Memanfaatkan tandan kosong dan abu janjang kelapa sawit sebagai

berdrainase beririgasi baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam 80 cm tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 o . Kriteria sifat kimia tanah untuk pembudidayaan tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 2. Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanaman di perkebunan kelapa sawit yaitu penggunaan bibit yang berkualitas. Hal tersebut diungkapkan Pahan 2008 bahwa investasi yang sebenarnya bagi perkebunan komersial berada pada bahan tanam benihbibit yang akan ditanam, karena merupakan sumber keuntungan pada perusahaan kelak. Penyediaan bibit yang baik dan sehat selama di pembibitan awal pre nursery maupun di pembibitan utama main nursery sangat besar pengaruhnya untuk pertumbuhan tanaman Setiawibawa dan Widyastuti 1992. Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam usaha peningkatkan luas areal penanaman kelapa sawit, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit yang dipergunakan untuk penanaman di lapangan agar diperoleh tanaman yang sehat dan berproduksi tinggi. Pembibitan yang baik diharapkan akan dapat menghasilkan bibit yang baik dan bermutu. Bibit yang baik berarti mempunyai kekuatan tumbuh dan penampilan yang baik, sedangkan benih bermutu berarti mempunyai sifat genetik yang baik dan benar menurut varietasnya. Bibit yang baik diharapkan lebih berkemampuan dalam menghadapi keadaan stress waktu dipindahkan ke lapang, dan tanggap terhadap input yang diberikan. Tanaman yang berasal dari bibit yang baik akan tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat, dan pada akhirnya berproduksi lebih awal dan memberikan hasil yang lebih tinggi Yahya 1992. Untuk mendapatkan bibit yang baik diperlukan penanganan dan pemeliharaan tersebut diantaranya dengan pemberian pupuk yang tepat. Bibit kelapa sawit sangat cepat pertumbuhannya dan memerlukan banyak pupuk Lubis 1992. Salah satu usaha yaitu dengan melakukan pemberian hara pada bibit tersebut. Tanaman harus mendapatkan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya. Perlakuan pemberian zat makanan yang cukup terhadap pertumbuhan tanaman di lapangan dengan jalan pemupukan Sukarji dan Tobing 1982. Tahap pembibitan merupakan tahap paling awal pengelolaan tanaman kelapa sawit. Pada saat ini pembibitan kelapa sawit yang dianjurkan ialah pembibitan pada kantong plastik polybag dengan 2 tahap double stage system yaitu melalui pembibitan awal pre-nursery dan pembibitan utama main- nursery. Pembibitan Awal Pre-Nursery Kecambah kelapa sawit berakar tunggang dan pada tanaman dewasa berakar serabut yang membentuk anyaman yang rapat dan tebal. Pada tanaman dewasa akar primer tumbuh dari dasar batang, yang sebagian besar tumbuh mendatar. Pada akar primer ini tumbuh akar sekunder yang sebagian besar tumbuh mengarah ke permukaan tanah, kemudian dari akar sekunder tumbuh lagi akar tersier yang kebanyakan tumbuh horizontal, dan dari akar tersier tumbuh akar kuarter. Akar tersier dan kuarter inilah yang membentuk anyaman tebal dekat permukaan Yahya 1992. Menurut Lubis 1992 akar tersier dan kuarter merupakan akar yang paling aktif mengambil air dan hara dari dalam tanah. Masa pembibitan awal adalah sejak penanaman kecambah sampai bibit berumur tiga bulan. Adapun kondisi bibit di pembibitan awal dapat dilihat pada lampiran 3. Pada tahap pertumbuhan awal, keperluan unsur hara masih dapat disediakan dari cadangan makanan yang ada pada endosperm, selanjutnya secara berangsur-angsur tanaman mulai mengambil unsur hara dari dalam tanah Sunarko 2009. Oleh karena itu, pada masa pembibitan awal tidak perlu diberikan pupuk kecuali bila ada kekurangan hara misalnya daun memucat. Pada pembibitan awal bila diberikan pupuk maka kemungkinan besar terjadi kontak langsung antara pupuk dengan daun sehingga dapat menyebabkan daun terbakar, disamping itu kebutuhan hara pada fase ini