Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur

IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA
PEMANENAN HUTAN JATI DI CIANJUR

DESTY SRI KURNIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Potensi
Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Desty Sri Kurnia
NIM E14080060

ABSTRAK
DESTY SRI KURNIA. Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan
Hutan Jati di Cianjur. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN.
Identifikasi potensi kecelakaan kerja pada pemanenan hutan jati di Cianjur
mulai dari kegiatan teresan sampai dengan pengangkutan ditentukan dari beberapa
aspek. Identifikasi potensi kecelakaan kerja dilakukan untuk mengetahui
penyebab terjadinya sehingga pengendalian dapat ditentukan menggunakan teknik
tertentu dan SMK3. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi adalah Job
Hazard Analysis. Identifikasi potensi kecelakaan kerja dari aspek alat adalah tali
tambang pada kegiatan penyaradan, chainsaw serta golok pada kegiatan teresan
dan penebangan. Potensi kecelakaan kerja akibat lingkungan adalah lahan curam
dan berserasah licin. Potensi kecelakaan kerja akibat pekerja dan metode kerja
adalah bekerja di bawah pohon tersangkut. Analisis tingkat risiko dilakukan untuk
mengetahui tingkat risiko kecelakaan kerja. Hasil analisis kecelakaan setiap
kegiatan, rata-rata bersifat rendah dengan peluang kecelakaan kerja rata-rata

sangat jarang dan konsekuensi/severity/tingkat keparahan rata-rata tidak signifikan.
Teknik pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya pembuatan jalur
penyelamatan saat penebangan. Tindakan pengendalian berdasarkan SMK3
adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Kata kunci: hutan jati, pemanenan hutan, potensi kecelakaan.

ABSTRACT
DESTY SRI KURNIA. Identification of Working Accident Potential in Teak
Forest Harvesting in Cianjur. Supervision of JUANG RATA MATANGARAN.
Identification of working accident potential in teak forest harvesting
activities in KPH Cianjur started from girdling activities to transportation
activities and comprised several aspects. Identification of working accident
potential was conducted to learn the cause of accident, so that controlling can be
conducted by using particular techniques and SMK3. Method being used for
identification was Job Hazard Analysis. Identification of working accident
potential from the aspect of equipment was directed to ropes in skidding activities,
chainsaw and machete in girdling and logging activities. Working accident
potential due to environmental factor was steep land with slippery litter. Working
accident potential due to workers and working method were working under
hooked trees. Analysis of risk level was conducted to learn the level of working

accident risk. Results of accident analysis on each activities showed that on the
average, the rate of accident was low, the probability of working accident was
very low and the consequence/severity was not significant. Technique of
controlling could be conducted by among others making evacuation path during
tree felling (logging). Controlling action on the basis of SMK3 was the use of
Personal Protective Equipment (PPE).
Key words: teak forest, forest harvesting, accident potential.

IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA
PEMANENAN HUTAN JATI DI CIANJUR

DESTY SRI KURNIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judu! Skripsi: Identifikasi Potensi Kece!akaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati
di Cianjur
Nama
: Desty Sri Kumia
: E14080060
NIM

Disetujui o!eh

Dr If luang Rata Matangaran. MS
Pembimbing

Tangga! Lulus:

17 . ,


1')('\13
u,

Judul Skripsi : Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati
di Cianjur
Nama
: Desty Sri Kurnia
NIM
: E14080060

Disetujui oleh

Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Didik Suharjito, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai dengan
bulan Desember 2012 bertempat di RPH Walahir, BKPH Tanggeung, KPH
Cianjur ini adalah Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan
jati di Cianjur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Juang Rata Matangaran,
MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran serta Bapak Dr Ir
Endes N. Dahlan, MS selaku dosen penguji pada ujian komprehensif. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf KPH Cianjur, seluruh staf
BKPH Tanggeung dan seluruh staf PRH Walahir yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

Desty Sri Kurnia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN



Latar Belakang




Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian



METODE PENELITIAN



Bahan



Alat




Prosedur Analisis Data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN



Letak Geografis

5

Karakteristik Responden

5

Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja Pada Pemanenan Hutan Jati, Analisis

Tingkat Risiko Kecelakaan, Teknik Beserta Tindakan Pengendalian
Berdasarkan SMK3
6
SIMPULAN DAN SARAN

16 

Simpulan

16 

Saran

16 

DAFTAR PUSTAKA

17 

RIWAYAT HIDUP


18

LAMPIRAN

19

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Peluang
Menentukan peluang
Daftar konsekuensi (severity/tingkat keparahan) yang terjadi
Matriks analisis risiko – tingkatan risiko (penilaian risiko - 2D Model)
Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan teresan
Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan tebangan dan pembagian
batang
Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penyaradan
Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan muat bongkar dan
pengangkutan
Kegiatan teresan serta teknik pengendaliannya
Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta teknik pengendaliannya
Kegiatan penyaradan serta teknik pengendaliannya
Kegiatan muat bongkar dan pengangkutan serta teknik pengendaliannya
Kegiatan teresan serta tindakan pengendaliannya (SMK3)
Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta tindakan
pengendaliannya (SMK3)
Kegiatan penyaradan serta tindakan pengendaliannya (SMK3)




5
7


10 
14 
14 
14 
14 
14 
15
15

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan
kerja
2 Diagram peluang kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan
berdasarkan risiko yang terjadi
3 Diagram konsekuensi/severity/tingkat keparahan yang terjadi
4 Diagram tingkat kecelakaan kerja pada setiap kegiatan berdasarkan
risiko yang terjadi

10 
11
12 
13 

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Tabel teresan
Tabel tebangan dan pembagian batang
Tabel penyaradan
Tabel muat bongkar dan angkutan
Jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan
Jumlah peluang kecelakaan kerja (%)
Jumlah konsekuensi/severity/tingkat keparahan yang terjadi (%)
Jumlah tingkat kecelakaan kerja pada setiap kegiatan berdasarkan risiko
yang terjadi (%)

