Hasil Prediksi Untuk Setiap Stasiun Hujan

Gambar 17 Grafik perbandingan rataan bulanan hasil prediksi seluruh GCM dengan rataan bulanan hasil observasi curah hujan menggunakan model JST-2. Rataan nilai korelasi dan nilai NRMSE untuk hasil prediksi menggunakan JST-1 dan JST-2 hampir sama. Rataan nilai korelasi untuk JST-1 adalah 0.427 dan untuk JST-2 adalah 0.423. Sedangkan untuk rataan nilai NRMSE pada JST-1 adalah 12.167 dan pada JST-2 adalah 12.191. Karena rataan nilai korelasi dan NRMSE pada JST-1 sedikit lebih baik dari JST-2 maka akan dibahas hasil dari setiap stasiun dengan menggunakan JST-1. Perbedaan antara JST-1 dan JST-2 adalah JST-2 memerlukan lebih banyak waktu pelatihan dibandingkan dengan JST-1. Hal ini dikarenakan parameter yang diubah adalah parameter gradien minimum. Parameter gradien minimum merupakan salah satu parameter untuk memberhentikan pelatihan pada JST. Jika parameter ini diperkecil, maka pelatihan tidak akan berhenti sampai mencapai nilai gradien minimum yang telah ditentukan.

4.2 Hasil Prediksi Untuk Setiap Stasiun Hujan

Hasil korelasi yang diperoleh setiap stasiun hujan setelah melakukan pelatihan dan pengujian dengan menggunakan JST-1 dan JST-2 dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil yang tertinggi diperoleh stasiun Bondan dengan nilai korelasi sebesar 0.4976 dan hasil yang terendah diperoleh stasiun Krangkeng dengan nilai korelasi sebesar 0.3704. Tabel 5 Rataan korelasi setiap stasiun Stasiun Rataan Korelasi Bangkir 0.4294 Bondan 0.4976 Cidempet 0.4271 Cikedung 0.4384 Jatibarang 0.3915 Jatinyuat 0.3992 Kedokan 0.3784 Krangkeng 0.3704 Lohbener 0.4442 Sudikampiran 0.4452 Sudimampir 0.4124 Sukadana 0.4791 Sumurwatu 0.4128 Grafik perbandingan antara hasil observasi pada stasiun Bondan dengan hasil prediksi dengan menggunakan pelatihan JST dapat dilihat pada Gambar 18 sedangkan untuk stasiun Krangkeng dapat dilihat pada Gambar 19. Hasil prediksi pada kedua stasiun tersebut Bondan dan Krangkeng menunjukkan pola yang mengikuti hasil observasinya. Akan tetapi pada hasil yang ditunjukkan pada stasiun Krangkeng, terdapat beberapa titik yang masih jauh untuk didekati oleh hasil prediksi. Hal ini juga menunjukkan bahwa nilai korelasi yang dihasilkan stasiun Krangkeng lebih kecil dari nilai korelasi yang dihasilkan oleh stasiun Bondan. Gambar 18 Grafik perbandingan hasil observasi pada stasiun Bondan dengan hasil prediksi. Gambar 19 Grafik perbandingan hasil observasi pada stasiun Krangkeng dengan hasil prediksi. Sebaran lokasi stasiun pengamatan dan nilai korelasi juga sedikit berpengaruh. Nilai korelasi stasiun pengamatan yang berada dekat dengan laut Sudimampir, Jatinyuat, Krangkeng, Kedokan Bunder cenderung memiliki nilai korelasi yang rendah. Sebaliknya, lokasi pengamatan yang jauh dari laut Bangkir, Cidempet, Lohbener, Sukadana, Bondan, Sudikmapiran, Cikedung cenderung memiliki nilai korelasi yang lebih tinggi. Peta sebaran lokasi beserta besar kecilnya nilai korelasi dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20 Sebaran lokasi stasiun serta besaran nilai korelasi.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan