Potensi Serangan Hama Kepik Hijau (Nezara viridula L.) (Hemiptera: Pentatomidae) dan Hama Kepik Coklat (Riptortus linearis L.) (Hemiptera: Alydidae) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa
POTENSI SERANGAN HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.) (HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) DAN HAMA KEPIK COKLAT (Riptortus linearis L.)
(HEMIPTERA: ALYDIDAE)PADA TANAMAN KEDELAI DI RUMAH KASSA
SKRIPSI
OLEH:
DEWI SARTIKA MANURUNG 100301045/AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
(2)
POTENSI SERANGAN HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.) (HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) DAN HAMA KEPIK COKLAT (Riptortus linearis L.)
(HEMIPTERA: ALYDIDAE)PADA TANAMAN KEDELAI DI RUMAH KASSA
SKRIPSI
OLEH:
DEWI SARTIKA MANURUNG 100301045/AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
(3)
Judul : Potensi Serangan Hama Kepik Hijau (Nezara viridula L.) (Hemiptera: Pentatomidae) dan Hama Kepik Coklat (Riptortus linearis L.) (Hemiptera: Alydidae) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa
Nama : Dewi Sartika Manurung NIM : 100301045
Prodi : Agroekoteknologi
Diketahui Oleh: Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Marheni, MP
Ketua Anggota
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. T. Sabrina Msc Ketua Program Studi Agroekoteknologi
(4)
ABSTRACT
Dewi Sartika. 2015, "Potential Green Lady bug Pest Attack (Nezara viridula L.) and Brown Lady bug Pest (Riptortus linearis L.) in Soybean Plants at Screenhouse" under the supervision of Ir. Lahmuddin Lubis, MP and Dr. Ir. Marheni, MP. The Objectives of this research aims to know the Green Lady bug Pest Attack (Nezara viridula L.) and Brown Lady bug Pest (Riptortus linearis L.) in Soybean Plants in a field. This research was conducted in the screenhouse Faculty of Agriculture University of North Sumatra from September to Desember 2014. This research was using nonfactorial Block Randomized Design with 3 treatments that is K0 (Control), K1 (Riptortus linearis L.) and K2 (Nezara viridula L) and 9 replications.
The results showed that the pest R. linearis higher intensity of attacks on soya bean plants than N. viridula. It is characterized by the average intensity is highest attack on K1 treatment is 81.36% and the lowest for the treatment of K2 and K0 which are 51.66% and 0,00%. Total population is highest egg on K1 treatment with an average of 16 items and the lowest on K2 treatment and K0 treatment with an average grain 10:22 and 0,00. The highest number of nymphs population contained in K1 treatment with an average of 8,11 and the lowest for the K2 and K0 treatment with an average of 5.00 and 0,00. The highest number of production contained in K0 treatment with an average 26,41g and the lowest for the K2 treatment and K1 treatment with an average 16,73g and 133,92g.
(5)
ABSTRAK
Dewi Sartika, 2015. “Potensi Serangan Hama Kepik Hijau (Nezara viridula L.) dan Hama Kepik Coklat (Riptortus linearis L.) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa” di bawah bimbingan Ir. Lahmuddin Lubis, MP dan Dr. Ir. Marheni, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi serangan hama kepik hijau (N. viridula) dan kepik coklat (R. linearis) pada tanaman kacang kedelai di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan September sampai dengan Desember 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok nonfaktorial yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu K0 (Kontrol), K1 (R. linearis) dan K2 (N. viridula) dengan 9 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama R. linearis lebih tinggi intensitas serangannya pada tanaman kacang kedelai dibanding N. viridula. Hal ini ditandai dengan rata-rata intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu 81,36% dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 dan perlakuan K0 yaitu 51,66% dan 0,00%. Jumlah populasi telur tertinggi terdapat pada perlakuan K1 dengan rata-rata 16,00 butir dan yang terendah pada perlakuan K2 dan perlakuan K0 dengan rata-rata 10.22 dan 0,00 butir. Jumlah populasi nimfa tertinggi terdapat pada perlakuan K1 dengan rata-rata 8,11 ekor dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 dan K0 dengan rata-rata 5,00 dan 0,00 ekor. Tingkat produksi tertinggi terdapat pada perlakuan K0 dengan rata-rata 26,41g dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 dan K1 dengan rata-rata 16,73g dan 13,92g. Kata Kunci: R. linearis, N. viridula, Kacang Kedelai.
(6)
RIWAYAT HIDUP
Dewi Sartika lahir tanggal 03 Juni 1992 di Sumbul Pegagan Kab. Dairi, dari Ayah J. Manurung, dan Ibu T. Purba. Penulis merupakan anak ke-1 dari 4 bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA RK Budi Mulia Pematang Siantar dan pada tahun yang sama lulus dan diterima ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama) di Program Studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Anggota Himagrotek (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi).
Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Kebun Tonduhan Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun dari tanggal 16 Juli 2013 sampai 24 Agustus 2013.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat melaksanakan
penelitian saya ini dengan judul “Potensi Serangan Hama Kepik Hijau (Nezara viridula L.) (Hemiptera: Pentatomidae) Dan Hama Kepik Coklat
(Riptortus linearis L.) (Hemiptera: Alydidae) Pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada kedua orang tua penulis yang selalu mendukung penulis selama ini baik dalam materil maupun moril. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapa selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Marheni, MP. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta memberikan banyak arahan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati penulis mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua Terima kasih.
Medan, Februari 2015
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penulisan ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)... 4
Syarat Tumbuh Iklim ... 6
Media Tanam ... 6
Biologi Kepik Hijau (Nezara viridula L.) Biologi Hama Telur ... 7
Nimfa ... 8
Imago ... 8
Gejala Serangan ... 9
Biologi Kepik Coklat (Riptortus linearisL.) Biologi Hama Telur ... 10
Nimfa ... 11
Imago ... 12
Gejala Serangan ... 12
Pengendalian ... 13
Potensi Serangan Kepik Hijau (Nezara viridulaL.) dan Kepik Coklat (Riptortus linearisL.) ... 14
(9)
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat ... 16
Metode Penelitian... 16
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Areal ... 17
Penanaman Tanaman Inang ... 17
Pemeliharaan Tanaman Inang ... 18
Penyediaan Serangga Uji ... 18
Introduksi Serangga Uji ... 18
Parameter Pengamatan Populasi Telur dan Nimfa N. viridula dan R. linearis ... 18
Intensitas Serangan (%)... 18
Produksi ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Telur dan Nimfa N. viridula dan R. linearis ... 20
Intensitas Serangan (%)... 21
Produksi ... 23
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26
Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
No. Nama Tabel Hal
1. Populasi Telur Hama 20
2. Populasi Nimfa Hama 21
3. Persentase intensitas serangan polong kedelai pada setiap perlakuan pada akhir pengamatan (76 HST)
22
4. Jumlah produksi polong pada setiap perlakuan pada akhir pengamatan (76 HST)
(11)
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Gambar Hal.
1. 2. 3. 4. 5.
Telur N. viridula
(a). Nimfa; (b) Imago N. viridula Telur R. linearis
Imago R. linearis
R. linearis terlihat menghisap polong kedelai
7 8 10 11 23
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hlm
1. Bagan Penelitian 29
2. Deskripsi Benih Kacang Kedelai 30
3. Populasi telur hama 31
4. Populasi nimfa hama 33
5. Persentase Intensitas Serangan Hama 35
6. Jumlah Produksi 37
(13)
ABSTRACT
Dewi Sartika. 2015, "Potential Green Lady bug Pest Attack (Nezara viridula L.) and Brown Lady bug Pest (Riptortus linearis L.) in Soybean Plants at Screenhouse" under the supervision of Ir. Lahmuddin Lubis, MP and Dr. Ir. Marheni, MP. The Objectives of this research aims to know the Green Lady bug Pest Attack (Nezara viridula L.) and Brown Lady bug Pest (Riptortus linearis L.) in Soybean Plants in a field. This research was conducted in the screenhouse Faculty of Agriculture University of North Sumatra from September to Desember 2014. This research was using nonfactorial Block Randomized Design with 3 treatments that is K0 (Control), K1 (Riptortus linearis L.) and K2 (Nezara viridula L) and 9 replications.
The results showed that the pest R. linearis higher intensity of attacks on soya bean plants than N. viridula. It is characterized by the average intensity is highest attack on K1 treatment is 81.36% and the lowest for the treatment of K2 and K0 which are 51.66% and 0,00%. Total population is highest egg on K1 treatment with an average of 16 items and the lowest on K2 treatment and K0 treatment with an average grain 10:22 and 0,00. The highest number of nymphs population contained in K1 treatment with an average of 8,11 and the lowest for the K2 and K0 treatment with an average of 5.00 and 0,00. The highest number of production contained in K0 treatment with an average 26,41g and the lowest for the K2 treatment and K1 treatment with an average 16,73g and 133,92g.
(14)
ABSTRAK
Dewi Sartika, 2015. “Potensi Serangan Hama Kepik Hijau (Nezara viridula L.) dan Hama Kepik Coklat (Riptortus linearis L.) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa” di bawah bimbingan Ir. Lahmuddin Lubis, MP dan Dr. Ir. Marheni, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi serangan hama kepik hijau (N. viridula) dan kepik coklat (R. linearis) pada tanaman kacang kedelai di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan September sampai dengan Desember 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok nonfaktorial yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu K0 (Kontrol), K1 (R. linearis) dan K2 (N. viridula) dengan 9 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama R. linearis lebih tinggi intensitas serangannya pada tanaman kacang kedelai dibanding N. viridula. Hal ini ditandai dengan rata-rata intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu 81,36% dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 dan perlakuan K0 yaitu 51,66% dan 0,00%. Jumlah populasi telur tertinggi terdapat pada perlakuan K1 dengan rata-rata 16,00 butir dan yang terendah pada perlakuan K2 dan perlakuan K0 dengan rata-rata 10.22 dan 0,00 butir. Jumlah populasi nimfa tertinggi terdapat pada perlakuan K1 dengan rata-rata 8,11 ekor dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 dan K0 dengan rata-rata 5,00 dan 0,00 ekor. Tingkat produksi tertinggi terdapat pada perlakuan K0 dengan rata-rata 26,41g dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 dan K1 dengan rata-rata 16,73g dan 13,92g. Kata Kunci: R. linearis, N. viridula, Kacang Kedelai.
(15)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas pangan bergizitinggi sebagai sumber protein nabatidan rendah kolesterol dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam bahan pangan, seperti: tauge, susu kedelai, tahu, kembangtahu, kecap, oncom, tauco, tempe, es krim, minyak makan, dan tepung kedelai. Selainitu, juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak (Atman, 2006).
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulaupulau lainnya (Irwan, 2006).
Kebutuhan kedelai pada tahun 2012 mencapai 843.153 ton dengan luas
panen 567.624 Ha. Pada tahun 2013, hasil produksi mengalami
penurunan mencapai 779.992 ton dengan luas lahan 550.793 Ha (Badan Pusat Statistik, 2014).
Tingkat kerusakan dan kehilangan hasil yang ditimbulkan oleh serangan hama pada tanaman kedelai sangat bervariasi ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tinggi rendahnya populasi, bagian tanaman yang dirusak, fase pertumbuhan tanaman, tanggapan tanaman terhadap hama (varietas yang ditanam), dan kemampuan petani melaksanakan pengendalian. Beberapa
(16)
pengujian lapang yang dilakukan menunjukkan bahwa kehilangan hasil oleh satu ekor N. viridula dewasa per dua tanaman menimbulkan kerusakan polong sebesar 49%. Rata-rata luas serangan hama pengisap seluas 798 ha dengan intensitas serangan sebesar 17,82% (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1999).
Hama pengisap polong yang meyerang tanaman kedelai di Indonesia ada
tiga jenis yaitu ; kepik hijau Nezara viridula, kepik hijau pucat Piezodorus hybneri dan kepik coklat yang disebut dengan Riptortus linearis. Dari
ketiga jenis hama tersebut mengindikasikan bahwa kepik coklat merupakan salah satu pengisap polong yang sangat penting. Keadaan tersebut berdasarkan hasil survei diseluruh sentra produksi kedelai di Indonesia yang mengindikasikan bahwa baik sebaran maupun populasi di lapangan lebih tinggi dibandingkan kedua pengisap yang lain. Kehilangan hasil akibat serangan hama kepik coklat hingga mencapai 80% (Prayogo, 2011).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi dan serangan hama polong di lapang adalah tanaman inang yang tersedia secara terus-menerus. Selain itu hama polong tersebut memiliki banyak jenis tanaman inang lain baik yang dibudidayaan maupun yang tidak dibudidayakan. Apabila makanan dalam keadaan melimpah, sedang populasi serangga rendah, maka populasi tersebut akan tumbuh dan meningkat dengan cepat. Sebaliknya jika suplai makanan berkurang maka populasi akan menurun. Penelitian menunjukkan bahwa polong yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan nimfa R. linearis, P.hybneri dan N. viridula adalah polong yang berasal dari tanaman kedelai umur 66-78, 60-70,60-62 HST (Tengkano et al, 2012).
(17)
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui potensi serangan hama kepik hijau (N. viridula) dan kepik coklat (R. linearis) pada tanaman kacang kedelai.
Hipotesis Penelitian
Serangan hama kepik coklat (R. linearis) lebih tinggi daripada serangan kepik hijau (N. viridula) pada tanaman kacang kedelai.
Kegunaan Penelitian
• Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
(18)
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)
Adapun sistematika kedelai menurut Irwan (2006) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Polypetales Family : Leguminoseae Genus : Glycine
Species : Glycine max (L) Merill.
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar mesofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keeping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai ada dua macam yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi (Irwan, 2006).
Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah dan tumbuh tegak. Tinggi tanaman berkisar antara 30 cm – 100 cm. Batangnya beruas-ruas dengan 3-6 cabang. Tipe pertumbuhan tanaman kedelai dibedakan menjadi 2 macam yaitu determinate dan indeterminate. Adapun yang dimaksud dengan tipe
(19)
determinate adalah pertumbuhan tanaman yang ujung batangnya berakhir dengan rangkaian bunga dan batang atau cabang tumbuhnya tidak melilit. Sedangkan yang dimaksud dengan tipe indeterminate adalah tipe pertumbuhan tanaman yang batangnya tidak diakhiri dengan rangkaian bunga sedangkan ujung batangnya melilit (Sutrisno, 2012).
Umumnya bentuk daun kedelai ada dua yaitu bulat (oval) dan lancip (lancaolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh factor genetic. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umunya daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi (Irwan, 2006).
Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu.Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberinama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangatberagam, antara 2 – 25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh danvarietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi.Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yangjatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga (Irwan, 2006).
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperm, embrio terletak di antara keeping biji. Warna kulit biji hijau, kuning atau cokelat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah, berwarna cokelat tua, kuning, putih atau hitam. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada yang bundar atau bulat agak pipih. Besar biji seragam tergantung pada varietasnya (Sutrisno, 2012).
(20)
Syarat Tumbuh Iklim
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang kedelai antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang kedelai (Irwan, 2006).
