Teori Keynes LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

36 Hutang piutang timbul karena terjadi pertukaran pembeli dari satu rupiah sekarang sekaligus juga penjual dari satu rupiah nanti adalah peminjam debitur, sedangkan penjual dari satu rupiah sekarang yang sekaligus juga pembeli satu rupiah nanti adalah orang yang meminjam kreditur. Debitur harus membayar kepada kreditur harga dari pertukaran tersebut, dan harga ini adalah bunga yang dibayar debitur. Tingkat bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan di dalam perekonomian. Setiap perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan perubahan dalam tabungan rumah tangga dan investasi. Perubahan dalam tingkat bunga akan terus menerus berlangsung sebelum kesamaan antara jumlah tabungan dengan jumlah investasi tercapai.

b. Teori Keynes

Teori tingkat bunga menurut Keynes ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Dalam analisis tradisional Keynes tentang permintaan uang, bahwa ada tiga motif mengapa orang menghendaki memegang uang tunai yaitu motif berjaga-jaga precaunary motive , motif transaksi transaction motive dan motif spekulatif spekulative motive . Dari ketiga motif tersebut, teori yang unik adalah motif spekulasi atau permintaan yang spekulatif akan uang. Dalam hal ini, Keynes berasumsi bahwa ada dua aktiva keuangan yakni : uang dan obligasi. Uang dianggap sebagai aktiva yang likuid, cair tetapi tidak mengandung suku bunga, sedangkan obligasi dianggap sebagai hutang-hutang jangka panjang yang tidak likuid, tidak cair dan mengandung suku bunga. Suku bunga ini berbanding terbalik dengan harga obligasi. Sehingga apabila suku 37 bunga di pasar turun, maka harga obligasi akan naik demikian pula sebaliknya Boediono, 2005. Adanya kenaikan tingkat suku bunga pada bank-bank umum akan mempengaruhi peran intermediasi dunia perbankan dalam perekonomian Indonesia. Bank-bank umum konvensional dalam operasionalnya sangat tergantung pada tingkat suku bunga yang berlaku, karena keuntungan bank konvensional berasal dari selisih antara pinjaman dengan bunga simpanan. Sedangkan dalam Bank Syariah tidak mengenal sistem bunga yang ada tetapi dengan menerapkan prinsip bagi hasil profit sharing antara bank dengan nasabah dalam pengelolaan dananya. Walaupun demikian, dengan adanya kenaikan tingkat suku bunga pada bank-bank umum baik langsung maupun tidak langsung akan membawa dampak terhadap kinerja bank syariah. Dengan naiknya tingkat suku bunga maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada bank konvensional. Sehingga orang akan cenderung untuk menyimpan dananya di bank konvensional daripada di bank syariah karena bunga simpanan di bank konvensional naik yang pada akhirnya tingkat pengembalian yang akan diperoleh oleh nasabah penyimpan dana akan mengalami peningkatan. Kenaikan tingkat suku bunga inilah yang menjadi dilema dunia perbankan syariah saat ini, karena dikhawatirkan akan ada perpindahan dana dari bank syariah ke bank konvensional. Tetapi ada juga keuntungan yang diperoleh Bank Syariah dengan naiknya suku bunga yakni permohonan pembiayaan kredit di Bank Syariah oleh nasabah diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring 38 dengan naiknya bunga pinjaman pada bank konvensional atau bank umum Antonio, 2001.

2.2 Hubungan masing-masing variabel terhadap permintaan pembiayaan