Pengaruh Pemakaian Butt (Puntung Anoda) Terhadap Penambahan Coal Tar Pitch Pada Kualitas Anoda Di PT INALUM
PENGARUH PEMAKAIAN BUTT (PUNTUNG ANODA)
TERHADAP PENAMBAHAN COAL TAR PITCH PADA
KUALITAS ANODA DI PT INALUM
KARYA ILMIAH
SYAHLENI
072409005
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
PENGARUH PEMAKAIAN BUTT (PUNTUNG ANODA)
TERHADAP PENAMBAHAN COAL TAR PITCH PADA
KUALITAS ANODA DI PT INALUM
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
SYAHLENI
072409005
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(3)
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH PEMAKAIAN BUTT (PUNTUNG ANODA) TERHADAP PENAMBAHAN COAL TAR
PITCH PADA KUALITAS ANODA DI PT
INALUM
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : SYAHLENI
Nomor Induk Mahasiswa : 072409005
Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM ( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, April 2010
Diketahui
Departemen KIMIA FMIPA USU Dosen Pembimbing Ketua
( Dr. Rumondang Bulan, MS.) ( Dr. Rumondang Bulan,MS. ) NIP : 195408301985032001 NIP : 195408301985032001
(4)
PERNYATAAN
PENGARUH PEMAKAIAN BUTT (PUNTUNG ANODA) TERHADAP
PENAMBAHAN COAL TAR PITCH PADA KUALITAS ANODA DI PT INALUM
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, April 2010
SYAHLENI 072409005
(5)
PENGHARGAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi-rabbil’alamin penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kasih saying-Nya kepada kita semua serta salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini jauh dari kata kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan, pengetahuan dan waktu, tetapi penulis ini berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang membaca karya ilmiah ini khususnya serta lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya. Penulis mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.
Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan doa dan dukungan, bantuan dan petunjuk dari dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya :
1. Ibunda saya tercinta Maryamah dan Ayahanda tersayang Alm.Usman Ulung,
keluarga kandung saya bang Adan beserta istri dan anak, Anyah, dan kak Inur yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materi yang begitu berarti bagi saya selama masa perkuliahan.
2. Kepada Prof. Dr. Eddy Marlianto,MSc sebagai Dekan FMIPA USU
3. Kepada Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc, M.Phill sebagai Ketua Program
Kimia Industri
4. Dosen Pembimbing saya Dr.Rumondang Bulan, MS yang telah sabar selama
(6)
5. Bapak Kusnandar, Bapak Kudri, Bapak Akmal, Bapak Agus, sebagai pembimbing lapangan di PT INALUM yang telah membantu saya selama PKL.
6. Bapak Ismadi selaku Manager SCP, ibu Ferry, dan Bapak Ali Hasian yang
telah banyak membantu selama saya PKL di PT INALUM
7. Teman-teman satu kost 16 f yaitu kak Wulan, Mira, kak Rara, Ulan dan kak
Dila khususnya yang telah memberikan dukungan materi selama menyelesaikan karya ilmiah ini
8. Teman-teman PKL saya Titin, Parni, Lisik, Lia, Hendra, Gugun.
9. Teman-teman satu angkatan 2007 di Kimia Industri yang telah memberikan
dukungan selama menyelesaikan karya ilmiah ini.
Hanya doa yang dapat penulis sampaikan kepada Allah SWT. Mudah-mudahan kebaikan yang diterima penulis dari semua pihak yang telah membantu, kiranya allah SWT dapat membalas kebaikan tersebut. Penulis dengan segala kemampuan berusaha menyelesaikan karya ilmiah ini degan sebaik-baiknya. Apabila ada kekurangan kritik dan saran penulis terima dengan senang hati.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Medan, April 2010
Penulis
(7)
ABSTRAK
Produksi aluminium dilakukan melalui proses elektrolisa dengan menggunakan anoda karbon. Pembuatan anoda karbon dengan pemakaian butt yang berlebihan dapat berpengaruh terhadap kualitas anoda. Karena butt yang kembali dari tungku reduksi masih mengandung butt dust yang akan mempengaruhi nilai reaktivitas dan apparent
density terhadap anoda. Untuk meningkatkan nilai reaktivitas dan apparent density,
maka dibuat modifikasi anoda baru dengan melakukan penambahan coal tar pitch yang optimal sebagai perekat. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan coal tar pitch yang optimal adalah 15,1% sehingga diperoleh nilai AD
(8)
THE INFLUENCE CONSUMPTION BUTT OF THE ADDING COAL TAR PITCH TO ANODE QUALITY IN PT INALUM
ABSTRACT
The production of aluminium done the way electrolisa process with the use carbon anode. Production of carbon anode with consumption of the more butt influence for anode quality. Because butt revert from reduction furnace still contain butt dust will influence reactivity value and apparent density of anode. To increase reactivity value and apparent density of anode so it is make the new anode modification with done to adding coal tar pitch the optimum as binder. According to observation result show that adding coal tar pitch optimum is 15,01% so that got apparent density value is 1,597,
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN iii
PERNYATAAN iv
PENGHARGAAN v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Permasalahan 2
I.3 Tujuan 3
I.4 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Aluminium 4
2.2 Proses Peleburan Aluminium 4
2.3 Bahan Baku Utama Proses Elektrolisa 5
2.3.1 Alumina 5
2.3.2 Anoda Karbon 6
2.3.3 Katoda 7
2.4 Bahan Baku Penunjang 7
2.4.1 Kriolit 7
2.4.2 Soda Abu (Na2CO3) 8
2.4.3 Aluminium Fluorida(ALF3) 8
2.5 Proses elektrolisa 8
2.6 Bahan Baku Pembuatan Anoda Karbon 9
2.6.1 Kokas 9
2.6.2 Coal Tar Pitch 11
2.6.3 Butt(Puntung Anoda) 15
2.6.4 Green Scrap dan Baked Scrap 17
2.7 Pengaruh Bahan Baku Terhadap Kualitas Anoda 17
2.7.1 Pengaruh Penggunaan Butt 17
2.7.2 Pengaruh Coal Tar Pitch 18
2.7.3 Pengaruh Kokas 19
2.8 Konsumsi Anoda 19
(10)
BAB 3 BAHAN DAN METODE 27
3.1 Alat dan Bahan 26
3.1.1 Alat 26
3.1.2 Bahan 27
3.2 Prosedur 27
3.2.1 Penghancuran Butt 27
3.2.2 Pencairan Coal Tar Pitch 28
3.2.3 Pembuatan Anoda Mentah atau Green Block(GB) 29
3.2.4 Pemanggangan Anoda Mentah atau Green Block(GB) 29
3.2.5 Penangkaian Anoda (Rodding) 30
3.2.6 Penentuan Nilai RCO2 31
3.2.7 Penentuan Nilai RO2 32
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 33
4.1 Hasil 33
4.2 Pembahasan 34
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 37
5.1 Kesimpulan 37
5.2 Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Spesifikasi Alumina 6
Tabel 2.4 Spesifikasi Kokas 10
Tabel 2.5 Spesifikasi Coal Tar Pitch 12
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Sifat-Sifat Blok Anoda Mentah
(12)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
(13)
ABSTRAK
Produksi aluminium dilakukan melalui proses elektrolisa dengan menggunakan anoda karbon. Pembuatan anoda karbon dengan pemakaian butt yang berlebihan dapat berpengaruh terhadap kualitas anoda. Karena butt yang kembali dari tungku reduksi masih mengandung butt dust yang akan mempengaruhi nilai reaktivitas dan apparent
density terhadap anoda. Untuk meningkatkan nilai reaktivitas dan apparent density,
maka dibuat modifikasi anoda baru dengan melakukan penambahan coal tar pitch yang optimal sebagai perekat. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan coal tar pitch yang optimal adalah 15,1% sehingga diperoleh nilai AD
(14)
THE INFLUENCE CONSUMPTION BUTT OF THE ADDING COAL TAR PITCH TO ANODE QUALITY IN PT INALUM
ABSTRACT
The production of aluminium done the way electrolisa process with the use carbon anode. Production of carbon anode with consumption of the more butt influence for anode quality. Because butt revert from reduction furnace still contain butt dust will influence reactivity value and apparent density of anode. To increase reactivity value and apparent density of anode so it is make the new anode modification with done to adding coal tar pitch the optimum as binder. According to observation result show that adding coal tar pitch optimum is 15,01% so that got apparent density value is 1,597,
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anoda yang digunakan di PT. INALUM adalah anoda yang dibentuk dari adonan
kokas, coal tar pitch, butt (puntung anoda) dan green scrap (sekrap mentah)
melalui proses penyaringan, pencampuran, pemanasan pengadonan, pencetakan
dan pemanggangan. Campuran adonan terdiri dari 85% filler dan 15% binder.
( Supardi Zainal,1990)
Anoda adalah elektroda yang bermuatan listrik positif dalam proses
elektrolisa. Anoda merupakan elektroda tempat terjadinya reaksi oksidasi (sebagai
reduktor). Anoda yang digunakan dalam proses Hall - Heroult adalah anoda
karbon.
Di PT INALUM, aluminium dapat dibuat dengan menggunakan proses
Hall - Heroult yang mereduksi alumina dengan bantuan anoda karbon melalui
proses elektrolisa. Aluminum terjadi menurut reaksi :
2Al2O3 (aq) + 3C (s) → 4Al (l) + 3CO2 (g)
Reaksi ini terjadi di pot reduksi yang dapat meningkatkan reaktivitas
anoda karbon terhadap karbondioksida sehingga dapat memperpendek usia anoda
karbon yang dipakai. Hal ini disebabkan karena adanya pemakaian butt dalam
(16)
apparent density (AD) dan sifat mekaniknya. Butt dapat diklasifikasi berdasarkan
sifat kekerasannya yang mana menggambarkan sifat fisiknya. Untuk mengurangi
hal tersebut maka dilakukan metode untuk mengatasinya dengan penambahan
coal tar pitch secara optimal terhadap bahan-bahan pembuatan anoda karbon.
Jumlah coal tar pitch yang digunakan sangat berpengaruh terhadap AD dan sifat
mekanik anoda karbon, dimana akan mempengaruhi kualitas anoda yang
dihasilkan. Semakin optimal coal tar pitch yang digunakan maka nilai AD dan
sifat mekanik yang kurang bagus akan diperoleh AD dan sifat mekanik yang
diinginkan sehingga dapat memperpanjang usia anoda di pot reduksi.(Hulse. 2000)
Dari uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk memilih judul karya
ilmiah :
PENGARUH PEMAKAIAN BUTT (PUNTUNG ANODA) TERHADAP PENAMBAHAN COAL TAR PITCH PADA KUALITAS ANODA DI PT INALUM
1.2.Permasalahan
Bagaimana pengaruh pemakaian butt terhadap penambahan coal tar pitch pada
kualitas anoda di PT INALUM yang digunakan di pot reduksi.
(17)
1. Untuk mengetahui pengaruh coal tar pitch terhadap kualitas anoda yang dihasilkan
2. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian butt terhadap penambahan coal tar pitch
yang digunakan untuk pembuatan anoda
1.4. Manfaat
1. Dapat menghasilkan aluminum cair (molten) dengan kualitas yang baik tanpa
adanya debu karbon
2. Untuk menghasilkan anoda yang memenuhi standart mutu anoda yang digunakan
untuk proses elektrolisa di pot reduksi.
3. Untuk menghasilkan kualitas anoda yang baik agar dapat digunakan seminimal
mungkin untuk proses elektrolisa
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aluminium
Aluminium adalah unsur melimpah ketiga terbanyak dalam kerak bumi ( sesudah
oksigen dan silikon), mencapai 8,2% dari massa total. Biji yang paling penting untuk
produksi aluminium ialah bauksit, yaitu aluminium oksida terhidrasi yang
mengandung 50 sampai 60% Al2O3; 1 sampai 20% Fe2O3 ; 1 sampai 10% silica ;
sedikit sekali titanium, zirconium, vanadium, dan oksida logam transisi yang lain; dan
sisanya (20 sampai 30%) adalah air. Bauksit dimurnikan melalui proses Bayer, yang
mengambil manfaat dari fakta bahwa oksida alumina amfoter larut dalam basa kuat
tetapi besi (III) oksida tidak.
2.2 Proses Peleburan Aluminium
Proses peleburan aluminium dilakukan dengan proses Hall – Heroult yaitu
dengan menggunakan anoda karbon sebagai elektroda yang bermuatan positif. Proses
ini juga diaplikasikan di industri. Ada 2 jenis anoda dalam proses Hall – Heroult yang
dikenal, yaitu soederberg anode furnace (SAF) dan prebaked anode furnace (PAF).
Perbedaan utama dari keduanya adalah pada teknik selama proses pemanggangannya
dimana terjadi pelepasan pitch. Soederberg anode furnace (SAF) menggunakan panas
secara terus menerus pada anoda panggang didalam tungku reduksi. Kesulitan yang
(19)
menerus selama pemanggangan. Sedangkan pada prebaked anode furnace (PAF)
dipanggang didalam tungku dengan menggunakan gas atau oil dan diisi dengan
teratur. Keuntungan prebaked anode furnace (PAF) adalah konsumsi anoda karbon di
pot reduksi lebih rendah. (Grjotheim, 1988)
Bahan baku utama dari pembuatan anoda karbon adalah kokas sebagai filler
dan coal tar pitch sebagai binder (perekat). Butt dihasilkan setelah proses elektrolisis
bersamaan dengan green scrap ditambahkan pada pembuatan anoda. PAF terbuat dari
65% kokas, 15% pitch dan 20% recycle dari butt. Sedangkan SAF mengandung 25%
hingga 35% coal tar pitch dan selebihnya adalah kokas. Pada SAF tidak
menggunakan puntung anoda. (Hulse, 2000)
2.3. Bahan Baku Utama Proses Elektrolisa 2.3.1 Alumina
Alumina (Al2O3) merupakan material keramik non silikat yang paling penting.
Material ini meleleh pada suhu 2050oC dan mempertahankan kekuatannya bahkan
pada suhu 1500 sampai 1700 oC. Alumina mempunyai ketahanan listrik yang tinggi
dan tahan terhadap kejutan termal dan korosi. ( Oxtoby,2003)
Alumina (Al2O3) diperoleh dari pengolahan biji bauksit dengan proses Bayer.
Proses Bayer terdiri dari tiga tahap reaksi yaitu :
1. Proses Ekstraksi
Al2O3. xH2O + 2NaOH → 2NaAlO2 + (x+1) H2O
2. Proses Dekomposisi
(20)
3. Proses Kalsinasi
Al2O3.3 H2O + kalor → Al2O3 + H2O
Pada proses kalsinasi akan dihasilkan jenis alumina sandy jika operasi
berlangsung pada temperatur rendah jenis alumina floury untuk operasi pada
temperatur tinggi. PT INALUM tidak menghasilkan alumina sendiri tetapi diperoleh
dari negara lain terutama dari Australia.
Spesifikasi alumina dari Australia seperti pada Tabel 2.1
Item Satuan Spesifikasi
SiO2 % 0,03 maks
Fe2O3 % 0,03 maks
TiO2 % 0,005 maks
Na2O % 0,6 maks
CaO % 0,06 maks
Al2O3 (dalam keadaan kering) % 98,4 min
2.3.2 Anoda Karbon
Anoda karbon berfungsi sebagai reduktor dalam proses eletrolisis alumina.
Anoda karbon diproduksi pada pabrik karbon ( carbon plant ). Komposisi anoda
karbon terdiri dari 60% kokas minyak , 15% coal tar pitch (binder), dan 20% butt
(puntung anoda). Sifat-sifat anoda karbon yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. Tahan terhadap perubahan panas (heat shock) sehingga sulit retak saat
(21)
2. Angka muai panas yang rendah agar anoda sulit terlepas dari tangkai anoda
(rod) pada temperatur tinggi
3. Konduktivitas panas tinggi agar segera mencapai temperatur tinggi pada proses
pemanasan ( baking )
4. Konduktivitas listrik yang tinggi (0,0036 – 0,0091 Ohm.cm) agar aliran listrik
efektif.
2.3.3 Katoda
Katoda adalah elektroda yang bermuatan listrik negative pada proses
elektrolisa. Ditinjau dari pembuatannya katoda dibagi atas :
1. Blok katoda amourphous, bahan baku antrasit yang dipanggang pada
temperatur ± 1200oC
2. Blok katoda semigraphitic, bahan baku grafit yang dipanggang pada
temperatur ± 1200oC
3. Blok katoda graphitized, bahan baku kokas yang dipanggang pada
temperature ± 3000oC
2.4. Bahan Baku Penunjang
2.4.1 Kriolit ( Na3AlF6 )
Sifat – sifat yang diperlukan untuk kriolit adalah sebagai berikut :
(22)
b. Konduktivitas listrik yang baik
c. Dapat melarutkan alumina dalam jumlah yang besar
d. Memiliki berat jenis yang rendah
e. Stabil dalam keadaan cair
2.4.2 Soda Abu (Na2CO3)
Soda abu berfungsi memperkuat struktur katoda dan dinding samping agar
sulit tererosi. Lapisan dinding samping dengan Na2CO3 dilakukan pada tahap transisi
untuk membantu proses pembentukan kerak samping. Selain mencegah erosi oleh
bath soda abu juga berfungsi sebagai isolasi termal.
2.4.3 Aluminium Fluorida (AlF3)
Aluminium fluoride berfungsi menjaga temperatur bath dan merupakan bahan
yang dituangkan secara manual jika AlF3 kurang di dalam bath.
(PT INALUM.,2009)
2.5 Proses elektrolisa
Pada proses elektrolisa secara komersil menggunakan sistem proses Hall –
Heroult. Proses Hall – Heroult melibatkan pengendapan aluminium secara katodik,
dari lelehan kriolit (Na3AlF6) dengan Al2O3 terlarut dalam sel elektrolisis. Setiap sel
terdiri dari kotak baja persegi panjang yang berfungsi sebagai katoda dan grafit pejal
sebagai anoda. Arus yang sangat besar (50.000 sampai 100.000 A) dilewatkan dalam
(23)
Secara skematis diagram pada elektrolisis grafit besi bekerja sebagai anoda
dipakai pada proses elektrolisis maka reaksi elektrodanya :
Anoda : C(s) + 2O2 (ℓ) CO2(g) + 4e‾
Katoda : 3e‾ + Al3+(ℓ) Al(ℓ)
( Theodore,L.,2000)
Kriolit meleleh pada suhu operasi sel hanya sekitar 950oC, dibandingkan
dengan titik leleh Al2O3 murni (2050 oC), suhu tersebut merupakan suhu yang rendah
dan inilah sebabnya proses Hall -Heroult bisa berhasil. Lelehan aluminium memiliki
kerapatan yang sedikit lebih besar daripada lelehannya pada suhu 950oC sehingga
materi ini mengumpul didasar sel, untuk selanjutnya disadap secara berkala. Reaksi
sel secara keseluruhan ialah :
2Al2O3 (aq) + 3C (s) → 4Al (l) + 3CO2 (g)
(Oxtoby.,2003)
2.6. Bahan Baku Pembuatan Anoda Karbon
2.6.1 Kokas
Kokas adalah bahan yang digunakan untuk membuat anoda yang berasal dari sisa-sisa
destilasi batu bara dan minyak bumi. Dalam pembuatan anoda dilakukan pengayakan
sehingga kokas terbagi atas ukuaran fisiknya yaitu:
a. Kokas dengan ukuran 18-5 mm disebut kokas kasar 1(C1)
b. Kokas dengan ukuran 5-1mm disebut kokas kasar 2 (C2)
c. Kokas dengan ukuran 1-0,2 mm disebut kokas medium
(24)
Kokas yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan anoda tersusun dari
beberapa material. ( PT INALUM,2003).
Tabel 2.4 Spesifikasi kokas PT INALUM
No Parameter Unit
Guaranted Value
HS LS
1 Real density g/cc 2,06 2,06
2 Fixed carbon % 99,6 99,3
3 Ask content % 0,25 0,25
4 Moisture Content % 0,3 0,3
5 Chemical Analysis : Sulfur Ppm 2-3 0,5-1
Vanadium Ppm 225 100
Nikel Ppm 250 250
Silikon Ppm 250 250
Iron Ppm 250 300
Sodium Ppm 200 250
Calcium Ppm 125 125
6 CO2 Reactyviti lose 1000 C % 15 15
7 Air Reactivity at 525 C % 0,3 0,2
Bahan kimia kokas dari proses pembuatannya sangat mempengaruhi kualitas
(25)
1. Komposisi kimia dapat menunda pembentukan kokas khususnya senyawa
aromatis. Hal ini mempengaruhi kandungannya dan kondisi pembentukan
kokas dan juga mempengaruhi struktur dan karakteristik kokas mentah.
2. Kandungan kimia dan fisika yang terdapat dalam kokas yang berukuran kecil
dan titik uap dari kokas. ( Hulse,.2000)
2.6.2 Coal Tar Pitch
Coal tar pitch yang digunakan untuk pembuatan anoda dihasilkan dari destilasi
residu minyak bumi pada temperatur yang tinggi . Kualitas coal tar pitch terutama
sangat dipengaruhi oleh operasi tungku pembuat kokas seperti terhadap temperatur,
waktu pemasakan, pemanasan awal, ukuran dan kondisi fisik dari tungku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisika dan kimia pada coal tar pitch dapat
diringkaskan sebagai berikut :
1. Proses karbonisasi dari coal tar pitch khususnya komposisi tar tersebut
2. Metode destilasi tar, bertahap atau kontinue
3. Efisiensi destilasi ( destilasi coal tar pitch pada temperature yang rendah)
4. Penambahan perlakuan coal tar pitch seperti perlakuan panas, destilasi dengan
(26)
Tabel 2.5 Spesifikasi dari CTP (Coal Tar Picth) yang digunakan oleh PT
INALUM untuk menghasilkan anoda yang bagus.
No Parameter Unit Guaranted Value
1 Softening Oil oC 111-117
2 Fixed Carbon % - 60
3 Ask Content % + 0,30
4 Toluen Insoluble % - 36
5 Quiline Insoluble % 8-15
6 Chemical Analysis
Sodium Ppm + 180
Calcium Ppm + 80
Silicon Ppm + 400
Iron Ppm + 400
Adapun syarat-syarat penting pada coal tar pitch yang digunakan sebagai binder
adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan daya rekatnya (kesatuan ikatannya)
2. Sifat pembasahan yang sangat bagus
3. Cooking value yang tinggi akan menghasilkan struktur kokas yang kuat
sehingga menghasilkan anoda yang lebih kuat
(27)
5. Terjadinya penguapan yang baik pada saat anoda dipanggang. (Hulse.,2000)
Beberapa komponen yang terkandung didalam coal tar pitch, yaitu:
a. Quinoline insoluble (QI) atau α-resin
Kandungan QI dalam pitch tergantung dari sumber coal tar pitch, densitas
pemuatan coal tar pitch dalam oven, suhu oven dan siklus proses. Tanpa adanya
kandungan QI, pitch akan dengan cepat merembes kedalam pori-pori kokas (dalam
pembuatan anoda), yang akan mengurangi ketebalan efektif dari binder atau
melemahkan kekuatan elektroda dan akan memungkinkan terbentuknya banyak
pori antar ikatan kokas. Fungsi QI antara lain adalah:
1) Mempunyai pengaruh besar terhadap “coking proses” dari coal tar pitch
diantara partikel kokas dalam anoda karbon
2) Memperbesar kekuatan mekanik anoda
3) Menurunkan tahanan listrik anoda
4) Membantu pembentukan ikatan sesama kokas dalam struktur anoda
5) Menurunkan tegangan permukaan fraksi cairan.
b. β- Resin
Tidak banyak diketahui tentang peranan fraksi ini dalam pitch. Namun ada juga
peneliti yang menetapkan bahwa β- resin berfungsi sebagai pengikat (binder)
dalam pasta. Karena alasan ini telah pula ditetapkan bahwa konsentrasi paling
(28)
mempengaruhi secara nyata softening point dari pitch dan dalam proses
polimerisasi dan polikondensasi malah berubah menjadi fraksi α- resin.
Dari uraian ini jelas bahwa QI adalah fraksi yang paling berpengaruh dan
karenanya yang paling diperhatikan dalam penentuan spesifikasi pitch dalam
fungsinya sebagai binder dalam pembuatan anoda. Hal lain yang juga harus
diperhatikan dalam penentuan pitch yang hendak digunakan adalah :
1. Softening Point
Softetening point menentukan tingkat kekerasan dari pada pitch, dan lebih
disukai dengan harga tinggi sepanjang tidak mengganggu proses operasi. Hal
ini diperoleh dari pengamatan bahwa kenaikan softening point mempunyai
pengaruh sebagai berikut:
a. Daya hantar dan kekutan anoda akan semakin baik
b. Oksidasi selektif dan dusting di pot reduksi semakin berkurang
c. Menaikkan cooking value
2. Impurity
Kandungan senyawa inorganik seperti NI, V, Na, Ca diyakini sebagai
pembawa sifat yang tidak menguntungkan dalam pitch. Senyawa-senyawa ini
berfungsi sebagai katalisator terhadap RCO2, airburn, dan oksidasi selektif
dari anoda didalam tungku reduksi. Oleh karena itu sedapat mungkin harus
(29)
3. Cooking Value/ Fixed carbon
Cooking value diartikan sebagai perubahan dari pitch menjadi kokas. Pitch
dengan cooking value yang tinggi sangat diinginkan. Dengan adanya cooking
value yang tinggi akan diperoleh anoda yang lebih kuat, persoalan dusting
yang lebih kecil. ( Zainal.,1990 )
Sifat pitch yang sangat berpengaruh pada kualitas anoda adalah cooking value.
Cooking value pada coal tar pitch tersebut menunjukkan pengaruh pada apparent density anoda panggang (baked block). ( Hulse.,2000 )
2.6.3 Butt ( Puntung Anoda )
Didalam sel prebaked, anoda tidak mungkin untuk dikonsumsi secara
kesuluruhannya selama proses elektrolisa karena potensial metal akan terkontaminasi
akan menjadi masalah ditungku reduksi. Sisa dari anoda disebut “Butt”. Butt
direcycle untuk ditambahkan kedalam pembuatan anoda yang baru. Natrium bisa
timbul didalam kuantitas yang signifikan jika bath (Na3AlF6) tidak habis dibuang dari
recycle butt. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi terhadap anoda yang baru
dicetak. Tingkat kebersihan butt berpengaruh terhadap sifat fisika anoda termasuk
kekuatan mekanik ( mechanical strength), penyerapan udara ( air permeability ) dan
reaktivitas CO2. Sifat-sifat butt yang baik untuk digunakan pada proses pembuatan
anoda adalah sebagai berikut :
a. Butt yang keras
b. Kandungan sodium yang rendah
(30)
d. Reaktivitas O2 dan reaktivitas CO2 yang rendah
Butt yang lembut dihasilkan dari CO2 yang berlebihan dan udara panas (air
burning) terhadap siklus anoda yang terakhir. Hal ini sebenarnya dapat menimbulkan
masalah pada kualitas anoda atau terlalu banyak pemakaian anoda di tungku reduksi.
Kandungan Butt
Kandungan butt adalah sebuah komponen yang dihasilkan dari pembakaran
pitch yang mana digunakan sebagai pengisi porositas molekul dalam jumlah partikel
kokas yang besar. Pitch yang dibutuhkan sangat berbeda pada pemakaian butt.
Tingkat butt yang tinggi dalam menurunkan syarat pitch adanya recycle partikel butt
dalam anoda akan meningkatkan jumlah pemakaian pitch yang optimum.
Pengaruh pemakaian butt terhadap pemakaian coal tar pitch yang optimum
dapat dilihat pada gambar berikut:
- 1,6
- 1,2
- 0,8
- 0,4
0
0 10 20 30
Butt Fraction (%)
Gambar 2.1 Pengaruh pemakaian butt terhadap penambahan pitch
P it ch C ont ent A dj us tm ent ( %)
(31)
2.6.4. Green Scrap (Sekrap Mentah) dan Baked Scrap ( Sekrap Masak)
Selama proses pembuatan anoda, bahan sekrap dihasilkan dari proses start-up
(awal), pemberhentian operasi, variasi operasi dan yang reject ( green dan baked ) dari
pencetakan anoda. Hal ini disebut green scrap (sekrap mentah) atau baked skrap
( skrap masak) yang tidak jadi. Green dan baked scrap adalah recycle pasta dalam
pabrik pembuatan anoda. Green scrap dapat dihasilkan karena pemakaian pitch yang
berlebihan. Green scrap ini ditambahkan sebagai penambahan bahan pembuatan
anoda. Green scrap merupakan pasta yang belum layak dicetak.
2.7 Pengaruh Bahan Baku terhadap Kualitas Anoda
Untuk mendapatkan kualitas anoda yang baik, maka perlu dilakukan usaha dengan
penekanan pada bahan baku dan AD anoda tersebut.
2.7.1. Pengaruh Penggunaan Butt
Adanya butt didalam bahan pembuatan anoda mempunyai dampak langsung
pada densitas anoda dan sifat mekanik serta butt yang sebagai bahan pembuatan anoda
bentuknya lebih kasar.
Butt dapat diklasifikasikan oleh sifat kekerasannya yang mana
menggambarkan sifat fisiknya dan memberikan dampak reaktivitas udara pada anoda.
Ukuran kekerasan didasarkan pada kekuatan tekan dari butt. Pada umumnya butt yang
lembut mengakibatkan AD yang lebih rendah dan meningkatkan porositas pada
pembuatan anoda yang baru. Kemudian menyebabkan kekuatan mekanik yang rendah
dan permeabilitas udara yang tinggi. Butt yang lembut bersifat lebih reaktiv dan
(32)
recycle butt. Sifat butt yang keras lebih menyerupai sifat kokas. Butt yang keras
memiliki temperatur pembakaran yang tinggi dalam udara, reactivity udara dan
reactivity karbondioksida yang rendah dan memiliki persamaan sifat pada anoda
karbon. (Hulse.,2000)
2.7.2 Pengaruh Coal Tar Pitch
Bahan baku pitch juga berpengaruh terhadap kualitas anoda terutama untuk
mengurangi terjadinya selective burning yang disebabkan oleh reaktivitas pitch yang
lebih tinggi dari pada kokas. Dari literatur yang diperoleh bahwa pitch dengan titik
pelunakan (softening point) yang lebih tinggi akan mengakibatkan penurunan tahanan
listrik, peningkatan kekuatan tekan, penurunan permeabilitas udara dan peningkatan
modulus elastisitas dari anoda.
Peningkatan kemurnian pitch dan kokas, pengurangan porositas dari kokas,
dan titik pelunakan yang lebih tinggi dari pitch adalah karakteristik bahan baku yang
diinginkan untuk mendapatkan anoda dengan kualitas yang baik.
Misalkan untuk kasus AD rendah, ternyata pengurangan berat tidak dapat
menormalkan AD, maka penambahan pitch akan dilakukan. Sebaliknya bila AD tinggi,
ternyata penambahan pitch tidak berpengaruh, maka pengurangan pitch dilakukan
agar AD kembali normal. Tetapi sering penambahan pitch mengakibatkan overbinder
sehingga terjadi sticking. Sticking adalah kelengketan yang terjadi pada anoda
panggang karena jumlah pitch melampaui kondisi optimumnya. Sticking bisa terjadi
antara anoda dengan anoda dan antara anoda dengan kokas pelapisnya. Untuk
menghindari sticking karena overbinder perlu dicari perbandingan yang ideal antara
(33)
2.7.3 Pengaruh Kokas
Untuk mendapatkan kualitas yang baik terhadap anoda,karaktersitik dari kokas
sangat berkaitan terutama karakteristik porositas, struktur dan kemurnian dari kokas.
Bila porositas dari kokas berkurang, maka AD anoda dan konduktivitas panas dari
anoda akan meningkat dan juga penurunan tahanan listrik dari anoda. Struktur yang
baik akan mendukung untuk pencapaian AD yang baik. Kemurnian yang tinggi,
terutama pengurangan dari unsur-unsur yang berperan sebagai katalis terhadap
terjadinya reaksi CO2 dan O2 dengan karbon akan memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap kualitas anoda. Pengaruhnya terutama terhadap menurunnya konsumsi
anoda oleh CO2 dan O2. (Hume.,1999)
2.8 Konsumsi Anoda
Berbagai macam reaksi dalam sel memperbesar konsumsi anoda karbon dipot
reduksi. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah logam dan menambah kelebihan
konsumsi yang mana menjadi tidak ekonomis. Ada beberapa reaksi penyebab utama
konsumsi anoda yang berlebih:
a. Airburn
b. Penyerangan CO2 (carboxyattack)
c. Selective burning
(34)
1. Airburn
Airburn merupakan reaksi terhadap oksigen dengan anoda karbon pada
permukaan karbon yang terkena udara. Karbon dioksidasi oleh udara menghasilkan
CO2 pada temperature dengan range 300oC hingga 400oC. Reaksi ini berupa semburan
anoda bagian samping keudara dan bagian atas. Reaksi yang terjadi adalah
O2 + C CO2
Kotoran anoda dapat bereaksi sebagai katalis yang mempercepat reaksi airburn (nikel,
vanadium, dan natrium) atau sebagai penghambat ( sulpur menurunkan aktivitas
natrium sebagai katalis). Faktor utama yang mempengaruhi airburn adalah bahan baku
utama anoda, temperatur pemanggangan terakhir, design parameter sell, ukuran anoda
dalam sell dan penutup anoda atau dispray aluminium sebagai pelindung anoda.
