PENGARUH BUDAYA KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA APARATUR DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 DI DESA TATAKARYA KECAMATAN ABUNG SURAKARTA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(1)

ABSTRAK

PENGARUH BUDAYA KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA APARATUR DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 DI

DESA TATAKARYA KECAMATAN

ABUNG SURAKARTA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

oleh IIS SUGIARTI

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif asosiatif dengan pendekatan ex post facto yang sampel penelitian berjumlah 35 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan teknik analisis data menggunakan regresi.

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis menunjukkan bahwa: Terdapat pengaruh antara budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. Oleh karena itu diharapkan aparatur desa dapat menciptakan budaya kerja yang baik dan meningkatkan motivasi kerja agar dapat melaksanakan kinerja dengan baik.


(2)

PENGARUH BUDAYA KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA APARATUR DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32

TAHUN 2004 DI DESA TATAKARYA KECAMATAN ABUNG SURAKARTA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh IIS SUGIARTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 04 Juli 1993. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sutarno dan Ibu Mursiyem.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Al-Munawaroh Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta pada tahun 1998 hingga tahun 1999. Penulis melanjutkan di SD Negeri 2 Tatakarya pada tahun 1999 hingga tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Abung Surakarta Lampung Utara pada tahun 2005 hingga tahun 2008. Selanjutnya penulis melanjutkan Pendidikan di SMA Negeri 1 Tumijajar Tulang Bawang Barat pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi (SNMPTN)


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan

Karunia Nya. Dan dengan ketulusan hati, ku persembahkan karya sederhana ini

sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :

Kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan do’a dalam

setiap sujudmu dan harapan di setiap tetes keringatmu demi tercapainya

kesuksesanku.

Mamasku dan Adikku tersayang serta Saudara-saudaraku, yang selalu mendukung

dan mendo’akanku untuk keberhasilanku


(8)

MOTO

Orang-orang hebat dibidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih

suka bekerja.

Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi

(Ernest Newman)

Kesuksesan adalah sekumpulan tetes keringat dan do’a (Iis Sugiarti)

Gantungkan cita-citamu setinggi langit! . . . Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara

bintang-bintang (Soekarno)


(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Budaya Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Aparatur Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S. selaku Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingan dalam membantu penulisan skripsi ini dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan motivasi arahan, dan bimbingannya dengan penuh kesabaran dalam membantu penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :


(10)

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Drs. Holillulloh, M.Si. selaku Pembahas I yang telah memberikan kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Rohman, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II atas saran dan kritiknya dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

10.Bapak Tasrip MZ selaku Kepala Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

11.Kepala Desa, Sekretaris Desa, RW, dan RT di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabpaten Lampung Utara yang bersedia menjadi responden.


(11)

demi mengharapkan dan menantikan keberhasilanku.

13.Mamas dan mbakku, Mas Edi, Mbak Sari dan keponakanku Muhammad Yazid Nasuha yang selalu mendo’akan keberhasilanku.

14.Adikku tersayang Mutia Tri Kurnia Wati yang selalu memberi keceriaan dan semangat, serta do’a untukku.

15.Sahabat-sahabat terbaikku Dwi, Ajeng, Kadek, Intan, Rika, Winda, okta, Nita, Ulil, Nur Faizah, Desi, Laili, Umawaroh dan masih banyak teman-teman seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan.

16.Teman-teman Program Studi PPKn angkatan 2011 tanpa terkecuali untuk kekompakan dalam suka maupun duka selama ini, terus semangat menuju kesuksesan!

17.kakak dan adik tingkat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih penulis ucapkan atas motivasi dan doanya.

18.Teman-teman seperjuangan KKN PPL SMP Negeri 1 Sukau. Winda, Mely, Oka, Yunidar, Nikita, Ni Luh, Wedi, Novri yang telah memberikan dukungan dan do’a atas terselesaikannya skripsi ini.

19.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.


(12)

Bandar Lampung, April 2015 Penulis


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Jumlah Aparatur Desa ... 6

Tabel 1.2. Agama yang Dianut Masyarakat... 8

Tabel 3.1. Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang Diluar Responden Tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Remaja Dalam Proses Pembelajaran, Untuk Item Ganjil ... 71

Tabel 3.2. Hasil Uji Coba Angket dari 10 Orang Diluar Responden Tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Remaja Dalam Proses Pembelajaran, Untuk Item Genap... 71

Tabel 3.3. Tabel Kerja Antara Item Ganjil (X) dan Item Genap (Y) ... 72

Tabel 4.1. agama yang dianut masyarakat setempat ... 79

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Sekolah ... 79

Tabel 4.3. Distribusi Indikator Disiplin ... 82

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Indikator Saling Menghargai ... 85

Tabel4.5. Distribusi Indikator Kerjasama ... 87

Tabel 4.6. Distribusi Budaya Kerja... 89

Tabel 4.7. Distribusi Indikator Honorarium ... 92

Tabel 4.8. Distribusi Indikator Penghargaan ... 95

Tabel 4.9. Distribusi Indikator Status Sosial ... 97

Tabel 4.10. Distribusi Motivasi Kerja... 99

Tabel 4.11. Distribusi Indikator Pembinaan Gotong Royong... 102


(14)

Tabel 4.13. Distribusi Indikator Penyelesaian Perselisihan ... 107

Tabel 4.14. Distribusi Kinerja Aparatur Desa ... 109

Tabel 4.15. Uji Korelasi Variabel X1 Terhadap Y ... 112

Tabel 4.16. Uji Persamaan Regresi Variabel X1 Terhadap Y ... 113

Tabel 4.17. Uji Determinasi Variabel X1 Terhadap Y ... 113

Tabel 4.18. Uji korelasi Variabel X2 Terhadap Y ... 114

Tabel 4.19. Uji Persamaan Regresi Variabel X2 Terhadap Y ... 115

Tabel 4.20. Uji DeterminasiVariabel X2 Terhadap Y ... 115

Tabel 4.21. Uji Korelasi Determinasi X1 dan X2 Terhadap Y ... 116


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Keterangan Dekan FKIP 2. Surat Ijin Penelitian Pendahuluan 3. Surat Keterangan (Kepala Desa)` 4. Surat Ijin Penelitian

5. Surat Keterangan (Kepala Desa) 6. Kisi-Kisi Angkat

7. Distribusi Skor Hasil Angket Variabel Budaya Kerja 8. Distribusi Skor Hasil Angket Variabel Motivasi Kerja


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir ... 58

2. Histagram budaya Kerja ... 90

3. Histagram Motivasi Kerja ... 100

4. Histagram Kinerja Aparatur Desa ... 111


(17)

1. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi ditandai oleh adanya tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan kekuasaan, partisipasi masyarakat, dan adanya jaminan hak-hak sipil dan politik. Dalam sebuah negara demokrasi diperlukan partisipasi nyata dari masyarakat untuk menciptakan suatu pemerintahan yang baik dan setiap warga negara bebas menyampaikan aspirasi tetapi tetap mengikuti aturan atau hukum yang berlaku.

Indonesia menganut sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila, yang dilandasi sila keempat pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalam Demokrasi pancasila, kekuasaan tertinggi (kedaulatan) untuk mengatur negara dan rakyat terletak ditangan seluruh rakyat. Sistem demokrasi pancasila bersumber pada pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa.

Asas demokrasi di Indonesia ialah demokrasi berdasarkan pancasila yang meliputi bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi serta yang dalam


(18)

2

penyelesaian masalah-masalah nasional berusaha sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai mufakat.

