Ahmad Ridlowi Kemajuan suatu bangsa dite

Ahmad Ridlowi
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikannya.


Beranda



RPP



Nasehat



Artikel Umum

07 Juni, 2012
Disiplin Ilmu : Rumpun Irfani
Disiplin ilmu merupakan salah satu pokok bahasan dalam studi Islam yang terbagi dalam

tiga rumpun yaitu:
1. Bayani; meliputi ilmu bahasa, fiqih, ushul fiqh, dan kalam.
2. Burhani; meliputi filsafat, ilmu kealaman, ilmu sosial, dan humaniora.
3. Irfani; meliputi tasawuf dan akhlak.
Dalam tulisan kali ini akan dibahas mengenai rumpun Irfani.
A. Pengertian Irfani
Kata irfani mengandung beberapa pengertian antara ilmu dan ma’rifah. Sedangkan Irfani
itu sendiri adalah pendekatan yang bersumber (kasf/ilham). Dari Irfani muncul illuminasi yang
membantu mutasawwifun dan ‘arifin dalam mengkaji lebih dalam tentang Irfani itu sendiri.
Pendekatan Irfani merupakan suatu pendekatan yang dipergunakan dalam kajian pemikiran
Islam. Oleh para mutasawwifun dan ‘arifun untuk mengeluarkan makna batin dari batin laf-laf
dan ‘aibran, dan juga merupakan istinbad al ma’rifah al qalbiyah dari Al Qur’an.1[1]
Berdasarkan literatur tasawuf, garis besar langkah-langkah penelitian irfaniyah ada tiga
yaitu:

1

1.

Takhliyah, yaitu penelitian mengkosongkan perhatiannya dari makhluk dan memusatkan

perhatian kepada tawjih.

2. Tahliyah, yaitu memperbanyak amal sholeh dan melazimkan hubungan dengan Khaliq.
3. Tajliyah, yaitu menemukan jawaban bathiniyah terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Sedangkan teknik penelitiannya adalah:
1. Riyadhoh, yaitu rangkaian latihan dan ritus dengan penahapan dan prosedur tertentu.
2. Thoriqoh, yaitu kehidupan jama’ah yang mengikuti aliran tasawuf yang sama.
3. Ijazah, yaitu guru memberikan wewenang kepada murid.
B. Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan orang dengan
tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebut 5 (lima) istilah yang berhubungan dengan tasawuf,
yaitu:
1. Al Suffah, yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi SAW dari Mekah ke Madinah.
2. Saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan sholat jama’ah.
3. Suffi, yaitu yang berarti “bersih” dan “suci.”
4. Sophos (bahasa Yunani), yang artinya “hikmah.”
5. Suf, yaitu kain wol kasar.2[2]
Berdasarkan beberapa arti kata segi bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa tasawuf dapat
diartikan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah
SWT dan berpola hidup sederhana mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuantujuan yang lebih mulia di sisi Allah SWT.

Sementara dari segi istilah menurut pada ahli, terdapat tiga sudut pandang untuk mendefinisikan
tasawuf, yaitu:
1.

Dilihat dari segi sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, tasawuf dapat
didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia
dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.

2. Dilihat dari sudut pandang sebagai makhluk yang harus berjuang, tasawuf didefinisikan sebagai
upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersuber pada ajaran agama dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah.
2

3.

Dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang bertuhan, tasawuf didefinisikan
sebagai kesadaran fitrah yang dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju kepada kegiatankegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.3[3]
Ketiga definisi tasawuf tersebut intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai
kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat
dengan Allah sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia.

Tasawuf adalah salah satu jalan dari banyaknya jalan yang diberikan Allah dalam Islam guna
menunjukkan kemungkinan pelaksanaan kehidupan rohani bagi manusia yang telah berabadabad mengikuti dan terus mengikuti agama yang diajarkan Al Qur’an.4[4]
Sumber utama ajaran tasawuf adalah Al Qur’an dan As Sunnah.
Pokok-pokok ajaran Tasawuf
Dalam pembahasan ini terdapat 3 isi pokok ajaran tasawuf yaitu, tasawuf akhlaki, tasawuf
amali, dan tasawuf filsafi.

1. Tasawuf Akhlaki
Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak, mencari
hakikat kebenaran yang mewujudkan manusia untuk dapat ma’rifah kepada Allah, dengan
metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa disebut juga dengan
istilah tasawuf sunni. Tasawuf Akhlaki ini dikembangkan oleh ulama salaf as-salih. 5[5] Adapun
metode-metode yang telah dirumuskan tersebut yaitu:
a.

