Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Dan Status Gizi Anak Balita Di Desa Batunadua Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara

(1)

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA DAN STATUS

GIZI ANAK BALITA DI DESA BATUNADUA KECAMATAN

PANGARIBUAN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:

RINI E. SIMATUPANG 040902018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

MEDAN 2008


(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

NAMA : RINI E. SIMATUPANG

NIM : 040902018

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

JUDUL : KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA

DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BATUNADUA KECAMATAN PANGARIBUAN TAPANULI UTARA

MEDAN, JUNI 2008 PEMBIMBING

(Drs. Sudirman, MS.P) NIP. 131 996 174 KETUA DEPARTEMEN

(Drs. Matias Siagian, M. Si) NIP. 132 054 339

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Prof. DR.M Arif Nasution, MA) NIP. 131 757 010


(3)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK RINI E. SIMATUPANG

040902018

“Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Dan Status Gizi Anak Balita Di Desa Batunadua Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara”

Dewasa ini kebutuhan ekonomi masyarakat dan kebutuhan keluarga semakin meningkat, baik berupa kebutuhan jasmani maupun rohani. Dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, besar kecilnya pendapatan oarang tua mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga. Sosial ekonomi merupakan hal yang penting dalam kehidupan, dengan kondisi ekonomi yang maksimal maka akan mempengaruhi keadaan suatu keluarga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat atau meninjau dan mengungkapkan bagaimana kondisi ekonomi rumah tangga dan bagaimana status gizi anak balita yang ada di desa Batunadua Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisa dengan populasi sebanyak 100 KK dan sampel sebanyak 20 KK, pengambilan sampel ditetapkan dengan rumus Arikunto yang menyatakan jika populasi lebih dari 100 maka dapat diambil sampel 10-15 % atau 20-25 %,dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan 20%X100 KK =20 KK. Data diperoleh dengan menggunakan angket pada responden dan diolah dengan menggunakan tabel tunggal. Serta penelitian ini dilakukan terhadap ibu-ibu rumaha tangga yang memiliki anak balita yang berada di desa Batunadua.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi ekonomi rumah tangga di desa Batunadua masih rendah dimana mereka bekerja sebagai petani yang memeiliki lahan yang kurang disamping pengetahuan tentang teknologi yang canggih dalam segi pertaniaan masih minim sehingga pendapatan ataupun hasil yang mereka dapat sangat rendah atau bahkan tidak dapat memncukupi kebutuhan keluarga mereka, sedangkan mengenai status gizi anak balita di desa ini juga termasuk dalam kategori kurang gizi dimana dalam peningkatan gizi balita sosial ekonomi sangatlah berperan selain kesibukan orang tua dalam mencari nafkah sudah merupakan faktor utama penyebab kurang gizi yang dialami anak balita tersebut.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan segenap hati, sebab karena kasih dan karunian-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah : “Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Dan

Status Gizi Anak Balita Di Desa Batunadua Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, karena

penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, anatara lain kepada :

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, MSi, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang juga berperan dalam menggantikan dosen pembimbing penulis dalam membimbing dan telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Sudirman, MS.P, selaku dosen pembimbing, namun berhubung karena beliau sakit maka dialihkan kepada Bapak Drs. Matias Siagian, MSi. Doaku


(5)

4. Buat para seluruh staf dan pegawai yang berada di lingkungan civitas Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Bapak Manhot Gultom selaku kepala desa Batunadua yang telah banyak memberikan informasi dan data kepada penulis.

6. Kepada k, Sensia selaku bidan desa Batunadua yang setia memberikan data dan petunjuk tentang status gizi balita.

7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang kukasihi dan kubanggakan, Ayahanda yang sering kusebut sabagai Bapa U. Simatupang dan ibunda yang akrab kusebut sebagai Uma M. Gultom, yang telah mengasuh, membesarkan dan membina penulis dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta yang telah banyak memberikan semangat moril dan kasih sayang, materi dan juga doa sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Dang bermodal hon pangkat hamu Bapa/Uma lao mambahen au gabe seorang Sarjana alai holan bermodal hon Basan dohot Pakkur munai do mambahen au boi gabe Sarjana, perjuanganku dang sahat di son dope Bapa/Uma tetap tanggiakon hamu au da asa boi au dapaot karejo. Mauliate da Bapa/Uma buat perjuangan kalian terhadap aku.


(6)

teristimewa Adekku Marija semangat ya dekku masih panjang perjuangan kita terutama untuk kita bisa sama-sama buat orang Bapa/Uma bahagia key…!)

9. Buat ponakan-ponakanku yang sangat lucu dan pintar (Mandro, Andreas,) dengan kelucuan dan tawa kalian sudah membuat Bou bahagia dan semangat siapin skripsi Bou martanggiang hamu da asa hatop Bou karejo asa adong mengalean coki-coki di hamu nadua, unag takkang tu Opung da! cepat besar ya……. Buat Kael juga tante kangen bangat amamu doain tante ya biar cepat dapat kerja biar tante datang lagi ke Jakarta kayak kemaren main ama Kael dan jemput Kael pulang ke kampung, jangan nonton ja ya Kael entar lagi Kael kan mau sekolah 10.Buat sepupuku yang sangat kukasihi dan sangat menyayangi aku (K’ Helen, Liot,

Indo dan adekku Iis), makasi ya Dek Iis buat bantuannya ngetik dan nemani kakak tidur…….! Cepat dapat kerja ya dekku.

11.Buat my Uncle Arion Gultom, SPd dan Miduk Gultom, SPd makasih ya Uncle kalau bukan kalian yang memberi penjelasan sama orang Bapa/Mama mungkin aku gak akan kuliah, orang Uncle juga sudah banyak bantu aku baik dari segi materi ataupun semangat makasih ya tulang, doakan kalian aku biar cepat dapat kerja dan tidak lupa diri biar aku bisa membalas segala kebaikan orang tulang.


(7)

12.Buat Opungku yang kusebut sebagai dewi-dewi (Op. Tonggina, Op. Linggom, Op. Mian), mauliate ate Op akka poda na di dokmuna I tu au, tanggiakon hamu au ate op asa dapot karejo.

13.Teristimewa buat kekasihku Harry Sihombing, SS yang telah hadir dalam kehidupan penulis dan juga terimakasih atas kesetiaannya dalam mendengarkan keluh kesahku serta atas semangat yang diberikan baik secara dukungan dan juga materinya, makasi yah sayang….!

14.Buat teman-temanku seperjuangan selama menyelesaikan skripsi ini (Tatiah yang sering disebut sebagai anak tuan takur thanks ya da sering ngajarin aku dan serimg memberi masukan juga dengarin curhatku, Deswita Pakpahan yang menjadi seorang Miss kring-kring kalau dalam situasi formal matiin Hpnya Wit…..! dan Lusi makasi buat kerja samanya dan juga doanya.

15.Buat eda-edaku di Kessos (Friska, semangat ya eda cepat nyusul key, Ivanna ,.Juniari Sinaga. S. Sos, , He…e!, Butet S. Sos, Elsa S. Sos, Tere S. Sos, Via S. Sos,) Thanks ya eda atas dukungan dan semangat yang kalian berikan juga atas doa-doanya.

16.Buat teman-temanku di Kessos (Riko makasih ya sudah banyak bantuin aku, Anggiat, Supeno, Triadi, Aidil, Roy, Diantono, Suryono alias Klaten, Robby S.


(8)

teman stambuk “04” yang mungkin belum dapat penulis sebutkan satu persatu juga buat junior- juniorku makasi ya atas doanya.

17.Buat abang-abangku dan juga kakak-kakak serta teman-teman yang ada di IPPMP-MS juga yang ada di FORGEMARGA makasih ya atas semangatnya, maju terus untuk organisiasi ini dalam meningkatkan ataupun memajukan tempat kelahiran kita atau Bona Pasogit kita key!!!

18.Terima kasih untuk semua pihak yang dengan sengaja atau tidak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu dengan kerendahan hati penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Medan, Juni 2008 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ... i

KATA PENGANTAR ... ... ii

DAFTAR ISI... ... vii

DAFTAR TABEL ... ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 9

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... ... 9

1.4 Sistematika Penulisan ... ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sosial Ekonomi Rumah Tangga ... ... 12

2.2 Kesehatan Masyarakat, Gizi dan Pola Makan Balita ... ... 18

2.3 Pengukuran Status Gizi Masyarakat ... ... 32

2.4 Pengertian Anak Balita ... ... 34

2.5 Kerangka Pemikiran ... ... 35

2.6 Defenisi Konsep dan Operasional ... ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... ... 40

3.2 Lokasi Penelitian ... ... 40

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... ... 41


(10)

3.3.2 Sampel... ... 41 3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... ... 42 3.5 Tehnik Analisa Data ... ... 43

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian ... ... 44 4.1.1 Monografi Desa Batunadua ... ... 44 4.1.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Batunadua . ... 46

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Identitas Responden ... ... 48 5.2 Analisis Tanggapan Responden Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi Rumah Tangga Di Desa Batunadua ... ... 53 5.3 Analisis Responden Terhadap Status Gizi Anak Balita Di Desa Batunadua ... ... 64

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... ... 75 6.2 Saran ... ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Makanan Pokok ... 29

2. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Umur ... 48

3. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Agama ... 49

4. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 50

5. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan ... 51

6. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 52

7. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden .. 53

8. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan .... 54

9. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga... 55

10. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kecukupan Pendapatan Rumah Tangga ... 56

11. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan Suami ... 57

12. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan Istri ... 58

13. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Status Rumah Yang Dihuni ... 59

14. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tipe Rumah Yang Dihuni ... 60


(12)

16. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penerangan... 62 17. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Air ... 63 18. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Makan

Dalam Sehari ... 64 19. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Beras Yang

Dikonsumsi ... 65 20. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Balita Minum Susu Dalam Sehari ... 66 21. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Susu Yang

Diberikan Kepada Balita ... 67 22. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Memberikan Sayuran Pada Balita ... 68 23. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Lauk ... 69 24. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Berat Badan Balita ... 70 25. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Membawa

