Optimizing Rates of NPK Compound and Calcium Fertilizer for the Growth of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq) Seedling in Main Nursery

i

OPTIMASI DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN KALSIUM
PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI PEMBIBITAN UTAMA

RIZKI FAUZIAH RAMADHAINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Optimasi Dosis Pupuk
Majemuk NPK dan Kalsium pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di

Pembibitan Utama adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Rizki Fauziah Ramadhaini
NIM A252110181

ii

iii

RINGKASAN
RIZKI FAUZIAH RAMADHAINI. Optimasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan
Kalsium pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama.
Dibimbing oleh SUDRADJAT dan ADE WACHJAR.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan ekspor

Indonesia sehingga menjadi penghasil devisa negara di luar minyak dan gas bumi.
Minyak sawit banyak digunakan oleh industri fraksinasi (minyak goreng), lemak
khusus, margarin, kosmetik, oleochemical, dan biodiesel.
Salah satu faktor penentu produktivitas kelapa sawit adalah dengan
menggunakan bibit yang berkualitas yang didapatkan melalui penggunaan benih
yang secara genetik unggul dan pemeliharaan yang baik, terutama pemupukan.
Oleh karena itu, ketepatan dosis pupuk selama proses pembibitan menjadi faktor
yang sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum
pupuk majemuk NPK dan kalsium, mengetahui pengaruh interaksi keduanya
terhadap pertumbuhan bibit dan menghasilkan bibit kelapa sawit berkualitas.
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikabayan, Darmaga,
Bogor dari bulan Desember 2011 sampai dengan November 2012. Rancangan
yang digunakan adalah faktorial dalam rancangan acak kelompok dengan tiga
ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk majemuk NPK (15-15-15) yang
terdiri atas 0, 115, 230 dan 460 g bibit-1. Faktor ke-dua adalah dosis pupuk
kalsium yang terdiri atas 0, 5, 10 dan 20 g bibit-1.
Secara umum, tidak terdapat pengaruh interaksi pupuk majemuk NPK dan
kalsium terhadap peubah yang diamati, kecuali pada tinggi bibit 3 Bulan Setelah
Perlakuan (BSP). Pupuk majemuk NPK memberikan pengaruh nyata secara
kuadratik terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang dan kandungan

klorofil pada umur 3-8 BSP, kecuali pada tinggi bibit 5 BSP dan diameter batang
3 BSP, pupuk majemuk NPK berpengaruh nyata secara linier. Pupuk kalsium
berpengaruh nyata secara linier hanya terhadap tinggi bibit 1 BSP, selain itu
pupuk kalsium tidak berpengaruh nyata pada seluruh peubah. Pengaruh linier
menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian dosis pupuk, pertumbuhan
tanaman akan semakin meningkat. Pengaruh kuadratik menunjukkan penurunan
pertumbuhan bibit pada dosis pupuk majemuk NPK di atas dosis optimum.
Pemberian pupuk majemuk NPK merupakan upaya untuk memenuhi
kriteria bibit kelapa sawit siap salur. Tinggi bibit perlakuan pupuk majemuk NPK
dosis 230 g bibit-1 pada umur 8 BSP pada percobaan ini setara dengan umur 12
bulan sejak pre nursery mencapai 85.48 % dari standar bibit kelapa sawit siap
salur. Sementara diameter batang dan jumlah daun masing-masing mencapai
106.92%, dan 65.56% dari standar bibit kelapa sawit siap salur.
Berdasarkan peubah tinggi bibit dan diameter batang dosis rekomendasi
pupuk majemuk NPK 15-15-15 berkisar 333.00 g bibit-1 selama delapan bulan di
pembibitan utama dengan dosis bulanan sebagai berikut : 7.00, 7.00, 19.45, 59.25,
66.3, 61.55, 58.97 dan 54.16 g NPK bibit-1. Dosis optimum pupuk kalsium tidak
tercapai dalam percobaan ini.

Kata kunci: dosis optimum, klorofil, NPK 15-15-15, rekomendasi


iv

v

SUMMARY
RIZKI FAUZIAH RAMADHAINI. Optimizing Rates of NPK Compound and
Calcium Fertilizer for the Growth of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Seedling
in Main Nursery. Supervised by SUDRADJAT and ADE WACHJAR.
Oil palm is the main estate crop that brought Indonesia as the main producer
for palm oil in the world. Palm oil both crude palm oil (CPO) and kernel palm oil
(KPO) have been broadening utilized by fractionation (edible oil), margarine,
cosmetics, oleo-chemical and bio-diesel industries.
The productivity of oil palm could be determined by the quality of seedling
both genetically and physically. The production of oil palm seedling takes about
12-14 months through pre nursery (3-4 months) and main nursery (9-11 months).
Fertilizer management had been necessary for oil palm seedling growth.
Therefore, the accuracy fertilizer rate would be the main key to maintain the oil
palm seedling growth physically as it would have produced the maximum growth
of oil palm seedling.

This research was aimed to evaluate rates of NPK compound and calcium
fertilizer for the growth of oil palm seedling in main nursery. Other objectives
were to know the interaction effect between NPK compound and calcium fertilizer
and to produce the high qualified oil palm seedling.
The experiment was conducted in IPB Experimental Station, Cikabayan,
Darmaga, Bogor from December 2011 to November 2012. The two factor
experiment was designed in a randomized block design with three replications.
The rates of NPK compound fertilizer (15-15-15) were 0, 115, 230 and 460
g seedling-1. The rates of calcium fertilizer were 0, 5, 10 and 20 g seedling-1.
In general, there was no interaction effect between NPK compound and
calcium fertilizer on variables observed, except on plant height 3 Months after
Application (MAA). NPK compound fertilizer had the significant quadratic effect
on plant height, leaf number, stem diameter and chlorophyll content. But, it had
the significant linear effect on plant height 5 MAA and stem diameter 3 MAA.
The calcium fertilizer had the significant linear effect only on plant height 1 MAA
and other variables were not affected by calcium fertilizer. The linear effect
showed that the highest rate would still increase the seedling growth. The
quadratic effect showed that the seedling growth would decrease by rate higher
than the optimum rate.
The oil palm seedling height of NPK compound rate 230 g seedling-1 on

