SUMBER DAN JENIS PENDAPATAN DESA

14. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. 15. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa. 16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 17. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 18. Badan Usaha Milik Desa, yang selajutnya disingkat BUMDES adalah suatu LembagaBadan perekonomian desa yang dibentuk dan dimiliki oleh Pemerintah Desa, dikelola secara ekonomis mandiri dan profesional dengan modal seluruhnya atau sebagian besar merupakan kekayaan desa yang dipisahkan dan ditetapkan dalam Peraturan Desa. 19. Pasar desa adalah sebagai suatu tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan perdagangan di waktu siang maupun malam yang terdiri dari bangunan pasar, halaman dan fasilitas lain seperti tokokios bedak, halaman terbuka, rumah toko dan bangunan lainnya yang dimiliki dan atau dikuasai oleh Pemerintah Desa. 20. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 21. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. 22. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. 23. Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

BAB II SUMBER DAN JENIS PENDAPATAN DESA

Bagian Pertama Sumber Pendapatan Desa Pasal 2 1 Sumber pendapatan desa terdiri atas : 4 a. pendapatan asli desa ; b. bagi hasil pajak daerah Kabupaten paling sedikit 10 sepuluh per seratus untuk desa dan dari retribusi Kabupaten sebagian diperuntukkan bagi desa; c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten untuk desa paling sedikit 10 sepuluh per seratus, yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa; d. bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan urusan Pemerintahan ; e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. 2 Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d. disalurkan melalui kas desa. 3 Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. 4 Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikelola melalui APB Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. Pasal 3 1 Pemerintah Desa wajib mempertahankan, menggali dan mengembangkan keuangan dan sumber pendapatan desa yang telah dimiliki. 2 Kekayaan dan sumber pendapatan desa sepenuhnya harus dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan desa dan pelayanan masyarakat desa. Bagian Kedua Jenis Pendapatan Asli Desa Pasal 4 Jenis pendapatan asli desa terdiri dari : a. hasil usaha desa; b. hasil kekayaan desa; c. hasil swadaya dan partisipasi; d. hasil gotong royong; dan e. lain-lain pendapatan asli desa yang sah. Bagian Ketiga Kekayaan Desa Pasal 5 Kekayaan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf a terdiri atas : 5 a. Tanah kas desa; b. Pasar desa; c. Pasar hewan; d. Bangunan desa; e. Tambatan perahu; f. Obyek rekreasiwisata yang diurusdikelola desa; g. Tempat pemancinganpemandian umum yang diurusdikelola desa; h. Jalan desa; danatau i. Lain-lain kekayaan milik desa. Paragraf 1 Tanah Kas Desa Pasal 6 1 Tanah kas desa yang dikuasai dan dikelola Pemerintah Desa dilarang untuk dilimpahkan atau diserahkan kepada pihak lain. 2 Tanah kas desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari tanah bengkok, titisoro, pangonan, kuburan dan lain-lain yang merupakan kekayaan desa. 3 Hasil pengelolaan tanah kas desa dikelola dalam APB Desa. Pasal 7 1 Tanah Kas Desa tidak diperbolehkan dilakukan pelepasan hak kepemilikan kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1, kecuali diperlukan untuk kepentingan umum. 2 Pelepasan hak kepemilikan tanah kas desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan setelah mendapat ganti rugi sesuai dengan harga yang menguntungkan desa dengan memperhatikan harga pasar dan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP 3 Penggantian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih baik dan berlokasi di Desa setempat. 4 Pelepasan hak kepemilikan tanah kas desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. 