PEREMPUAN ACEH DALAM PELAKSANAAN QANUN HUKUM JINAYAT DI KOTA LANGSA.

(1)

PEREMPUAN ACEH DALAM PELAKSANAAN QANUN

HUKUM JINAYAT DI KOTA LANGSA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Sosial

Program Studi Anropologi Sosial

OLEH :

DIAH UTARI PRASETIA

NIM. 8146 15 2006

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

vi

ABSTRAK

Perempuan Aceh dalam Pelaksanaan Qanun Hukum Jinayat di Kota Langsa, Diah Utari Prasetia dibimbing oleh Pembimbing I: Dr. Hidayat, M.Si, dan Pembimbing II: Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak.

Penelitian ini mengenai perempuan Aceh dalam pelaksanaan Qanun hukum Jinayat di kota Langsa. Dalam pelaksanaan Qanun sudah banyak terjadi perdebatan dan penentangan dari berbagai kalangan, apalagi dengan adanya Qanun hukum Jinayat, dipandang hukuman yang mendiskriminatif kaum perempuan Aceh. Pelaksanaan Qanun Hukum Jinayat terhadap perempuan ini kemudian dicermati melalui penelitian dengan tujuan penelitian, (1) untuk mengetahui latar belakang Qanun hukum Jinayat, (2) untuk mengetahui posisi perempuan terhadap pelaksanaan Qanun hukum Jinayat, (3) untuk mengetahui implemnetasi Qanun hukum Jinayat terhadap perempuan, (4) untuk mengetahui peran Wilayatul Hisbah dalam penegakkan Qanun hukum Jinayat, (5) untuk mengetahui dampak pelaksanaan Qanun hukum Jinayat terhadap perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif etnografi. Menggunakan teknik pengumpulan data yakni wawancara yang mendalam (in-deep interview) mengenai pelaksanaan Qanun hukum Jinayat, dan penerapannya terhadap kaum perempuan menurut informan. Kemudian informasi juga didapat dari studi dokumen-dokumen yang dikumpulkan dari artikel-artikel online komunitas-komunitas perempuan yang ada di Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang Qanun ini dilakasanakan untuk melengkapi pelaksanaan Qanun yang sudah ada sebelumnya dan juga sebagai bukti keseriusan pemerintah Aceh untuk mengatur kehidupan masyarakat. Posisi perempuan dalam Qanun hukum Jinayat menurut pemerintah tidak ada diskriminatif, tapi menurut para komunitas perempuan posisi hukuman yang ada dalam Qanun hukum Jinayat ini memberatkan kaum perempuan. Implementasi Qanun hukum Jinayat sekarang ini belum berjalan karena keadaan Qanun hukum Jinayat ini masih dalam tahap sosialisasi. Peran dan upaya petugas syari’at Islam bekerja sesuai dengan peraturan yang telah berlaku, dan misal ketika dilapangan terlihat ada masyarakat yang melanggar peraturan, maka petugas Syari’at Islam memberikan pembinaan terhadap pelaku. Dampak pelaksanaan Qanun hukum Jinayat terhadap kaum perempuan adalah tidak selaras/sejalannya penerapan hukum cambuk yang ada didalam undang-undang Qanun hukum Jinayat dengan HAM (Hak Asasi Manusia) dan per Undang-Undangan Indonesia.. Dan terakhir pembongkaran (dekontruksi) yang menguatkan, yakni adanya komunitas-komunitas perempuan membongkar Qanun hukum jinayat sebelum secara sah diresmikan, dan dijalani oleh masyarakat Aceh.


(5)

vii ABSTRACT

Women in Aceh in the Implementation of the Law Qanun Jinayat in Langsa, Diah Utari Prasetia guided by Supervisor: Dr. Hidayat, M.Si, and Supervisor II: Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak.

This study on women in Aceh in the implementation of the law Qanun Jinayat in Langsa. In the implementation of Qanun has been much debate and opposition from many quarters, especially with the Qanun law Jinayat deemed punishment mendiskriminatif Acehnese women. Implementation of Qanun Law Jinayat against women is then examined through research with the purpose of the study, (1) to know the background of Qanun law Jinayat, (2) to determine the position of women on the implementation of Qanun law Jinayat, (3) to determine implemnetasi Qanun law Jinayat against women , (4) to determine the role of the WH in Qanun law enforcement Jinayat, (5) to determine the impact of the implementation of the law Qanun Jinayat against women. This study used a qualitative approach ethnography. Using the techniques of data collection that is in-depth interviews (in-deep interview) on the implementation of Qanun Jinayat law, and its application to women according to the informant. Then the information was also obtained from a study of the documents collected from the articles online communities of women in Aceh. The results showed that the background of this Qanun Qanun dilakasanakan to complete the implementation of existing and also as evidence of the seriousness of the Aceh government to regulate people's lives. The position of women in the legal Qanun Jinayat government says there is no discrimination, but according to the position of women community punishments in Qanun Jinayat law is burdensome women. Implementation Qanun Jinayat law today is not running because state law Jinayat Qanun is still in the stage of socialization. The role and efforts of the Islamic shariah officer working in accordance with the regulations that have been enacted, and the field looks example when there are people who break the rules, then the officer Shari'a provide guidance to the offender. The impact of the implementation of the law Qanun Jinayat against women is the fear women will happen the same way in the implementation of the law Qanun Jinayat the targeted penalties, monitoring officer Shari'ah women. And the last demolition (deconstruction) that amplifies, namely the existence of communities of women dismantle legal Qanun jinayat before legally formalized, and lived by the people of Aceh.


(6)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Agung, karena berkat nikmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga, akhirnya karya tulis saya yang berjudul “Perempuan Aceh terhadap pelaksanaan Qanun Hukum Jinayat di Kota Langsa” ini dapat terselesaikan. Saya menyadari bahwa selesainya karya tulis ini bukanlah kemampuan kecerdasan saya, melainkan karena kebaikan Allah SWT yang memeberikan rahmat-Nya dan kemudahan di setiap penyelesaian dalam hal tak terduga lainnya, sungguh engkau yang Maha Penguasa Ya Rabb. Shalawat dan salam juga tidak pernah lupa saya sampaikan kepada sang pembuat rindu ingin bertemu pada setiap umatnya yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kelak saya mendapatkan syafa’at dari beliau.

Saya ucapkan terimakasih saya kepada Pembimbing I saya bapak Dr.Hidayat, M.Si atas kritikan yang membuat saya bangkit dari keterpurukkan dalam penyelesaian tulisan saya, pembimbing yang sangat memperhatikan mahasiswanya, walaupun saya sering kelewatan bercandanya, saya mohon maaf pak. Terimakasih pak atas ilmu yang telah bapak tularkan kepada saya

Ucapan terimakasih saya kepada Pembimbing II saya bapak Prof.Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak, yang telah memotivasi saya dalam menyelesaikan tulisan saya, yang merelakan waktunya untuk hadir kekampus, walaupun hanya untuk membimbing saya, terimakasih sudah memotivasi saya kuat membaca buku, terimakasih juga kata-kata “kamu harus kerja keras” jujur saya meneteskan air mata ketika sya mendengar motivasi bapak, terimakasih juga sudah memudahkan jalan saya pak.

