Kinerja Aparatur Dinas Pendapatan Daerah dalam Meningkatkan Pajak Reklame di Kota Bandung
KINERJA APARATUR DINAS PENDAPATAN DAERAH
DALAM MENINGKATKAN PAJAK REKLAME
DI KOTA BANDUNG
LAPORAN KKL
Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Pendapatan
Daerah Kota Bandung Pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Disusun oleh :
Fitri Nenden Tresnaati
41709001
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA
2012
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. Identitas Diri
Nama
: Fitri Nenden Tresnaati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Mahasiswa/Belum Menikah
Agama
: Islam
Tempat Tanggal Lahir
: Subang, 09 Maret 1992
Alamat
: Jl. Tubagus Ismail Dalam Gg. Kubang Sari 2
RT 01/06
Email
: fitrinendent@ymail.com
Nama Ayah
: Rusta
Pekerjaan Ayah
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Nentih
Pekerjaan Ibu
: Swasta
2. Pendidikan Formal:
Pendidikan Formal
Tahun
Keterangan
1997-2003
SDN KORANJI
2003-2006
SMPN 1 PURWADADI
2006-2009
SMAN 2 SUBANG
2009-Sekarang
Universitas Komputer Indonesia
3. Pendidikan Non Formal:
Pendidikan Non Formal
Tahun
2008
Nama
Anggota karang
taruna
2009
Ceramah Umum
Penyelengara
Karang taruna desa
Koranji
FISIP UNIKOM
Dekan Fisip UNIKOM
2010
Ceramah Umum
Prodi Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
2010
Table Manner Class
2011
Diskusi Politik
Maja House
Hima Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
2012
Kuliah Umum :
Pelaksanaan e-KTP
Prodi Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
2012
Ilmu Pemerintahan
Cup
Hima Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
2012
Ceramah Agama
Ismal
Hima Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
Tanggal, Oktober
Fitri Nenden tresnaati
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang KKL ....................................................... 1
1.2 Kegunaan KKL ............................................................... 8
1.3 Metode KKL ................................................................... 9
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL ............................. 11
1.4.1 Objek KKL dan Gambaran Umum Dispenda ......... 11
1.4.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dispenda ... 12
1.4.3 Tujuan Dispenda .................................................. 13
1.4.4 Visi, Misi, dan Motto Dispenda ............................... 13
1.4.4.1 Visi ............................................................. 14
1.4.4.2 Misi ............................................................ 15
1.4.4.3 Motto .......................................................... 15
1.4.5 Sasaran Dispenda ................................................. 15
1.4.6 Cara Pencapaian Tujuan Dan Sasaran ................. 16
1.4.7 Sususan Organisasi Dispenda ............................... 18
1.4.8 Lokasi Pelaksanaan KKL ....................................... 21
1.4.9 Waktu Pelaksanaan KKL ....................................... 22
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja .......................................................................... 23
2.1.1 Pengertian Kinerja ................................................. 23
2.1.2 Faktor-faktor Kinerja .............................................. 27
2.1.3 Pengukuran Kinerja ............................................... 29
v
2.2 Pengertian Aparatur...................................................... 31
2.2.1 Peningkatan Kualitas Aparatur Pemerintah
Daerah ................................................................... 34
2.3 Pengertian Pendapatan Daerah ................................... 34
2.4 Pengertian Pajak Reklame ........................................... 37
BAB III PEMBAHASAN KKL
3.1 Hasil Kegiatan KKL ....................................................... 44
3.2 Pembahasan ................................................................ 47
3.2.1 Kinerja Individual Aparatur Dinas Pendapatan
Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di
Kota Bandung...................................................... 47
3.2.2 Psikologis Kinerja Aparatur Dinas Pendapatan
Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di
Kota Bandung ...................................................... 52
3.2.3 Faktor Organisasi Kinerja Aparatur Dinas
Pendapatan Daerah Dalam Meningkatkan Pajak
Reklame Di Kota Bandung .................................. 55
BAB IV Kesimpulan Dan Saran
4.1 Kesimpulan ................................................................... 60
4.2 Saran ............................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian KKL ...................................................22
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Harian .................................................44
vii
DAFTAR GAMBAR
Bagan 1.1 Struktur Organisasi Dispenda ..........................................20
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ................................................. 65
Lampiran 2 Daftar NamaPegawai .................................................. 66
Lampiran 3 Perhitungan Hasil Nilai Sewa Reklame ....................... 67
Lampiran 4 Surat Izin Kuliah Kerja Lapangan ................................ 68
Lampiran 5 Surat Pemberitahuan Survei/Penelitian
Praktek Kerja ...............................................................69
Lampiran 6 Surat Pernyataan Penelitian/Praktek Kerja ................. 70
Lampiran 7 Form Aktifitas Harian Kuliah Kerja Lapangan .............. 71
Lampiran 8 Berita Acara Bimbingan Kuliah Kerja Lapangan ..........72
Lampiran 9 Pedoman Wawancara ................................................ 73
ix
KATA PENGANTAR
Assallamuallaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT.
Dengan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan laporan KKL ini. Penulis
menyadari dalam penyusunan laporan KKL ini, banyak menemukan
kesulitan dan hambatan disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis,
namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak,
disertai keinginan yang kuat dan usaha yang sungguh-sungguh, maka
akhirnya laporan KKL yang di beri judul “Kinerja Aparatur Dinas
Pendapatan Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di Kota
Bandung “. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data, penyusunan, dan
penyelesaian Laporan KKL ini. Secara khusus peneliti menyampaikan rasa
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.
2. Nia Karniawati, S.IP.,M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Rino Adibiwo S.IP selaku pembimbing dan dosen wali angkatan 2009
4. Para Aparatur Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung, yang telah
memberikan informasi serta memberkan izin kepada peneliti untuk
ikut berperan aktif di Dinas Pendapatan Daerah
5. Seluruh Dosen Studi Ilmu Pemerintahan yang telah membantu
kelancaran peneliti dalam melaksanakan Usulan Penelitian.
6. Orang tua dan keluarga yang sudah membantu memberikan
dorongan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat
berarti bagi peneliti dalam menyelesaikan Usulan Penelitian ini.
7. Teman–teman angkatan 2009 di Program Studi Ilmu Pemerintahan.
iii
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan
bantuan bagi peneliti dalam penyusunan Usulan Penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan KKL ini masih
diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun
pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
Laporan KKL ini.
Semoga laporan KKL ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya
bagi peneliti dan bagi pihak-pihak yang terkait serta pembaca pada
umumnya.
Wassalamuallaikum Wr. Wb
Bandung, Oktober 2012
iv
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Resmi Siti.2009. Perpajakan : Teori dan Kasus. Edisi 5,
Yogyakarta :
Penerbit Salemba Empat.
Situmorang, Victor M. dan ErlanggaIrawan Jusuf Muhir. 2001. Manajemen
Konflik.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005. Manajemen dan Motivasi, Balai
Pustaka, Jakarta
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2006). Evaluasi Kinerja Sumber Daya
Manusia. Bandung: PT Refika Aditama.
Veithzal Rivai, 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawalipers
Widjaja, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT
Raja Grafindo Perkasa.
Hasibuan, Malayu. (1996). Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Jakarta:PT Toko Gunung Agung.
Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja
Dharma Setyawan Salam dalam buku Manajemen Pemerintahan Indonesia.
Universitas Komputer Indonesia, 2012, Panduan Pelaksanaan & Sistematika
Penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan KKL, Bandung, Prodi Ilmu
Pemerintahan FISIP UNIKOM.
Dokumen-dokumen :
Peraturan daerah Kota Bandung No.2 tahun 2010 tentang pajak reklame.
Peraturan Walikota Bandung No. 213 tahun 2012 tentang petunjuk
pelaksanaan penyelenggaraan reklame
Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1989 tentang susunan organisasi dan
tata kerja Dinas Pendapatan Daerah tingkat II
63
64
Rujukan Elektronik :
Pendekatan kualitatif melalui : http://www.papaninfo.com/pdf/pendekatankualitatif-menurut-para-ahli.html
Website Resmi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung (Pajak Daerah) :
dispenda.jabarprov.go.id
(http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/kinerja-apa-itu/)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Laporan KKL
Konsep otonomi Daerah dewasa ini, diikuti dengan adanya
perubahan-perubahan, baik peraturan Perundang-undangan maupun sistem
Pemerintahan. Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
Pemerintahan Daerah yang setiap daerah mempunyai kewenangan
mengurus wilayah sendiri dan sebagaimana yang telah dikemukakan
pemerintah melalui Undang-Undang No.22 Tahun 1999 telah memperluas
kewenangan
pelaksanaan
otonomi
daerah
dengan
menyerahkan
sepenuhnya beberapa bidang desentralisasi politik dan administratif urusan
pemerintahan kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan
daerah yang digali dalam wilayah daerah yang bersangkutan seperti Kota
Bandung yang merupakan bagian dari provinsi dari Jawa Barat. Proporsi
pendapatan asli daerah dalam seluruh penerimaan daerah masih rendah
bila di bandingkan dengan penerimaan bantuan dari pemerintahan pusat.
Keadaan ini menyebabkan perlu di lakukan suatu upaya untuk menggalki
potensi keuangan daerah dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Pentingnya pendapatan asli daerah dalam menunjang pendapatan tetap
yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah Kota
Bandung sangat di sadari oleh pemerintah kota.
Pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang di peroleh
daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
optimalisasi penerimaan pendapatan asli daerah hendaknya
didukung upaya pemerintah derah dengan meningkatkan kualitas pelayanan
publik.
Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah
pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya sektor perpajakan diatur melalui
1
2
sistem beserta Undang-undang yang telah ditetapkan. Melalui sistem
tersebut diharapkan pengadaan pembangunan nasional melalui sektor pajak
dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk kepentingan bersama. Peran
serta yang tinggi dari masyarakat Indonesia dalam membayar pajak sangat
diharapkan untuk meningkatkan semua sektor pembangunan. karena pada
hakekatnya pajak yang dibayarkan masyarakat ke kas negara akan
dikembalikan
kemasyarakat
dalam
bentuk
tersedianya
sarana
dan
prasarana lain yang menunjang kesejahteraan masyarakat Indonesia
seluruhnya agar adil dan makmur.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan penting
yang akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah. Peranan pajak sangatlah penting bagi
penerimaan kas negara oleh karena itu Pemerintah terus berusaha
meningkatkan dan menggali setiap potensi yang ada. Demikian juga potensi
yang ada di daerah dimana usaha tersebut tidak lepas dari peran serta dan
kontribusi Pemerintah Daerah yang lebih mengetahui akan kebutuhan dan
kondisi serta potensi yang ada di daerahnya untuk digali dan dioptimalkan.
Tanggungjawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak daerah
sebagai pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada 3
anggota masyarakat wajib pajak.
Pemerintah dalam hal ini aparatur perpajakan sesuai dengan
fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan pelayanan dan pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang
telah digariskan dalam Peraturan Perundang–undangan.
Sekarang daerah harus mampu mengembangkan rumah tangganya
sendiri. Bertambahnya kewenangan yang diserahkan kepada daerah saat
ini, maka secara otomatis merubah sistem Pemerintahan, kebijakan dan
program serta cara pandang dan sikap para pelaksana pemerintahan di
daerah. Perpindahan sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi berarti
adanya suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah
Pusat ke Pemerintah Daerah, sejalan dengan itu maka daerah dengan
sendirinya
menentukan
semua
kewenangan
pengaturan
Anggaran
3
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dari hasil yang diperoleh daerahnya
sendiri.
Pembangunan daerah diarahkan untuk mewujudkan otonomi daerah
yang
luas, nyata
dan bertanggung jawab kepada
daerah
secara
proporsional, sehingga pembangunan daerah diarahkan sebagai dasar dari
terciptanya
pembangunan
nasional,
karena
masyarakat
di
daerah
merupakan landasan atau basis dari kekuatan ekonomi, politik, sosial
budaya dan pertahanan dan keamanan dan dapat menjamin perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan bersama-sama secara sektoral dan
regional. Dengan demikian pembangunan daerah adalah bagian integral
dari
pembangunan
nasional.
Dalam
melancarkan
pelaksanaan
pembangunan nasional yang lebih merata ke seluruh wilayah Indonesia
dalam program pembangunan nasional ditetapkan bahwa pembangunan
daerah perlu ditingkatkan.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Daerah otonom
mempunyai
kewenangan
dan
tanggung
jawab
menyelenggarakan
kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi
masyarakat, dan pertanggung jawaban kepada masyarakat.
Sistem
sentralisasi
yang
diterapkan
di
Indonesia
sebelum
diterapkannya otonomi daerah, menimbulkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) disetiap daerah di Indonesia sangat kecil karena dana tersebut harus
terlebih dahulu diserahkan kepada Pemerintah Pusat. Sistem sentralisasi
yang digunakan menyebabkan aparatur pemerintah pusat kurang dapat
mengelola sumber daya yang dimiliki dengan baik, sehingga banyak
merugikan sebagian besar masyarakat Indonesia. Besarnya sumber daya
alam Indonesia tidak diiringi oleh mental dan moral aparatur pemerintah
yang baik dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan kekayaan Negara.
Penyimpangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) terjadi
hampir disetiap departemen setiap tahunnya. Aparatur pemerintah harusnya
melaksanakan tugas untuk melayani dan mengelola sumber daya yang ada,
4
justru sebaliknya melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji yang
hanya mementingkan diri pribadi.
Pembangunan daerah setelah diterapkannya otonomi Daerah secara
otomatis adalah tanggung jawab penuh pada masing-masing pejabat daerah
yang melaksanakan pembangunan disegala aspek kehidupan masyarakat.
Pembangunan daerah akan diketahui oleh masyarakat dengan menilai
antara PAD dengan hasil pembangunan didaerah tersebut. Setelah
diterapkannya konsep otonomi Daerah, maka daerah diberikan keleluasaan
untuk mengatur dan mengurus sumber-sumber Pendapatan Asli Daerahnya.
Bertambahnya
tugas,
kewajiban,
tanggung
jawab,
hak
dan
wewenang Daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah tidak dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien tanpa didukung
sumber pembiayaan yang memadai. Oleh karena itu pemerintah daerah
harus mampu menjalankannya, menggali, dan mendayagunakan potensi
pendapatan daerah secara efektif dan efisien
untuk pencapaian target
Pendapatan Asli Daerah
Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari
masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan
biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.
Sumber pembiayaan negara yang terbesar berasal dari iuran wajib
yang secara rutin telah kita setorkan kepada negara yang sekarang kita
sebut dengan pajak. walaupun kita tidak dapat merasakan secara langsung
manfaatnya, tapi hasil dari pajak dapat digunakan untuk membiayai sarana
dan prasarana untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas lagi.
Pemerintah juga telah mengeluarkan undang-undang perpajakan yang
semakin memperjelas bagaimana proses perpajakan di Indonesia. Dengan
demikian tindakan pemungutan pajak di Indonesia semakin kuat dan jelas
untuk
dilaksanakan,
dan
pemerintah
juga
tidak
sewenang-wenang
memungut pajak. Diperlukan juga kesadaran dari masyarakat dan peran
aktif fiskus untuk mencapai pendapatan pajak yang optimal.
Ada beberapa struktur pajak di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. pajak penghasilan (PPh)
5
2. pajak pertambahan nilaio barang dan jasa dan penjualan atas
baeang mewah
3. pajak bumi dan bangunan
4. pajak daerah dan retribbusi daerah
5. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
6. bea materai
Fungsi pajak tidak terlepas dari tujuan pajak, sementara tujuan pajak
tidak terlepas dari tujuan negara. Dengan demikian, tujuan pajak itu harus
diselaraskan dengan tujuan negara yang menjadi landasan tujuan
pemerintah. Tujuan pemerintah, baik tujuan pajak maupun tujuan negara
semuanya berakar pada tujuan masyarakat. Tujuan masyarakat inilah yang
menjadi falsafah bangsa dan negara. Oleh karena itu, tujuan dan fungsi
pajak tidak terlepas dari tujuan dan fungsi negara yang mendasarinya. Ada
beberapa fungsi pajak sebagai berikut :
1. Fungsi Budgeteir
Fungsi budgeteir merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiscal
yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk
memasukkan
dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-
undang perepajakan yang berlaku “segala pajak untuk keperkuan negara
berdasarkan undang-undang. Penerimaan pajak yang bersumber dari
masyarakat digunakan oleh pemerintah sebagai sumber dana untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya atau yang sering disebut sebagai
fungsi budgetair atau fungsi penerimaan.
2. Fungsi regulerend atau Fungsi Mengatur
Tetapi, dengan adanya perkembangan waktu dan tingkat pendidikan
masyarakat dan system pemerintahan, maka pemungutan pajak mulai
dibicarakan di tingkat para wakil rakyat dan muncul tujuan serta fungsi
tambahan diluar fungsi budgetair, yaitu fungsi regulerend atau fungsi
mengatur.Fungsi.
Dalam hal ini, pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur dan
mengarahkan masyarakat kearah yang dikehendaki oleh pemerintah. Oleh
karena itu, fungsi mengatur ini menggunakan pajak untuk mendorong dan
6
mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan
keinginan pemerintah. Dengan adanya fungsi mengatur, kadang-kadang
dari sisi penerimaan (fungsi budgetair) justru tidak menguntungkan.
Terhadap kegiatan masyarakat yang bersifat negatif, bila fungsi regulerend
itu dikedepankan, maka pemerintah justru dipandang berhasil apabila
pemasukan pajaknya kecil. Sebagai contoh minuman keras dikenakan pajak
yang tinggi agar konsumsi minuman keras dapat ditekan.
Sesuai dengan perda Kota Bandung nomor 02 tahun 2010 tentang
pajak reklame , Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame
yaitu benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang. Atau untuk
menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang
ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu
tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah.
Kota Bandung sebagai kota metropolis memiliki banyak sekali tempat
tempat strategis untuk pemasangan reklame, baik reklame yang berupa
spanduk, baliho bahkan yang lebih canggih lagi yaitu berupa layar Laser
Compact Disk (LCD) raksasa atau yang disebut juga dengan reklame
megatron. Yang menjadi permasalahan saat ini adalah banyaknya
permasalahan reklame yang belum terselesaikan, mulai dari masalah
reklame liar yang tidak memiliki surat ijin sampai terjadinya kebocoran di
penerimaan pajak reklame, sehingga dapat mengurangi Pendapatan Asli
Daerah.
Salah satu Pendapatan Asli Daerah diperoleh dari penerimaan yang
berasal dari pajak dan retribusi daerah. Salah satu komponen dari pajak
daerah adalah pajak reklame. Reklame merupakan suatu sarana yang
digunakan sebagai media promosi dan pemasaran yang pada saat ini
sangat
dibutuhkan
untuk
menunjang
kemajuan
dunia
bisnis
dan
perdagangan, maka pajak reklame merupakan salah satu potensi daerah
yang sangat penting untuk ditingkatkan.
7
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas Pemerintah Kota
Bandung dalam mengurus dan menyelenggarakan urusan-urusan yang
menyangkut bidang pendapatan daerah sangat memerlukan keberadaan
Dinas Pendapatan Kota Bandung sebagai instansi pemerintah yang dapat
membantu pelaksanaan pembangunan daerah.
Dinas Pendapatan Kota Bandung sebagai salah satu unsur
pelaksanaan pemerintahan yang mempunyai pengaruh sangat penting
dalam menggali sumber pendapatan kota yang berupa pajak daerah
kota/kabupaten mempunyai penerimaan cukup besar yaitu pajak reklame.
Dimana selama ini pajak reklame memberikan kontribusi yang tinggi
terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnyakontribusi
yang diberikan pegawai terhadap kemajuan danperkembangan di lembaga
tempat dia bekerja. Dengan demikiandiperlukan kinerja yang lebih intensif
dan optimal dari bagianorganisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di
embannya. Kinerjasuatu organisasi sangat penting, oleh karena dengan
adanya kinerjamaka tingkat pencapaian hasil akan terlihat sehingga akan
dapatdiketahui seberapa jauh pula tugas yang telah dipukul melalui
tugasdan wewenang yang diberikan dapat dilaksanakan secara nyata
danmaksimal.
Kinerja
organisasi
yang
telah
dilaksanakan
dengan
tingkatpencapaian tertentu tersebut seharusnya sesuai dengan misi
yangtelah
ditetapkan
yangdiemban.
sebagai
Dengan
landasan
demikian
kinerja
untuk
melakukan
(performance)
tugas
merupakan
tingkatpencapaian hasil atau the degrees of accomplishment.
Dalam rangka membangun kualitas kinerja pemerintahan yangefektif
dan efisien, diperlukan waktu untuk memikirkan bagaimanamencapai
kesatuan
masyarakat.
kerjasama
Untuk
sehingga
itu,
mampu
diperlukan
otonomi
meningkatkankepercayaan
sertakebebasan
dalam
mengambil keputusan mengalokasikan sumberdaya, membuat pedoman
pelayanan, anggaran, tujuan, serta targetkinerja yang jelas dan terukur.
Pada era reformasi sekarang ini, kinerja pemerintah mendapatsorotan tajam
dari
masyarakat.
Dengan
adanya
kebebasan
dalammenyampaikan
8
pendapat (aspirasinya), banyak ditemukan kritikanyang pedas terhadap
kinerja pemerintah, baik itu secara langsung(melalui forum resmi atau
bahkan demonstrasi) maupun secara tidaklangsung (melalui tulisan atau
surat pembaca pada media massa).
Kinerja para aparatur akan menjadi lebih mudah dan lebih baik
dalam melayani masyarakat jika adanya sarana dan prasarana yang
mendukung. Sistem informasi merupakan salah satu penunjang dalam
dalam mendukung kinerja aparatur. Sistem Informasi harus benar-benar
memberi manfaat terhadap masyarakat dan memecahkan masalah-masalah
lokal spesifik yang sedang di hadapi dan yang di hadapi. Sistem informasi
harus memberikan informasi secara akurat terhadap masyarakat.
Berdasarkan latarbelakang di atas maka penulis membuat penelitian
yang diberi judul :
“Kinerja
Aparatur
Dinas
Pendapatan
Daerah
Dalam
Meningkatkan Pajak Reklame Di Kota Bandung”
1.2 Kegunaan KKL
Kegunaan hasil yang diperoleh dari KKL yang di lakukan penulis,
diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan bermanfaat bagi
semua pihak, yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Kegunaan bagi peneliti
Manfaat KKL bagi penulis yaitu melatih penulis untuk mandiri dan
mempunyai rasa tanggung jawab untuk mengerjakan tugas yang diberikan
kepada
penulis, Sebagai gambaran praktis
bagi penulis
berkaitan
Pemungutan Pajak Reklame Daerah, serta penulis pun dapat mengetahui
Upaya Dinas Pendapatan Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di
Kota bandung.
2. Kegunaan teoritis (guna ilmiah)
Hasil penelitian ini secara teori diharapkan dapat memberikan
sumbangan
pemikiran
dan
pengembangan
khususnya
bagi
Ilmu
Pemerintahan sehingga hasil penelitian diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
9
3. Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Aparat Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung sebagai suatu
bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dalam meningkatkan pajak reklame di Kota Bandung.
1.3 Metode KKL
Sesuai dengan masalah yang ditulis pada usulan penelitian ini,
khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasardasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan
berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan
penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan.
Dengan demikian dalam penulisan Usulan Penelitian ini, penulis
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu
menggambarkan keadaan Di Dinas Pendapatan Daerah dalam pemungutan
Pajak Reklame berdasarkan pengamatan serta pelaksanaan KKL di Dinas
Pendapatan Daerah.