8 MAA attained 85.48 % up to oil palm seedling standard for 12 months since pre
nursery. Stem diameter and leaf number attained 106.92% and 65.56%
respectively.
Based on plant height and stem diameter, recommended rate of NPK
compound fertilizer 15-15-15 was in the range of 333.00 g seedling-1 for eight
months. Recommended rates for each month were 7.00, 7.00, 19.45, 59.25, 66.3,
61.55, 58.97 and 54.16 g NPK seedling-1. The optimum rate of calcium was not
obtained from this experiment.
Keywords: chlorophyll, NPK 15-15-15, optimum rates, recommendation

vi

vii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

viii

i

OPTIMASI DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN KALSIUM
PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI PEMBIBITAN UTAMA

RIZKI FAUZIAH RAMADHAINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc

iii

Judul Tesis : Optimasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Kalsium pada Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama
Nama
: Rizki Fauziah Ramadhaini
NIM
: A252110181

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr Ir Sudradjat, MS
Ketua

Dr Ir Ade Wachjar, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 14 Juni 2013


Tanggal Lulus:

iv

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
penelitian ini adalah pemupukan pembibitan kelapa sawit, dengan judul Optimasi
Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Kalsium pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Sudradjat, MS dan Bapak
Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing serta Prof Dr Ir Sudirman
Yahya, MSc selaku penguji luar komisi. Penghargaan sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada Program Diploma IPB yang telah memberikan beasiswa
selama masa pendidikan beserta tim Laboratorium Kultur Jaringan Program
Diploma IPB dan teman-teman yang telah membantu dalam proses pengambilan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Ishak Kusnadar,

ibunda Iis Lisnawati, serta seluruh keluarga dan sahabat, atas segala do’a dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Rizki Fauziah Ramadhaini

vi

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR LAMPIRAN

iv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman
Syarat Tumbuh
Pembibitan
Pemupukan

2
2
3
4
4

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Bahan dan Alat
Metode Percobaan
Pelaksanaan Percobaan
Pengamatan
Prosedur Analisis Data

6
6
6
7
7
8
10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Tanggap Morfologi
Tanggap Fisiologi
Dinamika Hara
Neraca Hara
Penentuan Dosis Optimum
Rekomendasi Pemupukan

11
11
12
16
20
21
23
25

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

25
25
25

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

35

viii

ix

DAFTAR TABEL
1 Tanggap tinggi bibit kelapa sawit pada berbagai perlakuan pupuk
majemuk NPK dan kalsium pada umur 0-8 BSP
2 Diameter batang bibit kelapa sawit pada berbagai dosis pupuk
majemuk NPK dan kalsium pada umur 0-8 BSP
3 Jumlah daun bibit kelapa sawit pada berbagai dosis pupuk
majemuk NPK dan kalsium pada umur 0-8 BSP
4 Luas daun bibit kelapa sawit pada berbagai dosis pupuk majemuk
NPK dan kalsium pada umur 0-8 BSP
5 Kandungan klorofil daun bibit kelapa sawit pada berbagai dosis
pupuk majemuk NPK dan kalsium pada umur 3-8 BSP
6 Kerapatan stomata daun bibit kelapa sawit pada berbagai dosis
pupuk majemuk NPK dan kalsium pada umur 3 dan 8 BSP
7 Kadar hara N, P, K dan Ca pada jaringan akar, pelepah dan daun
(leaflet) bibit kelapa sawit pada berbagai dosis pupuk majemuk
NPK taraf dosis pupuk kalsium 20 g bibit -1 pada umur 8 BSP
8 Bobot kering anak daun (leaflet), pelepah dan akar bibit kelapa
sawit pada berbagai dosis pupuk majemuk NPK taraf dosis pupuk
kalsium 20 g bibit -1 pada umur 8 BSP
9 Neraca hara N, P, K dan Ca berdasarkan perlakuan dosis pupuk
majemuk NPK 230 g bibit-1 pada dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1
10 Penentuan dosis optimum pupuk majemuk NPK pada bibit kelapa
sawit di pembibitan utama berdasarkan peubah morfologi tanaman
11 Rekapitulasi dosis pupuk NPK berdasarkan peubah tinggi, jumlah
daun dan diameter batang bibit kelapa sawit

12
13
14
14
16
17

18

20
22
24
25

DAFTAR GAMBAR
1 Dinamika pergerakan hara N, P, K dan Ca pada perlakuan dosis pupuk
majemuk NPK 230 g bibit-1 (■) dan 460 g bibit-1 (●
●) pada dosis pupuk
-1
kalsium 20 g bibit . (a) N total; (b) P total; (c) K total; (d) Ca total
2 Hubungan antara dosis pupuk majemuk NPK per bulan dengan tinggi
(a) dan diameter batang (b) bibit kelapa sawit pada umur 3-8 BSP

21
23

x

xi

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Rekomendasi pemupukan kelapa sawit pada tahap pembibitan
Dosis perlakuan pupuk NPK 15-15-15
Hasil analisis tanah
Hasil analisis kompos kotoran sapi
Rata-rata curah hujan, banyaknya hari hujan, suhu, lama penyinaran,
kelembaban udara dan intensitas penyinaran Desember 2011 sampai
dengan September 2012
6 Standar pertumbuhan morfologi bibit sawit Dami Mas pada pre nursery
(1-3 bulan) dan main nursery (4-12 bulan)
7 Hasil analisis korelasi tinggi, jumlah daun, luas daun, diameter batang,
kerapatan stomata, kandungan klorofil, biomassa dan kadar hara N, P,
K, Ca daun bibit kelapa sawit pada umur 8 BSP
8 Hasil analisis korelasi kadar hara N, P, K dan Ca pada jaringan akar,
pelepah dan daun bibit kelapa sawit

30
30
31
31

32
32

33
34

xii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan ekspor
dalam perekonomian Indonesia sehingga menjadi penghasil devisa negara di luar
minyak dan gas bumi. Pasar yang banyak menyerap produk utama yaitu minyak
sawit (crude palm oil) dan minyak inti sawit (palm kernel oil) adalah industri
fraksinasi (minyak goreng), lemak khusus, margarin, kosmetik, oleochemical,
sabun mandi dan biodiesel. Produk-produk sampingan seperti tandan kosong,
pelepah, batang, serta limbah padat dan cair dimanfaatkan sebagai pupuk organik,
pakan ternak, arang, kayu, pulp dan lain-lain (IPOB 2007).
Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit utama di dunia
dengan volume ekspor mencapai 21 151 127 ton, sedangkan nilai ekspor
mencapai US $ 11 605 431 pada tahun 2009 (Ditjenbun 2012). Importir utama
minyak sawit di dunia antara lain : China, India, Uni Eropa, Pakistan, Jerman,
USA, Jepang, Meksiko dan negara lainnya (FAOSTAT 2012).
Pengusahaan tanaman kelapa sawit sampai dengan tahun 2010 sebagian
besar dilakukan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebanyak 52.07%,
Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 40.39% dan Perkebunan Besar Negara (PBN)
sebesar 7.53%. Luas perkebunan PR didominasi oleh kebun swadaya
dibandingkan kebun plasma (Ditjenbun 2012).
Pekebun swadaya umumnya menggunakan bibit berkualitas rendah yang
berasal dari pembibitan lokal bahkan brondolan lepas di kebun serta pengelolaan
pupuk yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai
pengelolaan pembibitan yang baik, dosis pemupukan yang tepat serta biaya
pemupukan yang cukup tinggi. Berbeda dengan pekebun plasma yang menjalin
kemitraan dengan perusahaan kelapa sawit (inti), bibit yang digunakan bermutu
tinggi dan pemupukan dikelola dengan baik (Lee et al. 2012)
Salah satu faktor penentu produktivitas tanaman kelapa sawit adalah
dengan menggunakan bibit yang berkualitas. Bibit berkualitas didapatkan dengan
menggunakan benih unggul dan pemeliharaan yang baik. Titik kritis pemeliharaan
bibit terletak pada keakuratan pemupukan karena bibit kelapa sawit di dalam
polybag memiliki keterbatasan sumber hara sehingga penggunaan dosis yang tepat
dapat memenuhi kebutuhan bibit dengan keefektifan tinggi.
Gerendas dan Heng (2010) menyatakan kualitas pupuk harus baik secara
fisik maupun kimia sehingga dapat menjamin ketersediaan hara dalam tanah dan
dapat diserap tanaman. Selain itu, tidak menyebabkan ketidakseimbangan hara
dan efek antagonistik. Menurut ARAB (2000), rekomendasi pemupukan harus
mempertimbangkan keterbatasan faktor lingkungan (tanah dan iklim) serta faktor
ekonomi (harga pupuk).
Pupuk majemuk umumnya digunakan pada pembibitan kelapa sawit karena
kandungan hara makro yang lengkap sehingga efisien dalam aplikasi, transportasi,
penyimpanan, biaya dan tenaga kerja. Menurut Uexkull (1992), rekomendasi
pupuk majemuk pada pembibitan kelapa sawit yaitu NPKMg 15:15:6:4 atau
12:12:17:2 dengan total dosis 158 g bibit-1 selama 8 bulan. Pemupukan dilakukan
setiap 2 minggu.

2

Selain hara makro nitrogen, fosfor dan kalium, kalsium berperan penting
dalam pertumbuhan bibit kelapa sawit. Kalsium berperan sebagai pembangun
dinding sel dan ko-faktor enzim. Menurut Bah dan Rahman (2004) gipsum dan
Rock Phosphate (Ca3PO4) digunakan sebagai sumber Ca di perkebunan.
Baik pupuk majemuk NPKMg 15:15:6:4 atau 12:12:17:2 maupun Rock
Phosphate memiliki kelemahan yaitu biaya yang cukup tinggi dan tidak mudah
didapatkan di pasaran. Oleh karena itu, diperlukan alternatif sumber pupuk yang
lebih terjangkau dan mudah didapatkan oleh pekebun swadaya. Salah satunya
adalah pupuk majemuk NPK 15-15-15 dan kalsium yang berasal dari kapur
pertanian (CaCO3).
Pemupukan NPK berimbang dan kapur dapat mengurangi perkolasi dan
evaporasi tanah serta meningkatkan aliran transpirasi produktif sehingga
meningkatkan efisiensi penggunaan air. Selain itu, aplikasi NPK dan kapur secara
nyata dapat meningkatkan perkembangan akar, produksi biomassa dan hasil
tanaman (Barros et al. 2007). Pemberian pupuk anorganik (N, P, K, dan S) yang
dikombinasikan dengan kapur dapat meningkatkan bahan organik tanah dan kadar
hara jaringan. Pemberian kapur dapat mengurangi kemasaman tanah akibat
pemberian pupuk anorganik (Costa 2012) sehingga meningkatkan keseimbangan
hara-hara di dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman (Goh dan Härdter 2003).

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Menentukan dosis optimum pupuk majemuk NPK pada bibit kelapa sawit.
2. Menentukan dosis optimum pupuk kalsium pada bibit kelapa sawit.
3. Mengetahui interaksi pupuk majemuk dan kalsium pada bibit kelapa sawit.
4. Menghasilkan bibit kelapa sawit berkualitas.

Manfaat Penelitian
Informasi mengenai dosis optimum pupuk majemuk NPK (15:15:15) dan
kalsium pada bibit kelapa sawit yang dirancang dalam penelitian ini akan sangat
bermanfaat untuk mendukung perkebunan kelapa sawit rakyat.

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman
Akar kelapa sawit terdiri atas akar serabut primer yang tumbuh vertikal ke
dalam tanah dan horizontal ke samping. Akar serabut primer akan bercabang
menjadi akar sekunder, kemudian bercabang menjadi akar tersier. Kedalaman
perakaran kelapa sawit dapat mencapai 8 meter (Sunarko 2009).
Batang kelapa sawit tidak bercabang dengan diameter 25-75 cm dan
ketinggian 25 m dengan satu titik tumbuh kelapa sawit yang berada di batang.
Batang tanaman kelapa sawit memiliki pangkal pelepah-pelepah daun yang

3

melekat kuat dan sulit terlepas meskipun daun kering dan mati. Tanaman kelapa
sawit pada fase tanaman menghasilkan (TM) menghasilkan 20-25 pelepah per
tahun. Bunga tumbuh di pangkal daun (Corley dan Tinker 2003).
Bunga kelapa sawit termasuk bunga berumah satu (monoecious) yaitu bunga
jantan dan bunga betina terletak pada satu tanaman, tetapi terpisah. Bunga kelapa
sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri atas kumpulan spikelet dan tersusun
dalam infloresen spiral. Tandan bunga mulai tumbuh pada saat tanaman berumur
12-14 bulan. Bunga jantan atau bunga betina terbuka 3-5 hari pada satu tandan.
Viabilitas polen berlangsung selama selama 2-3 hari. Penyerbukan kelapa sawit
dibantu angin dan serangga (Corley dan Tinker 2003).
Buah kelapa sawit terdiri atas perikarp yang terbungkus eksokarp (kulit),
mesokarp dan endokarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti/kernel. Inti
memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan embrio. Proses pembentukan
buah dari penyerbukan sampai dengan matang memerlukan waktu 5-6 bulan.
Warna buah bergantung pada varietas dan umurnya. Panen pertama buah kelapa
sawit dilakukan pada umur 3 tahun setelah tanam (Mangoensoekardjo dan
Semangun 2005).

Syarat Tumbuh
Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis
lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika,
Asia dan Amerika Latin (Sastrosayono 2003). Daerah pertanaman yang baik
untuk penanaman kelapa sawit terletak pada elevasi 200-400 m di atas permukaan
laut (dpl). Elevasi di atas 500 m dpl akan menghambat pertumbuhan dan
menurunkan produksi tanaman (BCI 1999).
Curah hujan yang diperlukan oleh kelapa sawit berkisar 1 500-4 000 mm
per tahun. Curah hujan optimal berkisar 2 000-3 000 mm per tahun, dengan
distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang panjang. Distribusi
hujan yang tidak merata dalam satu tahun dapat menyebabkan bunga atau buah
yang terbentuk relatif sedikit. Kelapa sawit dapat toleran pada curah hujan tinggi
5 000 mm per tahun, apabila tanah dapat meloloskan air hujan dengan baik. Akan
tetapi, curah hujan tinggi dapat menyulitkan kegiatan budidaya dan transportasi
serta mengakibatkan erosi. Curah hujan kurang dari 2 000 mm dapat mendukung
pertumbuhan tanaman apabila tidak terjadi kekurangan air. Kelembaban optimum
bagi pertumbuhan kelapa sawit berkisar sekitar 75% (BCI 1999).
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu
pembentukan bunga dan buah. Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa
sawit adalah 5-7 jam dan lama penyinaran minimum 1 600 jam per tahun. Kelapa
sawit yang tidak mendapatkan sinar matahari cukup akan menyebabkan
pertumbuhan lambat, produksi bunga betina menurun, serta gangguan hama dan
penyakit meningkat (Sunarko 2009).
Suhu optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit berkisar 27-29 0C.
Suhu dingin dapat membuat tandan bunga mengalami aborsi serta pembungaan
tidak merata sepanjang tahun (Corley dan Tinker 2003).

4

Tanah
Jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah tanah Latosol, Podsolik
Merah Kuning, Hidromorf Kelabu dan Aluvial. Pengusahaan budidaya kelapa
sawit di Indonsia selain dilakukan di lahan mineral, juga dapat dilakukan pada
areal gambut dan lahan berpasir. Akan tetapi, berdasarkan Permentan no :
14/permentan/pl.110/2/2009 pengusahaan kelapa sawit di lahan gambut dibatasi
untuk melindungi kelestarian ekosistem gambut.
Pembibitan
Pembibitan bertujuan menyediakan bibit yang berkualitas tinggi. Bibit yang
berkualitas merupakan investasi utama dalam menentukan produktivitas tanaman.
Menurut Pro Forest (2005) bibit kelapa sawit yang digunakan harus bermutu
tinggi dengan benih sumber yang jelas. Pengelolaan pembibitan harus termasuk
pengendalian hama terpadu (PHT), penggunaan air yang berwawasan lingkungan
serta mencegah degradasi tanah.
Terdapat dua metode pembibitan yaitu single-stage main nursery dan
double stage, dengan pre nursery (pembibitan pendahuluan) dan main nursery
(pembibitan utama). Metode single stage merupakan metode penanaman
kecambah yang langsung di polybag besar tanpa pembibitan pendahuluan.
Keuntungan metode ini memiliki waktu pembibitan yang lebih pendek, tetapi
beresiko besar karena kecambah yang langsung ditanam di pembibitan utama.
Metode double stage akan menghasilkan bibit siap tanam pada umur 12-14 bulan
karena melalui pembibitan pendahuluan selama tiga bulan dan pembibitan utama
berlangsung selama 9-11 bulan (Corley dan Tinker 2003).
Lokasi pembibitan utama diutamakan bebas genangan, dekat dengan sumber
air, rata (kemiringan maksimum 5%), dekat area penanaman, bebas hama penyakit
dan terdapat jaringan irigasi sebagai sumber pengairan. Polybag yang digunakan
berwarna hitam, berukuran 33 cm x 42 cm atau 40 cm x 50 cm dengan ketebalan
0.02 mm. Media tanam berupa top soil berstruktur remah dapat dicampur pasir
atau pupuk kandang. Bibit kelapa sawit dari pre nursery yang berdaun 2-3 helai
dan berumur 3 bulan dapat dipindahkan ke polybag dengan jarak antar polybag
90 cm x 90 cm x 90 cm (Sunarko 2009).

Pemupukan
Menurut Harahap et al. (2005) pemupukan di pembibitan kelapa sawit,
selain bertujuan untuk mencukupi kebutuhan hara untuk pertumbuhan, juga
merupakan tindakan untuk mengendalikan serangan patogen. Bibit sehat yang
memiliki hara yang cukup dan seimbang akan lebih tahan serangan patogen.
Pemupukan yang tepat mutlak diperlukan dalam pengelolaan kelapa sawit
sehingga secara nyata dapat meningkatkan produksi tanaman. Menurut Gerendas
dan Heng (2010), pupuk yang disarankan harus memiliki karakteristik berikut:
(1) Kualitas pupuk baik secara fisik maupun kimia.
(2) Pupuk yang diberikan dapat menjamin ketersediaan hara dalam tanah
sehingga dapat diserap tanaman.
(3) Tidak menyebabkan ketidakseimbangan hara dan efek antagonistik.