Terimakasih kepada ketua Program Studi Antropologi Sosial bapak Dr.Phill.Ichwan Azhari,MS yang telah memberi semangat kepada saya serta rekan-rekan untuk menyelesaikan Tugas Akhir kami, melihat semangat bapak untuk kami segera menyelesaikan ini. Terimakasih sudah menjadi ketua Program Studi yang sangat baik buat kami, tidak dapat di untai kata-kata ini pak.


(7)

iv Terimakasih untuk Prof.Dr.Syawal Gultom,M.Pd selaku Pimpinan Universitas Negeri Medan dan sudah bersusah payah membangun Universitas Negeri Medan menjadi Universitas yang lebih berkarakter dan bermartabat.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada Direktur Pascasarjana Unimed, Prof.Dr.Bornok Sinaga, M.Pd, telah membantu kelancaran administrasi penunjang tulisan ini, terimakasih juga untuk personil biro pascasarjana.

Untuk Dr.Ratih Baiduri,M.Si selaku salah satu narasumber dan penguji dalam tulisan ini. Arahan yang sangat fokus serta kritikkan yang sangat membangun dalam bentuk tulisan, teknik penulisan, dan bahan bacaan saya, terimakasih telah berbagi ilmu dari Perguruan Tinggi terkenal yang pernah ibu jalani.

Untuk Dr. Esi Emilia, M.Si selaku narasumber dan penguji dalam tulisan ini. Arahan dan kritikan ibu sangat membangun karya tulis ini menunjukkan masih kurangnya saya dalam memperhatikan tulisan saya.

Untuk Dr.Fikarwin Zaska, M.Ant selaku narasumber dan penguji dalam tulisan ini. Terimakasih atas cengkrama serta bertukar fikiran, terkesan seperti mengobrol biasa, tapi memberikan ilmu dengan caranya bapak sendiri dan mudah saya fahami,cerita kena ketulisan saya, terimakasih sudah memberikan rekomendasi buku yang sangat berarti bagi tulisan saya, dan kiriman jurnalnya pak.

Selanjutanya terimakasih buat teman seangkatan Ansos 2014, ayu, bu Asyiatir, Bang Darmadi, Bang Darwin, Bang Ismail, Bang Zanri, Septian, Pak Maruli, Bu Siti, Bu Erni, Reni. Terimakasih canda tawa, diskusi serta semangat untuk menyelesaikan tulisan ini.

Terimakasih juga untuk Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Pendidikan Antropologi Unimed yang selalu memberi semangat, dukungan, serta motivasi yang sangat berarti bagi saya. Terimakasih untuk Bu Puspitawati, Bu Trisni Andayani, Bu Sulian Eko mila buat tukar fikirannya. Serta Bu Nurjannah yang telah memberikan saya pinjaman banyak buku untuk tulisan saya. Terimakasih buat kerabat Antropologi angkatan 09 semoga kalian juga tertular untuk melanjutkan pendidikan lagi, terimkasih buat kakak serta abang stambuk, bang


(8)

v dedi udah memberikan banyak saran kepada kami, serta adik-adik stambuk yang sudah memberikan semangat.

Teristimewa buat My Future Husband Tri Adi Syahputra Saragih yang sudah memberikan motivasi, semangat yang sengat berarti bagi penulis. Terimakasih juga atas cinta, kasih dan sayang serta doa untuk dapat menyelesaikan tulisan ini. Dan banyak lagi yang tidak mampu dituliskan satu persatu di tulisan ini, dan semoga kesehatan, kesuksesan, rezeki menhampiri kita, dan tulisan ini aku persembahakan untuk menyegerakan kita dalam menyempurnakan agama.

Ucapan terimakasih yang sebenarnya tidak mampu untuk diucapkan saja dalam saja tulisan ini untuk kedua orang tua yang begitu hebat ayahanda Selamat, S.Pd dan ibunda Rita, yang telah membesarkan saya hingga S2, entah bagaimana saya harus membalas ini semua kepada orang tua yang begitu hebat ada dalam hidup anak-anaknya. Walapun mereka sendiri tidak bersekolah tinggi, terimakasih atas motivasi buat ayah yang selalu memotivasi, dan kecemasan untuk tidak mampu penulis menyelesaikan tulisan ini tepat waktunya, semoga kesehatan serta rezeki yang berlimpah terus hadir menghampiri kedua orang tua saya.

Untuk yang terakhir, pelukkan hangat dan cinta untuk adinda-adinda kakak tercinta. Buat ansrinsyah semoga kamu bisa menyelesaikan kuliah mu dengan baik sekolah lah setinggi mungkin, karena kamu lah orang pelindung keluarga kita kelak, buat Mahjati zakirah, Akifa Izzatunnisa, semangat kalian untuk sekolah untuk kakak semangat untuk menyekolahkan kalian seperti kedua orang tua menyekolahkan kakak setinggi mungkin. Semoga kakak bisa jadi contoh buat kalian nantinya.

Medan, April 2016


(9)

viii

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH... i

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Perumusan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Budaya Aceh ... 12

2.2Laki-laki dan Perempuan dalam budaya Aceh ... 14

2.3 Qanun Hukum Jinayat ... 20

2.3.1 Wilayatul Hisbah ... 23

2.3.2 Peran Wilayatul Hisbah ... 24

2.3.4 Qanun Hukum Jinayat dalam Perspektif Gender ... 26

2.3.5 Dekonstruksi ... 29


(10)

ix BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ... 34

3.2. Jenis Penelitian ... 35

3.3 Sumber data ... 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.3.1 Observasi ... 38

3.3.2 Wawancara ... 38

3.3.3 Dokumentasi ... 40

3.5 Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Langsa dan Gambaran Umum tempat penelitian ... 43

4.1.1 Gambaran Umum Kota Langsa ... 43

4.1.1.1. Aspek Geografi ... 43

4.1.1.2. Aspek Demografi ... 45

4.1.1.3. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur ... 48

4.1.1.4. Komposisi penduduk berdasarkan Agama 51 4.1.2 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 52

4.1.2.1 Pemerintah Kota Langsa ... 52

4.1.2.2. Dinas Syari’at Islam ... 56

4.1.2.3. Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayataul Hisbah ... 65


(11)

x

4.2 Gambaran Umum Syari’at Islam ... 70

4.2.1 Tujuan Syari’at Islam ... 72

4.3 Pembahasan ... 72

4.3.1 Latar belakang Qanun hukum Jinayah ... 72

4.3.2 Posisi Perempuan dalam Qanun Hukum Jinayah ... 76

4.3.3 Implementasi Qanun hukum Jinayat terhadap perempuan di Aceh ... 79

4.3.4 Peran Wilayatul Hisbah dalam penegakkan qanun Hukum Jinayah ... 94

4.3.5 Dampak pelaksanaan Qanun hukum Jinayat terhadap perempuan Aceh ... 98

4.4 Kaitan dengan teori ... 106

4.4.1 Dekonstrksi ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 111

5.2 Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk berdasarkan Kecamatan di kota Langsa Tahun 2007-2014 ... 46 Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut

Kecamatan di Kota Langsa Tahun 2012... 47 Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di kota

Langsa ... 48

Tabel 4. Jumlah penduduk menurut kelompok jenis kelamin tahun 2014 49

Tabel 5. Jumlah penduduk kota Langsa berdasarkan Agama pada tahun 2010


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Luas Wilayah kota Langsa... 43

Gambar 2. Jumlah Penduduk Kota Langsa ... 45

Gambar 3. himbauan tentang Qanun hukum Jinayat ... 89

Gambar 4. Himbauan tidak boleh bermesra-mesraan ... 89

Gambar 5. Seorang ibu yang tidak memakai jilbab ... 90

Gambar 6. Salah seorang gadis membawa jilbab tapi tidak menutupi kepalanya ... 90

Gambar 7. Artikel Aspirasi Online diakases pada tanggal 06 Februari 2016 pukul 23:16 WIB ... 98

Gambar 8. Artikel ICJR diakases pada tanggal 06 Februari 2016 pukul 23:31 WIB. ... 100

Gambar 9. Aritkel ICJR dan Solidaritas Perempuan diakses pada tanggal 06 Februari 2016 pada pukul 23.32 WIB ... 102

Gambar 10. Artikel BBC di aksespada tanggal 06 Februari 2016 pada pukul 23:28 WIB ... 103


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN II DAFTAR INFORMAN


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Qanun sama halnya dengan peraturan daerah, yang dibuat oleh masing-masing pejabat provinsi, hanya saja Aceh mendapatkan keistimewaan tersendiri. Libbi mengatakan (2013:1) yang paling signifikan di era reformasi ini bahwa mayoritas warga negara Indonesia yang beragama Islam memiliki pengaruh kuat didaerah, salah satunya fenomena produk hukum didaerah yaitu syari’ah Islam. Qanun yang mengalami pro-kontra dikalangan masyarakat, praktisi, bahkan politisi di negara ini. Hal ini dilandaskan oleh terjadi nya pasca DOM (Daerah Operasi Militer) yang berkepanjangan dari sejak tahun 1989-2005, serta musibah yang terjadi beberapa tahun silam yakni musibah Tsunami.

Zaman kesultanan Samudera Pasai, Aceh sudah dikenal dengan Islamnya yang kental, jika dibandingkan dengan daerah lain. Jika orang mendengar kata „Aceh‟ pasti yang ada disetiap fikiran orang adalah daerah dengan nuansa Islamnya yang kental, beradat, sopan santun, hal itu sudah sangat dikenal, apalagi kaum perempuannya yang dikenal menganut adat Aceh yang sangat kental, ramah, sopan dalam pakaian, tingkah laku. Aceh diberi gelar “serambi mekkah” karena Aceh merupakan salah satu tempat turunnya ajaran Islam pertama kali, dan aceh juga merupakan tempat labuhan haji jika masyarakat haji berangkat ibadah ke Makkah. Nafas Islam begitu menyatu dalam adat budaya orang Aceh sehingga aktifitas budaya kerap berazaskan Islam.


(16)

2 Banyak yang menjadi korban ketika terjadi DOM seperti perempuan dianiaya, diperkosa, dan lain-lain. Sehingga untuk melidungi hak-hak perempuan dibentuklah peraturan daerah khusus Aceh dengan menggunakan otonomi daerah khusus yang disebut Qanun. Salah satu alasan Qanun dibentuk agar perempuan dapat keluar dari rasa trauma di masa DOM. Tujuan awal Qanun ini adalah memberikan kebebasan terhadap kaum perempuan untuk bergerak di bidang pendidikan, sosial, politik dan lain-lain. Sebab, perempuan yang ada di Aceh hidup selalu dalam ketakutan yang sangat mencekam. Pasca bencana tsunami di Aceh, banyak perempuan yang harus menjalani hidupnya dengan kesendirian, akibat kehilangan suami yang membuat mereka harus mempertahankan hidupnya dan anak-anaknya.

Masih banyak lagi cerita-cerita penderitaan perempuan di Aceh yang menghadapi begitu banyak masalah seperti DOM, Tsunami, dan lanjut lagi dengan terbentuknya Qanun yang menurut sebahagian perempuan di Aceh adalah suatu masalah karena ada beberapa hal dari Qanun ini membatasi ruang gerak perempuan. Selama terlaksananya Qanun banyak hal yang terdengar dari kaum perempuan, kalau mereka kurang diberi kebebasan dalam berpakaian ketika mereka keluar rumah. Ketika Wilayatul Hisbah sedang melaksanakan razia masih banyak juga ditemui laki-laki yang duduk-duduk main judi seperti togel, batu dam, perbuatan ini juga ada dalam peraturan Qanun. Permasalahan itu terdengar ketika para perempuan terkena razia oleh pelaksana Qanun yakni WH (Wilayatul Hisbah).


(17)

3 Pada dasarnya pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh selain mengatur tentang aqidah dan ibadah juga mengatur tentang Jinayat (Hukum Pidana), berdasarkan beberapa yang Qanun yang telah dibentuk, maka ada 1 Qanun baru saja di revisi yakni Qanun Jinayat (Nomor 6 tahun 2013) yang mengatur akan 10 jarimah (Perbuatan yang dilarang dalam Syari’at Islam) diantaranya adalah khamar (minuman yang memabukkan yang mengandung alkohol), maisir (perbuatan yang mengandung unsur taruhan), khalwat (duduk berduaan di tempat yang sepi), ikhtilat (perbuatan bemesraan dengan orang yang bukan muhrimnya), zina, pelecehan seksual, pemerkosaan, Qadzaf (menuduh seseorang melakukan zina tanpa dapat mengajukan minimal 4 orang saksi), liwath (perbuatan seorang laki-laki dengan cara memasukkan zakarnya ke dalam dubur laki-laki-laki-laki yang lain dengan kerelaan kedua belak pihak), musahaqah (Lesbian)1. Dengan ini dapat dilihat dari ke 10 jarimah ini ke semuanya itu lebih membahas kepada hubungan sebadan, atau pacaran, dan lain-lain dan hampir sebagian besar yang ada dalam Qanun hukum Jinayat ini lebih menyoroti atau memfokuskan pada kaum perempuan.

Khlawat misalnya tidak boleh duduk berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya. Di Langsa ada perekebunan sawit, di daerah manapun yang ada kebun sawit pasti banyak anak-anak remaja yang duduk berduaan ditempat yang sepi. Begitupun yang terjadi di Langsa. Hampir setiap hari minggu di razia dengan petugas Syari’at Islam yakni WH, tapi masih saja ramai anak-anak remaja yang berpacaran ditempat itu.