Metode Deskriptif dengan pendekatan kualitatif Sesuai dengan yang
di ungkapkan Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004:3)
mengemukakan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Miles and Huberman (1994) dalam Sukidin (2002:2)
mengungkapkan metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan
yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi
dalam
kehidupan
sehari-hari
secara
menyeluru
dan
dapat
di
pertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubngan antara fenomena yang
diteliti.
Berdasarkan penjelasan dari definisi di atas, penelitian kualitatif
merupakan pendekatan yang mempelajari manusia dengan mengamati
tingkah lakunya khususnya orang-orang yang diteliti. Pemahaman terhadap
10
orang di teliti mengenai tingkah laku manusia, peneliti harus dapat
memahami proses interpretasi dan melihat segala sesuatu dari sudut
pandang yang diteliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah
1. Studi Pustaka (Library Research)
Yaitu
dengan
cara
menelaah
dan
membandingkan
sumber
kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu
dengan menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi
tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Peninjauan yang dilakukan langsung ke pasar sederhana yang
menjadi objek penelitian dengan tujuan yaitu, mencari bahan-bahan
sebenarnya, bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date,
disamping itu penulis juga melakukan suatu penelitian dengan cara sebagai
berikut:
a. observasi Non Partisipan
Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung keadaan
pasar Sederhana dengan segala aspek kegiatan yang berhubungan dengan
penelitian. Observasi dilakukan penulis terhadap Implementasi Kebijakan
pemungutan retribusi pasar Sederhana kota Bandung.
b. Wawancara
Melakukan tanya jawab dengan narasumber yang mengetahui dan
memahami lebih jauh khususnya mengenai Upaya Dinas Pendapatan
Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di Kota Bandung.
c. Dokumentasi
Penulis mengambil dokumentasi berupa foto-foto dan gambar yang
terdapat di Dinas Pendapatan Daerah Kota bandung khususnya di bagian
Pajak Reklame.
Dengan menggunakan cara penelitian di atas penulis ingin
mengetahui bagaimana pemungutan retribusi di pasar Sederhana Kota
Bandung. Disamping juga untuk memperoleh gambaran yang jelas
11
mengenai
masalah
dan
mungkin
petunjuk-petunjuk
tentang
cara
memecahkannya.
Berdasarkan
uraian-uraian
di
atas,
bahwa
secara
umum
pengumpulan data berarti penerimaan data. Pengumpulan data didasarkan
pada suatu metode atau prosedur artinya, supaya data yang diinginkan
dapat terkumpul secara lengkap dan baik dari studi perpustakaan maupun
lapangan.
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL
1.4.1
Objek KKL dan Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah
Berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II Bandung Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung membawahi 5
(lima) satuan kerja yaitu :
1. Bagian Perpajakan dan Retribusi (BAPAR)
2. Bagian Iuran Rehabilitasi Daerah (IREDA)
3. Bagian Eksploitasi Parkir (BEF)
4. Bagian Perusahaan Pasar (BPP)
5. Bagian Tata Usaha Dalam (TUD)
Pada tahuan 1980, dikeluarkan Peraturan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung Nomor : 09/PD 1980 tanggal 10 Juli 1980,
dimana Stuktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung
mengalami perubahan, semula membawahi 5 (lima) satuan unit kerja
dirubah menjadi 7(tujuh) satuan unit kerja, yaitu:
1. Sub Bagian Tata Usaha
2. Seksi Pajak
3. Seksi Retribusi
4. Seksi IPEDA
5. Seksi perencanaan, Penelitian dan pembangunan;
6. UPTD Pasar
7. UPTD Parkir dan Terminal
Dalam kegiatan satuan operasional satuan unit kerja tersebut diatas,
khususnya dalam bidang pemungutan pajak/retribusi, dipakai sistem
MAPENDA (Manual Administrasi Pendapatan Daerah) . Dengan sistem
12
MAPENDA, petugas melakukan kegiatan pemungutan pajak/retribusi secara
langsung kepada Wajib Pajak/Wajib Retribusi ”door to door”.
Guna terdapat keseragaman struktur Dinas Pendapatan Daerah di
seluruh Indonesia, dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 23
Tahun 1989 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Daerah Tingkat II, yang ditindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung, yaitu Peraturan Daerah Kotamadya Bandung
No. 11 Tahun 1989 tanggal 30 Oktober 1989 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung. Dengan dikeluarkannya Keputusan Mendagri No. 23 Tahun1989
perlu disusun sistem dan prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan
Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
yang lebih mutakhir sebagai penyempurnaan dari sistem dan prosedur yang
telah ditetapkan terlebih dahulu dengan Keputusan Mendagri No. 102 Tahun
1990
Tentang
Sistem
Prosedur Perpajakan
Retribusi Daerah
dan
Pendapatan Daerah lainnya.
1.4.2
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah
Kota Bandung.
a. Kedudukan Dispenda
Dispenda Kota Bandung sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Dalam Negeri no. 23 Tahun tanggal 29 Mei 1989 sebagai pengganti
Keputusan Mendagri No. KPUD 7/12/41-101 tahun 1978 dan Peraturan
Daerah Kota Bandung No. 13 Tahun 2007 sebagai pengganti Perda Kota
Bandung Nomor 05 tahun 2001, berkedudukan sebagai Unsur Perumus dan
Pelaksana Kebijakan Operasional Kota Bandung Di Bidang Pendapatan.
b. Tugas Pokok Dispenda
Merumuskan dan melaksanakan kebijakan operasional di bidang
Pendapatan yang merupakan sebagian kewenangan Daerah Kota Bandung.
c. Fungsi Dispenda
1. Merumuskan kebijakan teknis operasional di bidang pendapatan
13
2. Menyelenggarakan pelayanan umum di bidang pendapatan
3. Menyelenggarakan kesekretariatan
1.4.3
Tujuan dinas Pendapatan Asli Daerah
Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi yang
merupakan suatu (apa) yang akan dicapaiatau dihasilkan pada kurun waktu
tertentu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun kedepan. Berdasarkan uraian diatas,
maka Dinas Pendapatan Daerah menetapkan tujuan yang ingin dicapai
dalam upaya mewujudkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa, menuju kota
yang bermartabat sebagai berikut :
1. Terwujudnya penyelenggaraan otonomi daerah
2. Terwujudnya kerja sama pemerintah darah, dengan masyarakat
wajiab pajak
3. Terwujudnya aparat yang berih dan masyarakat yang sadar
membayar pajak
4. Terwujudnya kinerja ekonomis, afektif,efisien dan akuntabel
5. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam memberikan kontribusi
untuk penyelenggaraan pemerintah
6. Terwujudnya penegak hukum
7. Terwujudnya sumber daya manusia manusia yang memiliki idealisme
dan profesional
8. Terwujudnya administrasi, monitoring dan evaluasi Pendapatan Asli
Daerah yang dijadikan tolak ukur kemandiian dalam otonomi daerah
1.4.4
Visi, Misi dan Motto Dispenda Kota Bandung
Dalam melaksanakan tugasnya, Dispenda Kota Bandung memiliki
visi, misi dan motto tersendiri untuk mengoptimalkan kinerja dalam bekerja.
Visi, misi dan motto tersebut, menjadi pedoman bagi para aparatur yang
bekerja di Dinas Pendapatan Daerah Kota bandung.
14
1.4.4.1 Visi
Dinas Pendapatan Daerah mempunyai Visi “Profesional dalam
Pengelolaan pendapatan Prima dalam pelayanan menuju kota jasa
yang BERMARTABAT (Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat)”.
Dalam pernyataan Visi tersebut terdapat kata-kata kunci, sebagai
berikut:
1. Propesionalisme yaitu suatu kondisi yang harus ada dan dimiliki
dalam melaksanakan kewenangan tugas dan fungsi meliputi :
kompetensi dalam arti mempunyai keterampilan dan pengetahuan
serta sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap aparatur agar
dapat
melaksanakan
tugas
pokok
dan
fungsinya
secara
berdayaguna dan berhasilguna serta memiliki komitmen, tanggung
jawab, kritis dan cepat tanggap
2. Pengelolaan Pendapatan yaitu sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun
2000 (Perubahan atas UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah). Menurut Undang-undang tersebut,
jenis kabupaten/kota terdiri : (a) Pajak Hotel, (b) Pajak Restoran, (c)
Pajak Hiburan, (d) Pajak Reklame, (e) Pajak Penerangan Jalan, (f)
Pajak Pengambilan Air Bawah Tanah dan (g) Pajak Sewa
Rumah/Kost.
3. Prima dalam Pelayanan yaitu Pelayanan yang terbaik yang diberikan
dalam bidang administrasi pemerintah, administrasi pembangunan
dan
administrasi
umum
kepada
Perangkat
Daerah
secara
akomodatif, efektif dan efisien. Akomodatif yaitu mampu memenuhi
tuntutan pelaksanaan kewenangan tugas dan fungsi Perangkat
Daerah.
1.4.4.2 Misi
Misi merupakan suatu yang harus dilaksanakan agar tujuan
organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi
yang telah ditetapkan. Dengan adanya misi diharapkan seluruh pegawai dan
15
pihak lain dapat mengetahui peran dan program serta mewujudkan visi
tersebut diatas, maka misi Dinas Pendapatan Daerah adalah :
1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan kepada Masyarakat Wajib Pajak
daerah
2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Misi Pertama merupakan Implementasi Visi mengenai Sumber Daya
yang Profesional yang ditetapkan Dinas Pendapatan dalam Rangka
Mewujudkan Pengelolaan Pendapatan yang Efektif dan Efisien melalui
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Aparatur.
Misi
Kedua
merupakan
Implementasi
Visi
Pengelolaan
PendapatanAsli Daerah dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah dan
Pembangunan melalui tersusunnya Peraturan Normatif yang mengatur
tentang Pendapatan Asli Daerah serta Intensifikasi dan Ekstensifikasi.
1.4.4.3 MOTTO
MOTTO Dinas Pendapatan Daerah adalah “Kuingin Kau Tersenyum
Puas” adalah suatu nilai yang perlu ditanamkan pada setiap petugas Dinas
Pendapatan Daerah, yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik
pada setiap Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak merasakan bahwa pajak
bukan lagi merupakan suatu beban, tetapi karena timbulnya kesadaran
masyarakat melalui pembayaran pajak dan retribusi untuk membiayai
pembangunan daerahnya.
1.4.5
SASARAN DISPENDA KOTA BANDUNG
Sarana merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang akan
dicapai secara nyata dalam jangka waktu tahunan, semesteran atau
bulanan. Sasaran merupakan bagian integral dalam proses perencanaan
strategis pemerintah daerah.
Fokus utama sasaran adalah tindakan dan alokasi sumberdaya
dalam kegiatan organisasi/pemerintah daerah. Sasaran harus bersifat
spesifik,
dapat
dinilai,
terukur,
menantang,
namun
dapat
dicapai,
berorientasi pada hasil dan dapat dicapai dalam periode 1 (satu) tahun
kedepan.
16
Berdasarkan pengertian tersebut maka Dinas Pendapatan daerah
menetapkan sasaran adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melunasi kewajiban
dalam membayar pajak
2. Meningkatkan kualitas pendapatan, penetapan, pembukuan dan
pelaporan serta penagihan pajak
3. Meningkatnya sember pendapatan daerah, baik secara intensifikasi
maupun ekstensifikasi yang diharapkandapat meningkat pendapatan
sebesar 20 % setiap tahun
4. Tersedianya
sumber
daya
manusia
dalam
hal kemampuan,
keterampilan dan kejujuran petugas
5. Tercapainya
program
Pemerintah
Kota
Bandung
di
bidang
Pendapatan Pajak Daerah dan Pendapatan Bukan Pajak Daerah
6. Mendukung
terhadap
Program
Pemerintah
Kota
Bandung
menjadikan Kota Bandung Sebagai Kota Jasa yang BERMARTABAT
1.4.6
CARA PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN
Dari tujuan sasaran yang telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan bagaimana hal tersebut akan tercapai. Adapun cara
mencapai tujuan dan sarana meliputi program, kegiatan kebijakan yang
akan menjadi landasan dalam sistem operasional dan aktivitas organisasi.