Salah satu wujud dari demokrasi adalah otonomi daerah, merupakan upaya demokratisasi dibidang pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi kewenangan. Rakyat diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengembangkan daerahnya sendiri. Namun demokrasi tetap harus berdasarkan pada peraturan dan hukum yang berlaku. Otonomi daerah atau desentralisasi sangat penting untuk dilakukan pada negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, lembaga lokal atau pemerintah daerah memberikan pelayanan yang baik kepada publik di daerah dan lembaga tingkat lokal mampu membangun sebuah proses politik yang lebih baik sehingga kehidupan politik ditingkat lokal bisa berlangsung lebih demokratis. Pemberian otonomi yang lebih besar kepada daerah sebagaimana terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 bertujuan untuk mempercepat proses demokratisasi di Indonesia, termasuk demokratsasi di daerah.

Dalam pasal 1 ayat 5 dan 6 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(19)

Desa merupakan suatu daerah atau wilayah otonom, dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki organisasi pemerintah terendah langsung dibawah camat dan mempumyai hak otonom serta batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa dipimpin oleh seorang kepala desa, dan memiliki perangkat desa atau aparatur desa yang terdiri dari kepala desa, kepala dusun, sekretaris desa, RW dan RT. Dalam pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa, perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Aparatur desa dipilih secara langsumg oleh rakyat sebagai wujud dari negara demokrasi dimana masyarakat ikut andil dalam penyelenggaraan negara.

Kepala desa mempunyai tugas menyelanggarakan urusan pemerintahan, antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan perturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa dan kerjasama antar desa. Urusan pembangunan antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa dan urusan kemasyarakatan. Urusan kemasyarakatan meliputi


(20)

4

pemberdayaan masyarakat, melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti, bidang kesehatan, pendidikan serta adat istiadat.

Dalam kehidupan, masyarakat harus hidup bersama-sama dan bekerja sama dalam suasana yang tertib dan tidak bisa hidup tanpa orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya. Oleh karena itulah manusia hidup bermasyarakat dalam ruang lingkup suatu negara. Demi efisiensi kerja dalam upaya mencapai tujuan bersama dan untuk mempertahankan hidup bersama, diperlukan bentuk kerja kooperatif. Semua kooperatif tersebut perlu diatur oleh seorang pemimpin. Dalam lingkup masyarakat yang kecil yaitu desa memerlukan seorang pemimpin yang berkompeten untuk mengatur dan mengurus serta memajukan desanya dengan dibantu aparatur desa Sekretaris Desa, RW dan RT.

Sekretaris Desa adalah ujung tombak pemerintahan desa yang melaksanakan tugas khususnya membantu kepala desa di bidang administrasi dan memberikan pelayanan teknis adminsitratif kepada seluruh perangkat desa serta membantu kapala desa dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintahan desa, melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan serta melaksanakan urusan keuangan.

Rukun Warga (RW) adalah bagian dari wilayah kerja desa dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah, diwilayah kerjanya ditetapkan oleh pemerintah desa. Adapun tugas dan fungsi RW adalah mengkoordinasikan pelaksanaan tugas RT di wilayahnya, menjembatani hubungan antara RT dan


(21)

masyarakat dengan pemerintah, pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan, serta menjaga kerukunan hidup warga.

Rukun Tetangga (RT) adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh pemerintah desa. Tugas dan fungsi dari RT adalah membina kerukunan antar masyarakat, memfasilitasi masyarakat, menangani masalah-masalah yang timbul dalam suatu lingkungan masyarakat, menjembatani hubungan masyarakat dengan pemerintah, menggerakkan swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat diwilayahnya, menjaga ketertiban .

Kinerja aparatur desa harus sesuai dengan pedoman yaitu konstitusi atau undang-undang yang telah dibuat untuk mengelola dan menangani desa. Konstitusi dalam arti materiil adalah perhatian terhadap isinya yang terdiri atas pokok yang sangat penting dari struktur dan organisasi negara. Konstitusi dalam arti formiil adalah perhatian terhadap prosedur, pembentukannya harus istimewa dibandingkan dengan pembentukan perundang-undangan lain. Konstitusi dalam arti tertulis adalah konstitusi yang dinaskahkan tertentu guna memudahkan pihak-pihak mengetahuinya.

Desa merupakan suatu daerah otonom. Otonomi daerah sendiri diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah. Segala sesuatu yang menyangkut masalah otonomi daerah diatur dalam undang-undang tersebut, demikian pula apa saja yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah mulai dari gubernur, camat, kepala desa, RW dan RT. kinerja para


(22)

6

pemerintah daerah harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang tersebut.

Aparatur desa di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara terdiri dari kepala desa, sekretaris desa, RW, dan RT. Pelayanan yang dapat diberikan aparatur desa kepada masyarakatnya antara lain memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat dengan membentuk kelompok ronda malam dan siskampling, pembangunan desa dan membangun persatuan antar masyarakat desa dengan menggerakkan gotong royong, menangani urusan surat menyurat seperti pembuatan akta kelahiran, kartu keluarga, pelayanan pembuatan KTP. Dalam pembagian wilayah kerja, aparatur Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara terdiri atas, kepala desa, sekretaris desa, RW, dan RT. Berikut ini disajikan data mengenai aparatur desa di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara.

Tabel 1.1 jumlah aparatur desa di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara

No Aparatur Desa Jumlah

1 Kepala Desa 1

2 Sekretaris Desa 1

3 RW 8

4 RT 25

Total 35

Sumber: Profil Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung utara

Berdasarkan data tersebut, aparatur desa di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta berjumlah 35 orang. Aparatur desa menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Tugas dan fungsi aparatur desa dibuat dengan


(23)

tujuan untuk kesejahteraan hidup masyarakat di wilayah kerjanya. Tugas, fungsi dan wewenang aparatur desa diatur oleh undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah dan secara rinci terdapat pada peraturan daerah Lampung Utara Nomor 04 tahun 2000.

Prestasi kerja aparatur desa atau yang disebut dengan kinerja aparatur desa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu lingkungan kerja, budaya kerja, motivasi kerja, budaya organisasi, kepuasan kerja, dan adanya persaingan. Persaingan untuk memperoleh prestasi kerja atau pengakuan dari orang lain dapat mendorong seseorang untuk termotivasi dalam bekerja. Persaingan dalam hal ini yaitu persaingan yang sehat untuk mencapai prestasi kerja. Kinerja aparatur desa dapat mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan pemetintahan desa.

Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan desa, dapat dilihat dari pembangunan diberbagai sektor di desa, pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dan terciptanya keamanan dan kedamaian dalam kehidupan dilingkungan masyarakat serta cara aparatur desa menyelesaikan perselisihan antar masyarakat dengan musyawarah. Keberhasilan penyelenggaraan desa tidak luput dari keterampilan dan usaha aparatur desa dalam membangun dan mengembangkan desanya.

Di dalam suatu lingkungan masyarakat yang multikultural, baik dibidang agama, suku, adat istiadat, bahasa maupun budaya, tidak dapat dihindari terjadinya perselisihan pendapat antara orang yang satu dengan yang lain, hal


(24)

8

tersebut menuntut aparatur desa untuk dapat mengambil sikap dan tidakan untuk tetap menstabilkan keamanan dan ketentraman masyarakat desa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala Desa di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara pada jumat, 19 Desember 2014 pukul 09.30 WIB di Kantor Kepala Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara, bahwa masih sering terjadinya perselisihan dalam masyarakat, yang menjadi tanggung jawab aparatur desa dalam menyelesaikan perselisihan tersebut. Berikut disajikan data contoh keberagaman masyarakat di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara yaitu agama yang dianut oleh masyarakat Desa.

