Determining the type of Solid Waste Treatment Facility by Residential Typology Approach In Tangerang City
PENENTUAN JENIS SARANA PENANGANAN SAMPAH
MELALUI PENDEKATAN TIPOLOGI PERMUKIMAN
DI KOTA TANGERANG
SUPRIYATNO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penentuan Jenis Sarana
Penanganan Sampah Melalui Pendekatan Tipologi Permukiman di Kota
Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Supriyatno
NIM A156120214
RINGKASAN
SUPRIYATNO. Penentuan Jenis Sarana Penanganan Sampah Melalui Pendekatan
Tipologi Permukiman di Kota Tangerang. Dibimbing oleh KOMARSA
GANDASASMITA dan SOEKMANA SOMA.
Selama paradigma pengelolaan sampah masih berpola kumpul-angkutbuang, peningkatan volume sampah akan senantiasa membebani kota karena
adanya keterbatasan luasan dan kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang
sampai saat ini masih dijadikan sebagai tempat penimbunan sampah terakhir.
Keterbatasan inilah yang menjadikan pengurangan dan pengelolaan sampah di
sumber, baik pada tingkat individu maupun komunitas, menjadi suatu kebutuhan
yang perlu disegerakan.
Salah satu komponen yang mempengaruhi upaya pengurangan sampah
melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah ketersediaan
sarana penanganan sampah dan peran serta masyarakat sebagai penghasil sampah.
Indikator keberhasilan pelaksanaan 3R yang lebih penting adalah bagaimana
mendorong perubahan sikap dan pola pikir masyarakat menuju pengelolaan
sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk merumuskan penyediaan
sarana penanganan sampah rumah tangga yang sesuai dengan karakteristik fisik
dan karakter masyarakat di permukiman melalui: (1) identifikasi tipologi
permukiman di Kota Tangerang dalam pengelolaan sampah, (2) mengidentifikasi
faktor dominan yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis sarana penanganan
sampah, dan (3) merumuskan prioritas jenis sarana penanganan sampah berbasis
masyarakat berdasarkan tipologi permukiman. Alat analisis yang digunakan antara
lain (1) analisis spasial melalui interpretasi visual citra satelit resolusi tinggi, (2)
analisis deskriptif terhadap karakter masyarakat dalam penanganan sampah, (3)
Analytical Hierarchy Process (AHP), dan (4) Multi Criteria Decision Making
(MCDM) metode Technique for Order Performance by Similiarity to Ideal
Solution (TOPSIS).
Untuk mengidentifikasi tipologi permukiman digunakan kombinasi analisis
spasial dan analisis deskriptif terhadap hasil wawancara dan kuesioner yang
dibagikan ke warga permukiman. Dari kombinasi analisis ini dihasilkan 12
tipologi permukiman yang menggambarkan karakteristik fisik lingkungan dan
karakter masyarakat yang berpengaruh dalam pengelolaan sampah.
Berdasarkan hasil AHP mengenai persepsi stakeholders terhadap faktorfaktor yang disyaratkan dalam pedoman umum pengelolaan sampah 3R berbasis
masyarakat di kawasan permukiman, didapatkan bahwa tidak ada faktor yang
sangat berpengaruh terhadap pemilihan jenis sarana penanganan sampah, dengan
kisaran bobot antara 8-17 %.
Jenis sarana penanganan sampah yang menjadi prioritas berdasarkan
tipologi permukiman didapatkan dengan bantuan alat analisis MCDM-TOPSIS.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa terdapat 6 kelompok permukiman
yang dikelompokkan menurut prioritas jenis sarana penanganan sampahnya.
Kata kunci : AHP, MCDM-TOPSIS, 3R, sarana penanganan sampah, tipologi
permukiman
SUMMARY
SUPRIYATNO. Determining the type of Solid-Waste Treatment Facility by
Residential Typology Approach In Tangerang City. Under direction of
KOMARSA GANDASASMITA and SOEKMANA SOMA.
As long as waste management paradigm is still collect-transpot-dump
patterned, the increase in the volume of waste will continue burdening the city due
to the capacity limitation on final disposal area. This limitation makes the
reduction in and waste management from the household, both at the individual
and community level, becomes a necessity that needs to be expedited.
One of the components that affect waste reduction efforts through an
integrated waste management 3R is the availability of community-based waste
management and community participation as a waste generator. The most
important indicators of successful the 3Rs implementation is how to encourage a
change in attitude and mindset of the people towards environmentally and
sustainability of waste management.
This study aims to formulate the provision of domestic waste treatment
facility in accordance with the physical characteristics and the character of the
people in the residential through: (1) identification of the residential typology in
the city of Tangerang based on its waste management, (2) identify the dominant
factors that influence the choice of waste management facilities, and (3) to
formulate the priority of different types of solid-waste treatment facility based on
residential typology. Analysis tools used include (1) spatial analysis through
visual interpretation of high-resolution satellite imagery, (2) descriptive analysis
of the community character in waste management, (3) Analytical Hierarchy
Process (AHP), and (4) Multi-Criteria Decision Making ( MCDM) by Technique
for Order Performance by Similiarity to Ideal Solution (TOPSIS) method.
In order to identify the residential typology used a combination of spatial
analysis and descriptive analysis of the interviews and questionnaires were
distributed to the residents. The result of this combination is 12 residential
typology that describes the physical characteristics of the environment and
character of the people that influential in waste management.
Based on the results of AHP by stakeholders perception of the factors
required under the general guidelines for community-based 3R waste management
in residential areas, it was found that none of the factors very determinant for the
waste management facilities choice, with a weight range between 8-17%.
The priority type of solid-waste management facilities based on residential
typology obtained with the aid of the MCDM-TOPSIS analysis. Based on the
analysis we found that there are 6 groups of residentials were grouped according
to the type of waste treatment facility priority.
Keywords: AHP, MCDM-TOPSIS, 3R waste management, waste treatment
facilities, residential typology
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENENTUAN JENIS SARANA PENANGANAN
SAMPAH MELALUI PENDEKATAN TIPOLOGI
PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG
SUPRIYATNO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Djuara Lubis, MS
Judul Tesis : Penentuan Jenis Sarana Penanganan Sampah Melalui Pendekatan
Tipologi Permukiman di Kota Tangerang
Nama
: Supriyatno
NIM
: A156120214
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Komarsa Gandasasmita, MSc
Ketua
Dr Ir Soekmana Soma, MEng
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 24 Maret 2014
Tanggal Lulus:
Judul Tesis : Penentuan Jenis Sarana Penanganan Sarnpah Melalui Pendekatan
Tipologi Permukiman di Kota Tangerang
Nama
: Supriyatno
NIM
: A156120214
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Komarsa Gandasasmita, MSc
Ketua
Dr Ir Soekmana Soma, MEng
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah
jNLiゥ
jッエュヲ
BG cjセvuャQ@
Pascasarjana
Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus
TanggaJ Ujian: 24 Maret 2014
TanggaJ Lulus:
1 1 APR 2014
PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Azza wa Jalla atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Penentuan Jenis Sarana
Penanganan Sampah Melalui Pendekatan Tipologi Pemukiman di Kota Tangerang”
ini telah diselesaikan dengan baik. Dan yang terutama Penulis selalu panjatkan
do’a untuk ayahanda dan ibunda rahimahullah, mudah-mudahan senantiasa
mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan
setulus hati kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bapak Dr Ir Komarsa Gandasasmita, MSc selaku Ketua Komisi pembimbing
yang di tengah kesibukannya selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada Penulis, dan telah
membuka cakrawala berpikir Penulis untuk melihat dari sisi yang lain dan
tidak hanya terpaku pada literatur dan hasil penelitian sebelumnya, dan Bapak
Dr Ir Soekmana Soma, MEng selaku anggota komisi pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing Penulis,
memberikan arahan dan masukan yang sangat bermanfaat bagi Penulis,
Bapak Dr Ir Djuara Lubis, MS selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini
Ketua Program Studi Prof Dr Ir Santun RP Sitorus, beserta segenap dosen
pengajar, asisten dan staff pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
(PWL) Sekolah Pascasarjana IPB,
Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas) beserta
jajarannya atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada Penulis,
Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan
yang telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada Penulis,
Rekan-rekan satu angkatan di PWL 2012 kelas khusus untuk kebersamaan,
berbagi ilmu dan dukungan yang selalu menyemangati Penulis, terkhusus
rekan-rekan Wisma Surya (Wawan, Ade, dan Akbar)
Semua pihak yang berperan dalam proses penulisan karya ilmiah ini yang tak
bisa Penulis sebut namanya satu persatu, atas bantuannya selama ini,
Dan teristimewa untuk istri tercinta Kurniani Indah R; anak-anakku Yusuf,
Muhammad, Ayyub dan calon adiknya; kedua mertua serta seluruh keluarga
atas segala do’a, cinta, kesabaran, pengorbanan dan dukungan yang diberikan
dengan tulus selama ini. Kepada mereka karya tulis ini Penulis persembahkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Bogor, April 2014
Supriyatno
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Pemikiran
1
1
3
4
4
4
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Wilayah
Pengelolaan Sampah Dalam Paradigma Pembangunan Berkelanjutan
Tipologi Permukiman
Perumusan Prioritas Jenis Sarana Penanganan Sampah
Sistem Informasi Geografis
7
7
8
10
11
11
3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pendekatan Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Analisis Data
Identifikasi Tipologi Permukiman
Identifikasi Faktor Dominan Pemilihan Jenis Sarana Penanganan Sampah
Perumusan Jenis Sarana Penanganan Sampah Prioritas
12
12
12
12
13
13
15
19
4 GAMBARAN UMUM WILAYAH
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Kependudukan
Pengelolaan Sampah di Kota Tangerang
22
22
23
25
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Tipologi Permukiman
Faktor Dominan Penentuan Jenis Sarana Penanganan Sampah
Perumusan Prioritas Jenis Sarana Penanganan Sampah
30
30
42
44
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
48
48
49
DAFTAR PUSTAKA
50
RIWAYAT HIDUP
67
DAFTAR TABEL
1. Peningkatan volume timbulan sampah dan sampah terangkut
2. Tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output
yang diharapkan untuk masing-masing tujuan penelitian
3. Pembagian lokasi sampling
4. Penilaian kriteria berdasarkan skala perbandingan Saaty
5. Jumlah, kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk Kota
Tangerang tahun 2012
6. Proyeksi jumlah penduduk Kota Tangerang tahun 2013-2033
7. Proporsi dan laju timbulan sampah Kota Tangerang berdasar
sumbernya
8. Karakteristik sampah Kota Tangerang
9. Jumlah sarana kebersihan Kota Tangerang tahun 2008-2012
10. Wilayah pelayanan sampah Kota Tangerang
11. Penanganan sampah Kota Tangerang tahun 2012
12. Biaya operasional pengelolaan persampahan Kota Tangerang
tahun 2009 sampai 2012
13. Pemanfaatan jenis sarana penanganan sampah Kota Tangerang
14. Luasan pemanfaatan lahan TPA Kota Tangerang
15. Kelompok permukiman
16. Ketersediaan lahan
17. Aksesibilitas
18. Tipe permukiman berdasarkan kelompok permukiman,
ketersediaan lahan dan aksesibilitas
19. Pembagian lokasi sampling
20. Sebaran jumlah informan
21. Karakter masyarakat tiap tipe permukiman
22. Tipologi permukiman
23. Hasil AHP
24. Prioritas sarana penanganan sampah masing-masing tipologi
2
13
15
16
24
24
25
25
26
27
27
28
29
30
31
33
35
36
37
37
39
40
42
44
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir penelitian
2. Skema manajemen pengelolaan sampah
3. Pola pengelolaan sampah kota
4. Struktur AHP perencanaan sarana penanganan sampah
5. Bagan Alir Penelitian
6. Peta administrasi Kota Tangerang
7. Pola pelayanan pengangkutan sampah di Kota Tangerang
8. Tampilan citra satelit permukiman kelompok 1
9. Foto contoh permukiman kelompok 1
10. Tampilan citra satelit permukiman kelompok 2
6
8
9
18
22
23
26
31
31
32
11. Foto contoh permukiman kelompok 2
12. Tampilan citra satelit permukiman kelompok 3
13. Foto contoh permukiman kelompok 3
14. Tampilan citra satelit permukiman ketersediaan lahan T1
15. Tampilan citra satelit permukiman ketersediaan lahan T2
16. Tampilan citra satelit permukiman ketersediaan lahan T3
17. Tampilan citra satelit permukiman aksesibilitas memadai
18. Tampilan citra satelit permukiman aksesibilitas tidak memadai
19. Peta sebaran lokasi sampling
20. Peta tipologi permukiman Kota Tangerang
21. Peta prioritas sarana penanganan sampah Kota Tangerang
22. Peta sebaran lokasi potensi 3R Kota Tangerang
32
33
33
34
34
34
35
36
38
43
45
47
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tampilan citra satelit resolusi tinggi Kota Tangerang
Atribut fisik lingkungan pada poligon hasil digitasi on screen
Atribut karakter masyarakat pada poligon hasil digitasi on screen
Atribut tipologi permukiman berdasarkan hasil query
Rekapitulasi hasil analisis AHP 9 informan
Contoh hasil analisis MCDM TOPSIS
53
54
57
61
65
66
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan produksi dan volume sampah berbanding lurus dengan
perkembangan kota dan pertambahan jumlah penduduk. Peningkatan laju timbulan
sampah yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana penanganan
sampah yang memadai, berdampak pada pencemaran lingkungan yang akan selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Masalah yang sering muncul dalam penanganan
sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin
sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya
operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu
mengumpulkan dan membuang 60% dari seluruh produksi sampahnya yang
sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak saniter, boros dan
mencemari (Daniel et al. 1985 dalam Prakasa 2010).