20 
26
33 
36 
37 
38 
39 
40 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kecelakaan kerja tidak begitu saja terjadi dan pasti ada penyebabnya serta
dapat dicari penyebabnya. Pemanenan hutan merupakan kegiatan yang sangat
berisiko dalam kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada banyaknya tahapan yang
dilakukan dalam kegiatan pemanenan hutan. Faktor lain yang menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan adalah kelalaian pekerja, seperti kurang terampilnya
menggunakan alat, selain itu kecelakaan kerja disebabkan karena pekerjaan
tersebut berhubungan dengan alat berat dan besar serta membutuhkan
keterampilan dalam mengoperasikan alat serta rendahnya kesadaran terhadap
aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik pada perusahaan maupun
pekerja.
Pekerja kehutanan sebelumnya telah diidentifikasi sebagai kelompok kerja
yang memiliki risiko cedera yang tinggi terkait dengan pekerjaannya. Sebagian
besar literatur berkaitan dengan pekerjaan yang melibatkan chainsaw, seperti
penebangan, pembagian batang, dan operasi mesin kehutanan (Slappendel et al.
1993). Gani (1992) menyatakan, bahaya bekerja di hutan terlihat dari data
kecelakaan pada kegiatan pemanenan yang mencapai 70% dari seluruh kecelakaan
yang terjadi, 15% pada pembinaan hutan, 5% pada pembuatan jalan, dan 10%
karena sebab lainnya. Beratnya bekerja di kehutanan dapat disamakan dengan
bekerja di pertambangan dan 4 kali angka kecelakaan pada industri lain pada
umumnya. Ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka kecelakaan kerja
dibidang kehutanan, terutama pada kegiatan pemanenan.
Suma’mur (1988) menyatakan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) adalah segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Untuk mengendalikan risiko tersebut perlu adanya identifikasi potensi kecelakaan
kerja pada kegiatan pemanenan hutan jati untuk mengetahui apa saja yang dapat
menyebabkan kecelakaan serta tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) atau teknik yang dapat
dilakukan.

Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan kayu.
2. Mengetahui peluang, konsekuensi, dan nilai risiko setiap potensi kecelakaan
pada kegiatan pemanenan hutan jati di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
Cianjur.
3. Menentukan cara pengendalian kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan
hutan jati.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perusahaan dalam
meminimalisasi kecelakaan kerja akibat kegiatan pemanenan kayu jati dan sebagai
bahan masukan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk penetapan
kebijakan-kebijakan dan strategi dalam menurunkan tingkat kecelakaan kerja.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan pemanenan
hutan kayu jati yang akan dianalisis proses kegiatannya mulai dari kegiatan
teresan, tebangan, penyaradan, muat bongkar, dan pengangkutan. Selain itu,
peralatan yang digunakan dalam melakukan teresan sampai muat bongkar pada
saat penelitian akan dianalisis.

Alat
Alat yang digunakan dalam proses pengambilan data tersebut yaitu: alat
tulis, kamera digital, laptop, dan kuesioner.

Prosedur Analisis Data
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada area tegakan Jati tahun tanam 1965, Resort
Pemangkuan Hutan (RPH) Walahir, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
(BKPH) Tanggeung, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur, Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penelitian dilaksanakan selama dua
bulan mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Contoh ditentukan secara purposive sampling yaitu semua pekerja yang
melakukan penebangan di petak 93i dan peneresan di petak 53i.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada

3
contoh dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah
data karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman
bekerja, dan alamat rumah peneres, penebang, blandong, dan supir angkutan.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data
sekunder meliputi kondisi lokasi penelitian, topografi, dan keadaan tanah.

Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam melakukan identifikasi bahaya dan risiko
dalam pemanenan hutan kayu jati adalah Job Safety Analisys (JSA) atau yang
sering disebut dengan Job Hazard Analisys (JHA), dimana identifikasi dilakukan
dengan melihat bahaya dan risiko yang terdapat pada langkah-langkah atau
tahapan kerja dari setiap jenis kegiatan pekerjaan yang ada di area produksi yang
diteliti. Job Hazard Analysis merupakan identifikasi sistematik dari bahaya
potensial di tempat kerja yang dapat diidentifikasi, dianalisis, dan direkam (OSHA
2002). Hasil dari rekaman akan dianalisis dan disajikan dalam sebuah tabel.

Menentukan Peluang
Menurut Suardi (2007) dalam menentukan peluang terjadinya kecelakaan di
tempat kerja, dilakukan berdasarkan tingkat potensinya. Peluang terjadinya
kecelakaan didapat dari hasil wawancara kepada pekerja di tempat penelitian
dengan menggunakan kuesioner. Terdapat 5 kategori peluang terjadinya
kecelakaan kerja mulai dari kecelakaan sangat sering sampai kecelakaan sangat
jarang. Nilai untuk setiap peluang ditentukan oleh rata-rata frekuensi. Tabel 1 dan
2 merupakan kategori peluang, definisi beserta rata-rata frekuensi untuk
menentukan peluang.
Tabel 1 Peluang
Peluang
Sangat sering
Sering
Sedang
Jarang
Sangat jarang
Sumber: Suardi (2007)

Definisi
Dapat terjadi kapan saja
Dapat terjadi secara berkala
Dapat terjadi pada kondisi tertentu
Dapat terjadi, tetapi jarang
Memungkinkan tidak pernah terjadi

4
Tabel 2 Menentukan peluang
Peluang
Definisi

Rata-rata
frekuensi
Sangat sering
Dapat terjadi kapan saja
≥ 5,00
Sering
Dapat terjadi secara berkala
4,00-4,99
Sedang
Dapat terjadi pada kondisi tertentu
3,00-3,99
Jarang
Dapat terjadi, tetapi jarang
2,00-2,99
Sangat jarang
Memungkinkan tidak pernah terjadi
≤ 1,99
Keterangan: Rata-rata frekuensi terjadinya kecelakaan kerja = Jumlah terjadinya
kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko dalam 2 minggu
kerja/jumlah responden.

Menentukan Konsekuensi (Severity/Tingkat Keparahan)
Konsekuensi ditetapkan dengan membuat ketetapan pada tingkat keparahan
(severity) kecelakaan kerja. Konsekuensi kecelakaan kerja didapat dari hasil
wawancara kepada para pekerja di tempat penelitian dengan menggunakan
kuesioner. Terdapat 5 kategori konsekuensi/severity/tingkat keparahan mulai dari
konsekuensi/severity/tingkat keparahan tidak signifikan seperti pegal-pegal,
sampai bencana besar
seperti kematian. Tabel 3 merupakan daftar
konsekuensi/severity/tingkat keparahan.
Tabel 3 Daftar konsekuensi (severity/tingkat keparahan)
Tidak
Minor
Sedang
Besar
signifikan
(M)
(S)
(B)
(TS)
Iritasi mata Luka
pada Luka
Terbakar
ringan
permukaan tubuh terkoyak
Ketidak
Patah tulang
Tergores
Gegar otak
nyamanan
ringan
Terpotong/tersayat Sakit/radang
Terkilir
Pegal-pegal
kecil
kulit
serius
Keracunan
(digigit
Cacat minor
Lelah
Bising
ular
permanen
berbisa
sedang)
Keracunan
Sakit
(digigit ular
kepala/pusing
berbisa
rendah)
Memar
Sumber: Suardi (2007)

Bencana
besar (BB)
Patah tulang
berat
Amputasi
Luka fatal

Luka
kompleks

Tidak dapat
mendengar
Kematian
(digigit ular
berbisa
tinggi)