masih dapat disediakan oleh biji itu sendiri Lubis 1992. Pembibitan awal pre - nursery bertujuan untuk memperoleh bibit yang merata pertumbuhannya sebelum dipindahkan ke pembibitan utama main - nursery Lokasi yang dijadikan sebagai tempat pembibitan awal yaitu dekat sumber air dan jalan, areal rata dengan drainase baik, jauh dari gangguan ternak, dan di dalam areal yang akan ditanami Yahya 1992. Cara pembibitan awal yang lazim digunakan yaitu cara pembibitan kantung plastik. Tanah media yang telah bersih dari kotoran dimasukkan ke dalam polybag. Benih yang telah berkecambah dan berakar ditanam sedalam 2 - 5 cm di tengah-tengah polybag dan dijaga agar akarnya tidak patah. Bibit yang telah dipindahkan ke polybag ditempatkan di bawah naungan dan sedikit demi sedikit intensitas cahaya yang masuk ditingkatkan. Penyiraman dilakukan pagi dan sore. Setelah 3 bulan di pembibitan pendahuluan kemudian dilakukan seleksi bibit. Bibit yang tumbuh kerdil dan abnormal dibuang, dan sisanya dipindahkan ke pembibitan utama setelah mempunyai 3 - 4 helai daun Lubis 1992. Pembibitan Utama Main - Nursery Pembibitan utama main nursery bertujuan agar bibit sudah cukup kuat dan besar sebelum ditanam di lapangan, dan agar pertumbuhan bibit seragam. Pembibitan utama ini menggunakan polybag besar, dengan ukuran 40 cm x 50 cm dan tebal 0,02 cm Yahya 1992. Media tanam yang digunakan sebaiknya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas top soil pada ketebalan 10 - 20 cm. Persiapan media pembibitan awal dan kondisi bibit di pembibitan utama dapat dilihat berturut - turut pada Lampiran 4 dan 5. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia. Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah 3:1 kadar pasir tidak melebihi 60 . Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar diameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa - sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya Bintoro 1988. Pemupukan Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang mengandung unsur - unsur kimia yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Sedangkan pemupukan dimaksudkan sebagai pemberian zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan serta meningkatkan hasil tanaman. Secara umum dapat dikatakan manfaat pupuk adalah untuk menyediakan unsur hara yang kurang atau tidak tersedia di dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pemupukan merupakan usaha pemberian unsur hara pada tanaman untuk memperoleh tanggap tanaman yang optimal. Unsur hara yang diberikan sebaiknya merupakan tambahan bagi unsur yang sudah ada dalam tanah sehingga jumlah yang tersedia dalam tanah bagi tanaman terdapat dalam perbandingan yang tepat Setyorini et al. 2003. Menurut Pahan 2008, pemberian pupuk dengan campuran unsur N,P,K akan berpengaruh sangat baik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit. Aplikasi pupuk N,P,K yang efektif dan efisien bila diberikan dalam dosis rendah secara kontinu. Pemupukan yang dilakukan adalah pemupukan dengan unsur nitrogen, fosfor, dan kalium. Unsur N diperoleh dari pupuk Urea, unsur P dari SP36, dan unsur K dari pupuk KCl. Nitrogen N merupakan unsur utama pembentuk protoplasma sel, asam amino, protein, amida, alkaloid, dan klorofil. Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk anorganik yaitu amonium NH 4 + dan nitrat NO 3 - . Nitrat merupakan ion yang sangat mobil di dalam tanah, hal ini disebabkan oleh sifatnya yang mudah larut dan tidak terjerap adsorpsi oleh koloid tanah Geisler Venema 2011. Unsur hara N bergerak menuju permukaan akar melalui mekanisme aliran massa 98,8 Marschner 1995. Setelah serapan terjadi, NO 3 - yang berada dalam sitoplasma sebagian kecil disimpan dalam vakuola dan sisanya direduksi menjadi bentuk ion NO 2 - kemudian masuk ke dalam organel plastida akar dan diubah lagi dalam bentuk NH 4 + . Ion NH 4 + ini bergabung dengan senyawa organik glutamin untuk membentuk asam amino yang digunakan sebagai dasar molekuler untuk pertumbuhan dan perkembangan Rubio et al. 2009. Aplikasi nitrogen yang berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran air tanah dan air sungai melalui runoff dan leaching Goh Hardter 2003. Kekurangan unsur nitrogen N menyebabkan warna daun yang hijau menjadi agak kekuningan selanjutnya berubah menjadi kuning. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Fosfor P berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman, baik yang menyangkut pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Fungsi lain unsur ini adalah membentuk ikatan fosfolipid dalam minyak. Ketersediaan P sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Ketersediaan P maksimum antara pH 5,5 dan 7,5. Tanah masam pH 5,5 menyebabkan kelarutan Al dan Fe tinggi sehingga dapat berpresipitasi dengan P dan menghambat ketersediaan P. Pada kondisi salin pH 7,5 Ca yang tinggi dapat mengikat P sehingga ketersediaannya menurun White 2006. Mobilitas ion - ion P dalam tanah sangat rendah karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Oleh karena itu recovery rate dari pupuk P sangat rendah antara 10 - 30 , sisanya 70 – 90 tertinggal dalam bentuk immobil atau hilang karena run off Leiwakabessy Sutandi 2004. Tanaman memperoleh P dalam bentuk P anorganik Pi. Reaktivitas Pi yang tinggi dengan kation dalam tanah dan perubahan yang cepat ke bentuk- bentuk organik oleh mikroba yang menyebabkan Pi pada umumnya tidak tersedia bagi tanaman Bunemann et al. 2011. Fosfor digunakan sepenuhnya dalam bentuk teroksidasi dan terhidrasi sebagai orthophosphate. P diabsorpsi oleh akar tanaman dari larutan tanah sebagian besar dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4 - dan sebagian kecil dalam bentuk ion ortofosfat sekunder HPO42 - . Serapan kedua ion tersebut bergantung pada pH di sekitar akar. Pada pH tanah rendah bentuk H2PO4 - lebih banyak diserap daripada bentuk HPO42 - , dan pada pH tinggi terjadi hal sebaliknya Barker Pilbeam 2007. Kahat P dalam tanaman akan memperlambat proses pertumbuhan akar, tanaman kerdil, daun warna gelap dan tegak kemudian menjadi keungu - unguan dan umur panen lambat hal ini karena proporsi asimilat untuk pertumbuhan akar yang dialokasikan lebih besar dibandingkan dengan pucuk Goh Hardter 2003. Kalium K merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K + . Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma. Unsur hara Kalium sangat penting untuk tanaman kelapa sawit, karena unsur K paling banyak ditransfer ke tandan buah. Pada tanaman muda, unsur kalium nyata memperbesar perkembangan batang dan mempercepat pertumbuhan vegetatif. Pemupukan kalium pada tanah yang kandungan pasirnya tinggi bisa meningkatkan produksi tandan kelapa sawit. Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur Bunemann et al. 2011 . Tandan Kosong Kelapa Sawit TKKS Pabrik kelapa sawit banyak menghasilkan limbah padat terutama tandan kosong kelapa sawit yang merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan setiap ton tandan buah segar TBS Darmosarkoro et al. 2007. Sebagian pabrik kelapa sawit memanfaatkan tandan kosong untuk diproses menjadi pupuk oleh karena jumlah tandan kosong ini cukup banyak yaitu sebanyak 20 dari jumlah tandan buah sawit yang diolah serta kandungan kalium yang cukup tinggi mencapai 40,1 Naibaho 1998. Susanto et al 2005 menyatakan bahwa tandan kosong sawit TKS merupakan bahan organik yang mengandung 0,80 N, 0,22 P 2 O 5 , 2,90 K 2 O 42,8 Ca, 0,30 MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23 ppm Cu, dan 51 ppm Zn. Adapun hasil analisis amelioran tandan kosong dan abu janjang kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 6. Menurut Darmosarkoro et al. 2007 tandan kosong sawit mempunyai kadar CN yang tinggi yaitu 45 - 55, hal ini dapat menurunkan ketersediaan N pada tanah karena N terimobilisasi dalam proses perombakan