Takhalli
Takhalli adalah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela baik lahir (anggota badan) maupun
batin (hati). Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap
kelezatan dunia.


b. Tahalli
Tahalli yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat lahir batin, yaitu suatu yang
bersifat mutlak atau formal. Misalnya sholat, zakat, puasa, dan lain-lain.
3
4
5

c.

Tajalli
Tajalli berarti hilangnya hijab dari sifat-sifat kemanusiaan, yaitu ketika terlihatnya Nur yang
dipancarkan Allah dalam hati seseorang.6[6]

2. Tasawuf Amali
Tasawuf amali yaitu tasawuf yang penekanannya pada amaliah berupa wirid dan amaliah
lainnya. Tasawuf ini merupakan lanjutan dari tasawuf akhlak. Ada beberapa istilah praktis yang
perlu dijelaskan dan prasarana dalam pelaksanaan ajaran tasawuf sebagai upaya mendekatkan
diri kepada Tuhan. Adapun beberapa hal tersebut adalah:
a.


Syari’ah; garis-garis yang boleh ditentukan dan termasuk di dalamnya hukum-hukum Islam
(halal haram, dan sebagainya).

b. Toriqoh; artinya tata cara untuk melaksanakan syari’ah yang bertujuan untuk penghambaan diri
kepada Allah.
c.

Ma’rifah; artinya pegetahuan dan pengenalan. Dalam istilah sufi ma’rifah adalah pengetahuan
mengenai Tuhan melalui hati (qalb).

d. Haqiqah/hakikat; artinya inti sesuatu, puncak atau sumber asal-usul dari sesuatu. Menurut sufi
haqiqah adalah sebagai aspek lain dari syari’ah lahiriyah yaitu aspek batiniah.7[7]
3. Tasawuf Filsafi
Tasawuf filsafi merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis
dengan visi rasional. Ciri-ciri umum tasawuf filsafi adalah:
a.

Kesamaran-kesamaran agama, akibatnya banyak ungkapan dan istilah yang dapat dipahami oleh
orang yang mendalami tasawuf.


b. Tidak bisa dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan metodenya didasar pada rasa/hati.
c.

Tidak bisa dikategorikan pada tasawuf murni karena ajarannya sering diungkapkan kedalam
bahasa filsafat dan cenderung lagi pada pantheisme.8[8]

6
7
8

Paduan antar tasawuf dan filsafat dalam ajaran filosofi ini, dengan sendirinya telah
membuat ajaran-ajaran di luar Islam. Tetapi ciri khas sebagai tasawuf tetap tidak hilang karena
tokoh-tokohnya meski dari latar belakang kebudayaan dan pengetahuan berbeda. Mereka tetap
menjaga kemandirian ajaran mereka sehingga begitu gigih mengkompromikan ajaran-ajaran
filsafat.
C. Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari “khuluqun” yang berarti budi
pekerti, tingkah laku atau tabiat. Juga berasal dari “khalqun” berarti kejadian yang juga erat
kaitannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta, demikian juga dengan “makhluqun” yang
berarti yang diciptakan.

Menurut Imam Al Ghazali akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (terlebih dahulu).
Manfaat mempelajari ilmu akhlak, yaitu:
1. Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat.
2. Akan disenangi orang dalam pergaulan.
3. Mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan
yang baik.
4. Mendapat perlindungan segala penderitaan dan kesukaran.
5. Terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusia.

9

[1]

Khoirudin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academia Tazzafa, 2004)

hal. 28
[2] Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1983) hal. 56

11
[3] Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hal.
239
10

9
10
11

Ibid., hal. 15-18
Tasawuf dan Tarekat, http://kpifakultasdakwah.wordpress.com/2010/05/06/tasawufdan-tharekat/
14
[6] Roisihan Anwar dan Mukhtar Sholihin, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,
2000) hal. 66-70
15
[7] Asmaran, Pegantar Studi islam Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 1994) hal. 93-94
16
[8] Ibid., hal. 150
12


[4]
[5]

13

12
13
14

. Epistimologi ‘irfani
Epistimologi
(kasf/ilham).

