Latar Belakang s ind 056094 chapter1

Chitra La Risa, 2013 Analisis Wacana Kritis Tentang Pemberitaan Perempuan Dalam Teks Berita Tabloid Realita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial. Bahasa juga merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan dunia yang melingkupinya. Menuangkan pikiran dalam bahasa tulisan tentu saja akan merujuk atau bertolak ukur pada paradigma tertentu sehingga menghasilkan suatu kecenderungan atau pandangan yang berbeda. Begitupun dengan bahasa jurnalis pers media cetak. Setiap media massa massa mempunyai gaya dan ideologi tersendiri dalam menyajikan berita. Media massa memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Media massa dikatakan sebagai pilar keempat sebuah negara, karena melalui media massa masyarakat terbentuk secara informatif. Media massa juga berfungsi sebagai instrumen untuk menyebarkan ideologi melalui pemberitaan-pemberitaan yang mengandung sistem nilai yang digunakan oleh para pengikutnya. Media cetak, khususnya surat kabar menjadi salah satu ruang tempat dituliskannya hasil liputan para wartawan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara ini. Media massa menurut Tony Bennet bukanlah saluran yang bebas dan netral, media merupakan subjek yang merekonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakan, sehingga realitas yang Chitra La Risa, 2013 Analisis Wacana Kritis Tentang Pemberitaan Perempuan Dalam Teks Berita Tabloid Realita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ditampilkan dalam media bukan realitas yang sebenarnya, tetapi telah dikonstruksi ke dalam bentuk wacana yang bermakna Eriyanto, 2001:36. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan berita seringkali menunjukkan keberpihakan. Mulyana Eriyanto,2002:x dalam sebuah pengantar buku menyatakan bahwa bahasa juga dapat digunakan untuk memberikan aksen tertentu terhadap suatu tindakan misalnya dengan menekankan, mempertajam, memperlembut, mengaungkan, melecehkan, emmbelokan, atau mengaburkan peristiwa atau tindakan tertentu. Bahasa dikatakan sebagai system kategorisasi, dimana kosakata tersebut akan menyebakan makna tertentu dan memeperlihatkan sebuah ideologi. Dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran citra yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang dipakai media, ternyata mampu mempengaruhi cara melafalkan, tata bahasa, susunan kalimat, perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan akhirnya mengubah dan atau mengembangkan percakapan, bahasa dan makna. Realitas media di Indonesia menunjukkan adanya bias gender dalam representasi perempuan dalam media, baik media cetak maupun elektronik. Hal yang tidak bisa dibantah bila media massa mempunyai peran sangat signifikan dalam proses sosialisasi kesetaraan dan keadilan gender. Signifikasi peran media massa juga terletak pada eksistensinya sebagai salah satu tonggak demokrasi, yang sekarang menjadi mainstream. Salah satu pilar demokrasi adalah adanya ruang publik yang bebas dan penghargaan terhadap hak azasi manusia. Salah satu perwujudannya adalah penghargaan terhadap hak-hak perempuan dan persamaan. Chitra La Risa, 2013 Analisis Wacana Kritis Tentang Pemberitaan Perempuan Dalam Teks Berita Tabloid Realita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Pada umumnya media massa sedikit memunculkan isu tentang perempuan, media cenderung memberi ruang hanya bagi hal-hal yang bersifat tradisional atau urusan perempuan, seperti rumah tangga, mode, mengurus keluarga dan anak. Media massa yang diharapkan bisa mensosialisasikan masalah gender kepada masyarakat luas, ternyata masih kurang sensitif terhadap masalah tersebut. Persoalan tentang perempuan merupakan persoalan yang senantiasa aktual dan seringkali mengundang perdebatan panjang yang tidak berujung. Media massa dan perempuan ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa di pisahkan, keduanya memiliki kaitan erat dan saling melengkapi. Media yang difungsikan sebagai sarana penghubung seseorang atau kelompok dengan publik kadang kala dihalalkan dalam segala bentuk dan cara. Perempuan yang ingin diketahui oleh publik dengan terang-terangan bahkan percaya diri membuka semua hal tentang dirinya bahkan sampai pada hal privacy untuk khalayak umum dengan harapan dirinya menjadi satu-satunya pusat perhatian masyarakat. Perempuan yang secara fitrah butuh suatu