Tabel 1.2 Agama yang dianut Masyarakat di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara

No Agama Laki-Laki Perempuan Total

1 Islam 3072 3074 6146

2 Kristen 72 76 148

3 Katholik 146 151 297

4 Hindu 4 2 6

Total 3294 3303 6597

Sumber: Profil Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung utara

Berdasarkan data tersebut menunjukkan keberagaman agaman yang dianut oleh masyarakat Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. Agama mayoritas yang dianut adalah agama Islam dengan jumlah 6146 orang, kemudian katholik berjumlah 297 orang, kristen 148 orang dan hindu 6 orang. Meskipun agama yang dianut berbeda-beda, namun


(25)

kehidupan masyarakat tetap berjalan harmonis dengan saling menghargai dan dan menghormati dalam satu lingkungan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa masyarakat di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kbupaten Lampung Utara, mereka mengatakan bahwa kinerja aparatur desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara belum maksimal, hal tersebut dapat dilihat dari penanganan pembuatan Kartu Keluarga yang memakan waktu yang cukup lama, pembuatan e-KTP yang tidak tertib, perbaikan jalan dibeberapa tempat yang tidak terealisasi, perkembangan pasar yang lambat, dan citra yang buruk, karena beberapa desa menganggap bahwa Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara adalah desa yang rawan akan tindak pembegalan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur desa adalah:

1. Lingkungan kerja aparatur desa 2. Fasilitas kerja aparatur desa 3. Disiplin kerja aparatur desa 4. Budaya kerja aparatur desa 5. Motivasi kerja aparatur desa


(26)

10

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Budaya Kerja 2. Motivasi Kerja 3. Kinerja

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh budaya kerja terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara?

2. Apakah terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara?

3. Apakah terdapat pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara?

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(27)

1. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja aparatur

desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. 3. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja terhadap

kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara.

F. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep pendidikan khususnya wilayah Pendidikan Kewarganegaraan di tingkat SMA, kajiannya tentang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berkaitan dengan hukum dan masyarakat, karena berkaitan penyelenggaraan pemerintahan di daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

2. Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi kepada Kepala Desa tentang penyelenggaraan pemerintahan desa di desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara


(28)

12

2. Berguna untuk memberikan informasi kepada Sekretaris Desa tentang administrasi umum desa di desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara

3. Berguna untuk memberikan informasi kepada RW di desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara

4. Berguna untuk memberikan informasi kepada RT di desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara

5. Sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat di desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara

6. Sebagai bahan referensi aparatur desa khususnya aparatur Desa di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian terdiri atas: 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penalitian ini adalah ilmu pendidikan, khususnya pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dalam kajian tentang pendidikan hukum dan kemasyarakatan, karena berkaitan dengan kinerja aparatur desa.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah kinerja kepala desa, sekretaris desa, RW, dan RT di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara.


(29)

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah kepala desa, sekretaris desa, RW dan RT di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara.

5. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai.


(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berdasarkan tujuannya menggunakan jenis penelitian deskriptif ex post facto, yaitu penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif asosiatif.

Menurut Hadari Nawawi (dalam Sudjarwo 2009:86) “tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif, karena metode ini merupakan metode yang tepat dan relevan untuk dipakai dalam penelitian ini. Dimana dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan menguji pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara.


(31)

B. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah suatu upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan, prosedur hingga pelaksanaan di lapangan, hal ini agar dalam penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Persiapan Pengajuan Judul

Langkah awal dalam melakukan penelitian ini adalah mengajukan judul kepada Pembimbing Akademik dan Ketua Program Studi pada tanggal 7 Oktober 2014, dimana judul yang diajukan terdiri dari dua alternatif, alternatif pertama adalah Tinjauan Kinerja Aparatur Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara, yang kemudian setelah diadakannya seminar proposal diganti menjadi Pengaruh Budaya Kerja dan Motivasi Kerja Aparatur Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara.

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah judul penelitian disetujui oleh Pembimbing Akademik dan Ketua Program Studi PPkn, dan peneliti mendapatkan izin penelitian pendahuluan dari Dekan FKIP pada 10 Oktober 2014 dengan No.


(32)

62

5577/UN26/3/PL/2014, maka penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan ke Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi dan keadaan tempat penelitian, memperoleh data, serta memperoleh gambaran secara umum tentang berbagai hal yang akan diteliti dalam menyusun proposal penelitian ini yaitu mengenai pengaruh Budaya Kerja dan Motivasi Kerja Di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara.

3. Pengajuan Rencana Penelitian

Rencana penelitian dilakukan melalui proses konsultasi sebagai salah satu prosedur untuk memperoleh persetujuan untuk melaksanakan persetujuan proposal. Melalui beberapa perbaikan, proposal akhirnya disetujui oleh Pembimbing II (pembantu) pada tanggal 03 November 2014 dan Pembimbing I (utama) pada tanggal 18 November 2014, lalu seminar proposal pada tanggal 28 November 2014. Adapun tujuan diadakan seminar tersebut adalah untuk memperoleh masukan, saran, dan kritik, demi kesempurnaan skripsi ini. Setelah mengadakan seminar, penulis lalu melakukan perbaikan sesuai dengan masukan, saran, dan kritik dari dosen pembahas.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Arikunto (1996:117) “populasi adalah keseluruhan atau objek penelitian”. Maka populasi dalam penelitian ini adaalah keseluruhan dari


(33)

jumlah aparatur Desa di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara yang berjumlah 35 orang.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2002:170) “apabila subjek kurang dari 100 lebih baik

diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.

Karena populasi berjumlah 35 orang atau tidak lebih dari 100, maka sample dalam penelitian ini menggunakan seluruh populasi yaitu berjumlah 35 responden.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu yang sangat penting dalam penelitian. Karena dengan variabel kita dapat lebih fokus pada apa yang menjadi objek penelitian kita sehingga akan lebih mempermudah cara kerja.

1. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat atau Y adalah variabel yang memiliki peran untuk menerima pengaruh dari variabel lainnya. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun2004.


(34)

64

2. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas atau X adalah variabel yang memiliki peran untuk memberikan pengaruh terhadap lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah budaya kerja (X1) dan motivasi kerja (X2).

E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual dibuat agar dapat memberikan gambaran secara lebih jelas tentang jenis-jenis variabel. Dalam penelitian ini definisi konseptual yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Kinerja aparatur desa

Kinerja aparatur desa adalah proses kerja yang dilakukan aparatur desa di wilayah kerjanya. Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja yang indikatornya meliputi:

1. Pembinaan gotong royong 2. Pelayanan kepada masyarakat 3. Penyelesaian perselisihan b. Budaya kerja

Budaya kerja adalah nilai-nilai yang dimiliki dan prilaku yang menjadi kebiasaan yang berkaitan dengan mutu dan kualitas kerja yang diukur melalui skor berdasarkan indikator disiplin, saling menghargai, dan kerjasama.


(35)

c. Motivasi kerja

Motivasi kerja merupakan dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan yang diukur melalui skor berdasarkan indikator honorarium, penghargaan, status sosial.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu petunjuk tentang bagaimana suatu variabel dapat diukur. Untuk memahami objek permasalahan dalam penelitian ini secara jelas, maka diperlukan pendefinisian variabel secara operasional. Untuk mempermudah pengukuran di lapangan, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Kinerja aparatur desa

Persepsi aparatur desa tentang proses kerja yang dilakukan aparatur desa di wilayah kerjanya, dinilai melalui skor tulis berdasarkan indikator Pembinaan gotong royong, Pelayanan kepada masyarakat, dan Penyelesaian perselisihan.

b. Budaya kerja

Persepsi aparatur desa tentang nilai-nilai yang dimiliki dan prilaku yang menjadi kebiasaan yang berkaitan dengan mutu dan kualitas kerja, dinilai melalui skor tulis berdasarkan indikator disiplin, saling menghargai, dan kerjasama.

c. Motivasi kerja

Persepsi aparatur desa tentang dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan yang diukur melalui skor berdasarkan indikator honorarium, penghargaan, status sosial.


(36)

66

F. Rencana Pengukuran Variabel

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik scoring pada alternatif jawaban dalam lembaran angket yang disebar ke responden:

1. Budaya kerja yang diukur menggunakan angket tertutup. Indikator pengukuran meliputi disiplin, saling menghargai, dan kerjasama. Setiap angket mempunyai tiga alternatif jawaban yang meliputi:

a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga); b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua); c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu).