‘irfani

adalah

Sumber

pendekatan


pengetahuan

yang

nya

bersumber

‘irfani

adalah

pada

intuisi

pengalaman

(experience). Dari ‘irfani kemudian muncul illuminasi (illuminatif).
Analogi dalam nalar ‘irfani ada 3 (tiga ) yaitu:
1. Penyerupaan didasarkan pada korespodensi numeris
2. Penyerupaan didasarkan pada suatu representasi
3. Penyerupaan ritoris dan puitis.
Tekhnik-tekhnik penelitian khusus dalam nalar ‘irfani:
1. Riyadah : rangkaian latihan dan ritus, dengan penahapan dan prosedur
tertentu.
2. Tariqah : sebagai kehidupan jamaah yang mengikuti aliran tasawuf yang
sama.

3. Ijazah : dalm penelitian ‘irfaniah , kehadiran guru (mursyid) sangat penting.
Mursyid membimbing murid dari tahap satu ke tahap yang lain. Pada tahap
tertentu , mursyid memberikan wewenang (ijazah) kepada murid.
Dalm nalar ‘irfani yang menjadi tolak ukur adalah memahami perasaan
orang lain, simpati, empati. Keputusan tidak didasarkan pada yang
tersurat atau formalitas, namun lebih kepada yang tersirat dan apa yang
dirasakan pihak lain.dalam studi islam keilmuan yang termasuk dalam
kategori ini adalah tasawuf dan akhlak.
Dalam pandangan Amin Abdullah , ketiga nalar keilmuan di atas tidak
dapat berdiri sendiri , namun harus saling berhubungan satu nalar dengan
yang lain. Dalam diri seorang harus ada ketiga nalar tersebut sehingga
ketika mencermati dan menghadapi sebuah persoalan tidak dipahami
secara sepihak dan satu alur, namun dilihat secara komfrehensif, baik dari
aspek formal, makna, dan penyebab terjadinya hal tersebut.

3. RUMPUN IRFANI
Sumber pengetahuan adalah pengalaman. Yang termasuk dalam pengalaman adalah alru’yah al-mibashirah, direct experience, al-‘ilm al-khuduri, preverbal knowledge. Dasar dari
system epistomologi irfani adalh adanya prinsip dikotomi antara zahir dan batin. Batin
mempunyai status lebih tinggi dalam hierarki. Dalam nalar Irfani dan bayani sama-sama ada
analogi, tetapi keduanya berbeda. Jika dalam nalar Irfani didasrkan atas penye rupaan, tidak
terikat oleh aturan,sementara dalam nalar bayani didasarkan pada penyerupaan langsung.
Al-jabiri menyatakan ada tiga tipe analogi dalam nalar irfani. Pertama, penyerupaan yang
didasarkan korespodensi numeris. Kedua penyerupaan didasarkan pada suatu representasi.

Ketiga, penyerupaan retoris dan puitis.
Pendekatan yang digunakan dalam nalar ini adalah psikognosis, intuitif, dhawq, al-la
‘aqlaniyah. Dalam epistemology ini fungsi akal adalah partisipatif, lebih menekankan pada
pengalaman langsung, sehingga rasa lebih banyak terlibat.
Kerangka teori yang digunakan dalam nalar ini mulai dari zahir ke batin, tanzil dan ta’wil,
nubuwwah dan wilayah, haqiqi dan majazi. Nalar irfani lebih bebas dalam memahami yang
tersurat. Tolak ukur nalar irfani adalh memahami perasaan orang lain,simpati dan empati.
Keputusan didasrkan pada yang tersirat dan apa yang dirasakn pihak lain. Kesimoulan hanya
muncul setelah mendengar pemahaman dan perasaan pihak lain.
Keilmuan yang termasuk kategori ini adalah tasawuf dan akhlak.
Menurut Amin Abdullah ketiga nalar keilmuan diatas tidak dapt berdiri sendiri, harus saling
berhibungan antara satu nalar dengan yang lain. Dalam diri seseorang harus ada ketiga nalar
tersebut, agar ketika menghadapi persoalan tidak hanya dilihat secara sepihak, namun dilihat
secara komperhensif.Klasifikasi keilmuan dalam Islam sudah banyak dilakukan oleh para ilmuan
muslim, seperti al-Ghazali, al-Khawarizmi dan Ibn Nadim. Dalam konferensi tentang Pendidikan
Islam yang diadakan para pakar Pendidikan Islam di Pakistan, Makah dan Jakarta disepakati
bahwa perlunya mengelompokan Ilmu dalam Islam, dan terbagi dalam dua kategori yaitu, Ilmu
yang diwahyukan dan ilmu yang dikembangkan oleh nalar manusia.

15
16