5

(4) Frekuensi pemupukan ditingkatkan pada lahan berpasir untuk
mengurangi kehilangan akibat pencucian.
(5) Pupuk yang berbentuk butiran dapat diaplikasikan secara mekanis untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan.
Salah satu keterbatasan penggunaan pupuk tunggal dibandingkan pupuk
majemuk antara lain tidak efisien dalam transportasi, tenaga kerja dan biaya
pemupukan. Menurut Bah dan Rahman (2004) nitrogen pupuk majemuk sangat
berpotensi untuk digunakan karena dikombinasikan dengan K, Ca dan Mg untuk
mengurangi penguapan nitrogen.
Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
hara dalam satu jenis pupuk. Wu et al. (2008) menyatakan bahwa pupuk majemuk
NPK bersifat slow release melepaskan hara N, P dan K perlahan dengan baik,
memiliki kapasitas menahan air yang baik, tidak beracun pada tanah dan
berwawasan lingkungan.
Keunggulan pupuk majemuk antara lain : lebih mudah transportasi,
penyimpanan dan aplikasi di lapangan. Pada tanaman kelapa sawit, pupuk
majemuk digunakan pada tahapan pembibitan dan tanaman belum menghasilkan
(TBM) serta sedikit pada fase tanaman menghasilkan (TM) karena memerlukan
kebutuhan hara yang lebih bervariasi sehingga aplikasi pupuk majemuk akan lebih
sulit (Sutarta et al. 2005).
Ketersediaan hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH
tanah, KTK tanah dan komposisi kation baik yang sinergis maupun antagonis.
Sutarta et al. (2005) menyatakan komposisi ideal kation dalam komplek
pertukaran adalah 10% K, 60% Ca dan 30% Mg berdasarkan pada berbagai
pengamatan kondisi tanah di Indonesia.
Rekomendasi pemupukan dibangun berdasarkan hasil analisis jaringan dan
hasil analisis tanah. Selain itu, rekomendasi pemupukan harus mempertimbangan
keterbatasan faktor lingkungan serta faktor ekonomi (ARAB 2000).
Penggunaan NPK 15:15:15 memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun dan diameter batang bibit kelapa sawit umur 4, 5 dan 6
bulan di main nursery. Dosis pupuk majemuk 3.5 g tanaman-1 berpengaruh nyata
terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman selama 3 bulan di main nursery
(Jannah et al. 2012)
Pupuk Kalsium
Kalsium merupakan hara makro sekunder yang berperan penting sebagai
pembangun dinding sel, pembelahan sel pada benang-benang miosis, translokasi
karbohidrat dan hara, perkecambahan biji dan ko-faktor enzim. Ion Ca2+ terangkut
tanaman melalui aliran transpirasi di dalam xilem. Ketika sudah berada di dalam
daun hanya sedikit translokasi Ca2+ di dalam floem. Defisiensi Ca menunjukkan
ketidakmampuan tanaman memindahkan Ca cukup ke bagian tanaman sehingga
diperlukan pasokan Ca melalui pemupukan (Munawar 2011).
Nilai kritis Ca baik pada daun ke-9 atau ke-17 berkisar 0.60% (Ochs dan
Olvin 1977 cit. Fairhurst dan Mutert 1999). Defisiensi Ca pada kelapa sawit
ditunjukkan melalui jaringan daun yang bening dan tulang daun yang sempit. Hal
tersebut disebabkan konsentrasi Ca-pektat dalam dinding sel sangat rendah.

6

Defisiensi Ca dapat dicegah dengan pemberian dolomit atau kapur pertanian
(ARAB 2000). Kapur pertanian dapat meningkatkan pH tanah. Konsentrasi Ca
berlebihan dapat menekan penyerapan Mg dan K terlihat pada tanah yang
memiliki kadar Ca-dd sangat tinggi (Goh dan Härdter 2003). Kapur pertanian
yang diberikan pada tanaman yellow birch dapat meningkatkan pH tanah dari 4.7
ke 6.3, tetapi tidak memiliki efek nyata pada pertumbuhan tanaman fase juvenil
serta perkembangan selama 6 musim (Bouman et al. 2012)
Pemberian pupuk majemuk NPK (15:15:15) dan bulk blend urea
menghasilkan kadar P, K, Ca dan Mg yang hampir sama baiknya di bagian tajuk
maupun akar bibit kelapa sawit, sedangkan perlakuan Urea-gipsum menghasilkan
kadar Ca dan Mg yang lebih tinggi di tajuk dengan konsentasi P dan K lebih
rendah baik di tajuk maupun akar. Hal ini disebabkan sifat antagonis Ca dan Mg
yang mempengaruhi ketersediaan K. Penyerapan K menurun dengan
meningkatnya Ca dan Mg di dalam tanah. Dosis rendah pupuk majemuk
disarankan untuk pembibitan kelapa sawit. Urea-gipsum merupakan formula
terbaik karena dapat meningkatkan ketersediaan N tanah dan berpotensi sebagai
sumber Ca bagi tanaman (Bah dan Rahman 2004).

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga
Bogor, yang terletak pada elevasi 250 m di atas permukaan laut (dpl). Percobaan
di lapangan dilakukan selama sembilan bulan mulai Desember 2011 sampai
dengan Agustus 2012, sedangkan analisis tanah dan jaringan dilakukan selama
dua bulan pada bulan September sampai dengan November 2012.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit kelapa sawit
Tenera umur 4 bulan hasil persilangan Dura dan Pisifera (D x P) varietas Dami
Mas, top soil, pupuk organik, polybag 50 cm x 40 cm dengan ketebalan 0.02 mm,
insektisida delthametrin 25 g l-1, fungisida mancozeb 80%, kapur pertanian
(CaCO3), pupuk majemuk NPK (15:15:15), cat kuku bening dan selotip. Bahan
kimia untuk destruksi jaringan tanaman yaitu H2SO4 dan H2O2 diperoleh dari
Merck, Darmstadt, Jerman.
Alat-alat yang digunakan terdiri atas timbangan digital, meteran aluminium,
kamera, mikroskop, SPAD-502 plus chloropyll meter jangka sorong, gelas objek,
portable leaf area meter, sprayer, grinder dan peralatan destruksi (tabung dan
block digestion, pengocok tabung, dispenser, tabung reaksi dan Atomic Absorption
Spectrometry) –PERKIN ELMER 3110- yang menggunakan nyala asetilen udara
sebagai sumber energi.

