Studi Pola Pengasuhan Anak, Status Gizi dan Perkembangan Anak Badut di Desa Cibatok 2, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

RINGKASAN
ELlN MEYLINA. Studi Pola Pengasuhan Anak, Status Gizi dan Perkembangan Anak Baduta di ~ e s a - C i b a t o k2, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor. (Di bawah bimbingan Ali Khomsan dan Melly Latifah).
Tujuan dari penelitian ini adalah rnengetahui pola asuh rnakan dan lingkungan anak baduta, rnengetahui status gizi dan perkernbangan anak baduta, rnengetahui hubungan antara sosial ekonorni keluarga dengan pola asuh
rnakan dan lingkungan anak baduta, rnengetahui hubungan antara pola asuh
rnakan dengan status gizi anak baduta dan rnernpelajari hubungan status gizi
dan pola asuh lingkungan anak dengan perkernbangan anak baduta.
Penelitian ini dilakukan di Desa Cibatok 2, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor, pada bulan November 1998, yang rnerupakan salah satu
desa penelitian Tim "Studi lntervensi Makanan Pendarnping AS1 dan Stirnulasi Psikososial pada Anak Usia Bawah Dua Tahun". Adapun pertirnbangan
tirn peneliti rnernilih Desa Cibatok 2 adalah : rnudah dijangkau dan mudah
untuk dilakukan monitoring karena penelitian ini dilaksanakan secara intensif.
Data yang dikurnpulkan adalah data sekunder dari Tim peneliti "Studi Intervensi Makanan Pendarnping AS1 dan Stimulasi Psikososial pada Anak
Usia Bawah Dua Tahun". Data-data tersebut diperoleh dengan wawancara
rnelalui kuesioner, pengarnatan dan pengukuran. Data yang terkurnpul ditabulasi dan dianalisis secara deskripcf dan statistik (uji korelasi Pearson).
Hasil penelitian ini rnenunjukkan sebagian besar kepala keluarga dan
istri berpendidikan sekolah dasar, yaitu masing-masing sebanyak 55,6% dan
76,7%. Hanya 3,796 kepala keluarga yang rnengenyarn pendidikan hingga
perguruan tinggi. Sebagian besar kepala keluarga anak baduta (25,9%)
bekerja sebagai pedagang. Selain itu ada beberapa kepala keluarga yang
bekerja se-bagai sopir (22,2%) dan pegawai negeri sipil (14,8%). Sebanyak

43,3% pen-dapatan keluarga di Desa Cibatok 2 rnasuk kategori rendah, yaitu
kw rang-dari-Rp-300:0OO;OOIbulan~Sedanngkaann46:7%-b~dpad~ting~f
pendapatan sedang, selebihnya (10%) berada pada tingkat pendapatan
tinggi.
Pola pengasuhan anak baduta dikelornpokkan rnenjadi kategori baik,
sedang dan kurang. Begitu pula status gizi anak baduta dikategorikan dalam
baik, sedang dan kurang. Adapun perkernbangan anak yang terdiri dari
perkernbangan rnotorik dan mental, masing-masing dikategorikan menjadi 4
kategori, yaitu cepat, normal, larnbat dan sangat larnbat.
Pola asuh rnakan anak baduta yang rnencakup pola pernberian ASI,
pola pernberian rnakanan pendamping dan pola pemberian rnakanan dewasa
di Desa Cibatok 2 rnenunjukkan 3,3% tergolong kategori baik, 53,3% sedang
dan 43,3% kurang. Adapun pola asuh lingkungan yang diterapkan keluarga
kepada anak baduta sebagian besar (80,0%) berada pada kategori kurang.

Hasii pengukuran status gizi dengan indeks BBIU rnenunjukkan
sebanyak 53,3% tergolong baik dan berdasarkan indeks LWU sebanyak
66,7% tenasuk ka-tegori kurang serta 53,3% anak baduta berstatus gizi baik
berdasarkan BBIPB. Perkernbangan mental anak baduta berdasarkan
pengukuran Bayley Scale of infant Development rnenunjukkan 93,3% dalarn

kategfiri nomlal (Within normal limits) dan perkernbangan motorik anak
baduta seTotal 86,7% berkategori normal (Within normal limits).
Faktor pendapatan keluarga sebagai faktor penunjang pelaksanaan pola
pengasuhan anak, menurut uji korelasi Pearson, tidak berhubungan nyata dengan pola asuh rnakan (p>0,05) sedangkan hubungan antara pendapatan dengan pola asuh lingkungan rnenunjukkan hubungan yang nyata (p