bahan organik oleh mikroba tanah. Untuk itu dilakukan usaha penurunan kadar CN dengan proses pengomposan sampai kadar CN mendekati kadar CN tanah sehingga tandan kosong kelapa sawit yang telah dikomposkan CN sekitar 15 menjadi lebih baik untuk digunakan sebagai bahan pembenah media tanam sub soil yang kurang subur pada pembibitan kelapa sawit dan dapat menggantikan fungsi top soil. Tandan kosong kelapa sawit banyak mengandung lignoselulosa dengan penyusun utama selulosa 45,95 , hemiselulosa 22,84 , dan lignin 16,49 , abu 1,23 , Nitrogen 0,53 , minyak 2,41 , Darmosarkoro et al. 2007. Kadar selulosa, hemiselulosa dan lignin yang tinggi menyebabkan pengomposan tandan kosong kelapa sawit memerlukan waktu yang lama yaitu 3 bulan. Limbah tandan kosong kelapa sawit digunakan sebagai bahan organik bagi pertanaman kelapa sawit secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung ialah dengan menggunakan tandan kosong sawit sebagai mulsa sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik. Bagaimanapun juga, pengembalian bahan organik kelapa sawit ke tanah akan menjaga pelestarian kandungan bahan organik lahan kelapa sawit demikian pula hara tanah. Selain itu, pengembalian bahan organik ke tanah akan dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama berperan dalam memperbaiki struktur tanah, mempengaruhi populasi mikroba tanah yang secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan dan kualitas tanah. Aktivitas mikroba akan berperan dalam menjaga stabilitas dan produktivitas ekosistem alami, demikian pula ekosistem pertanian Barea et al. 2005 . Kebutuhan hara yang besar untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit menjadikan anggaran untuk pemupukan menjadi besar, selain hal itu pengelolaan perkebunan kelapa sawit dewasa ini diharuskan memperhatikan kelestarian lingkungan dan isu global perusahaan modern tanpa limbah. Salah satu langkah untuk menuju pengolahan tanpa limbah adalah pemanfaatan limbah kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit TKS sebagai sumber hara K dan digunakan sebagai bahan pembenah tanah baik untuk perkebunan maupun pertanian. Hasil penelitian Susanto et al. 2005 menunjukkan bahwa aplikasi 80 pupuk standar ditambah 15 ton kompos tandan kosong sawitha cenderung menaikkan jumlah tandan. Sedangkan perlakuan pupuk standar 90 ditambah kompos tandan kosong sawit 20 tonha dapat meningkatkan rerata berat tandan. Selanjutnya pemberian tandang kosong 50 dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah pelepah sebesar 16,81 dan 3,17 pelepah. Abu Janjang Kelapa Sawit Amelioran abu janjang fly ash adalah abu sisa pembakaran tandan kosong kelapa sawit, cangkang sawit yang tidak memiliki nilai ekonomis. Abu janjang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai amelioran untuk membenahi sifat kimia tanah karena abu janjang memiliki pH yang tinggi dengan kisaran 11 - 12. Abu janjang kelapa sawit mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dan mengandung logam - logam berat yang tidak dapat mencemari lingkungan serta tidak bersifat racun yang membahayakan tanah dan tanaman Rini 2005. Guna meningkatkan produktivitas tanah sehingga dapat memberikan hasil optimal diperlukan suatu pengolahan yang tepat dan efisien. Salah satunya adalah dengan pemberian amelioran. Secara umum pemberian amelioran ke dalam tanah bertujuan untuk menetralkan asam-asam organik asam-asam fenolat dan asam- asam karboksilat yang bersifat meracun, pengaruh yang nyata terhadap kimia tanah adalah meningkatnya pH tanah sehingga reaksi tanah mengarah ke netral dan di lain pihak dapat memperbaiki kandungan unsur hara tanah. Hasil penelitian Panjaitan et al. 1983 bahwa abu janjang sawit mempunyai kandungan unsur hara Kalium yang tinggi, disamping kandungan unsur hara lain seperti Fosfor dan Magnesium. Sementara itu abu janjang sawit menurut Nainggolan 1992 mengandung Silika SiO 2 3,33 , Calcium Oksida CaO 5,85 , Magnesium Oksida MgO 2,63 , Alumunium Oksida Al 2 O 3 4,71, Feri Oksida Fe 2 O 3 18,34 , Sulfur Tri Oksida SO 3 3,0 , Natrium Oksida Na 2 O 1,8 , Kalium Oksida K 2 O 27,26 . Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanibal et al. 2001 abu janjang sawit mengandung unsur hara, seperti : N-Total 0,05 , P 2 O 5 4,79 , K 2 O 36,48, MgO 2,63 , CaO 5,46 , Mn 1,230 ppm, Fe 3 450 ppm, Cu 183 ppm, Zn 28 ppm dan pH 11,9 - 12,0. Pemberian abu janjang sawit dengan dosis yang meningkat diharapkan dapat menurunkan kejenuhan Alumunium yang tergolong tinggi pada Ultisol, dapat menyumbangkan unsur hara K, Mg dan Ca untuk tanaman jagung, dapat meningkatkan pH dan basa-basa di dalam tanah serta dapat berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas tukar kation efektif serta kejenuhan basa. Pemberian abu janjang kelapa sawit dengan dosis 10, 20, 30, 40 dan 50 gram per 8 kg tanah Ultisol kering oven dapat meningkatkan kation - kation basa dapat ditukar seperti : K - dd dari 0,30 menjadi 0,70, 1,13, 1,20, 2,90 dan 3,01 me100 g. Ca - dd dari 0,81 menjadi 0,87, 0,90, 0,96, 1,30 dan 1,36 me100 g. Mg - dd dari 0,30 menjadi 0,40, 0,56, 0,60, 1,10 dan 1,20 me100 g. Kejenuhan basa dari 17,25 menjadi 17,25, 23,00, 30,00, 31,75, 55,00 dan 59,75. Serta penurunan Al-dd dari 1,02 menjadi 0,63, 0,39, 0,25, 0,05 dan tak terukur Sylvia 1992. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis 1990 melaporkan bahwa pemberian abu janjang sawit pada tanah Podsolik dapat menurunkan Al-dd dari 0,90 menjadi 0,38 ; 0,36 ; 0,32 ; dan 0,30 me100 g dengan dosis 1,9 ; 3,8 ; 5,7 dan 7,6 gram per 1 Kg tanah kering oven. Pemberian abu janjang kelapa sawit dengan dosis 20 g per 8 kg tanah Ultisol yang diinkubasi selama 2 minggu dapat meningkatkan pH tanah dari pH 4,32 menjadi pH 5,5. Ketersediaan unsur hara didalam tanah seperti K-dd, Ca-dd, dan Mg-dd juga meningkat serta kandungan Al-dd tanah dapat diturunkan Hanibal et al 1995. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmad 1993 pemberian abu janjang sawit dengan dosis : 1,5 ; 3,0 ; 4,5 dan 6,0 kg per 9 m 2 dapat meningkatkan nilai pH, yaitu : 5,5 ; 5.9 ; 6,30 ; 6,62 ; dan 6,87. Dari dosis tertinggi yang digunakan, yaitu : 6,0 kg per 9 m 2 diperoleh hasil 43,71 gram per tongkol jagung. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikabayan, Darmaga, Bogor, yang terletak pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Mei 2012. Analisis tanah, pupuk dan organ tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB. Adapun bagan alir perencanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7. Bahan dan Alat Bahan - bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah bibit kelapa sawit Tenera varietas Dami Mas nomor persilangan 44 x 19.10 yang berumur 4 bulan, top soil, kompos tandan kosong sawit, abu janjang sawit, polybag berukuran 50 cm x 40 cm dengan ketebalan 0,02 cm, tali plastik, Dithane M 45, pupuk Urea, SP36, KCl, spidol permanen, kertas binder, hekter dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah dan jaringan tanaman. Adapun alat - alat pendukung penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7. Alat-alat yang digunakan terdiri atas parang, timbangan analitik, meteran alumunium, jangka sorong, Li-cor, leaf area meter, hand sprayer, klorofil meter SPAD-502, mikroskop, ember, gembor, ayakan tanah 10 mesh dan alat tulis. Metode Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok RAK satu faktor dengan tujuh perlakuan yang diulang dalam enam ulangan. Masing - masing dengan taraf perlakuan dosis pupuk dan amelioran per bibit yaitu : P1 : Dosis pupuk Urea 22 g, SP36 15 g, KCl 17,5 g P2 : Dosis pupuk Urea 11 g, SP36 7,5 g, KCl 8,5 g + 1 kg Tandan Kosong Kelapa Sawit P3 : Dosis pupuk Urea 11 g, SP36 7,5 g, KCl 8,5 g + 1 kg Abu Janjang Sawit P4 : Dosis pupuk Urea 11 g, SP36 7,5 g, KCl 8,5 g + 1 kg Tandan Kosong Kelapa Sawit + 1 kg Abu Janjang Sawit