7

Metode Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Faktorial dalam lingkungan Acak
Kelompok Lengkap dengan perlakuan terdiri atas dua faktor yaitu dosis pupuk
majemuk NPK dan dosis pupuk kalsium. Dosis pupuk majemuk NPK terdiri atas
empat taraf yaitu 0 g bibit-1 (M0), 115 g bibit-1 (M1), 230 g bibit-1 (M2) dan 460 g
bibit-1 (M3). Dosis pupuk kalsium terdiri atas empat taraf yaitu 0 g bibit-1 (C0), 5 g
bibit-1 (C1), 10 g bibit-1 (C2) dan 20 g bibit-1 (C3). Penetapan dosis pupuk majemuk
dilakukan berdasarkan Uexkull (1992) yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan
rincian dosis perlakuan disajikan pada Lampiran 2.
Secara keseluruhan diperoleh 16 kombinasi perlakuan dengan tiga
ulangan. Setiap unit percobaan terdiri atas 5 bibit kelapa sawit sehingga terdapat
240 polybag. Model linier aditif dari rancangan yang digunakan sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + τk + (αβ)jk + εijk
Keterangan :

i = 1, 2, 3;
j = 1, 2, 3, 4;
k = 1, 2, 3, 4
Yijk = respon pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan
dosis pupuk majemuk NPK kalsium taraf ke-j dan dosis pupuk
kalsium taraf ke-k pada kelompok ke-i.
µ
= rataan umum
αi
= pengaruh kelompok ke-i
βj
= pengaruh perlakuan dosis pupuk majemuk NPK ke-j
τk
= pengaruh perlakuan dosis pupuk kalsium ke-k
(αβ)jk = pengaruh interaksi perlakuan dosis majemuk NPK ke-j dan dosis pupuk
kalsium ke-k
εijk = pengaruh acak dari kelompok ke-i, perlakuan dosis pupuk majemuk
NPK ke-j dan perlakuan dosis pupuk kalsium ke-j

Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Areal Percobaan
Areal pembibitan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman lain yang dapat
menjadi sumber organisme pengganggu tanaman. Pembersihan gulma dilakukan
secara manual dengan cangkul sekaligus meratakan permukaan tanah.
Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan untuk mengisi polybag adalah campuran top soil
jenis Latosol dengan kedalaman 0-20 cm dan pupuk organik dengan perbandingan
7 : 1. Media dimasukkan ke dalam polybag sedikit demi sedikit, kemudian
dipadatkan sehingga tidak terdapat rongga udara.
Penanaman Bibit
Bibit kelapa sawit yang normal dan seragam dipilih dari pre nursery. Pada
media tumbuh dalam polybag berukuran 50 cm x 40 cm dibuat lubang tanam
dengan ponjo. Kemudian, polybag bibit dibuka dengan dengan hati-hati agar
perakaran bibit tidak terganggu. Bibit ditanam bersama media tanamnya. Polybag
disusun sesuai pengacakan dengan jarak antar polybag 90 cm x 90 cm x 90 cm.

8

Pemupukan
Pupuk ditimbang sesuai dosis perlakuan dengan timbangan digital.
Penetapan dosis pemupukan berdasarkan rekomendasi pemupukan pembibitan
kelapa sawit (Uexkull 1992). Pemberian pupuk dilakukan setiap bulan dengan
cara dibenamkan secara melingkar dengan jarak ± 10 cm dari tanaman. Pemberian
pupuk kalsium dilakukan satu kali yaitu pada saat dua minggu setelah pindah
tanam dari pre nursery ke main nursery. Dua minggu kemudian, diberikan pupuk
majemuk NPK yang ditetapkan sebagai umur 0 bulan setelah perlakuan (BSP).
Penetapan dosis pupuk majemuk dilakukan berdasarkan Uexkull (1992)
yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Pemberian pupuk majemuk NPK dilakukan
setiap bulan dengan dosis berikut : umur 0-2 BSP 0 g/bibit (M0), 5 g/bibit (M1),
10 g/bibit (M2) dan 20 g/bibit (M3); umur 3-7 BSP 0 g/bibit (M0), 20 g/bibit (M1),
40 g/bibit (M2) dan 80 g/bibit (M3) yang dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak dua kali pada pagi dan sore hari
masing-masing sebanyak 2 liter per polybag. Apabila turun hujan, tidak dilakukan
penyiraman.
Gulma yang tumbuh di polybag dibersihkan secara manual, sekaligus
menggemburkan tanah apabila terdapat pengerasan tanah. Selain itu, dilakukan
penyiangan gulma di sekitar polybag.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan
insektisida delthametrin dan fungisida mancozeb setiap minggu. Konsentrasi yang
digunakan adalah 2 ml l-1 dan 2 g l-1 air.

Pengamatan
Tanggap Morfologi
Pengamatan tanggap morfologi dilakukan terhadap peubah berikut ini :
1. Tinggi Bibit. Tinggi bibit diukur dari batas leher akar sampai ke ujung
daun yang tertinggi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita
meter setiap bulan.
2. Luas Daun Ke-empat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
portable leaf area meter pada umur empat bulan. Daun yang diukur
adalah daun yang ke-empat dari daun pertama setelah daun tombak.
3. Jumlah Daun. Jumlah daun yang dihitung merupakan daun yang telah
membuka sempurna. Daun tombak yang belum membuka sempurna
dihitung sebagai daun ke-nol Pengamatan dilakukan setiap bulan.
4. Diameter Batang. Diameter batang kelapa sawit merupakan kumpulan
pelepah daun. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong dan diukur 5 cm di atas permukaan tanah setiap bulan.
Tanggap Fisiologi
Pengamatan tanggap fisiologi dilakukan terhadap peubah berikut ini :
1. Kerapatan Stomata. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kali yaitu
umur empat dan dua belas . Pengamatan sampel stomata dilakukan
dengan cara mengoleskan selulosa asetat (cat kuku bening) di