5
Menentukan Tingkatan Risiko
Terdapat 4 tingkatan risiko yaitu risiko rendah, risiko sedang, risiko tinggi,
dan risiko ekstrem. Tingkatan risiko dapat diketahui dengan menghubungkan nilai
peluang dan konsekuensi serta digambarkan dalam matriks berikut ini:
Tabel 4 Matriks analisis risiko – tingkatan risiko (penilaian risiko - 2D Model)
Peluang
Sering sekali
Sering
Sedang
Jarang
Sangat jarang

Konsekuensi (severity/tingkat keparahan)
Tidak
Bencana
Minor Sedang
Besar
signifikan
besar
H
H
E
E
E
M
H
H
E
E
L
M
H
E
E
L
M
M
H
E
L
L
M
H
H

Sumber: Suardi (2007)

Keterangan:
E: Ekstrem
M : Risiko sedang
H: Risiko tinggi
L : Risko rendah
Cara membaca tabel di atas adalah mengkombinasikan antara kolom peluang
dengan baris konsekuensi. Jika peluang yang didapat adalah sering dan
konsekuensi besar, maka analisis risikonya adalah ekstrem (E).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis
Secara astronomis KPH Cianjur terletak pada 106°30’-107°25’ BT dan
6°36’-7°26’ LS. Luas hutan KPH Cianjur adalah 70.110,27 ha. Luas tersebut
dibagi dalam dua Kelas Perusahaan yaitu Pinus dan Jati (Perum Perhutani 2011).
Secara wilayah Administratif Pemerintahan sebagian besar hutan terletak di
Kabupaten Cianjur yang berada di 27 kecamatan dan sebagian kelompok hutan
Gunung Kencana terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi yang berada di 2
kecamatan serta sebagian kelompok hutan Gunung Cantayan Barat terletak di
wilayah Kabupaten Purwakarta. Luas kawasan hutan menurut wilayah
administratif pemerintahan tersebut yaitu Kabupaten Cianjur seluas 69.178,20 ha
(98,67%), Kabupaten Sukabumi seluas 771,17 ha (1,10%), dan Kabupaten
Purwakarta seluas 160,90 ha (0,23%) (Perum Perhutani 2010).
Luas hutan jati di KPH Cianjur adalah 23.486,96 ha dengan produktivitas
tahun 2012 untuk tebangan penjarangan adalah 6,16 m3/ha dan tebang habis 83,95
m3/ha. Penelitian dilakukan di Petak 93i, BKPH Tanggeung, RPH Walahir, KPH
Cianjur. Luas petak 93i adalah 310 ha. RPH Walahir sendiri mempunyai luas total
1.111,11 Ha. Jumlah produksi kayu jati tahun 2012 di RPH Walahir adalah 5.400

6
m3. Jenis tanah yang ada di petak ini adalah latosol coklat, abu- abu hitam agak
dalam, agak sarang, mudah longsor/hanyut, agak berbatu, dan berhumus.

Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan variable jenis pekerjaan, pendidikan,
umur, dan lama bekerja. Jenis pekerjaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah
peneres 3 orang, operator chainsaw 3 orang, blandong 9 orang, pengemudi
angkutan 2 orang. Tingkat usia responden berkisar antara 28 sampai 56 tahun
dengan rata-rata usia 45 tahun. Pendidikan rata-rata responden adalah tidak tamat
Sekolah Dasar 5 orang, tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 4 orang, dan tamat
SMP 2 orang. Rata-rata pekerja telah bekerja selama 22 tahun.

Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati, Analisis
Tingkat Risiko Kecelakaan, Teknik Beserta Tindakan Pengendalian
Berdasarkan SMK3
Pemanenan hutan secara tradisional menjadi sektor yang terkait dengan
tingkat kecelakaan yang tinggi dan serius yang berhubungan dengan pekerjaan
jangka panjang masalah kesehatan (Maarten dan Marianne 2002). Begitu juga
dengan pemanenan hutan jati di tempat penelitian, beberapa kegiatan masih
dilakukan secara manual dan menjadi sektor yang akan terkait dengan tingkat
kecelakaan yang tinggi dan serius. Identifikasi potensi kecelakan pemanenan
hutan jati yang diteliti mulai dari kegiatan teresan, penebangan dan pembagian
batang, penyaradan, muat bongkar, pengangkutan, alat yang digunakan dalam
setiap kegiatan, lingkungan kerja serta pekerja dan metode kerja.
Pemanenan hutan jati di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Walahir, Badan
Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Tanggeung, Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Cianjur masih menggunakan cara pemanenan secara semimanual. Alat
untuk melakukan penebangan adalah chainsaw jenis Sthil MS 381 dengan berat 8
kg dan mempunyai kebisingan 118 dB. Penyaradan yang dilakukan dengan cara
dipikul, digelindingkan serta menggunakan alat bantu seperti pancan (pasak besi),
tali tambang, dan batang kayu serta kegiatan muat bongkar dengan cara dipikul
dan didorong. Pengangkutan yang dilakukan menggunakan truk Isuzu 125 PS dan
Mitsubishi Fuso 125 PS. Potensi kecelakaan pada kegiatan teresan dapat dilihat
dari 3 aspek, mulai dari alat yang digunakan, lingkungan kerja, pekerja, dan
metode kerja. Tabel 5 merupakan tabel potensi kecelakaan kerja dalam kegiatan
peneresan:

7
Tabel 5 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan teresan
No. Aspek
Potensi kecelakaan
1
Alat
Sisi tajam chainsaw dan golok
Chainsaw tidak dilengkapi alat pengaman
(penangkap rantai, rem rantai, anti getar,
pelindung tangan depan dan belakang, dan
knalpot)
2
Lingkungan kerja
Lahan curam (>25 o) dan berserasah licin
3
Pekerja dan metode Menggunakan alas kaki licin dan membawa alat
kerja
teres
Kaki tergigit binatang (kelabang) atau terkena
ranting
Menuangkan bahan bakar tidak menggunakan
corong, merokok, dan menyalakan api
Menyalakan gergaji dekat dengan bahan bakar
Kebisingan, getaran, serbuk dan atau serpihan
kayu
Teresan merupakan kegiatan mematikan pohon yang akan ditebang dengan
cara membuat torehan disekeliling pangkal pohon yang bertujuan menghambat
mata rantai hara yang akan di asimilasi sehingga pohon mati (Perum Perhutani
2011). Teresan dilakukan menggunakan kapak dan ada juga yang menggunakan
chainsaw. Jenis chainsaw yang digunakan oleh responden adalah sthil MS 381
dengan berat 8 kg. Penggunaan chainsaw sebagai alat bantu untuk meneres
merupakan hal baru. Sebagian besar pekerja melakukan peneresan menggunakan
kapak. Peneresan menggunakan kapak tidak lepas dari kecelakaan kerja. Kapak
bisa mengenai kaki atau tungkai bawah pekerja hal ini dapat dihindarkan apabila
lingkungan kerja tidak dihalangi oleh ranting-ranting atau tumbuh-tumbuhan,
sehingga perlunya pembersihan lapangan sebelum melakukan kegiatan teresan.
Kebakaran dianggap sebagai ancaman potensial bagi pembangunan berkelanjutan,
berdampak langsung pada ekosistem, kontribusi terhadap emisi karbon, dan
dampak terhadap keanekaragaman hayati (Tacconi 2003). Kewaspadan khusus di
tempat tebangan sangat perlu untuk cairan-cairan yang dapat menyala dengan titik
bakar di bawah 90 oC seperti bensin dan pelumas untuk chainsaw. Sejauh
mungkin cairan-cairan yang sangat mudah menyala tersebut harus dipindahkan
dengan pompa-pompa atau di udara terbuka. Cairan-cairan tersebut harus
diamankan dari percikan api meskipun yang akan dipindahkan dalam jumlah kecil.
Jarak yang aman dari mesin yang bergerak, nyala api yang terbuka atau cahaya
yang kuat harus dipertahankan selama pemindahan cairan-cairan yang mudah
terbakar, dan tanda-tanda peringatan yang tepat harus dipasang selama dapat
dilaksanakan. Pada udara terbuka, tempat penyimpanan cairan tersebut tidak boleh
dibiarkan terbuka, terkena sinar matahari, dan tempat-tempat tersebut tidak boleh
dibiarkan begitu saja, baik yang berisi maupun yang sudah kosong (Suma’mur
1977).
Kecelakaan kerja pada kegiatan tebangan juga dapat dilihat dari 3 aspek.
Aspek tersebut adalah aspek alat, lingkungan kerja, pekerja, dan metode kerja.
Tabel 6 merupakan tabel identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan tebangan dan
pembagian batang.

8
Tabel 6 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan tebangan dan pembagian
batang
No. Aspek
Potensi kecelakaan
1 Alat
Sisi tajam chainsaw dan golok
Chainsaw
tidak
dilengkapi
alat
pengaman (penangkap rantai, rem rantai,
anti getar, pelindung tangan depan dan
belakang, dan knalpot)
2 Lingkungan kerja
Lahan curam (>25 o) dan berserasah licin
Areal penebangan tidak dibersihkan
3 Pekerja dan metode kerja
Kaki tergigit binatang (kelabang) atau
terkena ranting
Menggunakan alas kaki licin dan
membawa peralatan tebang
Menyalakan gergaji dekat bahan bakar
Menuangkan
bahan
bakar
tidak
menggunakan corong, merokok, dan
menyalakan api
Berjalan dan bekerja di bawah pohon
tersangkut
Membagi batang menggunakan ujung
atas bilah chainsaw
Tebangan adalah kegiatan perobohan pohon dengan arah rebah yang tepat
sehingga pohon/batang tidak rusak atau pecah banting. Pembagian batang
merupakan kegiatan pembuatan atau pemotongan batang pohon sesuai dengan
ukuran permintaan pasar yang bertujuan untuk memperoleh nilai rupiah kayu
yang maksimal (Perum Perhutani 2011). Dalam satu hari kerja, operator chainsaw
dapat menebang sekitar 10 sampai dengan 15 pohon jati.
Penebangan hutan merupakan salah satu pekerjaan paling berbahaya
sebagai tempat untuk bekerja dan penebangan pohon berada pada risiko cedera
terbesar (Bell 2002). Hasil identifikasi di tempat penelitian sesuai dengan
pernyataan Suhartana dan Yuniawati (2011) bahwa, pada kegiatan penebangan
operator tidak menggunakan sepatu bot, helm, sarung tangan, dan kaca mata.
Areal yang dihadapi memiliki kelerengan >25% dan jenis kayu jati yang memiliki
kelas kuat 1 berarti memiliki bobot kayu sangat berat. Hal ini akan sangat
membahayakan keselamatan jiwa operator.
Hampir 25% dari semua cedera akibat chainsaw disebabkan oleh kickback.
Kickback merupakan risiko yang paling serius pada kegiatan penebangan atau
pembagian batang. Kickback biasanya terjadi ketika ujung bilah atas, khususnya,
kuadran atas ujung, bersentuhan dengan kayu dan menyebabkan rantai berputar
tiba-tiba berhenti, sehingga gergaji bergerak mundur dan ke atas menuju operator.
Penelitian telah menunjukkan kecepatan kickback menjadi lebih dari 30 mil per
jam, hal ini memungkinkan operator hanya memiliki waktu 0,06 detik untuk
meresponnya. Tindakan ini dapat mengakibatkan gergaji mengenai operator pada
bagian kepala atau leher (Koehler et al. 2004).
Tingkat kebisingan yang dialami oleh operator chainsaw mempunyai
potensi bahaya terhadap kesehatan. Operator bisa diamankan dengan membatasi

9
tingkat kebisingan hingga 110 dB untuk gergaji yang digunakan dalam operasi
penebangan atau dengan memberikan pelindung telinga. Sanders dalam Savitri
menyatakan, pengaruh getaran dalam waktu singkat hanya memberi sedikit efek
psikologis dan tidak terjadi perubahan nyata secara kimiawi dalam darah dan
kelenjar endoktrin tubuh. Akan tetapi dalam jangka panjang efek getaran akan
menimbulkan masalah spinal disorder, hemoroid hernia, dan kesulitan
pembuangan air kemih.
Tabel 7 merupakan tabel identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan
penyaradan.
Tabel 7 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penyaradan
No. Aspek
Potensi kecelakaan
1 Alat
Tali tambang rapuh
Pasak besi tidak tertancap dengan kuat
2 Lingkungan kerja
Lahan curam
3 Pekerja dan metode kerja
Kaki tertimpa kayu atau tergigit
binatang (kelabang)
Menggunakan alas kaki licin dan
membawa kayu
Tidak memberi tahu saat kayu akan
didorong/digelindingkan dari lahan
curam
Penyaradan merupakan kegiatan pemindahan kayu dari lokasi tebangan ke tempat
pengumpulan (TP) (Perum Perhutani 2011). Blandong biasanya bekerja dalam
sebuah grup yang terdiri dari 8 sampai dengan 10 orang. Batang kayu yang sudah
menjadi sortimen-sortimen dan berada jauh dari truk atau yang berada di lahan
miring biasanya akan digelindingkan menggunakan kaki atau tangan. Dalam
melakukan pekerjaannya blandong biasanya tidak menggunakan sarung tangan
dan terkadang alas kaki yang digunakan adalah sandal. Pada saat sortimensortimen tersebut digelindingkan masih belum ada tanda yang digunakan oleh
para blandong yang mengisyaratkan kepada pekerja yang berada di bawah bahwa
sortimen tersebut akan digelindingkan. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan,
apabila kayu digelindingkan dan tidak ada tanda dari blandong yang berada di atas
kepada pekerja yang berada di bawah, sortimen tersebut dapat menimpa pekerja.
Hasil penelitian ini sebanding dengan Suhartana dan Yuniawati (2011). ILO
(2002) menyebutkan bahwa kegiatan penyaradan secara manual harus
menghindari pemindahan kayu dengan menggunakan tangan. Jika harus
menggunakan tangan maka jarak harus sependek mungkin dengan
menggunakan suatu arah rebah yang tepat dan jaringan jalan sarad yang cukup
dekat. Sedangkan Anonim dalam Suhartana dan Yuniawati(2011) menyatakan
bahwa mengangkat beban merupakan pekerjaan yang berat, terutama teknik
yang dilakukan tidak benar dapat berakibat cedera pada punggung.
Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan muat bongkar dapat dilihat
dari 2 aspek yaitu aspek alat yang digunakan serta aspek pekerja dan metode
kerja. Pada aspek lingkungan tidak terdapat potensi kecelakaan kerja. Hal ini
karena kayu sudah ditumpuk ditempat yang datar dan dekat dengan alat