2. Oksidasi CO2
Oksidasi CO2 adalah reaksi CO2 yang dihasilkan dari reaksi reduksi dengan
karbon untuk mengahsilkan carbon monoksida. Reaksi ini terjadi pada pori-pori anoda
dan diatas anoda karbon yang secara langsung berhadapan dengan larutan elektrolit
yang tersusun dari gas CO2 disekitar anoda. Reaksi ini dapat terjadi pada temperature
dibawah 800oC. Reaksinya adalah :
CO2 + C 2CO
Banayak kotoran yang mempengaruhi karbon dioksidasi adalah kalsium, natrium,
dan sulfur. Reaksi karbon dioksidasi dipengaruhi oleh bahan baku, formulasi anoda
mentah, temperatur pemanggangan anoda, permeabilitas anoda dan temperatur bath
(35)
3. Selective Burning ( Dusting)
Selective burning terjadi ketika sebuah reaktivitas yang tidak setimbang diantara
phasa kokas yang berbeda. Debu terjadi dari oksidasi dan menggunakan kerja
elektroda dan selective element disekitar anoda diatas larutan elektrolit. Tetapi
biasanya juga terjadi karena phasa binder yang menjadi penyebab utama.
4. Efisiensi arus
Penggunaan gas anoda dan pemakaian kerja yang berlebihan dipengaruhi oleh
reaksi :
2Al + 3CO2 → Al2O3 + 3CO
Aluminium dengan karbondioksida yang menyebabkan kehilangan arus.
2.9 Sifat dan Kualitas Anoda
Selain memperhatikan performansi anoda, kualitas anoda juga menjadi
perhatian untuk mendapatkan biaya produksi yang rendah tetapi tetap mencapai target.
Anoda dengan kualitas yang baik memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Ketahanan terhadap oksidasi untuk meminimasi konsumsi anoda yang
berlebih
2) Apparent density yang tinggi dan permeabilitas udara yang rendah penting
untuk konsumsi anoda, dusting dan siklus pergantian anoda
3) Kekuatan mekanik yang cukup
(36)
5) Kemurnian yang tinggi untuk menghindari pengotoran aluminium di
tungku reduksi dan konsumsi anoda yang berlebih
6) Ketahanan terhadap thermal shock untuk menghindari gangguan di tungku
Untuk memenuhi kriteria diatas, banyak hal yang harus diperhatikan.
Karakteristik bahan baku sangat berpengaruh pada kualitas anoda. Kualitas anoda
mentah diukur dengan melihat faktor-faktor antara lain:
1. Apparent Density Anoda mentah
Apparent density anoda mentah dihitung dengan membagi berat terhadap
volume anoda setelah pencetakan. Semakin tinggi apparent density anoda mentah
akan membuat kualitas anoda semakin baik.
2. Apparent density Anoda Panggang
Apparent density anoda panggang diukur dari berat anoda panggang dibagi
volume. Apparent density yang tinggi cenderung mengurangi permeabilitas udara
anoda dan dapat memperpanjang siklus pergantian anoda di tungku. Tetapi apparent
density yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan masalah thermal shock. Apparent density anoda panggang diatur dengan :
a) Menyeleksi bahan baku
b) Komposisi granulometri
c) Pitch yang optimal
(37)
3. Baking Loss
Baking loss merupakan indikasi kehilangan uap selama proses pemanggangan
blok anoda. Perubahan nilai ini dibawah kondisi konstan dapat menghasilkan
pengeringan pasta.
4. Penyusutan
Kerekatan dari anoda dapat terjadi pada nilai penyusutan yang tinggi. Nilai
negatif adalah sebuah indikasi bahwa pemuaian atau pengembangan yang terjadi.
5. Tahanan listrik
Tahanan listrik anoda karbon yang serendah mungkin adalah kondisi ideal
yang diinginkan. Kondisi itu akan mengurangi pemakaian energi yang terbuang sia-sia
di tungku. Tahanan ini sangat dipengaruhi oleh struktur kokas, apparent density anoda
dan distribusi pori-pori retak, cacat dan kerusakan lain sebagai akibat dari masalah
pengadonan atau pencetakan atau thermal shock selama pendinginan dan
pemanggangan.
6. Kekuatan tekan
Kekuatan anoda terutama tergantung pada kekuatan kokas, titik pelunakan
pitch dalam sejumlah pitch. Penting bagi anoda memiliki kekuatan mekanis yang
cukup agar tahan terhadap pemanggangan selama proses. Perlu kekuatan yang cukup
bagi butt agar dapat memisahkan pengotor darinya.
7. Fluxtural Strength
Fluxtural strength merupakan indikasi yang terjadi karena adanya keretakan
(38)
mengindikasikan masalah dalam kestabilan kokas, kondisi pembentukan atau
pemanasan tinggi selama pemanggangan. Sifat mekanik ini sangat penting selama
proses pembuatan anoda dan proses penangkaian blok anoda.
8. Elastisitas atau Young Modulus
Elastisitas adalah sebuah indikasi dari kekakuan anoda ( perbandingan antara
tegangan pada regangan). Ketidakelastisan sebuah blok anoda sangat penting pada
ketahanan arus listrik yang tinggi. Elastisitas ini dapat diukur menggunakan daya
tekan dinamik elastis.
9. Koefisien Pemuaian Panas
Koefisien pemuaian panas yang rendah lebih baik dari ketahanan arus yang tinggi
pada anoda. Hal ini mengurangi ketegangan dari gradient panas pada anoda.
10. Daya Retak
Pengukuran ketahanan untuk perambatan keretakan sangat penting pada
ketahanan arus yang tinggi.
11. Konduktivitas Panas
Konduktivitas panas merupakan pengukuran dari konduksi panas melalui
benda padat. Nilai konduktivitas panas yang rendah dapat mengakibatkan thermal
shock. Tetapi nilai yang tinggi dapat mengakibatkan masalah airburn. Konduktivitas
panas terutama dipengaruhi oleh temperatur pemanggangan.
12. Reaktivitas terhadap CO2 dan O2
Reaktivitas ini penting untuk mengurangi konsumsi anoda berlebih dalam
(39)
karbon disel elektrolisis. Hal ini dipengaruhi dengan kuat oleh adanya pengotor bahan
baku dan parameter pemanggangan seperti temperature dan lamanya penahan panas
( soaking time).
13. Thermal shock
Ketika dipasang dalam sel elektrolisis yang panas, gradient temperatur yang
besar terjadi dan menciptakan tegangan thermal dalam anoda dan menyebabkan retak
dari anoda. Retak pada anoda dapat mengakibatkan gangguan serius pada tungku.