Balita Imunisasi ... 71 26. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Memberikan Makanan Tambahan ... 72 27. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Memeriksakan

Kesehatan Balita ... 72 28. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Balita Sakit 73 29. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Tempat


(13)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK RINI E. SIMATUPANG

040902018

“Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Dan Status Gizi Anak Balita Di Desa Batunadua Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara”

Dewasa ini kebutuhan ekonomi masyarakat dan kebutuhan keluarga semakin meningkat, baik berupa kebutuhan jasmani maupun rohani. Dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, besar kecilnya pendapatan oarang tua mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga. Sosial ekonomi merupakan hal yang penting dalam kehidupan, dengan kondisi ekonomi yang maksimal maka akan mempengaruhi keadaan suatu keluarga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat atau meninjau dan mengungkapkan bagaimana kondisi ekonomi rumah tangga dan bagaimana status gizi anak balita yang ada di desa Batunadua Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisa dengan populasi sebanyak 100 KK dan sampel sebanyak 20 KK, pengambilan sampel ditetapkan dengan rumus Arikunto yang menyatakan jika populasi lebih dari 100 maka dapat diambil sampel 10-15 % atau 20-25 %,dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan 20%X100 KK =20 KK. Data diperoleh dengan menggunakan angket pada responden dan diolah dengan menggunakan tabel tunggal. Serta penelitian ini dilakukan terhadap ibu-ibu rumaha tangga yang memiliki anak balita yang berada di desa Batunadua.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi ekonomi rumah tangga di desa Batunadua masih rendah dimana mereka bekerja sebagai petani yang memeiliki lahan yang kurang disamping pengetahuan tentang teknologi yang canggih dalam segi pertaniaan masih minim sehingga pendapatan ataupun hasil yang mereka dapat sangat rendah atau bahkan tidak dapat memncukupi kebutuhan keluarga mereka, sedangkan mengenai status gizi anak balita di desa ini juga termasuk dalam kategori kurang gizi dimana dalam peningkatan gizi balita sosial ekonomi sangatlah berperan selain kesibukan orang tua dalam mencari nafkah sudah merupakan faktor utama penyebab kurang gizi yang dialami anak balita tersebut.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini sedang terpuruk. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan kasus - kasus gizi buruk diberbagai daerah di Indonesia. Kondisi ini menambah situasi rumit karena belum tuntasnya masalah kesehatan lain seperti penyakit infeksi (campak, polio, diare, TBC) dan ada kecederungan meningkatnya penyakit degeneratif dibeberapa wilayah Indonesia. Lebih jauh dijelaskan bahwa keadaan ini mungkin disebabkan rendahnya kesadaran penduduk Indonesia untuk hidup sehat, ditambah dengan keadaan perekonomian negara yang tidak stabil, dimana masih banyak penduduk miskin sehingga daya beli menjadi rendah, termasuk askes untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Peningkatan jumlah anak balita yang mengalami status gizi buruk sangat mengejutkan. Sejak tahun 2005 ditemukan 1,8 juta balita menderita gizi buruk, dalam jangka waku yang sangat singkat (2006) menjadi 2,3 jua balita mengalami gizi buruk, sementara 5 juta lebih anak balita mengalami status kurang gizi. Sebenarnya bila dilihat bahwa peningkatan gizi buruk dan gizi kurang sudah dialami dari tahun 2000 dan terus meningkat sampai sekarang, ini semua ditandai dengan krisis ekonomi yang dialami oleh masyarakat Indonesia pada tahun 1998. (http///www.gizi.net)

Kenyataan lain yang menyatakan masyarakat Indonesia mengalami kurang gizi dan gizi buruk yaitu dengan meningkatnya angka kematian pada anak


(15)

balita, semua ini tidak terlepas dari keadaan ekonomi orang tua yang masih rendah dalam memberikan gizi yang dibutuhkan oleh anak balita dalam pertumbuhannya. Sampai saat ini penderita kurang gizi sudah mencapai 5 juta yang tersebar diseluruh propinsi yang ada di Indonesia. Rata- rata yang mengalami kurang gizi adalah anak-anak terutama balita. Data yang diperoleh dari BPS menyatakan bahwa jumlah kasus kurang gizi meningkat 100% secara terus menerus tiap tahunnya, sedangkan dengan data yang diperoleh di daerah Sumatera dan Jambi adalah daerah yang rawan kekurangan gizi. Dengan meninjau dan mengadakan pengecekan langsung keseluruh kabupaten yang ada di Sumatera yang mengalami kekurangan gizi mencapai 789 balita di tahun 2007 yang meningkat dari tahun sebelumnya.

Setiap manusia ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik material, spiritual maupun sosial. Pemenuhan kebutuhan ini memiliki prioritas karena dalam mencapainya manusia memiliki keterbatasan. Keterbatasan inilah yang memunculkan tingkat kepentingan kebutuhan manusia yang harus segera dipenuhi. Karena manusia itu selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material maka manusia itu akan melakukan berbagai cara dalam pemenuhannya. Misalnya, manusia itu bekerja keras dalam mencapai kemakmurannya yaitu dengan mencari pekerjaan yang dapat menunjang perekonomian keluarga. Sebab kita tahu bahwa keadaan ekonomi seseorang itu cenderung menjadi rujukan dalam penentuan statusnya dalam mayarakat. Dengan kata lain, semakin tinggi pendapatan seseorang dalam penentuan kebutuhan maka akan semakin naik statusnya dalam masyarakat tersebut dan begitu sebaliknya.


(16)

Kita dapat melihat sebagai salah satu contoh yaitu dari segi tingkat pemenuhan gizi pada anak balita yang terjadi di desa Batunadua dimana di desa ini telah terjadi kekurangan gizi pada anak balita yang mana faktor utamanya adalah sosial ekonomi orang tua yang tidak memadai sehingga menyulitkan para ibu dalam pemenuhan gizi yang akan dibutuhkan anak balita tersebut. Hal ini dapat menjadi dampak dari sosial ekonomi yang kurang memadai dan dapat menjadi penentu status sosial keluarga, karena jika keadaan pereokonomian keluarga berada diatas rata- rata atau memadai maka akan terpenuhinya keadaan gizi yang baik dan begitu juga sebaliknya. Dari situasi ini kita dapat melihat betapa berpengaruhnya keadaan sosial ekonomi keluarga dalam pemenuhan gizi anak balita ataupun kebutuhan keluarga. Sebab jika kita lihat juga ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok akan mengakibatkan kemiskinan, sementara dalam perekonomian jika orang tidak mampu memperoleh penghasilan yang cukup mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat merupakan salah satu persoalan yang sangat kompleks, sebab kehidupan sosial merupakan suatu upaya yang bertujuan secara langsung untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi keluarga, namun di pihak lain juga memilih tanggungjawab untuk membangun sistim perekonomian sebagai bagian integral dari upaya peningkatan kemakmuran ekonomi keluarga.

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Abraham


(17)

Maslow mengungkapan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan dasar psikologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk mengaktualitaskan dirinya. Bila manusia dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya maka manusia itu dapat dikatakan hidup dalam kesejahteraan. Ini dapat dilihat dari pengertian kesejahteraan sosial dalam UU Nomor 6 tahun 1974, yakni: “Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual, yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik- baiknya bagi diri sendiri, kelurga, dan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia sesuai Pancasila”.

Kondisi ekonomi seseorang cenderung menjadi rujukan dalam penentuan statusnya dalam masyarakat. Hal ini didasarkan pada salah satu atau kombinasi yang mencakup tingkat pendapatan, pendidikan, prestise atau kekuasaan. Selain faktor pekerjaan, pendapatan dan pendidikan, lainnya yang sering diikutsertakan oleh beberapa ahli adalah perumahan, kesehatan dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

Pengertian ekonomi sangat berhubungan dengan usaha - usaha yang nyata dalam bentuk pekerjaan. Pekerjaan memberikan pendapatan atau penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Poewadarminta (1996) pengertian ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam mencapai cita - cita kemakmuran. Oleh karena itu, orangtua harus bisa memperhatikan perkembangan ataupun pertumbuhan anak karena hal ini


(18)

merupakan salah satu wujud nyata dalam pencapaian kemakmuran dan kita juga tahu bahwa mereka adalah generasi yang akan meneruskan kehidupan mendatang.

Anak adalah buah cinta kasih sepasang suami istri maka orangtua harus bertanggung jawab atas kesejahteraan anak- anaknya. Kesejahteraan anak yaitu keadaan hidup yang menyandang keamanan, ketentaraman, dan kemakmuran bagi anak- anak baik rohani maupun jasmani (Depsos RI,1990: 12). Keadaan sejahtera akan tercapai apabila kebutuhan anak baik rohani maupun jasmani dapat dipenuhi. Untuk itu perlu suatu usaha dalam mencapai tujuan tersebut, yaitu bisa dengan cara meningkatan pendapatan keluarga atau orang tua.

Berdasarkan ketetapan undang-undang RI tentang kesejahteraan anak terutama kebutuhan pokok akan pangan dan gizi disamping perhatian, kasih sayang orangtua. Terpenuhinya makanan dan gizi dengan baik, anak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan anak dan kesejahteraan anak, seperti yang dikemukakan oleh salah satu organisasi kesehatan dunia, yaitu WHO, mengartikan ilmu gizi sebagai proses yang terjadi pada organisme hidup untuk mengolah dan mengambil zat padat dan zat cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, serta berbagai fungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi.

Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan dan penanggulangannyapun harusdari berbagai faktor diantaranya: sosial ekonomi orangtua, motivasi, dan partisipasi. Motivasi yang


(19)

dimaksud disini adalah besarnya dorongan orangtua untuk mengetahui besarnya peranan gizi bagi kesehatan anak - anaknya. Partisipasi adalah keikutsertaan para orangtua untuk berperan penting menjaga kesehatan anak - anaknya untuk terpenuhinya gizi yang seimbang.

