2. Hakikat Paradigma Pendidikan
Secara etimologis, istilah paradigma paradigm berasal dari bahasa Yunani ”para deigma”, dari kata ”para”, yang berarti di samping, di sebelah dan
”dekynai” yang berarti model, contoh, ideal Bagus, 2002:779; Dagun, 1997: 777. Sebagai suatu konsep, istilah paradigma pertama kali dipopulerkan oleh
ilmuwan Amerika, Thomas Kuhn. Menurutnya, seorang ilmuwan selalu bekerja dengan paradigma tertentu. Paradigma ini membimbing kegiatan ilmiah dalam
masa ilmu normal normal science, di mana ilmuwan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan paradigma secara rinci dan mendalam. Dalam
tahap ini seorang ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya.
Selain itu, dengan paradigma memungkinkan sang ilmuwan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi dalam rangka ilmunya, sampai muncul
banyak anomali yang tak dapat diterangkan dengan teorinya. Jika anomali semakin banyak dan kualitasnya semakin tinggi, maka bisa timbul krisis. Dalam
krisis inilah paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Dengan begitu sang ilmuwan sudah keluar dari ilmu normal. Untuk mengatasi krisis itu sang ilmuwan
bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang lama sambil memperluas cara-cara itu atau mengembangkan suatu paradigma tandingan yang bisa memecahkan
masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Jika yang terakhir ini terjadi, berarti telah terjadi revolusi paradigmatik terhadap ilmu tersebut.
Pengertian “paradigma” itu sendiri kurang jelas, karena pelbagai pengertian yang dikemukakan Thomas Kuhn, kadang terasa tidak begitu konsisten
satu sama lain. Meskipun demikian, Verhaak dan Imam 1989:165 menyimpulkan bahwa paradigma merupakan cara pandang terhadap dunia dan
contoh-contoh prestasi atau praktek ilmiah konkret. Paradigma adalah asumsi- asumsi dasar yang terkandung atau tersirat dalam satu atau sejumlah teori
dominan. Asumsi-asumsi dasar ini membentuk kerangka keyakinan belief
framework dan merupakan konstelasi komitmen intelektual suatu masyarakat
ilmuwan. Ini berfungsi sebagai semacam acuan, kiblat, atau pedoman, dan menentukan cara untuk melihat persoalan dan bagaimana menyelesaikannya.
Selain itu, paradigma juga bisa berarti contoh, menunjuk pada teknik-teknik
3
percobaan yang unggul, yang lazimnya telah membuktikan kebolehannya dalam menghasilkan terobosan-terobosan keilmuan yang krusial, dan diteladani oleh
warga masyarakat ilmuwan Wilardjo,1999:72. Sementara itu, Hardiyanto 1999:102 mengartikan paradigma sebagai
kerangka berfikir dan tuladan representatif. Sedangkan Bagus 2002:779 memberi empat arti paradigma, yaitu: 1 cara memandang sesuatu; 2 dalam
ilmu pengetahuan berarti model, pola, dan ideal yang digunakan untuk memandang dan menjelaskan suatu fenomena; 3 totalitas premis-premis teoretis
dan metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret; dan 4 dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk
memecahkan problem-problem riset. Dari uraian di atas, tampak ada berbagai pengertian paradigma, yang satu
sama lain tidak selalu sama. Berhubung dengan itu, Wilardjo 1999:73 meyakini bahwa adanya kekurangjelasan pengertian atau kelenturan konseptual mengenai
paradigma an sich tak ada salahnya. Bahkan, bagi Hardiyanto 1999:103, dengan mengacu pada pendapat Thomas Kuhn dan para ahli lainnya, rumusan paradigma
itu dapat berkembang, meskipun inti pengertiannya sendiri dianggapnya tidak berbeda.
Selanjutnya, bila berbagai pengertian paradigma di atas dianalisis, dapat disimpulkan apa hakekat paradigma itu, paling tidak dari segi substansi dan
fungsinya. Dari segi substansi, paradigma menunjuk pada: a model, pola, ideal,
contoh atau kerangka berfikir yang digunakan sebagai cara untuk memandang dan
menjelaskan suatu fenomena; b berisi seperangkat asumsi-asumsi dasar mengenai obyek penelitian, nilai, cara kerja, dan validitas dari ilmu; dan c
kerangka keyakinan, yang merupakan komitmen, konsensus, yang diteladani dan digunakan oleh komunitas ilmuwan. Dari segi fungsinya, paradigma berfungsi
sebagai dasar, acuan, kiblat, atau pedoman, dan menentukan cara untuk melihat persoalan dan bagaimana menyelesaikannya.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, paradigma pendidikan dalam tulisan ini menunjuk pada model, pola, ideal, contoh atau kerangka berfikir yang digunakan
sebagai cara untuk memandang dan menjelaskan suatu fenomena pendidikan.
Paradigma pendidikan berisi seperangkat asumsi-asumsi dasar mengenai obyek
4
penelitian, nilai, cara kerja, dan validitas dari ilmu pendidikan. Paradigma pendidikan itu membentuk kerangka keyakinan, yang merupakan komitmen,
konsensus, yang diteladani dan digunakan oleh komunitas ilmuwan bidang
pendidikan serta berfungsi sebagai dasar, acuan, kiblat, atau pedoman, dan menentukan cara untuk melihat persoalan pendidikan dan bagaimana
menyelesaikannya.
3. Karakteristik Paradigma Baru Pendidikan