1

http://www.dakwatuna.com/2014/11/12/59866/Qanun-Jinayat -di-aceh-bahas-apa/#ixzz3jSiupv2O (hari jum‟at tanggal 21 Agustus 2015 pukul 10.05 wib)


(18)

4 Isa, Abdul Gani (2013:500) mengatakan:

“pelaksanaan Syari’at Islam Kaffah (keseluruhan) di provinsi Aceh berlangsung sepuluh tahun lebih, sejak mendeklarasikan tanggal 15 Maret 2002, bertepatan dengan 1 Muharram 1422 H. Pelaksanaan syari’at Islam tahun pertama sejak dideklarasikan telah berlangsung dengan baik, namun sejak tahun 2008 gaung syari’at Islam terjadi penururnan secara drastis di lapangan”.

Sebuah artikel menuliskan: komnas perempuan kritik jam malam bagi perempuan di Aceh, komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan menilai aturan jam malam di Aceh bersifat diskriminatif dan berdampak buruk karena telah membatasi ruang gerak perempuan2.

Aturan jam malam ini memang tidak berlaku diseluruh daerah Aceh, karena setiap kabupaten atau kota yang ada di Aceh, ketika Qanun pusat telah disetujui dan disampaikan ke masing-masing daerah, tapi masing-masing daerah masih bisa membentuk Qanun untuk daerahnya masing-masing, jika pemimpin daerahnya menganggap itu baik untuk kemaslahatan masyarakatnya. Jam malam ini berlaku di daerah Lhoksumawe, Mungkin peraturan jam malam untuk perempuan ini baik menurut pelaksana syari‟at Islam ini, tapi bagi sebagian perempuan yang ingin merasakan kebebasan ini suatu hal yang membuat mereka terbatas akan ruang dan waktunya. Langsa juga berlaku jam malam untuk para pelajar di Aceh.

Salah satu hal yang muncul akibat ketergesaan ini adalah minimnya sosialisasi dan partispasi masyarakat luas. Seringkali masyarakat baru disosialisasi

2

http://www.voaIndonesia.com/content/komnas-kritik-jam-malam-bagi-perempuan-/2824156.html (hari Jum‟at tanggal 21 Agustus 2015 pukul 10.18 wib)


(19)

5 ketika rancangan Qanun sudah terbentuk ataupun sudah disahkan, seperti Qanun Jinayat.

Beberapa kasus yang sudah sering terjadi di Aceh. Ada korban kekerasan dan pemerkosaan yang terjadi. Selama pelaksanaan Qanun, korban harus membuktikan bahwa dia benar-benar diperkosa, padahal di kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tidak berkata demikian.

“Korban akan mendapatkan dua kali hukuman bila nantinya pelaku bersumpah tidak melakukan perkosaan. Pelaku akan dibebaskan setelah mengucapkan lima kali sumpah. Jika dia (pelaku) menyangkal, sikorban akan terkena dua kali hukuman, hukuman cambuk karena si korban mengaku diperkosa, kedua sikorban dianggap melakukan tindak pidana lain, yaitu pencemaran nama baik, si korban mengalami dua kali jadi korban, kemudian dikorban sekali lagi”3.

Banyak pandangan keliru dari sebagian masyarakat yang muncul berkaitan dengan posisi perempuan dalam kehidupan beragama, khususnya dalam menginterpretasikan dalam mengimplementasikan ajaran agama Islam. Dimana kedudukan perempuan dianggap tidak sejajar dengan laki-laki. Terutama, dalam hal kepatuhan sebagai istri. Wilayah domestik ini, perempuan acap kali dianggap tidak memiliki kekuatan yang sama dengan laki-laki dalam melakukan suatu hal.

Begitu banyak masalah yang terjadi di Aceh. Saat pemerintah Aceh ingin menegakkan Syari’at Islam secara Kaffah (seutuhnya) maka semakin banyak pula terjadi pelanggaran yang sengaja di perbuat oleh masyarakat, seperti tempat judi, orang duduk berduaan dan pakaian yang dilarang dalam ajaran juga masing sering terlihat dipakai. Pakaian wanita yang sering jadi masalah bagi petugas Syari’at Islam lebih sering merazia perempuan dan laki-laki. Laki-laki biasa hanya diawasi

3


(20)

6 ketika shalat jum‟at saja. Walaupun banyak laki-laki yang tidak melaksanakan shalat jum‟at, kaum perempuan merasa ruang gerak perempuan dan hak-hak perempuan semakin terbatas dan sangat kelihatan perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dikerjakan oleh petugas Syari’at Islam, walaupun pada dasarnya laki-laki dan perempuan itu berbeda dengan beberapa peraturan yang dibuat oleh pemerintah Aceh.

Secara umum, penelitian terkait Qanun, dan syari‟at Islam lainnya telah diteliti oleh beberapa orang yang telah menyelesaikan studi nya di perguran tinggi yang telah ditempuh. Penelitian yang dilakukan juga dari berbagai daerah dan berbeda topik Qanun nya, dan tema nya Qanun dan syari‟at Islam, di bawah ini beberapa penelitian yang terkait dengan Qanun dan syari‟at Islam.

Pertama penelitian dilakukan oleh ferdiansyah4 inti dari tulisannya ini adalah penerapan sanksi pidana cambuk dilakukan untuk memberikan pencerahan dan kesadaran bagi masyarakat dan untuk memberikan kesadaran dan rasa malu untuk mengulangi perbuatannya lagi serta menjadi peringatan bagi masyarakat agar tidak melakukan pelanggaran syari‟at Islam dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi keluarganya. Serta untuk menciptakan masyarakat yang bermoral dan berjiwa Islam yang berakhlak mulia. Dari hasil penelitian menunjukkan setelah diterapkan sanksi pidana cambuk menunjukkan adanya penurunan terhadap pelanggaran Qanun dibidang syari‟at Islam di Banda Aceh.

4

Dikutip dari skripsi Ferdiansyah. Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun di Bidang Syari’at Islam di Wilayah hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2009. Univesrsitas Sumatera Utara.


(21)

7 Kedua, penelitian dilakukan oleh Nurfadhillah5 inti dari tulisan ini adalah adanya ketidaksesuaian antara Peraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2013 dengan aturan di atasnya, sedangkan kendala sosiologis dan kendala ekonomi adanya ketidaktransparan pembayaran yang berujung kurangnya pelayanan kepada masyarakat secara maksimal. Sementara saran dalam penelitian ini adalah, mempertahankan sistem pemungutan tetap self assessment system, Peraturan Walikota sebagaimana tersebut diatas direvisi atau ditinjau ulang, dan kendala-kendala yang telah dihadapi dicarikan solusi pemecahannya.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Irvan Deriza6 inti dari tulisan ini adalah Tindak pidana judi menurut hukum positif perjudian merupakan salah satu tindak pidana (delict) yang meresahkan masyarakat. Masalah perjudian ini dimasukkan dalam tindak pidana kesopanan, dan diatur dalam Pasal 303 KUHP dan Pasal 303 bisa KUHP jo. Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian. Tindak pidana judi menurut syariat Islam dan Qanun. Menurut hukum Islam bahwa tindak pidana perjudian dikenakan hukuman ta’zir. Tindak pidana ta’zir dalam hukum Islam adalah hukuman atas tindak pidana yang hukumannya belum ditentukan oleh syara’ tetapi sepenuhnya diserahkan atau ditentukan oleh Hakim (Ulil Amri). Yang dimaksud dengan ta’zir ialah ta’dib, yaitu memberi pedidikan (pendisiplinan). Perbandingan tindak pidana judi menurut hukum positif dan Qanun, Sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana

5

Dikutip dari skripsi Nurfadhillah. Aspek Legal pemungutan BPHTB berdasakan Qanun Kota Lhoksumawe Nomor 04 Tahun 2010 tentang BPHTB . 2016. Universitas Sumatera Utara

6

Dikutip dari artikel Irvan Deriza. Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (KUHP) Dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003. 2015. Universitas Sumatera Utara.