Adapun kebijakan tersebut adalah :
1. Peningkatan penyuluhan kepada masyarakat wajib pajak, secara
kontinyu
serta
membuat
solusi
apabila
ditemukan
sesuatu
permasalahan
2. Pemberdayaan informasi, komunikasi dalam berbagai media seperti
media elektronik dan media cetak
3. Peningkatkan kualitas sumber daya manusia aparat, melalui
berbagai pendidikan
4. Peningkatan sistem penagihan mempermudah dan mempercepat
bagi wajib pajak dalam pembayaran, dengan memperbanyak
tempat pembayaran dan penagihan
17
5. Penegakan sanksi hukum bagi petugas dan wajib pajak yang
melanggar peraturan perundang-undangan.
Untuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan, Dinas Pendapatan
Daerah menerapkan program operasional dan dilaksanakan dalam bentuk :
1. Program penyuluhan lapangan kepada masyarakat wajib pajak
Program menyusun dan menghitung
potensi pajak
Program
penyusunan standar pengolahan data Program pendayagunaan
petugas Program penyusunan sistem penggunaan pajak Program
penyusunan sistem penagihan pajak
2. Program peningkatan kualitas sumber daya manusia
Sebagai oprasional dari program-program yang telah ditetapkan,
Dinas Pendapatan Daerah melakukan organisasi sebagai berikut :
1. Melaksanakan kegiatan pendaftaan wajib pajak
2. Melaksanakan kegiatan menghitung potensi pajak Melaksanakan
kegiatan pembukuan dan pelaporan wajib pajak
3. Melaksanakan kegiatan penagihan pajak
4. Melaksanakan kegiatan atau melayani kegiatan dari wajib pajak
5. Melaksanakan
kegiatan
perencanaan
dan
pembinaan
teknis
pemungutan
6. Melaksanakan kegiatan dan penggalian potensi pajak
7. Melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik langsung maupun tidak
langsung dengan melalui berbagai media
8. Melaksanakan berupa proyek Peningkatan Sumber Asli Daerah
9. Melaksanakan kegiatan penyempurnaan sistem mekanisme kerja
dan perubahan obyek serta subyek PBB
10. Melaksanakan kegiatan proyek penyusunan data base PAD
11. Melaksanakan kegiatan proyek penyempurnaan pengolahan data
pajak
12. Melaksanakan kegiatan proyek penyempurnaan administrasi dan
klarivikasi perhitungan data pajak
13. Melaksanakan kegiatan proyek penataan kearsipan data pajak
18
14. Melaksanakan kegiatan proyek penyempurnaan organisasi Dinas
Pendapatan Daerah
15. Melaksanakan kegiatan proyek penataan ruang kantor Dipenda
16. Melaksanakan kegiatan proyek pengadaan hardware pada payment
point PLN
1.4.7
Susunan Organisasi Dispenda Kota Bandung
Berdasarkan keputusan Mendagri No. 23 Tahun 11989 tanggal 29 mei
1989, secara garis besar secara organisasi Dispenda Kota Bandung terdiri
Dari:
I. Kepala dinas pendapatan daerah
II. Kepala bagian tata usaha membawahi:
a. Sub bagian umum
b. Sub bagian keuangan
c. Sub bagian kepegawaian
III. Sub dinas perencanaan program, membawahi:
a. Seksi penyusunana program dan litbang
b. Seksi intensifikasi dan ekstensifikasi
c. Seksi penyluhan
IV. Sub dinas pajak, membawahi:
a. Seksi pendaftaran dan pendapatan
b. Seksi penetapan
c.
Seksi pembukuan dan pelaporan
V. Sub dinas retribusi, membawahi:
a. Seksi pendaftaran dan pendataan
b. Seksi penetrapan
c. Seksi pembukuan dan pelaporan
VI. Sub dinas pengendalian, membawahi:
a. Seksi verivikasi dan penyitaan
b. Seksi pengendalaian dan penerimaan
c.
Seksi tunggakan dan keberatan
VII. Sub dinas PBB dan BPHTB, membawahi:
a. Seksi penagihan
19
b. Seksi tunggakan dan keberatan
c. Seksi administrasi BPHTB
VIII. Cabang Dinas
IX. UPTD
X. Kelompok Jabatan Fungsional
Dispenda Kota Bandung dalam pembagian kerja dilihat dari struktur
organisasi. struktur organisasi menggambakan kejelasan dari para aparatur
Dispenda Kota Bandung dalam tugasnya, untuk lebih jelasnya bisa di lihat di
struktur oragnisasi pada gambar 1.1 :
20
Gambar 1.1
Struktur Organisasi Dispenda Kota Bandung
Sumber Dispenda Kota Bandung : 2010
21
Berdasarkan gambar 1.1 bahwa struktur organisasi Dispenda Kota
Bandung dari mulai Kepala Dinas membawahi bidang atau bagian terdiri
dari Sekretris yang membawahi Sub Bagian Umum dan Sub Keuangan dan
Program.
Selanjutnya
Kepala
Dina
membawahi Kelompok
Jabatab
Fungsional. Selanjutnya Kepala Dinas membawahi Bidang Perencanaan
yang membawahi Seksi Data dan Potensi Pajak, Seksi Program, dan
Analisa Program. Selanjutnya Kepala Dinas membawahi Bidang Pajak
Daerah yang membawahi, Seksi Pelayanan dan Pengaduan, Seksi
Penetapan dan Pembukuan, dan Seksi Penagihan.
Kepala Dinas membawahi Bidang Pendapatan Pajak Bukan Pajak
Daerah yang membawahi Seksi Administrasi Bagi Hasul Pajak Pusat, Seksi
Bagi Hasil Pajak Provinsi, dan Seksi Administrasi Pelaoran Pendapatan
Bukan Pajak Daerah. Selanjutnya Kepala Dinas membawahi Bidang
Pengendalian
yang
membawahi
Seksi
Pembinaan
Internal,
Seksi
Pengawasan dan Pemeriksaan, dan Seksi Penyuluhan, Monitoring dan
Pengawasan. Selanjutnya Kepala Dinas membawahi Kepala UPT Wilayah
Bandung yang masing-masing Kepala UPT membawahi Kasubag Tata
Usaha.
1.4.8
Lokasi Pelaksanaan KKL
Lokasi yang digunakan peneliti untuk melaksanakan KKL bertempat
di Dinas pendapatan Daerah Kota Bandung Jl. Wastukencana No.2
Bandung, Tlp (022) 4230393.
1.4.9
Waktu Pelaksanaan KKL
Adapun waktu pelaksanaan KKL dilakukan sesuai dengan peraturan
yaitu sebagai berikut :
22
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian KKL
Waktu
Kegiatan
Sosialisai KKL
Observasi lokasi KKL
Pengajuan Judul dan
Lokasi KKL
Pengajuan surat ke tempat
KKL
Pelaksanaan KKL
Penyusunan Laporan
KKL
Pengumpulan Laporan
KKL
Persiapan Seminar
Laporan KKL
Seminar Hasil KKL
Tahun 2012-2013
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 KINERJA
2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang
tidak dapat dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga
pemerintahan maupun lembaga swasta. Kinerja berasal dari kata Job
Performance atau Actual Performance yang merupakan prestasi kerja atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang.
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja merupakan suatu
kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu
untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan
dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta
mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan.
Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnya kontribusi
yang diberikan pegawai terhadap kemajuan dan perkembangan di lembaga
tempat dia bekerja. Dengan demikian diperlukan kinerja yang lebih intensif
dan optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di
embannya. Kinerja suatu organisasi sangat penting, oleh karena dengan
adanya kinerja maka tingkat pencapaian hasil akan terlihat sehingga akan
dapat diketahui seberapa jauh pula tugas yang telah dipukul melalui tugas
dan wewenang yang diberikan dapat dilaksanakan secara nyata dan
maksimal.
Kinerja
organisasi
yang
telah
dilaksanakan
dengan
tingkat
pencapaian tertentu tersebut seharusnya sesuai dengan misi yang telah
ditetapkan sebagai landasan untuk melakukan tugas yang diemban. Dengan
demikian kinerja (performance) merupakan tingkat pencapaian hasil atau the
degrees of accomplishmen.
23
24
Kinerja dapat berupa penampilan individu maupun kelompok kerja
personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang
menduduki jabatan
fungsional maupun struktural, tetapi juga pada
keseluruhan jajaran personel dalam organisasi.
Menurut Irawan (2002:11), bahwa kinerja (performance) adalah hasil
kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. Jika kita
mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan tujuan
pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja
organisasi, kinerja unit, dan kinerja pegawai.
Sedangkan Veithzal Rivai (2006:309) mengatakan bahwa kinerja
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi
kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam
perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut di atas mengungkapkan bahwa
dengan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan
suatu pekerjaan dapat dievaluasi tingkat kinerja pegawainya, maka kinerja
karyawan harus dapat ditentukan dengan pencapaian target selama periode
waktu yang dicapai organisasi. Deskripsi dari kinerja menyangkut dua
komponen yaitu tujuan dan ukuran, penentuan tujuan dari setiap unit
organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja.
Menurut
Hennry
Simamora
dalam
Mangkunegara,
kinerja
(performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
a. Faktor individual
Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Kinerja individu
ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work
effort) dan dukungan organisasi.
b. Faktor psikologis
Psikologis dapat diartikan sebagai olmu yang mempelajari tentang
mental/jiwa yang bersifat abstrak yang membatasi pada tingkah laku dan
proses atau kegiatannya.psikologis kerja dapat diartikan sebagai lingkungan
kerja, sikap serta motivasi dalam melaksanakan pekerjaannya.
c. Faktor organisasi
Menurut William Stern yang dikutif A.A Anwar Mangkunegara
“Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud
antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja
yang menantang”.
25
(Mangkunegara, 2009:17).
Pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim
kerja respek dan dinamis, peluang berkarir dan pasilitas kerja yang relatif
memadai. Sekalipun, jika faktor lingkungan organanisasi kurang menunjang,
maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai
dengan tingkat kecerdasan emosi baik, sebenarnya ia tetap berprestasi
dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat
diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu
(pemotivator), tantangan bagi dirinya dalam, berprestasi di organisasinya .
(Mangkunegara, 2009:14)
Berdasarkan pendapat di atas, faktor individual berhubungan denga
individu yang dilihat dari segi usia dan pendidikan; faktor psikologis dapat
diartikan sebagai ilmu jiwa/mental yang bersifat abstrak yang membatasi
pada tingkah laku serta kegiatan yang dilakukannya, jadi faktor psikologis
kinerja dapat dilihat dari segi lingkungan kerja, sikap (attitude) serta
motivasi; dan faktor organisasi terdiri dari struktur organisasi dan pola
kepemimpinan yang mempengaruhi kinerja (performance) seorang inidividu
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Berdasarkan beberapa teori tentang kinerja dapat disimpulkan
bahwa pengertian kinerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja
oleh seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja merupakan cerminan hasil
yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja adalah suatu
hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang diartikan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara mengemukakan pengertian
kinerja sebagai berikut : Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorangkaryawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengantanggung jawab yang diberikanya.
(Anwar Prabu Mangkunegara , 2000:67)
Untuk mengukur kinerja, dapat digunakan beberapa ukuran kinerja.
Beberapa ukuran kinerja yang meliputi; kuantitas kerja, kualitas kerja,
pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan mengemukakan pendapat,
pengambilan keputusan, perencanaan kerja dan daerah organisasi kerja.
26
Ukuran prestasi yang lebih disederhana terdapat tiga kriteria untuk
mengukur kinerja, pertama; kuantitas kerja, yaitu jumlah yang harus
dikerjakan, kedua, kualitas kerja, yaitu mutu yang dihasilkan, dan ketiga,
ketepatan waktu, yaitu kesesuaiannya dengan waktu yang telah ditetapkan.