Suhu udara bagi tanaman kacang kedelai tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang kedelai sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembaban udara untuk tanaman kacang kedelai berkisar antara 65-75%. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman (Sutrisno, 2012).
Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besar kacang untuk pembentukan bunga dan buah (Irwan, 2006).
Media Tanam
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang kedelai adalah jenis tanah yang gembur dan bertekstur ringan dan subur. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacng kedelai adalah pada ketinggian antara 500 mdpl. Jenis kacang kedelai tertentu dapat ditanam pada ketinggian tertentu untuk dapat tumbuh optimal (Irwan, 2006).
(21)
Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman kacang kedelai adalah antara 6,0-6,5. Kekurangan air akan mengakibatkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada di sekitar pertanaman. Tanah yang berdrainase dan beraerasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang kedelai (Sutrisno, 2012).
Biologi Kepik hijau (N. viridula) Biologi Hama
Adapun klasifikasi dari hama kepik hijau N. viridula adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hemiptera Family : Pentatomidae Genus : Nezara
Species : Nezara viridula L. ( Magenta, 2010).
Telur
Kepik betina mampu bertelur hingga 250 butir. telur berbentuk seperti cangkit dan berwarna kuning. telur diletakan berkelompok 10-50 butir pada permukaan bawah daun. telur yang terserang parasit berubah menjadi hitam, sedangkan telur yang akan menetas berwarna merah bata, dan telur yang steril (hampa) tidak berubah warnanya. telur menetas sekitar enam hari. Nimfa
(22)
mengalami lima kali pergantian kulit stadiumnya berlangsung selama 23 hari (Departemen Perlindungan Tanaman, 2008)
Gambar 1. Telur N. viridula Sumber : Foto langsung Nimfa
Nimfa muda yang baru keluar dari telur hidup bergerombol di dekat tempat peletakan telur. Terdapat variasi warna pada nimfa sesuai dengan perkembangan instar. Instar pertama berwarna coklat muda, instar kedua hitam dengan bintik putih, instar ketiga, keempat dan kelima hijau dengan bintik hitam dan putih. Nimfa biasanya hidup bergerombol sampa instar ketiga, sedangkan mulai instar keempat mereka akan berpencar dan hidup sendiri-sendiri. Nimfa
instar pertama tidak makan. Stadium nimfa berlangsng sekitar 23 hari (Harahap, 1994).
Gambar 2. (a) Nimfa; (b) Imago N. viridula Sumber : Foto Langsung
(23)
Imago
Kepik hijau pada stadium imago berwarna hijau polos, hijau dengan kepala dan pronotum berwarna jingga atau kuning keemasan, kuning kehijauan dengan tiga bintik hijau, dan kuning polos. Umur imago berkisar antara 5-47 hari (Rukmana dan Sugandi, 1997).
Gejala Serangan
Bagian tanaman yang diserang kepik hijau adalah polong. Tingkat serangan juga sulit diestimasi karena bersamaan dengan penghisap polong lainnya. Imago menghisap cairan polong dan biji kedelai. Akibat serangannya dapat menurunnkan, baik kualitas maupun kuantitas produksi serta menurunkan daya kecambah (Saranga et al, 2013).
Gejala serangan kepik hijau berupa bintik-bintik cokelat, baik pada kulit polong bagian dalam maupun pada biji kedele. serangan berat akan mudah dilihat dengan mata telanjang, namun untukn mengamati serangan ringan diperlukan bantuan mikroskop. kerusakan pada kulit polong maupun biji sering kali merupakan akibat kontaminasi serangan jamur yang terbawa sewaktu serangga menghisap cairan biji. Serangan hama ini menyebabkan biji dan polong kempis,
polong gugur, biji menjadi busuk, berwarna hitam,kulit biji keriput dan adanya bercak-bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman
terhadap serangan kepik hijau adalah stadia pengisian biji (Departemen Perlindungan Tanaman, 2008).
Kerusakan pada polong akibat serangan kepik hijau beragam tergantung pada perkembangan polong tersebut. Serangan pada polong-polong muda menyebabkan polong tersebut menjadi kempis. Serangan pada saat pengisian biji
(24)
menyebabkab biji menghitam. Serangan pada polong-polong tua hanya menyebabkn terbentuknya bintik-bintik kecil atau kulit biji menjadi keriput (Harahap, 1994).
Biologi Kepik Coklat (Riptortus linearis L.) Biologi Hama
Adapun klasifikasi kepik coklat menurut Wahyu (2010) adalah: Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hemiptera Famili : Coreoidea Genus : Riptortus
Spesies : Riptortus linearis L. Telur
Telur R. linearis diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawah daun dan polong dengan jumlah 3–5 butir. Bentuk telur bulat dengan bagian tengahnya agak cekung. Telur yang baru diletakkan berwarna biru keabu-abuan, kemudian berubah menjadi coklat suram. Diameter telur 1,20 mm, dan stadia telur berkisar 6–7 hari (Marwoto et al. 1992).
(25)
Gambar 3. Telur R. linearis Sumber : http://balitbang.com
Telur R. linearis berbentuk bulat dengan bagian tengahnya agak melekuk ke dalam. Diameter telur 1,0-1,2 mm. Peletakan telur terjadi pada pagi, siang ataupun sore hari. Telur yang baru diletakkan berwarna biru keabua-abuan, kemudian berubah menjadi coklat kegelapan. Telur diletakkan secara berkelompok atau satu-satu. Seekor betina dapat meletakkan telur 1-17 butir sehari pada kacang panjang, 1-6 butir pada kacang merah dan pada kacang kedelai 1-14 butir sehari (Purwono, 1985).
Nimfa
Nimfa berlangsung 19 hari, terdiri atas lima instar. Nimfa muda (instar I-III) mirip semut. Nimfa instar I berwarna kemerah-merahan hingga coklat
kekuning-kuningan, umurnya 1-3 hari dan panjang badannya 2,6 mm. Nimfa instar II berwarna coklat kekuning-kuningan hingga coklat tua, umurnya 2-4 hari dan panjang badannya 3,4 mm. Nimfa instar III berwarna kemerah-merahan hingga coklat, umurnya 2-6 hari dan panjang badannya 6,0 mm. Nimfa instar IV berwarna kemerah-merahan hingga hitam agak abu-abu, umurnya 5-8 hari dan panjang badannya 9,9 mm (Arifin et al, 2010).
(26)
Imago
Imago kepik coklat memiliki bentuk seperti walang sangit dengan ciri khas, yakni adanya duri-duri (spiny) pada paha belakang dan garis putih-kekuningan pada bagian lateral dari tubuhnya. Panjang tubuh imago betina 13-14 mm dan imago jantan 11-13 mm. Abdomen imago betina membesar dan menggembung, sedangkan abdomen imago jantan meramping (Arifin et al, 2010).
Gambar 4. Imago R. linearis Sumber : Foto Langsung
Jika sudah berisi telur, serangga betina memiliki abdomen yang membesar dan menggembung pada bagian tengah, sedangkan abdomen jantan lurus ke belakang. Rata-rata lama stadium imago adalah 29,3 ± 13,75 hari. Lama perkembangan R. linearis dari telur hingga imago membutuhkan waktu 64,48 hari (Mawan dan Amalia, 2011).
Gejala Serangan
Kepik coklat Riptortus linearis (L.) (Hemiptera: Alydidae) merupakan salah satu serangga hama kehilangan hasil, bahkan dapat menggagalkan panen pada kedelai. Hama ini menyerang polong muda dan tua sehingga polong dan biji berlubang. Serangan pengisap polong pada biji menyebabkan daya tumbuh biji berkurang (Tengkano et al, 1992).
