Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

(1)

TUGAS AKHIR

PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

DI SUSUN O

L E H

NAMA : EROVI SARI P NIM : 082600015

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karuniaNya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tugas akhir berjudul “ Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ’’. Ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Penulisan tugas akhir ini adalah realisasi dari keinginan penulis untuk dapat lebih memahami masalah yang berkaitan dengan Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Penulisan tugas akhir ini terlaksana sepenuhnya berkat dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing saya.

2. Bapak Drs. Zakaria, M.SP, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.


(3)

4. Ibu Arlina, SH, MHum, Sekretaris Progran Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, Dosen Wali Penulis dan seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Buat Bapak dan Ibu Dosen Fakultas FISIPOL Universitas Sumatera Utara, khususnya Jurusan Administrasi Perpajakan, yang telah memberikan penulis berbagai ilmu tingkat pertama hingga laporan ini selesai.

7. Ibu Syarifah Lubis serta staf pegawai Dispenda Kota Medan yang telah memberikan tempat kepada kami dalam menyelesaikan laporan kami.

8. Terima Kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak saya tersayang S.Perangin – angin dan Ibunda tercinta E.br.Surbakti atas doa dan dukungan material yang diberikan kepada penulis

9. Kepada keluarga besar Bibi saya yang sudah memberikan tempat tinggal dan kasih sayang kepada penulis.

10.Kepada the Rangers (didce,Ziah,Gadis dan Dita) yang sudah bersedia menjadi teman terbaik sekaligus sahabat penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

11.Buat Kakanda Dodi Kurniawan terimakasih atas doa serta dukungan nya yang telah diberikan kepada penulis.

12.Buat adik – adik tersayang (Icha,Weni,Ipo) yang telah memberikan semangat kepada sipenulis.


(4)

13.Buat teman-teman seperjuangan adm.perpajakan stambuk 2008 terutama buat teman-teman kelas A atas kekompakan dan keceriaannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhirnya, penulis barharap agar laporan yang telah penulis susun dapat memberikan sumbangan pikiran dan menambah bahan reverensi yang bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, Juni 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 3

C. Uraian Teoritis ... 4

D. Ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8

F. Metode Pengumpulan Data ... 9

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan ... 12

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 14

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 17


(6)

BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

A. Definisi Pajak ... 41

B. Fungsi Pajak ... 44

C. Jenis Pajak ... 45

D. Prosedur Pemungutan Pajak Restoran ... 46

E. Ketentuan ... 47

F. Objek, Subjek Wajib Pajak, DPP Restoran dan Besarnya Pajak Restoran yang Terutang ... 48

G. Objek Pajak Restoran Yang Dikecualikan ... 48

H. Pendaftaran dan Pendataan ... 49

I. Tata Cara Pembayaran Pajak... 51

J. Keberatan dan Banding Menurut Perda Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 ... 51

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI A. Target dan realisasi Penerimaan Pajak Restoran pada DISPENDA Kota Medan ... 55

B. Hambatan-hambatan dalam Pemungutan Pajak Restoran ... 62

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran ... 63

D. Upaya- Upaya yang Dilakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran ... 63


(7)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pemerintah dalam negara kita mempunyai peranan penting untuk memajukan negara yang dipimpinnya. Salah satu indikator kemajuan suatu negara dapat dilihat dari pembangunan nasional yang berjalan secara berkesinambungan. Pembangunan yang diharapkan agar membawa dampak bagi meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu cara bagi Pemerintah untuk menghimpun dana bagi pembangunan adalah melalui pemungutan pajak. Hasil pemungutan pajak ini dikumpulkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan termasuk pendapatan rutin khususnya disektor bukan migas. Pajak mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk membiayai anggaran bagi penyelenggaraan Pemerintah, pelayanan umum dan pembangunan.

Menurut Undang – Undang Nomor.34 tahun 2000, Pajak Daerah merupakan iuran wajib pajak yang dilakukan oleh orang pribadi atau kepala daerah tanpa mendapat imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku yang dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.Berbagi cara telah diupayakan oleh pemerintah dalam meningkatkan pajak daerah termasuk didalamnya pajak restoran yang.


(9)

Dari sekian banyak pajak yang dipungut didaerah Kota Medan,salah satu pajak yang diandalkan untuk menghasilkan dana bagi anggaran adalah pajak restoran. Sesuai dengan peraturan daerah, yang menjadi objek pajak restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran direstoran termasuk bar, café, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi/kopi dan meliputi penjualan makanan/minuman ditempat yang disertai tempat penyatapan maupun diantar dan dibawa pulang. Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran.

Pajak restoran yang terutang dipungut diwilayah daerah tempat restoran berlokasi. Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak restoran paling tinggi 10 % dengan dasar pengenaan pajak, yaitu jumlah yang diterima sebagai imbalan tas penyerahan barang dan atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran.

Proses pemungutan pajak yaitu : pajak dikutip dibank atau tempat yang telah ditentukan oleh Menteri Keuangan sebagai tempat pembayaran pajak selalu disetorkan ke kas Bendaharawan.

Adanya kerja sama yang baik antara lembaga pendidikan dengan perusahaan / instansi pemerintah,maka penulis akan melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “Prosedur Pemungutan Pajak

Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan” dan merupakan salah

satu syarat untuk menamatkan pada program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.


(10)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandirin(PKLM)

Dengan diadakannya praktik kerja lapangan mandiri pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :

1. Tujuan PKLM

a. Untuk mengetahui target dan realisasi penerimaan pajak restoran.

b. Untuk mengetahui kendala dalam pencapaian target penerimaan pajak restoran.

c. Untuk mengetahui upaya - upaya apa yang ditempuh dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran.

2. Manfaat PKLM Bagi Mahasiswa

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan.

2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam permasalahan yang timbu selama melaksanakan PKLM.

3. Untuk menerapkan teori – teori yang didapat selama perkuliahan kedalam lingkungan kerja melalui Praktek Kerja Lapangan Mandiri.