Ternyata kasus kekurangan gizi sudah menyebar di daerah Pangaribuan yaitu di desa Batunadua, dimana 22 orang ibu yang memiliki anak balita telah mengalami kekurangan gizi yang bila dibiarkan akan berdampak gizi buruk dan bahkan akan menjadikan anak tersebut meninggal. Rata - rata kekurangan gizi yang dialami balita di desa ini adalah dikarenakan kurangnya asupan kadar gizi yang diperoleh tubuh si anak, apabila secara terus menerus dibiarkan maka mengakibatkan kekurangan gizi dan akan berdampak gizi buruk. Hal ini timbul karena tidak terlepas dari sosial ekonomi orangtuanya yang sangat minim dan dibarengi dengan kurangnya pengetahuan orangtua tentang gizi anak serta kesibukan orangtua tiap harinya yang selalu berangkat pagi ke sawah atau melakukan pekerjaan lain dan pulang dengan waktu yang cukup sore sehingga disaat mereka pulang dalam keadaan lelah dan letih otomatis tidak sanggup untuk memperhatikan keadaan anak mereka yang masih membutuhkan perhatian penuh dalam pertumbuhan anak balita tersebut. (Puskesmas Batunadua)

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 Kecamatan Pangaribuan yang memiliki luas wilayah 459,25 km2 yang artinya potensi lahan sangat mendukung dalam memperluas lahan pertanian, tetapi bila melihat tingkat perkembangan Kecamatan Pangaribuan dimana desa Swadaya sebanyak 18 desa, dan desa Swakarya hanya 1 desa. Data penduduk miskin berdasarkan BPS 2006


(20)

sebanyak 824 RT, atau 16,68 % dari jumlah keseluruhan penduduk kecamatan Pangaribuan.

Dalam hal ini diharapkan Camat dan Kepala desa sebagai instansi pemerintah yang bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pembangunan dan pensejahteraan sosial ekonomi rumah tangga serta ynag mendukung peningkatan gizi anak balita di wilayah kerjanya sangat diperlukan kesiapan dan koordinasi yang baik antar instansi.

Memberikan fasilitas untuk kelengkapan pembangunan desa maupun kecamatan, memberikan izin atau rekomendasi untuk pembangunan usaha pertanian masyarakat, bekerjasama dengan masyarakat petani serta pemilik modal. Komunikasi yang baik dan lancar dengan masyarakat bisa diharapkan dapat menciptakan suatu keberhasilan pembangunan pertanian masyarakat.

Desa Batunadua merupakan desa agraris maka yang diperlukan dalam hal ini adalah bagaimana program aparatur desa untuk memaksimalkan pembangunan pertanian untuk menunjang peningkatan kondisi ekonomi rumah tangga serta status gizi balita yang mana di desa Batunadua kondisi ekonomi rumah tangganya msih tergolong sangat minim atau tidak mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan keluarga setiap harinya demikian juga dengan status gizi balita sangat kurang baik, dimana mayoritas penduduknya adalah bermata pencaharian sebagai petani disamping masyarakat sangat tergantung pada bantuan modal, fasilitas dan lainya dalam meningkatkan sektor pertanian yang mereka miliki.

Penulis juga melihat bahwa potensi di desa Batunadua sangat besar untuk pelaksanaan pembangunan khususnya dibidang sektor pertanian yang hanya tinggal bagaimana pemerintah Kecamatan dan Kepala Desa dalam mencari jalan


(21)

keluar untuk mengentaskan semua masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam hal ini sangat diperlukan optimalisasi dari peran dan fungsi para aparatur desa sebagai pelaksana dan penggerak terselenggranya pembangunan. Seorang kepala desa harus mampu dan dapat berpikir secara ekonomis dalam menjalankan program sebagai kepala desa dan sekaligus perpanjangan tangan pemerintah kecamatan dan mampu mengkoordinasi serta mengawasi wilayah kerjanya.

Desa Batunadua yang mata pencaharian utama masyarakatnya adalah bertani maka sangat diperlukan optimalisasi pembangunan dibidang pertanian. Apalagi masyarakat umumnya bertani tanaman padi ladang dan padi sawah, cabe, jagung, sayur-sayuran dan buah-buahan serta yang lain-lainnya. Semua jenis tanaman seperti ini tidak bisa tahan lama, harganyapun tidak bisa diandalkan sebagai biaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, modal untuk pembangunan usaha pun sangat tidak mendukung, sumber daya manusia yang sangat rendah untuk mengolah potensi yang ada, dan kurangnya informasi kepada masyrakat dalam bidang teknologi pertanian, dan masih banyak yang perlu diperbaiki untuk mencapai pembangunan dalam bidang pertanian yang dapat memberi hasil yang sangat baik dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat desa Batunadua.


(22)

1. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, banyaknya kasus kekurangan gizi diakibatkan karena sosial ekonomi orangtua dan karena kurangnya pengetahuan orangtua tentang gizi serta dibarengi dengan kesibukan orangtua setiap harinya, sehingga tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsi oleh anak, maka perlu kajian secara lebih mendalam. Dengan mengajukan permasalahan pokok dalam penelitian ini maka penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut ”Bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga dan status gizi anak balita di desa Batunadua ?”.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga dan status gizi anak balita yang ada di desa Batunadua.

b. Untuk dapat mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab kekurangan gizi pada anak balita.

c. Mencoba mencari solusi untuk mencegah kekurangan gizi yang dialami anak balita.

d. Mengetahui bagaimana dampak terjadinya kekurangan gizi pada anak balita.


(23)

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Secara akademis penelitian ini diharapkan akan memperkaya dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmu kesejahteraan sosial di lembaga pendidikan di lingkungan FISIP USU .

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak - pihak terkait dalam mencegah terjadinya kekurangan gizi pada anak balita.

c. Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa FISIP USU serta menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis.

d. Sebagai bahan refrensi dalam memahami kondisi kekurangan gizi yang terjadi pada anak balita.

e. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat secara umum dan khususnya kepada ibu dan calon ibu tentang betapa pentingnya sosial ekonomi orangtua dalam peningkatan gizi anak balita.


(24)

1. 4 Sistimatika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian-uraian dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang ingin diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, serta tehnik analisis data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V ANALISA DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisanya.

BAB VI PENUTUP

Berisiskan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang bermanfaat.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Sosial Ekonomi Rumah Tangga

Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya kawan (teman). Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja dan sebagainya. Yang dimaksud teman adalah mereka yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam suatu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi. Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” yang artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur, jadi secara harafiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga.

Status sosial ekonomi orangtua sangat berpengaruh bagi pemenuhan kebutuhan hidup sehari- hari. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai potensi serta kepribadian yang memungkinkan dia diterima dalam pergaulan dengan individu yang lain. Karena setiap individu akan menyalurkan potensinya tersebut untuk kepentigan tertentu, kemudian individu yang lain dapat menerima dan mengakuinya. Atas dasar itulah dia akan mendapatkan status itu di dalam kelompok dimana dia berada. Menurut Phil Astrid S. Susanto (1985) mengatakan bahwa “Perkataan sosial telah mendapat banyak interprestasi, walaupun demikian orang berpendapat bahwa perkataan ini mencapai reciprocal behaviour atau perilaku yang saling mempengaruhi dan saling tergantungnya manusia satu sama lain”.


(26)

Dalam kehidupan berkeluarga, peranan orangtua sangat menentukan dalam proses pemenuhan kebutuhan lahir dan batin misalnya untuk kebutuhan yang bersifat konsumtif bagi anggota keluarganya. Dalam hal ini orangtua harus memiliki tanggung jawab yang besar, dengan kata lain bahwa orangtua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari sering disebut bapak dan ibu.

Kondisi sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang hanya dipenuhi sipembawa statusnya, misalnya: pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan. (Soekunto, 1987:181)

Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, dan pekerjaan. Status sosial ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai kesehatan yang maksimal. Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang, sedangkan pengertian sosial sangat berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat di lingkungan sekitar.

Pengertian ekonomi sangat berhubungan dengan usaha-usaha yang nyata dalam bentuk pekerjaan. Pekerjaan memberikan pendapatan atau penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Poewadarminta (1996) pengertian ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam


(27)

mencapai cita - cita kemakmuran. Dalam pencapaian ini orangtua memiliki peran utama sebab mereka adalah sepasang suami isteri yang terdiri dari seorang ibu dan bapak yang memiliki tanggung jawab terhadap anak-anaknya dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka atau keluarga mereka.

Hingga saat ini kita hanya mengandalkan dua sumber data ketika membicarakan masalah kemiskinan. Data SusenasBPS dan daea keluarga (pra-) sejahtera BKKBN. Dari kedua lembaga yang berbeda ini tentu kita mendapatkan informasi yang berbeda juga tentang data jumlah warga masyarakat miskin. Diantaranya, data versi BPS tahun 2004 menyatakan bahwa jumlah warga miskin sebanyak 16,6 % dari jumlah penduduk Indonesia dan versi BKKBN sebanyak 30% dari jumlah masyarakat Indonesia. Kedua versi data ini memang bisa kita percaya secara ilmiah namun keduanyapun juga memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam kegunaannya. BPS dalam pelaksanaannya menggunakan metode teknik sampling sehingga menjadi sulit untuk menentukkan dimana letak keluarga miskin tersebut berada.

Data yang dihasilkan dari kedua lembaga diatas seperti membuat kita masih terus mengernyitkan kening. Rasanya pemerintah telah lama mencanangkan program pembangunan dalam rangka mengentaskan kemiskinan tetapi justru jumlah masyarakat miskin tidak pernah berkurang. Kita akan lebih tercengang lagi ketika kita memunculkan data berdasarkan indicator internasional seperti yang terdefinisi miskin dalam kategori Millenium Development Goals (MDGs) yang menyatakan bahwa warga miskin yang berpendapatan dibawah satu dollar AS setiap harinya. Kita juga dapat memperoleh data dari Asian Development Bank, yang menyatakan bahwa warga miskin di Indonesia tahun 1999 totalnya sebanyak


(28)

23,4 % dari jumlah masyarakat Indonesia. (POperty Statistic, 2005:1). Bahkan bila kita menggunakan data garis kemiskinan yang ditetapkan HBank Dunia tersebut yaitu sebsesar US$ 2 perkapita perhari (Suharto, 2005: 19), setelah dikonversi ke dalam rupiah sekitar Rp. 540.000, sehingga dapat kita asumsikan bahwasanya jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 60% dari total keseluruhannya.