Imago dan nimfa merusak polong dan biji. Caranya dengan menusukkan stiletnya ke kulit polong hingga mencapai biji kemudian mengisap cairan biji
(27)
tersebut. Serangan pada polong muda menyebabkan biji mengerut dan menyebabkan polong gugur. Serangan pada fase pembentukan dan pertumbuhan polong menyebabkan biji dan polong kempis kemudian mengering. Serangan pada fase pengisian biji menyebabkan biji hitam dan busuk, dan serangan pada polong tua dan biji-bijian telah mengisi penuh menyebabkan kualitas biji turun
oleh adanya bintik-bintik hitam pada biji atau kulit biji menjadi keriput (Arifin et al, 2010).
Jumlah polong hampa kedelai terbentuk umumnya akibat dari serangan hama pengisap maupun penggerek polong, selain faktor fisiologis dari tanaman itu sendiri karena pengaruh cekaman abiotik. Polong hampa yang disebabkan oleh pengisap ditandai dengan polong yang mengempis karena biji tidak terbentuk atau mengeriput akibat semua isi biji yang ada di dalam polong tertusuk oleh stilet dari hama pengisap (Prayogo, 2011).
Pengendalian
Sampai saat ini, pengendalian hama oleh sebagian besar petani didasarkan atas ada atau tidaknya serangan, dan satu-satunya alat pengendali yang tersedia dan siap pakai adalah insektisida. Pengendalian dengan insektisida dilakukan secara berkala, mulai sejak tanaman muda hingga menjelang panen, dengan selang waktu 2 minggu, dan dengan dosis sesuai rekomendasi yang tertera pada kemasan. Cara ini dapat menimbulkan dampak negatif, antara lain biaya produksi terlalu tinggi dan terganggunya kelestarian lingkungan. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, pengendalian hama dengan insektisida harus didasarkan atas konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Marwoto 1992).
(28)
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu alternatif pengendalian yang lebih baik, aman terhadap lingkungan. Pengendalian hayati merupakan komponen utama pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian hayati adalah salah satu alternatif pengendalian hama yang baik dan dan aman bagi lingkungan. Musuh alami yang terdapat di alam dapat digunakan dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Musuh alami tersebut terdiri dari parasitoid, serangga predator, dan entomopatogen (Oka, 1995).
Penggunaan insektisida sebagai sarana pengendalian dibenarkan bila manfaat yang diperoleh dari segi ekonomi sekurang-kurangnya sama dengan biaya pengendalian hama, dan dari segi ekologi, bila komponen ekosistem, baik fisik maupun biologis, tidak mampu menekan populasi hama dan mempertahankannya pada tingkat keseimbangan rendah. Kedua dasar penggunaan insektisida tersebut melahirkan gagasan tentang konsep tingkat kerusakan ekonomi (Arifin dan Tengkano, 2008).
Potensi Serangan Kepik Hijau (Nezara viridula L.) dan Kepik Coklat (Riptortus linearis L.)
Nezara viridula L. (Hemiptera: Pentatomidae) ditemukan di seluruh daerah tropis dan subtropis yang memakan berbagai bagian dari tanaman, dan dapat dikenal dari warna hijau yang seragam serta panjangnya sekitar 16 mm sehingga dinamakan kepik hijau. Di Indonesia, hama ini telah berkali-kali diberitakan terdapat pada tanaman padi (di tangkai, daun, dan bulir), jagung, tembakau, kentang, cabai, kapas, jeruk, buncis dan berbagai tanaman polong yang buahnya juga ikut dihisap (Kalshoven, 1981)
(29)
Apabila serangan hama kepik hijau telah melampaui batas ambang kendali yaitu bila telah ditemukan kerusakan polong lebih dari 2% atau terdapat 2 ekor kepik dewasa per tanaman saat tanaman kedelai berumur lebih dari 45 hari setelah tanam. Stadia nimfa maupun imago mempunyai peluang yang sama besarnya dalam menyebabkan kerusakan polong kedelai. Kehilangan hasil akibat serangan kepik hijau hingga mencapai 80% (Prayogo, 2013).
Serangga tertarik kepada tumbuhan adalah untuk tempat bertelur, berlindung dan sebagai pakannya. Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai makanan adalah daun, tangkai, bunga, buah, akar, cairan tumbuhan dan madu. Beberapa bagian tanaman dapat digunakan untuk tempat berlindung atau membuat kokon. Hampir 50% dari serangga adalah pemakan tumbuhan (fitofagus), selebihnya pemakan serangga lain atau sisa-sisa tumbuhan dan binatang (Sodiq, 2009).
Kebutuhan nutrisi serangga dapat berubaha sewaktu-waktu, tergantung pada pertumbuhan, reproduksi, diapauses atau perpindahan. Biasanya serangga pada fase larva awal membutuhkan kandungan nitrogen yang tinggi dibandingkan pada fase akhir (Widhayasa, 2012). Protein merupakan bagian terpenting dari sel-sel tubuh dan merupakan bagian terbesar dari substansi kering dari organ-organ tubuh dan otot-otot. Segala jenis protein mengandung unsure nitrogen, karbon, hidrogen, oksigen, dan belerang (Sari, 2011)
Secara alami serangga hama akan mampu memilih sumber makanan yang disenangi. Serangga akan mempunyai suatu kecenderungan tertentu dalam mengakses sumber makanannya. Perbedaan dalam hal tekstur dan struktur, jenis
(30)
varietas dan komposisi kimia yang terkandung dalam suatu bahan akan berpengaruh besar pada sifat prefensi tersebut (Yasin, 2009).
Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi kedelai di Indonesia adalah adanya serangan hama dan penyakit. Hama utama kedelai dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu hama perusak daun dan hama perusak polong. Telah diketahui ada dua jenis hama utama perusak polong, yaitu penggerek dan pengisap polong. Riptortus linearis F. (Hemiptera; Alydidae) atau kepik coklat merupakan salah satu jenis hama pengisap polong yang mampu menyebabkan kehilangan hasil mencapai 80% jika tidak dilakukan usaha pengendalian (Prayogo, 2010).
(31)
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kassa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut dan dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2014.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang
kedelai, hama kepik hijau (Nezara viridula L.) dan hama kepik coklat (Riptortus linearis L.), top soil, kompos, polybag berukuran 5 kg, sungkup (kain kasa), pupuk dan bahan lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, tali, papan sampel, papan nama, dan alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Nonfaktorial yang terdiri dari 3 perlakuan, yaitu :
K0 : Kontrol
K1 : Diberi hama kepik coklat (R. linearis L.) sebanyak 10 ekor K2 : Diberi hama kepik hijau (N. viridula L.) sebanyak 10 ekor Model linear yang digunakan adalah:
Yij = µ + λj + βj + εij
Yij = nilai pengamatan perlakuan ke-j dan ulangan ke-i µ = nilai tengah
(32)
βj = pengaruh perlakuan ke-j
εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-j dan ulangan ke-i Jumlah ulangan diperoleh dengan rumus :
t(r-1) ≥ 15 3(r-1) ≥ 15 3r-3 ≥ 18 r ≥ 6
Ulangan dilakukan sebanyak 6 kali
Jumlah polibag : 9 x 3 = 27 polibag
Ukuran plot/ petak percobaan : 3 m x 4 m
Jarak antar plot : 50 cm
Jarak antar ulangan : 50 cm
Jumlah populasi kacang kedelai/plot : 27 tanaman Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Areal
Areal pembibitan dipilih dekat dengan sumber air, drainase baik dan tidak tergenang. Areal penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman. Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 1 m x 1 m, dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 50 cm
Penanaman Tanaman Inang
Tanaman kedelai ditanam di polibag 5 kg dengan berisi 2 benih per polibag. Setelah itu dilakukan pencabutan salah satu tanaman per polibag untuk
dijadikan tanaman inang hama. Kemudian diberi sungkup dengan ukuran 1 m x 0,5 m x 0,5 m pada setiap polibag.