Dengan selalu mengandalkan pola kumpul-angkut-buang, beban pencemaran
akan selalu menumpuk di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Apabila
jumlah sampah tidak dikurangi maka beban TPA suatu saat akan melampaui batas
kapasitasnya dan akan mengakibatkan bencana, seperti longsor di TPA Leuwigajah
Bandung pada 21 Februari 2005 yang menewaskan lebih dari 150 jiwa.
Keterbatasan kapasitas TPA dan kesulitan perluasan lahan, terutama di perkotaan,
menjadikan pengurangan dan pengelolaan sampah di sumber baik pada tingkat
individu maupun komunitas menjadi suatu kebutuhan yang perlu segera dilakukan.
Berdasarkan Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) yang disajikan dalam Peraturan Menteri
PU No.21/PRT/M/2006, disebutkan bahwa untuk mengurangi beban pengelolaan
sampah kota serta efisiensi anggaran dan fasilitas salah satu upaya yang perlu
dilakukan adalah dengan mengurangi sampah sejak dari sumbernya, dengan target
pencapaian pengurangan kuantitas sampah diupayakan bisa mencapai 20 % dari
jumlah timbulan sampah. Untuk itu Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan
sampah menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan
penanganan sampah, yaitu melalui pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang
dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reduce,
Reuse and Recycle (3R).
Upaya pengurangan sampah merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat
sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 18/2008, oleh karenanya peningkatan
peran serta masyarakat menjadi penting untuk mendukung keberhasilan
pencapaian target pengurangan sampah. Dalam rangka mendorong masyarakat
untuk dapat mengelola sampah melalui konsep 3R, PP No. 81/ 2012 menyatakan
bahwa kewajiban dalam memfasilitasi sarana penanganan sampah merupakan
tanggung jawab pengelola kawasan permukiman untuk skala kawasan dan
pemerintah daerah untuk skala kota.
Selama ini di Indonesia sebenarnya upaya pengurangan sampah sudah
berjalan sejak lama, salah satunya dengan keberadaan para pemulung. Aktivitas
mereka secara tidak langsung merupakan suatu upaya pemilahan dan daur ulang
2
sampah secara informal yang belum terorganisir dengan baik dan kurang
manusiawi. Dengan suatu organisasi yang lebih baik, upaya pengurangan,
pemilahan dan daur ulang sampah ini akan dapat turut mengatasi permasalahan
sampah perkotaan.
Pengelolaan sampah secara tepat sangatlah penting bagi kondisi lingkungan,
perekonomian dan keberlanjutan pembangunan bagi masyarakat dimasa depan.
Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan strategi 3R dan mendorong
penerapannya di masyarakat. Pengelolaan sampah berkelanjutan bukan bagaimana
membuang sampah yang dihasilkan, ataupun bagaimana mendaurulangnya, tetapi
yang terbaik adalah dengan memfokuskan bagaimana mengurangi sampah sejak
dari sumbernya dengan pengurangan timbulan sampah secara signifikan dan
diiringi dengan peningkatan efisiensi sumber daya (Phillips et al. 1999).
Pada kebanyakan negara berkembang, memburuknya kondisi pengelolaan
sampah dipengaruhi oleh besarnya tantangan sosial dan lingkungan (Ezeah dan
Roberts 2012). Untuk itu diperlukan suatu perubahan strategi supaya dapat
meningkatkan tingkat keberlanjutan suatu pengelolaan sampah, yaitu dengan
mengupayakan (a) lebih menguntungkan secara ekonomi, (b) dapat memperbaiki
kondisi lingkungan serta (c) dapat lebih diterima secara sosial kemasyarakatan
(Wagner 2011).
Data dari Masterplan Persampahan Kota Tangerang menunjukkan bahwa
pertambahan jumlah penduduk di Kota Tangerang yang meningkat setiap tahunnya
diiringi dengan peningkatan volume timbulan sampah. Peningkatan jumlah
penduduk dari tahun 2009 sampai 2012 sebesar + 875 ribu jiwa mengakibatkan
peningkatan volume timbulan sampah sebesar 861 m3/hari, sehingga bisa
diasumsikan terjadi peningkatan timbulan sampah + 1 m3/hari untuk setiap
pertambahan 1.000 jiwa penduduk. Meskipun demikian ternyata tingkat pelayanan
pengangkutan sampah dari tahun 2009 sampai 2012 hanya berkisar antara 70
sampai 74.1 % (Tabel 1).
Tabel 1 Peningkatan volume timbulan sampah dan sampah terangkut
Tahun
2009
2010
2011
2012
Jumlah
Penduduk (jiwa)
1.137.793
1.175.466
1.865.946
2.013.294
Jumlah Timbulan
Sampah (m3/hari)
3.458
4.027
4.173
4.319
Jumlah Sampah
Terangkut (m3/hari)
2.421
2.931
3.049
3.201
Tingkat
Pelayanan (%)
70,0
72,8
73,1
74,1
Sumber : DKP (2012)
Dengan peningkatan volume timbulan sampah dan sistem yang saat ini
berjalan masih mengandalkan pola kumpul-angkut-buang, TPA sebagai tempat
terakhir penimbunan sampah akan menjadi sangat terbebani. Dari luas lahan TPA
+ 35 ha dan yang sudah terpakai seluas + 20,38 ha, salah satu tantangan berat bagi
pemerintah kota adalah mempertahankan masa layan TPA hingga 20 tahun
mendatang sesuai dengan Masterplan Pengelolaan Persampahan Kota Tangerang
2012. Hal ini dikarenakan upaya perluasan atau pencarian lahan TPA baru akan
terkendala ketersediaan lahan yang memenuhi syarat di perkotaan dan faktor
resistensi masyarakat.
3
Menurut hasil laporan Rencana Pengelolaan Sampah Kota Tangerang Tahun
2006 sampai 2010, yang dilakukan konsultan JABODETABEK Waste
Management Corporation (JWMC), didapatkan bahwa sumber sampah terbesar di
Kota Tangerang berasal dari permukiman sebesar 91,90 % dari jumlah sampah
yang dihasilkan setiap harinya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penyediaan
sarana penanganan sampah di permukiman terutama sarana 3R merupakan salah
satu upaya yang perlu dilakukan untuk dapat mengelola aliran sampah mulai dari
rumah tangga sebagai sumber sampah terbesar.
Berdasarkan data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang
tahun 2012, persentase pemanfaatan sarana penanganan sampah 3R (komposter
dan bank sampah) masih berkisar antara 44 sampai 67 %.
Dengan komposisi sampah organik sebesar 78.99 %, sampah plastik sebesar
9.42 % dan sampah kertas sebesar 5.81 %, maka program 3R potensial untuk
dikembangkan. Apabila setengah saja dari komposisi sampah organik dan sampah
anorganik tersebut bisa dikurangi melalui sarana 3R (komposter dan bank sampah)
serta TPST, timbulan sampah rumah tangga bisa berkurang + 1.866 m3/hari (+
43 % dari jumlah timbulan sampah). Hal ini bisa dicapai dengan menambah
jumlah dan mengoptimalkan pemanfaatan sarana tersebut.
Perumusan Masalah
Peningkatan volume sampah yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk
pada akhirnya akan membebani kota. Pengumpulan dan pengangkutan
membutuhkan biaya operasional bahan bakar truk sampah dan upah tenaga kerja,
sedangkan pembuangan membutuhkan biaya untuk pengadaan lahan penimbunan
sampah dan biaya operasional serta pemeliharaan TPA. Dengan adanya
keterbatasan anggaran pemerintah daerah serta keterbatasan kapasitas TPA
mengakibatkan belum semua sampah bisa terangkut ke TPA Salah satu upaya
yang paling mudah dan efektif dalam menangani sampah adalah dengan
mengurangi sampah sejak dari rumah tangga yang secara umum merupakan
sumber sampah terbesar, terutama di Kota Tangerang.
Salah satu komponen yang mempengaruhi upaya pengurangan sampah
melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah ketersediaan
sarana penanganan sampah yang merupakan aspek teknis pengelolaan sampah.
Indikator keberhasilan pelaksanaan 3R yang lebih penting adalah bagaimana
mendorong perubahan sikap dan pola pikir masyarakat menuju pengelolaan
sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kondisi sarana penanganan
sampah 3R terdistribusi yang belum semuanya beroperasi diakibatkan salah
satunya karena rendahnya partisisi masyarakat. Untuk itulah penting kiranya
dalam perencanaan sarana penanganan sampah juga mempertimbangkan karakter
masyarakat dalam pengelolaan sampah, sehingga dapat disesuaikan jenis sarana
penanganan sampah yang sesuai dan dapat mendukung program pengelolaan
sampah yang berkelanjutan.
Menurut penelitian Saribanon (2007), keberlanjutan pengelolaan sampah
memerlukan sistem yang efektif dalam mengatasi masalah lingkungan,
menghasilkan secara ekonomi dan dapat diterima oleh masyarakat. Sebagian besar
model pengelolaan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah, hanya
4
memperhatikan aspek ekonomi dan lingkungan serta sangat sedikit
mempertimbangkan aspek sosial, sehingga seringkali mengakibatkan
implementasi model tersebut kurang berhasil. Pendekatan tipologi permukiman
dapat dijadikan dasar bagi perumusan sistem pengelolaan sampah permukiman
berbasis masyarakat, sebab dengan mempertimbangkan aspek keberagaman dalam
permukiman di perkotaan, diharapkan penerimaan dan partisipasi masyarakat dapat
lebih optimal.
Dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas, diharapkan
penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.
2.
3.
Bagaimanakah kaitan karakteristik kawasan permukiman dengan sikap atau
persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah di Kota Tangerang?
Apa saja faktor yang mempengaruhi pemilihan sarana penanganan sampah
untuk mendukung pengelolaan sampah yang berkelanjutan?
Bagaimana memilih jenis sarana pengelolaan sampah yang sesuai dengan
tipologi permukiman?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk:
1.
2.
3.
Mengidentifikasi tipologi permukiman di Kota Tangerang dalam pengelolaan
sampah.
Mengidentifikasi faktor dominan yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis
sarana penanganan sampah.
Merumuskan prioritas jenis sarana penanganan sampah berbasis masyarakat
berdasarkan tipologi permukiman.
Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota
Tangerang, dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dalam menyusun
strategi perencanaan penyediaan sarana penanganan sampah untuk mendukung
program 3R di kawasan permukiman sehingga dapat terwujud program
pengelolaan sampah berkelanjutan. Disamping itu diharapkan penelitian ini dapat
menjadi bahan referensi untuk penelitian lanjutan mengenai pengelolaan sampah
yang berkelanjutan berbasis masyarakat secara lebih menyeluruh dari sumber
sampah sampai TPA, dan diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan
perencanaan wilayah terutama di bidang persampahan/ lingkungan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji salah satu bagian dari keseluruhan sistem
pengelolaan sampah, yaitu penanganan sampah di sumber yang merupakan bagian
awal dari sistem tersebut. Untuk mendapatkan unsur homogenitas masyarakat,
penelitian ini hanya mengkaji permukiman teratur, meskipun bukan berarti
5
penelitian ini mengesampingkan pengelolaan sampah di permukiman tidak teratur.
Kondisi pengelolaan sampah di pemukiman yang tidak teratur cenderung lebih
berpotensi mengakibatkan permasalahan lingkungan, yang salah satunya
diakibatkan ketidakpedulian mereka terhadap sampah karena ada pressure/
tekanan hidup yang lebih besar. Oleh karena itu penelitian ini masih perlu
penelitian lanjutan untuk bisa mewakili gambaran penanganan sampah kota secara
keseluruhan.
Jenis sarana penanganan sampah yang menjadi obyek studi adalah sarana
3R skala individu (komposter dan bank sampah), TPST (Tempat Pengelolaan
Sampah Terpadu), dan kontainer sampah yang ditempatkan di permukiman,
karena sarana itulah yang selama ini telah disediakan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan. Komposter merupakan suatu sarana dalam bentuk tong plastik
volume 200 liter yang digunakan untuk menangani sampah organik untuk
dijadikan sebagai kompos. Bank sampah merupakan suatu metode pengumpulan
sampah anorganik (plastik, kertas, logam) untuk dijual kembali sebagai barang
bekas, yang terdiri dari perlengkapan berupa kotak terpilah berukuran + 2 m3 yang
dilengkapi dengan timbangan, buku catatan penerima dan penyetor sampah
anorganik. TPST merupakan suatu tempat pengelolaan sampah organik dan
anorganik terpadu skala kawasan dengan luas minimal 200 m2. Kontainer sampah
merupakan sarana penampungan dan pengumpulan sampah mobile berupa bak
yang menjadi bagian dari truk sampah (arm roll truck).
Kerangka Pemikiran
Selama paradigma pengelolaan sampah masih mengacu pada pola kumpulangkut-buang, maka TPA sebagai muara terakhir akan menjadi faktor pembatas
terhadap keberlanjutan pengelolaan sampah. Ketersediaan lahan yang sesuai
syarat dan tidak menghadapi resistensi masyarakat untuk perluasan maupun
alternatif lokasi baru TPA di suatu perkotaan telah menjadi masalah bagi hampir
seluruh pemerintah daerah, terutama daerah perkotaan. Dengan sumber sampah
terbesar berasal dari rumah tangga, karakter masyarakat sebagai penghasil sampah
perlu diidentifikasi untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan sampah dalam
upaya mengurangi sampah yang harus ditimbun di TPA, sehingga masa layan
TPA sebagai muara terakhir pembuangan sampah dapat diperpanjang.
Menurut Saribanon (2007), karakteristik tertentu dari setiap kawasan
permukiman dapat memberikan implikasi pada pola hubungan dan partisipasi
dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat, baik dalam sistem yang sedang
berjalan maupun potensi partisipasinya. Faktor lingkungan fisik tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas kemasyarakatan dan interaksi sosial, sebab merupakan
manifestasi dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, identifikasi karakter
masyarakat dalam pengelolaan sampah berdasarkan tipologi permukiman dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengintegrasikan antara karakteristik fisik suatu
permukiman dengan sikap dan perilaku masyarakat dalam menangani sampah
mereka, sehingga dapat ditentukan jenis sarana penanganan sampah yang sesuai
supaya dapat diterima secara sosial (social acceptability).
Untuk menentukan jenis sarana penanganan sampah yang sesuai dengan
masing-masing tipologi perlu diidentifikasi faktor-faktor yang paling
6
mempengaruhi keberhasilan pengelolaan sampah yang berkelanjutan berdasarkan
pertimbangan aspek ekologi/ lingkungan, ekonomi, sosial dan kelembagaan.
Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut dapat diketahui dengan menggali
persepsi dan penilaian stakeholders yang terkait dengan pengelolaan sampah,
antara lain dari unsur dinas sebagai operator kebersihan, kader lingkungan dan
akademisi. Penentuan prioritas sarana penanganan sampah berdasarkan faktorfaktor yang berpengaruh tersebut merupakan hal yang penting untuk dapat
merumuskan jenis sarana yang paling sesuai dengan tipologi permukiman.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
7
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Wilayah
Menurut Djakapermana (2010), dalam pembahasan mengenai proses
pengembangan wilayah terlebih dahulu harus dipahami mengenai konsep wilayah.
Konsep wilayah dalam proses penataan ruang harus meliputi konsep ruang
sebagai ruang wilayah ekonomi, ruang wilayah sosial budaya, ruang wilayah
ekologi, dan ruang wilayah politik. Wilayah didefinisikan oleh Rustiadi et al.
(2011) sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu, yang tidak
selalu bersifat fisik dan pasti tetapi sering kali bersifat dinamis, dimana di antara
komponen-komponen wilayah yang mencakup komponen biofisik alam,
sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan
saling berinteraksi satu sama lain secara fungsional.
Pada dasarnya wilayah menurut Isard (1975) dalam Rustiadi et al. (2011)
dianggap bukan sekedar areal dengan batas-batas tertentu, namun suatu area yang
memiliki arti (meaningful) karena adanya masalah-masalah yang ada di dalamnya
sedemikian rupa, khususnya karena menyangkut permasalahan sosial-ekonomi.
Untuk itu dalam penelitian ini tidak menggunakan pendekatan berdasarkan
batasan wilayah administrasi, karena permasalahan sampah merupakan
permasalahan sosial masyarakat yang harus diatasi secara komprehensif dan
menyeluruh tidak bisa secara parsial.
Dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah, konsep pengelolaan
sampah terpadu sebagai salah satu infrastruktur wilayah seharusnya dibuat
bersamaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/ Kota
karena masing-masing saling mendukung dan mempengaruhi rencana
pengembangan, pengelolaan dan rencana tindak pembangunan (Kodoatie 2005
dalam Riyanto 2008). Dengan mengintegrasikan pengelolaan sampah terpadu
dalam RTRW diharapkan adanya kepastian atau jaminan hukum dalam
penerapannya sehingga dapat didukung oleh seluruh stakeholder.
Perencanaan pembangunan suatu wilayah perlu mempertimbangkan
pengintegrasian aspek sosial dan lingkungan pada suatu wilayah sehingga dapat
dicapai kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Dahuri dan Nugroho
2004). Dengan kondisi peningkatan volume sampah dipengaruhi oleh
pertumbuhan penduduk, maka aspek pertumbuhan yang menjadi salah satu tujuan
pengembangan wilayah perlu diimbangi dengan aspek keberlanjutan (Anwar
2005) sehingga dapat dicapai pembangunan yang berimbang yaitu dengan
terpenuhinya potensi-potensi pembangunan sesuai dengan kapasitas setiap
wilayah (Rustiadi et al. 2011). Keberlanjutan dalam pengelolaan sampah selain
ditekankan pada sudut pandang ekologi dan sosial ekonomi yang berbasis pada
kehidupan manusia (Lele 1991) juga perlu memperhatikan indikator partisipasi
masyarakat yang terkait dengan struktur kelembagaan suatu wilayah, sehingga
dapat menjamin kesinambungan pelaksanaan suatu program di wilayah tersebut
(Riyadi 2002).
8
Pengelolaan Sampah Dalam Paradigma Pembangunan Berkelanjutan
Menurut SNI 19-2454-2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari
zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Sistem pengelolaan sampah, sebagaimana nampak pada
Gambar 2, merupakan proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 aspek/
komponen yang saling mendukung dan saling berinteraksi antara satu dengan
yang lainnya (BSN 2002). Kelima aspek tersebut antara lain:
Aspek Institusi, meliputi bentuk institusi pengelola sampah, struktur organisasi,
tata laksana kerja, jumlah personil baik ditingkat staf maupun operasional,
pendidikan formal maupun training yang pernah diikuti di dalam dan luar
negeri,
Aspek Teknik Operasional, meliputi daerah pelayanan, tingkat pelayanan,
sumber sampah, komposisi dan karakteristik sampah, pola operasi penanganan
sampah dari sumber sampai TPA serta sarana/ prasarana persampahan yang
ada,
Aspek Pembiayaan, meliputi biaya investasi dan biaya operasi / pemeliharaan
(3 tahun terakhir), tarif retribusi, realisasi penerimaan retribusi termasuk iuran
masyarakat untuk pengumpulan sampah (3 tahun terakhir) dan mekanisme
penarikan retribusi,
Aspek Peraturan, meliputi jenis perda yang ada, kelengkapan materi,
penerapan sangsi,
Aspek Peran Serta Masyarakat, meliputi program penyuluhan yang telah
dilakukan oleh pemerintah kota / kabupaten,
Institusi
Peran serta
masyarakat
Teknik
Operasional
Sampah
Peraturan
Pembiayaan
Sumber : SNI 19-2454-2002
Gambar 2 Skema manajemen pengelolaan sampah
9
Menurut Pedoman 3R yang dikeluarkan oleh Departemen PU (2006),
pengelolaan sampah kota mulai dari sumber sampah sampai pemrosesan akhir
dapat dibagi dalam 3 kelompok utama seperti terlihat dalam Gambar 3, yaitu :
Penanganan sampah di tingkat sumber
Merupakan kegiatan penanganan secara individual yang dilakukan sendiri oleh
penghasil sampah dalam area dimana penghasil sampah tersebut berada.
Penanganan sampah di tingkat kawasan
Merupakan kegiatan penanganan secara komunal untuk melayani sebagian atau
keseluruhan sumber sampah yang ada dalam area dimana pengelola kawasan
berada
Penanganan sampah di tingkat kota
Merupakan penanganan sampah yang dilakukan oleh pengelola kebersihan
kota, baik dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, atau dilaksanakan oleh
institusi lain yang ditunjuk untuk itu, yang bertugas untuk melayani sebagian
atau seluruh wilayah yang ada dalam kota yang menjadi tanggung jawabnya.
Sumber Sampah
(R1, R2)
Timbulan Sampah
Pemilahan
Pewadahan
(R2, R3)
Pengumpulan
(R1)
Pemindahan,
Pengangkutan
Pengolahan
(R2, R3)
(R3)
Pembuangan
Akhir
(R2, R3)
Sumber : DPU (2006)
Gambar 3 Pola pengelolaan sampah kota
Berkaitan dengan proses pengelolaan sampah di atas, yang menjadi fokus
penelitian ini adalah tahapan pewadahan dan pengumpulan pada kelompok
penanganan sampah di tingkat sumber dan kawasan. Penanganan sampah di
tingkat sumber dan kawasan sangat dianjurkan dengan 3R, yang diawali dengan
pemilahan sampah berdasarkan jenisnya.
10
Minimasi sampah (R1) dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu
dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai kebutuhan,
memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dan sebagainya. Untuk
pemanfaatan sampah (R2) dilakukan dengan menggunakan kembali botol
minuman atau kemasan lainnya sesuai fungsinya. Tahapan pendaurulangan (R3),
salah satunya diterapkan melalui pengomposan sampah, diharapkan diterapkan di
sumber (rumah tangga, kantor, sekolah, dll). Bila lahan memungkinkan,
pengomposan dapat dilakukan dengan penimbunan sampah, dan pengelolaan
sampah di tingkat sumber dapat ditingkatkan dengan gabungan pengelolaan yang
bersifat individual maupun komunal.
UU No. 32 Tahun 2009 merumuskan bahwa pembangunan berkelanjutan
sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup,
sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan. Di samping tiga aspek tersebut,
Spangenberg (1999) dalam Rustiadi et al. (2011) menambahkan dimensi
kelembagaan (institution) sebagai dimensi keempat keberlanjutan, sehingga
membentuk suatu prima keberlanjutan (prism of sustainability).