2. motivasi kerja diukur dengan menggunakan angket tertutup. Indikator pengukuran meliputi honorarium, penghargaan, status sosial. Setiap angket mempunyai tiga alternatif jawaban a, b, dan c yang meliputi :

a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga) b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua) c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu)

3. kinerja aparatur desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pengukuran dilakukan dengan menggunakan angket tertutup. Indikator pengukuran meliputi Pembinaan gotong royong, Pelayanan kepada masyarakat, dan Penyelesaian perselisihan. Setiap angket mempunyai tiga alternatif jawaban a, b, dan c yang meliputi

a. Memilih alternatif a diberikan nilai 3 (tiga) b. Memilih alternatif b diberikan nilai 2 (dua) c. Memilih alternatif c diberikan nilai 1 (satu)


(37)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teknik Pokok

a. Teknik Angket

Menurut Sugiyono (2013:199), “teknik angket atau kuisioner merupakan

suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sasaran angket dalam penelitian ini adalah kepala desa, Sekretaris Desa, RW, dan RT di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara dengan tujuan untuk mendapatkan data atau informasi.

2. Teknik Penunjang a. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung pada objek penelitian untuk menunjang data penelitian. Pihak yang diwawancarai adalah aparatur desa yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, RW dan RT di desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara

Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, karena dalam teknik ini memiliki kelebihan:

a. Pertanyaannya sangat terbuka, jawabannya lebih luas dan bervariasi. b. Kecepatan wawancara tergantung pada alur pembicaraan.


(38)

68

d. Pedoman wawancara sangat longgar urutan pertanyaan, penggunaan kata dan alur pembicaraan.

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:167), “validitas adalah keadaan yang

menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur

apa yang akan diukur. Sedangkan menurut Sugiyono (2010:363), “validitas

adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian

dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti”. Dalam penelitian ini

untuk menentukan validitas diadakan kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator dengan berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Setelah berkonsultasi, selanjutnya diadakan revisi sesuai dengan keperluan dan uji validitasnya menggunakan teknik Product Moment.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:168), “uji reliabilitas merupakan suatu

instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik sehingga mampu

mengungkap data yang bisa dipercaya”. Sedangkan menurut Susan

Stainback dan Sugiyono (2010:364),”reliabilitas berkenaan dengan derajat


(39)

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik belah dua data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyebarkan angket kepada 10 orang diluar responden

2. Hasil uji coba dikelompokkan kedalam item ganjil dan item genap

3. Hasil item ganjil dan item genap, dikorelasikan dengan rumus Product Moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√{∑ ∑ } {∑ } Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara gejala x dan y

X : Variabel bebas Y : Variabel terikat N : Jumlah sampel (Suharsimi Arikunto, 2010:162)

Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus Spearman Brown menurut Sutrisno Hadi (dalam Sudjarwo 2009:247), yaitu :

Keterangan :

rxy : Koefisien reliabilitas seluruh tes rgg : Koefisien korelasi item x dan y

Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai berikut:


(40)

70

0,6 – 0,799 = Tinggi 0,4 – 0,599 = Cukup tinggi 0,2 – 0,399 = Rendah

< 2,000 = Sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2010:331)

I. Pelaksanaan Uji Coba Angket a. Analisis Validitas Soal Angket

Dalam penelitian ini untuk menentukan validitas item soal dilakukan kontrol langsung terhadap teori-teori yang dimahirkan indikator-indikator yang dipakai. Validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah logical validity dengan cara judment yaitu dengan mengkonsultasikan kepada Dosen pembimbing. Berdasarkan konsultasi tersebut diadakan revisi atau perbaikan sesuai dengan keperluan.

b. Analisis Uji Reliabilitas Angket

Uji coba ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui reliabilitas alat ukur yang digunakan, yaitu dengan cara menyebarkan soal angket kepada 10 orang diluar responden. Hasil uji coba tersebut adalah


(41)

Tabel 3.1 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Pada 10 Responden di Luar Sampel Untuk Item Ganjil (X)

Sumber: Analisis Data Uji Coba Angket Tahun 2015

Tabel 3.1 menjelaskan distribusi hasil uji coba angket dari 10 orang responden diluar sampel untuk item Ganjil (X). Dengan jumlah soal sebanyak 36 pertanyaan. Dapat diketahui jumlah skor yang diperoleh cukup bervariasi. Tabel 3.2 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Pada 10 Responden di Luar

Sampel Untuk Item Genap (Y)

Sumber: Analisis Data Uji Coba Angket Tahun 2015

Tabel 3.2 menjelaskan distribusi hasil uji coba angket dari 10 orang responden diluar sampel untuk item genap (Y). Dengan jumlah soal sebanyak 36 pertanyaan. Selanjutnya hasil penjumlahan masing-masing nomor item ganjil dan genap di distribusikan kedalam tabel.

N o

Nomor Item Ganjil

skor

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 37 2 1 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 44 3 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 30 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 38 5 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 38 6 1 1 3 1 1 1 1 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 38 7 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 3 1 35 8 3 1 2 1 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 41 9 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 36 10 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 1 3 39

No Nomor Item Ganjil

skor

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36

1 3 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 37 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 48 3 3 1 2 2 2 1 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 38 4 3 2 3 2 2 2 1 3 3 2 3 2 3 1 2 3 2 2 41 5 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 38 6 3 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 45 7 3 1 2 2 2 1 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 42 8 3 3 2 1 3 1 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 44 9 3 1 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 1 38 10 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 1 2 3 3 45


(42)

72

Tabel 3.3 Tabel kerja hasil antara item Ganjil (X) dengan Item Genap (Y) NO

X (Ganjil) Y (Genap) X2 Y2 XY

1 37 37 1369 1369 1369

2 44 48 1936 2304 2112

3 30 38 900 1444 1140

4 38 41 1444 1681 1558

5 38 38 1444 1444 1444

6 38 45 1444 2025 1710

7 35 42 1225 1764 1470

8 41 44 1681 1936 1804

9 36 38 1296 1444 1368

10 39 45 1521 2025 1755

376 416 14260 17436 15730

Sumber: Analisis Data Primer Uji Angket Tahun 2015. Dari Tabel 4.3 di atas dapat diketahui

X = 376 Y = 416 X2 = 14260 Y2 = 17436 XY = 15730 N = 10

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka untuk mengetahui reliabilitas selanjutnya dikorelasikan dan diolah dengan rumus Product Moment sebagai berikut:

∑ ∑


(43)

∑ ∑ ∑

√{∑ ∑ } {∑ ∑ }

√{∑ }{∑ }

Langkah terakhir adalah adalah mencari reliabilitas alat ukur ini, maka dilanjutkan dengan menggunakan rumus Sperman Brown agar diketahui koefisien seluruh item dengan langkah sebagai berikut:


(44)

74

Berdasarkan hasil pengolahan tersebut, kemudian penulis mengkorelasikan dengan kriteria sebagai berikut:

0,8 – 1,000 = Sangat tinggi 0,6 – 0,799 = Tinggi 0,4 – 0,599 = Cukup tinggi 0,2 – 0,399 = Rendah < 2,000 = Sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut = 0,822, selanjutnya dikonsultasikan indeks reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto yaitu reliabilitas 0,8-1,000 termasuk dalam kategori sangat tinggi, berarti angket yang digunakan penelitian ini memiliki reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian angket tentang pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2004 di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara dapat digunakan dalam penelitian ini atau memenuhi syarat.

J. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka secara sistematis. Selanjutnya disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus :


(45)

K NR NT

I  

Keterangan : I : Interval NT : Nilai tertinggi NR : Nilai terendah K : Kategori

2. kemudian untuk mengetahui tingkat persentase digunakan rumus sebagai berikut:

% 100  

N F P

Keterangan:

P = Besarnya presentase

F = Jumlah skor yang di peroleh item N = Jumlah responden

3. Pengujian Hipotesis secara Sendiri-sendiri

Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, ketiga, yaitu pengaruh media massa dan sikap politik terhadap partisipasi politik digunakan uji statistik t dengan model regresi linear sederhana, yaitu:

̂ a Keterangan:

̂ : Subyek dalam variabel yang diprediksikan. a : Nilai intercept (konstanta) harga Y jika X = 0.


(46)

76

b : Koefisien arah regresi penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan atau penurunan variabel Y. X : Subyek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu. (Sudjana 2005:348)

Setelah menguji hipotesis regresi linear sederhana dilanjutkan dengan uji signifikan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t0 : Nilai teoritis observasi

b : Koefisien arah regresi Sb : Standar deviasi

Kriteria penguji hipotesis yaitu:

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan jika thitung < ttabel maka H0 diterima.

ttabel diperoleh dari daftar distribusi t dengan peluang (1 dan dk = n-2.

Sudjana (2005: 349).

4. Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan regresi berganda, hal ini dilakukan untuk mengetahui tentang pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (variabel tak bebas) dengan prosedur analisis sebagai berikut:

̂ Keterangan:

̂ : Variabel dependen a : Harga konstanta


(47)

b1 : Koefisien regresi pertama

b2 : Koefisien regresi kedua

X1 : Variabel independen pertama

X2 : Variabel independen kedua

V. Wiratna Sujarweni & Poly Endrayanto (2012:88)

Selanjutnya untuk membedakan dengan korelasi antara dua variabel X dan Y, yang telah dinyatakan dengan r, maka untuk mengukur derajat hubungan antara tiga variabel atau lebih, akan digunakan simbol R, maka R ditentukan oleh rumus:

R ∑ Sudjana (2005:350)

Kemudian data dianalisis menggunakan SPSS 20 dengan menggunakan metode regresi linier.


(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data yang telah diuraikan mengenai pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh budaya kerja terhadap kinerja aparatur desa di Desa

Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. Ini berarti semakin baik budaya kerja dilingkungan kerja aparatur desa, maka semakin baik kinerja aparatur desa.

2. Terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. Ini berarti semakin kuat motivasi kerja, maka semakin baik kinerja aparatur desa.

3. Terdapat pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa di Desa Tatakarya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. Ini berarti semakin baik budaya kerja dilingkungan kerja aparatur desa dan semakin kuat motivasi kerja, maka semakin baik kinerja aparatur desa dan sebaliknya, semakin kurang baik budaya kerja di


(49)

lingkungan kerja aparatur desa dan semakin lemah motivasi kerja aparatur desa, maka semakin kurang baik kinerja aparatur desa.

B. Implikasi Penelitian

1. Peningkatan Budaya Kerja

Dari kesimpulan atau hasil penelitian menujukkan bahwa semakin baik budaya kerja, maka semakin baik kinerja aparatur desa, oleh karena itu untuk meningkatkan budaya kerja agar semakin baik, seharusnya dilakukan dengan cara:

a. Menanamkan disiplin kerja dilingkungan kerja aparatur desa, agar seluruh anggota aparatur desa malaksanakan kinerjanya dengan baik dan maksimal sesuai dengan tugas dan peran masing-masing.

b. Adanya pengawasan dari atasan. Pemberian hukuman dapat dilakukan kepada aparatur desa yang tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya

c. memberian penyuluhan kepada aparatur desa tentang bagaimana seharusnya aparatur desa bersikap dan berprilaku dalam menangani setiap masalah yang timbul dalam pelaksanaan tugas aparatur desa tersebut.

2. Peningkatan Motivasi Kerja

Dari kesimpulan atau hasil penelitian menujukkan bahwa semakin kuat motivasi kerja, maka semakin baik kinerja aparatur desa, oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi kerja, seharusnya dilakukan dengan cara:


(50)

127

a. Pemberian penghargaan pada aparatur desa yang melaksanakan tugasnya dengan baik. Penghargaan dapat berupa honorarium dan status sosial.

b. Melakukan inovasi-inovasi dalam bekerja sehingga dalam bekerja, aparatur desa tersebut tidak merasa bosan dan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik

c. Menciptakan suasana kerja yang tidak membosankan. Suasana kerja dapat merubah suasana hati aparatur desa dalam melaksanakan kinerjanya ditempat kerja

d. Berfikir positif. Pikiran positif dapat memberikan pandangan untuk melakukan pekerjaan atau tugas menjadi lebih mudah, oleh karena itu aparatur desa perlu berfikir positif agar dapat menjalankan tugasnya dengan lebih mudah dan efektif

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai pengaruh budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah daerah agar selalu memiliki budaya kerja yang baik dan motivasi kerja yang kuat agar dapat melaksanakan kinerjanya dengan baik, serta memberikan pengawasan kepada para aparatur desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai peraturan yang telah ditetapkan. 2. Bagi kepala desa agar selalu memberikan arahan dan bimbingan pada


(51)

tugas dan fungsi masing-masingnya masing-masing dalam wilayah kerjanya.

3. Bagi aparatur desa agar selalu bersemangat dan termotivasi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing, yaitu sebagai Kepala Desa, Sekretaris Desa, RW, dan RT serta memiliki budaya kerja yang baik, yaitu disiplin, saling menghargai dan saling kerjasama pada setiap aparatur desa agar saling membantu dan bersama-sama menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul dilingkungan masyarakat.

4. Bagi masyarakat agar dapat mendukung para aparatur desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya agar tercapai tujuan bersama yaitu hidup dalam lingkungan masyarakat yang sejahtera, aman dan temtram.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto. 2005. Metodologi penelitian sosial dan hukum. Jakarta: Granit Amnuhai, Siti. 2003. Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta: BumiAksara Anggoro, Toha,dkk. 2009. Metode Penelitian. Universitas Terbuka: Jakarta. Anorogo, Panji. 1993. Psikologi dalam Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

asshiddiqie, jimly. 2012. Perkembangan & konsolidasi lembaga negara. Jakarta: Sinar grafika

Busroh, Abu daud.2009. ilmu negara. Jakarta: Bumi aksara

Danim, sudarwan. 2004. Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok. Jakarta: rineka cipta

Herdiannsyah, Haris. 2012. Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Salemba Humanika: Jakarta.

Kansil, C.S.T. 2007. Ilmu Negara. Jakarta: Pt pradnya paramita

Kansil, C.S.T. 2011. Empat pilar berbangsa dan bernegara. Jakarta : PT rineka cipta

Kartono, Kartini. 2009. Pemimpin dan kepemimpinan, Apakah Kepemipinan Abnormal itu ?. Jakarta: Rajawali Pers

LITBANG LPM-PNL UNM 2013/2014. 12 Juli 2014. Uji Kredibilitas Data. Diakses dari web http://www.penalaran-unm.org/artikel/penelitian/352-pengujian-kredibilitas-data-pada-penelitian-kualitatif.html. Pada 30 Oktober 2014 pukul 18.18 WIB

Marbun, B.N. 2005. Otonomi Daerah 1945-2005 Proses &realita. Jakarta: Pustaka sinar harapan


(53)

Margono,S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta. Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Kencana

Merdekawaty, Sri Rejeki. 2010. Yuk, mengenal Sistem Pemerintahan Desa, Kelurahan, dan Kecamatan. Jakarta: Quadra

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Refisi). Bandung: Remaja Rosdahanya

Moekijat. 2006. Asas-Asas Perilaku Organisasi, Bandung: CV. Mandar Maju Nawawi, Hadari. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan kelima. 2003.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Teori Budaya Organisasi, Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Novian, budhy 2014 tugas dan wewenang Aparatur Pemerintah. Diakses Dari www.kelurahanpondokbambu.com/index.php?option=comcontent&viw =article&id=62%3A-hak-dankewajiban-rtrw&catid=55%3=Apedo- manrtrw&Itemid=69&lang=in pada 30 Oktober 2014

Osborn dan Plastrik. 2002. Manajemen Sumber Daya Mausia. Yogyakarta: BPFE. Para Kontributor Wikipedia. 2014. Kepala Desa. Diakses Pada 20 Oktober 2014 Para Kontributor Wikipedia. 2014. Definisi Kinerja. Diakses Pada 21 Oktober

2014

Pasolong, Harbani. 2008. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta

Peraturan Bupati Gersik Nomor 13 Tahun 2011 Pasal 17 dan 18 Tentang Tugas dan Fungsi RW dan RT. Sekretariat Negara

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 04 Tahun 2000 tentang susunan Organisasi Pemerintahan Daerah.Sekkretariat Negara

Prasetya, Triguno. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Ranu Pandojo, Heidjrahman & Suad Husnan. 2000. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.


