karena
terdapat indikasi inefisiensi pada proses pemasaran kayu, penjualan kayu, dan
proses pemanenan di petak tebang. Belum diketahui faktor-faktor yang
menyebabkan inefisiensi tersebut maka perlu adanya kajian pada permasalahan
tersebut. Fokus penelitian ini hanya pada identifikasi dan analisis inefisiensi yang
terjadi pada proses pemanenan di petak tebang.
Pasokan kayu jati Perhutani tidak terlepas dari kegiatan pemanenannya di
petak tebang. Kegiatan pemanenan terutama penebangan dan pembagian batang
akan sangat menentukan kualitas kayu karena kualitas kayu menentukan harga
kayu. Semakin bagus mutu dan kualitas kayu maka harga semakin tinggi. Nilai
ekonomi kayu ditentukan pada tahap pembagian batang. Kesalahan dalam
pembagian batang akan berakibat pada berkurangnya nilai kayu (Budiaman dan
Prabowo 2008). Penelitian Setiyaningrum (2000) melaporkan bahwa kesalahan
potong yang meliputi adanya penurunan kelas panjang dan kelebihan spilasi yang
menyebabkan kenaikan kelas panjang pada sortimen jati di KPH Ciamis yaitu
63% dari jumlah contoh pada penelitian tersebut. Widiyantini (1999) menyatakan
terjadi penilaian berbeda dalam penentuan dan penetapan mutu kayu antara
mandor tebang dan penguji di TPK. Oleh sebab itu pada tahap penebangan dan
pembagian ini harus dilakukan dengan benar. Selain itu identifikasi dan analisis
inefisiensi pun dilakukan pada kegiatan penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan
pembongkaran.
Selain teknis pemanenannya pada penelitian ini juga menganalisis
produktivitas dan biayanya. Berdasarkan produktivitasnya maka dapat diperoleh
biaya pemanenan setiap m3. Berdasarkan biaya tersebut dapat diidentifikasi
efisiensinya dibandingkan dengan biaya yang telah diterapkan di Perhutani. KPH
satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan sesuai dengan karakteristik masingmasing baik dari teknik pemanenan, kondisi lapangan, maupun sumberdaya
manusianya. Berdasarkan hal tersebut maka output yang dihasilkan pun berbeda,
termasuk produktivitas dan biaya pemanenannya. Di setiap KPH pun
memungkinkan terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
berbeda. Produktivitas dan biaya pemanenan serta penyebab terjadinya inefisiensi
di KPH Saradan belum dapat diidentifikasi. Berdasarkan permasalahan yang telah
diuraikan maka dirumuskan beberapa pertanyaan untuk penelitian sebagai berikut:
1. Mengapa terjadi inefisiensi pada pemanenan kayu jati di KPH Saradan?
2. Berapa produktivitas dan biaya pemanenan kayu jati di KPH Saradan?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan inefisiensi tersebut terjadi?

4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis produktivitas pemanenan kayu jati di KPH Saradan.
2. Menganalisis biaya pemanenan kayu jati di KPH Saradan.
3. Menganalisis inefisiensi yang terjadi pada setiap elemen kegiatan
pemanenan kayu.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada Perhutani
terutama KPH Saradan mengenai permasalahan dan inefisiensi yang terjadi pada
kegiatan pemanenan kayu jati.
Ruang Lingkup Penelitian
Kajian teknis efisiensi dalam penelitian ini adalah kegiatan tebangan yang
terdiri siklus kerja penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan,
pengangkutan dan pembongkaran. Kegiatan persiapan pemanenan digunakan pada
perhitungan biaya pemanenan secara keseluruhan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2016 di KPH Saradan Perum
Perhutani. Berdasarkan buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH)
tahun 2012 KPH Saradan terletak antara 7°22’ dan 7°42’ LS, dan antara 4°45’ dan
5°01’ BT. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Persentase kemiringan
lereng KPH Sardan berkisar antara 0%–25%. Kisaran ketinggian wilayah hutan
KPH Saradan antara 125 mdpl sampai dengan 650 mdpl. Berdasarkan data yang
diambil dari 4 stasiun pengamatan yang ada di sekitar KPH Saradan, curah hujan
pada 10 tahun terakhir antara 1,896–2,137 mm/tahun dengan hujan rata-rata 2.018
mm/tahun. Suhu udara minimum rata-rata sebesar 23°C sedangkan suhu
maksimum rata-rata sebesar 37°C (Perum Perhutani 2012).
Penelitian dilakukan di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)
Wilangan Utara, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sugihwaras, anak petak 6A.
Luas wilayah di RPH Sugihwaras yaitu 1 041.4 ha dengan petak berjumlah 29
petak. Luas anak petak 6A yang ditebang tahun 2016 yaitu 10.3 ha dengan pohon
berjumlah 364 pohon jati. Kelas hutan yang ditebang merupakan KU VIII, artinya
umur pohon ≥ 80 tahun.

5
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu pita meter, phi
band, tabel isi kayu bundar jati, alat tulis, tally sheet, Global Positioning System
(GPS), kamera, kalkulator. Objek penelitian antara lain yaitu tanaman jati,
sortimen jati.
Prosedur
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lapangan
meliputi data waktu, biaya dan efisiensi. Data sekunder meliputi keadaan umum
dan tarif upah KPH Saradan. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Pengamatan waktu
Pengamatan waktu menggunakan metode time study dilakukan pada setiap
siklus kerja pemanenan. Siklus kerja pemanenan hutan tanaman jati
diklasifikasikan menjadi enam yaitu penebangan, pembagian batang, penyaradan,
pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran. Setiap siklus kerja memiliki elemen
kerja yang berbeda-beda sesuai kegiatannya masing-masing. Kamera video
digunakan untuk merekam dan mengukur waktu setiap siklus (siklus kerja).

6

Mulai

Siklus kerja:
1. Penebangan
2. Pembagian batang
3. Penyaradan
4. Pemuatan
5. Pengangkutan
6. Pembongkaran

Analisis biaya

Penelitian waktu

Data
waktu

Analisis biaya standar
Perum Perhutani
dibandingkan dengan
biaya hasil perhitungan

Data
produksi

Jumlah data
=30hyytjj

Tidak cukup

Cukup

Produktivitas

Gambar 1 Bagan alir penelitian

Analisis efisiensi

Analisis operasional
kegiatan di lapangan

7

(a)

(c)

(b)

(d)

(e)
(f)
Gambar 2 Siklus kerja pemanenan hutan tanaman jati di KPH Saradan: (a)
penebangan dengan chainsaw, (b) pembagian batang dengan chainsaw,
(c) penyaradan dengan traktor pertanian, (d) pemuatan manual, (e)
pengangkutan menggunakan truk, (f) pembongkaran manual.

8
Klasifikasi elemen kerja pada setiap siklus pemanenan kayu jati dapat
dilihat pada Tabel 2. Pengamatan waktu tidak hanya mengukur waktu dan
produksi tetapi mengidentifikasi tipe waktu menurut masing-masing elemen.
Total waktu aktual merupakan waktu produktif dan waktu tidak produktif. Waktu
kerja produktif antara lain yaitu waktu kerja utama dan waktu kerja bantu. Elemen
kerja dengan waktu utama yaitu kegiatan utama pada siklus kerja tersebut,
sedangkan elemen kerja yang termasuk waktu kerja bantu yaitu elemen-elemen
kerja yang dibutuhkan untuk membantu elemen kerja utama. Waktu kerja tidak
produktif merupakan waktu gangguan proses produktif yang didefinisikan
penundaan waktu (delay) personal, delay mekanik, dan delay operasional (Fath
2001). Delay personal merupakan penundaan waktu karena istirahat contohnya
yaitu makan, minum, merokok, buang air besar, memainkan telepon seluler,
mengobrol. Delay mekanik merupakan penundaan waktu yang berhubungan
dengan perbaikan dan pemeliharaan alat pemanenan yang digunakan seperti
mengikir mata rantai. Delay operasional merupakan penundaan waktu yang
berkaitan dengan penundaan proses operasi siklus pemanenan seperti mengisi
bahan bakar, pergantian operator.
Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pemanenan hutan pada
setiap siklus kerja
Siklus kerja dan elemen
kerja
PENEBANGAN
Elemen kerja produktif
1 Berjalan menuju pohon

Tipe
Waktu*

Waktu dimulai

Waktu berakhir

Operator
meninggalkan
pohon sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya

Operator mencapai
pohon yang akan
ditebang
Area sekitar pohon
bersih
Mesin chainsaw
menyala
Tajuk pohon
menyentuh tanah
Cabang dan ujung
batang bersih dan
sudah dipotong

2 Membersihkan area sekitar
pohon
3 Menyalakan chainsaw

WA

4 Membuat takik rebah dan
takik balas
5 Memotong pangkal
batang/banir

WU

Elemen kerja tidak
produktif
1 Delay mekanik

WTP
WM

Akhir elemen
sebelumnya

2 Delay personal

WI

3 Delay operasional

WO

Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya

Perbaikan atau
pemeliharaan
selesai
Pekerjaan
dilanjutkan kembali
Gangguan teknis
atau personal

WP
WA

WA

WA

9
Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pada setiap siklus
pemanenan hutan (lanjutan)
Siklus kerja

PEMBAGIAN BATANG
Elemen kerja produktif
1 Kepras banir dan cabang

Tipe
Waktu*
WP
WA

Waktu dimulai

Waktu berakhir

Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya

Batang bersih dari
banir dan cabang
Penandan dan
penentuan status
selesai
Pemotongan selesai

2 Menentukan panjang dan
menandai sortimen dengan
teer
3 Memotong batang

WA

4 Membersihkan kulit

WA

5 Mengecat

WA

6 Mengukur diameter

WA

7 Menandai dengan
slaghammer

WA

Akhir elemen
sebelumnya

8 Administrasi (TUHH)

WA

Akhir elemen
sebelumnya

Elemen kerja tidak
produktif
1 Delay mekanik

WTP
WM

Akhir elemen
sebelumnya

2 Delay personal

WI

3 Delay operasional

WO

Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya

Perbaikan atau
pemeliharaan
selesai
Pekerjaan
dilanjutkan kembali
Gangguan teknis
atau sakit

PENYARADAN
Elemen kerja produktif
1 Traktor menuju batang
(tanpa muatan)

WP
WA

Traktor bergerak
menuju batang

Operator mencapai
batang

2 Mengaitkan pada seling

WA

Akhir elemen
sebelumnya

Seling terpasang

3 Penyaradan ke TPn

WU

Sampai di TPn

4 Melepas seling

WA

Akhir elemen
sebelumnya

WU

Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya

Batang bersih dari
kulit pada bagian
bontos ujung untuk
mengukur diameter
Semua sortimen
selesai dicat
Semua sortimen
selasai diukur
diameternya
Semua sortimen
telah ditandai
dengan slaghammer
Hasil sortimen yang
diperoleh telah
dicatat.

