D. Konten Kebahasaan dan Nonkebahasaan
Pembelajaran bahasa Indonesia selalu berkait pada isi penguasaan kebahasaan dan nonkebahasaan. Isi kebahasaan menyangkut pengetahuan tentang kata, kalimat, paragraf,
wacana, ejaan, tanda baca, dan peristilahan. Aspek-aspek kebahasaan tersebut tidak diajarkan secara terpisah tetapi diajarkan secara terpadu. Dalam pembelajaran struktur
kalimat yang terpenting agar siswa bisa menunjukkan subjek, predikat, objek dan keterangan. Siswa dapat membentuk kalimat sederhana dan kalimat kompleks. Siswa dapat
memilih kata-kata yang segar dan hidup. Siswa dapat memilih kata sesuai dengannkonteks kalimat.
Contoh berikut dapat membuat siswa tertawa senang. Coba Gunakan kalimat dengan menggunakan subjek wanita seksi, gadis , mahasiswa pecinta alam, anak di bawah
umur, dst. Predikat dipukul, dicumbu, dinodai, difitnah, disayang dihantam, digagahi, dimaki-maki, difitnah, dst. Tambahkan Objek pacarnya, ayahnya, tetangganya, bibinya, sopir
pribadinya, ayah tirinya, pemuda pengangguran, dst. Keterangan tempat di mall, di kamar tamu, di dalam garasi, di tepi sungai, di tepi hutan, di keramaaian dst. Keterangan waktu di
siang bolong, menjelang magrib, dst. Keterangan cara dengan lembut, dengan kasar, penuh kemesraan, dst. Dari Subjekpredikatobjekdan keterangan tersebut siswa dapat
meangasosiasi kalimat dan pada akhirnya akan menyusun paragraf dan wacana. Siswa juga bisa diarahkan pada pemilihan jenis wacana baik itu cerita narasi, pelukisan deskripsi,
pemaparan eksposisi dan alasan argumentasi. Dalam ragam wacana yang lain siswa juga bisa menyusun wacana persuasi. Melalui eksperimentasi kalimat siswa dapat menentukan
kapan memilih kalimat pendek dan kapan memilih kalimat panjang. Teknik memperkaya kosakata dapat dilakukan melalui sinonimi, antonimi, hiponimi,
dan penerjemahan. Siswa juga bisa diajak bereksperiman membentuk kata baru dengan proses adaptasi, adopsi, dan penerjemahan. Membiasakan siswa bermain dengan KBBI yang
bisa diunduh dalam HP androit dan internet. Siswa akan produktif menggunakan bahasa tulis manakala suka mengunjungi laman di internet, mencontoh, meringkas, mengadaptasi,
mengulas berbagai materi yang ia dapat. Melalui kegiatan ini siswa akan terpuaskan dalam belajar dan guru bisa memanajemen pembelajaran dengan ringan.
Konten kebahasaan yang diberikan kepada siswa adalah kegiatan berbahasa yang sesuai dengan tatanilai dan konteks berbahasa . Membiasakan siswa menulis kata, variasi
dan bentuk kalimat, memilihan ragam bahasa dan lain-lain menjadi cukup penting duilakukan oleh guru bahasa. Siswa juga dilatih untuk menganalisis bahasa sesuai kaidah
bahasa Indonesia. Berdiskusi perihal papan nama berbahasa Inggris seperti nama perumahan, nama kuburan mahal, nama toko, pusat perbelanjaan, pada akhirnya dapat
menumbuhkan bangga pada bahasa Indonesia.
Konten nonkebahasaan seperti sikap bahasa perlu disampaikan karena begitu pentingnya peran bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi utama, alat pemersatu, dan
berfungsi sebagai bahasa administrasi dan bahasa dalam pemerintahan dan Negara. Walaupun bahasa Inggris lebih diuntungkan karena sebagai bahasa PBB dan memiliki
image yang lebih baik dan menjadi alat komunikasi internasional, sudah seharusnya orang Indonesia bangga menggunakan bahasa Indonesia di negeri sendiri. Sebagai contoh nama
– nama perumahan seperti Amarta Cottage, Merapi View, Palagan Cluster, Cassa Crande,
memiliki image berharga mahal dibandingkan dengan Kota Amarta, Pesona Merapi, Perumahan Palagan Asri. Demikian juga penggunaan kata taylor, barber shop, security,
supermarket, mall, plaza, konter, dst pemakai merasa lebih keren dibandingkan menggunakan kata penjahit, tukang pangkas rambut, satpam, pasar besar, dan bilik.
Kebanggaan terhadap bahasa Indonesia memang didukung oleh penguasaan bahasa asing jika pengajar mampu menginternasionalkan bahasa dan budaya Indonesia. Ada rasa
bangga ketika banyak orang asing berbahasa Indonesia. Bukan sebaliknya, membiarkan orang asing tidak wajib berbahasa Indonesia ketika bekerja di Indonesia seperti dilakukan
oleh menteri tenaga kerja. Terlebih lagi sikap orang Indonesia yang selalu mengobral kata asing yang tidak perlu dalam pemakaian bahasa Indonesia.
Pemberian konten nonkebahasaan berhubungan dengan kemampuan guru untuk mengenal siswa secara mendalam berkait aspirasi, motivasi, dan apresiasinya. Guru juga
menjadi terapis untuk mengurangi tingkat kecemasan dalam belajar bahasa. Pengenalan konten kebahasaan mempermudah guru menggali potensi siswa dalam belajar bahasa.
Sebagai contoh, lahirnya cerpen didasarkan juga pada pengalaman dalam mengamati, menalar, menanya, mengasosiasi dan menyampaikan apa yang dilakukan dalam tahapan
proses kreatif. Karya sastra, karya jurnalistik yang dihasilkan siswa tentu berbeda kualitasnya karena dalam proses pengamatan siswa juga membaca cerpen lain sebagai
pembanding.
E. Peran Guru