Jumlah warga miskin juga pada setiap kali kemunculannya selalu berubah satu sama lain selalu berbeda. Sudah barang tentu hal ini menuntut adanya criteria atau indicator yang sama bagi keluarga miskin yang benar-benar tepat memberikan petunjuk untuk bisa mendapatkan data akurat. Siapapun yang mengukurnya akan mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda. Data ini bisa digunakan untuk berbagai kepentingan, tidak hanya kepentingan sesaat saja seperti: kampanye dalam pemilihan umum, pemilihan kepala daerah dan lainnya. Banyak kalangan menyadari bahwa tidak mudah membuat kesepakatan indikator kemiskinan ini.

Sudah saatnya kita memiliki data yang berasal dari suatu lembaga, seperti BPS, dengan dukungan sumber daya yang ada atau yang bekerja sama dengan pemerintah daerah secara formal. Data yang dihasilkan tidak hanya mampu memprediksi saja, tetapi data yang berasal dari BPS benar-benar nyata optimal. Data ini juga secara transparan bisa dicek dan ricek oleh semua kalangan.

Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) BPS telah menetapkan 14 kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika, yaitu antara lain:


(29)

1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2.

2) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3) Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/kayu berkualitas rendah. 4) Tidak memiliki fasilitas WC dalam rumah tangga pribadi.

5) Sumber penerangan tidak memakai listrik

6) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air hujan.

7) Bahan bakar memasak sehari-hari adalah kayu baker/arang/minyak tanah. 8) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9) Hanya mampu membeli baju sekali dalam setahun.

10)Hanya mampu makan 1-2 kali dalam sehari.

11)Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesms/Poliklinik. 12)Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: Petani dengan luas lahan

0,5 Ha, buruh tani, Nelayan, Buruh bangunan, buruh kebun, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 per bulan.

13)Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah ataupun tidak tamat SD.

14)Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.00, seperti: Handpone, Sepeda Motor, Emas, Hewan ternak, Kapal motor.


(30)

Berdasrkan criteria diatas, maka rumah tangga yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) adalah:

1) Rumah tangga yang tidak memenuhi criteria tersebut diatas 2) PNS, TNI, Polri (baik yang aktif maupun tidak aktif) 3) Pengungsi yang diurus oleh pemerintah

4) Pendudk yang tidak memiliki tempat tinggal

Dengan menggunakan kriteria-kriteria diatas tersebut, BPS telah berhasil mendata keluarga miskin sebanyak 14.277.012 KK. Setelah data itu direalisasikan dalam pelaksanaan BLT ternyata masih terdapat kelemahan dan kekurangan. (www.gatra.com.2005).

Indikator yang telah ditetapkan oleh BPS memang belum cukup untuk memberi batasan seseorang atau keluarga itu berada didalam atau diluar garis batas kemiskinan. Sebagai mahluk sosial anggota keluarga harus dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang baik, ini berarti diantara anggota keluarga harus bisa berinteraksi sosial dengan baik satu dengan yang lainya.


(31)

2. 2 Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Pola Makan Anak Balita

2.2.1 Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Kesehatan masyarakat dapat juga didefinisikan sebagai kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpenjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat).

Tubuh sehat adalah keinginan dari semua lapisan masyarakat terutama kesehatan anak yang merupakan potensi sumber daya insani pembangunan nasional. Anak dimulai sedini mungkin agar dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat diharapkan menjadi manusia yang berkualitas, cerdas, aktif, kreatif, dan mandiri serta diharapkan memiliki akses terhadap berbagai sumber daya dan fasilitas sosial di masa yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

2.2.2 Gizi Dan Pola Makan Anak Balita

Dalam kehidupan manusia sehari - hari orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia, disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk :


(32)

a) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.

b) Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.

c) Mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Agar makanan dapat berfungsi seperti ini, maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan zat-za ini disebut dengan gizi. Dengan perkataan lain makanan yang kita makan sehari-hari harus dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan ini disebut dengan ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekresikan sebagai sisa-sisa (Achmad Djaeni, 1987). Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan bukan sekedar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi. Zat-zat makanan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokan menjadi 5 macam, yakni protein, lemak, karbohidrat,vitamin dan mineral.

Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas generasi bangsa tidak dapat lepas dari faktor pangan (gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi, dan jasa pelayanan sosial lainnya. Dari sekian banyak faktor tersebut, unsur gizi termasuk memegang peranan penting. Seseorang kekurangan gizi termasuk di dalamnya kelompok rawan gizi bayi, balita, dan anak tidak akan bisa hidup sehat


(33)

dan berumur panjang, karena yang bersangkutan akan mudah terkena infeksi dan jatuh sakit (Purwoko, 1999: 22- 23)

Peningkatan dan perbaikan gizi memerlukan perbaikan ekonomi, sosial, dan lainnya. Dalam masa sekarang ini, terjadinya krisis ekonomi di Indonesia akan sangat mempengaruhi daya beli masyarakat, dimana pendapatan mayarakat tetap namun harga- harga kebutuhan pokok semakin meningkat.

Sejak tahun 1985 kegiatan perbaikan gizi berupa penimbangan bayi, balita, pemberian makanan tambahan, penyuluhan gizi, suplementasi vitamin A dan zat besi, serta pemberian oralit telah dilaksanakan secara terpadu di posyandu. Upaya ini mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan anak dalam rangka meningkatkan peran serta masyaraka untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (http///www.gizi.net). Posyandu yang merupakan perpanjangan dari puskesmas memberikan pelayanan yakni pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan berat badan bayi dan balita.

Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menekan angka kematian bayi telah berhasil, namun perkembangan lebih lanjut ternyata menuntut indikator yang lebih luas. Upaya peningkatan gizi balita tidak hanya sekedar untuk menekan angka kematian anak balita, tetapi telah membangun kualitas hidup Indonesia di masa mendatang. Peran gizi sangat diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas baik fisik, mental, dan intelektualnya.

Gizi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh mahkluk hidup untuk menerima bahan- bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan- bahan tersebut agar nenghasilkan berbagai aktifitas penting dalam


(34)

tubuhnya sendiri. Bahan- bahan tersebut dikenal dengan istilah nutrient (unsur gizi). Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat- zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupanya, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ- organ serta menghasilkan energi. Jadi makanan yang bergizi sangat dibutuhkan oleh anak.

Makanan yang bagaimana seharusnya yang diberikan oleh ibu kepada anak? Dibawah ini merupakan anjuran makanan untuk balita mulai dari lahir hingga berumur lima tahun.

1. Makanan Anak Sejak Lahir Sampai Usia Empat Bulan.

Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu selama hamil. Ibu yang selama hamilnya menderita gangguan gizi selain akan melahirkan anak yang gizinya kurang baik, juga kemungkinan dapat melahirkan anak dengan berbagai kelainan dalam pertumbuhannya. Dalam usia empat bulan, air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling utama. Manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh ASI. Kebaikan dan mutu yang tinggi dari ASI akan menjadi relatif tidak berarti apabila jumlah ASI yang dapat dihasilkan ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi juga akan menderita gangguan gizi.

ASI cukup mengandung zat- zat makanan yang diperlukan, selama ASI itu keluar secara normal, jadi dapat memenuhi kebutuhan bayi iu akan unsur- unsur gizi. ASI juga merupakan badan- badan inti yang berasal dari ibu, sehingga dapat mempertahankan bayi ini dari berbagai jenis penyakit. Karena ASI sedikit


(35)

sekali berhubungan dengan udara luar, maka kemungkinan masuknya bakteri akan sangat sedikit. Dan yang praktis dari ASI ibu tidak perlu repot untuk memasak atau mengolah lebih dahulu,karena ASI siap saji kapan saja anak butuh.

2. Makanan Anak Lima Bulan Sampai Delapan Bulan

Sampai usia lima bulan masih dapat dijamin keperluannya akan seluruh unsur gizi yang diperoleh dari air susu ibunya. Akan tetapi, dengan bertambahnya usia bayi itu, akan bertambah pula unsur gizi yang dibutuhkannya, maka sudah perlu diberikan makanan tambahan disamping ASI. Berbagai jenis makanan tambahan dapat diberikan kepada anak, sekarang tergantung pada kemampuan ekonomi keluarga masing- masing. Makanan tambahan dapat berupa nasi tim atau bubur.

3. Makanan Anak Usia 9 Bulan Sampai 2 Tahun

Usia anatara 9 bulan sampai usia 2 tahun merupakan usia kritis dalam kehidupan anak dan pada kelompok usia KKP paling banyak ditemukan antara lain sebagai berikut.

a. Produksi ASI menurun secara drastis terutama bayi mencapai umur 1 tahun, karena ada keseganan ibu terhadap anaknya.

b. Anak sangat terbuka dengan berbagai penyakit

c. Penghasilan keluarga yang sangat terbatas sehingga tidak memungkinkan keluarga untuk memberikan bahan makanan sumber protein secara teratur. 4. Makanan Anak Usia 3 Tahun Sampai 5 Tahun

Makanan anak usia 3 tahun sampai 5 tahun, tetap sama dengan makanan sebelumnya. Terutama protein dan vitamin A, disamping kalori dalam jumlah yang cukup. Anak- anak dalam usia ini sudah dapat lebih banyak dikenalkan


(36)

dengan makanan yang disajikan untuk keluarga. Bahan- bahan makanan seperti tahu, tempe, dan sayuran dapat diberikan sejak anak melewati usia 1 tahun.