(11)

Bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

1. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Diploma III Administrasi Perpajakan.

2. Memperoleh ide dan masukan untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak Restoran.

Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1. Untuk meningkatkan hubungan kerjasama dengan instansi – instansi Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

2. Agar dapat memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara khususnya Program Diploma III Perpajakan.

3. Mendapat pemasukan saran untuk mengevaluasi dan penyempurnaan kurikulum di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

C. Uraian Teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Defenisi atau pengertian pajak menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH (Suandy, 2005: 11) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Soeparman Soemahamidjaja (Suandy, 2005: 10) Pajak adalah Iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan


(12)

norma – norma hukum, guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan hukum.

Prosedur pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perhimpunan data objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi serta pengawasan restoran.

Pelaksanaan pemungutan pajak restoran dilakukan dengan system official

assessment. System official assessment adalah sistem dimana pemungutan pajak

dilakukan oleh fiskus, menetapkan pajak terutang melalui data – data atau dengan kata lain pajak yang terutang sudah dihitung dan ditetapkan oleh petugas pajak. Sedangkan system self assessment adalah sistem dimana wajib pajak dipercayakan melakukan sendiri mengenai perhitugan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya ke kas daerah.

Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola atau pemungutannya dilakukan oleh aparat Pemerintah Daerah (PEMDA) tingkat I dan tingkat II untuk mengisi kas daerah.Pajak daerah terdapat dalam undang – undang Nomor.34 tahun 2000 sebagai perubahan atas undang – undang Nomor.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.Undang – undang tersebut didukung dengan dikeluarkan nya PP Nomor.65 tahun 2001 tentang pajak daerah.

Pajak restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung,bar dan sejenisnya termasuk jasa boga /catering.


(13)

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga catering.

Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran. Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran.

Cara perhitungan pajak restoran :

1. Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan pada restoran.

2. Tarif pajak restoran adalah sebesar 10 %

3. Besar pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak Restoran.

4. Pajak Restoran = 10 % x Jumlah Pembayaran.

Jenis pajak

Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang sebahagianya dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu :

a. Menurut sifatnya :

1. Pajak Subjektif yaitu pajak yang memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan besarnya pajak terutangnya.

2. Pajak Objektif yaitu pajak yang dalam pengenaannya hanya memperhatikan sifat objek pajak saja.


(14)

b. Menurut Golongan :

1. Pajak langsung adalah pajak yang pengenaannya terlebih dahulu didaftar nomor pokok wajib pajak, yang pengenaannya dilakukan secara berkala. 2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pengenaannya tidak di daftar

berdasarkan nomor pokok wajib pajak dan pengenaannya dilakukan secara berkala serta pajak tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.

c. Menurut Lembaga Pemungutan :

1. Pajak Pusat yaitu pajak yang dikelola atau pemungutannya dilakukan oleh aparat pemerintah pusat untuk mengisi kas Negara.

2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dikelola atau pemungutannya dilakukan oleh aparat pemerintah daerah untuk mengisi kas daerah.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Didalam PKLM penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan pajak daerah khususnya Pajak Restoran antara lain :

a. Prosedur pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

b. Kendala dalam Prosedur dalam pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

c. Mengukur tingkat keberhasilan dari realisasi pajak restoran.

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKLM adalah disini penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan


(15)

prosedur pemugutan pajak restoran dan akan mencari data dan informasi yang berasal dari kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sebagai referensi untuk mengetahui dan mandalami proses pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai

yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan penentuan tempat praktek kerja lapangan mandiri (PKLM),mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak Dosen yang bersangkutan. 2. Studi Literature

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber – sumber pustaka seperti Undang – undang, buku – buku perpajakan, artikel ilmiah maupun literature yang berhubungan dengan objek PKLM.

3. Observasi Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, mengenai Prosedur Pemungutan Pajak Restoran serta mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.


(16)

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data mengenai prosedur Pemungutan Pajak Restoran melalui :

d. Data Sekunder (bersumber dari buku – buku ilmiah,undang- undang,yang berhubungan dengan pajak restoran)

e. Data Primer (data yang diperoleh dari pihak yang memahami dari DISPENDA)

5. Analisa dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai prosedur Pemungutan Pajak Restoran.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Daftar Interview (Interview guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang prosedur pemungutan pajak restoran.

2. Daftar Observasi (Obsersi guide)

Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati,mendengar,serta mencatat mengenai hal – hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas , meneliti pengenaan pajak restoran.


(17)

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen – dokumen atau data pendukung yang berhubungan dengan Pemungutan Pajak Restoran , dan meminta berbagai dokumen dari kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan kedalam lima bab.Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi pemikiran dalam pemilihan judul perumusan masalah, tujuan, serta ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN

DAERAH KOTA MEDAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN PROSEDUR

PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang data penerapan Prosedur Pemungutan Pajak Restoran yang ada diKantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.


(18)

BAB IV ANALISI DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai prosedur pemungutan pajak restoran di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari bab – bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.


(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian pada Bagian Keuangan yang mengelolah bidang penerimaan dan pendapatan Daerah. Pada sub ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat ini Wajib Pajak/Wajib Pajak Retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di kota Medan melalui Peraturan Daerah sub bagian keuangan tersebut di ubah menjadi bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah yang merupakan para Wajib Pajak / Wajib Pajak Retribusi Daerah Kota Medan.

Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD/7/12/41-10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan PERDA Nomor 12 tahun 1987, menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Dinas Pendapatan Daerah.

Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah,


(20)

Pendapatan Daerah lainnya serta peningkatan pemungutan Pajak Parkir yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah.