(22)

8 perjudian dalam Pasal 2 UU No.7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian tindak pidana perjudian dalam UU No.7 Tahun 1974, serta sanksinya bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam Pasal 2 UU No.7 Tahun 1974. UU No. 7 Tahun 1974 adalah peraturan perundang-undangan yang melakukan perubahan terhadap KUHP tetapi secara parsial. Sedangkan Qanun Pasal 1 ayat 20 yang berbunyi: Maisir (perjudian) adalah kegiatan dan/atau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih di mana pihak yang menang mendapatkan bayaran. Pasal 23 ayat (1) Setiap orang yang melakukan maisir (perjudian), diancam dengan ’uqubat cambuk di depan umum paling banyak 12 (dua belas) kali dan paling sedikit 6 (enam) kali. Ayat (2) Setiap orang atau badan hukum atau badan usaha non instansi pemerintah yang memberikan fasilitas maupun sebagai pelindung prkatik perjudian, diancam dengan ’uqubat atau denda paling banyak Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah), paling sedikit Rp.15.000.000,- (Lima belas juta rupiah).

Keempat, penelitian yang dilakasanakan oleh Shofa Husra, Ramlan Y.Rangkuti dan Yefrizawati7 dengan inti dari penelitiannya adalah Hukuman bagi pelaku khalwat menurut ketentuan Qanun Nomor 14 Tahun 2003 adalah hukuman cambuk dan/atau denda. Tetapi masih ada hukuman lain yang diberikan kepada pelaku khalwat yaitu melangsungkan perkawinan. Penjatuhan sanksi perkawinan bagi pelaku khalwat/mesum didasari dari penyelesaian secara adat yaitu dalam

7 Dikutip dari artikel Shofa Husra, dkk. Pelaksanaan Perkawinan Sebagai Sanksi Bagi Pelaku Khalwat dalam Persepektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (studi di Kota Langsa). 2015. Univesrsitas Sumatera Utara


(23)

9 bentuk mediasi. Pihak yang terlibat dalam penyelesaian ini adalah pelaku, keluarga pelaku, perangkat gampong dan WH. Penjatuhan sanksi perkawinan diambil dengan tujuan demi kemaslahatan, karena didapati keterangan bahwa pelaku telah melakukan perbuatan zina. Status perkawinan yang dilakukan sebagai sanksi khalwat tidak sah karena mempelai wanita keberatan melakukan perkawinan, keberatan ini telah diutarakan dalam forum mediasi tersebut, sehingga perkawinan dilakukan dengan keadaan terpaksa, dimana salah satu syarat sah perkawinan adalah disetujui oleh kedua calon mempelai. Dampak yang terjadi akibat perkawinan yang dilangsungkan dalam keadaan terpaksa adalah tidak terciptanya kasih sayang, dikhawatirkan terjadi KDRT, memberi pengaruh buruk pada anak serta memicu perceraian. Undang-undang memberi jalan untuk melakukan pembatalan perkawinan bagi perkawinan yang dilakukan dengan terpaksa.

Masih ada lagi penelitian lain yang berkaitan dengan Qanun dan syari‟at Islam yang mengandung berbagai persepsi pada setiap orang mengenai Qanun. Qanun memiliki banyak pasal dan jenis, serta dilakukan juga banyak penelitian tentang Qanun diberbagai daerah yang ada di Aceh.

Hal inilah yang melatar belakangi untuk melakukan penelitian dengan judul “Perempuan Aceh dalam pelaksanaan Qanun hukum Jinayat Di Kota

Langsa”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang akan menjadi identifikasi masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(24)

10 1. Latar belakang Qanun hukum Jinayat

2. Posisi perempuan didalam Qanun hukum Jinayat

3. Implementasi Qanun hukum Jinayat terhadap perempuan di Aceh

4. Peran Wilayatul Hisbah (WH) dalam upaya pelaksanaan Qanun hukum Jinayat

5. Tugas dan fungsi WH (Wilayatul Hisbah) dalam pelaksanaan Qanun hukum Jinayat

6. Dampak pelaksanaan Qanun hukum Jinayat terhadap Perempuan di Aceh

1.3.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang akan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah latar belakang Qanun hukum Jinayat?

2. Bagaimana gambaran posisi perempuan dalam Qanun hukum Jinayat? 3. Bagaimana implementasi Qanun hukum Jinayat terhadap perempuan di

Aceh?

4. Bagaimana peran Wilayatul Hisbah penegakkan dalam upaya pelaksanaan dan penegakkan Qanun hukum Jinayat?

5. Apakah dampak pelaksanaan Qanun hukum Jinayat terhadap perempuan Aceh?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :


(25)

11 2. Untuk mengetahui gambaran posisi perempuan Aceh di dalam Qanun

hukum Jinayat

3. Untuk mengetahui implementasi Qanun Jinayat terhadap posisi perempuan

4. Untuk mengetahui peran Wilayatul Hisbah (WH) dalam upaya pelaksanaan dan penegakkan Qanun hukum Jinayat

5. Untuk mengetahui dampak pelaksanaan Qanun hukum Jinayat terhadap perempuan Aceh

1.5.Manfaat Penelitian

Penelitian ini saya harapkan dapat berguna bagi saya untuk memulai sebuah studi etnografi khususnya mengenai sistem politik dan feminisme melalui peran perempuan diranah politik. Kemudian saya harapkan secara teoritis dapat memberikan penjelasan secara teoritis mengenai perempuan Aceh terhadap pelaksanaan Qanun hukum Jinayat khususnya di kota Langsa.

Selain itu juga hasil penelitian ini saya harapkan dapat berkontribusi dalam kepustakaan Antropologi Sosial di lingkup Universitas Negeri Medan, sebagai sebuah studi tema studi lain yang menambah wawasan pengetahuan mengenai perempuan terhadap sistem peraturan di Aceh.