5 Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 4 diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan mendapat ijin tertulis dari Bupati. Pasal 8 1 Jika diperlukan untuk kepentingan pembangunan fasilitas umum maka larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 tidak berlaku, dengan syarat : a. persetujuan mengenai penyerahan atau pelimpahan tanah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; b. Pemerintah Desa yang bersangkutan memperoleh pengganti tanah yang lebih luas, produktif dan nilai ekonomisnya lebih tinggi dari tanah yang dilepaskan; dan c. setelah memperoleh ijin tertulis dari Bupati dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. 2 Pengelolaan tanah kas desa dapat dilimpahkan kepada pihak lain atau disewakan, dengan syarat : 6 a. pelimpahan pengelolaannya dilakukan dengan Peraturan Desa; b. menguntungkan desa; c. jangka waktu paling lama 1 satu tahun dan dapat diperpanjang; d. penetapan tarif sewa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; e. Pemerintah Desa mendapat nilai sewa yang lebih tinggi; dan f. Permohonan ijin sewa menyewa kepada Bupati sebelumnya persyaratan dievaluasi oleh Camat; g. Permohonan sewa menyewa disampaikan kepada Bupati melalui Camat untuk memperoleh ijin tertulis. 3 Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan surat perjanjian sewa menyewa, yang sekurang-kurangnya memuat : a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian; b. obyek perjanjian sewa menyewa; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan diluar kemampuan para pihak force majeure; dan g. peninjauan pelaksanaan perjanjian. Pasal 9 Penggunaan danatau pengelolaan tanah kas desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Ayat 2 tidak dapat mengubah status dan hak tanah kas desa tersebut. Pasal 10 1 Untuk pelaksanaan persewaan tanah kas desa, Kepala Desa dan BPD wajib membentuk Panitia Lelang yang ditetapkan dengan Peraturan Desa ; 2 Panitia Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari : a. 1 satu orang dari LPMD sebagai Ketua; b. Sekretaris Desa sebagai Sekretaris; c. 2 dua orang dari unsur perangkat desa sebagai anggota; dan d. 1 satu orang dari unsur LPMD sebagai anggota. 3 Panitia Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengadakan lelang persewaan tanah kas desa dimuka umum, dengan ketentuan : a. mengutamakan calon penyewa dari masyarakat desa setempat; b. harga sewa sesuai dengan danatau lebih tinggi dari harga umum; c. hasil persewaan dimasukkan dan dikelola dalam APBDesa; d. lama persewaan 1 satu tahun dan dapat diperpanjang 1 satu tahun berikutnya dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2. Paragraf 2 Alokasi Dana Desa Pasal 11 Alokasi dana desa Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf c diberikan kepada desa paling sedikit 10 sepuluh per seratus, yang bersumber dari : 7 a. Bagi hasil pajak daerah; b. Bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima Kabupaten, yang terdiri dari : 1. bagi hasil pajak dan non pajak, dan 2. dana alokasi umum setelah dikurangi belanja pegawai. c. retribusi daerah sebagian diperuntukkan kepada desa yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 1 Alokasi Dana Desa diberikan berdasarkan perhitungan alokasi dana desa minimal dan alokasi dana desa proporsional. 2 Alokasi Dana Desa Minimal, selanjutnya disingkat ADDM adalah Alokasi Dana Desa yang diberikan secara merata kepada seluruh desa sebesar 60 enam puluh per seratus dari alokasi dana desa kabupaten. 3 Alokasi Dana Desa Proporsional, selanjutnya disingkat ADDP adalah Alokasi Dana Desa yang diberikan kepada seluruh desa secara proporsional berdasarkan nilai bobot desa sebesar 40 empat puluh per seratus dari Alokasi Dana Desa Kabupaten. Pasal 13 1 Nilai bobot desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 3 ditentukan oleh beberapa variabel. 2 Variabel sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari kemiskinan, Pendidikan Dasar, kesehatan, keterjangkauan desa, jumlah penduduk, dan luas wilayah, dan nilai pemasukan PBB Desa, dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan. Pasal 14 Besaran alokasi dana masing-masing desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 15 1 Alokasi dana desa diberikan kepada desa secara bertahap. 2 Alokasi dana masing-masing desa dipergunakan untuk : a. kegiatan operasional pemerintahan desa 30 tiga puluh per seratus; b. kegiatan pemberdayaan masyarakat sebesar 70 tujuh puluh per seratus. 