perhatian lebih, maka medialah yang menjadi sarana paling subur untuk hal itu. Kehormatan perempuan seringkali juga menjadi jatuh karena dirinya sendiri atau suatu media. Karakteristik media massa yang manipulatif dan kurang memiliki sensitifitas gender seringkali juga merugikan perempuan. Apa yang ditampilkan media terhadap sosok perempuan dianggap mampu memberi kontribusi lebih dalam meningkatkan konsumsi publik, misalnya saja dalam periklanan di televisi. Sudah saatnya, masyarakat lebih jeli dalam menyeleksi konsumsi media yang ada di sekitar kita dan tidak menelannya bulat-bulat. Berita-berita yang seolah-olah menghibur itu sering kali ibarat candu, terasa nikmat sehingga melupakan kita dari berbagai soal serius yang seharusnya memang kita hadapi. Chitra La Risa, 2013 Analisis Wacana Kritis Tentang Pemberitaan Perempuan Dalam Teks Berita Tabloid Realita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Sara Mills lebih dalam Eriyanto 2001:200 banyak merepresentasikan perempuan dalam teks, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pemarjinalan yang terjadi pada perempuan. Analisis atas bagaimana posisi-posisi ini ditampilkan secara luas akan bisa menyingkap bagaimana ideologi dan kepercayaan dominan bekerja dalam teks. Umumnya dalam wacana feminis, diyakini dalam banyak teks wanita ditampilkan sebagai objek bukan subjek. Karena sebagai objek representasi, maka wanita posisinya selalu didefinisikan, dijadikan bahan penceritaan, dan tidak bisa menampilkan dirinya sendiri. Pada tabloid Realita edisi 20 April-3 Mei 2009 terdapat teks berita yang berjudul “Memilih Taubat Setelah Mimpi Kiamat”, bercerita tentang seorang perempuan asal Tegal, yang hijrah ke kota Bandung untuk bekerja, diceritakan Ika sudah mempunyai pacar selama 4 tahun dan setelah ia memberikan segalanya, lelaki itu pun pergi begitu saja meninggalkan dirinya tanpa kepastian. Itulah yang membuat Ika menjadi rapuh dan labil, sampai suatu ketika ia bertemu dengan seorang wanita bernama Eva di Bekasi dan menawari Ika untuk ikut bekerja di Papua sebagai pelayan di kafe. Bukan untung yang ia dapat malah penderitaan, ternyata pekerjaan yang semula Eva janjikan itu tidak ada, ia malah dijadikan PSK di Papua. Sebenarnya Ika tidak mau menerima pekerjaan itu, bahkan untuk lari dari sana saja tidak bisa, jadi ia terpaksa melakoni pekerjaan itu karena faktor lingkungan dan ekonomi. Setelah kontrak bekerja empat bulan selesai, Ika kembali ke tempat kakaknya di Purwakarta, beberapa hari sebelum keberangkatannya, pada suatu malam dia bermimpi. Di sana dia diperlihatkan bahwa bumi ini akan kiamat dan hancur. Tetapi mimpi itu tidak mengurungkan niatnya untuk kembali ke Sorong, ia tetap berencana kembali lagi ke Sorong untuk bekerja sebagai PSK, setelah tiba di Sorong, Ika selalu bermimpi tentang kiamat itu, sampai akhirnya ia pun sakit parah di sana dan tidak mendapat penghasilan apa-apa. Chitra La Risa, 2013 Analisis Wacana Kritis Tentang Pemberitaan Perempuan Dalam Teks Berita Tabloid Realita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Karena ia terus selalu bermimpi tentang kiamat itu, maka Mei 2008 ia berhenti menjadi PSK dan di Jakarta ia mendirikan sebuah yayasan penyalur baby sytter. Dia sadar pekerjaannya sekarang lebih sedikit penghasilannya dibandingkan penghasilannya ketika bekerja sebagai PSK. Tetapi itu semua diterima karena lebih terhormat dibandingkan menjadi PSK.Selain itu ia mendapat ketenangan yang selama ini ia tidak didapat. Peneliti akan mencoba menganalisis ke dalam sikap yang diambil oleh tabloid Realita dalam memberitakan pemberitaan terhadap perempuan yang disajikan kepada khalayak dengan menggunakan analisis Sarra Mills dengan meninjau posisi subjek dan objek dalam teks berita tabloid Realita; representasi perempuan dalam teks berita tabloid Realita; dan aspek kebahasaan yang dapat menunjukkan ideologi dan keberpihakan yang disajikan oleh tabloid Realita dengan judul Analisis Wacana Kritis tentang Pemberitaan Perempuan dalam Teks Berita Tabliod Realita. Penelitian terhadap wacana kritis pernah dilakukan oleh Rina Lestari yang meneliti tentang wacana feminis pada harian umum Pikiran Rakyat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pikiran Rakyat lebih berpihak terhadap perempuan walaupun ada sedikit kemungkinan dari pilihan kata yang bisa memarjinalkan perempuan.

1.2 Masalah