(26)

111

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan seluruh pihak yang sangat memahami mengenai fokus penelitian ini, maka peneliti kemudian merumuskan beberapa hal yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Latar belakang terbentuknya Qanun hukum Jinayat ini agar Qanun dapat

dilaksanakan dengan baik maupun secara kaffah, serta Qanun hukum

Jinayat juga dibentuk melengkapi Qanun-qanun yang ada sebelumnya.

maka Qanun Aceh berwenang mengatur hukuman cambuk bagi pelaku

Jinayat. Rumusan hukuman cambuk yang diatur dalam Qanun merupakan hasil sebuah usaha yang sungguh-sungguh (ijtihad) dan telah menjadi hukum positif nasional, sehingga dalam penegakkannya memerlukan kekuasaan negara melalui aparat penegak hukum yaitu institusi kepolisisan, kejaksaan, mahkamah syari’at dan advokat serta lembaga lain terkait.

2. Walaupun Qanun hukum jinayat berlandaskan akan Al-qur’an dan Hadits

tapi kata hukumnya belum terlepaskan, karena didalam hukum tidak ada perbedaan hukuman untuk laki-laki dan perempuan, begitu juga didalam Qanun tidak adanya perempuan lah yang menjadi patokan dalam

pembuatan Qanun hukum Jinayat artinya hukuman yang ada dalam

Qanun hukum jinayat tidak membedakan hukuman untuk laki-laki dan perempuan, Qanun hukum jinayat yang lebih lengkap dari sebelumnya.


(27)

112

Bagi pelaksana syari’ah Islam dengan adanya Qanun hukum jinayat

perempuan sangat dilindungi tidak adanya gambaran perempuan mengalami diskriminasi.

3. Implementasi Qanun Aceh tentang Hukum Jinayat di Kota Langsa masih

dalam tahap sosialisasi, yang awalnya untuk melengkapi Qanun sebelumnya, maka juga harapan beberapa korban seperti Ibu Neni, Ibu Devi, dan Uli terhadap pelaksanaan Qanun tidak tebang pilih nantinya ketika Qanun hukum Jinayat ini ketika sudah berjalan dengan normal, dan benar-benar menjalankan Qanun hukum Jinayat sebagaimana Layaknya yang telah dibuat oleh Pemerintah, karena ketika Qanun yang sebelum Qanun hukum Jinayat, dilaksanakan banyak keluhan dari beberapa kaum perempuan yang contohnya ketiga korban tadi diatas, mereka hanya bisa berkomentar dibelakang, yang tidak berani menunjukkan keluh kesah terhadap Qanun ini didepan pelaksana syari’at Islam.

4. Peran pemerintah dalam menjalankan Qanun jinayat ini adalah

melakasanakan Qanun hukum jinayat secara baik sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan dalam peraturan Qanun hukum jinayat, dan tugas Wilayatul Hisbah sendiri tidak boleh melakukan atau mengambil tindakan ketika ada yang melakukan kesalahan, karena pada dasarnya Wilayatul Hisbah hanya boleh memberikan pembinaan kepada yang bersalah. Dan setiap petugas yang telah dibentuk pemerintah sudah memiliki bagian-bagian akan tugasnya sendiri.


(28)

113 5.a. Dari pemetaan beberapa artikel dari komunitas perempuan ditarik sebuah kesimpulan karena tidak selaras/sejalannya penerapan hukum cambuk

yang ada didalam undang-undang Qanun hukum Jinayat dengan HAM

(Hak Asasi Manusia) dan per Undang-Undangan Indonesia.

b. Jika dikaji ulang Qanun hukum Jinayat ini sudah sempat direncanakan di tahun 2014 lalu. Namun, sebelum Qanun hukum Jinayat ini diresmikan banyak menimbulkan kritikkan dari berbagai kalangan, baik itu dari pemerintahan seperti DPR, dan komunitas-komunitas perempuan yang ada di Aceh. Yang di kritik dari berbagai kalangan itu adalah tidak adanya perbedaan hukuman antara agama seperti Agama, Islam, Kristen, Budha. Jadi kalau ada peraturan setiap perempuan yang ada di Aceh di wajibkan memakai jilbab, dan tidakkan mungkin agama yang selain Islam akan mau memakai jilbab seperti perempuan-perempuan yan beragama Islam lainnya, walaupun mereka tinggal di daerah Aceh. Dan salah satu hal ini lah yang banyak menimbulkan kontraversi antara komunitas-komunitas perempuan yang pada akhirnya mengkritik Qanun Jinayat ini di tahun 2014 silam, agar Qanun hukum Jinayat ini dapat direvisi ulang. Revisi yang terjadi ini lah yang disebutkan pembongkaran yang dikatakan oleh Derrida. Pada akhirnya peraturan Qanun hukum Jinayat ini diresmikan pada tanggal 23 Oktober 2015. Walaupun komunitas-komunitas

perempuan masih mengkritik kembali Qanun hukum Jinayat yang


(29)

114

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Pemerintah Aceh sebaiknya mempertimbangkan baik buruknya hukuman

yang dibuat dalam Qanun hukum jinyat iniyang tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, walaupun hukuman itu dibuat untuk membuat yang sipelaku merasa jera.

2. Kerjakan Qanun hukum jinayat secara baik dan benar, karena ketika kita

keliru dalam melaksanakan Qanun membuat banyak orang enggan untuk

mematuhi Qanun hukum jinyat, bahkan mungkin terhadap Qanun-Qanun

yang lain yang akan datang nantinya sehingga menggambarkan kepada

banyak orang Qanun hukum jinayat sangat menyeramkan ketika orang

dari luar Aceh ingin berlibur Aceh hanya karena peraturan Qanun di Aceh.

3. Untuk pemerintahan Aceh, saya berharap ketika mengambil kebijakan,

mengambil kebijakan yang benar, yang tidak hanya memandang budaya patriarki, ataupun kebudayaan yang secara turun temurun yang sudah di Aceh, karena ketika peraturan itu dilaksanakan maka akan terus terjadi konflik terhadap sesama masayarakat, dan pada akhirnya masyarakat pun akan terus membangkang kepada pemerintahan dan peraturan yang akan


(30)

114

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syahrizal. 2015. Qanun Hukum Jinayat. Aceh.

Abdul, Kadir, Muhammad. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar, Bandung,PT. Citra

Aditya.

Ahmad,zakaria.2007. Lintas perjuangan Cut Nyak Meutia sosok pejuang wanita

Aceh. Banda Aceh. Yayasan Pena.

Ali,Faisal.2013. Identitas Aceh dalam perspektif Syariat dan adat. Aceh. Badan

arsip dan perpustakaan.

Ali, Muhammad Rusjdi. 2003. Revitalisasi syari’at Islam di Aceh. Jakarta. Logos

wacana ilmu.

Endaswara, Suwardi.2003. Metode penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:Gajah

Mada University Press.

Ferdiansyah. 2009. Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap

Pelanggaran Qanun di Bidang Syari’at Islam di Wilayah hukum Kota

Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Skripsi.

Univesrsitas Sumatera Utara.

Francis, Fukuyama. 2002. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran,

Yogyakarta, Penerbit Qalam.