3 Alokasi dana masing-masing desa selanjutnya dikelola melalui APB Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. 8 Paragraf 3 Hibah dan Sumbangan Pasal 16 1 Pemberian hibah dan sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf e tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada desa. 2 Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3 Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APB Desa. Paragraf 4 Pasar Desa Pasal 17 1 Dalam meningkatkan perkembangan pemerintahan dan pembangunan, Pemerintahan Desa dapat mendirikan pasar desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. 2 Pasar desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibentuk dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Pasal 18 Beberapa desa dapat membangun satu pasar desa melalui kerja sama antar desa sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 19 Biaya pembangunan danatau pengembangan pasar desa dapat diperoleh dari : a. Swadaya dan partisipasi masyarakat desa; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; c. Bantuan dari Pemerintah Propinsi dan Kabupaten; d. Sumbangan dari pihak lain yang sah dan tidak mengikat. Pasal 20 1 Susunan Organisasi Pengelola Pasar Desa terdiri dari : a. Kepala pasar; b. Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan; dan c. Kepala Urusan Pemeliharaan dan Ketertiban. 2 Kepala Urusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dan huruf c bertanggung jawab kepada Kepala Pasar; 3 Pengelola pasar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan penghasilan tetap dan tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa. 9 4 Susunan Organisasi Pengelola Pasar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pasal 21 1 Pengelola pasar desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat 1 bertanggung jawab kepada Kepala Desa. 2 Pengangkatan dan pemberhentian kepengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan melalui Keputusan Kepala Desa melalui Musyarawah Desa. Pasal 22 1 Pemerintahan Desa dapat mengalihkan pengelolaan pasar desa kepada Pemerintah Kabupaten dengan peraturan desa. 2 Pemerintah Kabupaten yang membangun danatau mengelola pasar daerah yang berlokasi di wilayah desa, wajib memberikan kontribusi atau bagi hasil kepada desa yang bersangkutan. Pasal 23 Kewajiban pemberian kontribusi oleh Pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa diatur : a. Pasar desa yang dialihkan dan telah dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten maka Pemerintah Kabupaten berkewajiban memberikan kontribusi dari hasil penerimaan brutto pasar desa tersebut kepada desa yang bersangkutan dengan perimbangan 50 : 50 ; b. Pasar daerah yang dibangun di atas tanah kas desa maka Pemerintah Kabupaten berkewajiban memberikan kontribusi dari hasil penerimaan brutto pasar daerah kepada Pemerintah Desa dengan perimbangan 60 : 40 ; c. Pasar daerah yang dibangun atau berlokasi di wilayah desa maka Pemerintah Kabupaten berkewajiban untuk memberikan kontribusi dari hasil penerimaan brutto pasar daerah tersebut kepada Pemerintah Desa yang bersangkutan dengan perimbangan 70 : 30 . Pasal 24 1 Penerimaan dan Pengeluaran hasil pendapatan pasar desa dianggarkan dalam APB Desa. 2 Penggunaan hasil pendapatan pasar desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diutamakan untuk kepentingan pasar desa. 3 Besarnya pungutan retribusi pasar desa harus berpedoman pada ketentuan retribusi pasar daerah yang berlaku. Pasal 25 10 Pengelola pasar desa mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelayanan, keamanan, ketertiban, kebersihan, pemungutan, administrasi dan pelaporan. Pasal 26 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, pengelola pasar desa mempunyai fungsi : a. pelaksanaan kegiatan pelayanan, pengamanan, pemeliharaan dan kebersihan; b. pelaksanaan dan pengelolaan pungutan terhadap kios, lostempat berjualan lainnya dan parkir di lingkungan pasar desa; c. pelaksanaan tata usaha umum dan keuangan; d. pelaksanaan penyetoran hasil penerimaan brutto pasar desa ke kas desa secara rutin; e. penyusunan dan penyampaian laporan pengelolaan pasar desa kepada kepala Desa.

BAB III BADAN USAHA MILIK DESA BUMDES