Salah satu contoh repellent adalah DEET N,N-diethyl-m-toluamide. Repellent ini tidak berbau tetapi menimbulkan rasa terbakar jika mengenai mata, luka
atau jaringan membranous. Selain itu, ia juga dapat merusakkan benda-benda yang terbuat dari plastik dan bahan sintetik lainnya. Contoh lain dari repellent adalah ethyl
hexanediol yang mempunyai sifat seperti DEET, akan tetapi efeknya tidak berlangsung lama. Repellent digunakan dalam berbagai bentuk, misalnya berbentuk
cairan, pasta atau semprotan yang ditujukan pada pakaian Soedarto, 1990.
2.3.2 Dampak Penggunaan Insektisida Sintetis Terhadap Kesehatan
Penggunaan insektisida dapat mengakibatkan dampak negatif pada kesehatan manusia, misalnya : a terdapat residu pestisida pada produk pertanian; b
bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui rantai makanan. Manusia sebagai makhluk hidup yang letaknya paling ujung dari rantai makanan dapat memperoleh efek
biomagnifikasi yang paling besar. Dampak ini ditimbulkan oleh pestisida golongan organoklorin; c keracunan pestisida, yang sering terjadi pada pekerja dengan
pestisida Adriyani, 2006. Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan insektisida yang mengenai danatau
masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu. Keracunan dapat terjadi baik secara akut maupun kronis Raini, 2007.
2.3.2.1 Dampak Akut terhadap Kesehatan
Dampak akut dari insektisida terjadi bila efek-efek keracunan dirasakan langsung pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing,
mual, sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebihan, kram, diare, sulit bernafas, pandangan kabur, bahkan kematian. Efek akut ini bias terjadi secara
lokal maupun sistemik. Efek akut lokal bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan insektisida, misalnya berupa iritasi dan
maslah kulit. Efek akut sistemik muncul bila insektisida masuk ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke
seluruh bagian tubuh dan mempengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati, lambung, otot, usus, otak dan syaraf.
2.3.2.2 Dampak Kronis terhadap Kesehatan
Dampak kronis dari insektisida terjadi bila efek keracunan pada kesehatan membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek jangka panjang ini dapat
muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terpapar insektisida. Dampak kronis insektisida dapat terjadi pada :
a. Sistem syaraf
Bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi sistem syaraf disebut neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit pada otak yang disebabkan insektisida adalah
masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma.
b. Hati atau Liver
Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri seringkali dirusak oleh pestisida.
c. Sistem Kekebalan
Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini adalah reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan asing. Pestisida
bervariasi dalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap orang memberi reaksi
berbeda untuk derajat penggunaan pestisida yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan
melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita menjadi lebih mudah terkena infeksi. d.
Keseimbangan Hormon Penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa insektisida mempengaruhi
produksi hormon dalam tubuh, salah satunya hormon reproduksi. Hal ini menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur
yang tidak normal pada wanita. Selain itu juga dapat meyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya menjadi kanker tiroid.
Quijano, 1999.
2.4 Insektisida Nabati