Isa,abdul gani.2013. formalisasi syari’at islam di aceh (pendekatan adat, budaya

dan hukum). Banda Aceh.Yayasan pena

Iskandar.2009.Metodologi penelitian pendidikan dan sosial.Jakarta.Gaung


(31)

115

Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta. Hanindita

Grahawidya.

Kepala dinas syari’at Islam Kota langsa. 2011. Qanun provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam. Langsa. Dinas Syari’at Islam

Kurdi, Muliadi. 2009. Aceh di mata sejarawan rekontruksi sejarah sosial

budaya.Aceh. Kerjasama LKAS dan Pemerintah Aceh

Moleong, Lexy J.2006. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja

Rosdakarya

Moore, Henrietta L.1998. Feminisme & Antroplogi. Jakarta. Proyek studi jender

dan pembangunan FISIP-UI dengan Penerbit Obor.

Mulia, Siti Musda. 2004. Islam menggugat poligami. Jakarta. PT. Gramedia

Pustaka.

Mulyana,Edy.2007. Aceh menembus Batas.Aceh. Badan perpustakaan

Narwoko,J.Dwinarwoko,dkk.2014. Sosiologi teks pengantar dan terapan.Jakarta

Kencana.

Nurfadhillah. 2016. Aspek Legal pemungutan BPHTB berdasakan Qanun Kota

Lhoksumawe Nomor 04 Tahun 2010 tentang BPHTB. Skripsi. Universitas

Sumatera Utara

Nuryanti, Reni. 2009. Hidup di zaman bergolak;perempuan Minangkabauo pada

masa pergolakkan daerah (1956-19661). Tesis. UGM

Pengadilan tinggi Banda Aceh dan fakultas hukum unsiyah.1979. yurisprudensi


(32)

116

Pratikno, 2000, Kepemimpinan dalam Pemerintahan yang Terdesentralisasi dan Terdemokratisasi, (Makalah dipresentasikan di depan DPRD Kabupaten Sleman, tgl. 14 Nopember 2000).

Ramadani, Eva. 2008. Penerapan Syari’at Islam pada masyarakat Gayo di

kabupaten Aceh Tengah (studi deskriptif fi kel takengon Timur, Kec. Laut Tawar, Kab. Aceh tengah). Medan: Universitas Sumatera Utara. Skripsi Tidak diterbitkan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan

Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer,George. 2014.Teori Sosiologi Modern. Jakarta:kencana.

. 2012. Teori sosiologi dari sosiologi klasik sampai perkembangan

terkhir postmodern. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Safuddin, achmad fedyani. 2006.antropologi kontemporer. Jakarta:Kencana.

Santoso, Listiyono, dkk. 2003. Epistemologi Kiri. Yogyakarta: Ar-ruzz Pers.

Sastryani, S. 2007. Glosarium, Seks dan Gender. Yogyakarta: Carasuati Books. Soetomo., 2006, Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Spradley, J.2007. Metode Etnografi. Yogyakrta:Tiara wacana.

Yosi Pratiwi Tanjung.2015. Makanan tradisional etnis tamil di kota medan. Tesis.

Unimed


(33)

117

Widyanto, anton.dkk.2007. menyorot nanggroe refleksi kegundahan atas

fenomena keagamaan,pendidikan,politik,kepemerintahan,gender,dan

sosial-budaya Aceh. Banda Aceh. Yayasan pena

JURNAL

Idrus, Nurul Ilmi.2006. “Dari antropologi wanita ke antropologi feminis:

Antropologi feminis: etnografi, relasi gender dan relativisme budaya”.

30(3):272.

Misran.2012. “Pelaksanaan syari’ah islam dalam sejarah Aceh: Pelaksanaan syari’at islam di Aceh”.1 (2): 160-166.

Noerdin,Edriana. 2005.”Sekapur sirih: Politik identitas perempuan Aceh”.

1:VII-64.

Rahman,Lisabona.2005. “Kata pengantar:Representasi Perempuan dalam

Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah”.1:1-37

Yusnadi.1992. “wanita dalam perangkap gender dan peranannya dalam pembangunan:warta pusat studi wanita”. 3(1): 1 dan 4

ARTIKEL

Deriza, Irvan. Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (KUHP) Dan Qanun

Nomor 13 Tahun 2003. 2015. Universitas Sumatera Utara.

Husra, Shofa. dkk. Pelaksanaan Perkawinan Sebagai Sanksi Bagi Pelaku


(34)

118

Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (studi di Kota Langsa).

2015. Univesrsitas Sumatera Utara

Libbi, Ahmad mudhar, antikowat.Iwan Rachmad. Analisis peraturan daerah

berperspektif syariah islamdi Indonesia di tinjau dari hak asasi manusia.Jember. Fakultas Hukum Universitas jember

SITUS INTERNET

Anonim.2007. Evaluasi situasi perempuan tahun 2006 di Aceh.gender working group (kelompok kerja Gender). Diakses hari jum’at tanggal 30 Oktober 2015 pukul 11.05 WIB

http://www.dakwatuna.com/2014/11/12/59866/qanun-jinayah-di-aceh-bahas-apa/#ixzz3jSiupv2O (hari Jum’at tanggal 21 Agustus 2015 Pukul 10.05 WIB)

http://www.voaindonesia.com/content/komnas-kritik-jam-malam-bagi-perempuan-/2824156.html (hari Jum’at tanggal 21 Agustus 2015 Pukul 10.18 WIB)

http://www.aspirasiomline.com/2014/12/perempuan-aceh-bicara-qanun-jinayat/

(Hari Minggu tanggal 05 Juli 2015 pukul 11.20 WIB)

http://www.acehinstitute.org. (hari rabu, tanggal 09 September 2015 jam 16.15 wib)

https://m.facebook.com/permalink.php?story_fbid=483358908394922&id=44452 9718944508 (hari Minggu, tanggal 30 Agustus 2015. Jam 23.34 wib)

http://acehprov.go.id/hukum/read/59/qanun-2014.html (hari rabu, tanggal 09 September 2015 jam 20.13 wib).


(35)

119

http//wikipedia,. Com diakses pada tanggal 29 Februari 2016 pukul 11:58.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Langsa pada tanggal 23 Januari 2016 pukul 23.50 WIB.

http://news.liputan6.com/read/527493/Aceh-setujui-raqan-hukum-Jinayat-jadi prolega diakses pada tanggal 08 Maret 2016 pukul 00:18WIB

http://www.analisadaily.com/news/read/50_ribu_warga_bubuhkan_tandatangan_d ukung_Qanun_Jinayat/#.UTrn8tZTCSo diaksesnpada tanggal 08 Maret 2016 pukul 00:17


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syahrizal. 2015. Qanun Hukum Jinayat. Aceh.

Abdul, Kadir, Muhammad. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar, Bandung,PT. Citra Aditya.

Ahmad,zakaria.2007. Lintas perjuangan Cut Nyak Meutia sosok pejuang wanita Aceh. Banda Aceh. Yayasan Pena.