(33)
Pemeliharaan Tanaman Inang
Tanaman inang disiram setiap hari apabila tidak turun hujan dan disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk urea 0,6 gram/tanaman. Perumputan dilakukan secara manual sehingga diharapkan gulma tidak mempengaruhi keadaan pertumbuhan tanaman pada pengujian ini.
Penyediaan Serangga Uji
Hama kepik hijau dan kepik coklat diperoleh dari pertanaman kedelai di Balai Perbenihan Tanjung Anom. Kemudian dipelihara didalam suatu wadah, sehingga diperoleh instar yang diinginkan. Instar yang digunakan adalah instar 5 pada masing-masing hama.
Introduksi Serangga Uji
Serangga uji yang sudah diperoleh dimasukkan ke tanaman inang sebanyak 10 ekor yakni 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Introduksi dilakukan pada saat pertumbuhan vegetatif berhenti dan muncul polong.
Parameter Pengamatan
Populasi Telur dan Nimfa N. viridula dan R. linearis
Pengamatan populasi telur dan nimfa N. viridula dan R. linearis dilakukan dengan melihat munculnya telur, nimfa dari kepik hijau dan kepik coklat pada saat 2 minggu setelah aplikasi pada tanaman kacang kedelai dari setiap perlakuan. Intensitas Serangan (%)
Pengamatan dilakukan saat tanaman telah diintroduksi hama selama 2 minggu. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk menghitung intensitas serangan adalah
(34)
�= �
� � 100% Keterangan:
I : Intensitas Serangan (%)
n : Jumlah tanaman yang terserang N : Jumlah tanaman yang diamati Produksi
Produksi diamati dengan menghitung seluruh produksi kedelai dari setiap perlakuan diakhir pengamatan
(35)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Telur dan Nimfa N. viridula dan R. linearis
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 jumlah populasi telur N. viridula dan R. linearis pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara perlakuan K0, K1 dan K2 yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Telur Hama
Perlakuan Populasi Telur Hama
K0 0,00c
K1 16,00a
K2 10,22b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test
Berdasarkan Tabel 1, pengamatan yang telah dilakukan pada jumlah populasi telur pada masing perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (R. linearis) yakni rataan sebesar 16,00 butir dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 (N. viridula) dan K0 (kontrol) yakni dengan rataan sebesar 10,22 dan 0,00 butir.
Pada akhir pengamatan dapat dilihat bahwa hama N. viridula dan R. linearis, meletakkan telur pada kedua tanaman tersebut yakni di bawah
permukaan daun tanaman dan tempat yang teduh. Hal ini sesuai literatur Sodiq (2009) yang menyatakan bahwa pada umumnya serangga tertarik kepada tumbuhan adalah untuk tempat bertelur, berlindung dan sebagai pakannya. Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai makanan adalah daun, tangkai, bunga, buah, akar, cairan tumbuhan dan madu. Beberapa bagian tanaman dapat digunakan untuk tempat berlindung atau membuat kokon. Hampir 50% dari
(36)
serangga adalah pemakan tumbuhan (fitofagus), selebihnya pemakan serangga lain atau sisa-sisa tumbuhan dan binatang.
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 4, jumlah populasi nimfa N. viridula dan R. linearis pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata antara perlakuan K0, K1 dan K2 yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Populasi Nimfa Hama
Perlakuan Populasi Nimfa Hama
K0 0,00c
K1 8,11a
K2 5,00b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test
Berdasarkan Tabel 2, pengamatan yang telah dilakukan pada jumlah populasi nimfa pada masing perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (R. linearis) yakni rataan sebesar 8,11 dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 (N. viridula) dan K0 (Kontrol) yakni dengan rataan sebesar 5,00 dan 0,00.
Pada akhir pengamatan dapat dilihat bahwa hama N. viridula dan R. linearis, meletakkan telur pada kedua tanaman tersebut yakni di bawah
permukaan daun tanaman. Namun, tidak seluruhnya telur menetas. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa telur diletakkan pada tempat yang tidak memiliki pakan yang cukup maupun telah terparasit sehingga yang menetas hanya beberapa saja. Hal ini sesuai literatur Tengkano et al, (2012) yang menyatakn bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi dan serangan hama polong di lapang adalah tanaman inang yang tersedia secara terus-menerus. Selain itu hama polong tersebut memiliki banyak jenis tanaman inang lain baik
(37)
yang dibudidayaan maupun yang tidak dibudidayakan. Apabila makanan dalam keadaan melimpah, sedang populasi serangga rendah, maka populasi tersebut akan tumbuh dan meningkat dengan cepat. Sebaliknya jika suplai makanan berkurang maka populasi akan menurun. Penelitian menunjukkan bahwa polong
yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan nimfa R. linearis dan N. viridula adalah polong yang berasal dari tanaman kedelai umur 60 sampai 78
HST.
Persentase Intensitas Serangan Polong Kedelai
Dari hasil analisis sidik ragam persentase intensitas serangan polong hama N. viridula dan R. linearis pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda
sangat nyata dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase intensitas serangan polong kedelai pada setiap perlakuan pada akhir pengamatan (76 HST)
Perlakuan Intensitas Serangan (%)
K0 0,00c
K1 81,36a
K2 51,66b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa intensitas serangan hama tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (R. linearis) dengan rata-rata sebesar 81,36% dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 (N. viridula) dan K0 (Kontrol) dengan
rata-rata sebesar 51,66% dan 0,00%. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa hama R. linearis dan N. viridula sama-sama menyukai polong tanaman kedelai sebagai
sumber makanannya. Akan tetapi hama R. linearis lebih menyukai polong tanaman kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa sifat dari tanaman kacang kedelai dan juga zat-zat yang terkandung di dalamnya yang disukai oleh
(38)
hama ini. Hal ini sesuai dengan literatur Yasin (2009), secara alami serangga hama akan mampu memilih sumber makanan yang disenangi. Serangga akan mempunyai suatu kecenderungan tertentu dalam mengakses sumber makanannya. Perbedaan dalam hal tekstur dan struktur, jenis varietas dan komposisi kimia yang terkandung dalam suatu bahan akan berpengaruh besar pada sifat prefensi.
Pada saat hama R. linearis, menyerang, hama akan menghisap polong mudan dan tua dengan stiletnya sehingga menyebabkan biji mengerut dan polong menjadi gugur. Selain itu, pada polong timbul bintik-bintik hitam dan kulit biji mengerut.
Gambar 5. R. linearis terlihat menghisap polong kedelai Sumber : Foto Langsung
Hal ini sesuai dengan literatur Arifin et al (2010) yang menyatakan bahwa mago akan merusak polong dan biji dengan cara menusukkan stiletnya ke kulit polong hingga mencapai biji kemudian mengisap cairan biji tersebut. Serangan pada polong muda menyebabkan biji mengerut dan menyebabkan polong gugur. Serangan pada fase pembentukan dan pertumbuhan polong menyebabkan biji dan polong kempis kemudian mengering. Serangan pada fase pengisian biji
R. linearis terlihat sedang menghisap polong di tempat teduh
(39)
menyebabkan biji hitam dan busuk, dan serangan pada polong tua dan biji-bijian telah mengisi penuh menyebabkan kualitas biji turun oleh adanya bintik-bintik hitam pada biji atau kulit biji menjadi keriput.