Meningkatnya Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang Perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan didalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia. 2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988, tentang

pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988. 3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang pelaksanaan

organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

Penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan dan Organisasi Pendapatan Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang


(21)

dilaksanakan bertahap dan penyempurnaan ini merupakan berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1867/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumetera Utara Nomor 188.342.20/1991, tanggal 11 Maret 1991, yang terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 188.342/790/SK/1991, tentang pelaksanaan PERDA Nomor 16 tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata cara kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan aktifitasnya, Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan telah membuat struktur organisasi. Stuktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan.

Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan Kota Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan fungsi masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan adanya pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan memberikan penjelasan tentang batas-batas wewenang dan tanggung jawab.

Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota Medan adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak


(22)

bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaaan yang diberikan kepadanya.

Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 tahun 2010, pasal 2 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan. Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari :

Ketentuan Umum

Dalam Peraturan Walikota, yang dimaksud yaitu : a. Daerah adalah Kota Medan

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan c. Walikota adalah Walikota Medan

d. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan e. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan

f. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan

g. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsure pelaksan teknis pada Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

h. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai kebutuhan daerah.

Organisasi

1. Dinas

2. Sekretariat, membawahkan : a. Sub Bagian Umum


(23)

b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Penyusunan Program

3. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Pemeriksaan c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Bidang Penagihan, mambawahkan :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi Penagihan dan Perhitungan c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan : a. Seksi Bagi Hasil Pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan 6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan :

a. Seksi Pengembangan Pajak b. Seksi Pengembangan Retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain 7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)


(24)

C.Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bbidang pendapatan

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan

d. pelakasanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Dalam melaksanakan tugas pokok, sekretariat menyelenggarakan fungsi: 1. penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan


(25)

2. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

3. pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas

4. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan

5. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas 6. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian 7. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan

8. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Umum mempunyai tugas dan fungsi :

1. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup administrasi umum.

2. Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum

c. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas


(26)

d. pengelolaan administrasi kepegawaian

e. penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian

f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

4. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertangggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas dan fungsi :

1. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan

c. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan verifikasi

d. penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan

e. penyusunan laporan keuangan Dinas


(27)

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas h. pelaksanaan tugas lain dan diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

5. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan tanggung jawab kepada Sekretaris.

Untuk melaksanakan tugas, Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas dan fungsi :

1. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program

b. pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Dinas

c. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas d. penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas


(28)

6. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang,yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

1. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data informasi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan

b. penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi

c. melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya

d. pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dari instansi yang terkait

e. pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

f. perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi


(29)

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7. Sub Pendataan dan Pendaftaran

Sub Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Tugas dan fungsi Sub Pendataan dan Pendaftaran, yaitu :

1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pandataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pendataan dan Pendaftaran menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan Pendaftaran b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran

c. pelaksanaan pendataan objek pajak daerah/ retribusi daerah dan pendataan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD)

d. pelaksanaan pendaftaran wajib pajak / retribusi daerah formulir pandaftaran e. penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak

Daerah / Wajib Retribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan


(30)

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Tugas dan fungsi Seksi Pemeriksaan, yaitu :

1. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pemeriksaan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pemeriksaan menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan

c. penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim pemeriksa d. penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

9. Seksi Penetapan

Seksi Penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.


(31)

1. Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokk pajak daerah / pokok retribusi daerah.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Penetapan menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan

c. penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah

d. penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan

e. pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas permohonan wajib pajak

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

10. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

1. Seksi pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup data dan informasi.


(32)

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, seksi Pengolahan Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi c. pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi daerah d. penuangan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data e. pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

11. Bagian Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

1. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas dan fungsi yaitu :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi


(33)

c. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

d. pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

e. pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

f. pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepada Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

12. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

Seksi Pembukuan dan Verifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.

Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pembukuan dan Verifikasi menyelenggrakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan verifikasi

c. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah / retribusi daerah dan penetapan daerah lainnya


(34)

d. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga

e. penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya f. penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran

dan sisa persediaan benda berharga secara berkala

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan data pelaporan pelaksanaan tugas h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

13. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah tanggung jawab kepada Kepala bidang Penagihan.

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

1. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.

2. Dalam malaksanakan tugas pokok Seksi Penagihan dan Perhitungan menyelenggarakan fungsi, yaitu :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan Perhitungan b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penagihan dan perhitungan

c. penyiapan bahan dan data pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya


(35)

d. penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

14. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

1. Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Seksi Pertimbangan dan restitusi menyelenggarakan fungsi, yaitu :

a. penyiapan rencana, program dan kegiatan seksi Pertimbangan dan Restitusi b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan restitusi c. penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak d. penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah / restribusi daerah yang dapat

diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan

e. penyiapan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan

f. penerimaan surat keberatan dari wajib pajak/ retribusi g. penelitian keberatan dari wajib pajak/ wajib retribusi


(36)

h. pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak/ wajib retribusi i. penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan Kepala Dinas tentang

persetujuan atau penolakan atas keberatan

j. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

15.Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu: 1. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pandapatan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasi pajak dan bukan pajak,

penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan

c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah

d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah


(37)

e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/ bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah

f. pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

16. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :

1. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Seksi Bagi Hasil Pajak menyelenggrakan fungsi, yaitu :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak

c. penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) / Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan


(38)

d. pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

e. pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan kepada wajib pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

17. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang bagi Hasil Pendapatan. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :

1. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak

c. pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi, dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain bukan pendapatan yang syah


(39)

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

18. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :

1. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Seksi Penatausahaan Bagi Hasil menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi Hasil b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil

c. pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan d. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK,

dan lain-lain pendapatan yang syah

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

19. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.


(40)

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :

1. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan Perundang-Undangan

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan

c. penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah

d. pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang dana perimbangan

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

20. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.


(41)

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :

1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain

c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya

d. penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah

e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

21.Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah tanggung jawab kepada Kepala Pengembangan Pendapatan Daerah.


