PERKUMPULAN PRA MUHAMMADIYAH (2)AMBUDI AGAMA

SOHIFAH

PERKUMPULAN PRA MUHAMMADIYAH (2)

AMBUDI AGAMA
MU’ARIF

fsp

litm
erg
er.
co
m)

Abdurrahman, tokoh masyarakat Pekajangan yang berhasil
merintis Cabang Muhammadiyah di kawasan terpencil ini,
termasuk seorang pengusaha batik dan kerajinan tangan. Dialah
yang mendirikan perkumpulan Ambudi Agama yang bergerak di
bidang pengajaran agama Islam di Pekajangan.
KH Abdurrahman lahir pada tahun 1879. Dia lahir di

Pekajangan, Kedungwuni, Pekalongan, dengan nama kecil
Mutaman. Pada masa mudanya, Mutaman pernah mengaji
kepada Kiai Amin di Banyuurip, kemudian kepada Kiai Agus di
Kenajagan, dan kepada Kiai Abdurrahman Thaif di Wonoyoso.
Terakhir, Mutaman belajar agama kepada Kiai Idris di Pondok
Jamsaren, Solo.
Mutaman, nama kecil KH Abdurrahman, banyak menyelami
kitab-kitab klasik selama belajar di pondok pesantren. Tetapi, dia
cukup banyak membaca kitab-kitab yang telah menginspirasi para
tokoh pembaruan Islam pada awal abad 20. Mutaman telah
mempelajari kitab-kitab seperti: Tafsir Al-Manar, Tafsir AlKasysyaf, Tafsir Mafatihul Ghaib, Tafsir Ibnu Jarir At-Thabari,
Tafsir Thanthowi Jauhari, Al-Um, Al-I’tisham, Sunnah wal
Mubtadi’at, Fatawa Ibnu Taimiyah, Risalah Tauhid, dan lain-lain
(RM Soediardjo dkk, 1968: 9).
Mutaman menyempurnakan rukun Islam dengan
menunaikan ibadah haji pertama kali pada tahun 1903. Sejak saat
itulah namanya telah berganti menjadi Haji Abdurrahman. Setelah
menunaikan ibadah haji pertama, Haji Abdurrahman menekuni
profesi sebagai pedagang batik dan tenun setagen yang dijual ke
luar kota Pekalongan. Jaringan perdagangannya cukup luas

meliputi beberapa kota besar di Jawa. Pada akhir Desember
1912, ketika KH Ahmad Dahlan dan kawan-kawan mendeklarasikan Persyarikatan Muhammadiyah di Yogyakarta, Haji
Abdurrahman sempat mendengar kabar ini. Tetapi, dia memang
tidak berminat untuk mengetahui lebih lanjut perkumpulan yang
dideklarasikan di Loodge Gebouw Malioboro (sekarang gedung
DPRD DIY) ini. Mungkin dalam benaknya belum merasa penting
mengetahui Persyarikatan tersebut.
Haji Abdurrahman mulai merintis pengajian agama di desanya
setelah menunaikan ibadah haji yang kedua kali pada tahun 1921
bersama istri tercinta, Nyai Shofiyah. Dia dibantu kawan-kawannya
menyelenggarakan pendidikan Islam tradisional bernama Ambudi
Agama. Pelajaran pokok yang diajarkan meliputi ‘aqaid 50 dan
sifat 20 bakal weruh gusti Allah (akan melihat Allah). Dari materi
yang disampaikan, tampaknya, lembaga pendidikan yang didirikan
Haji Abdurrahman lebih mendalami akidah dan tasawuf. Setelah

De
mo
(


Vi
sit

htt
p:/
/w
w

Ambudi Agama
Pada sekitar awal abad 20, Pekajangan adalah sebuah desa
kecil yang tak menarik perhatian banyak orang. Desa ini terpencil
dengan penduduk yang tidak begitu banyak. Pekajangan terletak di
sebelah selatan kota Pekalongan. Sebagaimana penduduk desa
lain di sekitar kota Pekalongan, penduduk Pekajangan memiliki
mata pencaharian sebagai petani. Pertanian yang dikelola secara
sederhana, tampaknya, menjadi mata pencaharian utama
penduduk desa ini. Sekalipun pertanian menjadi mata pencaharian
utama, tetapi setiap panen padi tak mampu menyejahterakan
penduduk desa ini. Dari seluruh jumlah rumah di desa ini, hanya
sekitar dua atau tiga rumah yang dibangun menggunakan bata dan

semen. Rumah-rumah yang menggunakan atap genteng pun
masih mudah dihitung dengan jari (RM Soediardjo dkk, 1968: 7).
Selain bertani, sebagian penduduk Pekajangan yang memiliki
keahlian membuat kerajinan tangan. Mata pencaharian yang satu
ini hanya mewakili sekelompok kecil kelas sosial yang lebih maju.
Mereka membuat industri rumah tangga secara kecil-kecilan. Di
antara produk kerajinan tangan penduduk Pekajangan adalah
tenun setagen (ikat pinggang perempuan) dan kain batik
(batikkerij/batikhandel). Lahirnya industri rumah tangga
memunculkan kelompok sosial baru, yaitu kelas pedagang. Tetapi
mereka hanya mewakili sekelompok kecil dari seluruh penduduk
Pekajangan pada umumnya. Namun demikian, kelas pedagang
yang memasarkan produk-produk industri rumah tangga berupa
tenun setagen dan kain batik justru menjadi kelompok yang
menentukan dalam perkembangan masyarakat ini. KH

w.

pd


Persyarikatan Muhammadiyah di bawah kepemimpinan KH
Ahmad Dahlan memiliki daya magnet luar biasa untuk menarik
perkumpulan-perkumpulan Islam lokal di kawasan pulau
Jawa. Muhammadiyah mampu menjadi pengayom dan
sekaligus memberikan solusi cerdas untuk mengatasi
persoalan-persoalan keumatan yang tak mampu diatasi oleh
masyarakat awam. Pada tahun 1922, Hoofdbestuur (HB)
Muhammadiyah Yogyakarta dengan senang hati membantu
KH Abdurrahman, pemimpin perkumpunan Ambudi Agama
di Pekajangan, yang mendapat kesulitan setelah pemerintah
Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan Goeroe Ordonantie
(staatblad 1905). Perkumpulan Ambudi Agama pimpinan KH
Abdurrahman inilah cikal bakal Muhammadiyah Pekajangan
(Pekalongan).

56

20 SYAKBAN - 5 RAMADLAN 1431 H

SOHIFAH


De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w

w.

pd

fsp

litm

erg
er.
co
m)

sukses menyelenggarakan pendidikan Islam tradisional, Haji langsung ber-tabayyun, menanyakan apa dan bagaimana
Abdurrahman mendapat julukan “Kiai” dari para santrinya.
sesungguhnya Persyarikatan Muhammadiyah. Lantas dijelaskan
Lembaga pendidikan yang dirintis KH Abdurrahman sedang bahwa Muhammadiyah adalah perkumpulan Islam yang
tumbuh, tetapi tantangan datang dari pemerintah kolonial. Sekolah berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Mendengar
agama yang baru saja dirintis langsung dibubarkan oleh penjelasan dari HB Muhammadiyah, KH Abdurrahman langsung
pemerintah. Peraturan pemerintah kolonial (staatblad 1905) insaf. Ia baru sadar bahwa anggapan yang telah tersiar di masyarakat
menegaskan, seluruh aktivitas pengajaran yang diselenggarakan Pekajangan tentang Muhammadiyah sebagai “Perkumpulan
oleh kaum bumiputera dianggap liar. Pemerintah kolonial Kristen” adalah salah besar.
Dalam kesempatan tersebut, KH Abdurrahman mengemukamenyatakan sekolah-sekolah swasta ilegal dan wajib dibubarkan.
Sedangkan tenaga pengajar yang tidak mendapat izin mengajar kan persoalan-persoalan yang dihadapi selama menyelenggarakan
pengajian di bawah perkumpulan Ambudi
ditangkap. Kebijakan Goeroe Ordonantie
Agama yang dipimpinnya. Ia sendiri tidak
memang bertujuan membatasi jumlah

guru agama di sekolah-sekolah bumitahu bagaimana cara menyelamatkan
putera yang tidak dikelola oleh pemelembaga pendidikannya dari penerapan
rintah.
kebijakan kolonial (staatblad 1905). Tetapi,
Muhammadiyah sebagai organisasi
tokoh Pekajangan ini sangat tertarik dengan
sosial keagamaan yang paling banyak
usaha-usaha yang dilakukan Muhammamendirikan sekolah-sekolah swasta
diyah di Yogyakarta. Terbetik dalam pikiranmengalami tekanan yang cukup berat
nya untuk mendirikan Muhammadiyah
dengan keluarnya staatblad 1905. Tetapi,
Cabang (kring) Pekajangan.
dengan kepiawaian para jajaran HB
HB Muhammadiyah Yogyakarta
Muhammadiyah di Yogyakarta, sekolahmenyambut baik niat KH Abdurrahman
sekolah Muhammadiyah mendapat izin
untuk mendirikan Cabang di Pekajangan.
untuk menjalankan proses belajar
Dijelaskan bahwa Muhammadiyah adalah
mengajar sekalipun banyak jumlah guru