Keretakan anoda bisa menganggu cara kerja di pot reduksi dan hal ini dipengaruhi
oleh :
a) Karakteristik bahan baku
b) Formulasi pembuatan anoda
c) Gradient pemanggangan anoda
d) Desain sel dan parameter operasi
14. Permeabilitas Udara
Permeabilitas udara adalah indeks dari kemudahan udara mengalir melalui
pori- pori dalam anoda. Permeabilitas anoda seharusnya diminimalkan untuk
membatasi berpindahannya gas ke permukaan anoda yang reaktif di dalam struktur
anoda. Meningkatkan apparent density anoda panggang umumnya mengurangi
permeabilitas udara. Perubahan komposisi dari binder dan jumlah matriks fine juga
dapat mengubah penyerapan. Formulasi fraksi fine ( partikel fraksi debu) biasanya
(40)
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1. Alat
1) Crusher (alat penghancur) Edwwag
2) Siever (alat pengayak) Kawasaki
3) Tube Mill (alat penghalus) Reid Hammer
4) Constant Fidder (timbangan) Citect
5) Pre-Heater (alat pemanasa) Furu Kawa
6) Ko- Kneader (alat pengadon) Buss
7) Scale Hopper (timbangan pasta) Auto Kumfu
8) Shaking Machine (alat pencetak) Auto Kumfu
9) Anoda Baking Crane (ABC) NKM
10) Tungku Pemanggangan
11) Pit Cover ( tutup tungku) Reid Hammer
(41)
13) Rod Assembly (Tangkai) Nisan
14) Anoda Transport Car (ATC) Nisan
3.1.2. Bahan
1)Kokas
2)Butt
3)Green Scrap
4)Coal Tar Pitch
5)Minyak berat
6)Minyak marlotherm
7)Bola keramik
8)Aluminium Cair (Molten)
3.2 Prosedur
3.2.1 Penghancuran Butt
1. Butt dari reduksi dibawa ke roding plant dengan Anoda Transport Car (ATC)
2. Butt dipecah sehingga terlepas dari rod-nya di Press (PR 401 dan PR 402)
3. Pecahan butt jatuh ke Belt Compeyor (BC 405) dan dipecah di Crusher (CR
402)
(42)
5. Butt yang berukuran diatas 80 mm di recycle di crusher (CR 402) dan butt
yang berukuran dibawah 80 mm dibawa ke Belt Convpeyor (BC 406) untuk
memisahkan logam-logam yang terdapat didalam butt melalui Magnet
Separator (MS 402)
6. Butt yang dihasilkan dialirkan ke Belt Conveyor (BC 407) untuk diisi ke silo
(S-403)
7. Butt yang berasal dari silo dialirkan melalui Belt Conveyor untuk dipecah di
Crusher (CR 202) kemudian diayak di Siever (SR 203) hingga diperoleh butt
dengan ukuran < 3 mm dan > 8 mm.
8. Butt dengan ukuran diatas 8 mm dipecah kembali dengan Crusher (CR-202)
kemudian diayak di Siever (SR-203)
9. Butt dengan ukuran 3-18 mm ditampung pada Bin (B-207) dan butt dengan ukuran < 3mm ditampung pada Bin (B-208)
10. Butt dicampur secara homogeny dengan jumlah perbandingan yang sama dan ditampung di Bin (B-205)
3.2.2 Pencairan Coal Tar Pitch
1. Coal tar pitch dibawa dengan menggunakan pay loader yang kemudian
diangkut dengan alat Skipt Hoist (SK-201 A/B) untuk dimasukkan kedalam
tangki (TK-204)
2. Lalu dicairkan dengan menggunakan minyak marlotherm yang ada didalam
tangki
(43)
3.2.3. Pembuatan Anoda Mentah atau Green Block (GB)
1. Kokas, butt, dan green scrap ditimbang dengan Constan Fidder lalu
dimasukkan kedalam pre-heater (PH-201)
2. Kemudian dimasukkan kedalam Ko-Kneader (KN-201) bersamaan dengan
dimasukkannya coal tar pitch yang telah mencair untuk diadon
3. Adonan tersebut dimasukkan kembali kedalam Ko-Kneader (KN-202) untuk
pengadonan yang lebih sempurna
4. Adonan yang telah jadi pasta ditimbang dengan Scale Hopper dan dimasukkan
kedalam Shaking Machine untuk dicetak
5. Setelah dicetak anoda dibawa dengan Conveying Machine sambil didinginkan
dengan disiram air
6. Lalu anoda dibawa kegudang dengan menggunakan Belt Conveyor untuk disimpan dan didinginkan secara alami selama ± 8 jam
3.2.4 Pemanggangan Anoda Mentah atau Green Block (GB)
1. Sebelum green block (GB) dipanggang terlebih dahulu dilakukan persiapan
tungku yaitu memeriksa tungku dari kebocoran
2. Apabila ada tungku yang bocor maka tungku tersebut ditutup dengan memakai
fine flex
3. Sebelum dimasukkan anoda terlebih dahulu dasar tungku dilakukan pengisian
packing coke dengan tebal ± 100 mm
4. Anoda dimasukkan kedalamnya selapis demi selapis hingga lapisan terakhir
(44)
5. Kemudian diisi packing coke diatas permukaan anoda dan ceramic ball ± tebal
100 mm
6. Setelah itu tungku ditutup dengan pit cover
7. Anoda dipanggang, pemanggangan dilakukan tergantung pada fire progression
yang dipakai
8. Baked block didinginkan, kemudian dihisap ceramic ball dan kokas dengan
menggunakan alat Anode Baking Crane (ABC) dan diangkat anoda selapis
demi selapis hingga lapisan terakhir dengan masing-masing selang waktu 8
jam
9. Anoda dibawa ke gudang penyimpanan untuk disimpan dan didinginkan
kembali
3.2.5. Penangkaian Anoda ( Rodding )
1. Baked Block (BB) dibawa ke pabrik penangkaian dengan menggunakan Belt
conveyor
2. Lubang baked block (BB) dipanasi terlebih dahulu pada temperature 80 ºC dan
pada dinding BB dan pada bagian dasar 200 ºC agar tidak terjadi kejutan panas
yang dapat menimbulkan percikan api
3. Kemudian dibawa ke casting untuk menyambung antara BB dan tangkai
4. Setelah BB dan tangkai tersambung dimasukkan, anode assembly dibawa
(45)
5. Kemudian anode assembly dibawa ke SRD ( Smelter Reduction) untuk dipakai
dalam proses elektrolisa dengan menggunakan alat Anode Transport Car
(ATC)
3.2.6. Penentuan Nilai RCO2
1. Core block anoda panggang hasil boring dipotong dengan menggunakan
Diamond Wheel saw dengan ukuran diameter 50 ± 0,4 mm dan panjang 60 ±
0,1 mm dan ditimbang core dengan neraca digital sebagai Wo
2. Core block dicuci sampai bersih, lalu dipanaskan dengan menggunkan drying
oven pada temperature 120 ºC selama 12 jam
3. Sampel didinginkan di dalam desicator sampai mencapai suhu kamar dan
ditimbang dengan neraca digital sebagai W1
4. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan kedalam sample holder yang ada
didalam alat RDC-146 dan dipanaskan sampai temperature 960 ºC.
5. Gas CO2 dialirkan ke dalam tungku dengan laju 200NL/jam selam 7 jam
6. Sampel didinginkan selama 2 jam hingga mencapai suhu kamar
7. Dilakukan proses thumbling ( pemisahan anoda dari debu karbon)
8. Core yang bersih dari debu ditimbang dengan neraca digital sebagai W2
9. Dicatat data yang diperoleh
10. Dihitung nilai Reactivity Residu (RR) CO2
(46)
3.2.7. Penentuan Nilai RO2
1. Core block anoda panggang hasil boring dipotong dengan menggunakan
Diamond Wheel saw dengan ukuran diameter 50 ± 0,4 mm dan panjang 60 ±
0,1 mm dan ditimbang core dengan neraca digital sebagai Wo
2. Core block dicuci sampai bersih, lalu dipanaskan dengan menggunkan drying
oven pada temperature 120 ºC selama 12 jam
3. Sampel didinginkan di dalam desicator sampai mencapai suhu kamar dan
ditimbang dengan neraca digital sebagai W1
4. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan kedalam sample holder yang ada
didalam alat RDC-146 dan dipanaskan sampai temperature 960 ºC.
5. Gas CO2 dialirkan ke dalam tungku dengan laju 200NL/jam selam 7 jam
6. Sampel didinginkan selama 2 jam hingga mencapai suhu kamar
7. Dilakukan proses thumbling ( pemisahan anoda dari debu karbon)
8. Core yang bersih dari debu ditimbang dengan neraca digital sebagai W2
9. Dicatat data yang diperoleh
10. Dihitung nilai Reactivity Residu (RR) CO2
(47)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Anoda karbon yang digunakan harus berkualitas bagus. Parameter kualitas anoda dapat diukur dari sifat-sifat blok anoda tersebut.
