Aspek kedua, sikap batin yang tasamuh lapang dada dalam mencari kebenaran dan menghargai kebenaran yang diperoleh orang lain. Oleh sebab
itu konsep al-hanifiyyah al-samhah semangat pencarian kebenaran yang lapang sangat erat kaitannya dengan ukhuwah islamiyah persaudaraan
Islam, bahkan persaudaraan sesama manusia ukhuwah insaniyyah.
16
5. Syukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan Orang yang senantiasa bersyukur terhadap semua pemberian Allah,
maka tidak akan ada kegelisahan dan kegalauan dalam hatinya. Jika diberi sedikit oleh Allah, hatinya telah lapang, dan ia tetap bersyukur. Jika ia
mendapat karunia yang besar dari Allah, ia juga tidak akan takabbur, karena ia tahu bahwa semuanya adalah pemberianNya dan milikNya yang sewaktu-
waktu bisa diambil-Nya kembali. Sebagaimana yang telah diperintahkan Allah, dalam Surat Ibrahim
ayat 7:
Artinya: “Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Q.S. Ibrahim: 7.
17
C. Pengertian Kesengsaraan
Kesengsaraan merupakan kata jadian dari kata dasar sengsara yang bermakna: 1 kesulitan dan kesusahan hidup; penderitaan 2 menderita
16
Nina M. Aremando ed, Ensiklopedi Islam…, hlm.305
17
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, hlm.207
81
kesusahan, kesukaran.
18
Sedangkan kesengsaraan adalah perihal atau keadaan hidup yang sengsara.
Kesengsaraan dapat diartikan sebagai kehidupan yang sulit dan pahit, serba kekurangan, serba memprihatinkan, dan menimpa dalam tempo yang
relatif tidak sebentar.
19
Masalah kebahagiaan sa’adah dan kesengsaraan shaqawah adalah masalah kemanusiaan yang paling hakiki. Sebab tujuan hidup manusia tak lain
ialah memperoleh kebahagiaan dan menghindari kesengsaraan. Semua ajaran, baik yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat keduniaan semata seperti
Marxisme, misalnya menjanjikan kebahagiaan bagi para pengikutnya dan mengancam para penentangnya dengan kesengsaraan. Gambaran tentang wujud
kebahagiaan atau kesengsaraan itu sangat beranekaragam. Namun semua ajaran dan ideologi selalu menegaskan bahwa kebahagiaan yang dijanjikannya atau
kesengsaraan yang diancamkannya adalah jenis yang paling sejati dan abadi. Dalam agama-agama, gambaran tentang wujud kebahagiaan dan kesengsaraan
itu dinyatakan dalam konsep-konsep tentang kehidupan di surga dan di neraka.
20
Kebahagiaan atau kesengsaraan itu dapat terjadi di dunia dan akhirat. Kitab Suci al-Quran menyajikan banyak ilustrasi dan penegasan yang kuat
tentang kebahagiaan dan kesengsaraan. Dalam sebuah firman disebutkan tentang
18
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, hlm. 1037
19
Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, Bila Kesengsaraan Menyerang, dalam
http:www.ibshidayatullah.comindex.php?option=com_contentview=articleid=144:bila-kesengsaraan- menyerangcatid=37:c, diakses tanggal 09 Agustus 2011
20
Nur Kholis Madjid, Kebahagiaan dan Kesengsaraan, dalam,
http:media.isnet.orgislamParamadinaKonteksBahagia1.html, diakses tanggal 09 Agustus 2011
82
terbaginya manusia ke dalam dua kelompok: yang sengsara shaqiyy, penyandang shaqawah, yakni, kesengsaraan dan yang bahagia said, penyandang saadah,
yakni kebahagiaan. Al-Qur’an menjelaskannya pada Surat Hud ayat 105-108 :
Artinya: “Jika Hari Kiamat itu telah tiba, maka tiada seorang pun akan berbicara kecuali dengan izin-Nya Mereka manusia akan terbagi
menjadi dua; yang sengsara dan yang bahagia. Ada pun mereka yang sengsara, maka akan tinggal dalam neraka, di sana mereka akan
berkeluh kesah semata. Kekal abadi di dalamnya, selama langit dan bumi masih ada, kecuali jika Tuhanmu menghendaki hal berbeda. Sebab
Tuhanmu pasti melaksanakan apa saja yang menjadi kehendak-Nya. Ada pun mereka yang bahagia, maka akan berada dalam surga, kekal
abadi di dalamnya, selama langit dan bumi masih ada kecuali jika Tuhanmu menghendaki hal berbeda, sebagai anugerah yang tiada
batasnya.”QS. Hud11:105-108
Islam mengajarkan kebahagiaan dan kesengsaraan jasmani dan rohani atau duniawi dan ukhrawi, namun tetap membedakan keduanya. Dalam Islam,
seseorang dianjurkan mengejar kebahagiaan di akhirat, namun diingatkan agar jangan melupakan nasibnya dalam hidup di dunia ini.
21
Itu berarti memperoleh kebahagiaan akhirat belum tentu dengan sendirinya memperoleh kebahagiaan
di dunia. Sebaliknya, orang yang mengalami kebahagiaan duniawi belum tentu akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Maka manusia didorong mengejar
21
Lihat Q.S. Al-Qashash 28: 77
83
kedua bentuk kebahagiaan itu, serta berusaha menghindar dari penderitaan azab lahir dan batin.
22
Walaupun begitu, banyak pula dijanjikan kehidupan yang bahagia sekaligus di dunia ini dan di akhirat kelak untuk mereka yang beriman dan berbuat baik.
Kehidupan yang bahagia di dunia menjadi semacam pendahuluan bagi kehidupan yang lebih bahagia di akhirat. Sebagaimana firman-Nya pada Surat An-Nahl
ayat 97 yang artinya:
Artinya: “Barangsiapa berbuat baik, dari kalangan pria maupun wanita, dan dia itu beriman maka pastilah akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik di dunia, dan pastilah akan Kami ganjarkan kepada mereka pahala mereka di akhirat, sesuai dengan sebaik-baik apa yang
telah mereka kerjakan”. Q.S. Al-Nahl: 97.
Demikian itu masalah kebahagiaan, demikian pula masalah kesengsaraan. Orang yang ingkar kepada kebenaran dan berbuat jahat diancam baginya
kesengsaraan dalam hidup di dunia ini sebelum kesengsaraan yang lebih besar kelak di akhirat.
Adapun orang-orang yang jahat, maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar dari sana, mereka dikembalikan ke dalamnya,
sambil dikatakan kepada mereka:Sekarang rasakanlah azab neraka ini, yang dahulu kamu dustakan. “Dan pastilah Kami Tuhan buat mereka merasakan
22
Lihat Q.S. Al-Baqarah 2: 200
84
azab yang lebih ringan di dunia ini sebelum azab yang lebih besar di akhirat nanti agar kiranya mereka mau kembali”. Q.S. Al-Sajdah: 20-21.
D. Faktor Penyebab Kesengsaraan Hidup