(54)

Sanapiah, Faisal. 2010. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Grafindo Persada

Sedarmayanti. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika Aditama Setiadi, M. Elly. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Setiawan, dian Bakti. 2011. Pemberhentian kepala daerah. Jakarta: pt rajagrafindo persada

Siagian, P Sondang. 1995. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Siagian, P Sondang. 1995. Teori motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Siagian, P Sondang. 2004. Teori motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Sinaga, Rudi Salam, 2013. Pengantar Ilmu Politik. yogyakarta: Graha ilmu

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito:Bandung.

Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers: Jakarta. Suyanto, Bagong. 2011. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana

Tahmid, khairuddin. 2004. Demokrasi dan otonomi penyelenggaraan pemerintahan desa. bandar lampung: Seksi penerbit fakultas syari’ah iain raden intan bandar lampung

Undang-Undang Otonomi Daerah. 2004. Tentang Pemerintah Daerah UU RI No. 32. Jakarta: Hary Jaya Presido (Sekretariat Negara)

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung Uno, Hamzah B. 2012. Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Widjaja, HAW. 2003. Otonomi desa. Jakarta: Pt Rja Grafindo Persada


(55)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL. ... ii ABSTRAK ... ii HALAMAN PERSETUJUAN ... iii HALAMAN PENGESAHAN ... iv SURAT PERNYATAAN ... v RIWAYAT HIDUP ... vi PERSEMBAHAN ... vii MOTO ... viii SANWACANA ... ix DAFTAR ISI ... x DAFTAR TABEL ... xi DAFTAR GAMBAR ... xii DAFTAR LAMPIRAN ... xiii I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 9 C. Pembatasan Masalah ... 10 D. Perumusan Masalah ... 10 E. Tujuan ... 10 F. Kegunaan Penelitian... 11 1. Kegunaan Teoritis ... 11 2. Kegunaan Praktis ... 11 G. Ruang Lingkup Penelitian ... 12 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis ... 14 1. Tinjauan Tentang Kinerja ... 14 2. Tinjauan Tentang Aparatur Desa ... 18 3. Tinjauan Tentang Desa ... 32 4. Tinjauan Tentang Budaya ... 37 5. Tinjauan Tentang Budaya Kerja ... 41 6. Tinjauan Tentang Motivasi ... 45 7. Tinjauan Tentang Kerja ... 50 8. Tinjauan Tentang Motivasi Kerja ... 53 B. Kerangka Pikir ... 55


(56)

C. Hipotesis ... 59 III.METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 60 B. Langkah-Langkah Penelitian ... 61 1. Persiapan Pengajuan Judul ... 61 2. Penelitian Pendahuluan ... 61 3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 62 C. Populasi dan Sampel ... 62 1. Populasi ... 62 2. Sampel ... 63 D. Variabel Penelitian ... 63 E. Definisi Konseptual dan Operasional ... 64 1. Definisi Konseptual ... 64 2. Definisi Operasional ... 65 F. Rencana Pengukuran Variabel ... 66 G. Teknik Pengumpulan Data ... 67 1. Teknik Pokok ... 67 2. Teknik Penunjang... 67 H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 68 1. Uji Validitas ... 68 2. Uji Reliabilitas ... 68 I. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 70 J. Teknik Analisis Data ... 74 IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 78 1. Sejarah singkat Desa Tatakarya ... 78 2. Gambaran Umum Desa Tatakarya ... 78 B. Deskripsi Data ... 80 1. Budaya Kerja ... 81 2. Motivasi Kerja ... 91 3. Kinerja Aparatur Desa... 101 C. Pengujian Hipotesis ... 111 1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 112 2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 114 3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 116 D. Pembahasan ... 117 E. Keterbatasan Penelitian ... 123 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 125 B. Implikasi Penelitian ... 126 C. Saran ... 127 DAFTAR PUSTAKA


(57)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Kinerja

Secara umum, kata kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang telah dilakukan oleh seseorang. Seperti yang dikemukakan oleh widodo dalam

Pasolong (2008:175) menyatakan “kinerja adalah melakukan suatu

kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawabnya dengan

hasil seperti yang diharapkan”. Sedangkan menurut Hugh J. Arnold dan

Daniel C Feldman dalam hamzah B. Uno (2012:118) “kinerja merupakan serangkaian perilaku dan kegiatan secara individual sesuai dengan harapan atau tujuan organisasi”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Patricia King dalam hamzah B. Uno

(2012:61) “kinerja adalah aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas

pokok yang dibebankan kepadanya”. Ahli lain Galton dan Simon dalam

hamzah B. Uno (2012:61) berpandapat “kinerja adalah hasil interaksi

atau berfungsinya unsur-unsur motivasi, kemampuan, dan persepsi pada diri seseorang. Selanjutnya simamora hamzah B. Uno (2012:62)


(58)

15

menyatakan “kinerja adalah keadaan atau tingkat prilaku seseorang yang

harus dicapai dengan persyaratan tertentu”.

Menurut Bowditch dan Buono dalam hamzah B. Uno (2012:120)

“kinerja berkaitan dengan prilaku yang diarahkan kepada misi dan

sasaran organisasi”. Wagner dan Hollenbeck dalam hamzah B. Uno

(2012:126) menyebutkan “kinerja adalah fungsi dari usaha, ketepatan persepsi terhadap peran, dan kemampuan”. Pengertian yang hampir

serupa dikemukakan oleh Bedeian dan Glueck dalam hamzah B. Uno

(2012:127) yang menyatakan “kinerja adalah fungsi interaksi dari tiga

faktor individual, yaitu kemampuan, motivasi, dan kejelasan peran”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kinerja dapat disimpulkan sebagai prilaku seseorang yang membuahkan hasil kerja tertentu setelah memenuhi sejumlah persyaratan. Kinerja menuntut adanya pengekspresian potensi seseorang. Pengekspresian ini menuntut pengambilan tanggung jawab atau kepemilikan yang menyeluruh. kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompuk dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.

Timple dalam hamzah B. Uno (2012:127) menyebutkan

ada enam faktor eksternal yang menentukan tingkat kinerja yaitu, lingkungan, prilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik , dan administrasi pengupahan. Suatu lingkungan kerja yang menyenangkan begitu penting untuk mendorong tingkat kinerja karyawan yang paling produktif.


(59)

Penilaian kinerja merupakan metode mengevaluasi dan menghargai kinerja yang digunakan untuk menentukan kinerja yang baik. Seseorang yang memiliki motivasi yang kuat dan tinggi dalam melaksanakan tugasnya, cenderung memiliki kinerja yang tinggi.