Menurut Sedarmayanti dalam buk
DALAM MENINGKATKAN PAJAK REKLAME
DI KOTA BANDUNG
LAPORAN KKL
Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Pendapatan
Daerah Kota Bandung Pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Disusun oleh :
Fitri Nenden Tresnaati
41709001
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA
2012
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. Identitas Diri
Nama
: Fitri Nenden Tresnaati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Mahasiswa/Belum Menikah
Agama
: Islam
Tempat Tanggal Lahir
: Subang, 09 Maret 1992
Alamat
: Jl. Tubagus Ismail Dalam Gg. Kubang Sari 2
RT 01/06
: fitrinendent@ymail.com
Nama Ayah
: Rusta
Pekerjaan Ayah
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Nentih
Pekerjaan Ibu
: Swasta
2. Pendidikan Formal:
Pendidikan Formal
Tahun
Keterangan
1997-2003
SDN KORANJI
2003-2006
SMPN 1 PURWADADI
2006-2009
SMAN 2 SUBANG
2009-Sekarang
Universitas Komputer Indonesia
3. Pendidikan Non Formal:
Pendidikan Non Formal
Tahun
2008
Nama
Anggota karang
taruna
2009
Ceramah Umum
Penyelengara
Karang taruna desa
Koranji
FISIP UNIKOM
Dekan Fisip UNIKOM
2010
Ceramah Umum
Prodi Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
2010
Table Manner Class
2011
Diskusi Politik
Maja House
Hima Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
2012
Kuliah Umum :
Pelaksanaan e-KTP
Prodi Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
2012
Ilmu Pemerintahan
Cup
Hima Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
2012
Ceramah Agama
Ismal
Hima Ilmu
Pemerintahan
UNIKOM
Tanggal, Oktober
Fitri Nenden tresnaati
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang KKL ....................................................... 1
1.2 Kegunaan KKL ............................................................... 8
1.3 Metode KKL ................................................................... 9
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL ............................. 11
1.4.1 Objek KKL dan Gambaran Umum Dispenda ......... 11
1.4.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dispenda ... 12
1.4.3 Tujuan Dispenda .................................................. 13
1.4.4 Visi, Misi, dan Motto Dispenda ............................... 13
1.4.4.1 Visi ............................................................. 14
1.4.4.2 Misi ............................................................ 15
1.4.4.3 Motto .......................................................... 15
1.4.5 Sasaran Dispenda ................................................. 15
1.4.6 Cara Pencapaian Tujuan Dan Sasaran ................. 16
1.4.7 Sususan Organisasi Dispenda ............................... 18
1.4.8 Lokasi Pelaksanaan KKL ....................................... 21
1.4.9 Waktu Pelaksanaan KKL ....................................... 22
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja .......................................................................... 23
2.1.1 Pengertian Kinerja ................................................. 23
2.1.2 Faktor-faktor Kinerja .............................................. 27
2.1.3 Pengukuran Kinerja ............................................... 29
v
2.2 Pengertian Aparatur...................................................... 31
2.2.1 Peningkatan Kualitas Aparatur Pemerintah
Daerah ................................................................... 34
2.3 Pengertian Pendapatan Daerah ................................... 34
2.4 Pengertian Pajak Reklame ........................................... 37
BAB III PEMBAHASAN KKL
3.1 Hasil Kegiatan KKL ....................................................... 44
3.2 Pembahasan ................................................................ 47
3.2.1 Kinerja Individual Aparatur Dinas Pendapatan
Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di
Kota Bandung...................................................... 47
3.2.2 Psikologis Kinerja Aparatur Dinas Pendapatan
Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di
Kota Bandung ...................................................... 52
3.2.3 Faktor Organisasi Kinerja Aparatur Dinas
Pendapatan Daerah Dalam Meningkatkan Pajak
Reklame Di Kota Bandung .................................. 55
BAB IV Kesimpulan Dan Saran
4.1 Kesimpulan ................................................................... 60
4.2 Saran ............................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian KKL ...................................................22
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Harian .................................................44
vii
DAFTAR GAMBAR
Bagan 1.1 Struktur Organisasi Dispenda ..........................................20
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ................................................. 65
Lampiran 2 Daftar NamaPegawai .................................................. 66
Lampiran 3 Perhitungan Hasil Nilai Sewa Reklame ....................... 67
Lampiran 4 Surat Izin Kuliah Kerja Lapangan ................................ 68
Lampiran 5 Surat Pemberitahuan Survei/Penelitian
Praktek Kerja ...............................................................69
Lampiran 6 Surat Pernyataan Penelitian/Praktek Kerja ................. 70
Lampiran 7 Form Aktifitas Harian Kuliah Kerja Lapangan .............. 71
Lampiran 8 Berita Acara Bimbingan Kuliah Kerja Lapangan ..........72
Lampiran 9 Pedoman Wawancara ................................................ 73
ix
KATA PENGANTAR
Assallamuallaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT.
Dengan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan laporan KKL ini. Penulis
menyadari dalam penyusunan laporan KKL ini, banyak menemukan
kesulitan dan hambatan disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis,
namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak,
disertai keinginan yang kuat dan usaha yang sungguh-sungguh, maka
akhirnya laporan KKL yang di beri judul “Kinerja Aparatur Dinas
Pendapatan Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di Kota
Bandung “. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data, penyusunan, dan
penyelesaian Laporan KKL ini. Secara khusus peneliti menyampaikan rasa
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.
2. Nia Karniawati, S.IP.,M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Rino Adibiwo S.IP selaku pembimbing dan dosen wali angkatan 2009
4. Para Aparatur Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung, yang telah
memberikan informasi serta memberkan izin kepada peneliti untuk
ikut berperan aktif di Dinas Pendapatan Daerah
5. Seluruh Dosen Studi Ilmu Pemerintahan yang telah membantu
kelancaran peneliti dalam melaksanakan Usulan Penelitian.
6. Orang tua dan keluarga yang sudah membantu memberikan
dorongan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat
berarti bagi peneliti dalam menyelesaikan Usulan Penelitian ini.
7. Teman–teman angkatan 2009 di Program Studi Ilmu Pemerintahan.
iii
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan
bantuan bagi peneliti dalam penyusunan Usulan Penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan KKL ini masih
diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun
pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
Laporan KKL ini.
Semoga laporan KKL ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya
bagi peneliti dan bagi pihak-pihak yang terkait serta pembaca pada
umumnya.
Wassalamuallaikum Wr. Wb
Bandung, Oktober 2012
iv
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Resmi Siti.2009. Perpajakan : Teori dan Kasus. Edisi 5,
Yogyakarta :
Penerbit Salemba Empat.
Situmorang, Victor M. dan ErlanggaIrawan Jusuf Muhir. 2001. Manajemen
Konflik.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005. Manajemen dan Motivasi, Balai
Pustaka, Jakarta
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2006). Evaluasi Kinerja Sumber Daya
Manusia. Bandung: PT Refika Aditama.
Veithzal Rivai, 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawalipers
Widjaja, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT
Raja Grafindo Perkasa.
Hasibuan, Malayu. (1996). Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Jakarta:PT Toko Gunung Agung.
Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja
Dharma Setyawan Salam dalam buku Manajemen Pemerintahan Indonesia.
Universitas Komputer Indonesia, 2012, Panduan Pelaksanaan & Sistematika
Penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan KKL, Bandung, Prodi Ilmu
Pemerintahan FISIP UNIKOM.
Dokumen-dokumen :
Peraturan daerah Kota Bandung No.2 tahun 2010 tentang pajak reklame.
Peraturan Walikota Bandung No. 213 tahun 2012 tentang petunjuk
pelaksanaan penyelenggaraan reklame
Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1989 tentang susunan organisasi dan
tata kerja Dinas Pendapatan Daerah tingkat II
63
64
Rujukan Elektronik :
Pendekatan kualitatif melalui : http://www.papaninfo.com/pdf/pendekatankualitatif-menurut-para-ahli.html
Website Resmi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung (Pajak Daerah) :
dispenda.jabarprov.go.id
(http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/kinerja-apa-itu/)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Laporan KKL
Konsep otonomi Daerah dewasa ini, diikuti dengan adanya
perubahan-perubahan, baik peraturan Perundang-undangan maupun sistem
Pemerintahan. Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
Pemerintahan Daerah yang setiap daerah mempunyai kewenangan
mengurus wilayah sendiri dan sebagaimana yang telah dikemukakan
pemerintah melalui Undang-Undang No.22 Tahun 1999 telah memperluas
kewenangan
pelaksanaan
otonomi
daerah
dengan
menyerahkan
sepenuhnya beberapa bidang desentralisasi politik dan administratif urusan
pemerintahan kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan
daerah yang digali dalam wilayah daerah yang bersangkutan seperti Kota
Bandung yang merupakan bagian dari provinsi dari Jawa Barat. Proporsi
pendapatan asli daerah dalam seluruh penerimaan daerah masih rendah
bila di bandingkan dengan penerimaan bantuan dari pemerintahan pusat.
Keadaan ini menyebabkan perlu di lakukan suatu upaya untuk menggalki
potensi keuangan daerah dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Pentingnya pendapatan asli daerah dalam menunjang pendapatan tetap
yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah Kota
Bandung sangat di sadari oleh pemerintah kota.
Pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang di peroleh
daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
optimalisasi penerimaan pendapatan asli daerah hendaknya
didukung upaya pemerintah derah dengan meningkatkan kualitas pelayanan
publik.
Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah
pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya sektor perpajakan diatur melalui
1
2
sistem beserta Undang-undang yang telah ditetapkan. Melalui sistem
tersebut diharapkan pengadaan pembangunan nasional melalui sektor pajak
dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk kepentingan bersama. Peran
serta yang tinggi dari masyarakat Indonesia dalam membayar pajak sangat
diharapkan untuk meningkatkan semua sektor pembangunan. karena pada
hakekatnya pajak yang dibayarkan masyarakat ke kas negara akan
dikembalikan
kemasyarakat
dalam
bentuk
tersedianya
sarana
dan
prasarana lain yang menunjang kesejahteraan masyarakat Indonesia
seluruhnya agar adil dan makmur.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan penting
yang akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah. Peranan pajak sangatlah penting bagi
penerimaan kas negara oleh karena itu Pemerintah terus berusaha
meningkatkan dan menggali setiap potensi yang ada. Demikian juga potensi
yang ada di daerah dimana usaha tersebut tidak lepas dari peran serta dan
kontribusi Pemerintah Daerah yang lebih mengetahui akan kebutuhan dan
kondisi serta potensi yang ada di daerahnya untuk digali dan dioptimalkan.
Tanggungjawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak daerah
sebagai pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada 3
anggota masyarakat wajib pajak.
Pemerintah dalam hal ini aparatur perpajakan sesuai dengan
fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan pelayanan dan pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang
telah digariskan dalam Peraturan Perundang–undangan.
Sekarang daerah harus mampu mengembangkan rumah tangganya
sendiri. Bertambahnya kewenangan yang diserahkan kepada daerah saat
ini, maka secara otomatis merubah sistem Pemerintahan, kebijakan dan
program serta cara pandang dan sikap para pelaksana pemerintahan di
daerah. Perpindahan sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi berarti
adanya suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah
Pusat ke Pemerintah Daerah, sejalan dengan itu maka daerah dengan
sendirinya
menentukan
semua
kewenangan
pengaturan
Anggaran
3
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dari hasil yang diperoleh daerahnya
sendiri.
Pembangunan daerah diarahkan untuk mewujudkan otonomi daerah
yang
luas, nyata
dan bertanggung jawab kepada
daerah
secara
proporsional, sehingga pembangunan daerah diarahkan sebagai dasar dari
terciptanya
pembangunan
nasional,
karena
masyarakat
di
daerah
merupakan landasan atau basis dari kekuatan ekonomi, politik, sosial
budaya dan pertahanan dan keamanan dan dapat menjamin perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan bersama-sama secara sektoral dan
regional. Dengan demikian pembangunan daerah adalah bagian integral
dari
pembangunan
nasional.