Menurut Morrissey dan Browne (2004) untuk membuat suatu model
pengelolaan sampah dapat berkelanjutan, harus mempertimbangkan aspek-aspek
lingkungan, ekonomi dan sosial, tetapi dalam penelitian mereka belum ditemukan
model yang mempertimbangkan tiga aspek tersebut bersama-sama. Dan
sepengetahuan penulis dari beberapa literatur yang ditemui, belum ada yang
mengembangkan
model
pendekatan
pengelolaan
sampah
yang
mempertimbangkan keempat aspek prisma keberlanjutan secara bersama-sama.
Tipologi Permukiman
Fenomena dan fakta yang menunjukkan bahwa permukiman sebagai
penghasil sampah terbesar, baik di Kota Tangerang maupun kota-kota besar
lainnya, menjadikan faktor partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
sejak dari rumah tangganya sebagai suatu keharusan dalam mengurangi sampah
yang harus dibuang ke TPA. Untuk itu, kajian karakteristik masyarakat dan
kondisi fisik lingkungan dalam setiap tipe permukiman menjadi penting dalam
penentuan pola partisipasi yang sesuai sehingga dapat diterima secara sosial
(Saribanon 2007).
Keragaman persepsi dan perilaku masyarakat perkotaan dalam pengelolaan
sampah permukiman memerlukan implementasi pola partisipasi yang berbeda,
sehingga melalui pendekatan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat
diharapkan program pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat dapat
lebih berhasil (Chu et al. 2004 dalam Saribanon 2007). Untuk mengatasi faktor
keragaman tersebut dapat dilakukan dengan mekanisme pengelompokan
masyarakat melalui pendekatan tipologi permukiman. Terbentuknya tipologi
permukiman ditengarai dipengaruhi oleh aspek-aspek yang berkaitan dengan pola
partisipasi dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yaitu luas bangunan,
keteraturan kawasan dan kepadatan ruang, infrastruktur pengelolaan sampah dan
aspek partisipasi dalam pengelolaan sampah.
11
Perumusan Prioritas Jenis Sarana Penanganan Sampah
Dalam perumusan jenis sarana penanganan sampah yang diprioritaskan,
digunakan gabungan alat analisis Proses Analisis Berhirarki (Analytical Hierarchy
Process/ AHP) dan Multi Criteria Decision Making (MCDM). AHP adalah suatu
proses analisis yang berhirarki melalui penyusunan prioritas dalam pengambilan
keputusan yang mempunyai multi kriteria, dengan mempertimbangkan aspek
kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan keputusan terbaik. Input utama
dalam suatu hirarki AHP adalah persepsi stakeholders dengan pembobotan
berdasarkan skala perbandingan (Saaty dan Sodenkamp 2008). MCDM
merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai alternatif
berdasarkan banyak kriteria yang tidak dapat dievaluasi dengan pendugaan
sederhana atau dengan satu dimensi (Vreeker dalam Postorino dan Pratico, 2012).
Penggunaan AHP dan MCDM dalam pengelolaan sampah sebelumnya
sudah pernah dilakukan oleh para peneliti, antara lain Contreras et al. (2008)
dalam Abeliotis et al. (2009) yang menggunakan AHP untuk menganalisis
preferensi stakeholders dalam pengelolaan sampah di Boston, Karagiannidis dan
Moussiopoulos (1997) dalam Abeliotis et al. (2009) yang menggunakan salah
satu metode MCDM untuk melakuan pendekatan terhadap pengelolaan sampah
terpadu di Athena, Yunani, dan Saribanon (2007) yang menggunakan pendekatan
MCDM teknik AHP untuk melakukan penilaian dan pembobotan pada pembuatan
peta tematik untuk penyusunan tipologi permukiman perkotaan di DKI Jakarta.
Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sejenis perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, dan menampilkan
keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya (Hakim 1995 dalam Zainul
Arham 2011). Menurut Barus dan Wiradisastra (2000), SIG adalah suatu sistem
informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau
berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis
data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi
keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan
Wiradisastra 2000).
Pemakaian SIG sebagai alat bantu dalam pengelolaan sampah telah banyak
dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain Arham (2011) yang menggunakan
SIG dalam merancang sistem informasi spasial berbasis web penyebaran tempat
pembuangan sementara (TPS) sampah di Kota Tangerang, Ahmed (2006) yang
menggunakan SIG dalam perencanaan pengelolaan sampah untuk menentukan
lokasi tempat sampah yang tepat berdasarkan jarak ideal dengan masyarakat yang
akan memanfaatkannya di Kota Aurangabad, India, dan Ghoze et al. (2006) yang
menggunakan model transportasi berbasis SIG untuk menentukan rute optimal
dari pengangkutan sampah di Kota Asansol, India.
12
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Tangerang, Provinsi Banten yang
berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta dan terletak pada koordinat
106’36 – 106’42 Bujur Timur (BT) dan 6’6 - 6 Lintang Selatan (LS), dengan luas
wilayah 183.78 km2 (termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19.69 km2).
Pemilihan kelompok permukiman tidak berdasarkan batasan wilayah administratif
tetapi melalui pertimbangan keseragaman kondisi fisik lingkungan dari
permukiman tersebut dan menyebar pada seluruh wilayah kota, tetapi pada
penelitian ini dibatasi hanya untuk permukiman yang teratur. Tampilan visualisasi
permukiman melalui citra satelit resolusi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai Oktober 2013.
Pendekatan Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dan data sekunder di peroleh dari instansiinstansi terkait.
a. Data primer
Data primer yang digunakan adalah citra satelit resolusi tinggi, hasil
pengamatan langsung di lapangan dan hasil wawancara dan pengisian kuesioner
oleh stakeholders dan perwakilan masyarakat (informan) di wilayah studi.
Penentuan masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan purposive sampling, yaitu diutamakan ketua RW dan atau kader
lingkungan, dengan pertimbangan lebih mengetahui kondisi pengelolaan sampah
dan karakter sebagian besar masyarakat di lingkungannya masing-masing.
Lokasi sampling penyebaran kuesioner, wawancara dan pengamatan lapangan
menggunakan metode Stratified Random Sampling dengan pertimbangan aspek
keterwakilan wilayah. Penentuan jumlah informan pada masing-masing lokasi
sampling menggunakan pendekatan proposionalitas.
b. Data sekunder
Data sekunder berupa peta administrasi, peta RTRW, data persampahan, dan
jumlah penduduk yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas
Tata Kota, Kantor Penelitian dan Pengembangan Statistik Kota Tangerang serta
data-data lain yang terkait dengan penelitian pada instansi terkait.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Alat analisis dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel, add-ins
Sanna dan software SIG. Tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan
output yang diharapkan disajikan pada Tabel 2.
13
Tabel 2 Tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang
diharapkan untuk masing-masing tujuan penelitian
No
Tujuan
1.
Mengidentifikasi
tipologi
permukiman di
Kota Tangerang
dalam
pengelolaan
sampah.
- Citra satelit
resolusi tinggi - Wawancara
- Kuesioner
- Data lapangan
2
Mengidentifikasi
faktor dominan
yang
berpengaruh
terhadap
pemilihan jenis
sarana
penanganan
sampah.
- Kuesioner
- Pedoman
umum 3R
Merumuskan
sebaran prioritas
jenis sarana
penanganan
sampah berbasis
masyarakat
berdasarkan
tipologi
permukiman.
- Kuesioner
- Pedoman
umum 3R
3
Jenis Data
Teknik Analisis
Data
Google Earth - Analisis spasial
(interpretasi
Informan
visual)
masyarakat
- Analisis
deskriptif (hasil
wawancara,
kuesioner dan
data lapangan)
Informan,
Analytical
stakeholders/ Hierachy Process
expert
(AHP
Departemen
Pekerjaan
Umum
Sumber Data
-
-
- Informan,
stakeholders/
expert
- Departemen
Pekerjaan
Umum
Multi-Criteria
Decision-Making
(MCDM) metode
TOPSIS
Output Yang
Diharapkan
Tipologi
Permukiman
Faktor
dominan
dalam
penentuan
jenis sarana
penanganan
sampah
prioritas
Peta prioritas
jenis sarana
penanganan
sampah
berbasis
masyarakat
Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1)
Analisis spasial dengan metode interpretasi visual citra satelit resolusi tinggi dan
(2) Analisis deskriptif untuk menentukan tipologi permukiman berdasarkan
karakteristik fisik lingkungan permukiman dan karakter masyarakatnya, (3)
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengidentifikasi faktor dominan
dalam penentuan sarana penanganan sampah yang diprioritaskan; dan; (4) Multi
Criteria Decision Making (MCDM) metode Technique for Order Performance by
Similiarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk merumuskan jenis sarana
penanganan sampah yang diprioritaskan pada masing-masing tipologi
permukiman.
Identifikasi Tipologi Permukiman
Untuk mengidentifikasi tipologi permukiman digunakan gabungan antara
analisis spatial untuk mengetahui karakteristik fisik suatu permukiman dan
14
analisis deskriptif untuk mengetahui karakter masyarakatnya dalam pengelolaan
sampah. Pada tahap awal identifikasi tipologi permukiman ini, terlebih dahulu
disusun faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik fisik suatu permukiman
yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan klasifikasi tipe permukiman. Tahap
selanjutnya adalah memasukkan gambaran karakter masyarakat hasil kuesioner
dan wawancara ke dalam atribut poligon masing-masing tipe permukiman.
Analisis spasial
Pada penelitian kali ini, analisis spasial dalam proses identifikasi tipologi
permukiman dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi visual citra
satelit resolusi tinggi melalui software SIG untuk mengklasifikasikan
permukiman yang ada di Kota Tangerang. Faktor-faktor yang dijadikan dasar
klasifikasi antara lain keteraturan kawasan, kepadatan ruang, luas bangunan
(Saribanon 2007), ketersediaan lahan kosong atau lahan terbuka, dan
aksesibilitasnya. Dengan pertimbangan pendekatan homogenitas masyarakat,
ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada permukiman teratur.
Melalui intepretasi visual dilakukan digitasi on screen menggunakan
software SIG untuk mengklasifikasikan permukiman dalam bentuk poligonpoligon berdasarkan ciri-ciri visualnya, yaitu sebagai berikut :
- faktor kepadatan ruang serta luas bangunan digunakan untuk membedakan
kelompok permukiman,
- faktor ketersediaan lahan dibedakan sebagai tersedia atau tidak tersedia dan
- faktor aksesibilitas dibedakan berdasarkan jarak permukiman terhadap jalan
arteri dan/ atau jalan kolektor sebagai memadai (< 500 m) atau tidak memadai
(> 500 m))
Ciri-ciri visual dari permukiman tersebut dijadikan sebagai atribut dari
masing-masing poligon hasil digitasi. Melalui tools query pada software SIG
didapatkan kombinasi atribut poligon yang mencerminkan pengklasifikasian
permukiman berdasarkan kelompok permukiman, ketersediaan lahan dan
aksesibilitas sehingga didapatkan beberapa tipe permukiman yang spesifik. Hasil
klasifikasi tersebut digunakan sebagai lokasi sampling untuk survei lapangan,
penyebaran kuesioner dan wawancara langsung.
Analisis deskriptif
Untuk mendapatkan gambaran karakter masyarakat dalam penanganan
sampah, dilakukan analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan melalui penyebaran
kuesioner dan wawancara langsung kepada warga pada masing-masing tipe
permukiman yang menjadi lokasi sampling sekaligus survei lapangan untuk
memvalidasi hasil interpretasi visual. Materi pertanyaan dalam kuesioner dan
wawancara berkaitan dengan sikap, persepsi dan pendapat masyarakat dalam hal
pengelolaan sampah, terutama yang berhubungan dengan kriteria pengelolaan
sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
Pemilihan lokasi sampling menggunakan metode Stratified Random
Sampling, yaitu memilih poligon yang mewakili permukiman secara acak dari
masing-masing tipe permukiman hasil klasifikasi dari analisis spasial sebelumnya.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan memperhatikan sebaran tipe permukiman
tersebut berdasarkan wilayah pelayanan sampah Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP), yaitu wilayah barat, tengah dan timur Kota Tangerang.