Menurut Marion E. Haynes dalam hamzah B. Uno (2012:134-135) ada enam langkah untuk memperoleh gambaran tentang kinerja:

1. Developing performance expectation atau menetapkan tingkat kinerja yang diharapkan. Dalam hal ini ditetapkan analisis pekerjaan, kualitas, dan dan kuantitas pekerjaan yang harus dilaksanakan, dan perilaku yang diterapkan dalam pekerjaan. 2. Monitoring performance progress atau memantau kemajuan

dengan memfokuskan pada hasil yang dicapai

3. Evaluating performance atau melakukan evaluasi atas kinerja saat ini dibandingkan dengan kinerja yangdiharapkan sebelumnya

4. Providing feedback on performance atau memberikan umpan balik atas kinerja

5. Developing performance improvement plans atau mengembangkan rencana-rancana peningkatan kinerja.

Pengukuran kinerja digunakan untuk penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan atau program atau kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi. Menurut James B. Whittaker

dalam Sedarmayanti (2013:195) “pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai kecapaian tujuan dan sasaran”. Seluruh aktivitas organisasi tidak semata-mata kepada input dari program organisasi, tetapi lebih ditekankan pada output, proses, manfaat dan dampak program organisasi.


(60)

17

Peranan pengukuran kinerja sebagai alat manajemen yaitu:

a. Memastikan pemahaman pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk mencapai kinerja

b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang disepakati

c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja

d. Memberi penghargaan dan hukuman yang obyektif atas kinerja pelaksana yang telah diukur sesuai sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati

e. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pemimpin dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi

f. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi g. Membantu memahami proses kegiatan organisasi

h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif

i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan j. Mengungkap permasalahan yang terjadi.

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa indikator kineja, sulit untuk menilai kinerja (keberhasilan atau ketidakberhasilan) kebijakan atau program yang telah dibuat.


(61)

Secara umum indikator kinerja memiliki fungsi sebagai berikut:  memperjelas tentang apa. Berapa dan kapan kegiatan dilakukan  menciptakan konsesus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait

untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kebijakan atau program dalam menilai kinerjanya

 membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasi unit kerja.

2. Tinjauan Tentang Aparatur Desa

Menurut pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa lainnya. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.

a. Kepala Desa b. Sekretaris Desa c. Kepala Dusun d. Rukun Tetangga e. Rukun Warga a. Kepala Desa

Kepala desa adalah pemimpin dari desa di Indonesia. Kepala desa merupakan pimpinan dari pemerintah desa. berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan.


(62)

19

Kepala desa tidak bertanggung jawab kepada camat, namun hanya dikoordinasikan saja oleh camat. Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan perda yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah.

Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa, ditetapkan sebagai kepala desa. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat bersama hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dalam perda dengan pedoman pada Peraturan Pemerintah.

1) Tugas dan Kewajiban Kepala desa

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah disebutkan dalam pasal 101 bahwa tugas dan kewajiban kepala desa adalah:

a. Memimpin penyelenggara pemerintah desa b. Membina kehidupan masyarakat desa c. Membina perekonomian desa

d. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa e. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa

f. Mewakili desanya didalam dan diluar peradilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya


(63)

g. Mengajukan perencanaan peraturan desa dan bersama BPD menetapkan peraturan desa

h. Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup da berkembang di Desa yang bersangkutan

2) Wewenang Kepala Desa

Menurut Bambang Trisantono Soemantri (20011:7-8), wewenang kepala desa yaitu:

 Memimpin Penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

 Mengajukan rancangan peraturan desa.

 Menetapkan peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

 Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran Pendapatan dan Belaja Desa (APB Desa) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

 Membina kehidupan masyarakat desa.  Membina perekonomian desa.

 Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipasif  Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan

dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(64)

21

3) Kewajiban Kepala Desa

Berdasarkan pasal 26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014, kewajiban Kepala desa antara lain:

 Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan epublik Indonesia;  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

 Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;  Melaksanakan kehidupan demokrasi;

 Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;

 Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;

 Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;

 Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;

 Melaksanakn dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;

 Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;  Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;


(65)

 Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;

 Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;

 Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa;  Mengembangkan potensi sumber daya alam dan

melestarikan lingkungan hidup.

Selain itu, kepala desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan Penyelenggaraan pemerintahan Desa Kepada Bupati atau Walikota, memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada BPD dan menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat.

4) Larangan Bagi Kepala Desa

Menurut Bambang Trisantono Soemantri (20011:9), Larangan Bagi kepala desa yaitu:

a. Menjadi pengurus partai politik

b. Merangkap jabatan sebagai Ketua dan atau Anggota BPD dan lembaga Kemasyarakatan di desa bersangkutan

c. Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD

d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah


(66)

23

e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;

f. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang tindakan yang akan dilakukannya;

g. Menyalahgunakan wewenang; h. Melanggar sumpah/janji jabatan. 5) Pemberhentian Kepala Desa

Berdasarkan Pasal 40 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014, Kepala Desa berhenti Karena:

a. Meninggal dunia b. Permintaan sendiri c. Diberhentikan karena:

1) Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;

2) Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan (tidak termasuk melaksanakan tugas dalam rangka kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan); 3) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa;


(67)

4) Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan (pernyataan melanggar sumpah/janji jabatan ditetapkan dengan keputusan pengadilan);

5) Tidak melaksanakan kewajiban kepala desa; 6) Melanggar larangan bagi kepala desa.

6) Syarat Kepala Desa

Menurut pasal 97 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah, yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat:

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

c. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, G30S/PKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya;

d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan atau berpengetahuan yang sederajat e. Berumur sekurang-kurangnya 25 tahun;

f. Sehat jasmani dan rohani;

g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa atau ingatan; h. Berkelekuan baik, jujur, dan adil;


(68)

25

i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana;

j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat;

l. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;

m. Memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat yang diatur dalam Peraturan Daerah.

b. Sekretaris Desa

Sekretaris desa merupakan ujung tombak pemerintahan desa yang melaksanakan tugas khususnya membantu kepala desa di bidang administrasi dan memberikan pelayanan teknis adminsitratif kepada seluruh perangkat desa serta membantu kapala desa dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintahan desa.

Sekretaris desa menurut pasal 25 ayat (1) PP No. 72 tahun 2005, jabatan sekretaris desa diisi dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Bagi sekretaris desa, yang ada selama ini bukan PNS dan memenuhi persyaratan, secara bertahap diangkat menjadi PNS sesuai peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian, PP No. 98 tahun 2000 tentang pengadaan Pegawai Negeri Sipil dan


(69)

Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2007 tentang persyaratan dan tatacara pengangkatan sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil)

Sekretariat Desa merupakan unsur Staf Pemerintah Desa dipimpin oleh seorang Sekretaris Desa yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai Perangkat Desa. Sekertasis desa terdiri atas Sekertaris desa, dan kepala-kepala urusan. Kepala desa diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota madya Kepala Daerah Tingkat II setelah mendengar pertimbangan Camat atas usul Kepala desa, apabila kepala desa berhalangan maka sekertaris desa yang menjalankan tugas dan wewenang kepala desa sehari-hari.

1) Persyaratan Sekretaris Desa

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 45 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara pengangkatan sekretaris Desa menjadi Peawai Negeri Sipil, Persyaratan dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat; b. Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan; c. Mempunyai kemampuan dibidang administrasi perkantoran; d. Mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan

dibidang perencanaan;


(70)

27

f. Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan. 2) Fungsi Sekretaris Desa:

a. Menyusun rencana, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan serta penyusunan laporan;

b. Pelaksanaan tata usaha administrasi umum, kepegawaian dan perlengkapan rumah tangga;

c. Pengelolaan penata usahaan administrasi keuangan; d. Pemeliharaan Inventaris dan aset;

e. Menyelenggarakan dan mempersiapkan rapat-rapat staf dan koordinasi;

f. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan langsung. 3) Larangan Sekretaris Desa

Berdasarkan Pasal 51 Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2014, Sekretaris Desa dilarang:

a. merugikan kepentingan umum

b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak lain dan atau golongan tertentu; c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak dan atau

kewajibannya;

d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan atau golongan masyarakat tertentu;

e. melakukan tindakan meresahkan skelompok masyarakat desa;


(71)

f. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;

g. menjadi pengurus partai politik;

h. menjadi anggota dan atau pengurus organisasi terlarang; i. merangkap jabatan sebagai ketua dan atau anggota Badan

Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan jabatan lain yang ditentukan dalam perturan perundang-undangan;

j. ikut serta dan atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan atau pemilihan kepala daerah;

k. melanggar sumpah atau janji jabatan;

l. meninggalkan tugas selama 60 (enam puluh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

4) Pemberhentian Sekretaris Desa

Berdasarkan pasal 53 Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2014 Sekretaris Desa berhenti karena:

a. Meninggal dunia; b. Permintaan sendiri; c. Diberhentikan kerena:


(1)

Motivasi bekerja tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang bersifat materiil saja. Akan tetapi bisa berwujud respek atau penghargaan dari lingkungan, prestise, dan status sosial yang semuanya merupakan bentuk ganjaran sosial yang immateriil sifatnya.

Menurut Kartini Kartono (2011:18) “motivasi kerja disugestikan berwujud rumput dan cambuk bagi si kuda. Ini insentif berupa uang sebagai satu-satunya rangsangan untuk bekerja”. Pada dasarnya manusia tidak menyukai pekerjaan, karena untuk bekerja manusia harus dipaksa atau harus diancam dan diberi sanksi. Sedangkan menurut panji anorogo (1993:43) “motivasi kerja adalah sesuatu yang menumbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang menentukan besar kecilnya prestasi.

Menurut McGregor dalam sudarwan danim (2004: 36) motivasi manusia akan terdorong jika dia diberi tanggung jawab dan dihadapkan kepada tantangan-tantangan. Ada beberapa manusia berkerja yaitu:

1. Adanya kebutuhan dan tuntutan untuk hidup yang layak 2. Tugas pokok dan fungsinya menuntut dia bekerja. 3. Dorongan untuk berpartisipasi

4. Rasa ingin mencapai tujuan dengan secara cepat 5. Suasana dan iklim lingkungan kerja yang sehat

6. Terpenuhinya kebutuhan pribadi, seperti rasa ingin tumbuh dan berkembang.


(2)

B. Kerangka Pikir

1. Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Aparatur Desa

Budaya kerja adalah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam melakukan pekerjaannya dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawab aparatur desa berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan di desa. Indikator-indikator dalam budaya kerja anrara lain disiplin, keterbukaan, saling menghargai, dan kerjasama. setiap orang dalam melakukan pekerjaannya haruslah disiplin. Begitu juga dengan aparatur desa dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam mengatur desanya. Dengan sikap disiplin, para aparatur desa dalam menjalankan kinerja yang baik dan seimbang, selain itu, setiap aparatur desa dalam menjalankan tugasnya harus memiliki sikap terbuka, keterbukaan sangat diperlukan agar masyarakat dalam lingkup wilayah kerja aparatur desa tersebut tahu tentang keadaan yang dialami di lingkungan masyarakat tersebut.

Antara aparatur desa harus saling menghargai begitu juga antara aparatur desa dengan masyarakat, sikap saling menghargai akan menciptakan suasana yang nyaman, sehingga aparatur desa dapat menjalankan kinerjanya dengan baik. Budaya kerja yang selanjutnya yaitu bekerjasama. Bekerjasama dalam hal ini dapat dilakukan antara aparatur desa, maupun antara aparatur desa dengan masyarakat. Dengan adanya kerjasama, maka tugas-tugas aparatur desa akan lebih mudah dalam menjalankannya sehingga kinerja aparatur desa dapat berjalan dengan baik.


(3)

2. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Aparatur Desa

Motivasi kerja merupakan hal yang penting dalam melaksanakan segala kegiatan, karena motivasi kerja yang dimiliki oleh aparatur desa sangat berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa tersebut. Indikator-indikator dalam motivasi kerja antara lain, honorarium, penghargaan dan status sosial. Salah satu pendorong motivasi kerja adalah honorarium. Dengan mengharapkan honorarium yang tinggi, seseorang akan melakukan pekerjaan lebih giat dan semangat, begitu pula dengan aparatur desa, dengan termotivasi melakukan kinerja yang baik, aparatur desa tersebut mengharapkan mendapat honorarium yang tinggi. Oleh karena itu, honorarium berpengaruh terhadap kinerja yang dilakukan oleh aparatur desa.

Selain itu, yang menjadi motivasi atau pendorong aparatur desa untuk melakukan kinerja yang baik adalah penghargaan. Dengan penghargaan, seseorang akan melakukan pekerjaannya dengan semaksimal mungkin. Aparatur desa akan termotivasi untuk melakukan kinerjanya dengan baik, dengan mengharapkan penghargaan baik dari masyarakat ataupun dari pemerintah. Selain selain honorarium dan penghargaan, hal yang dapat mendorong motivasi aparatur desa adalan status sosial, status sosial dapat mendorong atau memotivasi aparatur desa untuk melakukan kinerjanya yang baik, saat aparatur desa melakukan kinerjanya dengan baik, maka status sosial aparatur desa tersebut akan naik baik dalam lingkup masyarakat maupun lingkup pemerintahan.


(4)

3. Pengaruh Budaya Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja

Aparatur Desa

Budaya kerja dan motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja aparatur desa, karena budaya kerja merupakan kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan oleh aparatur desa agar dapat menjalankan kinerjanya dengan baik. Adapun indikator dalam budaya kerja antara lain disiplin, saling menghargai, dan kerjasama. indikator-indikator tersebut jika dilaksanakan dalam kehidupan kerja aparatur desa, maka aparatur desa tersebut akan menjalankan kinerjanya dengan baik.

Motivasi kerja merupakan pendorong aparatur desa dalam melaksanakan kinerjanya dengan baik, sesuai dengan peraturan perundang-Undangan. Adapun indikator motivasi kerja antara lain, honorarium, penghargaan, dan status sosial. Indikator-indikator tersebut dapat mendorong aparatur desa agar dapat menjalankan kinerjanya dengan baik.


(5)

Gambar 2.1. Bagan kerangka berpikir Budaya Kerja Variabel

Bebas (X1)

1. Disiplin

2. Saling menghargai 3. Kerjasama

Motivasi Kerja Variabel bebas (X2)

1. Honorarium 2. penghargaan 3. status sosial

Kinerja Aparatur Desa Bersarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 Variabel terikat (Y)

1. Pembinaan gotong royong di lingkungan masyarakat

2. Pelayanan kepada masyarakat

3. penyelesaian perselisihan


(6)

C. Hipotesis Masalah

Hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho :

= 0.

Tidak terdapat pengaruh antara budaya kerja (X1) terhadap

kinerja aparatur desa berdasarkan undang-undang nomor 32 Tahun 2004 (Y).

Hi :

0.

terdapat pengaruh antara budaya kerja (X1) kinerja aparatur

desa berdasarkan undang-undang nomor 32 Tahun 2004 (Y).

2. Ho : = 0. Tidak terdapat pengaruh antara motivasi kerja (X2) terhadap

kinerja aparatur desa berdasarkan undang-undang nomor 32 Tahun 2004 (Y).

Hi :

0. terdapat pengaruh antara motivasi kerja (X2) terhadap kinerja

aparatur desa berdasarkan undang-undang nomor 32 Tahun 2004 (Y).

3. Ho :

= 0.

Tidak terdapat pengaruh antara budaya kerja (X1) dan

motivasi kerja (X2) terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan

undang-undang nomor 32 Tahun 2004 (Y).

Hi :

0.

terdapat pengaruh antara budaya kerja (X1) dan motivasi kerja

(X2) terhadap kinerja aparatur desa berdasarkan undang-undang nomor 32