P5 : 1 kg Tandan Kosong Kelapa Sawit + 1 kg Abu Janjang Sawit P6 : 1 kg Tandan Kosong Kelapa Sawit P7 : 1 kg Abu Janjang Setiap perlakuan terdiri atas 10 tanaman dan dari 10 tanaman diambil 5 tanaman contoh, sehingga jumlah tanaman keseluruhan sebanyak 420 tanaman Model linier aditif dari rancangan perlakuan ini adalah sebagai berikut: ij j i ij Y         Dimana Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan perlakuan amelioran ke-j  = Rataan populasi i = Pengaruh aditif dari kelompok ke-i j = Pengaruh aditif dari perlakuan amelioran ke-j ij = Pengaruh galat dari kelompok ke-i dan perlakuan amelioran ke-j Pelaksanaan Penelitian Persiapan Areal Penelitian Areal yang dipergunakan dibersihkan dari gulma dan kotoran lain yang dapat menjadi sumber organisme pengganggu tanaman. Pembersihan gulma dilakukan dengan mencangkul sekaligus meratakan permukaan tanah. Areal yang dipersiapkan diusahakan agar distribusi cahaya maupun air hujan secara merata. Persiapan Media Tanah dan Amelioran Media yang digunakan untuk mengisi polybag adalah jenis Latosol dengan kedalaman sampai 20 cm, tandan kosong dan abu janjang sawit. Media tanah dan tandan kosong kelapa sawit dikering-anginkan dan selanjutnya diayak dengan menggunakan ayakan 10 mesh untuk membuang sisa-sisa kayu, akar dan batu. Pengisian media dilakukan sebagian lalu dipadatkan agar tidak terjadi rongga atau kantong air. Setelah semua pekerjaan di atas, kemudian polybag disusun sesuai dengan pengacakan yang dilakukan sebelumnya dengan jarak 90 cm x 90 cm x 90 cm. Adapun denah percobaan dapat dilihat pada Lampiran 9. Penanaman Bibit Setelah pengisian media dan penyusunan polybag, kemudian bibit dipindahkan ke dalam polybag ukuran 50 cm x 40 cm. Bibit yang digunakan adalah bibit umur tiga bulan di pembibitan awal pre - nursery. Pemindahan bibit dilakukan dengan hati-hati agar perakaran bibit yang masih muda tidak terganggu atau putus sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bibit selanjutnya. Perlakuan Dosis Pupuk dan Amelioran Perlakuan pupuk Urea, SP36 dan KCl ditimbang sesuai dosis anjuran kemudian diberikan pada masing - masing perlakuan yang sudah ditentukan. Setelah itu, pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat berjarak ± 6 cm dari pohon bibit kelapa sawit. Pemberian pupuk ini dilakukan 2 minggu setelah pindah tanam MST bibit ke polybag, dan pemberian selanjutnya dilakukan setiap 4 MST hingga selesainya penelitian. Adapun dosis rekomendasi pemupukan Urea, SP36 , KCl dan amelioran disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Dosis Rekomendasi Pemupukan Urea, SP36, KCl dan Amelioran terhadap Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama pada Umur 1 - 6 Bulan. Umur Jenis pupuk gbibit 100 rekomendasi Jenis pupuk gbibit 50 rekomendasi Amelioran Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl TKKS AJ 1 2 1 1,5 1 0,5 0,75 1 kg 1 kg 2 2 1 1,5 1 0,5 0,75 - - 3 3 2,5 2,5 1,5 1,25 1,25 - - 4 5 3,5 4 2,5 1,75 2 - - 5 5 3,5 4 2,5 1,75 2 - - 6 5 3,5 4 2,5 1,75 2 - - Jumlah 22 15 17,5 11 7,5 8,5 - - Sumber: Memet Hakim, olahan dari vademecum kelapa sawit PTP X, 2006 Pemeliharaan Gulma yang tumbuh di polybag dicabut dengan tangan. Pekerjaan ini sekaligus untuk menggemburkan tanah jika terjadi pengerasan tanah di dalam polybag. Interval penyiangan bergantung pada pertumbuhan gulma pada polybag. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada saat bibit berumur 4 minggu setelah tanam MST dari pembibitan awal ke pembibitan utama, dan pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval waktu empat minggu sampai bibit berumur 7 tujuh bulan. Pengamatan yang dilakukan yaitu pertumbuhan morfologi yang meliputi tinggi bibit, luas daun, jumlah daun, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar dan bobot kering akar, sedangkan respon fisiologi, jumlah klorofil daun, kerapatan stomata, analisis hara jaringan daun dan analisis tanah.

