Tinjauan Pustaka T1 682008020 Full Text

2

1. Pendahuluan

Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan ini merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Masalah bencana perlu dilakukan upaya mitigasi yang komprehensif yaitu kombinasi upaya struktur pembuatan prasarana dan sarana pengendali dan non struktur yang pelaksanaannya harus melibatkan instansi terkait. Apapun upaya tersebut tidak akan dapat membebaskan terhadap masalah bencana alam secara mutlak. Kunci keberhasilan sebenarnya adalah keharmonisan antara manusia atau masyarakat dengan alam lingkungannya [1]. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kerusakan adalah pembelajaran mengenai mitigasi bencana itu sendiri. Salah satu kegiatan mitigasi bencana yang strategis adalah pembelajaran atau pendidikan masyarakat[1]. Salah satunya adalah penggunaan teknologi multimedia yang akan digunakan untuk pengetahuan mitgasi oleh masyarakat sekitar daerah bencana. Media pembelajaran tersebut diuji cobakan kepada siswa SMP Negeri 1 Selo . Penerapan metode active learning pada penyampaian media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap cara berpikir pemecahan masalah[2]. Metode active learning hanya terbatas di sekolah saja, namun teknologi media pembelajaran tidak mengenal umur dan tempat serta digunakan oleh semua orang di dunia ini. Alasan itulah maka media pembelajaran menerapkan metode active learning mengenai mitigasi lahar dingin diperlukan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini akan dirancang sebuah model dan media pembelajaran yang mampu memberikan pengetahuan materi terkait dengan mitigasi bencana lahar dingin dengan penerapan metode active learning. Materi yang disampaikan dalam media pembelajaran ini berupa animasi interaktif dengan pendekatan teori mitigasi lahar dingin.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian di Bidang Media Pembelajaran Penelitian terdahulu yang berjudul “Aplikasi Proses Terjadinya Erupsi Gunung Berapi Berbasis Mu ltimedia Interaktif”, penelitian yang membahas tentang aplikasi media pembelajaran proses terjadinya erupsi gunung berapi yang digambarkan menggunakan animasi interaktif. Penelitian tersebut dirancang dengan konsep media pembelajaran, perangkat lunak yang digunakan Macromedia Flash 8, aplikasi multimedia interaktif yang dirancang dengan menggunakan konsep pendidikan untuk pelajaran Geografi khususnya erupsi gunung berapi [3]. Penelitian terdahulu yang berjudul “Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan M ultimedia Interaktif untuk Pembelajaran yang Berkualitas”, penelitian yang membahas tentang bagaimana pengaruh multimedia interaktif dengan hasil belajar siswa. Penelitian tersebut berisi tentang pembahasan pengembangan pembelajaran dengan pemanfaatan multimedia interaktif dalam mununjang proses pengajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran serta implementasi pembelajaran multimedia interaktif [4]. Penelitian ini membahas tentang penerapan metode active learning dalam media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin. Penelitian ini juga membahas tentang bagaimana peserta didik berpikir secara tingkat tinggi untuk memecahkan masalah mitigasi bencana lahar dingin. Tujuannya untuk mempelajari proses bencana gunung meletus dan lahar dingin melalui analisis rinci materi dan pemecahan masalah seputar mitigasi bencana lahanr dingin. Active learning mempunyai peran penting dalam 3 pengembangan cara berpikir tingkat tinggi yang berfungsi sebagai konsep dasar cara berpikir untuk pemecahan masalah mitigasi bencan lahar dingin. Penelitian ini dapat menjadi alat pembelajaran bagi siswa Sekolah Menengah Pertama terutama daerah bencana. Media Pembelajaran Secara sederhana istilah media dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar. Sedangkan istilah pembelajaran adalah kondisi untuk membuat seseorang melakukan kegiatan belajar[5]. Media pembelajaran adalah wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar atau berbagai jenis sumber daya yang dapat difungsikan dalam proses pembelajaran, berdasarkan ruang lingkup sumber belajar di atas, maka media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar yang menakankan pada software atau perangkat lunak dan hardware atau perangkat keras [5]. Pentingnya penggunaan media dalam pembelajaran, diperkuat oleh suatu teori yang disebut dengan teori Kerucut Pengalaman [6] . Dalam teori ini keberhasilan belajar diukur dengan kadar pengalaman belajar yang diperoleh siswa tergantung perlakuannya dalam belajar, baik perlakuan pengajar atau aktivitas siswa ketika belajar. Secara sederhana perolehan pengalaman belajar dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Teori Kerucut Pengalaman Belajar [6] Gambar 1 dapat diketahui bahwa kedudukan media cukup penting artinya dalam meningkatkan kadar informasi yang diingat 70 dibandingkan dengan pembelajaran melalui metode ceramah 20. Sumber pembelajaran yang disampaikan pendidik kepada pengajar berasal dari buku yang berupa teks dan atau gambar yang disampaikan kepada siswa dengan narasi dari pengajar tentang teks atau gambar. Multimedia dapat diartikan sebagai penggunaan beberapa media yang berbeda untuk menggabungkan dan menyampaikan informasi dalam bentuk text, audio, grafis, animasi, dan video [7]. Mitgasi Bencana Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapandan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang[1]. Secara umum rincian penanggulangan bencana tersebut dapat diuraikan, yaitu sebelum bencana Prabencana, segala bentuk kegiatan pencegahan, penjinakan, kesiapsiagaan terhadap kepanikan warga sekitar daerah bencana ataupun kerusakan akibat bencana[1]. Selama bencana Bencana, segala bentuk kegiatan responsif, rehabilitasi terhadap warga, keperluan pengungsian dan jalur dan daerah evakuasi[1]. Sesudah bencana Pascabencana, segala bentuk kegiatan rekonstruksi hingga pembangunan daerah dampak bencana[1]. 4 Metode Active Learning Menurut Taksonomi Bloom pembelajaran seharusnya mengoptimalkan cara berpikir tingkat tinggi dalam setiap contoh kasus yang ada[8]. Metode active learning dimaksudkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki [10]. Penelitian ini dikembangkan untuk metode active learning pada media pembelajaran agar peserta didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengacu pada Taksonomi Bloom. Gambar 2 Diagram Taksonomi Bloom [8] Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu adalah [9]. Mengingat, langkah ini menuntut peserta didik mengambil informasi yang telah diingat dalam satu langkah dan menulisnya secara apa adanya. Memahami, langkah ini menuntut peserta didik mengambil informasi dan menjelaskannya secara rinci. Dapat dilihat apakah jawaban yang diberikan sudanh mengandung poin - poin penting. Menerapkan, langkah ini menuntut peserta didik untuk mengambil informasi dan menggunakannya untuk memecahkan masalah. Menganalisis, langkah ini menuntut peserta didik mengambil informasi dan menerapkan untuk memcahkan masalah. Akan tetapi informasi itu belum bisa memcahkan masalah, sehingga dibutuhkan informasi lain untuk pemecahan masalah. Mengevaluasi, langkah ini menuntut adanya keputusan. Keputusan diambil setelah dilakukan analisis secara menyeluruh. Berkreasi, langkah ini menuntut peserta didik memikirkan sesuatu yang baru yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah[9]. Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, Taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari[8]. Ada beberapa model belajar yang dikembangkan dengan metode belajar aktif active learning [10]. Model – model itu diantaranya adalah Synergetic Teaching Pengajaran Sinergetik. Model ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa membandingkan pengalaman-pengalaman yang telah mereka peroleh dengan teknik berbeda. Contoh dari model ini adalah belajar kelompok, dan latihan drilling[10]. Who is in the Class? siapa di kelas. Model ini digunakan untuk memecahkan kebekuan suasana dalam kelas. Strategi ini membantu perkembangan pembangunan tim team building dan membuat gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan sebuah perjalanan. Contoh dari model ini adalah membentuk quiz dengan aturan siapa cepat dia dapat[10]. 5 Group Resume resume kelompok. Model resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan resume kelompok merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu para peserta didik lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim dari sebuah kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain. Contoh dari model pembelajaran ini adalah mengerjakan soal secara estafet dengan aturan batasan waktu[10]. Question Student Have Pertanyaan Peserta Didik. Model Question Student Have ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan anak didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Model ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan- harapannya melalui percakapan. Contoh dari model pembelajaran ini adalah seperti curah gagasan brainstorming[10]. Reconnecting menghubungkan kembali. Model reconnecting menghubungkan kembali ini digunakan untuk mengembalikan perhatian anak didik pada pelajaran setelah beberapa saat tidak melakukan aktivitas tersebut. Contoh dari model pembelajaran in adalah mencongak[10].

3. Metode Penelitian