10
angkut. Tabel 8 merupakan tabel identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan
muat bongkar dan pengangkutan.
Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan muat bongkar dan
pengangkutan
No. Aspek
Potensi kecelakaan
1 Alat
Tali tambang rapuh
Pasak besi tidak tertancap
dengan kuat
2 Pekerja dan metode kerja Menaikkan kayu tanpa alat bantu
Kondisi jalan angkutan tidak
beraspal
Pada kegiatan pemuatan manual dan pengangkutan dengan truk, sarana
angkut yang sedang terisi harus diparkir dengan aman dan direm dengan aman.
Selama proses pemuatan kayu tidak boleh ada orang di dalam kabin atau pada
platform dari sarana angkut, kecuali kabin dari sarana angkut cukup dilindungi.
Beban truk harus seimbang dan terjamin aman oleh bahan-bahan pengikat yang
cukup kuat untuk mencegah barang menjadi keluar atau pergeseran dalam
perjalanan. Pekerja yang bekerja dalam pemuatan dan kegiatan pengangkutan
harus dilengkapi dengan alat pelindung diri, dan para pekerja harus menjaga truk
dengan baik dan bersih dari kotoran atau batang kayu jatuh (Suhartana dan
Yuniawati 2011).
Kegiatan penebangan hutan yang dilakukan tidak mengikuti aturan dan
kehati-hatian dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi
dapat berupa kecelakaan dengan akibat yang tidak fatal sampai kematian.
Menebang pohon merupakan operasi yang sulit dan berbahaya serta
membutuhkan alat-alat yang memadai, pelatihan, dan pengalaman (Axelsson
1998). Gambar 1 merupakan diagram jumlah sub kegiatan yang berpotensi
menyebabkan kecelakan kerja pada masing-masing kegiatan.
Jumlah sub kegiatan yang
berpotensi menyebabkan
kecelakaan

Tabel 8

40
35
30
25
20
15
10
5
0

34
23
11
5

Teresan

Penebangan
Penyaradan
dan pembagian
batang

Muat bongkar
dan
pengangkutan

Kegiatan pemanenan hutan jati
Gambar 1

Diagram jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan kerja

11

Jumlah peluang kecelakaan kerja
(%)

Kegiatan teresan mempunyai 23 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan kerja, penebangan dan pembagian batang 34 sub kegiatan yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, penyaradan 11 sub kegiatan yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, muat bongkar dan pengangkutan 5 sub
kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja (uraian sub kegiatan
yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja dapat dilihat pada lampiran 1, 2, 3,
dan 4).
Gambar 2 merupakan diagram peluang kecelakaan kerja pada setiap sub
kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi.
100

89

85

90

86
77

80
70
60
50
40
30
20
10

15

12
0 3 0

9
2 0 0

14
8

0 0

0 0 0

0
Teresan

Sangat sering

Penebangan dan
pembagian batang

Sering

Sedang

Penyaradan

Jarang

Muat, bongkar, dan
pengangkutan

Sangat Jarang

Gambar 2 Diagram peluang kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan
berdasarkan risiko yang terjadi
Data hasil wawancara terhadap responden berkaitan dengan peluang kecelakaan
kerja berdasarkan frekuensi terjadinya kecelakaan yang pernah dialami responden
sangat beragam. Risiko terjadinya peluang sangat jarang adalah yang terbanyak.
Hal ini disebabkan karena responden sangat jarang mengalami kecelakaan kerja
tersebut, akan tetapi pada kegiatan teresan terdapat kecelakaan yang sering terjadi
yaitu mata terkena serbuk saat melakukan teresan menggunakan chainsaw, selain
pada kegiatan teresan, pada kegiatan tebangan terdapat peluang sangat sering.
Peluang sangat sering pada kegiatan tebangan adalah mata terkena serbuk saat
proses penebangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peluang
kejadian kecelakaan pada setiap kegiatan adalah sangat jarang.
Beberapa kegiatan pada pemanenan hutan jati di tempat penelitian masih
dilakukan secara manual dan menjadi sektor yang akan terkait dengan tingkat
kecelakaan yang tinggi dan serius. Lefort et al. (2003) menyatakan bahwa mereka
menemukan bahwa keseleo, luka terbuka, memar, dan patah tulang menyumbang
hampir 75% dari semua cedera yang dilaporkan dalam sektor industri penebangan
kayu. Jenis kecelakaan atau paparan mengidentifikasi peristiwa yang secara
langsung mengakibatkan cedera atau penyakit. Banyak pekerja menyatakan
bahwa kecelakaan kerja terjadi akibat terpukul atau kejatuhan suatu benda.
Keberagaman bentuk kecelakaan yang dialami karena adanya ranting dan atau

12
dahan jatuh serta tertimpa pohon dan mengenai anggota tubuh, merupakan
kecelakaan yang banyak terjadi. Terjatuh merupakan kecelakaan terbesar
selanjutnya dan kegiatan lainnya memberikan porsi yang lebih kecil. Kegiatan
yang dilakukan seperti mengangkat, mendorong, memegang, membawa, memutar,
melempar benda, kaku untuk membungkuk, memanjat, merangkak, memutar,
menjangkau, atau tergelincir termasuk kegiatan yang dapat menyebabkan
kecelakaan .
Setelah mengetahui peluang kecelakaan kerja berdasarkan frekuensi yang
terjadi, maka dapat diketahui konsekuensi/severity/tingkat keparahan yang terjadi.
Gambar 3 merupakan diagram konsekuensi/severity/tingkat keparahan
berdasarkan risiko yang terjadi pada responden akibat kecelakaan yang pernah
dialami.