perkumpulan (organisasi) yang mendapat
agama yang dikurangi. KH Ahmad
izin resmi dari pemerintah (besluit Gubernur
Dahlan dan kawan-kawan yang
Jenderal Hindia Belanda tanggal 22
kooperatif dengan kebijakan pemerintah
Agustus 1914) yang diperkenankan menkolonial sedikit beruntung bisa
dirikan Cabang-Cabang untuk menyelengKH. Abdurrahman, pemimpin perkumpulan
menyelenggarakan sekolah di bawah
garakan pendidikan atau pengajaran
Ambudi Agama, perintis Muhammadiyah
payung organisasi Muhammadiyah.
agama, penyantunan fakir-miskin, menPekajangan
Akan tetapi, tidak sedikit pimpinan
dirikan panti asuhan dan poliklinik. Akhirnya,
Muhammadiyah yang cenderung reaksioner terhadap kebijakan KH Abdurrahman pulang ke Pekajangan dengan hati mantap. Dia
Goeroe Ordonantie. Salah satu tokoh Muhammadiyah yang rela melebur perkumpulan Ambudi Agama menjadi cabang
kontra terhadap kebijakan ini adalah Haji Fachrodin yang pada Muhammadiyah di desanya. Pada 15 November 1922, HB
saat bersamaan tengah menjabat sebagai Penningmeester Muhammadiyah Yogyakarta mengeluarkan surat keputusan
Centraal Sarekat Islam.

berdirinya Muhammadiyah Cabang Pekajangan.
KH Abdurrahman sempat mendengar di Yogyakarta telah
Di bawah Persyarikatan Muhammadiyah Cabang
berdiri Persyarikatan yang bisa mengatasi kendala-kendala akibat Pekajangan, seluruh kegiatan yang dirintis KH Abdurrahman
diterapkannya staatblad 1905. Ia sendiri sempat ragu, apakah berjalan lancar. Pemerintah kolonial tidak bisa membubarkan
Persyarikatan yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan itu sebuah setiap kegiatan pengajian, karena Muhammadiyah adalah
perkumpulan Islam atau bukan. Chumasi Hardjosubroto, kawan organisasi resmi yang mendapat izin dan pengakuan dari
dekat KH Abdurrahman, membisikkan pesan kepadanya bahwa Gubernur Jenderal Hindia Belanda (AWF Idenburg). Di bawah
Persyarikatan Muhammadiyah adalah “Perkumpulan Kristen”. bendera Muhammadiyah, KH Abdurrahman merasakan
Hardjosubroto sempat mencegah KH Abdurrahman yang berniat kenyamanan berdakwah tanpa mendapat rintangan dari
hendak pergi ke Yogyakarta menemui para pimpinan pemerintah kolonial.
Muhammadiyah. Namun, dengan keyakinan teguh, pendiri
Inilah salah satu faktor yang menyebabkan Muhammadiyah
perkumpulan Ambudi Agama tersebut memberanikan diri pada masa KH Ahmad Dahlan mampu memikat perkumpulanberkunjung ke kantor HB Muhammadiyah yang beralamat di perkumpulan keagamaan lokal yang mendapat tantangan berat
Kauman no 44. Dia datang ke Yogyakarta diantar oleh Kiai Asmu’i, dari pemerintah kolonial untuk bergabung di bawah bendera
kawan dekatnya mantan lurah di Pondok Jamsaren, Solo.
Muhammadiyah. Di samping memiliki visi Islam yang
Di kantor HB Muhammadiyah, KH Abdurrahman disambut berkemajuan, Muhammadiyah mampu menawarkan solusi
oleh Haji Mochtar, Haji Abdurrahman Machdun, Haji Wasool Dja’far, cerdas yang tidak dimiliki oleh perkumpulan atau organisasi Islam
dan lain-lain. Dalam kesempatan tersebut, KH Abdurrahman lain di Tanah Air ini.l bersambung

SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 95 | 1 - 15 AGUSTUS 2010

57