15
Subyek dalam populasi pada penelitian ini menggunakan metode informan,
yaitu dengan memilih individu yang mempunyai informasi mengenai pihak lain
pada lingkungannya
berkaitan
dengan pengelolaan sampah
berbasis
masyarakat dan dipilih secara secara sengaja (purposive). Penentuan jumlah
informa
MELALUI PENDEKATAN TIPOLOGI PERMUKIMAN
DI KOTA TANGERANG
SUPRIYATNO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penentuan Jenis Sarana
Penanganan Sampah Melalui Pendekatan Tipologi Permukiman di Kota
Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Supriyatno
NIM A156120214
RINGKASAN
SUPRIYATNO. Penentuan Jenis Sarana Penanganan Sampah Melalui Pendekatan
Tipologi Permukiman di Kota Tangerang. Dibimbing oleh KOMARSA
GANDASASMITA dan SOEKMANA SOMA.
Selama paradigma pengelolaan sampah masih berpola kumpul-angkutbuang, peningkatan volume sampah akan senantiasa membebani kota karena
adanya keterbatasan luasan dan kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang
sampai saat ini masih dijadikan sebagai tempat penimbunan sampah terakhir.
Keterbatasan inilah yang menjadikan pengurangan dan pengelolaan sampah di
sumber, baik pada tingkat individu maupun komunitas, menjadi suatu kebutuhan
yang perlu disegerakan.
Salah satu komponen yang mempengaruhi upaya pengurangan sampah
melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah ketersediaan
sarana penanganan sampah dan peran serta masyarakat sebagai penghasil sampah.
Indikator keberhasilan pelaksanaan 3R yang lebih penting adalah bagaimana
mendorong perubahan sikap dan pola pikir masyarakat menuju pengelolaan
sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk merumuskan penyediaan
sarana penanganan sampah rumah tangga yang sesuai dengan karakteristik fisik
dan karakter masyarakat di permukiman melalui: (1) identifikasi tipologi
permukiman di Kota Tangerang dalam pengelolaan sampah, (2) mengidentifikasi
faktor dominan yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis sarana penanganan
sampah, dan (3) merumuskan prioritas jenis sarana penanganan sampah berbasis
masyarakat berdasarkan tipologi permukiman. Alat analisis yang digunakan antara
lain (1) analisis spasial melalui interpretasi visual citra satelit resolusi tinggi, (2)
analisis deskriptif terhadap karakter masyarakat dalam penanganan sampah, (3)
Analytical Hierarchy Process (AHP), dan (4) Multi Criteria Decision Making
(MCDM) metode Technique for Order Performance by Similiarity to Ideal
Solution (TOPSIS).
Untuk mengidentifikasi tipologi permukiman digunakan kombinasi analisis
spasial dan analisis deskriptif terhadap hasil wawancara dan kuesioner yang
dibagikan ke warga permukiman. Dari kombinasi analisis ini dihasilkan 12
tipologi permukiman yang menggambarkan karakteristik fisik lingkungan dan
karakter masyarakat yang berpengaruh dalam pengelolaan sampah.
Berdasarkan hasil AHP mengenai persepsi stakeholders terhadap faktorfaktor yang disyaratkan dalam pedoman umum pengelolaan sampah 3R berbasis
masyarakat di kawasan permukiman, didapatkan bahwa tidak ada faktor yang
sangat berpengaruh terhadap pemilihan jenis sarana penanganan sampah, dengan
kisaran bobot antara 8-17 %.
Jenis sarana penanganan sampah yang menjadi prioritas berdasarkan
tipologi permukiman didapatkan dengan bantuan alat analisis MCDM-TOPSIS.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa terdapat 6 kelompok permukiman
yang dikelompokkan menurut prioritas jenis sarana penanganan sampahnya.
Kata kunci : AHP, MCDM-TOPSIS, 3R, sarana penanganan sampah, tipologi
permukiman
SUMMARY
SUPRIYATNO. Determining the type of Solid-Waste Treatment Facility by
Residential Typology Approach In Tangerang City. Under direction of
KOMARSA GANDASASMITA and SOEKMANA SOMA.
As long as waste management paradigm is still collect-transpot-dump
patterned, the increase in the volume of waste will continue burdening the city due
to the capacity limitation on final disposal area. This limitation makes the
reduction in and waste management from the household, both at the individual
and community level, becomes a necessity that needs to be expedited.
One of the components that affect waste reduction efforts through an
integrated waste management 3R is the availability of community-based waste
management and community participation as a waste generator. The most
important indicators of successful the 3Rs implementation is how to encourage a
change in attitude and mindset of the people towards environmentally and
sustainability of waste management.
This study aims to formulate the provision of domestic waste treatment
facility in accordance with the physical characteristics and the character of the
people in the residential through: (1) identification of the residential typology in
the city of Tangerang based on its waste management, (2) identify the dominant
factors that influence the choice of waste management facilities, and (3) to
formulate the priority of different types of solid-waste treatment facility based on
residential typology. Analysis tools used include (1) spatial analysis through
visual interpretation of high-resolution satellite imagery, (2) descriptive analysis
of the community character in waste management, (3) Analytical Hierarchy
Process (AHP), and (4) Multi-Criteria Decision Making ( MCDM) by Technique
for Order Performance by Similiarity to Ideal Solution (TOPSIS) method.
In order to identify the residential typology used a combination of spatial
analysis and descriptive analysis of the interviews and questionnaires were
distributed to the residents. The result of this combination is 12 residential
typology that describes the physical characteristics of the environment and
character of the people that influential in waste management.
Based on the results of AHP by stakeholders perception of the factors
required under the general guidelines for community-based 3R waste management
in residential areas, it was found that none of the factors very determinant for the
waste management facilities choice, with a weight range between 8-17%.
The priority type of solid-waste management facilities based on residential
typology obtained with the aid of the MCDM-TOPSIS analysis. Based on the
analysis we found that there are 6 groups of residentials were grouped according
to the type of waste treatment facility priority.
Keywords: AHP, MCDM-TOPSIS, 3R waste management, waste treatment
facilities, residential typology
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENENTUAN JENIS SARANA PENANGANAN
SAMPAH MELALUI PENDEKATAN TIPOLOGI
PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG
SUPRIYATNO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Djuara Lubis, MS
Judul Tesis : Penentuan Jenis Sarana Penanganan Sampah Melalui Pendekatan
Tipologi Permukiman di Kota Tangerang
Nama
: Supriyatno
NIM
: A156120214
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Komarsa Gandasasmita, MSc
Ketua
Dr Ir Soekmana Soma, MEng
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 24 Maret 2014
Tanggal Lulus:
Judul Tesis : Penentuan Jenis Sarana Penanganan Sarnpah Melalui Pendekatan
Tipologi Permukiman di Kota Tangerang
Nama
: Supriyatno
NIM
: A156120214
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Komarsa Gandasasmita, MSc
Ketua
Dr Ir Soekmana Soma, MEng
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah
jNLiゥ
jッエュヲ
BG cjセvuャQ@
Pascasarjana
Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus
TanggaJ Ujian: 24 Maret 2014
TanggaJ Lulus:
1 1 APR 2014
PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Azza wa Jalla atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Penentuan Jenis Sarana
Penanganan Sampah Melalui Pendekatan Tipologi Pemukiman di Kota Tangerang”
ini telah diselesaikan dengan baik. Dan yang terutama Penulis selalu panjatkan
do’a untuk ayahanda dan ibunda rahimahullah, mudah-mudahan senantiasa
mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan
setulus hati kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bapak Dr Ir Komarsa Gandasasmita, MSc selaku Ketua Komisi pembimbing
yang di tengah kesibukannya selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada Penulis, dan telah
membuka cakrawala berpikir Penulis untuk melihat dari sisi yang lain dan
tidak hanya terpaku pada literatur dan hasil penelitian sebelumnya, dan Bapak
Dr Ir Soekmana Soma, MEng selaku anggota komisi pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing Penulis,
memberikan arahan dan masukan yang sangat bermanfaat bagi Penulis,
Bapak Dr Ir Djuara Lubis, MS selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini
Ketua Program Studi Prof Dr Ir Santun RP Sitorus, beserta segenap dosen
pengajar, asisten dan staff pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
(PWL) Sekolah Pascasarjana IPB,
Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas) beserta
jajarannya atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada Penulis,
Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan
yang telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada Penulis,
Rekan-rekan satu angkatan di PWL 2012 kelas khusus untuk kebersamaan,
berbagi ilmu dan dukungan yang selalu menyemangati Penulis, terkhusus
rekan-rekan Wisma Surya (Wawan, Ade, dan Akbar)
Semua pihak yang berperan dalam proses penulisan karya ilmiah ini yang tak
bisa Penulis sebut namanya satu persatu, atas bantuannya selama ini,
Dan teristimewa untuk istri tercinta Kurniani Indah R; anak-anakku Yusuf,
Muhammad, Ayyub dan calon adiknya; kedua mertua serta seluruh keluarga
atas segala do’a, cinta, kesabaran, pengorbanan dan dukungan yang diberikan
dengan tulus selama ini. Kepada mereka karya tulis ini Penulis persembahkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Bogor, April 2014
Supriyatno
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Pemikiran
1
1
3
4
4
4
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Wilayah
Pengelolaan Sampah Dalam Paradigma Pembangunan Berkelanjutan
Tipologi Permukiman
Perumusan Prioritas Jenis Sarana Penanganan Sampah
Sistem Informasi Geografis
7
7
8
10
11
11
3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pendekatan Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Analisis Data
Identifikasi Tipologi Permukiman
Identifikasi Faktor Dominan Pemilihan Jenis Sarana Penanganan Sampah
Perumusan Jenis Sarana Penanganan Sampah Prioritas
12
12
12
12
13
13
15
19
4 GAMBARAN UMUM WILAYAH
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Kependudukan
Pengelolaan Sampah di Kota Tangerang
22
22
23
25
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Tipologi Permukiman
Faktor Dominan Penentuan Jenis Sarana Penanganan Sampah
Perumusan Prioritas Jenis Sarana Penanganan Sampah
30
30
42
44
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
48
48
49
DAFTAR PUSTAKA
50
RIWAYAT HIDUP
67
DAFTAR TABEL
1. Peningkatan volume timbulan sampah dan sampah terangkut
2. Tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output
yang diharapkan untuk masing-masing tujuan penelitian
3. Pembagian lokasi sampling
4. Penilaian kriteria berdasarkan skala perbandingan Saaty
5. Jumlah, kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk Kota
Tangerang tahun 2012
6. Proyeksi jumlah penduduk Kota Tangerang tahun 2013-2033
7. Proporsi dan laju timbulan sampah Kota Tangerang berdasar
sumbernya
8. Karakteristik sampah Kota Tangerang
9. Jumlah sarana kebersihan Kota Tangerang tahun 2008-2012
10. Wilayah pelayanan sampah Kota Tangerang
11. Penanganan sampah Kota Tangerang tahun 2012
12. Biaya operasional pengelolaan persampahan Kota Tangerang
tahun 2009 sampai 2012
13. Pemanfaatan jenis sarana penanganan sampah Kota Tangerang
14. Luasan pemanfaatan lahan TPA Kota Tangerang
15. Kelompok permukiman
16. Ketersediaan lahan
17. Aksesibilitas
18. Tipe permukiman berdasarkan kelompok permukiman,
ketersediaan lahan dan aksesibilitas
19. Pembagian lokasi sampling
20. Sebaran jumlah informan
21. Karakter masyarakat tiap tipe permukiman
22. Tipologi permukiman
23. Hasil AHP
24. Prioritas sarana penanganan sampah masing-masing tipologi
2
13
15
16
24
24
25
25
26
27
27
28
29
30
31
33
35
36
37
37
39
40
42
44
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir penelitian
2. Skema manajemen pengelolaan sampah
3. Pola pengelolaan sampah kota
4. Struktur AHP perencanaan sarana penanganan sampah
5. Bagan Alir Penelitian
6. Peta administrasi Kota Tangerang
7. Pola pelayanan pengangkutan sampah di Kota Tangerang
8. Tampilan citra satelit permukiman kelompok 1
9. Foto contoh permukiman kelompok 1
10. Tampilan citra satelit permukiman kelompok 2
6
8
9
18
22
23
26
31
31
32
11. Foto contoh permukiman kelompok 2
12. Tampilan citra satelit permukiman kelompok 3
13. Foto contoh permukiman kelompok 3
14. Tampilan citra satelit permukiman ketersediaan lahan T1
15. Tampilan citra satelit permukiman ketersediaan lahan T2
16. Tampilan citra satelit permukiman ketersediaan lahan T3
17. Tampilan citra satelit permukiman aksesibilitas memadai
18. Tampilan citra satelit permukiman aksesibilitas tidak memadai
19. Peta sebaran lokasi sampling
20. Peta tipologi permukiman Kota Tangerang
21. Peta prioritas sarana penanganan sampah Kota Tangerang
22. Peta sebaran lokasi potensi 3R Kota Tangerang
32
33
33
34
34
34
35
36
38
43
45
47
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tampilan citra satelit resolusi tinggi Kota Tangerang
Atribut fisik lingkungan pada poligon hasil digitasi on screen
Atribut karakter masyarakat pada poligon hasil digitasi on screen
Atribut tipologi permukiman berdasarkan hasil query
Rekapitulasi hasil analisis AHP 9 informan
Contoh hasil analisis MCDM TOPSIS
53
54
57
61
65
66
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan produksi dan volume sampah berbanding lurus dengan
perkembangan kota dan pertambahan jumlah penduduk. Peningkatan laju timbulan
sampah yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana penanganan
sampah yang memadai, berdampak pada pencemaran lingkungan yang akan selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Masalah yang sering muncul dalam penanganan
sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin
sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya
operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu
mengumpulkan dan membuang 60% dari seluruh produksi sampahnya yang
sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak saniter, boros dan
mencemari (Daniel et al. 1985 dalam Prakasa 2010).