(42)

1. Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak. 2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Pajak

menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak

c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah dibidang pajak daerah

d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan dan tugas f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

22. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah tanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapat Daerah. Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok dan fungsi:

1. Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Seksi Pengembangan Retribusi menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi


(43)

c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang retribusi daerah

d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi daerah

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas f. pelaksanaan tugas lain yaitu bahan dan data pengkajian pengembangan

potensi retribusi daerah

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

23. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok dan fungsi:

1. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan lain-lain.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan lain-lain


(44)

c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah dibidang pendapatan lain-lain

d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain-lain

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

24.Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

25.Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :

1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang ditunjuk.

3. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.


(45)

Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendaptan Kota Medan Tabel 1.1

Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan 2011

No Bagian/ Subdis/ Bendahara/ Swakelola Jumlah

1 Dinas 1 orang

2 Sekretariat 74 orang

3 Bidang Pendataan dan Penetapan 76 orang

4 Bidang Penagihan 41 orang

5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan 76 orang

6 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 18 orang

7 Unit Pelaksana Teknis (UTS) 33 orang

8 Kelompok Jabatan Fungsional 80 orang

Jumlah PNS / Pegawai Swakelola 399 orang

Member : Dinas Pendapatan Kota Medan 2011

Keterangan :

Pegawai Negeri Sipil : 236 orang Pegawai Swakelola : 80 orang Yang dikaryakan : 1 orang (TNI)

Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan : 317 orang KETERANGAN :

Golongan IIa = 34 orang Golongan IIb = 3 orang Golongan IIc = 16 orang


(46)

Golongan IId = 9 orang Golongan III a = 59 orang Golongan IIIb = 64 orang Golongan IIIc = 38 orang Golongan IIId = 38 orang Golongan IVa = 3 orang Golongan IVb = 4 orang Golongan IVc = 1 orang


(47)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

A. Defenisi Pajak

Sebelum kita membahas mengenai gambaran data pajak Restoran, maka kita terlebih dahulu mengetahui tentang defenisi pajak. Adapun defenisi pajak adalah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1. Menurut Prof.Rachmat Soemitro, Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang - undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Suandy, 2005 : 11).

2. Menurut Soeparman Soemahamidjaja, Pajak adalah Iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma - norma hukum, guna menutup biaya produksi barang - barang dan jasa - jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan hukum (Suandy, 2005 : 10).

Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan pleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdassarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Restoran atau rumah makan adalah tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai mie, kedai kopi, warung tempat jual makanan dan minuman, tempat


(48)

berdiskotik dan karoke kecuali usaha jasa catering dan usaha jasa boga. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran pajak restoran.

Sumber Pendapatan Daerah

Dasar acuan Undang - Undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Sumber Pendapatan Daerah berasal dari : a. Pajak Daerah

Menurut Undang - Undang No. 34 Tahun 2000 pengertian pajak daerah adalah iuran wajib yang dilaksanakan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.

Jenis pajak daerah yang berlaku berdasarkan peraturan perundang - undangan No. 34 Tahun 2000 yaitu :

1. Pajak Provinsi (pasal 2 ayat (1) terdiri dari :

a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.


(49)

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir

b. Retribusi Daerah

1) Jasa umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2) Jasa usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip - prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

3) Perijinan tertentu yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

c. Dana Perimbangan


(50)

2. Dana Alokasi Khusus (DAK)

d. Pinjaman daerah baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri

e. Lain- lain penerimaan yang sah

B. Fungsi Pajak

Dalam kedudukannya Pajak mempunyai 2 fungsi yaitu :

a. Fungsi Budgeter : Pajak sebagai alat memasukkan uang kedalam kas Negara untuk digunakan sebagai dana pembiayaan pengeluaran Negara.

b. Fungsi Reguler / Mengatur : Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu diluar keuangan. Pengaturan ini biasanya ditujukan untuk mengatur sektor swasta misalnya :

1. Pajak minuman keras ditinggikan agar rakyat (masyarakat) tidak terlalu banyak yang menyukai minuman keras

2. Pajak Ekspor direndahkan / dihilangkan untuk merangsang banyaknya Ekspor

C. Jenis Pajak

Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang bagiannya dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu :

a. Menurut Sifatnya :

1. Pajak Subyektif yaitu pajak yang memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan besarnya pajak yang akan terutang


(51)

2. Pajak Obyetif yaitu pajak yang dalam pengenaannya hanya memperhatikan sifat objek pajak saja

b. Menurut Golongannya

1. Pajak Langsung yaitu pajak yang pengenaannya terlebih dahulu didaftar dengan memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang pengenaan dilakukan secara berkala misalnya dikenakan untuk tiap - tiap tahun dan pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.

Contohnya : PPh dan PBB

2. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pengenaannya tidak didaftar berdasarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pengenaannya dilakukan secara berkala serta pajak tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain

Contohnya : Bea Materai, Pajak Penjualan Barang Mewah, Cukai dan sebagainya

c. Menurut Lembaga Pemungutannya

1. Pajak Pusat yaitu pajak yang dikelola atau pemungutan dilakukan oleh aparat pemerintah pusat untuk mengisi kas Negara

2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dikelola atau pemungutannya dilakukan oleh aparat pemerintah daerah untuk mengisi kas daerah


(52)

D.Prosedur Pemungutan Pajak Restoran

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perhimpunan data objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib pajak retribusi serta pengawasan penyetoran.

Pelaksanaan pemungutan pajak restoran dilakukan dengan official

assessment system.Official assessment system adalah sistem dimana pemungutan

pajak dilakukan oleh fiskus, menetapkan pajak terutang melalui data - data atau dengan kata lain pajak yang terutang sudah dihitung dan ditetapkan oleh petugas pajak. Sedangkan Self assessment system adalah sistem dimana wajib pajak dipercayakan melakukan sendiri mengenai perhitungan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya ke kas daerah.