Seling dilepas dari
batang

10
Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pada setiap siklus
pemanenan hutan (lanjutan)
Siklus kerja

Tipe
Waktu*

Waktu dimulai

Waktu berakhir

Elemen kerja tidak
produktif
1 Delay mekanik

WM

Akhir elemen
sebelumnya

2 Delay personal

WI

Akhir elemen
sebelumnya

Perbaikan atau
pemeliharaan
selesai
Pekerjaan
dilanjutkan kembali

3 Delay operasional

WO

Akhir elemen
sebelumnya

Gangguan teknis
atau sakit

PEMUATAN
Elemen kerja produktif
1 Memikul kayu ke atas truk

WP
WU

Kayu siap dimuat

Semua kayu telah
berada di truk

2 Administrasi DKB

WA

Akhir elemen
sebelumnya

Kayu yang dimuat
selesai dicatat

Elemen kerja tidak
produktif
1 Delay mekanik

WM

Akhir elemen
sebelumnya

2 Delay personal

WI

3 Delay operasional

WO

Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya

Perbaikan atau
pemeliharaan
selesai
Pekerjaan
dilanjutkan kembali
Gangguan teknis
atau sakit

WU

Akhir elemen
sebelumnya

Truk sampai di
TPK

WM

Akhir elemen
sebelumnya

2 Delay personal

WI

3 Delay operasional

WO

Akhir elemen
sebelumnya
Akhir elemen
sebelumnya

Perbaikan atau
pemeliharaan
selesai
Pekerjaan
dilanjutkan kembali
Gangguan teknis
atau sakit

PEMBONGKARAN
Elemen kerja produktif
1 Pembongkaran AI dan AII

WU

Akhir elemen
sebelumnya

2 Menuju kapling AIII

WA

Akhir elemen
sebelumnya

PENGANGKUTAN
Elemen kerja produktif
1 Pengangkutan dari TPn ke
TPK
Elemen kerja tidak
produktif
1 Delay mekanik

Sortimen AI dan
AII selesai
diturunkan dari truk
Truk sampai di
kapling khusus AIII

11
Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pada setiap siklus
pemanenan hutan (lanjutan)
Siklus kerja

Tipe
Waktu*
WU

3 Pembongkaran AIII

Waktu dimulai

Waktu berakhir

Akhir elemen
sebelumnya

Sortimen AIII
selesai diturunkan
dari truk

WTP

Elemen kerja tidak
produktif
1 Delay mekanik

WM

Akhir elemen
Pemeliharaan atau
sebelumnya
perbaikan selesai
2 Delay personal
WI
Akhir elemen
Pekerjaan
sebelumnya
dilanjutkan kembali
3 Delay operasional
WO
Akhir elemen
Gangguan teknis
sebelumnya
atau sakit
*WP = Waktu kerja produktif, WTP = Waktu kerja tidak produktif, WU = Waktu utama,
WA = waktu bantu, WI = Waktu personal, WM = Waktu mekanik, WO = Waktu
operasional.
Sumber: Fath (2001)

Jumlah contoh pengamatan
Kegiatan pemanenan terdiri atas penebangan, pembagian batang,
penyaradan, pemuatan, pengangkutan, dan pembongkaran. Masing-masing proses
kegiatan pemanenan dilakukan pengukuran waktu sebanyak 30 siklus kerja.
Setiap siklus kerja tersebut dianalisis elemen kerjanya kemudian diukur waktunya.
Pengujian kecukupan jumlah siklus kerja mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menghitung rata-rata waktu pada setiap elemen kerja

x=
Keterangan:



x = Rata-rata waktu setiap elemen kerja
Σt = Jumlah waktu setiap siklus kerja
K = Jumlah siklus kerja

2. Menghitung standar deviasi

Keterangan:

σ
Xi
x
n

σ=√

� �−x ²


= Standar deviasi
= Waktu pengamatan ke-i
= Rata-rata waktu pengamatan
= Jumlah pengamatan waktu yang telah dilakukan