Dengan selalu mengandalkan pola kumpul-angkut-buang, beban pencemaran
akan selalu menumpuk di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Apabila
jumlah sampah tidak dikurangi maka beban TPA suatu saat akan melampaui batas
kapasitasnya dan akan mengakibatkan bencana, seperti longsor di TPA Leuwigajah
Bandung pada 21 Februari 2005 yang menewaskan lebih dari 150 jiwa.
Keterbatasan kapasitas TPA dan kesulitan perluasan lahan, terutama di perkotaan,
menjadikan pengurangan dan pengelolaan sampah di sumber baik pada tingkat
individu maupun komunitas menjadi suatu kebutuhan yang perlu segera dilakukan.
Berdasarkan Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) yang disajikan dalam Peraturan Menteri
PU No.21/PRT/M/2006, disebutkan bahwa untuk mengurangi beban pengelolaan
sampah kota serta efisiensi anggaran dan fasilitas salah satu upaya yang perlu
dilakukan adalah dengan mengurangi sampah sejak dari sumbernya, dengan target
pencapaian pengurangan kuantitas sampah diupayakan bisa mencapai 20 % dari
jumlah timbulan sampah. Untuk itu Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan
sampah menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan
penanganan sampah, yaitu melalui pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang
dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reduce,
Reuse and Recycle (3R).
Upaya pengurangan sampah merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat
sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 18/2008, oleh karenanya peningkatan
peran serta masyarakat menjadi penting untuk mendukung keberhasilan
pencapaian target pengurangan sampah. Dalam rangka mendorong masyarakat
untuk dapat mengelola sampah melalui konsep 3R, PP No. 81/ 2012 menyatakan
bahwa kewajiban dalam memfasilitasi sarana penanganan sampah merupakan
tanggung jawab pengelola kawasan permukiman untuk skala kawasan dan
pemerintah daerah untuk skala kota.
Selama ini di Indonesia sebenarnya upaya pengurangan sampah sudah
berjalan sejak lama, salah satunya dengan keberadaan para pemulung. Aktivitas
mereka secara tidak langsung merupakan suatu upaya pemilahan dan daur ulang
2
sampah secara informal yang belum terorganisir dengan baik dan kurang
manusiawi. Dengan suatu organisasi yang lebih baik, upaya pengurangan,
pemilahan dan daur ulang sampah ini akan dapat turut mengatasi permasalahan
sampah perkotaan.
Pengelolaan sampah secara tepat sangatlah penting bagi kondisi lingkungan,
perekonomian dan keberlanjutan pembangunan bagi masyarakat dimasa depan.
Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan strategi 3R dan mendorong
penerapannya di masyarakat. Pengelolaan sampah berkelanjutan bukan bagaimana
membuang sampah yang dihasilkan, ataupun bagaimana mendaurulangnya, tetapi
yang terbaik adalah dengan memfokuskan bagaimana mengurangi sampah sejak
dari sumbernya dengan pengurangan timbulan sampah secara signifikan dan
diiringi dengan peningkatan efisiensi sumber daya (Phillips et al. 1999).
Pada kebanyakan negara berkembang, memburuknya kondisi pengelolaan
sampah dipengaruhi oleh besarnya tantangan sosial dan lingkungan (Ezeah dan
Roberts 2012). Untuk itu diperlukan suatu perubahan strategi supaya dapat
meningkatkan tingkat keberlanjutan suatu pengelolaan sampah, yaitu dengan
mengupayakan (a) lebih menguntungkan secara ekonomi, (b) dapat memperbaiki
kondisi lingkungan serta (c) dapat lebih diterima secara sosial kemasyarakatan
(Wagner 2011).
Data dari Masterplan Persampahan Kota Tangerang menunjukkan bahwa
pertambahan jumlah penduduk di Kota Tangerang yang meningkat setiap tahunnya
diiringi dengan peningkatan volume timbulan sampah. Peningkatan jumlah
penduduk dari tahun 2009 sampai 2012 sebesar + 875 ribu jiwa mengakibatkan
peningkatan volume timbulan sampah sebesar 861 m3/hari, sehingga bisa
diasumsikan terjadi peningkatan timbulan sampah + 1 m3/hari untuk setiap
pertambahan 1.000 jiwa penduduk. Meskipun demikian ternyata tingkat pelayanan
pengangkutan sampah dari tahun 2009 sampai 2012 hanya berkisar antara 70
sampai 74.1 % (Tabel 1).
Tabel 1 Peningkatan volume timbulan sampah dan sampah terangkut
Tahun
2009
2010
2011
2012
Jumlah
Penduduk (jiwa)
1.137.793
1.175.466
1.865.946
2.013.294
Jumlah Timbulan
Sampah (m3/hari)
3.458
4.027
4.173
4.319
Jumlah Sampah
Terangkut (m3/hari)
2.421
2.931
3.049
3.201
Tingkat
Pelayanan (%)
70,0
72,8
73,1
74,1
Sumber : DKP (2012)
Dengan peningkatan volume timbulan sampah dan sistem yang saat ini
berjalan masih mengandalkan pola kumpul-angkut-buang, TPA sebagai tempat
terakhir penimbunan sampah akan menjadi sangat terbebani. Dari luas lahan TPA
+ 35 ha dan yang sudah terpakai seluas + 20,38 ha, salah satu tantangan berat bagi
pemerintah kota adalah mempertahankan masa layan TPA hingga 20 tahun
mendatang sesuai dengan Masterplan Pengelolaan Persampahan Kota Tangerang
2012. Hal ini dikarenakan upaya perluasan atau pencarian lahan TPA baru akan
terkendala ketersediaan lahan yang memenuhi syarat di perkotaan dan faktor
resistensi masyarakat.
3
Menurut hasil laporan Rencana Pengelolaan Sampah Kota Tangerang Tahun
2006 sampai 2010, yang dilakukan konsultan JABODETABEK Waste
Management Corporation (JWMC), didapatkan bahwa sumber sampah terbesar di
Kota Tangerang berasal dari permukiman sebesar 91,90 % dari jumlah sampah
yang dihasilkan setiap harinya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penyediaan
sarana penanganan sampah di permukiman terutama sarana 3R merupakan salah
satu upaya yang perlu dilakukan untuk dapat mengelola aliran sampah mulai dari
rumah tangga sebagai sumber sampah terbesar.
Berdasarkan data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang
tahun 2012, persentase pemanfaatan sarana penanganan sampah 3R (komposter
dan bank sampah) masih berkisar antara 44 sampai 67 %.
Dengan komposisi sampah organik sebesar 78.99 %, sampah plastik sebesar
9.42 % dan sampah kertas sebesar 5.81 %, maka program 3R potensial untuk
dikembangkan. Apabila setengah saja dari komposisi sampah organik dan sampah
anorganik tersebut bisa dikurangi melalui sarana 3R (komposter dan bank sampah)
serta TPST, timbulan sampah rumah tangga bisa berkurang + 1.866 m3/hari (+
43 % dari jumlah timbulan sampah). Hal ini bisa dicapai dengan menambah
jumlah dan mengoptimalkan pemanfaatan sarana tersebut.
Perumusan Masalah
Peningkatan volume sampah yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk
pada akhirnya akan membebani kota. Pengumpulan dan pengangkutan
membutuhkan biaya operasional bahan bakar truk sampah dan upah tenaga kerja,
sedangkan pembuangan membutuhkan biaya untuk pengadaan lahan penimbunan
sampah dan biaya operasional serta pemeliharaan TPA. Dengan adanya
keterbatasan anggaran pemerintah daerah serta keterbatasan kapasitas TPA
mengakibatkan belum semua sampah bisa terangkut ke TPA Salah satu upaya
yang paling mudah dan efektif dalam menangani sampah adalah dengan
mengurangi sampah sejak dari rumah tangga yang secara umum merupakan
sumber sampah terbesar, terutama di Kota Tangerang.
Salah satu komponen yang mempengaruhi upaya pengurangan sampah
melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah ketersediaan
sarana penanganan sampah yang merupakan aspek teknis pengelolaan sampah.
Indikator keberhasilan pelaksanaan 3R yang lebih penting adalah bagaimana
mendorong perubahan sikap dan pola pikir masyarakat menuju pengelolaan
sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kondisi sarana penanganan
sampah 3R terdistribusi yang belum semuanya beroperasi diakibatkan salah
satunya karena rendahnya partisisi masyarakat. Untuk itulah penting kiranya
dalam perencanaan sarana penanganan sampah juga mempertimbangkan karakter
masyarakat dalam pengelolaan sampah, sehingga dapat disesuaikan jenis sarana
penanganan sampah yang sesuai dan dapat mendukung program pengelolaan
sampah yang berkelanjutan.
Menurut penelitian Saribanon (2007), keberlanjutan pengelolaan sampah
memerlukan sistem yang efektif dalam mengatasi masalah lingkungan,
menghasilkan secara ekonomi dan dapat diterima oleh masyarakat. Sebagian besar
model pengelolaan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah, hanya
4
memperhatikan aspek ekonomi dan lingkungan serta sangat sedikit
mempertimbangkan aspek sosial, sehingga seringkali mengakibatkan
implementasi model tersebut kurang berhasil. Pendekatan tipologi permukiman
dapat dijadikan dasar bagi perumusan sistem pengelolaan sampah permukiman
berbasis masyarakat, sebab dengan mempertimbangkan aspek keberagaman dalam
permukiman di perkotaan, diharapkan penerimaan dan partisipasi masyarakat dapat
lebih optimal.
Dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas, diharapkan
penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.
2.
3.
Bagaimanakah kaitan karakteristik kawasan permukiman dengan sikap atau
persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah di Kota Tangerang?
Apa saja faktor yang mempengaruhi pemilihan sarana penanganan sampah
untuk mendukung pengelolaan sampah yang berkelanjutan?
Bagaimana memilih jenis sarana pengelolaan sampah yang sesuai dengan
tipologi permukiman?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk:
1.
2.
3.
Mengidentifikasi tipologi permukiman di Kota Tangerang dalam pengelolaan
sampah.
Mengidentifikasi faktor dominan yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis
sarana penanganan sampah.
Merumuskan prioritas jenis sarana penanganan sampah berbasis masyarakat
berdasarkan tipologi permukiman.
Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota
Tangerang, dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dalam menyusun
strategi perencanaan penyediaan sarana penanganan sampah untuk mendukung
program 3R di kawasan permukiman sehingga dapat terwujud program
pengelolaan sampah berkelanjutan. Disamping itu diharapkan penelitian ini dapat
menjadi bahan referensi untuk penelitian lanjutan mengenai pengelolaan sampah
yang berkelanjutan berbasis masyarakat secara lebih menyeluruh dari sumber
sampah sampai TPA, dan diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan
perencanaan wilayah terutama di bidang persampahan/ lingkungan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji salah satu bagian dari keseluruhan sistem
pengelolaan sampah, yaitu penanganan sampah di sumber yang merupakan bagian
awal dari sistem tersebut. Untuk mendapatkan unsur homogenitas masyarakat,
penelitian ini hanya mengkaji permukiman teratur, meskipun bukan berarti
5
penelitian ini mengesampingkan pengelolaan sampah di permukiman tidak teratur.