Dalam
melancarkan
pelaksanaan
pembangunan nasional yang lebih merata ke seluruh wilayah Indonesia
dalam program pembangunan nasional ditetapkan bahwa pembangunan
daerah perlu ditingkatkan.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Daerah otonom
mempunyai
kewenangan
dan
tanggung
jawab
menyelenggarakan
kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi
masyarakat, dan pertanggung jawaban kepada masyarakat.
Sistem
sentralisasi
yang
diterapkan
di
Indonesia
sebelum
diterapkannya otonomi daerah, menimbulkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) disetiap daerah di Indonesia sangat kecil karena dana tersebut harus
terlebih dahulu diserahkan kepada Pemerintah Pusat. Sistem sentralisasi
yang digunakan menyebabkan aparatur pemerintah pusat kurang dapat
mengelola sumber daya yang dimiliki dengan baik, sehingga banyak
merugikan sebagian besar masyarakat Indonesia. Besarnya sumber daya
alam Indonesia tidak diiringi oleh mental dan moral aparatur pemerintah
yang baik dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan kekayaan Negara.
Penyimpangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) terjadi
hampir disetiap departemen setiap tahunnya. Aparatur pemerintah harusnya
melaksanakan tugas untuk melayani dan mengelola sumber daya yang ada,
4
justru sebaliknya melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji yang
hanya mementingkan diri pribadi.
Pembangunan daerah setelah diterapkannya otonomi Daerah secara
otomatis adalah tanggung jawab penuh pada masing-masing pejabat daerah
yang melaksanakan pembangunan disegala aspek kehidupan masyarakat.
Pembangunan daerah akan diketahui oleh masyarakat dengan menilai
antara PAD dengan hasil pembangunan didaerah tersebut. Setelah
diterapkannya konsep otonomi Daerah, maka daerah diberikan keleluasaan
untuk mengatur dan mengurus sumber-sumber Pendapatan Asli Daerahnya.
Bertambahnya
tugas,
kewajiban,
tanggung
jawab,
hak
dan
wewenang Daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah tidak dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien tanpa didukung
sumber pembiayaan yang memadai. Oleh karena itu pemerintah daerah
harus mampu menjalankannya, menggali, dan mendayagunakan potensi
pendapatan daerah secara efektif dan efisien
untuk pencapaian target
Pendapatan Asli Daerah
Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari
masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan
biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.
Sumber pembiayaan negara yang terbesar berasal dari iuran wajib
yang secara rutin telah kita setorkan kepada negara yang sekarang kita
sebut dengan pajak. walaupun kita tidak dapat merasakan secara langsung
manfaatnya, tapi hasil dari pajak dapat digunakan untuk membiayai sarana
dan prasarana untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas lagi.
Pemerintah juga telah mengeluarkan undang-undang perpajakan yang
semakin memperjelas bagaimana proses perpajakan di Indonesia. Dengan
demikian tindakan pemungutan pajak di Indonesia semakin kuat dan jelas
untuk
dilaksanakan,
dan
pemerintah
juga
tidak
sewenang-wenang
memungut pajak. Diperlukan juga kesadaran dari masyarakat dan peran
aktif fiskus untuk mencapai pendapatan pajak yang optimal.
Ada beberapa struktur pajak di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. pajak penghasilan (PPh)
5
2. pajak pertambahan nilaio barang dan jasa dan penjualan atas
baeang mewah
3. pajak bumi dan bangunan
4. pajak daerah dan retribbusi daerah
5. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
6. bea materai
Fungsi pajak tidak terlepas dari tujuan pajak, sementara tujuan pajak
tidak terlepas dari tujuan negara. Dengan demikian, tujuan pajak itu harus
diselaraskan dengan tujuan negara yang menjadi landasan tujuan
pemerintah. Tujuan pemerintah, baik tujuan pajak maupun tujuan negara
semuanya berakar pada tujuan masyarakat. Tujuan masyarakat inilah yang
menjadi falsafah bangsa dan negara. Oleh karena itu, tujuan dan fungsi
pajak tidak terlepas dari tujuan dan fungsi negara yang mendasarinya. Ada
beberapa fungsi pajak sebagai berikut :
1. Fungsi Budgeteir
Fungsi budgeteir merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiscal
yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk
memasukkan
dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-
undang perepajakan yang berlaku “segala pajak untuk keperkuan negara
berdasarkan undang-undang. Penerimaan pajak yang bersumber dari
masyarakat digunakan oleh pemerintah sebagai sumber dana untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya atau yang sering disebut sebagai
fungsi budgetair atau fungsi penerimaan.
2. Fungsi regulerend atau Fungsi Mengatur
Tetapi, dengan adanya perkembangan waktu dan tingkat pendidikan
masyarakat dan system pemerintahan, maka pemungutan pajak mulai
dibicarakan di tingkat para wakil rakyat dan muncul tujuan serta fungsi
tambahan diluar fungsi budgetair, yaitu fungsi regulerend atau fungsi
mengatur.Fungsi.
Dalam hal ini, pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur dan
mengarahkan masyarakat kearah yang dikehendaki oleh pemerintah. Oleh
karena itu, fungsi mengatur ini menggunakan pajak untuk mendorong dan
6
mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan
keinginan pemerintah. Dengan adanya fungsi mengatur, kadang-kadang
dari sisi penerimaan (fungsi budgetair) justru tidak menguntungkan.
Terhadap kegiatan masyarakat yang bersifat negatif, bila fungsi regulerend
itu dikedepankan, maka pemerintah justru dipandang berhasil apabila
pemasukan pajaknya kecil. Sebagai contoh minuman keras dikenakan pajak
yang tinggi agar konsumsi minuman keras dapat ditekan.
Sesuai dengan perda Kota Bandung nomor 02 tahun 2010 tentang
pajak reklame , Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame
yaitu benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang. Atau untuk
menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang
ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu
tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah.
Kota Bandung sebagai kota metropolis memiliki banyak sekali tempat
tempat strategis untuk pemasangan reklame, baik reklame yang berupa
spanduk, baliho bahkan yang lebih canggih lagi yaitu berupa layar Laser
Compact Disk (LCD) raksasa atau yang disebut juga dengan reklame
megatron. Yang menjadi permasalahan saat ini adalah banyaknya
permasalahan reklame yang belum terselesaikan, mulai dari masalah
reklame liar yang tidak memiliki surat ijin sampai terjadinya kebocoran di
penerimaan pajak reklame, sehingga dapat mengurangi Pendapatan Asli
Daerah.
Salah satu Pendapatan Asli Daerah diperoleh dari penerimaan yang
berasal dari pajak dan retribusi daerah. Salah satu komponen dari pajak
daerah adalah pajak reklame. Reklame merupakan suatu sarana yang
digunakan sebagai media promosi dan pemasaran yang pada saat ini
sangat
dibutuhkan
untuk
menunjang
kemajuan
dunia
bisnis
dan
perdagangan, maka pajak reklame merupakan salah satu potensi daerah
yang sangat penting untuk ditingkatkan.
7
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas Pemerintah Kota
Bandung dalam mengurus dan menyelenggarakan urusan-urusan yang
menyangkut bidang pendapatan daerah sangat memerlukan keberadaan
Dinas Pendapatan Kota Bandung sebagai instansi pemerintah yang dapat
membantu pelaksanaan pembangunan daerah.
Dinas Pendapatan Kota Bandung sebagai salah satu unsur
pelaksanaan pemerintahan yang mempunyai pengaruh sangat penting
dalam menggali sumber pendapatan kota yang berupa pajak daerah
kota/kabupaten mempunyai penerimaan cukup besar yaitu pajak reklame.
Dimana selama ini pajak reklame memberikan kontribusi yang tinggi
terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnyakontribusi
yang diberikan pegawai terhadap kemajuan danperkembangan di lembaga
tempat dia bekerja. Dengan demikiandiperlukan kinerja yang lebih intensif
dan optimal dari bagianorganisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di
embannya. Kinerjasuatu organisasi sangat penting, oleh karena dengan
adanya kinerjamaka tingkat pencapaian hasil akan terlihat sehingga akan
dapatdiketahui seberapa jauh pula tugas yang telah dipukul melalui
tugasdan wewenang yang diberikan dapat dilaksanakan secara nyata
danmaksimal.
Kinerja
organisasi
yang
telah
dilaksanakan
dengan
tingkatpencapaian tertentu tersebut seharusnya sesuai dengan misi
yangtelah
ditetapkan
yangdiemban.
sebagai
Dengan
landasan
demikian
kinerja
untuk
melakukan
(performance)
tugas
merupakan
tingkatpencapaian hasil atau the degrees of accomplishment.
Dalam rangka membangun kualitas kinerja pemerintahan yangefektif
dan efisien, diperlukan waktu untuk memikirkan bagaimanamencapai
kesatuan
masyarakat.
kerjasama
Untuk
sehingga
itu,
mampu
diperlukan
otonomi
meningkatkankepercayaan
sertakebebasan
dalam
mengambil keputusan mengalokasikan sumberdaya, membuat pedoman
pelayanan, anggaran, tujuan, serta targetkinerja yang jelas dan terukur.
Pada era reformasi sekarang ini, kinerja pemerintah mendapatsorotan tajam
dari
masyarakat.
Dengan
adanya
kebebasan
dalammenyampaikan
8
pendapat (aspirasinya), banyak ditemukan kritikanyang pedas terhadap
kinerja pemerintah, baik itu secara langsung(melalui forum resmi atau
bahkan demonstrasi) maupun secara tidaklangsung (melalui tulisan atau
surat pembaca pada media massa).
Kinerja para aparatur akan menjadi lebih mudah dan lebih baik
dalam melayani masyarakat jika adanya sarana dan prasarana yang
mendukung. Sistem informasi merupakan salah satu penunjang dalam
dalam mendukung kinerja aparatur. Sistem Informasi harus benar-benar
memberi manfaat terhadap masyarakat dan memecahkan masalah-masalah
lokal spesifik yang sedang di hadapi dan yang di hadapi. Sistem informasi
harus memberikan informasi secara akurat terhadap masyarakat.
Berdasarkan latarbelakang di atas maka penulis membuat penelitian
yang diberi judul :
“Kinerja
Aparatur
Dinas
Pendapatan
Daerah
Dalam
Meningkatkan Pajak Reklame Di Kota Bandung”
1.2 Kegunaan KKL
Kegunaan hasil yang diperoleh dari KKL yang di lakukan penulis,
diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan bermanfaat bagi
semua pihak, yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Kegunaan bagi peneliti
Manfaat KKL bagi penulis yaitu melatih penulis untuk mandiri dan
mempunyai rasa tanggung jawab untuk mengerjakan tugas yang diberikan
kepada
penulis, Sebagai gambaran praktis
bagi penulis
berkaitan
Pemungutan Pajak Reklame Daerah, serta penulis pun dapat mengetahui
Upaya Dinas Pendapatan Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di
Kota bandung.
2. Kegunaan teoritis (guna ilmiah)
Hasil penelitian ini secara teori diharapkan dapat memberikan
sumbangan
pemikiran
dan
pengembangan
khususnya
bagi
Ilmu
Pemerintahan sehingga hasil penelitian diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
9
3. Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Aparat Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung sebagai suatu
bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dalam meningkatkan pajak reklame di Kota Bandung.
1.3 Metode KKL
Sesuai dengan masalah yang ditulis pada usulan penelitian ini,
khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasardasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan
berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan
penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan.
Dengan demikian dalam penulisan Usulan Penelitian ini, penulis
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu
menggambarkan keadaan Di Dinas Pendapatan Daerah dalam pemungutan
Pajak Reklame berdasarkan pengamatan serta pelaksanaan KKL di Dinas
Pendapatan Daerah.