Ali,Faisal.2013. Identitas Aceh dalam perspektif Syariat dan adat. Aceh. Badan arsip dan perpustakaan.

Ali, Muhammad Rusjdi. 2003. Revitalisasi syari’at Islam di Aceh. Jakarta. Logos wacana ilmu.

Endaswara, Suwardi.2003. Metode penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Ferdiansyah. 2009. Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun di Bidang Syari’at Islam di Wilayah hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Skripsi. Univesrsitas Sumatera Utara.

Francis, Fukuyama. 2002. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran, Yogyakarta, Penerbit Qalam.

Isa,abdul gani.2013. formalisasi syari’at islam di aceh (pendekatan adat, budaya dan hukum). Banda Aceh.Yayasan pena

Iskandar.2009.Metodologi penelitian pendidikan dan sosial.Jakarta.Gaung persada press.


(2)

Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta. Hanindita Grahawidya.

Kepala dinas syari’at Islam Kota langsa. 2011. Qanun provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Langsa. Dinas Syari’at Islam

Kurdi, Muliadi. 2009. Aceh di mata sejarawan rekontruksi sejarah sosial budaya.Aceh. Kerjasama LKAS dan Pemerintah Aceh

Moleong, Lexy J.2006. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya

Moore, Henrietta L.1998. Feminisme & Antroplogi. Jakarta. Proyek studi jender dan pembangunan FISIP-UI dengan Penerbit Obor.

Mulia, Siti Musda. 2004. Islam menggugat poligami. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka.

Mulyana,Edy.2007. Aceh menembus Batas.Aceh. Badan perpustakaan

Narwoko,J.Dwinarwoko,dkk.2014. Sosiologi teks pengantar dan terapan.Jakarta Kencana.

Nurfadhillah. 2016. Aspek Legal pemungutan BPHTB berdasakan Qanun Kota Lhoksumawe Nomor 04 Tahun 2010 tentang BPHTB. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Nuryanti, Reni. 2009. Hidup di zaman bergolak;perempuan Minangkabauo pada masa pergolakkan daerah (1956-19661). Tesis. UGM

Pengadilan tinggi Banda Aceh dan fakultas hukum unsiyah.1979. yurisprudensi daerah istimewa Aceh. Banda Aceh. Sakti.


(3)

Pratikno, 2000, Kepemimpinan dalam Pemerintahan yang Terdesentralisasi dan Terdemokratisasi, (Makalah dipresentasikan di depan DPRD Kabupaten Sleman, tgl. 14 Nopember 2000).

Ramadani, Eva. 2008. Penerapan Syari’at Islam pada masyarakat Gayo di kabupaten Aceh Tengah (studi deskriptif fi kel takengon Timur, Kec. Laut Tawar, Kab. Aceh tengah). Medan: Universitas Sumatera Utara. Skripsi Tidak diterbitkan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer,George. 2014.Teori Sosiologi Modern. Jakarta:kencana.

. 2012. Teori sosiologi dari sosiologi klasik sampai perkembangan terkhir postmodern. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Safuddin, achmad fedyani. 2006.antropologi kontemporer. Jakarta:Kencana. Santoso, Listiyono, dkk. 2003. Epistemologi Kiri. Yogyakarta: Ar-ruzz Pers. Sastryani, S. 2007. Glosarium, Seks dan Gender. Yogyakarta: Carasuati Books. Soetomo., 2006, Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Spradley, J.2007. Metode Etnografi. Yogyakrta:Tiara wacana.

Yosi Pratiwi Tanjung.2015. Makanan tradisional etnis tamil di kota medan. Tesis. Unimed


(4)

Widyanto, anton.dkk.2007. menyorot nanggroe refleksi kegundahan atas fenomena keagamaan,pendidikan,politik,kepemerintahan,gender,dan sosial-budaya Aceh. Banda Aceh. Yayasan pena

JURNAL

Idrus, Nurul Ilmi.2006. “Dari antropologi wanita ke antropologi feminis: Antropologi feminis: etnografi, relasi gender dan relativisme budaya”. 30(3):272.

Misran.2012. “Pelaksanaan syari’ah islam dalam sejarah Aceh: Pelaksanaan syari’at islam di Aceh”.1 (2): 160-166.

Noerdin,Edriana. 2005.”Sekapur sirih: Politik identitas perempuan Aceh”. 1:VII-64.

Rahman,Lisabona.2005. “Kata pengantar:Representasi Perempuan dalam Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah”.1:1-37

Yusnadi.1992. “wanita dalam perangkap gender dan peranannya dalam pembangunan:warta pusat studi wanita”. 3(1): 1 dan 4

ARTIKEL

Deriza, Irvan. Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (KUHP) Dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003. 2015. Universitas Sumatera Utara.

Husra, Shofa. dkk. Pelaksanaan Perkawinan Sebagai Sanksi Bagi Pelaku Khalwat dalam Persepektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974


(5)

Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (studi di Kota Langsa). 2015. Univesrsitas Sumatera Utara

Libbi, Ahmad mudhar, antikowat.Iwan Rachmad. Analisis peraturan daerah berperspektif syariah islamdi Indonesia di tinjau dari hak asasi manusia.Jember. Fakultas Hukum Universitas jember

SITUS INTERNET

Anonim.2007. Evaluasi situasi perempuan tahun 2006 di Aceh.gender working group (kelompok kerja Gender). Diakses hari jum’at tanggal 30 Oktober 2015 pukul 11.05 WIB

http://www.dakwatuna.com/2014/11/12/59866/qanun-jinayah-di-aceh-bahas-apa/#ixzz3jSiupv2O (hari Jum’at tanggal 21 Agustus 2015 Pukul 10.05 WIB)

http://www.voaindonesia.com/content/komnas-kritik-jam-malam-bagi-perempuan-/2824156.html (hari Jum’at tanggal 21 Agustus 2015 Pukul 10.18 WIB)

http://www.aspirasiomline.com/2014/12/perempuan-aceh-bicara-qanun-jinayat/

(Hari Minggu tanggal 05 Juli 2015 pukul 11.20 WIB)

http://www.acehinstitute.org. (hari rabu, tanggal 09 September 2015 jam 16.15 wib)

https://m.facebook.com/permalink.php?story_fbid=483358908394922&id=44452 9718944508 (hari Minggu, tanggal 30 Agustus 2015. Jam 23.34 wib)


(6)

http//wikipedia,. Com diakses pada tanggal 29 Februari 2016 pukul 11:58.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Langsa pada tanggal 23 Januari 2016 pukul 23.50 WIB.

http://news.liputan6.com/read/527493/Aceh-setujui-raqan-hukum-Jinayat-jadi prolega diakses pada tanggal 08 Maret 2016 pukul 00:18WIB

http://www.analisadaily.com/news/read/50_ribu_warga_bubuhkan_tandatangan_d ukung_Qanun_Jinayat/#.UTrn8tZTCSo diaksesnpada tanggal 08 Maret 2016 pukul 00:17