Adapun prosedur dari pemungutan pajak restoran menurut peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :

1. Wajib Pajak Restoran adalah pengusaha restoran yang mendaftarkan usahanya ke DISPENDA dengan cara mengambil dan mengisi formulir pendaftaran. 2. Formulir yang sudah di isi Wajib Pajak dikembalikan ke DISPENDA guna

mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan NPWP, wajib pajak dapat menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

4. Berdasarkan SPTPD tersebut wajib pajak dapat menyetorkan pajak terutangnya ke kas daerah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).


(53)

E.Ketentuan

1. Undang - Undang No. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah

2. Undang - Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang - Undang No. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah 3. Peraturan pemerintah No. 65 tahun 2001 Tentang pajak daerah

4. Undang - Undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

5. Keputusan Mentri dalam negri No. 43 tahun 1999 tentang sistem dan prosedur administrasi dan retribusi daerah

6. Peraturan daerah No. 4 tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas - dinas daerah di lingkungan pemerintah kota Medan

7. Keputusan Walikota No. 12 tahun 2004 tentang pelaksanaan pajak daerah 8. Keputusan Walikota No. 25 tahun 2002 tentang tugas pokok dan fungsi dinas

pendapatan daerah kota Medan

9. Peraturan daerah No. 65 tahun 2001 tentang pajak daerah

10. Peraturan Pemerintah No. 84 tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah.

F. Objek, Subjek, Wajib Pajak, Dasar Pengenaan Pajak Restoran dan Besarnya Pajak Restoran yang terutang

Objek pajak restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan membayar di restoran termasuk Bar, Café, Rumah Makan, Buffet, Kantin, Kedai


(54)

nasi/kopi dan meliputi penjualan makanan / minuman di tempat yang disertai penyantapannya maupun yang diantar / dibawa pulang.

G. Objek Pajak restoran yang dikecualikan yaitu :

Adapun objek pajak restoran yang dikecualikan adalah :

1. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan

2. Penjualan makanan dan minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapan dihotel .(pasal 10 ayat 1)

Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

pembayaran atas pelayanan restoran .(pasal 11 ayat 1)

Wajib pajak restoran adalah pengusaha restoran yang menyediakan pelayanan

makanan dan minuman.(pasal 11 ayat 2)

Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan

pada restoran.(pasal 12)

Tarif pajak restoran adalah sebesar 10% (sepuluh persen).(pasal 13)

Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara

mengalihkan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 13 dengan dasar pengenaan sebagaimana dimaksud pada pasal 12.(pasal 14).

1. Pajak yang terutang dipungut di dalam daerah

2. Masa pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim


(55)

3. Pajak Restoran terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan pelayanan restoran dilakukan (pasal 15)

H.Pendaftaran dan Pendataan

Pasal 44

1. Pendaftaran dilakukan terhadap wajib pajak yang berdomisili didalam maupun diluar wilayah daerah memiliki objek pajak didaerah (pasal 44 ayat 1)

2. Kegiatan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diawali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada wajib pajak (pasal 44 ayat 2)

3. Wajib pajak wajib mengisi formulir pendaftaran dengan jelas,lengkap dan benar serta mengembalikan ke Dinas Pendapatan Daerah (pasal 44 ayat 3) 4. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh wajib pajak dicatat dalam daftar

nomor induk wajib pajak secara berurutan yang digunakan sebagai nomor induk wajib pajak secara berurutan yang digunakan sebagai nomor pokok wajib pajak (pasal 44 ayat 4)

Pasal 45

1. Setiap wajib pajak mengisi SPTPD dan formulir lain yang disamakan dengan itu (pasal 45 ayat1)

2. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus di isi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya (pasal 45 ayat 2)


(56)

3. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada kepala daerah atau pejabat selambat- lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak(pasal 45 ayat 4)

4. Bentuk, isi dan tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkan oleh Kepala Daerah (pasal 45 ayat 4)

I. Tata Cara Pembayaran Pajak

Pasal 48

1. Pembayaran pajak dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditujukan oleh kepala daerah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya STPPD, SKPD, SKPDKBT, dan STPD . (pasal 48 ayat 1)

2. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah selambat- lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah (pasal 48 ayat 2)

Pasal 50

1. Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 48 diberikan tanda bukti pembayaran dan di catat dalam bukti penerimaan (pasal 50 ayat 1)

2. Bentuk, jenis, isi, dan ukuran tanda bukti pembayaran dan bukti penerimaan pajak sebagaimana di maksud pada ayat 1 (pasal 50 ayat 2)


(57)

J. Keberatan dan Banding Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004

Pasal 60 a. Keberatan

1. Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada kepala daerah dengan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2004 yang ditunjuk atas suatu :

a. Surat Ketetapan Pajak Daerah

b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar

c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan d. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar

e. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil

f. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan daerah yang berlaku

2. Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia paling lama 3 bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKBT, SKPDLB, dan SKPDN diterima oleh wajib pajak, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

3. Kepala Daerah atau pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diterima sudah diberikan keputusan


(58)

4. Apabila setelah lewat waktu 12 bulan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 kepala daerah atau pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan

5. Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini tidak menunda kewajiban membayar pajak

b.Banding

Pasal 61

1. Wajib pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa dalam jangka waktu 3 bulan setelah diterimanya surat keputusan keberatan 2. Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak menunda

kewajiban membayar pajak

Pasal 62

Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 atau banding sebagaimana dimaksud pada pasal 61 dikabulkan sebagian atas seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % sebulan untuk paling lama 24 bulan.


(59)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Sejak berlakunya Otonomi Daerah sebagai salah satu komponen Pemerintah Pusat secara otomatis memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengisi kas pemerintahannya. Melalui pemanfaatan sumber data yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pemerintah daerah memilki keleluasaan yang utuh dalam penyelenggaraan pemerintah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

Dan dengan berkembang pesatnya masyarakat di kota medan ini mendorong pengusaha untuk membuka banyak restoran yang sesuai dengan selera dan keinginan masyarakat yang beraneka ragam tersebut. Dengan banyaknya Restoran tersebut maka Dinas Pendapatan Daerah mengelompokkan restoran tersebut dalam beberapa bagian serta menghitung jumlah restoran tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table berikut ini.

A. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

Tabel 2

Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan Tahun 2010 adalah

No Uraian Ayat Jumlah WP Restoran

1 Restoran Cepat Saji 73

2 Restoran Nasional 141

3 Restoran Khas Daerah 67 4 Warung Nasi / Kedai Kopi 1.129


(60)

Dari data tabel dapat kita ketahui bahwa jumlah restoran di Kota Medan adalah 1.444. Dengan Pemungutan Self Assesment sebesar 315 seperti restoran cepat saji, restoran nasional, restoran khas daerah, Tempat Hiburan. Dan 1.129 yang dipungut berdasarkan Official Assesment seperti Warung Nasi/ Kedai Kopi. Dengan banyaknya restoran tersebut Dinas Pendapatan Kota Medan mengenakan pajak atas usaha tersebut. Hal ini berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jika diperhatikan lebih jauh, potensi pajak restoran sangat besar apabila dilihat dari perkembangan jenis usaha di Kota Medan misalnya :

1. Usaha Restoran yang cepat saji seperti KFC, Mc Donald, Pizza Hut, A&W seta restoran lain yang mempunyai banyak cabang di Kota Medan.

2. Usaha Rumah Makan seperti rumah makan ACC, Rumah makan Garuda, Kesawan Square dan lain- lain.

Dinas Pendapatan Daerah seharusnya melihat potensi ini dan berupaya agar mampu mengelola sebab pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari pajak restoran dengan baik dan benar sehingga pada tahun - tahun yang akan datang penerimaan pendapatan asli daerah dapat lebih ditingkatkan. Besarnya pengenaan pajak tersebut tergantung dari maju tidaknya usaha restoran yang dikelola.

Dasar pendaftaran dan pemungutan pajak adalah :

1. Mengadakan pemeriksaan dengan cara Self Assesment dimana wajib pajak menghitung sendiri dan melaporkan besarnya pajak, dan berlaku sampai diterbitkannya Surat Tagihan Pajak Daerah (SPTPD) dan pemeriksaan dilakukan secara periodik atau berskala selama 3 bulan sekali. Laporan Hasil


(61)

Pemeriksaan (LHP) itu juga ada pada pihak DISPENDA selaku pemeriksa dan bagi wajib pajak sebagai yang diperiksa.

Contoh : Restoran - restoran yang besar

2. Mengadakan pengawasan dengan cara Official Assesment dimana petugas pegawai Dinas Pendapatan Daerah kota Medan hanya melakukan pemantauan 3 bulan sekali melihat langsung omset yang akan diperiksa, jika omsetnya bertamah maka target penerimaan pajaknya juga bertambah, maka akan dilaporkan ke Dinas Pendapatan Daerah maka penerimaan pajak dari objek tersebut akan ditambahkan sesuai dengan Peraturan Daerah kota Medan.

Contoh : Restoran- restoran kecil

Besarnya perkiraan potensi penerimaan pajak restoran kota Medan tahun 2006- 2009 tidak sepenuhnya dapat direalisasikan walaupun ada juga yang dapat direalisasikan, seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini :

1. Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun 2006 Tabel 3

Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan Tahun 2006 adalah

Uraian Ayat Target Realisasi %

Restoran Cepat Saji

Rp. 15.100.992.000 Rp. 16. 289.074.368,00 107,87% Restoran

Nasional

Rp. 12.288.852.000 Rp. 12.307.812.090,94 100,15% Restoran Khas

Daerah

Rp. 4.269.636.000 Rp. 3.635.730.979,64 85,15% Warung Nasi,

Kedai Kopi

Rp. 2.400.000.000 Rp. 2.210.090.830,00 92,09% Tempat Hiburan Rp. 1.820.520.000 Rp. 1.472.839.663,00 80,90%


(62)

Data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2006

Dari uraian di atas maka realisasi dari target tersebut terdapat peningkatan sebesar 0,11 % dari jumlah target yang ditentukan yaitu :

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 35.918.147.431,58 – Rp. 35.880.000.000 = Rp. 38.000.000

Rumus Perhitungan Pajak Restoran dapat dilakukan sebagai berikut :

Potensi Pajak : P = ∑ (I ˡ x H x 10%)

Keterangan :

Dimana P = Potensi Pajak

I ˡ = Pendapatan per hari H = Hari per tahun = 365 hari 10% = Dasar Pengenaan Pajak

Jika kita melihat table diatas dimana terdapat realisasi penerimaan pajak restoran untuk tahun 2006 adalah Rp. 35.918.147.431,58 Sementara target yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sebesar Rp.

35.880.000.000 ini berarti penerimaan pajak restoran sudah mencapai target

bahkan sudah melebihi target yang ditetapkan atau (over target) sebesar Rp.

38.000.000 atau sekitar 0,11 %.

Dari table diatas dapat dilihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak restoran pada tahun 2006 sekitar 0,11%, berarti telah mencapai bahkan melebihi


(63)

target yang ditetapkan. Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak kendala ataupu hambatan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal. Target dan realisasi tercapai dan dapat dilakukan karena objek- objek pajak baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber pendapatan pajak restoran.

2. Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun 2007 Tabel 4

Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan Tahun 2007 adalah

Uraian Ayat Target Realisasi %

Restoran Cepat Saji Rp. 17.217.000.000 Rp. 19.052.311.518,00 110,66%

Restoran Nasional Rp. 12.024.000.000 Rp. 10.903.368.366,70 90,68%

Restoran Khas Daerah Rp. 3.395.400.000 Rp. 3.680.015.472,00 108,38% Warung Nasi, Kedai

Kopi

Rp. 2.400.000.000 Rp. 2.109.038.556,00 87,88%

Tempat Hiburan Rp. 1.720.000.000 Rp. 1.445.144.726,00 84,02%

JUMLAH Rp. 36.756.400.000 Rp. 37.189.878.638,70 101,18% Data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2007

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 37.189.878.637,70 – Rp. 36.756.400.000 = Rp. 43.000.000

Jika kita melihat tabel diatas dimana terdapat realisasi penerimaan pajak restoran untuk tahun 2007 adalah sebesar Rp. 37.189.878.638,70 Sementara target


(64)

yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sebesar Rp.

36.756.400.000 ini berarti penerimaan pajak restoran sudah mencapai target

bahkan sudah melebihi target yang ditetapkan atau (over target) sebesar Rp.

43.000.000 atau sekitar 1,18%

Dari tabel diatas dapat kita lihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak restoran pada tahun 2007 sekitar 1,18%, berarti telah mencapai bahkan melebihi target yang ditetapkan. Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak kendala ataupun hambatan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal. Target dan realisasi tercapai dan dapat dilakukan krena banyaknya objek- objek pajak baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber pendapatan baru pajak restoran.

3. Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun 2008 Tabel 5

Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan Tahun 2008

Uraian Ayat Target Realisasi %

Restoran Cepat Saji Rp. 22.497.701.000 Rp.23.560.915.357,78 104,73% Restoran Nasional Rp. 10.325.398.000 Rp.11.284.527.471,37 109,29% Restoran Khas Daerah Rp. 3.649.640.000 Rp. 3.892.881.914,42 106,66% WarungNasi,KedaiKopi Rp. 2.554.264.000 Rp. 2.544.582.252,01 99,62% Tempat Hiburan Rp. 1.496.928.000 Rp. 1.435.901.550,48 95,92%

JUMLAH Rp. 40.523.931.000 Rp.42.718.808.546,06 105,42%

Sumber : Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2008

Dari uraian di atas maka realisasi dari target tersebut peningkatan sebesar 5,42 % dari jumlah target yang ditentukan yaitu :


(65)

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 42.718.808.546,06 – Rp. 40.532.931.000 = Rp. 2.194.877.000

Jika kita melihat tabel diatas dimana terdapat realisasi penerimaan pajak restoran untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp. 42.718.808.546,06 sementara target yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sebesar Rp.

40.532.931.000 ini berarti penerimaan pajak restoran sudah mencapai target

bahkan sudah melebihi target yang ditetapkan atau (over target) sebesar Rp.

2.194.877.000 atau sekitar 5,42%

Dari tabel diatas dapat kita lihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak restoran pada tahun 2008 sekitar 5,42%, berarti telah mencapai bahkan melebihi target yang ditetapkan. Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak kendala ataupun hambatan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal. Target dan realisasi tercapai dan dapat dilakukan krena banyaknya objek- objek pajak baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber pendapatan baru pajak restoran.

Ini berarti kesadaran bagi wajib pajak untuk membayar pajak sudah tinggi dan ini merupakan pencapaian yang sangat bagus bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Dan disini dapat dilihatbahwa pemerintah kota medan dalam memungut pajak restoran telah menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya dalam pencapaian target pajak daerah khususnya pajak restoran, berarti tingkat penginapan hotel yang ada di kota medan juga mengalami peningkatan yang artinya bahwa minat pengunjung dari setiap kota bahkan provinsi dan juga turis mancanegara yang makan di restoran mengalami peningkatan.


(66)

A. Hambatan – hambatan Dalam Pemungutan Pajak Restoran

1. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang telah diterbitkan (penunggak pembayaran).

Wajib pajak belum membayar sepenuhnya atau hanya membayar sebagian dari tagihan pajak mereka.

2. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD.

Dalam SKPD sudah ada tercantum berapa besar pajak yang dikeluarkan atau dibayar wajib pajak tersebut akan tetapi wajib pajak hanya membayar sebagian atau mengangsur pembayaran pajak mereka.

3. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya.

Banyaknya wajib pajak menutup usaha mereka mungkin dikarenakan objek pajak restoran tersebut mengalami kebangkrutan sehingga harus menutup usaha mereka.

4. Masih terdapat wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

Banyak wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD mungkin dikarenakan wajib pajak berada diluar negeri, wajib pajak tersebut meninggal dunia.

5. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan yang dikutip dari subjek pajak

Wajib pajak tersebut tidak sepenuhnya melaporkan berapa penghasilan yang dihasilkan dari subjek pajak akan tetapi wajib pajak hanya melaporkan sebagian saja, agar jumlah pajak yang dibayar juga sedikit.


(67)

B. Faktor – faktor yang mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran.

1. Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya

Apabila banyak wajib pajak sadar akan kewajiban dalam membayar pajak atau wajib pajak tersebut melaporkan atau membayar pajak sesuai dengan SPTPD mereka maka penerimaan pajak restoran pun meningkat.

2. Tersedia Peraturan Daerah tentang pajak daerah.

Selain kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya, diperlukan juga peraturan daerah tentang pajak restoran yang akan lebih mempengaruhi penerimaan pajak restoran tersebut, karena terdapatnya kekuatan hukum.

3. Berdirinya atau terdapatnya usaha – usaha Restoran, Café, Rumah makan, Kedai nasi/kopi, dan usaha lainnya yang sejenis dan sejalan dengan pengembangan di kota Medan saat ini.

Semakin banyak usaha – usaha terus bertambah maka semakin bertambah pula pendapatan pajak restoran yang dihasilkan.

4. Tidak Sesuai pembayaran pajak yang sudah ditetapkan dengan penghasilan wajib pajak.

Banyaknya wajib pajak yang membuat SPTPD mereka tidak sesuai dengan data yang ada. Penghasilan mereka diperkecil agar pembayaran pajak mereka pun lebih sedikit, sehingga dapat mempengaruhi penerimaan pajak.