Produksi
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 6, jumlah produksi polong pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah produksi polong pada setiap perlakuan pada akhir pengamatan (76 HST)
Perlakuan Jumlah Produksi
K0 26,41a
K1 13,92c
K2 16,73b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tingkat produksi tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (kontrol) dan K2 (N. viridula) dengan rata-rata sebesar 26,41% dan 16,73% dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1 (R. linearis) dengan rata-rata sebesar 13,92%. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa tingginya persentase intensitas serangan R. linearis menyebabkan kehilangan hasil yang cukup merugikan. Hal ini terlihat dari literatur Prayogo (2011) yang menyatakan bahwa Hama pengisap polong yang meyerang tanaman kedelai di Indonesia ada tiga
jenis yaitu kepik hijau Nezara viridula, kepik hijau pucat Piezodorus hybneri dan kepik coklat yang disebut dengan Riptortus linearis. Dari
ketiga jenis hama tersebut mengindikasikan bahwa kepik coklat merupakan salah satu pengisap polong yang sangat penting. Keadaan tersebut berdasarkan hasil survei diseluruh sentra produksi kedelai di Indonesia yang mengindikasikan
(40)
bahwa baik sebaran maupun populasi di lapangan lebih tinggi dibandingkan kedua pengisap yang lain. Kehilangan hasil akibat serangan hama kepik coklat hingga mencapai 80%.
Tingkat produksi akibat hama pada perlakuan K1 (R. linearis) dengan rata-rata sebesar 13,92% dan N. viridula (K2) sebesar 16,73%. Angka ini tergolong merugikan bila dibandingkan pada hasil produksi pada perlakuan K0 yakni sebesar 26,41%. Hal ini terlihat dengan polong kedelai yang mengempis dan mengkeriput, yang disebabkan oleh serangan hama penghisap ini yang menghisap cairan dalam biji sehingga menghambat pertumbuhan fisiologis tanaman itu sendiri. Hal ini disesuaikan dengan literatur Proyogo (2011) yang menyatakan bahwa jumlah polong hampa kedelai terbentuk umumnya akibat dari serangan hama pengisap maupun penggerek polong, selain faktor fisiologis dari tanaman itu sendiri karena pengaruh cekaman abiotik. Polong hampa yang disebabkan oleh pengisap ditandai dengan polong yang mengempis karena biji tidak terbentuk atau mengeriput akibat semua isi biji yang ada di dalam polong tertusuk oleh stilet dari hama pengisap.
(41)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jumlah populasi telur yang tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (R. linearis) yaitu dengan rata-rata 16,00 butir dan yang terendah terdapat pada perlakuan
K2 (R. linearis) dan K0 (Kontrol) yaitu dengan rata-rata 10,22 butir dan 0,00 butir
2. Jumlah populasi nimfa yang tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (R. linearis) yaitu dengan rata-rata 8,11 ekor dan yang terendah terdapat pada
perlakuan K2 (N. viridula) dan K0 (Kontrol) yaitu dengan rata-rata 5,00 dan 0,00 ekor.
3. Intensitas serangan hama tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (R. linearis) yaitu 81,36% dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 (N. viridula) dan K0 (Kontrol) yaitu 51,66% dan 0,00%.
4. Jumlah produksi tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (Kontrol) yaitu 26,41 g dan K2 (N. viridula) yaitu 16,73 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1 (R. linearis) yaitu 13,92 g.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai potensi serangan hama N. viridula dan R. linearis terhadap beberapa varietas tanaman kedelai di
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. dan W. Tengkano. 2008. Tingkat kerusakan ekonomi hama kepik
coklat pada kedelai. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 27(1): 47-54.
Arifin, M., Y. Prayogo, dan D. Koswanudin. 2010. Insektisida biorasional untuk mengendalikan hama kepik coklat, Riptortus linearis pada kedelai. Seminar Nasional Kedelai pada tanggal 29 Juni 2010 di Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang
Atman. 2006. Budidya Kedelai Dilahan Sawah Sumatera Barat. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Jurnal Ilmiah Tambua Vol,V, No 3 September-Desember 2006.
Bada Pusat Statistik. 2014. Hasil Produksi Tanaman Kedelai. Jakarta
Baliadi. Y., W. Tengkano, dan Marwoto. 2008. Penggerek Polong Kedelai, Etiella zinckenella Treitschke (Lepidoptera: Pyralidae), Dan Strategi Pengendaliannya Di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Jurnal Litbang Pertanian, 27(4)
Departemen Perlindungan Tanaman. 2008. Mengenal Hama Kepik Hijau (Nezara viridula) Yang Menyerang Tanaman Kedelai. Jakarta
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1999. Dominasu dan Tingkat Serangan Hama Kedelai. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman.
Harahap, I. S. 1994. Seri PHT Hama Palawija. Penebar Swadaya, Jakarta.
Irwan, A. W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill). FP Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Magenta, 2010. Hama dan Penyakit pada Kedelai. Diakses dari
Marwoto. 1992. Masalah pengendalian hama kedelai di tingkat petani, p. 37-43. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balittan Malang.
(43)
Prayogo. Y. 2010. Efikasi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zare & Gams) Untuk Pengendalian Hama Kepik Coklat Pada Kedelai. Buletin Palawija No. 20. Hal 47–61.
___________. 2011. Kombinasi Pestisida Nabati Dan Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii Untuk Meningkatkan Efikasi Pengendalian Telur Kepik Coklat Riptortus linearis Pada Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang
___________. 2013. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana (Deuteromycotina: Hyphomycetes) Pada Berbagai Stadia Kepik Hijau (Nezara viridula L.). Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. J. HPT Tropika. ISSN 1411-7525 . Vol. 13(1). Hal: 75 – 86 Rukmana, R dan U. Sugandi. 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Saranga, A. P., N. Agus, Fatahuddin dan A. Gassa. 2013. Dampak Aplikasi Ekstrak Beberapa Jenis Mol Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Populasi Hama Utama Kedelai dan Musuh Alaminya. Universitas Hasanuddin, Makasar.
Sari M. 2011. Identifikasi Protein Menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR). Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.
Sodiq M. 2009. Ketahanan Tanaman Terhadap Hama. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa Timur
Squitier, J. M. 2013. Southern Green Stink Bug, Nezara viridula (Linnaus) (Insecta: Hemiptera: Pentatomidae). University of Florida, Florida.
Sutrisno, A. 2012. Uji Kandungan Senyawa Isoflavon Dan Morfologi Kalus Kedelai (Glycine Max (L) Merr) Dengan Penambahan Zpt 2,4 D Pada Tengkano, W., M. Iman dan A. M. Tohir. 2012. Bioekologi, Serangan dan
Pengendalian Hama Pengisap dan Penggerek Polong Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
Yasin M. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan Faktor Fisikokimia yang Mempegaruhinya. Dalam Prosiding Seminar Serealia.