Jumlah konsekunsi/severity/tingkat
keparahan (%)

90

86

85

80
69

70
60
50 50
50
40

31

30
20

14

13

10
0 0 0

0 0 2

0 0 0

0 0 0

0
Teresan

Bahaya Besar
Gambar 3

Penebangan dan
pembagian batang

Besar

Sedang

Penyaradan

Minor

Muat, bongkar, dan
pengangkutan

Tidak Signifikan

Diagram konsekuensi kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan
berdasarkan risiko yang terjadi
Konsekuensi kecelakaan kerja pada kegiatan teresan sampai muat bongkar
dan angkutan yang terbanyak dari masing-masing kegiatan berdasarkan sub
kegiatan adalah tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena responden yang
mengalami kecelakaan kerja tersebut hanya mengalami luka yang tidak
memerlukan penanganan khusus.
Setelah peluang dan konsekuensi masing-masing kegiatan yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan kerja berdasarkan sub kegiatannya diperoleh, maka
tingkat risiko kecelakaan berdasarkan analisis kecelakaan masing-masing sub
kegiatan berdasarkan risikonya dapat diketahui. Gambar 4 merupakan diagram
tingkat kecelakaan kerja berdasarkan risiko pada setiap sub kegiatan.

Jumlah tingkat kecelakaanberdasrkan
risiko (%)

13
120
100

100

94

91

86

80
60
40
20

14

9
0 0

0

4 2

0 0 0

0 0

0
Teresan

Ekstrim

Tebangan

Tinggi

Penyaradan

Sedang

Muat bongkar
dan angkutan

Rendah

Gambar 4 Diagram tingkat kecelakaan kerja pada setiap kegiatan berdasarkan
risiko yang terjadi
Tingkat risiko kecelakaan pada kegiatan teresan adalah sedang dan rendah,
sedangkan pada kegiatan tebangan dan pembagian batang terdapat tiga macam
tingkat risiko yaitu tingkat kecelakaan risiko tinggi, sedang, dan rendah. Pada
kegiatan penyaradan hanya terdapat kecelakaan dengan tingkat risiko rendah.
Pada kegiatan muat bongkar dan pengangkutan terdapat dua macam tingkat
kecelakaan berdasarkan analisis kecelakaan kerja yaitu tingkat kecelakaan rendah
dan tingkat kecelakaan sedang. Kecelakaan dengan tingkat risiko tinggi pada
kegiatan tebangan adalah tangan terkontak lagsung dengan sumber getaran yang
menyebabkan pegal dan mata terkena serbuk pada saat proses penebangan.
Hasil analisis kecelakaan kerja menunjukkan bahwa tingkat risiko
kecelakaan adalah rendah pada setiap kegiatan, akan tetapi beberapa risiko dapat
menjadi tinggi bahkan sangat tinggi tingkat risikonya jika terjadi. Berikut
merupakan tabel risiko beserta teknik penanggulangan dan tindakan pengendalian
(manajemen K3) pada setiap kegiatan pemanenan hutan jati. Program risiko
kesehatan untuk pekerjaan kehutanan telah dikembangkan dalam rangka
meningkatkan identifikasi risiko kesehatan dengan evaluasi yang sistematis dari
hubungan antara pekerjaan dan keluhan kesehatan, dan menciptakan dasar untuk
keputusan tentang tindakan yang berbeda untuk mengurangi risiko kesehatan
(Axelsson dan Bengt 1990). Tabel 9 sampai dengan tabel 12 merupakan teknik
pengendalian kecelakaan kerja, sedangkan tabel 13 sampai dengan tabel 15
menunjukkan tindakan pengendalian berdasarkan Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (SMK3).

14
Tabel 9 Kegiatan teresan serta teknik pengendaliannya
Risiko
Teknik pengendalian
Terjadi kebakaran
Pembuatan jarak aman
Tangan terkontak langsung dengan
Penempatan peredam suara
sumber getaran
Pendengaran berkurang/mendengung
Penggantian chainsaw dengan
tingkat kebisingan yang lebih rendah
Terkena widow maker
Tidak berjalan diantara pohon yang
sudah di teres
Tabel 10 Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta teknik pengendaliannya
Risiko
Teknik pengendalian
Terjadi kebakaran
Pembuatan jarak aman
Tertimpa pohon akibat arah rebah Pembuatan jalur penyelamatan
meleset
Tertimpa pohon tersangkut
Perebahan pohon menggunakan roda
pengungkit, tirfor, dan skidding traktor
Tangan terkontak langsung dengan Penempatan peredam pada sumber
sumber getaran
getaran
Pendengaran
Penggantian chainsaw dengan tingkat
berkurang/mendengung
kebisingan yang lebih rendah
Tabel 11 Kegiatan penyaradan serta teknik pengendaliannya
Risiko
Teknik pengendalian
Tertimpa sortimen kayu
Pasak besi dan tali tambang hanya
digunakan untuk kayu dengan
diameter ≤65 cm
Tabel 12 Kegiatan muat bongkar dan pengangkutan serta teknik pengendaliannya
Risiko
Teknik pengendalian
Kayu menimpa blandong saat dinaikkan Menaikkan kayu menggunakan
ke truk
ender-ender, tali tambang, dan pasak
besi
Terjadi slip
Jalan hutan diberi batuan
Tabel 13 Kegiatan teresan serta tindakan pengendaliannya berdasarkan SMK3
Bahaya
Risiko
Tindakan pengendalian
Korek gas
Kebakaran
Pengecekan kembali agar tidak
ada korek gas yang tertinggal
Kebisingan
Pendengaran
Penggunaan ear muff atau ear
berkurang,
telinga plugs
berdengung
Getaran
Tangan
terkontak Penggunaan sarung tangan dan
langsung
peredam pada chainsaw
dengansumber getaran

15

Lanjutan tabel 13
Bahaya
Serbuk dan atau tatal
Ranting pohon
sudah diteres
Tergigit binatang

Risiko
Mata terkena serbuk dari
kayu jati
yang Terkena widow maker
Bengkak, terkena racun

Tindakan pengendalian
Penggunaan pelindung
mata (kaca mata)
Penggunaan pelindung
kepala (helm)
Penggunaan alas kaki
(sepatu) dan membawa
obat-obatan P3K

Tabel 14

Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta tindakan
pengendaliannya berdasarkan SMK3
Bahaya
Risiko
Tindakan pengendalian
Korek gas
Kebakaran
Pengecekan kembali agar
tidak ada korek gas yang
tertinggal di lantai hutan
Kebisingan
Pendengaran
Penggunaan ear muff atau
berkurang, telinga ear plugs
berdengung
Getaran
Tangan terkontak Penggunaan sarung tangan
langsung
dengan dan adanya peredam pada
sumber getaran
chainsaw
Serbuk dan atau tatal
Mata
terkena Penggunaan pelindung mata
serbuk dari kayu (kaca mata)
jati
Ranting pohon yang Terkena
pelindung
widow Penggunaan
sudah diteres
kepala (helm)
maker
Tergigit
binatang Kaki
tergigit Penggunaan
alas
kaki
(kelabang)
binatang
(sepatu) dan membawa obatobatan P3K
Memotong
batang Kickback
Pemotongan
tidak
menggunakan ujung atas
menggunakan area kickback
bilah