Apabila tidak terpenuhinya gizi dalam tubuh anak balita maka akan menyebabkan gangguan gizi. Ada beberapa hal yang menyebabkan gangguan gizi adalah karena tidak sesuainya jumlah zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Gizi yang buruk menyebabkan mudahnya terjadinya infeksi karena daya tubuh menurun, sebaliknya, penyakit infeksi sering menyebabkan meninggkatnya kebutuhan akan zat gizi sedangkan nafsu makan biasanya menurun dan dapat mengakibatkan anak yang gizinya baik akan menderita gangguan gizi.

Pola adalah gambaran atau corak. Pola makan anak balita adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dann jumlah bahan makanan tiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri kahs untuk satu kelompok masyarakat tertentu. Ketetapan pola makanan ini erat hubungannya dengan status gizi. Kebutuhan kalori untuk setiap orang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Secara umum pola makan sesorang adalah tiga kali sehari yaitu sarpan pagi, makan siang dan makan malam. Namun demikian seseorang cenderung dalam keseharian tidak hanya makan untuk sarapan pagi, makan siang dan makan malam saja, melainkan sering makan makanan tambahan seperti jajanan.

Makanan adalah sumber gizi utama yang dibutuhkan oleh tubuh kita yang secara khusus mempunyai fungsi biologis. Makanan yang terdiri dari berbagai unsur (protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air) di dalam tubuh mempunyai tiga fungsi utama yaitu disebut dengan “Triguna Makanan” yaitu


(37)

sebagai zat pembangun, sebagai sumber tenaga dan sebagai zat pengatur. Ketiga fungsi makanan ini harus ada dalam tubuh kita, karena itu kita harus mengkomsumsi zat gizi setiap hari.

Pola makan balita dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a. Pengenalan jenis makanan

b. Kebiasan makan dalam keluarga c. Pengetahuan ibu tentang gizi d. Pendidikan orang tua

e. Pekerjaan orang tua f. Pendapatan orang tua

g. Jumlahtanggungan orang tua

Tiap jenis makanan memiliki peranan masing-masing di dalam menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul kurang seimbangnya antara masukan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Tubuh manusia memerlukan zat gizi atau zat makanan untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari, untuk memelihara proses tubuh dan untuk tumbuh dan berkembang khususnya yang masih dalam pertumbuhan oleh karena itu anak balita memerlukan berbagai macam makanan untuk menjamin agar semua zat makanan yang diperlukan tubuh dapat dipenuhi dalam jumlah yanh mencukupi. Untuk hidup dan meningktkan kualitas hidup anak balita memerlukan lima kelompok zat gizi (lemak, protein, karbohidrat, mineral dan air dalam jumlah yang cukup dan tidak berlebihan dan tiodak kekurangan).


(38)

Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama balita. Tanpa makanan balita tidak dapat tumbuh, berkembang dan hidup. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, maka balita akan dapat bertumbuh kembang secara optimal.

Anak berusia 1-5 tahun merupakan konsumen pasif, dimana makanan yang dimakan anak hanya sebatas makanan tambahan disamping ASI atau tergantung pada apa yang disediakan oleh orang tuanya yang memang sudah dianggap dapat memenuhi gizi anak, sehingga peranan orang tua dalam menentukan makanan yang bergizi lengkap dan seimbang. Pada usia ini, rasa ingin tahu anak juga sangat tinggi sehingga para ibu memiliki kesempatan untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan yang beraneka ragam yang sapat dikonsumsi oleh balita. Setelah anak mencapai usia 5 tahun, makanan padat sudah dapat diberikan karena dengan bertambahnya umur maka kebutuhan zat gizi akan semakin meningkat.

Pengetahuan ibu juga sangat diperlukan dalam mengolah makanan untuk anak balita. Pada masa balita umumnya anak balita mempunyai selera makan yang bergelombang dan cenderung memilih. Mereka lebih cenderung lebih suka memakan makanan ynag disukainya, untuk itu ibu harus pintar berkreasi dalam menyusun menu makanan agar menarik perhatian anak.

Berbagai faktor yang mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak balita antara lain sebagai berikut :

1. Keterbatasan penghasilan keluarga (orang tua)

Penghasialan keluarga atau orang tua akan menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari- hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.


(39)

Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu dalam memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi. Pemanfaatan sumber daya keluarga secara baik dan berdaya guna akan dapat membantu keluarga sehingga keluarga yang berpenghasilan terbatas mampu menghidangkan makanan yang cukup memenuhi syarat gizi bagi anggota keluarga khususnya bagi anak balita.

2. Kesibukan orang tua

Kesibukan yang terjadi pada orang tua yang ada di desa Batunadua telah menjadikan anak-anak mereka kurang perhatian, sebab dalam menafkahi keluarga mereka yang kesehariannya bukanlah seorang pegawai ataupun yang berwiraswasta serta yang memiliki pendapatan yang tetap telah menjadikan mereka melakukan aktivitas ke sawah yaitu dari jam 07.00 WIB pagi hingga pukul 18.00 WIB sore, dimana keadaan mereka saat pulang ke rumah sudah dalam kondisi capek dan letih hingga untuk menayakan apakah anak- anak mereka sudah makan apa belum tidak akan pernah sempat melainkan mereka langsung menuju kamar untuk istirahat karena dengan melihat keadaan mereka yang sudah keseharian memeras keringat dan telah menghabiskan tenaga mereka di sawah.

3. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang gizi

Orang tua yang rata- rata tamatan SD sudah merupakan salah satu alasan yang pantas untuk mengatakan mereka memiliki keterbatasan untuk mengetahui gizi yang tepat untuk mereka berikan kepada anak- anaknya disamping waktu mereka yang tidak sempat untuk memperhatikan jadwal makan anak- anaknya. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang gizi sangatlah berpengaruh dalam


(40)

memberikan asupan kadar gizi yang benar terhadap anak balita. Karena pengetahuan yang mereka miliki sangatlah terbatas hingga mereka sering memberikan makanan tambahan ataupun susu yang kadar gizinya rendah dan yang paling murah dan terkadang tidak memperhatikan tanggal berlakunya barang yang mereka beli.

4. Kesukaan yang belebihan terhadap jenis makanan tertentu

Kesukaan makanan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu yang disebut sebagai Faddisme makan, mengakibatkan kurang bervariasinya makanan dan akan mengakibatkan tubuh tidak memperdulikan semua zat gizi yang diperlukan sehingga dapat menyebakan gizi buruk pada anak.

5. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Berbagai kebiasaan dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai dipedesaan seperti larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada dasarnya dan hanya diwarisi secara dokmatis turun temurun, padahal anak itu memerlukan bahan makanan seperti iu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.

6. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Makanan yang bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan dsecara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baok terhadap bahan makanan. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti, genjer, daun turi, vitamin A, protein, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi.


(41)

7. Jarak kelahiran yang terlalu rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sudah hamil lagi, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik pada hal, anak yang berusia dibawah 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibuny, baik perwatan makanan, kesehatan, maupun kasih sayang.

Untuk itu dibawah ini merupakan unsur- unsur gizi yang diserap oleh tubuh untuk keperluan tubuh setiap hari :

1. Zat tenaga

Bahan makanan sebagai zat tenaga adalah: a. Hidrat arang

b. Lemak c. Protein

Zat- zat gizi atau unsur gizi terdiri dari hidrat arang, protein, lemak, mineral, vitamin dan air. Hidrat arang dan lemak merupakan unsur gizi didalam tubuh yang paling banyak memberikan kalori bagi manusia. Kedua unsur gizi ini dengan bantuan oksigen di udara dioksidasiakn (dibakar) sehingga menimbulkan panas. Panas yang ditimbulkan dinyatakan dalam satuan yang disebut kalori. Kalori adalah satuan panas yang didapat dalam tubuh manusia sebagai hasil pembakaran hidrat arang, lemak dan protein didalam tubuh. Kalori dalam ilmu gizi adalah satu kilogram kalori atau 1000 gram kalori. Jika satu gram hidrat arang di bakar dalam tubuh akan menghasilkan 4 kalori. Sedangkan satu gram lemak menghasilkan 9 kalori, dan satu gram zat putih telur akan menghasilkan 4 kalori. Kalori yang terjadi akibat pembakaran kemudian di ubah oleh tubuh menjadi


(42)

tenaga yang digunakan untuk bergerak. Hidrat arang merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Kira- kira 80% dari kalori yang terdapat di tubuh manusia berasal dari hidrat arang (Budiyanto, 2004).

Hidrat arang terdapat dalam tumbuh- tumbuhan seperti , beras, gandum, dan umbi- umbian, yang terdiri dari tiga macam unsure yaitu karbon, oksigen dan hydrogen. Guna hidrat arang bagi tubuh manusia yaitu, untuk mendapatkan energi, membuat cadangan tenaga badan, memberikan rasa kenyang. Kebutuhan manusia akan hidrat arang, bahan- bahan makanan yang diberikan hidrat arang, seperti dari tumbuh- tumbuhan maupun hewan

Tabel 1. Makanan Pokok

keterangan Kadar kalori Kadar protein Kadar hidrat

Beras 350 kalori 8,0 gram 73 gram Jagung 320 kalori 8,0 gram 63 gram Ubi kayu basah 136 kalori 1,2 gram 32 gram Gaplek tepung 352 gram 1,5 gram 85 gram Ketela rambat 125 gram 1,8 gram 28 gram Roti tawar 227 gram 8,0 gram 46 gram Kentang 85 kalori 2,0 gram 19 gram Sagu 341 kalori 8,0 gram 85 gram


(43)

Lemak adalah bahan- bahan yang mengandung asam lemak,baik yang ada dalam bentuk cair dalam temperatur biasa maupun yang ada dalam bentuk padat. Lemak yang ada dalam temperatur biasa disebut dengan minyak oil, sedangkan yang dalam bentuk padat disebut dengan fat, atau lemak. Macam- macam lemak dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu lemak murni dan lemak yang mengandung zat lain.

Protein adalah suatu zat yang dalam susunan kimia terdiri dari unsur- unsur oksigen, karbon, nitrogen dan kadang- kadang juga mengandung unsur paspor dan belerang. Protein merupakan bahan utama dari sel tbuh, karena itulah protein disebut sebagai zat pembangun.