(44)
Lampiran 1.BaganPenelitian
Ulangandilakukansebanyak 9 kali
Jumlahpolibag : 9 x 3 = 27 polibag Ukuran plot/ petakpercobaan : 3 m x 4 m
Jarakantar plot : 50 cm
Jarakantarulangan : 50 cm
Jumlahpopulasikacangkedelai/plot : 27 tanaman
K1 K2 K1 K0 K2 K0 K2 K1 K0 U6 U7 U8 U9 U1 U2 U3 U4 U5 K1 K0 K1 K0 K2 K1 K0 K2 K2
U
K0 K2 K2 K1 K0 K2 K1 K0 K1(45)
Lampiran 2. Deskripsi Benih Kacang Kedelai Nama Varietas : Grobogan
SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008
Tahun : 2008
Tetua : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan Rataan Hasil : 3,40 ton/ha
Potensi Hasil : 2,77 ton/ha
Karakter Khusus : polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95–100% saat panen >95% daunnya telah luruh
Pemulia : Suhartina, M. Muclish Adie, T. Adisarwanto, Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno
Tipe pertumbuhan : Determinate Warna hipokotil : Ungu Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau agak tua Warna bulu batang : Cokelat Warna bunga : Ungu Warna kulit biji : Kuning muda Warna polong tua : Cokelat Warna hilum biji : Cokelat Bentuk daun : Lanceolate Umur bunga : 30-32 hari Umur polong masak : ± 76 hari
Tingi tanaman : 50-60 cm Bobot biji : ± 18 g/100 biji Kandungan protein : 43,9% Kandungan lemak : 18,4%
Daerah sebaran : Beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik
Pengusul : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah
(46)
Lampiran3.PopulasiTelur Hama Tabel Populasi telur hama
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K1 0 38 41 0 0 65 0 0 0 144 16
K2 0 0 0 53 0 0 0 39 0 92 10,22
Total 0 38 41 53 0 65 0 39 0 236 26,22
Rataan 0 12,67 13,67 17,67 0 21,67 0 13 0 78,67 8,74
Transformasi √X + 0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 6,36 0,71
K1 0,71 6,20 6,44 0,71 0,71 8,09 0,71 0,71 0,71 24,98 2,78
K2 0,71 0,71 0,71 7,31 0,71 0,71 0,71 6,28 0,71 18,55 2,06
Total 2,12 7,62 7,86 8,73 2,12 9,51 2,12 7,70 2,12 49,90
Rataan 0,71 2,54 2,62 2,91 0,71 3,17 0,71 2,57 0,71 1,85
DaftarSidikRagam
SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket
Blok 8 117,79
Perlakuan 2 108,66 54,33 6,33 3,63 6,23 **
Galat 16 137,42 8,59
Total 26 246,08
FK 3,42
KK 19,48%
UjiJarak Duncan
SY 0,98 -2,93 7,15 12,84
I 2,00 3,00 4,00
SSR 0.05 3,00 3,14 3,24
LSR 0.05 2,93 3,07 3,16
Perlakuan K0 K2 K1
Rataan 0 10,22 16
a b
c
SY rp RP Rataan rataan-RP notasi
0,98 3,00 2,94 16,00 13,06 a
0,98 3,14 3,08 10,22 7,14 b
(47)
Lampiran4. Populasi Nimfa Hama Tabel populasi nimfa hama
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K1 0 19 21 0 0 33 0 0 0 73 8,11
K2 0 0 0 27 0 0 0 18 0 45 5
Total 0 19 21 27 0 33 0 18 0 118 13,11
Rataan 0 6,33 7 9 0 11 0 6 0 39,33 4,37
Transformasi √X + 0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 6,36 0,71
K1 0,71 4,42 4,64 0,71 0,71 5,79 0,71 0,71 0,71 19,08 2,12
K2 0,71 0,71 0,71 5,24 0,71 0,71 0,71 4,30 0,71 14,49 1,61
Total 2,12 5,83 6,05 6,66 2,12 7,20 2,12 5,72 2,12 39,94
Rataan 0,71 1,94 2,02 2,22 0,71 2,40 0,71 1,91 0,71 1,48
DaftarSidikRagam
SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket
Blok 8 70,30
Perlakuan 2 66,12 33,06 8,37 3,63 6,23 **
Galat 16 63,19 3,95
Total 26 129,31
FK 2,19
KK 24,34%
UjiJarak Duncan
SY 0,66 -1,99 2,92 5,97
I 2,00 3,00 4,00
SSR 0.05 3,00 3,14 3,24
LSR 0.05 1,99 2,08 2,14
Perlakuan K0 K2 K1
Rataan 0 5,00 8,11
a b
c
SY rp RP Rataan rataan-RP notasi
0,66 3,00 1,98 8,11 6,13 a
0,66 3,14 2,08 5,00 2,92 b
(48)
Lampiran5.Persentase Intensitas Serangan Hama Tabel persentase intensitas serangan hama
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K1 76,5 86,3 84,2 73,8 85 72,7 86,6 84,8 82,3 732,2 81,36
K2 53,3 55,7 41,7 60 45 61,5 45 49,4 53,3 464,9 51,66
Total 129,8 142 125,9 133,8 130 134,2 131,6 134,2 135,6 1197,1 133,01 Rataan 43,27 47,33 41,97 44,60 43,33 44,73 43,87 44,73 45,20 399,03 44,34
Transformasi Arcsin √persentase
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 36,49 4,05 K1 61,00 68,28 66,58 59,21 67,21 58,50 68,53 67,05 65,12 581,48 64,61 K2 46,89 48,27 40,22 50,77 42,13 51,65 42,13 44,66 46,89 413,61 45,96 Total 111,95 120,60 110,86 114,04 113,40 114,20 114,71 115,76 116,07 1031,59 Rataan 37,32 40,20 36,95 38,01 37,80 38,07 38,24 38,59 38,69 38,21
DaftarSidikRagam
SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket
Blok 8 37975,15
Perlakuan 2 55266,00 27633,00 1756,81 3,63 6,23 **
Galat 16 251,67 15,73
Total 26 55517,66
FK 1459,78
KK 10,38%
UjiJarak Duncan
SY 1,32 -3,96 47,50 77,08
I 2,00 3,00 4,00
SSR 0.05 3,00 3,14 3,24
LSR 0.05 3,96 4,16 4,28
Perlakuan K0 K2 K1
Rataan 0 51,66 81,36
a b
c
SY rp RP Rataan rataan-RP notasi
0,13 3,00 0,39 81,36 80,97 a
0,13 3,14 0,41 51,66 51,25 b
(49)
Lampiran6.Jumlah Produksi Tabel jumlah produkasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 22,6 25,6 23,4 26,7 26,3 27,4 29,3 28,7 27,7 237,7 26,41
K1 15,7 13,4 14,2 15,9 12,1 13,4 12,3 14,7 13,6 125,3 13,92
K2 16,3 16,7 15,7 16,5 17,4 16,2 18,3 17,2 16,3 150,6 16,73
Total 54,6 55,7 53,3 59,1 55,8 57 59,9 60,6 57,6 513,6
Rataan 18,20 18,57 17,77 19,70 18,60 19,00 19,97 20,20 19,20 19,02
Transformasi √X + 0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 4,81 5,11 4,89 5,22 5,18 5,28 5,46 5,40 5,31 46,65 5,18
K1 4,02 3,73 3,83 4,05 3,55 3,73 3,58 3,90 3,75 34,15 3,79
K2 4,10 4,15 4,02 4,12 4,23 4,09 4,34 4,21 4,10 37,35 4,15
Total 12,93 12,98 12,75 13,39 12,96 13,10 13,37 13,51 13,16 118,15
Rataan 4,31 4,33 4,25 4,46 4,32 4,37 4,46 4,50 4,39 4,38
DaftarSidikRagam
SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket
Blok 8 498,04
Perlakuan 2 507,25 253,62 5764,85 3,63 6,23 **
Galat 16 0,70 0,04
Total 26 507,95
FK 19,15
KK 4,79%
UjiJarak Duncan
SY 0,07 13,71 16,51 26,18
I 2,00 3,00 4,00