(68)

C. Upaya – upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang telah ditentukan, maka diperlukan langkah - langkah atau upaya - upaya yang perlu dilakukan demi penerimaan pajak restoran tersebut.

Upaya – upaya tersebut adalah :

a. Melaksanakan Pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak, dengan melaksanakan penjagaan.

Pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak restoran tersebut sangatlah penting. Karena dalam omzet Wajib Pajak sering sekali memanipulasi data - data omzet mereka agar dapat memperkecil biaya pajak restoran mereka.

b. Mengarahkan dan Meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal melalui rapat evaluasi.

Setiap petugas pajaang dilapangan haruslah dapat bekerja secara optimal karena pada saat sekarang ini banyak wajib pajak restoran yang melakukan pembayaran yang tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD dengan cara rapat evaluasi.

c. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak.

Direktorat Jenderal Pajak harus menunjukkan petugas pajak untuk memeriksa data - data yang telah diberikan oleh wajib pajak kepada kantor Direktorat Jenderal Pajak agar tidak terjadi pemalsuan omzet - omzet yang di dapat tiap bulan oleh wajib pajak restoran tersebut.


(1)

C. Upaya – upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang telah ditentukan, maka diperlukan langkah - langkah atau upaya - upaya yang perlu dilakukan demi penerimaan pajak restoran tersebut.

Upaya – upaya tersebut adalah :

a. Melaksanakan Pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak, dengan melaksanakan penjagaan.

Pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak restoran tersebut sangatlah penting. Karena dalam omzet Wajib Pajak sering sekali memanipulasi data - data omzet mereka agar dapat memperkecil biaya pajak restoran mereka.

b. Mengarahkan dan Meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal melalui rapat evaluasi.

Setiap petugas pajaang dilapangan haruslah dapat bekerja secara optimal karena pada saat sekarang ini banyak wajib pajak restoran yang melakukan pembayaran yang tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD dengan cara rapat evaluasi.

c. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak.

Direktorat Jenderal Pajak harus menunjukkan petugas pajak untuk memeriksa data - data yang telah diberikan oleh wajib pajak kepada kantor Direktorat Jenderal Pajak agar tidak terjadi pemalsuan omzet - omzet yang di dapat tiap


(2)

d. Melakukan Penyuluhan terhadap setiap daerah supaya masyarakat bisa sadar membayar pajak.

Petugas pajak juga harus melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar bisa sadar membayar pajak karena dengan mereka membayar pajak mka negara kita akan sejahtera.

e. Melakukan penagihan langsung kepada wajib pajak.

Selain dikeluarkannya SPTPD, petugas pajak seharusnya juga melakukan penagihan langsung kepada wajib pajak restoran tersebut. Agar dapat melakukan pendekatan kepada wajib pajak yang melaksanakan pembayaran yang tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD.

f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

Petugas pajak harus mengeluarkan surat teguran secara langsung kepada wajib pajak restoran yang belum menyampaikan SPTPD karena apabila SPTPD belum disampaikan maka Direktorat Jenderal Pajak belum mengetahui berapa besar pajak terutang wajib pajak tersebut.

g. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan.

Petugas pajak seharusnya melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan karena akan memberatkan wajib pajak tersebut karena mereka akan dikenai sanksi denda.


(3)

h. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak baru.

Petugas pajak harus mendata ulang wajib pajak yang sudah terdaftar atau pun wajib pajak yang belum mendaftar. Karena banyak masyarakat contohnya rumah makan masih belum mengerti mengenai pajak restoran.

Dengan adanya upaya – upaya yang dibuat oleh Dinas Pendapatan Daerah kota Medan, ada kemungkinan penerimaan pajak restoran untuk tahun berikutnya akan menjadi bertambah atau meningkat dari sektor pajak restoran yang nantinya bisa digunakan pemerintah kota Medan untuk membangun kepentingan daerah kota Medan. Apabila target penerimaan pajak hotel setiap tahunnya bertambah maka target penerimaan pajak restoran pun akan bertambah karena terdapat nya restoran di hotel tersebut, ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan karena merupakan tulangg punggung pemerintah daerah untuk melaksanakan pemungutan pajak daerah. Untuk itu seluruh wajib pajak harus sadar akan pentingnya membayar pajak daerah guna pembangunan kota Medan, karena pajak itu dipungut berdasarkan prinsip demokrasi yang artinya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan untuk rakyat yang disalurkan melalui Pembangunan Daerah.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, sebagai akhir dari penulis ini penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang telah disediakan dan diterima dengan pembayaran di restoran

2. Pemungutan pajak restoran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu System

Official Assesment dan System Selft Assesment.

3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya akan terus meningkat.

4. Upaya – upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran antara lain :

a. Melaksanakan Pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak, dengan melaksanakan penjagaan.

b. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuatif kepada wajib pajak yang melaksanakan pembayaran yang tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

c. Melakukan penyuluhan terhadap setiap daerah supaya masyarakat bisa sadar membayar pajak.


(5)

d. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

5. Kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat besar dibandingkan penerimaan pajak lainnya dan penerimaannya sudah mencapai target sepenuhnya bahkan over target

6. Dinas Pendapatan Kota Medan merupakan unsure pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan wali kota Medan dibidang pengelolaan dan pendapatan daerah.

B. Saran

Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah : 1. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan.

2. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi daerah untuk memungut pajak sebanyak – banyaknya tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan.

3. Meningkatkan peran serta dan kreatifan dari aparat pengelola pajak restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosilisasikan peraturan daerah kepada masyarakat.

4. Melakuakan pendekatan kepada masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya membayar pajak.

5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi proses pemungutan pajak restoran.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, Marihot. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suandy, Erly. 2005. Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2000, Tentang

Perubahan atas Undang – Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak dan retribusi daerah.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009, Tentang pajak

daerah dan retribusi daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2001 Tentang pajak

daerah.