Sinta Dewi, 2014 Peran New Zealand Dalam Pakta Anzus Australia, New Zealand, United States Tahun 1951-
1985 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3.2.2.1 Kritik Eksternal
Kritik eksternal adalah kritik luar untuk menilai otentisitas sumber sejarah. Menurut Sjamsuddin 2007: 132 kritik eksternal adalah cara melakukan
verifikasi atau pengujian terhadap aspek “luar” dari sumber sejarah. Kritik eksternal dilakukan untuk menilai terlebih dahulu kelayakan sumber-sumber
sejarah yang dijadikan bahan penunjang dalam penelitian skripsi ini dari aspek luarnya sebelum melihat isi dari sumber tersebut. Menurut Sjamsuddin 2007:
134; Kritik eksternal harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian
itu benar-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini
authenticity,
kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan
uncorrupted,
tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-penghilangan yang substansial
integrity.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini, peneliti mengalami kesulitan dalam mencari sumber primer. Sumber primer yang berkaitan dengan
permasalahan peneliti ini sulit untuk didapatkan. Sebagian besar sumber-sumber yang diperoleh peneliti adalah sumber sekunder seperti buku-buku sehingga
peneliti tidak melakukan kritik eksternal.
3.2.2.2. Kritik Internal
Kritik internal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian dari dalam yaitu berdasarkan isinya. Menurut Sjamsuddin 2007: 143 mengungkapkan
bahwa kritik internal ialah lebih menekankan pada aspek “dalam” yaitu isi dari sumber, kesaksian testimoni. Senada dengan pendapat Sjamsuddin, menurut
Ismaun 2005: 50 kritik internal adalah; Menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan
pembuatnya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan
kesaksian-kesaksian sumber lain.
Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan kaji banding terhadap isi buku
New Zealand and The Pacific
yang ditulis oleh Henderson dan buku
Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir: Pengertian, Sejarah dan P erkembangannya
Sinta Dewi, 2014 Peran New Zealand Dalam Pakta Anzus Australia, New Zealand, United States Tahun 1951-
1985 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
yang ditulis oleh Dian Wirengjurit. Dalam bukunya Roderic Alley, peneliti menemukan bahwa dalam menentukan kebijakan politik luar negeri New Zealand
seringkali berbeda pandangan. Hal ini disebabkan karena ada dua partai besar di New Zealand yang berkuasa yaitu Partai Nasional dan Partai Buruh. Partai Buruh
lebih condong menerapkan kebijakan anti nuklir, akan tetapi pandangan dari Partai Nasional berbeda. Seperti yang dikatakan oleh Perdana Menteri Robert
Muldoon yang terpilih tahun 1975 yang berasal dari Partai Nasional, menyatakan bahwa “larangan kunjungan kapal bertenaga nuklir seperti halnya usulan zona
bebas senjata nuklir tidak sesuai dengan keanggotaan New Zealand dengan aliansi ANZUS” Henderson, 1984: 98.
Sedangkan dalam bukunya Dian Wirengjurit peneliti menemukan bahwa setelah masa pemerintahan Partai Nasional yang dipimpin oleh Robert Muldoon
berakhir, maka masa baru Partai Buruh pun berkembang. Partai Buruh berhasil memenangkan Pemilihan Umum tahun 1984 yang dipimpin oleh David Lange.
Kebijakan anti nuklir yang diterapkan oleh Perdana Menteri yang berasal dari Partai Buruh yang telah lama mengalami proses naik turun akhirnya dipertegas
pada masa pemerintahan David Lange. David Lange mengerluarkan kebijakan yang melarang segala jenis senjata nuklir baik dari darat, laut dan udara ke
wilayah teritorialnya. Kebijakan tersebut menimbulkan adanya ketegangan antara New Zealand dengan Amerika Serikat yang pada saat itu pemerintahan Ronald
Reagan meminta izin untuk mengirim kapal destroyer USS Buchanan untuk berlabuh di Selandia Baru dalam rangka latihan tahunan Pakta ANZUS. Menurut
Wirengjurit 2002: 73 menyatakan bahwa; Selandia Baru semakin tegas dengan sikap dan kebijakan anti nuklirnya
dan pada bulan juni 1987 mengeluarkan undang-undang “the New
Zealand Nuclear Free Zone, disarmament and arms control act”. Di bawah undang-undang ini seluruh wilayah Selandia Baru dinyatakan
sebagai bebas nuklir, warga negaranya tidak diperbolehkan membuat, mendapatkan, menempatkan atau memiliki kontrol atas senjata nuklir.
Setelah melakukan kaji banding terhadap kedua buku tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pada dasarnya kedua buku itu adalah sama yaitu kebijakan
anti nuklir yang diterapkan oleh pemerintahan New Zealand pada dasarnya lebih
Sinta Dewi, 2014 Peran New Zealand Dalam Pakta Anzus Australia, New Zealand, United States Tahun 1951-
1985 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
condong diterapkan oleh pemerintah yang berasal dari Partai Buruh. New Zealand menginginkan wilayah kawasannya terbebas dari persenjataan nuklir. Walaupun
kebijakan tersebut membuat adanya gesekan politik antara New Zealand dengan Amerika Serikat, pemerintah New Zealand tetap bersikukuh dengan keputusannya
dalam mengambil kebijakan anti nuklir di kawasan New Zealand yang pada akhirnya membuat New Zealand keluar dari Pakta ANZUS.
3.2.3 Penafsiran Sumber Interpretasi