SSR 0.05 3,00 3,14 3,24
LSR 0.05 0,21 0,22 0,23
Perlakuan K1 K2 K0
Rataan 13,92 16,73 26,41
a b
C
SY rp RP Rataan rataan-RP Notasi
0,07 3,00 0,21 26,41 26,20 A
0,07 3,14 0,22 16,73 16,51 B
(50)
(1)
Lampiran 2. Deskripsi Benih Kacang Kedelai
Nama Varietas : GroboganSK : 238/Kpts/SR.120/3/2008
Tahun : 2008
Tetua : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan Rataan Hasil : 3,40 ton/ha
Potensi Hasil : 2,77 ton/ha
Karakter Khusus : polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95–100% saat panen >95% daunnya telah luruh
Pemulia : Suhartina, M. Muclish Adie, T. Adisarwanto, Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno
Tipe pertumbuhan : Determinate Warna hipokotil : Ungu Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau agak tua Warna bulu batang : Cokelat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning muda Warna polong tua : Cokelat Warna hilum biji : Cokelat Bentuk daun : Lanceolate Umur bunga : 30-32 hari Umur polong masak : ± 76 hari
Tingi tanaman : 50-60 cm Bobot biji : ± 18 g/100 biji Kandungan protein : 43,9% Kandungan lemak : 18,4%
Daerah sebaran : Beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik
Pengusul : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah
(2)
Lampiran3.PopulasiTelur Hama
Tabel Populasi telur hama
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K1 0 38 41 0 0 65 0 0 0 144 16
K2 0 0 0 53 0 0 0 39 0 92 10,22
Total 0 38 41 53 0 65 0 39 0 236 26,22
Rataan 0 12,67 13,67 17,67 0 21,67 0 13 0 78,67 8,74 Transformasi √X + 0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 6,36 0,71 K1 0,71 6,20 6,44 0,71 0,71 8,09 0,71 0,71 0,71 24,98 2,78 K2 0,71 0,71 0,71 7,31 0,71 0,71 0,71 6,28 0,71 18,55 2,06 Total 2,12 7,62 7,86 8,73 2,12 9,51 2,12 7,70 2,12 49,90 Rataan 0,71 2,54 2,62 2,91 0,71 3,17 0,71 2,57 0,71 1,85 DaftarSidikRagam
SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket
Blok 8 117,79
Perlakuan 2 108,66 54,33 6,33 3,63 6,23 **
Galat 16 137,42 8,59
Total 26 246,08
FK 3,42
KK 19,48% UjiJarak Duncan
SY 0,98 -2,93 7,15 12,84
I 2,00 3,00 4,00
SSR 0.05 3,00 3,14 3,24
LSR 0.05 2,93 3,07 3,16
Perlakuan K0 K2 K1
Rataan 0 10,22 16
a b
c
SY rp RP Rataan rataan-RP notasi
0,98 3,00 2,94 16,00 13,06 a
0,98 3,14 3,08 10,22 7,14 b
(3)
Lampiran4. Populasi Nimfa Hama
Tabel populasi nimfa hama
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K1 0 19 21 0 0 33 0 0 0 73 8,11
K2 0 0 0 27 0 0 0 18 0 45 5
Total 0 19 21 27 0 33 0 18 0 118 13,11
Rataan 0 6,33 7 9 0 11 0 6 0 39,33 4,37
Transformasi √X + 0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 6,36 0,71 K1 0,71 4,42 4,64 0,71 0,71 5,79 0,71 0,71 0,71 19,08 2,12 K2 0,71 0,71 0,71 5,24 0,71 0,71 0,71 4,30 0,71 14,49 1,61 Total 2,12 5,83 6,05 6,66 2,12 7,20 2,12 5,72 2,12 39,94 Rataan 0,71 1,94 2,02 2,22 0,71 2,40 0,71 1,91 0,71 1,48 DaftarSidikRagam
SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket
Blok 8 70,30
Perlakuan 2 66,12 33,06 8,37 3,63 6,23 **
Galat 16 63,19 3,95
Total 26 129,31
FK 2,19
KK 24,34% UjiJarak Duncan
SY 0,66 -1,99 2,92 5,97
I 2,00 3,00 4,00
SSR 0.05 3,00 3,14 3,24
LSR 0.05 1,99 2,08 2,14
Perlakuan K0 K2 K1
Rataan 0 5,00 8,11
a b
c
SY rp RP Rataan rataan-RP notasi
0,66 3,00 1,98 8,11 6,13 a
0,66 3,14 2,08 5,00 2,92 b
(4)
Lampiran5.Persentase Intensitas Serangan Hama
Tabel persentase intensitas serangan hama
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K1 76,5 86,3 84,2 73,8 85 72,7 86,6 84,8 82,3 732,2 81,36 K2 53,3 55,7 41,7 60 45 61,5 45 49,4 53,3 464,9 51,66 Total 129,8 142 125,9 133,8 130 134,2 131,6 134,2 135,6 1197,1 133,01 Rataan 43,27 47,33 41,97 44,60 43,33 44,73 43,87 44,73 45,20 399,03 44,34 Transformasi Arcsin √persentase
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 4,05 36,49 4,05
K1 61,00 68,28 66,58 59,21 67,21 58,50 68,53 67,05 65,12 581,48 64,61 K2 46,89 48,27 40,22 50,77 42,13 51,65 42,13 44,66 46,89 413,61 45,96 Total 111,95 120,60 110,86 114,04 113,40 114,20 114,71 115,76 116,07 1031,59 Rataan 37,32 40,20 36,95 38,01 37,80 38,07 38,24 38,59 38,69 38,21
DaftarSidikRagam
SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket
Blok 8 37975,15
Perlakuan 2 55266,00 27633,00 1756,81 3,63 6,23 **
Galat 16 251,67 15,73
Total 26 55517,66
FK 1459,78 KK 10,38% UjiJarak Duncan
SY 1,32 -3,96 47,50 77,08
I 2,00 3,00 4,00
SSR 0.05 3,00 3,14 3,24
LSR 0.05 3,96 4,16 4,28
Perlakuan K0 K2 K1
Rataan 0 51,66 81,36
a b
c
SY rp RP Rataan rataan-RP notasi
0,13 3,00 0,39 81,36 80,97 a
0,13 3,14 0,41 51,66 51,25 b
(5)
Lampiran6.Jumlah Produksi Tabel jumlah produkasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 22,6 25,6 23,4 26,7 26,3 27,4 29,3 28,7 27,7 237,7 26,41 K1 15,7 13,4 14,2 15,9 12,1 13,4 12,3 14,7 13,6 125,3 13,92 K2 16,3 16,7 15,7 16,5 17,4 16,2 18,3 17,2 16,3 150,6 16,73 Total 54,6 55,7 53,3 59,1 55,8 57 59,9 60,6 57,6 513,6 Rataan 18,20 18,57 17,77 19,70 18,60 19,00 19,97 20,20 19,20 19,02 Transformasi √X + 0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 4,81 5,11 4,89 5,22 5,18 5,28 5,46 5,40 5,31 46,65 5,18 K1 4,02 3,73 3,83 4,05 3,55 3,73 3,58 3,90 3,75 34,15 3,79 K2 4,10 4,15 4,02 4,12 4,23 4,09 4,34 4,21 4,10 37,35 4,15 Total 12,93 12,98 12,75 13,39 12,96 13,10 13,37 13,51 13,16 118,15 Rataan 4,31 4,33 4,25 4,46 4,32 4,37 4,46 4,50 4,39 4,38 DaftarSidikRagam
SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket
Blok 8 498,04
Perlakuan 2 507,25 253,62 5764,85 3,63 6,23 **
Galat 16 0,70 0,04
Total 26 507,95
FK 19,15 KK 4,79% UjiJarak Duncan
SY 0,07 13,71 16,51 26,18
I 2,00 3,00 4,00
SSR 0.05 3,00 3,14 3,24
LSR 0.05 0,21 0,22 0,23
Perlakuan K1 K2 K0
Rataan 13,92 16,73 26,41
a b
C
SY rp RP Rataan rataan-RP Notasi
0,07 3,00 0,21 26,41 26,20 A
0,07 3,14 0,22 16,73 16,51 B
(6)