7
Permasalahan di atas merupakan gap antara kondisi sistem peternakan tradisional dengan sistem peternakan modern, sehingga perlu dicari upaya
transpormasi pembangunan peternakan sapi perah ini yang melibatkan semua “stakeholder” sehingga diperoleh suatu model pengembangan usaha ternak sapi
perah yang dapat mengatasi kesulitan di tingkat peternak, kelompok, dan koperasi.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana sistem peternakan tradisional dan sistem peternakan modern 2. Bagaimana proses transformasi pembangunan peternakan sapi perah melalui
kelembagaan koperasi dan kelompok 3. Bagaimana proses transformasi pembangunan peternakan sapi perah melalui pe-
ningkatan kualitas sumber daya peternak dengan melibatkan beberapa komponen sistem sosial dalam proses penyebaran inovasi.
1.3. Pendekatan Proses Transformasi
Pendekatan proses transformasi dilakukan melalui kegiatan pendidikan bagi pengurus, manajer dan karyawan koperasi serta kegiatan penyuluhan bagi ketua
kelompok dan peternak sebagai anggota koperasi. Untuk pengembangan koperasi diarahkan pada upaya “efisiensi usaha” dan untuk kelompok diarahkan pada upaya
keefektifan kelompok atau “dinamika kelompok”, bagi ketua kelompok diarahkan pada kemampuan memimpin anggota dan bagi anggota diarahkan pada terciptanya
partisipasi yang tinggi baik sebagai anggota kelompok maupun sebagai anggota koperasi.
1.4. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan dari penulisan artikel ilmiah ini adalah untuk mengkaji bagaimana kelembagaan tradisional di pedesaan berhubungan dengan lembaga modern di
pedesaan atau di perkotaan serta bagaimana perubahan sikap dan norma peternak dari yang berdasarkan rasa menjadi berdasarkan rasio rasional.
2. Manfaat dari penulisan artikel ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan dan gambaran tentang proses transformasi pembangunan peternakan sapi perah
8
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan Koperasi KUD Dalam Pembangunan Peternakan Sapi Perah
Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berazaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan, dengan batasan sendi-sendi dasar koperasi Indonesia yang ber-
tujuan meningkatkan kesejahteraan serta taraf hidup para anggota dan masyarakat di wilayah kerjanya melalui pelayanan yang memenuhi kebutuhan mereka.
Pada pasal 5 ayat 1 Undang-undang No 25 Tahun 1992 dinyatakan bahwa : “koperasi melaksanakan prinsipnya sebagai berikut : a keanggotaan bersifat
sukarela; b pengelolaan dilakukan secara demokratis; c pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota; d pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; dan e kemandirian.
Uraian diatas menunjukkan bahwa organisasi koperasi mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan badan usaha lainnya. Ciri pembeda
tersebut ditunjukkan oleh peran anggota koperasi sebagai pemilik sekaligus pelanggan dari kegiatan usaha koperasi. Sedangkan tujuan koperasi yang ingin
dicapai adalah promosi pelayanan bagi kepentingan anggota melalui bekerjanya perusahaan koperasi.
Kebijakan pemerintah dalam pengembangan peternakan sapi perah ditunjuk- kan oleh adanya pemberian kredit sapi perah kepada peternak anggota koperasi
dalam rangka lebih menjangkau masyarakat berpenghasilan kecil Salman, 1990. Tumbuhnya bermacam-macam jenis kredit seperti PUSP, Banpres, Sistem Sumba
Kontrak, dan Pola KUD Model, merupakan upaya pembangunan peternakan di bidang sapi perah serta dalam rangka membantu masyarakat golongan ekonomi
lemah di pedesaan, dengan persyaratan sudah memiliki beberapa ekor sapi perah atau sekurang-kurangnya berpengalaman memelihara sapi perah sekalipun bukan
milik sendiri khusus program KUD Model. Pada umumnya ketentuan pemberian kredit ini hampir sama antara lain :
jangka waktu kredit tujuh tahun dengan suku bunga sekitar 10,5 setahun. Perbedaan terletak pada pemberian jumlah paket dan pengembalian kreditnya
9
Dasuki, 1983. Cara pengembalian kredit PUSP, peternak langsung membayar ke Bank, sementara pola KUD Model dan Banpres melalui koperasi dengan membayar
sejumlah 3 liter susu per ekor per hari bila sapinya sudah berproduksi. Sapi perah ini diimpor dari Belanda dan New Zealand dengan jenis sapi Fries Holland FH yang
memiliki tingkat produksi susu yang tinggi pada kondisi iklim dingin dan manajemen yang baik.
Dengan kegiatan kawin suntik inseminasi buatan IB dari semen pejantan unggul terhadap betina impor dan keturunannya, maka jumlah bibit sapi cepat
bertambah, dan pada gilirannya akan mempercepat pula peningkatan jumlah produksi susu Dasuki, 1983. Selain itu struktur populasi sapi perah diatur lebih
seimbang terutama melalui program yang mengadopsi inseminasi buatan. Keseimbangan komponen struktur populasi dalam peternakan sapi perah rakyat yang
tergabung dalam koperasi yang tersebar luas dengan pemilikan kecil, lebih sukar tercapai daripada dalam perusahaan sapi perah. Kendala lainnya adalah masalah
penggalak-kan fungsionalisasi sapi perah sesuai dengan potensi genetiknya yaitu mengutamakan tujuan produksi susu.
Koperasi berperan dalam ikut serta membangun peternakan sapi perah, apabila pelayanan yang diberikan koperasi dalam hal penyediaan sarana produksi
peternakan bersifat optimal seperti bibit dan semen yang unggul, konsentrat berkualitas, tenaga inseminator yang terampil, tenaga kesehatan hewan yang
memadai, tenaga kolektor susu di Komda terampil dan jujur, membantu peternak dalam penyediaaan hijauan atau kendaraan untuk mencari hijauan ke luar wilayah
pada saat kekuarangan hijauan musim kemarau, serta yang paling penting adalah harga yang diberikan koperasi memberikan keuntungan bagi peternak, disamping
menguntungkan bagi koperasinya. Menurut Noer Soetrisno 2002 Koperasi di sub sektor peternakan terutama
sapi perah, apapun kebijakan yang ditempuh akan mampu berkembang dengan karakter koperasi yang kental. Prasyarat untuk memajukan koperasi di bidang
persusuan ini dalam menghadapi persaingan global antara lain : 1 bebaskan anggota yang ada hingga usahanya minimal skala mikro atau minimal 10
ekoranggota; 2 bebaskan setiap koperasi hingga mencapai satuan yang layak sebagai kluster peternakan minimal 15.000 literhari dan idealnya 100.000 liter hari;
10
3 integrasi untuk konsep pertanian dan peternakan agar menjamin kesatuan unit untuk meningkatkan kepadatan investasi pertanian. Kebijakan ini membutuhkan
penyediaan hijauan yang cukup yang berarti atau perlu penyediaan lahan untuk rumput hijauan serta pemanfaatan limbah pertanian secara optimal.
2.2. Peranan Kelompok Peternak dalam Pembangunan Peternakan Sapi Perah