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran sifat-sifat Green Block dan Baked Block
Hal Satuan Tanggal/oktober Standart
16 17 18 22 23 24
M a te ri al No. Pengapalan
Kokas I M-08 M-08 M-08 M-08 M-08 M-08
Kokas II G-22 G-22 G-22 G-22 G-22 G-22
Kokas III EXPC EXPC EXPC EXPC EXPC EXPC
Rasio Pencampuran
Kokas I % 60 60 60 60 60 60
Kokas II % 40 40 40 40 40 40
No. Pengapalan Pitch
Pitch I H-04 H-04 H-04 H-04 H-04 H-04
Pitch II
Rasio pencampuran Pitch
(I) % 100 100 100 100 100 100
Puntung(Butts) % 28 28 28 25 25 25 28%
Binder (Aktual) % 14,78 15,01 14,75 14,78 14,59 14,57 15%
S ifa t a noda No. Lot MGH X 14.8.19 50 15.1.22 51 14.8.28 50 14.8.34 50 14.6.39 01 14.6.40 49
BB AD Core g/cc 1.577 1.597 1.59 1.619 1.578 1.539 1.565 min
ER µΩm 55.1 57.6 54.4 55.9 57 61.1 58 maks
FS kg/cm2 137 118.9 140 140.7 147.1 122.9 110 min
CS kg/cm2 440.6 551.3 534 338.9 522.2 385.1
370 min - 580 maks
YM Gpa 4.26 4.61 10.9 2.97 5.68 4.5 8.0 maks
RRCO2 % 94.47 92,85 94.1 93.55 93.56 88,48 90 min
RRO2 % 90.86 88,6 92.4 91.17 88.46 89.23 70 min
(48)
Keterangan :
ER: tahanan listrik RRCO2 : reaktivitas anoda terhadap gas CO2
FS: fluxtural strength RRO2 : reaktivitas anoda terhadap gas O2
CS: kekuatan tekan YM: young modulus
4.2 Pembahasan
Dari data pengamatan diatas terdapat beberapa data yang tidak memenuhi standart
parameter kualitas anoda dari standart PT INALUM. Parameter kualitas anoda
yang dipengaruhi oleh pemakaian butt terhadap penambahan Coal Tar Pitch
adalah:
1. Apparent Density ( Kerapatan Anoda )
Berdasarkan data pengamatan diatas pada tanggal 24 Oktober 2009 dengan
No. Lot 14.6.4049 kualitas anoda terhadap AD belum memenuhi standart PT
INALUM yaitu 1.539. Nilai ini merupakan dibawah standart. Sedangkan
standart PT INALUM densitas tersebut bernilai 1.56 minimum. Hal ini
disebabkan oleh faktor komposisi granulometri ( perbandingan jumlah kokas)
dan juga Coal Tar pitch. Dalam komposisi granulometri diperlukan ketepatan
perbandingan antara kokas kasar I, kokas kasar II, medium, dan Fine. Jika
perbandingan kokas tidak tepat maka akan menyebabkan pori-pori anoda
menjadi tidak rapat. Sehingga membutuhkan CTP yang banyak. Tetapi dalam
hal ini CTP yang digunakan dibawah standart yaitu 14,57 %. Komposisi
granulometri ini mempengaruhi jika terlalu banyak kokas kasar I
dibandingkan dengan fine maka akan memberikan celah pada anoda.
(49)
Densitas merupakan penentu umur anoda ditungku reduksi. Semakin tinggi
nilai AD maka semakin rapat ukuran partikel didalam anoda sehingga
memperpanjang umur anoda. Sebaliknya semakin rendah nilai AD maka nilai
kemampuan alir udara dalam anoda semakin besar sehingga menimbulkan
celah pada anoda tersebut dan mudah teroksidasi oleh udara. Akibatnya
banyak terjadi debu pada tungku reduksi yang menyebabkan panas tidak
keluar sehingga terjadi temperatur yang tinggi. Selain itu nilai densitas yang
rendah menyebabkan anoda mudah rontok/banyaknya anoda yang jatuh
kedalam tungku yang akan mempengaruhi kualitas anoda. Banyaknya anoda
yang jatuh menyebabkan terjadinya pergantian anoda sebelum waktunya dan
apabila tidak dilakukan pergantian maka elektrolit akan menyentuh stub yang
menyebabkan timbulnya korosi pada stub anoda sehingga kadar Fe akan
meningkat dalam aluminium yang dihasilkan dan mutu dari aluminium
tersebut akan menurun.
2. Reaktivitas terhadap CO2 (RRCO2)
Berdasarkan data pegamatan nilai reaktivitas terhadap CO2 masih ada
yang tidak memenuhi standar yaitu pada tanggal 24 oktober sebesar 88,48.
Nilai ini masih dibawah standart PT INALUM yaitu 90 min. Reaktivitas
terahadap CO2 adalah parameter yang menyatakan seberapa banyak anoda
karbon yang hilang karena bereaksi dengan gas CO2. Reaktivitas terhadap CO2
yang rendah disebabkan karena penggunaan CTP yang tidak sesuai standart
dan juga karena butt yang kembali dari pabrik reduksi masih mengandung butt
dust. Butt yang masih mengandung butt dust tidak bagus terhadap kualitas
(50)
anoda tidak tahan terhadap gas CO2 yang akan menyebabkan anoda terkikis
dan jatuh kebawah. Sehingga akan meningkatkan konsumsi anoda.
Apabila nilai RRCO2 tidak memenuhi standart maka akan
mengakibatkan terjadinya debu karbon. Jika terjadi debu karbon maka akan
meningkatkan temperature tinggi karena kelebihan panas pada tungku akan
terhambat keluar.
3. Reaktivitas terhadap O2 (RRO2)
Berdasarkan data hasil pengukuran kualitas anoda, nilai reaktivitas
terhadap O2 sudah memenuhi standart ketetapan PT INALUM yaitu 70% min.
Reaktivitas terhadap O2 merupakan pengamatan yang menyatakan seberapa
banyak anoda karbon yang hilang karena bereaksi dengan gas O2. Nilai
rekativitas O2 yang rendah disebabkan karena nilai AD yang rendah ( karena
penambahan CTP yang tidak optimal ). Jadi, jika nilai AD rendah maka nilai
RO2 juga rendah sehingga menyebabkan anoda karbon mudah teroksidasi
dengan udara yang akan menimbulkan debu karbon dipermukaan elektrolit
yang menghambat panas untuk keluar dari pot reduksi sehingga temperatur
tinggi.
(51)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari analisa kerja praktik dan pengamatan beserta pembahasan – pembahasan
yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh coal tar pitch terhadap kualitas anoda adalah meningkatkan nilai
apparent density sehingga dapat memperpanjang usia anoda di tungku reduksi
dan meningkatkan RRCO2 dan RRO2 anoda.
2. Pengaruh pemakaian butt terhadap penambahan CTP adalah meningkatkan
terjadinya debu di tungku reduksi. Pemakaian butt yang banyak maka CTP
yang digunakan akan bertambah karena butt yang kembali dari tungku reduksi
masih mengandung butt dust yang mempengaruhi reaktivitas anoda terhadap
gas CO2 sehingga memperpendek umur anoda di tungku reduksi dan mutu
aluminium akan turun.
5.2Saran
1. Untuk meningkatkan kualitas anoda yang baik perlu diperhatikan bahan
bakunya, proses pengadonan serta proses pemanggangan
2. Untuk mengurangi pemakaian anoda tidak hanya dilakukan dengan
penambahan CTP tetapi dapat digunakan metode lain yang lebih baik
(52)
DAFTAR PUSTAKA
Grjotheim,K. 1988. Aluminium Smelter Technology. 2nd Edition. Germany :
Aluminium-verlag
Hulse,K.L. 2000. Anode Manufacture. Switzerland : R & D Carbon Ltd
Hume. 1999. Anode Reactivity, Influence of Material Properties. Switzerland : R&D Carbon Ltd
Oxtoby,D.W. 2003. Prinsip – Prinsip Kimia Modern. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
PT INALUM. 2003. Manual Operasi Green Plant, Baking Plant and Rodding Plant. Seksi Karbon
PT INALUM. 2009. Modul Pelatihan OJT(On The Job Training) Reduksi.Kuala Tanjung : Seksi Reduksi
Theodore,L. 2000. Chemistry The Central Science. Eighth Edition. New York : Prentice-Hall
Zainal,S. 1990. Pitch, Sifat dan Pengaruhnya dalam Pembuatan Blok Anoda. Kuala Tanjung : Seksi Karbon
(1)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Anoda karbon yang digunakan harus berkualitas bagus. Parameter kualitas anoda dapat diukur dari sifat-sifat blok anoda tersebut.