1. Respon Morfologi Tanaman

a. Tinggi Bibit cm. Diukur dari batas leher akar sampai ujung daun. Untuk

mempermudah pengukuran ditanam ajir sebagai standar pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran alumunium, dan pengukuran ini dilakukan 4 empat minggu setelah tanam MST sampai akhir penelitian.

b. Diameter Batang cm. Pengertian diameter batang disini adalah kumpulan

pelepah daun. Pengukuran diameter batang dengan menggunakan jangka sorong Caliper jangka sorong. Diameter batang diukur setinggi 5 cm di atas permukaan tanah, pengukuran pertambahan diameter batang ini dilakukan sampai akhir penelitian.

c. Jumlah Daun helai. Perhitungan jumlah daun adalah dengan menghitung

jumlah daun yang telah terbuka sempurna. Perhitungan parameter pertambahan jumlah daun ini dilakukan 4 empat minggu sekali sampai akhir penelitian.

d. Luas Daun cm

2 . Luas daun yang di ukur adalah daun ke-4 yang telah membuka sempurna. Pengukuran luas daun pada umur 0 - 12 MST dilakukan dengan menggunakan rumus LD = P x L x k, dimana: LD = Luas daun cm 2 P = Panjang daun cm L = Lebar daun terlebar cm k = Nilai koreksi untuk pengukuran luas daun yaitu 0,55 Hardon et al. 1969. Sedangkan pada 16 MST menggunakan portable area meter Li-cor 3000C. Sebelum melakukan pengukuran, alat portable area meter Li-cor di set-up lebih dahulu. Kemudian memilih daun ke empat untuk mengukur. Setelah pengukuran, selanjutnya data yang terrekam dicatat berdasarkan peubah yang diukur

e. Bobot Basah Tajuk g. Bobot basah tajuk diukur diakhir penelitian yaitu

pada saat tanaman berumur 7 tujuh bulan. Pengukuran sampel diambil dari perlakuan yang berpengaruh nyata atau terbaik, dengan cara memisahkan antara tajuk dan akar bibit, kemudian tajuk bibit dibersihkan dengan air, dikeringanginkan dan ditimbang dengan timbangan 5 kg. f. Bobot Kering Tajuk g. Tanaman dipotong hingga batas leher akar, kemudian dikeringkan dalam oven selama 48 jam dengan suhu 80 o C, ditimbang bobot kering tajuknya. Pengukuran ini dilakukan pada akhir penelitian yaitu dengan mengukur satu tanaman sampel dari perlakuan yang berpengaruh nyata atau yang pertumbuhannya optimum. g. Bobot Basah Akar g. Bobot basah akar diukur pada akhir penelitian pada saat bibit berumur 7 tujuh bulan. Pengukuran sampel diambil dari perlakuan yang berpengaruh nyata atau terbaik, dengan cara membersihkan akar bibit dari tanah dengan air, kemudian dikeringanginkan dan ditimbang dengan timbangan 5 kg. Sampel diambil dari perlakuan yang berpengaruh nyata atau yang pertumbuhannya optimum.