Tabel 15

Kegiatan penyaradan serta tindakan pengendaliannya berdasarkan
SMK3
Bahaya
Risiko
Tindakan pengendalian
Pasak besi terlepas dari Kayu
menimpa Pasak besi ditancapkan dengan
batang kayu
blandong
kuat
Tali tambang untuk Kayu
menimpa Mengganti tali tambang
menyarad terputus
blandong
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk kecelakaan kerja dengan tingkat
risiko rendah dan sedang pada setiap kegiatan dapat dilakukan dengan cara
pemantauan kerja oleh pihak perusahaan, menekankan kepada pekerja untuk
bekerja sesuai dengan petunjuk dan standar operasional yang sudah ada,

16
diberlakukannya sangsi yang tegas untuk setiap pekerja yang tidak melakukan
pekerjaan sesuai peraturan yang sudah diberlakukan, mengadakan penyuluhan
tentang K3, dan melakukan pelatihan untuk seluruh pekerja lapangan seperti
pelatihan chainsaw. Celana pelindung dan sarung tangan merupakan benda yang
memiliki kemungkinan paling kecil untuk digunakan, sedangkan perlindungan
telinga, mata, dan kaki merupakan benda yang paling mungkin untuk digunakan.
Hasil menunjukkan bahwa perencanaan yang lebih baik selama proses
penebangan menjadi kunci untuk mengurangi jumlah kecelakaan. Kebutuhan
untuk pelatihan lanjutan dan peningkatan manajer dan karyawan merupakan hal
yang paling penting untuk meningkatkan program keselamatan kerja (Lefort et al.
2003).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kegiatan teresan memiliki 8 potensi kecelakaan kerja, sedangkan
penebangan memiliki 10 potensi kecelakaan kerja, penyaradan memiliki 6 potensi
kecelakaan kerja, serta muat bongkar dan pengangkutan memiliki 4 potensi
kecelakaan kerja. Hasil analisis risiko menunjukkan terjadinya peluang
kecelakaan kerja pada setiap kegiatan sangat jarang sedangkan hasil
konsekuensi/severity/tingkat keparahan pada setiap kegiatan pemanenan
menunjukkan hasil yang tidak signifikan sehingga hasil analisis tingkat risiko
kecelakaan kerjanya bersifat rendah. Teknik penanggulangan yang diterapkan
pada kegiatan teresan, tebangan, penyaradan, serta muat bongkar dan
pengangkutan terdiri dari pembuatan jarak aman, penggantian alat, pembuatan
jalur penyelamatan, perebahan pohon menggunakan skidding traktor atau tirfor,
penempatan peredam pada sumber getaran, penggunaan pasak besi dan tali
tambang untuk menyarad kayu dengan diameter ≤65 cm, pemberian batuan pada
jalan hutan, dan penggunaan ender-ender serta tali tambang untuk menaikkan
kayu. Penggunaan teknik-teknik tersebut disesuaikan dengan risiko masingmasing kegiatan. Tindakan-tindakan pengendalian yang diterapkan pada kegiatankegiatan tersebut terdiri dari pengecekan kembali agar tidak ada korek gas yang
tertinggal, penggunaan ear muff/ear plugs, sarung tangan, pelindung mata, dan
alas kaki, penyediaan obat0obatan P3K, penancapan pasak besi dengan kuat, serta
penggantian tali tambang.

Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
kecelakaan kerja pada kondisi hutan yang berbeda.

mengidentifikasi

potensi

17

DAFTAR PUSTAKA
Axelsson SA, Bengt P. 1990. New ergonomic problems in mechanized logging
operations. International Journal of Industrial Ergonomics. 5(3): 267-273.
Axelsson SA. 1998. The mechanization of logging operations in Sweden and its
effect on occupational safety and health. Journal of Forest Engineering.9(2):
25-31.
Bell JL. 2002. Changes in logging injury rates associated with use of feller
bunchers in West Virginia. Journal of Safety Research. 33(4): 463-471.
Gani DS. 1992. Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja. Fakultas Kehutanan.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[ILO] International Labour Organitation. 2002. Standar ILO Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Kehutanan. J a k a r t a : Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
Koehler SA, Todd ML, Leon R, Abdulrezzak S, Shaun L, Bennet O, joseph D,
Cyril HW. 2004. Death by chainsaw: fatal kickback injuries to the neck.
Journal Forensic Science. 49(2): 1-6.
Lefort AJ, Cornelis F, John C, Brian D. 2003. Characteristics of injuries the
logging industry of lousiana, USA: 1986 to 1988. Journal of Forest
Engineering. 14(2): 75-89.
Maarten N, Marianne L. 2002. Health and safety issues and perceptions of forest
harvesting contractors in Ireland. Journal of Forest Engineering. 13(2): 69-76.
[OSHA] Occupational Safety and Health Administration 3071. 2002. Job Hazard
Analysis. U.S Departmen of Labor.
Perum Perhutani. 2010. Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan
(DPPL) KPH Cianjur. Cianjur: Perum Perhutani KPH Cianjur.
Perum Perhutani. 2011. Prosedur Kerja Tebang Habis Jati. Cianjur: Perum
Perhutani KPH Cianjur.
Savitri LZ. 2012. Persepsi dan gangguan daya konsentrasi operator chainsaw
pengaruh penggunaan APD [skripsi]. Bogor: Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Slappendel C, Ian L, Ichiro K, Stephen M, Collin C. 1993. Factors affecting workrelated injury among forestry workers: a review. Journal of Safety Research.
24(1): 19-32.
Suardi R. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2th ed.
Jakarta: PPM.
Suhartana S, Yuniawati. 2011. Tingkat pemahaman keselamatan dan kesehatan
kerja pada kegiatan pemanenan kayu jati di KPH Cianjur. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan 29(1): 46-56.
Suma’mur PK. 1977. Kesehatan dan keselamatan dalam pekerjaan kehutanan
dan industri perkayuan. Jakarta: Pusat Bina Hiperkas dan Keselamatan Kerja
dan Organisasi Perburuhan Internasional.
Suma’mur PK. 1988. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: PT.
Saksama.
Tacconi L. 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia: Penyebab Biaya dan Implikasi
Kebijakan. Bogor: CIFOR.

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi, pada tanggal 15 Desember 1989 dari
pasangan Warsito dan Eka Maemunah. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Caringin
1 Sukabumi pada tahun 2002 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Cisaat Sukabumi dan lulus pada tahun 2005.
Selanjutnya penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cisaat Sukabumi
pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), di Departemen Manajemen
Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama masa perkuliahan penulis ikut berpartisipasi
dalam lembaga kemahasiswaan dan berbagai kepanitian, yaitu sebagai staf Divisi
Kewirausahaan periode 2009-2010, panitia Bimantara, dan panitia Smile of
Human.
Penulis telah melaksakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan pada tahun
2010 di Sancang Barat dan Kamojang, Praktik Pengenalan Hutan pada tahun 2011
di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, dan Praktik Kerja Lapang pada
tahun 2012 di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan
Hutan Jati di Cianjur di bimbing oleh Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS.