Guna protein dalam tubuh adalah sebagai unsur terpenting yang terdapat dalam semua sel mahluk hidup yaitu untuk membangun sel- sel tubuh yang rusak, untuk membuat air susu, enzim- enzim dan hormon- hormon, untuk menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh, dan sebagai pemberi kalori.

2. Zat Pengatur

Zat pengatur berguna untuk mengatur pekerjaan tubuh agar dapat berlangsung dengan baik, seperti : agar suhu tetap normal, dapat membekukan darah bila terjadi luka, dan tidak mudah terserang infeksi. Zat-zat tersebut adalah vitamin dan mineral, vitamin adalah zat yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh dan dapt menyerap unsur- unsur gizi yang digunakan untuk mengatur fungsi alat- alat tubuh yaitu berbagai vitamin. Vitamin adalah suatu zat yang tidak dapat dibuat oleh tubuh, tetapi diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan tubuh bahkan mencegah penyakit apabila vitamin kurang dalam tubuh.


(44)

Beberapa penyebab yang mendorong terjadinya gangguan gizi antara lain: a. Jumlah ASI yang diperlukan oleh si ibu sudah tidak mencukupi kebutuhan

bayi akan zat gizi, akan tetapi ibunya tidak mengetahui keadaan itu

b. Berat badan bayi tidak diawasi secara teratur dan terus menerus sehingga tidak dapat diketahui apakah makanan bayi cukup atau tidak.

c. Bayi diberi tambahan makanan yang mutu gizinya tidak baik atau bahkan sudah kadarwarsa.

d. Produksi ASI terhenti karena berbagai sebab dan kepada anak diberikan makanan pengganti yang tidak memenuhi syarat gizi.

e. Daya kekebalan tubuh anak sudah mulai menurun sedangkan anak semakin terbuka terhadap penyakit infeksi.

Tanda-tanda klinis kurang gizi

a) Rambut, bila rambut kurang bercahaya, kusam dan kering, mudah rontok, tipis dan jarang.

b) Wajah, terjadinya pengeringan selaput mata, wajah menonjol keluar dan pengeringan kornea.

c) Bibir, adanya luka yang menyebar di bibir, adanya pembengkakan pada mulut saat keadaan iklim dingin.


(45)

2.3 Pengukuran Status Gizi masyarakat.

Indikator yang dipergunakan untuk mengukur satatus gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita. Pada umumnya penliti cenderung mengacu pada Standard Harvasd dengan berbagai modifikasi. Dibawah ini akan diuraikan 3 macam pengukuran status gizi yang sering dipergunakan dibidang gizi masyrakat serta klasifikasinya.

a. Dilihat dari berat badan menurut umur

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak, misalnya terserang penyakit infeksi, menurunya nafsu makan atau menurunya jumlah makanan yang dikomsumsi, dalam normal berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Klasifikasi untuk berat badan menurut umur yang diklasifikasikan secara standard Harvard :

1) Gizi baik, adalah apabila berat badan balita menurut umurnya lebih dari 89% standard Harvard.

2) Gizi kurang, adalah apabila berat badan balita menurut umur berada diantara 60,1% - 80% Standard Harvard.

3) Gizi buruk, adalah apabil;a berat badan balita menurut umurya 60% atau kurang dari standard Harvard.

b. Tinggi badan menurut umur

Tinggi badan menggmbarkan keadaan pertumbuhan, pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan


(46)

akan nampak dalam waktu yang relative lama. Pengukuran status gizi balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi Standard Harvard, dengan klasifikasi adalah sebagai berikut:

1) Gizi baik, yakni apabila panjang/tinggi badan balita menurut umurnya lebih dri 80% Standard Harvard.

2) Gizi kurang, adalah apabila panjang/tinggi badan balita menurut umurnya berada diantara 70,1%- 80% dari Standard Harvard.

3) Gizi buruk, adalah apabila panjang/tinggi badan balita menurut umurnya 70% atau kurang dari standard Harvard

c. Berat Badan Menurut Tinggi

Pengukuran berat badan menurut tinggi badan diperoleh dengan mengkombinasikan berat badan dan tinggi badan per umur menurut Standard Harvard. Klasifikasi pengukuran berat badan ini adalah:

1) Gizi baik, adalah apabila berat badan balita menurut panjang/tingginya lebih dari 90% dari Standard Harvard.

2) Gizi kurang, adalah apabila berat badan balita menurut panjang/tingginya berada diantara 70,1%-90% dari Standard Harvard.

3) Gizi buruk, adalah apabila berat badan balita menurut panjang/tingginya 70 % atau kurang dari Standard Harvard.


(47)

2.4 Pengertian Anak Balita

Banyak orang yang memberikan pengertian yang berbeda mengenai apa anak sebenarnya. Dalam undang- undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 1 menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak dalam kandungan, sedangkan balita yaiu anak yang berusia dibawah lima tahun dan masih berada dalam kandungan.

Pengelompokan pengertian anak dalam makna sosial lebih mengarahkan pada perlindungan kodrat karena keterbatasan yang dimiliki oleh sang anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa. Batas usia anak memberikan pengelompokan terhadap seseorang untuk dapat disebut sebagai seorang anak. Yang dimaksud dengan batas usia anak adalah pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehingga anak tersebut beralih status menjadi usia dewasa atau menjadi subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri terhadap perbuatan- perbuatan dan tindakan yang dilakukan anak itu. Untuk dapat disebut sebagai anak maka orang itu harus berada pada usia bawah atau minimum nol (0) tahun terhitung dalam kandungan) sampai pada atas atau usia maksimum 18 tahun sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, yaitu ketentuan pasal 1 ayat 1 UU No. 3 Tahun 1997 tentang peradilan anak.

Pengertian batas usia anak pada hakikatnya mempunyai keanekaragaman bentuk spesifikasi tertentu. Maksudnya pengelompokan batas usia maksimum anak (batas usia atas) sangat tergantung dari kepentingan hukum anak yang bersangkutan. Yang terpenting seseorang anak tergolong dalam usia anak dalam


(48)

batas bawah usia seorang anak, yaitu nol (0) tahun sampai dengan batas atas 18 tahun dan belum pernah menikah.

2.5 Kerangka Pemikiran

Di Indonesia semakin banyak terjadi masalah sosial yang mengakibatkan bertambahnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial, dimana salah satunya adalah terjadinya kekurangan gizi yang sudah banyak menyebabkan kematian pada anak balita.

Anak adalah anugerah yang terbesar yang diberikan oleh Tuhan yang harus kita jaga dan kita pelihara dengan baik, untuk itu peran orang tua sangat penting, khususunya para ibu sebagai pengaruh anak-anak hingga kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Salah satunya ibu harus menjaga kesehatan dengan memberikan makanan yang bergizi dan sehat untuk anak. Kita tuhu bahwa keadaan dengan mudah tercapai apabila pendapatan orang tua memadai atau mensukupi dan orang tua bisa paham tentang pentingnya gizi. Seperti yang dikemukakan oleh Achmad Djaeni Sediaotma mengatakan bahwa seorang ibu rumah tangga yang bukan ahli gizi juga harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan disajikan kepada para anggota keluarganya, susunan hidangan yang bagaimanakah yang memenuhi syarat gizi agar mereka yang mengkomsumsi mendapat kesehatan dan dapa mempertahankan kesehatan tersebut.


(49)

Pola- pola kebiasaan makanan yang tidak baik merupakan salah satu timbulnya masalah kesehatan dan masalah kesejahteraan bagi keluarga dan masyarakat, setiap keluarga yang mempunyai masalah gizi yang berbeda tergantung pada tingkat social ekonominya, dan belum tentu juga orang kaya yang masuk Rumah Sakit akibat masalah gizi, tapi bisa jadi karena gizi berlebihan, kendati demikian betapa sangat penting arti sebuah kesehatan bagi tubuh apabila unuk usia anak balita yang masih dalam masa pertumbuhan, untuk itu perlu ada partisipasi para ibu dalam mensukseskan kesehatan dalm keluarga. Perbaikan kesehatan dapat dilakukan melalui upaya pencegahan dan penyembuhan dengan mendekatkan pelayanaan kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan kerangka pemikran sebagai berikut

1. Berat badan menurut umur 2. Tinggi badan menurut umur 3. Berat badan menurut tinggi

Status gizi anak balita: - Gizi buruk - Kurang gizi - Gizi baik Sosial ekonomi rumah tangga:

- Mata pencaharian - Pendapatan - Pendidikan - Perumahan - Kesehatan


(50)

2.6 Defenisi Konsep dan Operasional

A. Defenisi Konsep

Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak ditelitinya. Inilah yang disebut konsep, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: Kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian sosial (Singarimbun, 1995:33).

Konsep sangat diperlukan dalam penelitan agar dapat menjaga fokus masalah dan timbulnya kesalah pahaman yang mengaburkan penelitian. Oleh karena itu dalam menjelaskan penelitaian ini, perlu dijelaskan beberapa defenisi konsep anatara lain:

1) Kondisi sosial ekonomi rumah tangga yaitu: suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, pekerjaan dan pendidikan (Soekunto, 1987:181)

2) Gizi adalah satu proses organisme menggunakan makanan yang dikomsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluran zat- zat yang digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ- organ serta menghasilkan energi.


(51)

3) Anak Balita yaitu anak yang berusia dibawah lima tahun atau dapat juga dikatakan anak yang belum berusia 18 tahun dan masih berada dalam kandungan serta belum pernah menikah.

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti dengan menggunakan suatu variable (Singarimbun; 1989) untuk memperjelas penelitian ini defenisi operasional yang digunakan adalah :

1. Mata pencaharian dilihat dari segi a) Bertani

b) Guru/PNS c) Dan lain-lain

2. Pendapatan keluarga adalah jimlah penghasilan riil dari seluruh anggota keluarga yng bekerja. Pendapatan keluarga dapat diukur dengan:

a) Pendapatan tetap keluarga yaitu pendapatan anggota keluarga yng diperoleh dari suami ataupun isteri.

b) Pendapatan tambahan yaitu pendapatan anggota keluarga yang diperoleh dari pekerjaan sampingan.