Kondisi pengelolaan sampah di pemukiman yang tidak teratur cenderung lebih
berpotensi mengakibatkan permasalahan lingkungan, yang salah satunya
diakibatkan ketidakpedulian mereka terhadap sampah karena ada pressure/
tekanan hidup yang lebih besar. Oleh karena itu penelitian ini masih perlu
penelitian lanjutan untuk bisa mewakili gambaran penanganan sampah kota secara
keseluruhan.
Jenis sarana penanganan sampah yang menjadi obyek studi adalah sarana
3R skala individu (komposter dan bank sampah), TPST (Tempat Pengelolaan
Sampah Terpadu), dan kontainer sampah yang ditempatkan di permukiman,
karena sarana itulah yang selama ini telah disediakan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan. Komposter merupakan suatu sarana dalam bentuk tong plastik
volume 200 liter yang digunakan untuk menangani sampah organik untuk
dijadikan sebagai kompos. Bank sampah merupakan suatu metode pengumpulan
sampah anorganik (plastik, kertas, logam) untuk dijual kembali sebagai barang
bekas, yang terdiri dari perlengkapan berupa kotak terpilah berukuran + 2 m3 yang
dilengkapi dengan timbangan, buku catatan penerima dan penyetor sampah
anorganik. TPST merupakan suatu tempat pengelolaan sampah organik dan
anorganik terpadu skala kawasan dengan luas minimal 200 m2. Kontainer sampah
merupakan sarana penampungan dan pengumpulan sampah mobile berupa bak
yang menjadi bagian dari truk sampah (arm roll truck).
Kerangka Pemikiran
Selama paradigma pengelolaan sampah masih mengacu pada pola kumpulangkut-buang, maka TPA sebagai muara terakhir akan menjadi faktor pembatas
terhadap keberlanjutan pengelolaan sampah. Ketersediaan lahan yang sesuai
syarat dan tidak menghadapi resistensi masyarakat untuk perluasan maupun
alternatif lokasi baru TPA di suatu perkotaan telah menjadi masalah bagi hampir
seluruh pemerintah daerah, terutama daerah perkotaan. Dengan sumber sampah
terbesar berasal dari rumah tangga, karakter masyarakat sebagai penghasil sampah
perlu diidentifikasi untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan sampah dalam
upaya mengurangi sampah yang harus ditimbun di TPA, sehingga masa layan
TPA sebagai muara terakhir pembuangan sampah dapat diperpanjang.
Menurut Saribanon (2007), karakteristik tertentu dari setiap kawasan
permukiman dapat memberikan implikasi pada pola hubungan dan partisipasi
dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat, baik dalam sistem yang sedang
berjalan maupun potensi partisipasinya. Faktor lingkungan fisik tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas kemasyarakatan dan interaksi sosial, sebab merupakan
manifestasi dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, identifikasi karakter
masyarakat dalam pengelolaan sampah berdasarkan tipologi permukiman dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengintegrasikan antara karakteristik fisik suatu
permukiman dengan sikap dan perilaku masyarakat dalam menangani sampah
mereka, sehingga dapat ditentukan jenis sarana penanganan sampah yang sesuai
supaya dapat diterima secara sosial (social acceptability).
Untuk menentukan jenis sarana penanganan sampah yang sesuai dengan
masing-masing tipologi perlu diidentifikasi faktor-faktor yang paling
6
mempengaruhi keberhasilan pengelolaan sampah yang berkelanjutan berdasarkan
pertimbangan aspek ekologi/ lingkungan, ekonomi, sosial dan kelembagaan.
Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut dapat diketahui dengan menggali
persepsi dan penilaian stakeholders yang terkait dengan pengelolaan sampah,
antara lain dari unsur dinas sebagai operator kebersihan, kader lingkungan dan
akademisi. Penentuan prioritas sarana penanganan sampah berdasarkan faktorfaktor yang berpengaruh tersebut merupakan hal yang penting untuk dapat
merumuskan jenis sarana yang paling sesuai dengan tipologi permukiman.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
7
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Wilayah
Menurut Djakapermana (2010), dalam pembahasan mengenai proses
pengembangan wilayah terlebih dahulu harus dipahami mengenai konsep wilayah.
Konsep wilayah dalam proses penataan ruang harus meliputi konsep ruang
sebagai ruang wilayah ekonomi, ruang wilayah sosial budaya, ruang wilayah
ekologi, dan ruang wilayah politik. Wilayah didefinisikan oleh Rustiadi et al.
(2011) sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu, yang tidak
selalu bersifat fisik dan pasti tetapi sering kali bersifat dinamis, dimana di antara
komponen-komponen wilayah yang mencakup komponen biofisik alam,
sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan
saling berinteraksi satu sama lain secara fungsional.
Pada dasarnya wilayah menurut Isard (1975) dalam Rustiadi et al. (2011)
dianggap bukan sekedar areal dengan batas-batas tertentu, namun suatu area yang
memiliki arti (meaningful) karena adanya masalah-masalah yang ada di dalamnya
sedemikian rupa, khususnya karena menyangkut permasalahan sosial-ekonomi.
Untuk itu dalam penelitian ini tidak menggunakan pendekatan berdasarkan
batasan wilayah administrasi, karena permasalahan sampah merupakan
permasalahan sosial masyarakat yang harus diatasi secara komprehensif dan
menyeluruh tidak bisa secara parsial.
Dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah, konsep pengelolaan
sampah terpadu sebagai salah satu infrastruktur wilayah seharusnya dibuat
bersamaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/ Kota
karena masing-masing saling mendukung dan mempengaruhi rencana
pengembangan, pengelolaan dan rencana tindak pembangunan (Kodoatie 2005
dalam Riyanto 2008). Dengan mengintegrasikan pengelolaan sampah terpadu
dalam RTRW diharapkan adanya kepastian atau jaminan hukum dalam
penerapannya sehingga dapat didukung oleh seluruh stakeholder.
Perencanaan pembangunan suatu wilayah perlu mempertimbangkan
pengintegrasian aspek sosial dan lingkungan pada suatu wilayah sehingga dapat
dicapai kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Dahuri dan Nugroho
2004). Dengan kondisi peningkatan volume sampah dipengaruhi oleh
pertumbuhan penduduk, maka aspek pertumbuhan yang menjadi salah satu tujuan
pengembangan wilayah perlu diimbangi dengan aspek keberlanjutan (Anwar
2005) sehingga dapat dicapai pembangunan yang berimbang yaitu dengan
terpenuhinya potensi-potensi pembangunan sesuai dengan kapasitas setiap
wilayah (Rustiadi et al. 2011). Keberlanjutan dalam pengelolaan sampah selain
ditekankan pada sudut pandang ekologi dan sosial ekonomi yang berbasis pada
kehidupan manusia (Lele 1991) juga perlu memperhatikan indikator partisipasi
masyarakat yang terkait dengan struktur kelembagaan suatu wilayah, sehingga
dapat menjamin kesinambungan pelaksanaan suatu program di wilayah tersebut
(Riyadi 2002).
8
Pengelolaan Sampah Dalam Paradigma Pembangunan Berkelanjutan
Menurut SNI 19-2454-2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari
zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Sistem pengelolaan sampah, sebagaimana nampak pada
Gambar 2, merupakan proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 aspek/
komponen yang saling mendukung dan saling berinteraksi antara satu dengan
yang lainnya (BSN 2002). Kelima aspek tersebut antara lain:
Aspek Institusi, meliputi bentuk institusi pengelola sampah, struktur organisasi,
tata laksana kerja, jumlah personil baik ditingkat staf maupun operasional,
pendidikan formal maupun training yang pernah diikuti di dalam dan luar
negeri,
Aspek Teknik Operasional, meliputi daerah pelayanan, tingkat pelayanan,
sumber sampah, komposisi dan karakteristik sampah, pola operasi penanganan
sampah dari sumber sampai TPA serta sarana/ prasarana persampahan yang
ada,
Aspek Pembiayaan, meliputi biaya investasi dan biaya operasi / pemeliharaan
(3 tahun terakhir), tarif retribusi, realisasi penerimaan retribusi termasuk iuran
masyarakat untuk pengumpulan sampah (3 tahun terakhir) dan mekanisme
penarikan retribusi,
Aspek Peraturan, meliputi jenis perda yang ada, kelengkapan materi,
penerapan sangsi,
Aspek Peran Serta Masyarakat, meliputi program penyuluhan yang telah
dilakukan oleh pemerintah kota / kabupaten,
Institusi
Peran serta
masyarakat
Teknik
Operasional
Sampah
Peraturan
Pembiayaan
Sumber : SNI 19-2454-2002
Gambar 2 Skema manajemen pengelolaan sampah
9
Menurut Pedoman 3R yang dikeluarkan oleh Departemen PU (2006),
pengelolaan sampah kota mulai dari sumber sampah sampai pemrosesan akhir
dapat dibagi dalam 3 kelompok utama seperti terlihat dalam Gambar 3, yaitu :
Penanganan sampah di tingkat sumber
Merupakan kegiatan penanganan secara individual yang dilakukan sendiri oleh
penghasil sampah dalam area dimana penghasil sampah tersebut berada.
Penanganan sampah di tingkat kawasan
Merupakan kegiatan penanganan secara komunal untuk melayani sebagian atau
keseluruhan sumber sampah yang ada dalam area dimana pengelola kawasan
berada
Penanganan sampah di tingkat kota
Merupakan penanganan sampah yang dilakukan oleh pengelola kebersihan
kota, baik dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, atau dilaksanakan oleh
institusi lain yang ditunjuk untuk itu, yang bertugas untuk melayani sebagian
atau seluruh wilayah yang ada dalam kota yang menjadi tanggung jawabnya.
Sumber Sampah
(R1, R2)
Timbulan Sampah
Pemilahan
Pewadahan
(R2, R3)
Pengumpulan
(R1)
Pemindahan,
Pengangkutan
Pengolahan
(R2, R3)
(R3)
Pembuangan
Akhir
(R2, R3)
Sumber : DPU (2006)
Gambar 3 Pola pengelolaan sampah kota
Berkaitan dengan proses pengelolaan sampah di atas, yang menjadi fokus
penelitian ini adalah tahapan pewadahan dan pengumpulan pada kelompok
penanganan sampah di tingkat sumber dan kawasan. Penanganan sampah di
tingkat sumber dan kawasan sangat dianjurkan dengan 3R, yang diawali dengan
pemilahan sampah berdasarkan jenisnya.
10
Minimasi sampah (R1) dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu
dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai kebutuhan,
memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dan sebagainya. Untuk
pemanfaatan sampah (R2) dilakukan dengan menggunakan kembali botol
minuman atau kemasan lainnya sesuai fungsinya. Tahapan pendaurulangan (R3),
salah satunya diterapkan melalui pengomposan sampah, diharapkan diterapkan di
sumber (rumah tangga, kantor, sekolah, dll). Bila lahan memungkinkan,
pengomposan dapat dilakukan dengan penimbunan sampah, dan pengelolaan
sampah di tingkat sumber dapat ditingkatkan dengan gabungan pengelolaan yang
bersifat individual maupun komunal.
UU No. 32 Tahun 2009 merumuskan bahwa pembangunan berkelanjutan
sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup,
sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan. Di samping tiga aspek tersebut,
Spangenberg (1999) dalam Rustiadi et al. (2011) menambahkan dimensi
kelembagaan (institution) sebagai dimensi keempat keberlanjutan, sehingga
membentuk suatu prima keberlanjutan (prism of sustainability).