3. Menguji kecukupan data (ILO 1979)
/ √ .��² − ��
n’ = [
��

²

]2

12
Keterangan: n’
k
s
n

= Jumlah pengamatan waktu siklus kerja yang seharusnya
= Tingkat kepercayaan 95%  2
= Derajat ketelitian (0.05)
= Jumlah pengamatan waktu siklus kerja yang telah
dilakukan
X = Waktu elemen kerja dengan standar deviasi terkecil
Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu:
a. Apabila n’≤n, maka jumlah siklus kerja yang diamati cukup
b. Apabila n’>n, maka jumlah siklus kerja yang diamati belum cukup
Pengukuran variabel siklus kerja dan produktivitas
Setiap siklus pemanenan kayu jati dilakukan pengukuran variabel yang
berbeda-beda. Secara umum setiap siklus dilakukan pengukuran volume kayu.
Data volume kayu sebelum penebangan diperoleh dari dokumen daftar klem.
Volume hasil penebangan dan pembagian batang diperoleh dari dokumen DK 316.
Perhutani melakukan pengukuran volume sortimen kayu bundar jati berdasarkan
SNI 7535.3: 2011 yaitu menggunakan tabel isi kayu bundar jati.
Volume hasil penyaradan diperoleh dari dokumen DK 303. Volume hasil
pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran dalam pemanenan kayu Perhutani
diperoleh dari dokumen DK 304 dan DK 304b. Jarak datar antara pohon satu
dengan pohon lainnya, penyaradan dan pengangkutan diukur menggunakan GPS
Variabel yang diukur dalam pengamatan setiap siklus pemanenan dapat dilihat
pada Tabel 3. Berdasarkan data penggunaan waktu dan volume maka
produktivitas dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Produktivitas (m³/jam)=

a

a

s

3/

a

us

Tabel 3 Variabel yang diukur pada setiap siklus kerja
Siklus kerja
Variabel
Penebangan
Jarak antara pohon (km)
Volume sortimen (m3)
Pembagian batang
Volume sortimen (m3)
Penyaradan
Jarak sarad (km)
Volume sortimen (m³)
Jumlah sortimen (batang)
Pemuatan
Volume sortimen (m³)
Jumlah sortimen (batang)
Pengangkutan
Jarak angkut (km)
Volume sortimen (m³)
Jumlah sortimen per trip (batang)
Kecepatan truk (km/jam)
Pembongkaran
Volume sortimen (m³)
Jumlah sortimen (batang)

13
Tabel 4 menunjukkan alat yang digunakan dan jumlah pekerja dalam
pemanenan hutan jati di KPH Saradan. Pada siklus kerja penebangan dan
pembagian batang alat yang digunakan yaitu chainsaw Stihl 70. Pada siklus
penyaradan dilakukan dengan menggunakan traktor pertanian Massey Fergusson
Xtra 455. Pemuatan dan pembongkaran dilakukan secara manual dengan tenaga
manusia. Pada kegiatan pengangkutan alat yang digunakan yaitu truk. Alat
chainsaw, traktor dan truk yang digunakan yaitu milik operator yang disewa
perhutani secara borongan.
Tabel 4 Alat yang digunakan pada setiap siklus kerja
Siklus kerja
Alat yang digunakan
Penebangan
Chainsaw
Pembagian batang
Chainsaw
Penyaradan
Traktor pertanian
Pemuatan
Tenaga manusia
Pengangkutan
Truk
Pembongkaran
Tenaga manusia

Jumlah pekerja
2
6
2
4
1
4

Pengukuran efisiensi pemanenan hutan jati
Analisis efisiensi dalam penelitian ini yaitu dengan mengidentifikasi dan
menganalisis kegiatan di lapangan dan membandingkan dengan petunjuk teknis
pemanenan hutan jati di Perhutani. Standar yang digunakan dalam kegiatan
persiapan penebangan hingga evaluasi pasca penebangan yaitu buku prosedur
kerja tebang habis jati PK-SMPHT.05-007 tahun 2011.
Standar yang digunakan dalam pembagian batang yaitu keputusan direksi
Perum Perhutani nomor 138/KPTS/DIR/2004 tentang pembagian batang kayu
bundar jati tahun. Pembagian batang mengklasifikasikan hasil tebangan menjadi
sortimen yang berbeda-beda. Pengamatan dilakukan terkait dengan ketepatannya
dalam memotong serta menentukan status dan kualitas sortimen kayu.
Standar penatausahaan kayu hasil pemanenan berdasarkan keputusan direksi
Perum perhutani nomor 3169/KPTS/DIR/2014 tentang prosedur kerja
penatausahaan kayu hasil pemanenan yang berasal dari wilayah pengelolaan
Perum Perhutani dengan revisi Dirut Perum Perhutani nomor 360/075.2/PSDHProd/Dir/2015 tanggal 19 Mei 2015.
Biaya pemanenan hutan jati
Analisis biaya setiap proses pemanenan disesuaikan dengan sistem
pemanenan yang dilakukan oleh Perhutani. Biaya persiapan pemanenan yang
meliputi teres, klem, her klem, dan cutting test dilihat berdasarkan standar tarif
yang berlaku di Perhutani. Standar biaya yang berlaku di Perhutani dibandingkan
dengan biaya hasil perhitungan alat untuk mengetahui efisiensi biaya. Biaya alat
yang dihitung yaitu biaya alat penebangan dan penyaradan yaitu chainsaw dan
traktor. Biaya penebangan dan penyaradan jati dihitung berdasarkan analisis biaya
mengacu pada Nugroho (2002) sebagai berikut:
1.
Biaya mesin
Penebangan di Perhutani dengan menggunakan chainsaw dan pengangkutan
menggunakan truk sehingga analisis biaya mesin juga dipertimbangkan. Rumusrumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

14
Biaya tetap
Biaya tetap yaitu meliputi depresiasi atau penyusutan, bunga modal,
investasi dan asuransi.
Biaya tetap (TFC) = I + D +T
Biaya tetap (jam) = Biaya tetap/produksi mesin per jam
Investasi
Bunga modal terikat dalam peralatan pemanenan yang membebankan
biaya bagi perusahaan. Rumus bunga modal yaitu sebagai berikut
−�

A=

+

Keterangan:

+R

M
A
R
N
I
i

I=Axi

= Harga beli (Rp)
= Investasi per tahun (Rp)
= Nilai barang bekas (Rp)
= Masa pakai (tahun)
= Bunga modal (Rp)
= Tingkat suku bunga = 20%

Penyusutan/Depreciation
Penyusutan adalah pengurangan nilai aset tetap atau modal sebagai akibat
dari penggunaan, kerusakan, pelapukan. Rumus penyusutan suatu barang adalah
sebagai berikut:
−�
D=
Keterangan: D = Deprecation/penyusutan (Rp)
Asuransi
Asuransi merupakan suatu bentuk pengurangan resiko terutama dalam
kemungkinan kerugian. Rumusnya yaitu sebagai berikut:
T = (D+I) x 10%
Keterangan: T = Asuransi (Rp)
Biaya variabel
Biaya variabel meliputi biaya pemeliharaan dan perbaikan, barang aus yang
diganti secara periodik seperti ban, bahan bakar minyak, dan oli.
Biaya variabel (TVC) = MR + BBM + CC + TC
Biaya pemeliharaan dan perbaikan
Biaya pemeliharaan dan perbaikan yaitu biaya menjaga alat pemanenan agar
tetap dalam keadaan baik atau biaya pemulihan alat agar alat dapat digunakan
kembali. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
MR =

��

−�

� �� �

Keterangan:

xf

MR = biaya pemeliharaan
f
= faktor perbaikan
Biaya bahan bakar minyak
Bahan bakar minyak (BBM) yaitu biaya bahan bakar yang digunakan dalam
masing-masing siklus kerja. Biaya bahan bakar tergantung dari konsumsi mesin
yang digunakan.

15
Biaya rantai
Biaya rantai yaitu biaya ganti rantai yang digunakan pada chainsaw.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
CC =

��


Keterangan:

CC
CP
CL

= Biaya rantai (Rp)
= Harga rantai (Rp)
= Masa pakai (jam)

Biaya Ban
Biaya ban merupakan biaya penggantian satu ban. Dalam penelitian ini
siklus kerja yang menggunakan biaya ban yaitu penyaradan menggunakan ban.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
TC =

�� �

Keterangan:



+

TC
= Biaya ban (Rp/jam)
PT
= Harga ban (Rp)
NT
= Jumlah ban
N
= 4000 jam
Upah operator
Upah operator merupakan standar upah harian operator. Rumus perhitungan
upah masing-masing operator adalah sebagai berikut:
Up = Np x Sp
Keterangan: Up
= Upah pekerja (Rp/jam)
Np
= Jumlah pekerja
Sp
= Standar upah pekerja (Rp/jam)
Biaya usaha
Biaya usaha merupakan penjumlahan biaya mesin dan upah operator. Biaya
usaha dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Biaya usaha (Rp/jam) = biaya mesin + upah pekerja
Biaya mesin
Biaya mesin merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel dalam
setiap siklus kerja. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Biaya mesin = biaya tetap + biaya variabel
Biaya total
Biaya total merupakan perbandingan biaya usaha dengan produktivitas
kegiatan setiap siklus kerja. Rumusnya adalah sebagai berikut:
3

Biaya total (Rp/m )

=

P

B aya

a a
a

Rp
a
3/

a

16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu Kerja Pemanenan
Penebangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata waktu yang diperlukan untuk
melakukan satu siklus kerja penebangan tanpa delay adalah 362 detik.
Berdasarkan hasil tersebut, dengan waktu penebangan rata-rata 362 detik maka
dalam satu jam sekitar 10 pohon dapat ditebang. Penggunaan waktu paling banyak
pada penebangan yaitu pada elemen membuat takik rebah dan takik balas yaitu
sebesar 34% dari total waktu aktual. Distribusi penggunaan waktu aktual siklus
penebangan dapat dilihat pada Gambar 3. Penundaan waktu (delay) yaitu sebesar
32% dari total waktu aktual. Waktu tidak produktif atau penundaan waktu (delay)
paling banyak yaitu delay personal sebesar 51% dari total waktu delay (Gambar 4).
Menurut ILO (1969) kelonggaran melepaskan lelah yaitu 12% dari waktu total
atau 20% untuk pekerjaan yang berat. Hal ini menunjukan bahwa delay pada
siklus penebangan melebihi batas waktu kelonggaran melepaskan lelah.
Berjalan menuju
pohon
12%
Delay
32%

Memotong
pangkal/ujung
batang
15%

Membersihkan
area sekitar pohon
6%
Menyalakan
chainsaw
1%

Membuat takik
rebah dan takik
balas
34%

Gambar 3 Waktu pada siklus penebangan

Delay mekanik
11%
Delay
operasional
38%

Delay personal
51%

Gambar 4 Penundaan waktu (delay) pada siklus penebangan

17
Variabel yang signifikan mempengaruhi waktu penebangan adalah diameter.
Koefisien korelasi (R2) tersebut adalah 52.17%. Tabel ANOVA dapat dilihat pada
Tabel 5 dengan tingkat keakuratan sebesar 95%. Gambar 5 menggambarkan
hubungan penggunaan waktu penebangan (tanpa delay) pada berbagai diameter.
Penggunaan waktu penebangan meningkat dengan meningkatnya diameter. Lortz
et al. (1997) melaporkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas
penebangan antara lain waktu penebangan per pohon yaitu DBH, jarak antar
pohon dan intensitas pemanenan. Faktor yang paling mempengaruhi penggunaan
waktu pada penebangan yaitu diameter dan jarak antar pohon (Wang et al. 2004).
Sama dengan penelitian Mousavi (2009) meningkatnya besar diameter,
meningkatkan pula penggunaan waktu penebangan.