9

permukaan atas dan bawah daun sekitar 2 cm x 2 cm dan dibiarkan
mengering. Kemudian ditempelkan selotip bening pada permukaan daun
yang telah diolesi dan ditekan agar pola stomata menempel sempurna.
Selotip kemudian dilepaskan dan ditempelkan pada gelas objek. Stomata
dapat diamati di bawah mikroskop elektron pada perbesaran 40 x 10.
Jumlah stomata dihitung dengan rumus :
a) Kerapatan stomata
Kerapatan stomata = n/luas bidang pandang = x/1 cm2
Keterangan :
n = jumlah stomata/luas bidang pandang
x = jumlah stomata/mm2
b) Luas bidang pandang mikroskop (L)
L = πr2
Keterangan :
π = 3.14
R = jari-jari bidang pandang (0.5 mm dengan pembesaran 40 x 10)
2. Kandungan Klorofil. Kandungan klorofil diukur melalui pengamatan
tingkat kehijauan daun dengan alat SPAD-502 plus chloropyll meter
setiap bulan. Alat ini secara digital mengukur kehijauan dan jumlah
relatif molekul klorofil yang terdapat di dalam daun dalam satu nilai
berdasarkan jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh daun. Pengukuran
dilakukan pada umur 3-8 BSP pada daun ke-4. Sampel daun diletakkan
pada titik alat pembaca, kemudian tombol pembaca tersebut ditekan.
Pengukuran dilakukan pada tiga titik (pangkal, tengah dan ujung) yang
berjarak ± 5 cm dari tepi leaflet. Berdasarkan Farhana et al. (2007) nilai
real kandungan klorofil dihitung menggunakan rumus :
y = 0.0007x – 0.0059
Keterangan :
y = kandungan klorofil
x = nilai hasil pengukuran SPAD-502
Analisis Kadar Hara Jaringan Tanaman (N, P, K dan Ca)
Pengukuran kadar hara jaringan dilakukan pada akhir percobaan pada
seluruh perlakuan pupuk majemuk NPK dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1.
Jaringan tanaman yang dianalisis adalah anak daun (leaflet), pelepah dan akar.
Sampel daun yang diambil merupakan daun yang ke-lima. Seluruh sampel
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis sesuai prosedur baku.
Bahan dikeringkan dan dioven pada suhu 80 0C sampai mencapai berat
konstan. Bahan dipotong kasar dan dicampur, kemudian diambil ± 10 gram untuk
digiling halus dengan grinder sampai dapat lolos mata saring 0.5 mm dan
dianalisis di laboratorium (Pusat Penelitian Tanah 2005).
Analisis kandungan N, P, K dan Ca dilakukan melalui analisis destruksi
basah. Bahan ditimbang 0.25 g, ditambahkan H2SO4 pekat dan 15 menit pada suhu
rendah. Suhu dinaikkan sampai dengan ± 150 0C sampai 30 menit. Kemudian
ditambahkan 5 tetes H2O2 30% secara berulang sampai jernih. Esktrak dipanaskan
pada suhu 250 0C sampai cairan tertinggal ± 2.5 ml. Setelah dingin, ekstrak
diencerkan dengan aquadest, dikocok dan disaring. Ekstrak cairan destruksi pekat
tersebut digunakan untuk penetapan nitrogen.

10

Biomassa
Pengamatan biomassa dilakukan melalui pengamatan bobot kering yang
dilakukan pada akhir percobaan pada seluruh perlakuan pupuk majemuk NPK
dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1. Bibit kelapa sawit dipanen, kemudian bagian
anak daun (leaflet), pelepah dan akar dipisahkan. Kemudian, dikeringkan dalam
oven selama 72 jam dengan suhu 80 oC. Setelah itu, ditimbang bobot keringnya.
Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan pada awal dan akhir percobaan. Pada awal
percobaan, diambil sampel tanah secara komposit. Sampel tanah diambil pada
kondisi kapasitas lapang sedalam ± 20 cm. Kemudian, diambil sebanyak 200 g
untuk dianalisis. Analisis tanah yang dilakukan merupakan pengujian rutin lengkap.
Analisis tanah pada akhir percobaan dilakukan pada perlakuan pupuk
majemuk NPK 230 g bibit-1 dan 460 g bibit-1 dosis pupuk kalsium 20 g bibit-1.
Pengambilan sampel tanah dilakukan di empat kedalaman tanah yaitu 0-7 cm, 7-14
cm, 14-21 cm dan 21-28 cm. Analisis tanah dilakukan terhadap kadar N, P, K, dan
Ca total. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat pola pergerakan N, P, K dan Ca di
dalam media tanam.
Neraca Hara N, P, K dan Ca
Perhitungan neraca hara dilakukan di akhir percobaan pada perlakuan pupuk
majemuk NPK 230 g bibit-1 pada taraf pupuk kalsium 20 g bibit-1. Perhitungan ini
meliputi kadar hara N, P, K dan Ca pada sumber dan recovery nutrient berikut ini:
1. Tanah (awal) (g)
= kadar hara analisis tanah awal (ppm) x bobot kering tanah awal (g)
2. Pupuk (g) = kadar hara pupuk (%) x bobot pupuk sesuai perlakuan (g)
3. Tanah (akhir) (g)
= kadar hara analisis tanah akhir (ppm) x bobot kering tanah akhir (g)
4. Serapan tanaman (akar, pelepah, leaflet) (g)
= kadar hara jaringan (akar, pelepah, leaflet) (%) x bobot kering jaringan (g)
5. Efisiensi pemupukan (%) = (serapan tanaman (g) : pupuk (g)) x 100 %
6. Pupuk yang hilang (%)
= (pupuk (g) – (tanah akhir (g) – tanah awal (g)) – serapan tanaman (g)) x 100 %

pupuk (g)

Prosedur Analisis Data
Data dianalisis dengan sidik ragam. Apabila hasil sidik ragam pada uji F
taraf α 0.05 terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Kontras Polynomial
Ortogonal untuk menelusuri pola respon dari suatu faktor yang bertaraf kuantitatif
(Mattjik dan Sumartajaya 2006). Analisis dilakukan dengan program SAS
(Statistical Analysis System).