Metode Deskriptif dengan pendekatan kualitatif Sesuai dengan yang
di ungkapkan Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004:3)
mengemukakan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Miles and Huberman (1994) dalam Sukidin (2002:2)
mengungkapkan metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan
yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi
dalam
kehidupan
sehari-hari
secara
menyeluru
dan
dapat
di
pertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubngan antara fenomena yang
diteliti.
Berdasarkan penjelasan dari definisi di atas, penelitian kualitatif
merupakan pendekatan yang mempelajari manusia dengan mengamati
tingkah lakunya khususnya orang-orang yang diteliti. Pemahaman terhadap
10
orang di teliti mengenai tingkah laku manusia, peneliti harus dapat
memahami proses interpretasi dan melihat segala sesuatu dari sudut
pandang yang diteliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah
1. Studi Pustaka (Library Research)
Yaitu
dengan
cara
menelaah
dan
membandingkan
sumber
kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu
dengan menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi
tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Peninjauan yang dilakukan langsung ke pasar sederhana yang
menjadi objek penelitian dengan tujuan yaitu, mencari bahan-bahan
sebenarnya, bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date,
disamping itu penulis juga melakukan suatu penelitian dengan cara sebagai
berikut:
a. observasi Non Partisipan
Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung keadaan
pasar Sederhana dengan segala aspek kegiatan yang berhubungan dengan
penelitian. Observasi dilakukan penulis terhadap Implementasi Kebijakan
pemungutan retribusi pasar Sederhana kota Bandung.
b. Wawancara
Melakukan tanya jawab dengan narasumber yang mengetahui dan
memahami lebih jauh khususnya mengenai Upaya Dinas Pendapatan
Daerah Dalam Meningkatkan Pajak Reklame Di Kota Bandung.
c. Dokumentasi
Penulis mengambil dokumentasi berupa foto-foto dan gambar yang
terdapat di Dinas Pendapatan Daerah Kota bandung khususnya di bagian
Pajak Reklame.
Dengan menggunakan cara penelitian di atas penulis ingin
mengetahui bagaimana pemungutan retribusi di pasar Sederhana Kota
Bandung. Disamping juga untuk memperoleh gambaran yang jelas
11
mengenai
masalah
dan
mungkin
petunjuk-petunjuk
tentang
cara
memecahkannya.
Berdasarkan
uraian-uraian
di
atas,
bahwa
secara
umum
pengumpulan data berarti penerimaan data. Pengumpulan data didasarkan
pada suatu metode atau prosedur artinya, supaya data yang diinginkan
dapat terkumpul secara lengkap dan baik dari studi perpustakaan maupun
lapangan.
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL
1.4.1
Objek KKL dan Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah
Berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II Bandung Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung membawahi 5
(lima) satuan kerja yaitu :
1. Bagian Perpajakan dan Retribusi (BAPAR)
2. Bagian Iuran Rehabilitasi Daerah (IREDA)
3. Bagian Eksploitasi Parkir (BEF)
4. Bagian Perusahaan Pasar (BPP)
5. Bagian Tata Usaha Dalam (TUD)
Pada tahuan 1980, dikeluarkan Peraturan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung Nomor : 09/PD 1980 tanggal 10 Juli 1980,
dimana Stuktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung
mengalami perubahan, semula membawahi 5 (lima) satuan unit kerja
dirubah menjadi 7(tujuh) satuan unit kerja, yaitu:
1. Sub Bagian Tata Usaha
2. Seksi Pajak
3. Seksi Retribusi
4. Seksi IPEDA
5. Seksi perencanaan, Penelitian dan pembangunan;
6. UPTD Pasar
7. UPTD Parkir dan Terminal
Dalam kegiatan satuan operasional satuan unit kerja tersebut diatas,
khususnya dalam bidang pemungutan pajak/retribusi, dipakai sistem
MAPENDA (Manual Administrasi Pendapatan Daerah) . Dengan sistem
12
MAPENDA, petugas melakukan kegiatan pemungutan pajak/retribusi secara
langsung kepada Wajib Pajak/Wajib Retribusi ”door to door”.
Guna terdapat keseragaman struktur Dinas Pendapatan Daerah di
seluruh Indonesia, dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 23
Tahun 1989 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Daerah Tingkat II, yang ditindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung, yaitu Peraturan Daerah Kotamadya Bandung
No. 11 Tahun 1989 tanggal 30 Oktober 1989 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung. Dengan dikeluarkannya Keputusan Mendagri No. 23 Tahun1989
perlu disusun sistem dan prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan
Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
yang lebih mutakhir sebagai penyempurnaan dari sistem dan prosedur yang
telah ditetapkan terlebih dahulu dengan Keputusan Mendagri No. 102 Tahun
1990
Tentang
Sistem
Prosedur Perpajakan
Retribusi Daerah
dan
Pendapatan Daerah lainnya.
1.4.2
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah
Kota Bandung.
a. Kedudukan Dispenda
Dispenda Kota Bandung sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Dalam Negeri no. 23 Tahun tanggal 29 Mei 1989 sebagai pengganti
Keputusan Mendagri No. KPUD 7/12/41-101 tahun 1978 dan Peraturan
Daerah Kota Bandung No. 13 Tahun 2007 sebagai pengganti Perda Kota
Bandung Nomor 05 tahun 2001, berkedudukan sebagai Unsur Perumus dan
Pelaksana Kebijakan Operasional Kota Bandung Di Bidang Pendapatan.
b. Tugas Pokok Dispenda
Merumuskan dan melaksanakan kebijakan operasional di bidang
Pendapatan yang merupakan sebagian kewenangan Daerah Kota Bandung.
c. Fungsi Dispenda
1. Merumuskan kebijakan teknis operasional di bidang pendapatan
13
2. Menyelenggarakan pelayanan umum di bidang pendapatan
3. Menyelenggarakan kesekretariatan
1.4.3
Tujuan dinas Pendapatan Asli Daerah
Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi yang
merupakan suatu (apa) yang akan dicapaiatau dihasilkan pada kurun waktu
tertentu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun kedepan. Berdasarkan uraian diatas,
maka Dinas Pendapatan Daerah menetapkan tujuan yang ingin dicapai
dalam upaya mewujudkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa, menuju kota
yang bermartabat sebagai berikut :
1. Terwujudnya penyelenggaraan otonomi daerah
2. Terwujudnya kerja sama pemerintah darah, dengan masyarakat
wajiab pajak
3. Terwujudnya aparat yang berih dan masyarakat yang sadar
membayar pajak
4. Terwujudnya kinerja ekonomis, afektif,efisien dan akuntabel
5. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam memberikan kontribusi
untuk penyelenggaraan pemerintah
6. Terwujudnya penegak hukum
7. Terwujudnya sumber daya manusia manusia yang memiliki idealisme
dan profesional
8. Terwujudnya administrasi, monitoring dan evaluasi Pendapatan Asli
Daerah yang dijadikan tolak ukur kemandiian dalam otonomi daerah
1.4.4
Visi, Misi dan Motto Dispenda Kota Bandung
Dalam melaksanakan tugasnya, Dispenda Kota Bandung memiliki
visi, misi dan motto tersendiri untuk mengoptimalkan kinerja dalam bekerja.
Visi, misi dan motto tersebut, menjadi pedoman bagi para aparatur yang
bekerja di Dinas Pendapatan Daerah Kota bandung.
14
1.4.4.1 Visi
Dinas Pendapatan Daerah mempunyai Visi “Profesional dalam
Pengelolaan pendapatan Prima dalam pelayanan menuju kota jasa
yang BERMARTABAT (Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat)”.
Dalam pernyataan Visi tersebut terdapat kata-kata kunci, sebagai
berikut:
1. Propesionalisme yaitu suatu kondisi yang harus ada dan dimiliki
dalam melaksanakan kewenangan tugas dan fungsi meliputi :
kompetensi dalam arti mempunyai keterampilan dan pengetahuan
serta sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap aparatur agar
dapat
melaksanakan
tugas
pokok
dan
fungsinya
secara
berdayaguna dan berhasilguna serta memiliki komitmen, tanggung
jawab, kritis dan cepat tanggap
2. Pengelolaan Pendapatan yaitu sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun
2000 (Perubahan atas UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah). Menurut Undang-undang tersebut,
jenis kabupaten/kota terdiri : (a) Pajak Hotel, (b) Pajak Restoran, (c)
Pajak Hiburan, (d) Pajak Reklame, (e) Pajak Penerangan Jalan, (f)
Pajak Pengambilan Air Bawah Tanah dan (g) Pajak Sewa
Rumah/Kost.
3. Prima dalam Pelayanan yaitu Pelayanan yang terbaik yang diberikan
dalam bidang administrasi pemerintah, administrasi pembangunan
dan
administrasi
umum
kepada
Perangkat
Daerah
secara
akomodatif, efektif dan efisien. Akomodatif yaitu mampu memenuhi
tuntutan pelaksanaan kewenangan tugas dan fungsi Perangkat
Daerah.
1.4.4.2 Misi
Misi merupakan suatu yang harus dilaksanakan agar tujuan
organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi
yang telah ditetapkan. Dengan adanya misi diharapkan seluruh pegawai dan
15
pihak lain dapat mengetahui peran dan program serta mewujudkan visi
tersebut diatas, maka misi Dinas Pendapatan Daerah adalah :
1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan kepada Masyarakat Wajib Pajak
daerah
2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Misi Pertama merupakan Implementasi Visi mengenai Sumber Daya
yang Profesional yang ditetapkan Dinas Pendapatan dalam Rangka
Mewujudkan Pengelolaan Pendapatan yang Efektif dan Efisien melalui
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Aparatur.
Misi
Kedua
merupakan
Implementasi
Visi
Pengelolaan
PendapatanAsli Daerah dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah dan
Pembangunan melalui tersusunnya Peraturan Normatif yang mengatur
tentang Pendapatan Asli Daerah serta Intensifikasi dan Ekstensifikasi.
1.4.4.3 MOTTO
MOTTO Dinas Pendapatan Daerah adalah “Kuingin Kau Tersenyum
Puas” adalah suatu nilai yang perlu ditanamkan pada setiap petugas Dinas
Pendapatan Daerah, yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik
pada setiap Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak merasakan bahwa pajak
bukan lagi merupakan suatu beban, tetapi karena timbulnya kesadaran
masyarakat melalui pembayaran pajak dan retribusi untuk membiayai
pembangunan daerahnya.
1.4.5
SASARAN DISPENDA KOTA BANDUNG
Sarana merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang akan
dicapai secara nyata dalam jangka waktu tahunan, semesteran atau
bulanan. Sasaran merupakan bagian integral dalam proses perencanaan
strategis pemerintah daerah.
Fokus utama sasaran adalah tindakan dan alokasi sumberdaya
dalam kegiatan organisasi/pemerintah daerah. Sasaran harus bersifat
spesifik,
dapat
dinilai,
terukur,
menantang,
namun
dapat
dicapai,
berorientasi pada hasil dan dapat dicapai dalam periode 1 (satu) tahun
kedepan.
16
Berdasarkan pengertian tersebut maka Dinas Pendapatan daerah
menetapkan sasaran adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melunasi kewajiban
dalam membayar pajak
2. Meningkatkan kualitas pendapatan, penetapan, pembukuan dan
pelaporan serta penagihan pajak
3. Meningkatnya sember pendapatan daerah, baik secara intensifikasi
maupun ekstensifikasi yang diharapkandapat meningkat pendapatan
sebesar 20 % setiap tahun
4. Tersedianya
sumber
daya
manusia
dalam
hal kemampuan,
keterampilan dan kejujuran petugas
5. Tercapainya
program
Pemerintah
Kota
Bandung
di
bidang
Pendapatan Pajak Daerah dan Pendapatan Bukan Pajak Daerah
6. Mendukung
terhadap
Program
Pemerintah
Kota
Bandung
menjadikan Kota Bandung Sebagai Kota Jasa yang BERMARTABAT
1.4.6
CARA PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN
Dari tujuan sasaran yang telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan bagaimana hal tersebut akan tercapai. Adapun cara
mencapai tujuan dan sarana meliputi program, kegiatan kebijakan yang
akan menjadi landasan dalam sistem operasional dan aktivitas organisasi.