19

LAMPIRAN

20

Lampiran 1 Tabel teresan (23 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja)
Frekuensi
Sub
kegiatan
yang
terjadinya Keterangan
Keterangan
Tingkat
No. berpotensi
menyebabkan Risiko
Konsekuensi
peluang
(Peluang)
(Konsekuensi)
risiko
kecelakaan
kecelakaan
1 Tidak memakai alas kaki
Tergigit binatang
0,33*
Sangat jarang Tergores
Minor
Rendah
saat berjalan di atas serasah (kelabang)
dan
atau
tergores
ranting
2 Memakai alas kaki licin Terjatuh
0,33
Sangat jarang Memar
Minor
Rendah
saat berjalan di atas serasah
3 Menggunakan alas kaki Badan tertimpa
0,00
Sangat jarang Tidak terjadi Tidak signifikan Rendah
licin
dan
membawa chainsaw
luka
chainsaw dengan keadaan
mesin mati
Terjatuh
dan
0,00
Sangat jarang Tidak terjadi Tidak signifikan Rendah
tertimpa chainsaw
luka
Tangan tertimpa
0,00
Sangat jarang Tidak terjadi Tidak signifikan Rendah
luka
chainsaw
Kaki
tertimpa
0,00
Sangat jarang Tidak terjadi Tidak signifikan Rendah
luka
chainsaw
Keterangan: Rata-rata frekuensi terjadinya kecelakaan kerja = Jumlah terjadinya kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan
berdasarkan risiko dalam 2 minggu kerja/jumlah responden.
Contoh perhitungan: (0+1+0) : 3 = 0,33* (menunjukkan peluang sangat jarang pada tabel 2)

20

20

21
Lanjutan lampiran 1

4

5

6

7

Keterangan
(Peluang)

Konsekuensi

Keterangan
(Konsekuensi)

Tingkat
risiko

Sangat jarang

Tidak terjadi
luka

Tidak signifikan

Rendah

Sangat jarang

Tidak terjadi
luka
Tidak terjadi
luka
Tidak terjadi
luka

Tidak signifikan

Rendah

Tidak signifikan

Rendah

Tidak signifikan

Rendah

Sangat jarang

Tidak terjadi Tidak signifikan
luka

Rendah

Sangat jarang

Tidak terjadi Tidak signifikan
luka

Rendah

Sangat jarang

Tergores

Rendah

Sangat jarang
Sangat jarang

Minor

21

Frekuensi
terjadinya
peluang
kecelakaan
Berjalan
membawa Gigi
chainsaw
0,00
chainsaw dengan rantai menggores tangan
yang sudah terpasang
Gigi
chainsaw
0,00
menggores leher
Gigi
chainsaw
0,00
menggores wajah
Gigi
chainsaw
0,00
menggores bagian
tubuh lainnya
Berjalan
dengan Terjatuh
0,00
membawa
chainsaw
dengan rantai yang sudah
terpasang di lahan curam
Operator
chainsaw Terjatuh
0,00
berjalan dengan membawa
chainsaw dengan rantai
yang sudah terpasang
berjalan
di
lahan
berserasah licin
Operator chainsaw tidak Tangan tergores
0,33
menggunakan sarung saat gigi chainsaw
mengikir

Sub
kegiatan
yang
No. berpotensi menyebabkan Risiko
kecelakaan

22

22
Lanjutan lampiran 1
Frekuensi
terjadinya
peluang
kecelakaan
Tidak
menggunakan Tangan tergores
0,33
sarung tangan dan alas sisi tajam golok
kaki
(sepatu)
saat
pembersihan
lapangan
menggunakan golok
Kaki tergores sisi
0,33
tajam golok
1,00
Kebisingan
(akibat Berkurangnya
chainsaw)
pendengaran atau
mendengung
akibat kebisingan
dari chainsaw
Meneres dilahan curam Terjatuh
atau
1,30
menggunakan chainsaw
tergelincir karena
pijakan
tidak
mantap
Kaki tergores sisi
0,33
tajam golok
Pekerja terjatuh
0,66
atau
tergelincir
karena
tidak
membuat pijakan
terlebih dahulu

Sub
kegiatan
yang
No. berpotensi menyebabkan Risiko
kecelakaan
8

9

10

Keterangan
(Peluang)

Konsekuensi

Keterangan
(Konsekuensi)

Tingkat
risiko

Sangat jarang

Tergores

Minor

Rendah

Sangat jarang

Tergores

Minor

Rendah

Sangat jarang

Sakit
pada Minor
bagian
telinga)

Rendah

Sangat jarang

Memar

Minor

Rendah

Sangat jarang

Tergores

Minor

Rendah

Sangat jarang

Memar

Minor

Rendah

23
Lanjutan lampiran 1
Sub
kegiatan
yang
No. berpotensi menyebabkan Risiko
kecelakaan
11

12

13

Terkena serpihan dan atau
tatal
(menggunakan
chainsaw)
Meneres
menggunakan
kapak

Frekuensi
terjadinya
peluang
kecelakaan
terkena
4,33
gergaji

Mata
serbuk
kayu
Tangan tergores
kapak
Kaki
tergores
kapak
Terkena serpihan dan atau Serpihan batang
tatal (menggunakan kapak) mengenai mata
Serpihan batang
mengenai kaki

14

15

Operator chainsaw dan Tergelincir
pekerja teresan ke lokasi
tebangan
menggunakan
alas kaki tetapi licin
Operator chainsaw atau Tergelincir
peneres
lainnya
menggunakan alas kaki
licin
dan
membawa
chainsaw atau kapak

Keterangan
(Peluang)

Konsekuensi

Sering

Iritasi
ringan

0,50

Sangat jarang

0,50

Sangat jarang

0,00

Sangat jarang

2,11

Jarang

0,33

Sangat jarang

Tersayat
kecil
Tersayat
kecil
Iritasi mata
ringan
Luka
pada
permukaan
tubuh
Terkilir
ringan

2,11

Jarang

Terkilir
ringan

Keterangan
(Konsekuensi)

mata Minor

Tingkat
risiko
Rendah

Minor

Rendah

Minor

Rendah

Minor

Rendah

Minor

Rendah

Minor

Rendah

Minor

Sedang

23

24

24
Lanjutan lampiran 1

Tergelincir

Frekuensi
terjadinya
peluang
kecelakaan
2,00

Tergelincir

Pekerja
batang
yang
disarad

Sub
kegiatan
yang
No. berpotensi menyebabkan Risiko
kecelakaa