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran sifat-sifat Green Block dan Baked Block
Hal Satuan Tanggal/oktober Standart
16 17 18 22 23 24
M a te ri al No. Pengapalan
Kokas I M-08 M-08 M-08 M-08 M-08 M-08 Kokas II G-22 G-22 G-22 G-22 G-22 G-22 Kokas III EXPC EXPC EXPC EXPC EXPC EXPC Rasio
Pencampuran
Kokas I % 60 60 60 60 60 60
Kokas II % 40 40 40 40 40 40
No. Pengapalan Pitch
Pitch I H-04 H-04 H-04 H-04 H-04 H-04
Pitch II
Rasio pencampuran Pitch
(I) % 100 100 100 100 100 100
Puntung(Butts) % 28 28 28 25 25 25 28%
Binder (Aktual) % 14,78 15,01 14,75 14,78 14,59 14,57 15%
S ifa t a noda No. Lot MGH X 14.8.19 50 15.1.22 51 14.8.28 50 14.8.34 50 14.6.39 01 14.6.40 49
BB AD Core g/cc 1.577 1.597 1.59 1.619 1.578 1.539 1.565 min
ER µΩm 55.1 57.6 54.4 55.9 57 61.1 58 maks
FS kg/cm2 137 118.9 140 140.7 147.1 122.9 110 min CS kg/cm2 440.6 551.3 534 338.9 522.2 385.1
370 min - 580 maks
YM Gpa 4.26 4.61 10.9 2.97 5.68 4.5 8.0 maks
RRCO2 % 94.47 92,85 94.1 93.55 93.56 88,48 90 min
RRO2 % 90.86 88,6 92.4 91.17 88.46 89.23 70 min
(2)
Keterangan :
ER: tahanan listrik RRCO2 : reaktivitas anoda terhadap gas CO2 FS: fluxtural strength RRO2 : reaktivitas anoda terhadap gas O2 CS: kekuatan tekan YM: young modulus
4.2 Pembahasan
Dari data pengamatan diatas terdapat beberapa data yang tidak memenuhi standart parameter kualitas anoda dari standart PT INALUM. Parameter kualitas anoda yang dipengaruhi oleh pemakaian butt terhadap penambahan Coal Tar Pitch adalah:
1. Apparent Density ( Kerapatan Anoda )
Berdasarkan data pengamatan diatas pada tanggal 24 Oktober 2009 dengan No. Lot 14.6.4049 kualitas anoda terhadap AD belum memenuhi standart PT INALUM yaitu 1.539. Nilai ini merupakan dibawah standart. Sedangkan standart PT INALUM densitas tersebut bernilai 1.56 minimum. Hal ini disebabkan oleh faktor komposisi granulometri ( perbandingan jumlah kokas) dan juga Coal Tar pitch. Dalam komposisi granulometri diperlukan ketepatan perbandingan antara kokas kasar I, kokas kasar II, medium, dan Fine. Jika perbandingan kokas tidak tepat maka akan menyebabkan pori-pori anoda menjadi tidak rapat. Sehingga membutuhkan CTP yang banyak. Tetapi dalam hal ini CTP yang digunakan dibawah standart yaitu 14,57 %. Komposisi granulometri ini mempengaruhi jika terlalu banyak kokas kasar I dibandingkan dengan fine maka akan memberikan celah pada anoda. Sebaliknya jika fine terlalu banyak maka dibutuhkan CTP yang banyak pula.
(3)
Densitas merupakan penentu umur anoda ditungku reduksi. Semakin tinggi nilai AD maka semakin rapat ukuran partikel didalam anoda sehingga memperpanjang umur anoda. Sebaliknya semakin rendah nilai AD maka nilai kemampuan alir udara dalam anoda semakin besar sehingga menimbulkan celah pada anoda tersebut dan mudah teroksidasi oleh udara. Akibatnya banyak terjadi debu pada tungku reduksi yang menyebabkan panas tidak keluar sehingga terjadi temperatur yang tinggi. Selain itu nilai densitas yang rendah menyebabkan anoda mudah rontok/banyaknya anoda yang jatuh kedalam tungku yang akan mempengaruhi kualitas anoda. Banyaknya anoda yang jatuh menyebabkan terjadinya pergantian anoda sebelum waktunya dan apabila tidak dilakukan pergantian maka elektrolit akan menyentuh stub yang menyebabkan timbulnya korosi pada stub anoda sehingga kadar Fe akan meningkat dalam aluminium yang dihasilkan dan mutu dari aluminium tersebut akan menurun.
2. Reaktivitas terhadap CO2 (RRCO2)
Berdasarkan data pegamatan nilai reaktivitas terhadap CO2 masih ada yang tidak memenuhi standar yaitu pada tanggal 24 oktober sebesar 88,48. Nilai ini masih dibawah standart PT INALUM yaitu 90 min. Reaktivitas terahadap CO2 adalah parameter yang menyatakan seberapa banyak anoda karbon yang hilang karena bereaksi dengan gas CO2. Reaktivitas terhadap CO2 yang rendah disebabkan karena penggunaan CTP yang tidak sesuai standart dan juga karena butt yang kembali dari pabrik reduksi masih mengandung butt
dust. Butt yang masih mengandung butt dust tidak bagus terhadap kualitas
(4)
anoda tidak tahan terhadap gas CO2 yang akan menyebabkan anoda terkikis dan jatuh kebawah. Sehingga akan meningkatkan konsumsi anoda.
Apabila nilai RRCO2 tidak memenuhi standart maka akan mengakibatkan terjadinya debu karbon. Jika terjadi debu karbon maka akan meningkatkan temperature tinggi karena kelebihan panas pada tungku akan terhambat keluar.
3. Reaktivitas terhadap O2 (RRO2)
Berdasarkan data hasil pengukuran kualitas anoda, nilai reaktivitas terhadap O2 sudah memenuhi standart ketetapan PT INALUM yaitu 70% min. Reaktivitas terhadap O2 merupakan pengamatan yang menyatakan seberapa banyak anoda karbon yang hilang karena bereaksi dengan gas O2. Nilai rekativitas O2 yang rendah disebabkan karena nilai AD yang rendah ( karena penambahan CTP yang tidak optimal ). Jadi, jika nilai AD rendah maka nilai RO2 juga rendah sehingga menyebabkan anoda karbon mudah teroksidasi dengan udara yang akan menimbulkan debu karbon dipermukaan elektrolit yang menghambat panas untuk keluar dari pot reduksi sehingga temperatur tinggi.
(5)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari analisa kerja praktik dan pengamatan beserta pembahasan – pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh coal tar pitch terhadap kualitas anoda adalah meningkatkan nilai apparent density sehingga dapat memperpanjang usia anoda di tungku reduksi dan meningkatkan RRCO2 dan RRO2 anoda.
2. Pengaruh pemakaian butt terhadap penambahan CTP adalah meningkatkan terjadinya debu di tungku reduksi. Pemakaian butt yang banyak maka CTP yang digunakan akan bertambah karena butt yang kembali dari tungku reduksi masih mengandung butt dust yang mempengaruhi reaktivitas anoda terhadap gas CO2 sehingga memperpendek umur anoda di tungku reduksi dan mutu aluminium akan turun.
5.2Saran
1. Untuk meningkatkan kualitas anoda yang baik perlu diperhatikan bahan bakunya, proses pengadonan serta proses pemanggangan
2. Untuk mengurangi pemakaian anoda tidak hanya dilakukan dengan penambahan CTP tetapi dapat digunakan metode lain yang lebih baik seperti pengurangan butt dust pada butt yang dihasilkan ditungku reduksi
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Grjotheim,K. 1988. Aluminium Smelter Technology. 2nd Edition. Germany : Aluminium-verlag
Hulse,K.L. 2000. Anode Manufacture. Switzerland : R & D Carbon Ltd
Hume. 1999. Anode Reactivity, Influence of Material Properties. Switzerland : R&D Carbon Ltd
Oxtoby,D.W. 2003. Prinsip – Prinsip Kimia Modern. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
PT INALUM. 2003. Manual Operasi Green Plant, Baking Plant and Rodding Plant. Seksi Karbon
PT INALUM. 2009. Modul Pelatihan OJT(On The Job Training) Reduksi.Kuala Tanjung : Seksi Reduksi
Theodore,L. 2000. Chemistry The Central Science. Eighth Edition. New York : Prentice-Hall
Zainal,S. 1990. Pitch, Sifat dan Pengaruhnya dalam Pembuatan Blok Anoda. Kuala Tanjung : Seksi Karbon