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Media tanam yang digunakan dalam pembibitan kelapa sawit ini adalah
campuran top soil tanah latosol dan pupuk organik berupa kompos kotoran sapi
dengan perbandingan 7:1. Hasil analisis sampel tanah awal sebelum perlakuan
percobaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Tekstur tanah didominasi liat 75.76%,
kandungan pasir 4.99% dan debu 19.25%. Reaksi tanah termasuk masam dengan
pH (H2O) 4.7, kandungan C-organik tinggi (3.38%), kadar N sedang (0.32%),
kadar P tersedia sangat rendah (6.80 ppm) dan kadar K sedang (0.30 me 100 g -1).
Hara makro sekunder seperti Ca tergolong rendah (3.30 me 100 g -1) dan Mg
tergolong sedang (1.90 me 100 g -1). Kapasitas tukar kation tergolong sedang
(19.47%) dan kejenuhan basa sangat rendah (29.84%).
Hasil analisis pupuk organik menunjukkan pH 7.70 dengan kadar
C-organik 30.96%, N-total 1.56%, P2O5 1.42%, K2O 2.08% dan hara-hara mikro
(Lampiran 4). Pemberian pupuk organik merupakan upaya untuk menambah
bahan organik tanah, meningkatkan pH tanah serta kadar hara tanah sehingga
media tanam dapat mendukung pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan baik.
Hasil analisis sampel tanah akhir dilakukan pada perlakuan pupuk majemuk
NPK 230 g/bibit dan 460 g/bibit pada pupuk kalsium 20 g.bibit-1. Pada perlakuan
NPK 230 g.bibit-1 menunjukkan bahwa pH tanah (H2O) termasuk sangat masam
(4.2) dengan kapasitas tukar kation rendah (15.59%). Kadar hara N sedang (0.22),
kadar P tersedia dan total sangat tinggi (543.40 ppm dan 1312.5 ppm), kadar K
tergolong tinggi (0.75 me 100 g-1) dan kadar Ca tergolong sangat rendah (1.04 me
100 g-1). Sedangkan perlakuan dosis NPK 460 g/bibit menunjukkan pH tanah
(H2O) termasuk sangat masam (4.2) dengan kapasitas tukar kation sedang
(17.99%). Kadar hara N sedang (0.24%), kadar P tersedia dan total sangat tinggi
(783.75 ppm dan 3481.35 ppm), kadar K tergolong tinggi (0.73 me 100 g-1) dan
kadar Ca tergolong sangat rendah (1.02 me 100 g-1).
Hasil analisis sampel akhir tanah ini menunjukkan bahwa media tanam bibit
memiliki reaksi tanah yang sangat masam. Pemberian pupuk majemuk yang
dilakukan terus menerus selama delapan bulan dapat menyebabkan penurunan pH
tanah akibat tingginya penyerapan N dalam bentuk amonium (NH4+). Ion
amonium dikonversi menjadi ion nitrat yang menghasilkan pemasaman
(acidification). Marschner (1995) menyatakan bahwa keseimbangan elektron di
dalam sel menyebabkan asimilasi ion amonium (NH4+) diimbangi dengan
mengeluarkan proton (H+) ke luar sel akar sehingga dapat menyebabkan
penurunan pH tanah. Meski demikian, menurut Caliman et al. (1988) cit. Corley
dan Tinker (2003) kelapa sawit pada pH 4.67 tidak menghambat pertumbuhan.
Data iklim selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 yang diperoleh
dari Badan Meteorologi dan Geofisika Bogor. Curah hujan rata-rata bulanan
berkisar 244.67 mm/bulan, tertinggi pada bulan Februari 548.90 mm dan terendah
pada bulan Agustus 79.00 mm. Jumlah hari hujan berkisar 14-31 hari dengan ratarata 22 hari. Kisaran suhu bulanan 25-26 0C dengan rata-rata 25.91 0C. Lama
penyinaran rata-rata 63.40% atau 7.07 jam dengan intensitas penyinaran matahari
rata-rata 267.70 Cal/cm2. Kelembaban udara rata-rata 81.80%.

12

Tanggap Morfologi
Peubah morfologi umumnya dijadikan kriteria bibit kelapa sawit siap salur
yaitu tinggi bibit, diameter batang dan jumlah daun (Lampiran 6). Hasil analisis
korelasi dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tinggi Bibit
Pupuk majemuk NPK memberikan pengaruh nyata secara kuadratik
terhadap tinggi bibit pada umur 4 – 8 bulan setelah tanam (BSP), kecuali pada
umur 5 BSP perlakuan berpengaruh nyata secara linier. Pupuk kalsium
memberikan pengaruh nyata secara linier terhadap tinggi bibit hanya pada umur 1
BST, selain itu pupuk kalsium tidak berpengaruh nyata (Tabel 1). Pupuk majemuk
NPK dan kalsium memberikan pengaruh interaksi secara nyata terhadap tinggi
bibit pada umur 3 BSP dengan persamaan regresi : y = 52.8 + 0.719 NPK + 0.098
Ca - 0.0188 NPK2 - 0.0006 Ca2- 0.00887 NPK*Ca.
Tinggi bibit berkorelasi positif nyata dengan kadar P-daun (1.000). Fosfor
berperan sebagai substrat metabolisme, regulator hasil fotosintat, penyimpanan
dan transfer energi serta pembentukan awal akar. Kadar P sangat tinggi di bagian
meristematik (titik tumbuh). Pada pertumbuhan bibit, sebagian besar fotosintat
akan dialokasikan ke bagian titik tumbuh yang merupakan sink fotosintat. Oleh
karena itu, peningkatan penyerapan fosfor akan meningkatkan tinggi bibit
Tabel 1 Tanggap tinggi bibit kelapa sawit pada berbagai perlakuan pupuk
majemuk NPK dan kalsium pada umur 0-8 BSP
Dosis Pupuk
(g bibit-1)

Umur bibit (BSP)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
…………………………………………(cm)....……………………………………………….

Majemuk#
0
115
230
460
Pr
Notasi
Pr

39.78
40.33
39.89
41.25
0.6763
tn

41.49
43.06
41.44
43.75
0.0829
tn

46.54
48.13
47.36
49.57
0.1355
tn

Pola Responφ

tn

tn

40.89
39.32
40.83
40.21
0.6079
tn

Kalsium
0
5
10
20
Pr
Notasi
Pr
Pola Responφ

Interaksi
Pr
Notasi

Keterangan :

tn

52.94
57.89
56.87
59.05

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

10 98 74

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

6 92 114

Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Dengan Pemberian ZPT Atonik Pada Media Campuran Pasir Dengan Blotong Tebu Di Pre Nursery

4 33 67

Utilization of empty fruit bunches and bunch ash oil palm as ameliorant on oil palm (Elaeis guineensis Jacq) seedling growth in main nursery

0 12 69

Optimizing of fertilizer nitrogen and phosphorus doses for oil palm seedling (Elaeis guineensis Jacq.) in main nursery

2 10 72

Optimizing of nitrogen and potassium fertilizer rate for oil palm seedling (Elaeis guinensis Jacq) on main nursery

0 2 72

Optimizing Rates of NPK Compound and Calcium Fertilizer for the Growth of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Seedling in Main Nursery.

0 5 95

Optimizing of Calcium and Magnesium Fertilizer for Oil Palm Seedling (Elaesis guineensis Jacq.)

0 6 54

Optimasi Dosis Pupuk Kalsium dan Magnesium pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama Dose Optimization of Calcium and Magnesium Fertilizer for Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Seedling in Main Nursery

0 0 8

Optimasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Kalsium pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama Optimation of NPK and Calcium Fertilizer Rates for the Growth of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Seedling in Main Nursery

0 0 7