Waktu produktif (menit)

30,000
25,000
y = 0.2647x - 6.941
R² = 0.5217

20,000
15,000

Waktu efektif (menit)

10,000

Linear (Waktu efektif
(menit))

5,000
0,000

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Diameter jati (cm)

Gambar 5 Waktu penebangan pada berbagai diameter jati
Tabel 5. ANOVA model
Source
df
Regression
1
Residual
81
Total
82

Sum of Squares
417.02
382.38
799.40

Mean Square
F
417.02 88.34
4.72

Sig.
0.000

Pembagian Batang
Waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan satu siklus pembagian
batang adalah 1854 detik. Pengukuran waktu pembagian batang yaitu dari
memotong hingga sortimen siap diangkut. Pembagian batang di Perhutani
dilakukan dengan menggunakan sistem sortimen pendek. Setiap sortimen
memiliki klasifikasi sortimen, mutu dan status sesuai dengan peraturan pembagian
batang kayu bundar jati tahun 2004 berdasarkan SK direksi No.
138/KPTS/DIR/2004. Oleh sebab itu kegiatan pembagian batang memerlukan

18
waktu yang cukup lama. Gambar 6 menunjukan waktu pada siklus pembagian
batang setiap elemen kerja. Waktu paling banyak yaitu pada elemen memotong
batang yaitu sebesar 19% dari total waktu aktual. Waktu terkecil yaitu delay
sebesar 2% dari total waktu aktual. Delay pada pembagian batang yaitu delay
personal, mekanik dan operasional. Delay personal sebesar 50% dari total waktu
delay. Banyaknya delay personal pada siklus pembagian batang disebabkan
karena operator chainsaw yang mengobrol dan istirahat. Persentase delay pada
siklus ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Administrasi
TUHH
16%

Kepras banir dan
cabang
4%

Delay
2%

Menentukan
panjang dan
menandai
sortimen
13%

Menandai dengan
slaghammer
12%
Mengukur
diameter
11% Mengecat
10%

Memotong batang
19%
Menyunat
13%

Gambar 6 Waktu pada siklus pembagian batang
Delay mekanik
40%
Delay personal
50%

Delay
operasional
10%

Gambar 7 Penundaan waktu (delay) waktu pada siklus pembagian batang
Penyaradan
Gambar 8 menunjukan waktu setiap elemen pada siklus kerja penyaradan.
Waktu paling banyak pada siklus penyaradan yaitu elemen penyaradan ke TPn
sebesar 47% dari total waktu produktif penyaradan. Penundaan waktu (delay)
sebesar 4% dari waktu total penyaradan. Waktu istirahat (minum, merokok) dan
operator mengobrol termasuk dalam delay personal yang paling sering dilakukan.
Jika terjadi delay mekanik pada traktor maka kegiatan penyaradan dihentikan atau
tidak ada. Pada penelitian ini delay mekanik tidak ada yang masuk dalam siklus

19
penyaradan sehingga penundaan waktu akibat delay mekanik tidak ada.
Penundaan waktu pada siklus penyaradan dapat dilihat pada Gambar 9.
Melepas seling
5%

Penyaradan ke
TPn
47%

Delay
4%

Traktor menuju
batang (tanpa
muatan)
31%

Mengaitkan
batang pada
seling
13%

Gambar 8 Waktu pada siklus penyaradan

Delay operasional
23%

Delay personal
77%

Gambar 9 Penundaann waktu (delay)pada siklus penyaradan
Gambar 10 menunjukkan regresi linear antara jarak sarad dan waktu
produktif penyaradan. Grafik tersebut menunjukkan 56.43% tingkat keragaman
waktu produktif dapat dijelaskan oleh jarak sarad, sisanya dipengaruhi faktor lain.
Menurut Lotfalian et al. (2011); Behjou et al. (2008); Nikooy et al. (2013)
penyaradan dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain jarak sarad, volume kayu,
jumlah batang dan kemiringan lereng. Pada penelitian-penelitian tersebut alat
sarad yang digunakan yaitu alat sarad dengan merk Timberjack yang memang
digunakan untuk penyaradan kayu. Gilanipoor et al. (2012) melaporkan
penyaradan menggunakan traktor pertanian dipengaruhi kemiringan lereng dan
jarak sarad. Semakin meningkatnya kemiringan lereng dan jarak sarad waktu
semakin lama waktu penyaradan. Pada penelitian ini penyaradan dilakukan
dengan traktor pertanian merk Massey Ferguson Xtra 455 dengan kemiringan
lereng hampir sama yaitu 0–10%. Jumlah batang yang disarad setiap siklus
penyaradan sama yaitu satu batang dan dengan volume rata-rata 1.148 m3/siklus
sehingga yang paling berpengaruh yaitu jarak sarad.