h. Bobot kering akar g. Akar dikeringkan dalam oven selama 48 jam dengan

suhu 80 o C kemudian ditimbang. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian dan sampel yang diukur diambil dari perlakuan yang berpengaruh nyata atau yang pertumbuhannya optimum. Respon Fisiologi Tanaman a. Jumlah Klorofil. Jumlah klorofil daun dihitung dengan menggunakan alat SPAD-502 Plus chlorophyll meter. Alat ini secara digital mencatat tingkat kehijauan dan jumlah relatif molekul klorofil yang ada dalam daun dalam satu nilai berdasarkan jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh daun Konika Minolta 1989. Pengukuran dilakukan pada umur 16, 20 dan 24 MST. Sampel daun yang diukur adalah daun ke-4 dengan cara meletakkan daun pada titik alat pembaca, kemudian tombol pembaca ditekan. Penghitungan dilakukan pada tiga titik pangkal, tengah dan ujung yang berjarak ± 0,5 cm dari tepi leaflet. Nilai real kadar klorofil daun untuk kelapa sawit dihitung dengan menggunakan rumus Y = 0,0007x - 0,0059, dimana: Y = kandungan klorofil dan X = nilai hasil pengukuran SPAD-502 Farhana et al. 2007.

b. Kerapatan Stomata. Kerapatan stomata diamati dan dihitung dengan

menggunakan mikroskop. Sampel daun yang diamati adalah daun ke-4 yang dihitung dari atas daun paling muda. Pengukuran dilakukan pada 20 MST. Adapun tahapan cara kerja sebagai berikut : 1. Sampel daun dioles dengan menggunakan selulosa asetat cat kuku bening pada bagian atas dan bawah daun ± 1,5 cm x 0,5 cm. 2. Plester bening dipotong dengan ukuran ± 2 cm x 1,2 cm yang berguna untuk mencetak pola stomata. 3. Plester kemudian ditempelkan pada daun yang telah kering setelah dioles selulosa asetat kemudian plester dibuka dari sampel daun dan dipindahkan ke objek kaca yang selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 x 10. 4. Menghitung jumlah stomata dengan menggunakan rumus : a. Kerapatan stomata KS KS = n Luas bidang pandang = x 1 �� 2 dimana : n = jumlah stomata Luas bidang pandang x = jumlah stomata mm 2 b. Luas bidang pandang mikroskop L L = �� 2 , dimana : �= 3,14 r = Jari-jari bidang pandang 0,5 mm dengan pembesaran 40 x 10. c. Analisis jaringan hara pada daun N, P dan K. Daun yang diambil sebagai sampel adalah daun yang ke lima dan dilakukan pada akhir penelitian. Pengambilan daun tanaman dilakukan pada pagi hari dan segera dimasukkan ke dalam cool box. Setelah sampai di laboratorium, sampel dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu - 10 o C dan pada hari berikutnya dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60 o C selama 24 jam sampel yang sudah kering disimpan kembali ke dalam freezer untuk dianalisis kadar unsur haranya. Analisis kandungan nitrogen menggunakan metode Kjeldhal. Prinsip kerjanya adalah sampel didestruksi dengan asam sulfat pekat dengan menggunakan kalium sulfat dan merkuri oksida sebagai katalisator. Nitrogen organik yang terdapat dalam sampel diubah menjadi ion ammonium. Kemudian ammonium didestilasi dengan penambahan natrium hidroksida. Kadar nitrogen dalam sampel ditentukan dengan Kjeltec Auto Analiyzer. Analisis kandungan fosfor P menggunakan metode pengabuan kering dengan menggunakan Hidrogen Klorida pekat. d. Analisa Tanah. Analisa tanah dilakukan sebelum dan sesudah penelitian berakhir Awal penelitian : sampel tanah diambil secara komposit yang diperoleh pada beberapa titik yang mewakili areal yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian, sampel tanah diambil pada kondisi kapasitas lapang dengan menggunakan sekop sedalam ± 20 cm. Sampel tanah dibersihkan dari sisa-sisa akar, setelah bersih diambil sampel seberat 200 g untuk dianalisis. Analisis tanah dilakukan terhadap tekstur tanah, kadar C-organik, N total, P, K, pH, KTK dan basa-basa dapat ditukar, KB, Al-dd, H-dd, dan unsur mikro tersedia lainnya Fe, Cu, Mn. Akhir penelitian : sampel tanah diambil secara komposit yang diperoleh dari beberapa polybag pada semua perlakuan yang ditetapkan sebagai sampel. Sampel tanah diambil pada kondisi kapasitas lapang. Sampel tanah dibersihkan dari sisa- sisa akar, setelah bersih diambil sampel seberat 200 g untuk dianalisis. Analisis tanah dilakukan terhadap tekstur tanah, kadar C-organik, N total, P, K, pH, KTK