Adapun kebijakan tersebut adalah :
1. Peningkatan penyuluhan kepada masyarakat wajib pajak, secara
kontinyu
serta
membuat
solusi
apabila
ditemukan
sesuatu
permasalahan
2. Pemberdayaan informasi, komunikasi dalam berbagai media seperti
media elektronik dan media cetak
3. Peningkatkan kualitas sumber daya manusia aparat, melalui
berbagai pendidikan
4. Peningkatan sistem penagihan mempermudah dan mempercepat
bagi wajib pajak dalam pembayaran, dengan memperbanyak
tempat pembayaran dan penagihan
17
5. Penegakan sanksi hukum bagi petugas dan wajib pajak yang
melanggar peraturan perundang-undangan.
Untuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan, Dinas Pendapatan
Daerah menerapkan program operasional dan dilaksanakan dalam bentuk :
1. Program penyuluhan lapangan kepada masyarakat wajib pajak
Program menyusun dan menghitung
potensi pajak
Program
penyusunan standar pengolahan data Program pendayagunaan
petugas Program penyusunan sistem penggunaan pajak Program
penyusunan sistem penagihan pajak
2. Program peningkatan kualitas sumber daya manusia
Sebagai oprasional dari program-program yang telah ditetapkan,
Dinas Pendapatan Daerah melakukan organisasi sebagai berikut :
1. Melaksanakan kegiatan pendaftaan wajib pajak
2. Melaksanakan kegiatan menghitung potensi pajak Melaksanakan
kegiatan pembukuan dan pelaporan wajib pajak
3. Melaksanakan kegiatan penagihan pajak
4. Melaksanakan kegiatan atau melayani kegiatan dari wajib pajak
5. Melaksanakan
kegiatan
perencanaan
dan
pembinaan
teknis
pemungutan
6. Melaksanakan kegiatan dan penggalian potensi pajak
7. Melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik langsung maupun tidak
langsung dengan melalui berbagai media
8. Melaksanakan berupa proyek Peningkatan Sumber Asli Daerah
9. Melaksanakan kegiatan penyempurnaan sistem mekanisme kerja
dan perubahan obyek serta subyek PBB
10. Melaksanakan kegiatan proyek penyusunan data base PAD
11. Melaksanakan kegiatan proyek penyempurnaan pengolahan data
pajak
12. Melaksanakan kegiatan proyek penyempurnaan administrasi dan
klarivikasi perhitungan data pajak
13. Melaksanakan kegiatan proyek penataan kearsipan data pajak
18
14. Melaksanakan kegiatan proyek penyempurnaan organisasi Dinas
Pendapatan Daerah
15. Melaksanakan kegiatan proyek penataan ruang kantor Dipenda
16. Melaksanakan kegiatan proyek pengadaan hardware pada payment
point PLN
1.4.7
Susunan Organisasi Dispenda Kota Bandung
Berdasarkan keputusan Mendagri No. 23 Tahun 11989 tanggal 29 mei
1989, secara garis besar secara organisasi Dispenda Kota Bandung terdiri
Dari:
I. Kepala dinas pendapatan daerah
II. Kepala bagian tata usaha membawahi:
a. Sub bagian umum
b. Sub bagian keuangan
c. Sub bagian kepegawaian
III. Sub dinas perencanaan program, membawahi:
a. Seksi penyusunana program dan litbang
b. Seksi intensifikasi dan ekstensifikasi
c. Seksi penyluhan
IV. Sub dinas pajak, membawahi:
a. Seksi pendaftaran dan pendapatan
b. Seksi penetapan
c.
Seksi pembukuan dan pelaporan
V. Sub dinas retribusi, membawahi:
a. Seksi pendaftaran dan pendataan
b. Seksi penetrapan
c. Seksi pembukuan dan pelaporan
VI. Sub dinas pengendalian, membawahi:
a. Seksi verivikasi dan penyitaan
b. Seksi pengendalaian dan penerimaan
c.
Seksi tunggakan dan keberatan
VII. Sub dinas PBB dan BPHTB, membawahi:
a. Seksi penagihan
19
b. Seksi tunggakan dan keberatan
c. Seksi administrasi BPHTB
VIII. Cabang Dinas
IX. UPTD
X. Kelompok Jabatan Fungsional
Dispenda Kota Bandung dalam pembagian kerja dilihat dari struktur
organisasi. struktur organisasi menggambakan kejelasan dari para aparatur
Dispenda Kota Bandung dalam tugasnya, untuk lebih jelasnya bisa di lihat di
struktur oragnisasi pada gambar 1.1 :
20
Gambar 1.1
Struktur Organisasi Dispenda Kota Bandung
Sumber Dispenda Kota Bandung : 2010
21
Berdasarkan gambar 1.1 bahwa struktur organisasi Dispenda Kota
Bandung dari mulai Kepala Dinas membawahi bidang atau bagian terdiri
dari Sekretris yang membawahi Sub Bagian Umum dan Sub Keuangan dan
Program.
Selanjutnya
Kepala
Dina
membawahi Kelompok
Jabatab
Fungsional. Selanjutnya Kepala Dinas membawahi Bidang Perencanaan
yang membawahi Seksi Data dan Potensi Pajak, Seksi Program, dan
Analisa Program. Selanjutnya Kepala Dinas membawahi Bidang Pajak
Daerah yang membawahi, Seksi Pelayanan dan Pengaduan, Seksi
Penetapan dan Pembukuan, dan Seksi Penagihan.
Kepala Dinas membawahi Bidang Pendapatan Pajak Bukan Pajak
Daerah yang membawahi Seksi Administrasi Bagi Hasul Pajak Pusat, Seksi
Bagi Hasil Pajak Provinsi, dan Seksi Administrasi Pelaoran Pendapatan
Bukan Pajak Daerah. Selanjutnya Kepala Dinas membawahi Bidang
Pengendalian
yang
membawahi
Seksi
Pembinaan
Internal,
Seksi
Pengawasan dan Pemeriksaan, dan Seksi Penyuluhan, Monitoring dan
Pengawasan. Selanjutnya Kepala Dinas membawahi Kepala UPT Wilayah
Bandung yang masing-masing Kepala UPT membawahi Kasubag Tata
Usaha.
1.4.8
Lokasi Pelaksanaan KKL
Lokasi yang digunakan peneliti untuk melaksanakan KKL bertempat
di Dinas pendapatan Daerah Kota Bandung Jl. Wastukencana No.2
Bandung, Tlp (022) 4230393.
1.4.9
Waktu Pelaksanaan KKL
Adapun waktu pelaksanaan KKL dilakukan sesuai dengan peraturan
yaitu sebagai berikut :
22
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian KKL
Waktu
Kegiatan
Sosialisai KKL
Observasi lokasi KKL
Pengajuan Judul dan
Lokasi KKL
Pengajuan surat ke tempat
KKL
Pelaksanaan KKL
Penyusunan Laporan
KKL
Pengumpulan Laporan
KKL
Persiapan Seminar
Laporan KKL
Seminar Hasil KKL
Tahun 2012-2013
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 KINERJA
2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang
tidak dapat dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga
pemerintahan maupun lembaga swasta. Kinerja berasal dari kata Job
Performance atau Actual Performance yang merupakan prestasi kerja atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang.
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja merupakan suatu
kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu
untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan
dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta
mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan.
Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnya kontribusi
yang diberikan pegawai terhadap kemajuan dan perkembangan di lembaga
tempat dia bekerja. Dengan demikian diperlukan kinerja yang lebih intensif
dan optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di
embannya. Kinerja suatu organisasi sangat penting, oleh karena dengan
adanya kinerja maka tingkat pencapaian hasil akan terlihat sehingga akan
dapat diketahui seberapa jauh pula tugas yang telah dipukul melalui tugas
dan wewenang yang diberikan dapat dilaksanakan secara nyata dan
maksimal.
Kinerja
organisasi
yang
telah
dilaksanakan
dengan
tingkat
pencapaian tertentu tersebut seharusnya sesuai dengan misi yang telah
ditetapkan sebagai landasan untuk melakukan tugas yang diemban. Dengan
demikian kinerja (performance) merupakan tingkat pencapaian hasil atau the
degrees of accomplishmen.
23
24
Kinerja dapat berupa penampilan individu maupun kelompok kerja
personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang
menduduki jabatan
fungsional maupun struktural, tetapi juga pada
keseluruhan jajaran personel dalam organisasi.
Menurut Irawan (2002:11), bahwa kinerja (performance) adalah hasil
kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. Jika kita
mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan tujuan
pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja
organisasi, kinerja unit, dan kinerja pegawai.
Sedangkan Veithzal Rivai (2006:309) mengatakan bahwa kinerja
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi
kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam
perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut di atas mengungkapkan bahwa
dengan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan
suatu pekerjaan dapat dievaluasi tingkat kinerja pegawainya, maka kinerja
karyawan harus dapat ditentukan dengan pencapaian target selama periode
waktu yang dicapai organisasi. Deskripsi dari kinerja menyangkut dua
komponen yaitu tujuan dan ukuran, penentuan tujuan dari setiap unit
organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja.
Menurut
Hennry
Simamora
dalam
Mangkunegara,
kinerja
(performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
a. Faktor individual
Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Kinerja individu
ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work
effort) dan dukungan organisasi.
b. Faktor psikologis
Psikologis dapat diartikan sebagai olmu yang mempelajari tentang
mental/jiwa yang bersifat abstrak yang membatasi pada tingkah laku dan
proses atau kegiatannya.psikologis kerja dapat diartikan sebagai lingkungan
kerja, sikap serta motivasi dalam melaksanakan pekerjaannya.
c. Faktor organisasi
Menurut William Stern yang dikutif A.A Anwar Mangkunegara
“Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud
antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja
yang menantang”.
25
(Mangkunegara, 2009:17).
Pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim
kerja respek dan dinamis, peluang berkarir dan pasilitas kerja yang relatif
memadai. Sekalipun, jika faktor lingkungan organanisasi kurang menunjang,
maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai
dengan tingkat kecerdasan emosi baik, sebenarnya ia tetap berprestasi
dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat
diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu
(pemotivator), tantangan bagi dirinya dalam, berprestasi di organisasinya .
(Mangkunegara, 2009:14)
Berdasarkan pendapat di atas, faktor individual berhubungan denga
individu yang dilihat dari segi usia dan pendidikan; faktor psikologis dapat
diartikan sebagai ilmu jiwa/mental yang bersifat abstrak yang membatasi
pada tingkah laku serta kegiatan yang dilakukannya, jadi faktor psikologis
kinerja dapat dilihat dari segi lingkungan kerja, sikap (attitude) serta
motivasi; dan faktor organisasi terdiri dari struktur organisasi dan pola
kepemimpinan yang mempengaruhi kinerja (performance) seorang inidividu
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Berdasarkan beberapa teori tentang kinerja dapat disimpulkan
bahwa pengertian kinerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja
oleh seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja merupakan cerminan hasil
yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja adalah suatu
hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang diartikan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara mengemukakan pengertian
kinerja sebagai berikut : Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorangkaryawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengantanggung jawab yang diberikanya.
(Anwar Prabu Mangkunegara , 2000:67)
Untuk mengukur kinerja, dapat digunakan beberapa ukuran kinerja.
Beberapa ukuran kinerja yang meliputi; kuantitas kerja, kualitas kerja,
pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan mengemukakan pendapat,
pengambilan keputusan, perencanaan kerja dan daerah organisasi kerja.
26
Ukuran prestasi yang lebih disederhana terdapat tiga kriteria untuk
mengukur kinerja, pertama; kuantitas kerja, yaitu jumlah yang harus
dikerjakan, kedua, kualitas kerja, yaitu mutu yang dihasilkan, dan ketiga,
ketepatan waktu, yaitu kesesuaiannya dengan waktu yang telah ditetapkan.
Menurut Sedarmayanti dalam buk