20

Waktu produktif (detik)

1200
1000
800

y = 1.9312x + 215.27
R² = 0.5643

600

Waktu penyaradan

400

Linear (Waktu
penyaradan)

200
0

0

200
400
Jarak sarad (m)

600

Gambar 10 Waktu produktif penyaradan pada berbagai jarak sarad
Pemuatan
Gambar 11 menunjukkan waktu setiap elemen pada siklus pemuatan.
Pemuatan dengan sistem manual tenaga manusia sehingga memerlukan waktu
banyak yaitu 65% dari total waktu aktual. Delay pada siklus pemuatan yaitu
sebesar 29% dari total waktu aktual. Delay ini lebih banyak disebabkan karena
menunggu proses pembagian batang selesai. Pemuatan rata-rata dilakukan oleh 4
orang pekerja.
Delay
29%

Administrasi
DKB
6%

Memikul
kayu ke atas
truk
65%

Gambar 11 Waktu pada siklus pemuatan
Pengangkutan
Waktu rata-rata setiap siklus kerja pengangkutan yaitu 355 detik atau sekitar
6 menit. Jumlah contoh siklus pengangkutan yaitu 30 siklus. Elemen pada siklus
ini hanya satu yaitu pengangkutan TPn ke TPK. Jarak dari TPn ke TPK sekitar 2
km sehingga tidak merlukan waktu banyak. Tidak ada penundaan waktu atau
gangguan pada siklus pengangkutan dari TPn ke TPK karena jarak dan waktu
tempuh yang sedikit.

21
Pembongkaran
Pada Gambar 12 menunjukkan waktu pada siklus kerja pembongkaran.
Waktu paling banyak yaitu pada elemen pembongkaran AIII yaitu sebesar 38%
dari waktu kerja aktual. Elemen pembongkaran AI & AII dan truk menuju kapling
III berturut-turut yaitu 34%, 28% dari total waktu aktual. Dalam siklus kerja
pembongkaran tidak terjadi delay karena setelah truk tiba di TPK langung
dilakukan pembongkaran kayu.

Pembongkaran
AIII
38%

Pembongkaran AI
dan AII
34%

Menuju kapling
AIII
28%

Gambar 12 Waktu pada siklus pembongkaran
Produktivitas Pemanenan
Menurut peraturan tebang habis hutan jati tahun 2011 Perhutani, kegiatan
penebangan dilakukan dengan dilanjutkan kegiatan pembagian batang. Namun, di
lokasi penelitian ini setelah kegiatan penebangan dilanjutkan dengan kegiatan
penyaradan. Kemudian kegiatan pembagian batang dilakukan di TPn setelah kayu
tersebut disarad. Oleh sebab itu produktivitas penebangan dan pembagian batang
dibuat terpisah. Pembayaran kepada operator chainsaw dilakukan dengan sistem
kubikasi.
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa waktu, volume dan produktivitas
pemanenan rata-rata. Produktivitas yang dihitung adalah penebangan, pembagian
batang, penyaradan, pengangkutan, dan pembongkaran. Produktivitas rata-rata
penebangan untuk waktu produktif (tanpa delay) yaitu 20.085 m3/jam, sedangkan
produktivitas rata-rata penebangan untuk waktu aktual yaitu 16.056 m3/jam. Hasil
tersebut menunjukkan penundaan waktu akibat gangguan menurunkan
produktivitas penebangan sebesar 11.15%.
Produktivitas rata-rata pembagian batang untuk waktu produktif dan waktu
aktual tidak berbeda jauh yaitu 3.247 m³/jam dan 3.176 m³/jam. Selisih
produktivitas rata-rata waktu produktif dan waktu aktual 0.071 m³/jam. Penurunan
produktivitas yang disebabkan karena delay tidak signifikan. Kegiatan pembagian
batang dilakukan oleh satu regu yang terdiri atas enam orang pekerja.
Penyaradan di KPH Saradan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
traktor pertanian dengan merk Massey Ferguson Xtra 455. Penyaradan di hutan
tanaman biasanya menggunakan traktor pertanian, rubber-tired skidder, atau
forwarder (Sessions 2007). Produktivitas rata-rata penyaradan waktu produktif
dan waktu aktual 5.009 m³/jam dan 4.793 m3/jam. Selisih produktivitas waktu
produktif dan waktu aktual yaitu 0.216 m3/jam atau penundaan waktu