Menurut Morrissey dan Browne (2004) untuk membuat suatu model
pengelolaan sampah dapat berkelanjutan, harus mempertimbangkan aspek-aspek
lingkungan, ekonomi dan sosial, tetapi dalam penelitian mereka belum ditemukan
model yang mempertimbangkan tiga aspek tersebut bersama-sama. Dan
sepengetahuan penulis dari beberapa literatur yang ditemui, belum ada yang
mengembangkan
model
pendekatan
pengelolaan
sampah
yang
mempertimbangkan keempat aspek prisma keberlanjutan secara bersama-sama.
Tipologi Permukiman
Fenomena dan fakta yang menunjukkan bahwa permukiman sebagai
penghasil sampah terbesar, baik di Kota Tangerang maupun kota-kota besar
lainnya, menjadikan faktor partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
sejak dari rumah tangganya sebagai suatu keharusan dalam mengurangi sampah
yang harus dibuang ke TPA. Untuk itu, kajian karakteristik masyarakat dan
kondisi fisik lingkungan dalam setiap tipe permukiman menjadi penting dalam
penentuan pola partisipasi yang sesuai sehingga dapat diterima secara sosial
(Saribanon 2007).
Keragaman persepsi dan perilaku masyarakat perkotaan dalam pengelolaan
sampah permukiman memerlukan implementasi pola partisipasi yang berbeda,
sehingga melalui pendekatan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat
diharapkan program pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat dapat
lebih berhasil (Chu et al. 2004 dalam Saribanon 2007). Untuk mengatasi faktor
keragaman tersebut dapat dilakukan dengan mekanisme pengelompokan
masyarakat melalui pendekatan tipologi permukiman. Terbentuknya tipologi
permukiman ditengarai dipengaruhi oleh aspek-aspek yang berkaitan dengan pola
partisipasi dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yaitu luas bangunan,
keteraturan kawasan dan kepadatan ruang, infrastruktur pengelolaan sampah dan
aspek partisipasi dalam pengelolaan sampah.
11
Perumusan Prioritas Jenis Sarana Penanganan Sampah
Dalam perumusan jenis sarana penanganan sampah yang diprioritaskan,
digunakan gabungan alat analisis Proses Analisis Berhirarki (Analytical Hierarchy
Process/ AHP) dan Multi Criteria Decision Making (MCDM). AHP adalah suatu
proses analisis yang berhirarki melalui penyusunan prioritas dalam pengambilan
keputusan yang mempunyai multi kriteria, dengan mempertimbangkan aspek
kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan keputusan terbaik. Input utama
dalam suatu hirarki AHP adalah persepsi stakeholders dengan pembobotan
berdasarkan skala perbandingan (Saaty dan Sodenkamp 2008). MCDM
merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai alternatif
berdasarkan banyak kriteria yang tidak dapat dievaluasi dengan pendugaan
sederhana atau dengan satu dimensi (Vreeker dalam Postorino dan Pratico, 2012).
Penggunaan AHP dan MCDM dalam pengelolaan sampah sebelumnya
sudah pernah dilakukan oleh para peneliti, antara lain Contreras et al. (2008)
dalam Abeliotis et al. (2009) yang menggunakan AHP untuk menganalisis
preferensi stakeholders dalam pengelolaan sampah di Boston, Karagiannidis dan
Moussiopoulos (1997) dalam Abeliotis et al. (2009) yang menggunakan salah
satu metode MCDM untuk melakuan pendekatan terhadap pengelolaan sampah
terpadu di Athena, Yunani, dan Saribanon (2007) yang menggunakan pendekatan
MCDM teknik AHP untuk melakukan penilaian dan pembobotan pada pembuatan
peta tematik untuk penyusunan tipologi permukiman perkotaan di DKI Jakarta.
Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sejenis perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, dan menampilkan
keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya (Hakim 1995 dalam Zainul
Arham 2011). Menurut Barus dan Wiradisastra (2000), SIG adalah suatu sistem
informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau
berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis
data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi
keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan
Wiradisastra 2000).
Pemakaian SIG sebagai alat bantu dalam pengelolaan sampah telah banyak
dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain Arham (2011) yang menggunakan
SIG dalam merancang sistem informasi spasial berbasis web penyebaran tempat
pembuangan sementara (TPS) sampah di Kota Tangerang, Ahmed (2006) yang
menggunakan SIG dalam perencanaan pengelolaan sampah untuk menentukan
lokasi tempat sampah yang tepat berdasarkan jarak ideal dengan masyarakat yang
akan memanfaatkannya di Kota Aurangabad, India, dan Ghoze et al. (2006) yang
menggunakan model transportasi berbasis SIG untuk menentukan rute optimal
dari pengangkutan sampah di Kota Asansol, India.
12
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Tangerang, Provinsi Banten yang
berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta dan terletak pada koordinat
106’36 – 106’42 Bujur Timur (BT) dan 6’6 - 6 Lintang Selatan (LS), dengan luas
wilayah 183.78 km2 (termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19.69 km2).
Pemilihan kelompok permukiman tidak berdasarkan batasan wilayah administratif
tetapi melalui pertimbangan keseragaman kondisi fisik lingkungan dari
permukiman tersebut dan menyebar pada seluruh wilayah kota, tetapi pada
penelitian ini dibatasi hanya untuk permukiman yang teratur. Tampilan visualisasi
permukiman melalui citra satelit resolusi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai Oktober 2013.
Pendekatan Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dan data sekunder di peroleh dari instansiinstansi terkait.
a. Data primer
Data primer yang digunakan adalah citra satelit resolusi tinggi, hasil
pengamatan langsung di lapangan dan hasil wawancara dan pengisian kuesioner
oleh stakeholders dan perwakilan masyarakat (informan) di wilayah studi.
Penentuan masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan purposive sampling, yaitu diutamakan ketua RW dan atau kader
lingkungan, dengan pertimbangan lebih mengetahui kondisi pengelolaan sampah
dan karakter sebagian besar masyarakat di lingkungannya masing-masing.
Lokasi sampling penyebaran kuesioner, wawancara dan pengamatan lapangan
menggunakan metode Stratified Random Sampling dengan pertimbangan aspek
keterwakilan wilayah. Penentuan jumlah informan pada masing-masing lokasi
sampling menggunakan pendekatan proposionalitas.
b. Data sekunder
Data sekunder berupa peta administrasi, peta RTRW, data persampahan, dan
jumlah penduduk yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas
Tata Kota, Kantor Penelitian dan Pengembangan Statistik Kota Tangerang serta
data-data lain yang terkait dengan penelitian pada instansi terkait.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Alat analisis dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel, add-ins
Sanna dan software SIG. Tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan
output yang diharapkan disajikan pada Tabel 2.
13
Tabel 2 Tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang
diharapkan untuk masing-masing tujuan penelitian
No
Tujuan
1.
Mengidentifikasi
tipologi
permukiman di
Kota Tangerang
dalam
pengelolaan
sampah.
- Citra satelit
resolusi tinggi - Wawancara
- Kuesioner
- Data lapangan
2
Mengidentifikasi
faktor dominan
yang
berpengaruh
terhadap
pemilihan jenis
sarana
penanganan
sampah.
- Kuesioner
- Pedoman
umum 3R
Merumuskan
sebaran prioritas
jenis sarana
penanganan
sampah berbasis
masyarakat
berdasarkan
tipologi
permukiman.
- Kuesioner
- Pedoman
umum 3R
3
Jenis Data
Teknik Analisis
Data
Google Earth - Analisis spasial
(interpretasi
Informan
visual)
masyarakat
- Analisis
deskriptif (hasil
wawancara,
kuesioner dan
data lapangan)
Informan,
Analytical
stakeholders/ Hierachy Process
expert
(AHP
Departemen
Pekerjaan
Umum
Sumber Data
-
-
- Informan,
stakeholders/
expert
- Departemen
Pekerjaan
Umum
Multi-Criteria
Decision-Making
(MCDM) metode
TOPSIS
Output Yang
Diharapkan
Tipologi
Permukiman
Faktor
dominan
dalam
penentuan
jenis sarana
penanganan
sampah
prioritas
Peta prioritas
jenis sarana
penanganan
sampah
berbasis
masyarakat
Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1)
Analisis spasial dengan metode interpretasi visual citra satelit resolusi tinggi dan
(2) Analisis deskriptif untuk menentukan tipologi permukiman berdasarkan
karakteristik fisik lingkungan permukiman dan karakter masyarakatnya, (3)
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengidentifikasi faktor dominan
dalam penentuan sarana penanganan sampah yang diprioritaskan; dan; (4) Multi
Criteria Decision Making (MCDM) metode Technique for Order Performance by
Similiarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk merumuskan jenis sarana
penanganan sampah yang diprioritaskan pada masing-masing tipologi
permukiman.
Identifikasi Tipologi Permukiman
Untuk mengidentifikasi tipologi permukiman digunakan gabungan antara
analisis spatial untuk mengetahui karakteristik fisik suatu permukiman dan
14
analisis deskriptif untuk mengetahui karakter masyarakatnya dalam pengelolaan
sampah. Pada tahap awal identifikasi tipologi permukiman ini, terlebih dahulu
disusun faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik fisik suatu permukiman
yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan klasifikasi tipe permukiman. Tahap
selanjutnya adalah memasukkan gambaran karakter masyarakat hasil kuesioner
dan wawancara ke dalam atribut poligon masing-masing tipe permukiman.
Analisis spasial
Pada penelitian kali ini, analisis spasial dalam proses identifikasi tipologi
permukiman dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi visual citra
satelit resolusi tinggi melalui software SIG untuk mengklasifikasikan
permukiman yang ada di Kota Tangerang. Faktor-faktor yang dijadikan dasar
klasifikasi antara lain keteraturan kawasan, kepadatan ruang, luas bangunan
(Saribanon 2007), ketersediaan lahan kosong atau lahan terbuka, dan
aksesibilitasnya. Dengan pertimbangan pendekatan homogenitas masyarakat,
ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada permukiman teratur.
Melalui intepretasi visual dilakukan digitasi on screen menggunakan
software SIG untuk mengklasifikasikan permukiman dalam bentuk poligonpoligon berdasarkan ciri-ciri visualnya, yaitu sebagai berikut :
- faktor kepadatan ruang serta luas bangunan digunakan untuk membedakan
kelompok permukiman,
- faktor ketersediaan lahan dibedakan sebagai tersedia atau tidak tersedia dan
- faktor aksesibilitas dibedakan berdasarkan jarak permukiman terhadap jalan
arteri dan/ atau jalan kolektor sebagai memadai (< 500 m) atau tidak memadai
(> 500 m))
Ciri-ciri visual dari permukiman tersebut dijadikan sebagai atribut dari
masing-masing poligon hasil digitasi. Melalui tools query pada software SIG
didapatkan kombinasi atribut poligon yang mencerminkan pengklasifikasian
permukiman berdasarkan kelompok permukiman, ketersediaan lahan dan
aksesibilitas sehingga didapatkan beberapa tipe permukiman yang spesifik. Hasil
klasifikasi tersebut digunakan sebagai lokasi sampling untuk survei lapangan,
penyebaran kuesioner dan wawancara langsung.
Analisis deskriptif
Untuk mendapatkan gambaran karakter masyarakat dalam penanganan
sampah, dilakukan analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan melalui penyebaran
kuesioner dan wawancara langsung kepada warga pada masing-masing tipe
permukiman yang menjadi lokasi sampling sekaligus survei lapangan untuk
memvalidasi hasil interpretasi visual. Materi pertanyaan dalam kuesioner dan
wawancara berkaitan dengan sikap, persepsi dan pendapat masyarakat dalam hal
pengelolaan sampah, terutama yang berhubungan dengan kriteria pengelolaan
sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
Pemilihan lokasi sampling menggunakan metode Stratified Random
Sampling, yaitu memilih poligon yang mewakili permukiman secara acak dari
masing-masing tipe permukiman hasil klasifikasi dari analisis spasial sebelumnya.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan memperhatikan sebaran tipe permukiman
tersebut berdasarkan wilayah pelayanan sampah Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP), yaitu wilayah barat, tengah dan timur Kota Tangerang.
15
Subyek dalam populasi pada penelitian ini menggunakan metode informan,
yaitu dengan memilih individu yang mempunyai informasi mengenai pihak lain
pada lingkungannya
berkaitan
dengan pengelolaan sampah
berbasis
masyarakat dan dipilih secara secara sengaja (purposive). Penentuan jumlah
informa