3. Pendidikan diukur dengan

a) Pendidikan formal orang tua yang diperoleh melalui bangku sekolah yang bersifat formal.

4. Kesehatan, yang dilihat dari segi : a. Kesehatan fisik


(52)

5. Perumahan :

a. Apakah rumah yang ditempati memenuhi syarat b. Bagaimana status kepemilikan rumah yang dihuni 6. Berat badan per umur diklasifkasikan jadi tiga yaitu:

a. Gizi lebih (over weight), yaitu apabila berat badan balita menurut umurnya lebih dari 89%

b. Gizi baik (well nourished), yaiu apabila berat badan balita menurut umurnya berada diantara 60,1 %-80%

c. Gizi buruk (under weight), yaitu apabila berat badan balita menurut umurnya 60%

7. Tinggi badan menurut umur yang diklasifikasikan dengan:

a. Gizi baik, apabila berat badan balita menurut panjangnya/tingginya lebih dari 80%

b. Gizi kurang, apabila berat badan balita menurut panjang/tingginya berada diantara 70,1%-90%

c. Gizi buruk, apabila berat badan balita menurut panjang/tingginya 70% 8. Berat badan menurut tinggio diklasifikasikan dengan:

a. Gizi baik, apabila berat badan balita menurut panjang/tinggi lebih dari 90%

b. Gizi kurang, apabila berat badan balita menurut panjang/tingginya berada diantara 70,1%-90%

c. Gizi buruk, apbila bearat badan balita menurut panjang/tingginya 70% atau kurang


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskrftif, yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/ melukiskan berdasarkan objek peneliti pada saat sekarang, sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta- fakta (fact -finding) sebagaimana keadaan sebenarnya (Nawawi, 1995:73)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitan bertempat di desa Batunadua Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara. Adapun alasan penulis memilih desa ini sebagai tempat penelitian adalah karena pada desa ini penulis melihat betapa kurangnya campur tangan pemerintah setempat dalam meningkatkan kondisi ekonomi rumah tangga dalam sector pertanian, sebab pada desa Batunadua sangat kurang informasi tentang teknologi cara bercocok tanam yang baik sehingga dapat menghasilkan panen yang maksimal, pada desa ini penulis juga mendapat data tentang bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang dialami oleh masyarakat desa Batunadua dan bagaimana satus gizi pada anak balita di desa Batunadua yang merupakan generasi penerus yang seharusnya medapat perhatian lebih dalam pertumbuhannya, dimana yang menjadi subjek penelitian penulis adalah orang tua


(54)

dari anak balita tersebut. Jadi lokasi penelitian berawal dari puskesmas kemudian dilanjutkan pada masing- masing subjek penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala nilai atau peristiwa sebagai sumber daya yang menerima karakter tertentu dalam suau penelitian (Nawawi,1995:73). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang memiliki anak balita yang ada di desa Batunadua Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto, sampel adalah jika jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi atau untuk menentukan sampel dapat digunakan denhgan antara 10%-15% dan 20%-25% dari jumlah populasi ini dianggap represnsentatif. Karena jumlah penduduk desa Batunadua adalah 259 KK, dan jumlah KK yang memiliki anak balita adalah 100 KK, jadi sampel dalam penelitian ini adalah 20% X 100 KK= 20 KK. Dengan demikian penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sampel total Arikunto (1996). Maka yang menjadi sampel dalam hal ini adalah keseluruhan ibu rumah tangga yang memiliki anak balita yaitu yang berjumlah 20 orang.


(55)

3.4 Tehknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi yang digunakan, penulis menggunakan tehknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yamg diperoleh melalui buku, karya ilmiah dan bentuk tulisan lainya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti oleh penulis yaitu tentang kondisi sosial ekonomi rumah tangga serta status gizi anak balita.

2. Studi Lapangan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan secara langsung di lapangan, tehknik penelitian lapangan ditempuh dengan cara :

a) Observasi, yaitu mengamati objek yang diteliti secara langsung dengan mengadakan pencatatan seperlunya dengan kondisi yang dihadapi secara objektif

b) Kuesioner, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran angket yang berisikan pertanyaan yang diajukan secara tertulis.


(56)

3.5 Tehknik Analisis Data

Tehknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif kualitatatif dengan cara mentabulasi data yang berhasil dijaring keterangan yang diperoleh dari responden. Data yang didapat akan dipaparkan dan dianalisa dengan menggunakan tabel tunggal, selanjutnya diberi keterangan sesuai dengan gejala yang diamati oleh peneliti yang berkaitan dengan kekurangan gizi pada anak balita yang berada di desa Batunadua Kecamatan Tapanuli Utara.


(57)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pangaribuan yaitu desa Batunadua. Desa batunadua secara geografis erletak pada : 01o-42o lintang utara dan 02o-06o lintang selatan, 99o-02o bujur barat dan 99o-03o bujur timur.

4.1.1 Monografi desa Batunadua

Luas wilayah desa Batunadua adalah 2000 Ha (20 km2) dengan ketinggian wilayah 500 sampai dengan 1500 M diatas permukaan laut dengan batas- batas sebagai berikut :

Sebelah Timur Desa Batunanumpak Sebelah Selatan Desa Rahutbosi

Sebelah Utara Desa Parsibarungan Sebelah Barat Desa Lumban Sinaga

Jumlah penduduk menurut agama:

Islam 186 Jiwa Kristen Protestan 1.111 Jiwa

Katolik ---

Budha ---


(58)

Jumlah penduduk menurut desa mata pencaharian :

Jabatan Jumlah

PNS 65 Jiwa

TNI/Polri --- Wiraswasta 3 Jiwa

Petani 558 Jiwa Pensiunan 18 Jiwa

Lainnya 653 Jiwa (Termasuk anak-anak)

Kesehatan/ KB dan Puisat Kesehatan : a) Kesehatan :

- Puskesmas : 1 Unit - Polindes : 1 unit - Posyandu : 1 Unit b) Keluarga Berencana :

- Jumlah Pangan Usia Subur (PUS) : 150 Jiwa - Jumlah Akseptor KB : 50 Jiwa c) Pembangunan Keluarga Sejahtera :

- Jumlah keluarga pra sejahtera : 12 KK - Jumlah keluarga sejahtera I : 140 KK - Jumlah keluarga sejahtera II : 76 KK - Jumlah keluarga sejahtera III : 11 KK - Jumlah keluarga penerima BLT : 40 Jiwa


(59)

d) Pendidikan :

Prasarana pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah sarana Jumlah Guru Jumlah siswa/i

SD 2 Unit, 17 orang 269 orang SLTP 1 unit 30 orang 5721 orang SLTA 1 unit 10 orang 61 orang SMK 1 unit 12 orang 80 orang

e) Pertanian :

- Tanah sawah : 128 Ha - Tanah kering/lading : 1.365 Ha - Bangunan dan pekarangan : 142 Ha - Lainnya : 365 Ha

4.1.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Batunadua A. Nama Perangkat Desa Batunadua

Nama Jabatan

Carimanhot Gultom Kepala Desa Batunadua Magar Gultom Sekretaris Desa

Ipong Gultom Kepala Urusan Pemerintahan Asmen Gultom Kepala Urusan Pembangunan Alsen Gultom Kepala Urusan Umum


(60)

B. Nama Pejabat Badan Perwakilan Desa (BPD)

Nama Jabatan

Sukiman Gultom Ketua BPD Saudara Gultom Wakil Ketua BPD Gerhard Gultom Sekretaris BPD Banguntua Gultom Anggota BPD Marlon Gultom Anggota


(61)

BAB V

ANALISA DATA

Dalam bab ini, peneliti menjabar dan menganalisa data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket dan observasi yang diajukan kepada responden yaitu ibu rumah tangga yang memiliki anak balita yang berada di desa Batunadua kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara. Adapun angket yang telah disebarkan sebanyak 20 angket kepada 20 para ibu rumah tangga sebagai responden. Data yang dianallisa dalam bab ini adalah seabagai berikut :

5.1 Identitas Responden

5.1.1 Umur Responden

Tabel 2. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Umur

No Usia Responden Frekuensi %

1 24-25 4 20 %

2 26-27 5 25 %

3 28-29 5 25 %

4 30-31 3 15 %

5 32-33 1 5 %

6 34-35 2 10 %

Jumlah 20 100 %


(62)

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa 4 responden (20 %) berada pada kelompok usia 24-25 tahun, 5 responden (25 %) berada pada kelompok usia 26-27 tahun, 5 responden (25 %) berada pada kelompok usia 28-29 tahun, 3 responden (15 %) berada pada kelompok usia 30-31 tahun, 1 responden (5%) berada pada kelompok usia 32-33 tahun, 2 responden (10%) berada pada kelompok usia 34-35 tahun. Dengan demikian dapa disimpulkan bahwa responden ibu rumah tangga yang memiliki anak balita didominasi oleh kelompok usia 26-27 tahun dan usia 28-29 tahun yaitu ibu rumah tangga yang dapat dikategorikan pada masa kelahiran yang subur.

5.1.2 Agama

Tabel 3. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi %

1 Islam 4 20 %

2 Kristen Protestan 16 80 %

3 Hindu ---- ----

4 Budha --- ----

Jumlah 20 100 %

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008.

Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat keragaman karakteristik agama, hal ini membuktikan bahwa pada desa Batunadua memiliki keanekaragaman agama sekalipun pada desa ini didominasi oleh ibu rumah tangga yang beragam Kristen Protestan sebesar 16 responden ( 80 % ), kemudian yang


(63)

beragama Islam 4 responden (20 %). Batunadua merupakan desa yangmana masyarakatnya mayoritas Batak Kristen karena sejarah penyebaran agama Kristen lebih kuat dibandig dengan agama-agama yang lainnya.