22
menurunkan produktivitas penyaradan sebesar 2.2%. Volume rata-rata hasil
penyaradan yaitu 1.148 m3.
Produktivitas rata-rata pemuatan untuk waktu produktif dan waktu aktual
yaitu 3.808 m³/jam dan 2.988 m³/jam dengan volume rata-rata yaitu 6.294 m³.
Penundaan waktu akibat gangguan menurunkan produktivitas pemuatan sebesar
12%. Kegiatan pemuatan dilakukan oleh empat orang pekerja.
Pada siklus pengangkutan produktivitas rata-rata waktu produktif dan
waktu aktual sama yaitu sebesar 64.064 m3/jam. Hal tersebut terjadi karena pada
siklus ini penundaan waktu (delay) tidak ada. Pengangkutan dari TPn ke TPK
menempuh jarak sekitar dua km dengan waktu tempuh rata-rata 355 detik. Jarak
tempuh yang relatif dekat sehingga siklus pengangkutan ini tidak ada gangguan.
Kegiatan pengangkutan dilakukan oleh satu orang.
Produktivitas rata-rata pembongkaran yaitu sebesar 25.408 m3/jam. Pada
kegiatan pembongkaran tidak ada waktu delay sehingga produktivitas rata-rata
waktu produktif dan waktu aktual sama. Volume rata-rata siklus pembongkaran
yaitu 6.294 m3. Kegiatan pembongkaran dilakukan oleh empat orang pekerja yang
sama dengan kegiatan pemuatan.
Tabel 6 Waktu, volume dan produktivitas rata-rata kegiatan
Saradan
Waktu rata-rata Volume rata-rata
Nama Kegiatan
(detik/siklus)
(m3/siklus)
WP
WA
WP
WA
Penebangan
390
562
1.947
1.947
Pembagian batang
1849
1895
1.636
1.636
Penyaradan
843
879
1.148
1.148
Pemuatan
5936
8321
6.294
6.294
Pengangkutan
355
6.294
Pembongkaran
910
6.294
*WP = Waktu Produktif, WA = Waktu aktual

pemanenan di KPH
Produktivitas
(m3/jam)
WP
WA
20.085 16.056
3.247
3.176
5.009
4.793
3.808
2.988
64.064
25.408

Penelitian dilaksanakan pada musim hujan sehingga hasil penelitian ini
merupakan aplikasi dari kegiatan pemanenan pada musim hujan. Kegiatan
pemanenan pada musim hujan sering terhambat, terlebih kegiatan penyaradan.
Penyaradan ini tergantung dari kondisi tanah karena dilakukan menggunakan
traktor. Jumlah tenaga kerja pemanenan di KPH Saradan mencukupi namun
terkadang pembagian pekerjaan pada pembagian batang tidak jelas sehingga
menyebabkan pekerjaan dilakukan lebih lama. Operator dan helper penebangan
memiliki keahlian yang sama dan memiliki pengalaman sekitar 15 tahun. Kondisi
alat penebangan relatif sudah tua dengan masa pakai lima tahun, kerusakan sering
terjadi pada rantai. Kerusakan yang ditemui dilapangan yaitu rantai putus. Volume
taksiran produksi pada pada anak petak 6A yaitu 89.84% sedangkan volume
realisasi produksi pada saat penelitian berlangsung adalah 84.81%. Volume
taksiran produksi sebagai acuan produksi untuk blok tersebut sehingga sebesar
5.33% produksi masih dapat ditingkatkan.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi produktivitas pemanenan hutan.
Sinungan (1987) melaporkan Produktivitas pemanenan hutan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain yaitu tenaga kerja, metode, produksi, dan lingkungan

23
kerja. Nurminen et al. (2006) juga melaporkan delay dan produktivitas
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain yaitu kondisi tegakan, ketrampilan
pekerja, teknik kerja, dan karakteristik mesin atau alat yang digunakan. Baretto et
al. (1998) menyatakan bahwa perencanaan yang tepat pada kegiatan penebangan
akan meningkatkan produktivitas sebesar 15% dibandingkan dengan penebangan
tanpa perencanaan.
Analisis Biaya Pemanenan
Tabel 7 menunjukkan biaya penebangan dan pembagian batang berdasarkan
komponen biaya yaitu sebesar Rp 14 515/m3. Biaya usaha yaitu sebesar Rp 35
248/jam. Biaya usaha ini merupakan hasil perhitungan dengan upah operator
berjumlah 2 orang.
Tabel 7 Analisis biaya pada kegiatan penebangan menggunakan chainsaw
Komponen biaya
Chainsaw
Biaya tetap (Rp/jam)
1 180.41
Biaya variabel (Rp/jam)
14 068.25
Biaya mesin (Rp/jam)
15 248.67
Biaya usaha (Rp/jam)
35 248.67
Biaya penebangan dan pembagian batang (Rp/m³)
14 515.71
Tabel 8 menunjukkan biaya penyaradan yaitu Rp 48 499.74/m3. Biaya usaha
pada pada penyaradan ini yaitu sebesar Rp 242 933.57/jam. Biaya usaha ini
merupakan hasil perhitungan dengan upah operator berjumlah 2 orang.
Tabel 8 Analisis biaya pada kegiatan penyaradan menggunakan traktor
Komponen biaya
Traktor
Biaya tetap (Rp/jam)
115 090.54
Biaya variabel (Rp/jam)
87 843.02
Biaya mesin (Rp/jam)
202 933.57
Biaya usaha (Rp/jam)
242 933.57
Biaya penyaradan (Rp/m³)
48 499.74
Tarif upah merupakan tarif yang telah ditetapkan oleh Perhutani atau pada
penebangan dan pengangkutan disebut sistem kontrak/borongan. Tarif hitung
merupakan perhitungan tarif penebangan dan penyaradan jika kepemilikan alat
milik Perhutani. Operasi pemanenan oleh kontraktor dilaksanakan atas
kesepakatan Perhutani dengan kontraktor. Menurut Nugroho (2002) pada kasus di
Indonesia, FAO dan Dephut RI tahun 1990 melaporkan bahwa biaya pemanenan
pada sistem kontrak dapat lebih murah hingga 22%. Namun murahnya sistem
kontrak di Indonesia lebih disebabkan karena tidak ada pertanggung jawaban
terhadap aspek lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan jika alat