5.1.3 Pekerjaan

Tabel 4. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi %

1 Petani 13 65 %

2 Wiraswasta 2 10 %

3 Buruh --- ---

4 Beternak 2 10 %

5 PNS 3 15 %

Jumlah 20 100 %

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 4 menunjukan bahwa 13 responden (65 %) pekerjaan sebagai petani, 2 responden (10%) pekerjaan sebagai wiraswasta, 2 responden (10%) pekerjaan sebagai peternak, 3 responden (15%) pekerjaan sebagai PNS. Dengan demikian bahwa yang mendominasi pekerjaan responden adalah kelompok petani. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada desa Batunadua masyarakatnya adalah melakukan pekerjaanya bertani dimana desa ini merupakan desa yang cocok untuk dijadiakn sebagai lahan pertanian.


(64)

5.1.4 Pendidikan

Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi %

1 SD 9 45 %

2 SLTP 3 15 %

3 SLTA 5 25 %

4 Perguruan Tinggi 2 10 %

5 Tidak Tamat 1 5 %

Jumlah 20 100 %

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 5 menunjukan bahwa 9 responden (45 %) pendidikan SD, 3 responden (15 %) pendidikan SLTP, 5 responden (25 %) pendidikan SLTA, 2 responden (10 %) pendidikan perguruan tinggi, 1 responden (5 %) tidak tamat. Dengan demikian bahwa yang mendominasi pendidikan orang tua adalah pada kelompok pendidikan SD. Ini dapat diketahui bahwa bahwa pendidikan rang tua dapat mempengaruhi status gizi anak balita, sehingga orang tua yang tamat SD berada pada level yang paling bawah dengan penghasilan yang rendah. Oleh sebab itulah maka orang tua kurang memperhatikan keadaan gizi anak balita apakah sudah memenuhi standart gizi.


(65)

5.1.5 Jumlah Anggota Keluarga

Tabel 6. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi %

1 3-4 4 20 %

2 5-6 8 40 %

3 7-8 6 30 %

4 > 8 2 10 %

Jumlah 20 100 %

Sumber : Hasil Kuesioner Peneliian 2008

Data pada tabel 6 menunjukan bahwa 4 responden (20 %) anggota keluarga yang berjumlah 3-4 orang, 8 responden (40 %) anggota keluarga yang berjumlah 5-6 orang, 6 responden (30 %) anggota keluarga yang berjumlah 7-8 orang, dan 2 responden (10 %) anggota keluarga yang berjumlah lebih dari 8 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki anggota keluarga didominasi jumlah anggota keluarga 5-6 orang.


(66)

5.2 Analisis Tanggapan Responden Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Di Desa Batunadua

5.2.1 Pekerjaan Responden

Tabel 7. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekejaan Frekuensi %

1 PNS 3 15 %

2 Petani 13 65 %

3 Wiraswasta 2 10 %

4 Sumber Lainya (Beternak, buruh) 2 10 %

Jumlah 20 100 %

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 7 menunjukan bahwa 3 responden (15 %) yang memiliki pekerjaan sebagai seorang PNS, 13 responden (65 %) yang memiliki pekerjaan sebagai petani, 2 responden (10 %) yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, 2 responden (10 %) sebagai peternak atau buruh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pekerjaan responden didominasi kelompok pekerjaan sebagai petani . Hal ini bisa terjadi karena desa Batunadua merupakan daerah yang lahannya cocok dijadikan lahan pertanian.


(67)

5.2.2 Jumlah Tanggungan

Tabel 8. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No Jumlah Tanggungan Frekuensi %

1 Kurang dari 2 orang 3 15 %

2 2-3 orang 7 35 %

3 Lebih dari 3 orang 10 50 %

Jumlah 20 100 %

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 8 menunjukan bahwa 3 reponden (15 %) yang memiliki tanggunggan kurang dari dua orang, 7 responden (35 %) yang memiliki tanggungan 2-3 orang, 10 responden (50 %) yang memiliki tanggungan lebih dari 3 orang. Dengan demikian bahwa yang mendominasi tanggungan responden adalah lebih dari 3 orang, hal ini dapat mempengaruhi sosial ekonomi rumah tangga dan status gizi anak balita mereka.


(1)

4. Makanan tambahan adalah makanan yang mengandung asupan gizi yang sangat diperlukan balita, dengan demikian perlu diperhatikan zat-zat dalam PMT dan variasi makanan PMT setiap bulannya di Posyandu.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A Priadji, Wied, Harry. Gizi Keluarga, Penebar Swadaya. Jakarta,1986

Arikunto, Suharsini. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara, Jakarta.

Astrid, Phill. 1985. Pengantar Sosiologi dan Kebudayaan. Jakarta; Bina Aksara Budiyanto, Agus. 2004. Dasar- Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.

Ilmu Kesehatan Anak, DEPKES RI,1986-1987

Kardjati,dkk.1985, Aspek Kesehatan Anak Balita, Jakarta. Yayasan Obor Indonesia

Manullang, M. 1980. Pengantar Ekonomi Perusahaan; Ghalia. Moehji, Sjamien. Ilmu Gizi, Bharata Karya Aksara, Jakarta, 1986.

Nasution, Mulia. Teori Ekonomi Makro, Jakarta, 1997. Percetakan Karya Unipress

Nawawi, 1995. Penelitian Terapan. Yogyakarta; UGM. Press

Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.

Poerwadarminta, Wss. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka.

Purwoko, Susi. 1999. Tubuh Sehat, Pedoman Pemeliharaan. Alih Bahasa. Jakarta; Arcan


(3)

Sumber- sumber Lain:

Data Puskesmas Desa Batunadua.

Data Dari Kantor Kepala Desa Batunadua http//www.geogle.gizi.net

http//www.gatra.com.2005

Undang- undang No. 23 Tahun 2002. Tentang Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1. Tentang Peradilan Anak. Undang-undang No. 6 Tahun 1974, Tentang Kesejahteraan Sosial


(4)

KUESIONER

Petunjuk Untuk Pengisian !

1. Berilah tanda pada pilihan dibawah ini sesuai dengan jawaban yang benar. 2. Isilah titik-titik sesuai dengan pertanyaan.

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : ………

2. Umur : a. 24-25 tahun d. 30-31 tahun b. 26-27 tahun e. 32-33 tahun c. 28-29 tahun f. 34-35 tahun

3. Agama : a. Islam b. Budha

c. Kristen d. Hindu 4. Pekerjaan : a. Petani d. PNS

b. Buruh e. Beternak c. Wiraswasta

5. Pendidikan terakhir : a. SD d. Perguruan Tinggi b. SLTP e. Tidak tamat c. SLTA

6. Jumlah Anggota Keluarga : a. 3-4 orang b 5-6 orang c. 7-8 orang d. > 8 orang

B. SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA 7. Apa pekerjaan saudara/I pada saat ini?

a. Guru/PNS c. Wiraswasta

b. Bertani d. Sumber lainya, sebutkan 8. Berapa jumlah tanggungan saudara/i?

a. Kurang dari 2 orang c. lebih dari 3 orang b. 2-3 orang

9. Berapa pendapatan seluruh anggota keluarga saudara/I setiap bulan? a. Rp. 200-300 ribu c. Rp. 400-500 ribu


(5)

10. Apa seluruh pendapatan rumah tangga saudara/i dapat mencukupi kebutuhan keluarga anda setiap harinya?

a. Cukup c. Kurang mencukupi

b. Tidak cukup d. Lebih dari cukup 11. Pendidikan suami anda apa?

a. SD d. Perguruan Tinggi

b. SLTP e. Tidak tamat

c. SLTA

12. Pendidikan istri anda apa?

a. SD d. Perguruan Tinggi

b. SLTP e. Tidak tamat

c. SLTA

13. Bagaimana status rumah yang saudara/i tempati? a. Rumah sendiri c. Rumah kontrakan b. Rumah keluarga

14. Bagaimana tipe rumah yang saudara/i tempati?

a. Mewah c. Darurat

b. Permanen d. Terbuat dari papan 15. Fasilitas apa saja yang saudara/i miliki?

a. TV c. Kursi

b. Kulkas d. Tidak memiliki apa-apa 16. Penerangan apa yang saudara/i gunakan ?

a. PLN c. Tidak memiliki penerangan b. Lampu templok

17. Jenis air bersih apa yang saudara/i gunakan untuk keluarga?

a. PAM b. Air sumur c. Air sungai

C. STATUS GIZI BALITA

18. Berapa kali keluarga saudara/I makan dalam sehari?


(6)

19. Apa jenis makanan yang dikonsumsi oleh keluarga saudara/i? a. Beras merah c. Beras bulog/raskin b. Beras putih

20. Berapa kali balita saudara/i minum susu dalam sehari?

a. 1 kali c. 3 kali

b. 2 kali d. Tidak pernah

21. Jenis susu apa yang saudara/i berikan kepada balita anda? a. ASI c. Lain-lain, sebutkan!. b. Susu kaleng/kemasan

22. Apa balita saudara/i sering mengkonsumsi sayuran? a. Tidak pernah c. Sering

b. Kadang-kadang

23. Jenis lauk apa yang dikonsumsi balita saudara/i?

a. Ikan laut c. Daging

b. Ikan tawar d. Lainnya, sebutkan! 24. Berapa berat badan balita saudara/i?

a. 2-3 kg c. 6-7 kg

b. 4-5 kg d. > 8 kg

25. Berapa kali balita saudara/i dibawa untuk imunisasi? a. 1 kali dalam sebulan c. Jarang

b. 1 kali dalam 2 bulan d. Tidak pernah

26. Apakah saudara/i ada memberikan makanan tambahan kepada balita anda?

a. Ya b. Tidak

27. Apa saudara/i memeriksa kesehatan balita anda secara berkala?

a. Ya b. Tidak

28. Apa balita saudara/i sering sakit?

a. Ya b. Tidak

29. Jika balita saudara/i sakit, kemana anda membawanya berobat? a. Rumah sakit c. Dukun