Pengaruh Kombinasi Media Tanam Dengan Fertigasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kepel (Stelechocarpus Burahol (Bl.) Hook. F. & Th.

PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM DENGAN
FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KEPEL
(Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.)

BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN
A24080126

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN

BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN. Pengaruh Kombinasi Media
Tanam dengan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Bibit
Tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.) (Dibimbing
oleh SANDRA ARIFIN AZIZ)
Kepel (Stelechocarpus burahol) dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional
dan kosmetik alami. Kepel sebagai kosmetik alami digunakan untuk deodoran

alami oleh putri keraton Jawa. Banyak penelitian S. burahol mengenai
fitofarmakologi, tetapi penelitian mengenai budidaya belum dilakukan. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 hingga April 2012 di Gunung Batu, Bogor.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi komposisi
media tanam dengan fertigasi pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman S.
burahol.
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan
sembilan perlakuan yaitu kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik
yang digunakan. Perlakuan yang digunakan yaitu kombinasi media tanam tanah
latosol Darmaga dengan fertigasi kotoran ayam; kombinasi media tanam
campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi (1:1) v/v dengan fertigasi
kotoran sapi; kombinasi media tanam campuran tanah latosol Darmaga + arang
sekam padi (1:1) v/v dengan fertigasi kotoran ayam; kombinasi media tanam
campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi (1:1) v/v dengan fertigasi
kotoran

kambing;

kombinasi


media

tanam

campuran

tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran kambing (1:1:1) v/v dengan
fertigasi

kotoran

sapi;

kombinasi

media

tanam

campuran


tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran kambing (1:1:1) v/v
dengan

fertigasi

kotoran

ayam;

kombinasi

media

tanam

campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam (1:1:1) v/v
dengan

fertigasi


kotoran

sapi;

kombinasi

media

tanam

campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam (1:1:1) v/v
dengan

fertigasi

kotoran

ayam;


kombinasi

media

tanam

campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam (1:1:1) v/v

dengan fertigasi kotoran kambing. Konsentrasi yang digunakan untuk fertigasi
yaitu 4 kg pupuk organik dilarutkan dalam 20 l air dan diaplikasikan setiap dua
minggu.
Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

kombinasi


media

tanam

campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam + kotoran ayam (1:1:1) v/v
dengan fertigasi kotoran ayam menghasilkan penampilan tanaman lebih
baik dibandingkan perlakuan lain dengan nilai skoring tertinggi untuk bibit.
Analisis

kualitatif

fitokimia

menunjukkan

daun

S.


burahol

positif mengandung steroid, triterpenoid, saponin, flavonoid, tanin, dan alkaloid
dalam jumlah yang sama.

PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM DENGAN
FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KEPEL
(Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN
A24080126

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Judul

: PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM
DENGAN FERTIGASI PUPUK ORGANIK
TERHADAP
PERTUMBUHAN
BIBIT
TANAMAN KEPEL (Stelechocarpus burahol (BL.)
Hook. F. & TH.)

Nama

: BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN

NIM

: A24080126


Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S.
NIP. 19591026 198503 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pamekasan, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 23
Maret 1991. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bambang Suhandri,
S.P. dan Yuniati, S.Pd., M.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi Galis Pamekasan pada
tahun 1996, kemudian tahun 2002 penulis lulus dari SDN Ponteh II Pamekasan,
kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Galis
Pamekasan. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pamekasan pada tahun
2008. Tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian IPB melalui jalur USMI.
Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) pada periode 2008-2009 dan 20092010, menjadi pengurus UKM Pramuka IPB pada periode 2009-2010, menjabat
Ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Madura (GASISMA) pada tahun 2010-2011.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Tanaman Perkebunan
tahun ajaran 2011/2012.

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian Pengaruh Kombinasi
Media Tanam dengan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Bibit
Tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.), dijadikan
sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan Program Strata 1 (S1).
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S.

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, bimbingan, dan
pengarahan selama kegiatan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih, penulis
sampaikan kepada dosen penguji, yaitu Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S. dan Dr. Ani
Kurniawati, S.P., M.Si. atas saran dan masukan yang membangun untuk
perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Mohamad. Syukur, S.P., M.Si selaku pembimbing akademik selama berkuliah di
IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman (INDIGENOUS
45, GASISMA) dan semua pihak yang memberikan bantuan dalam penelitian ini.
Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril
maupun materil, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Penulis berharap kegiatan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua
kalangan dan berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, 5 juni 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

x

PENDAHULUAN .........................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan Percobaan ...............................................................................
Hipotesis .............................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

3

Kepel ..................................................................................................
Media Tanam ......................................................................................
Pupuk Organik....................................................................................

3
4
5

BAHAN DAN METODE ..............................................................................

7

Tempat dan Waktu .............................................................................
Bahan dan Alat ...................................................................................
Metode Percobaan ..............................................................................
Pelaksaaana Percobaan .......................................................................

7
7
7
8

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

12

Hasil ...................................................................................................
Pembahasan ........................................................................................

12
28

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

31

Kesimpulan.........................................................................................
Saran ...................................................................................................

31
31

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

32

LAMPIRAN ...................................................................................................

35

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kepel di Pembibitan ..........

11

2. Hasil Analisis Hara Media dan Pupuk ......................................................

14

3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman ....................................

15

4. Tinggi Tanaman .......................................................................................

16

5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Diameter Batang .......................................

17

6. Diameter Batang .......................................................................................

18

7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang ..........................................

19

8. Jumlah cabang ..........................................................................................

20

9. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun..............................................

21

10. Jumlah Daun ..........................................................................................

22

11. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Luas Daun per Tanaman ......................

23

12. Luas Daun Per Tanaman .........................................................................

23

13. Matriks Korelasi antar Parameter.............................................................

24

14. Hasil Analisis Hara Daun pada Akhir Penelitian .....................................

24

15. Serapan Hara yang terdapat pada Daun ...................................................

26

16. Hasil Skoring Bibit Tanaman Kepel ........................................................

27

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Larva G. agamemnon ...................................................................................

12

2. Ulat Penggulung Daun .................................................................................

12

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Data Iklim .................................................................................................

36

2. Kapasitas Lapang Komposisi Media .........................................................

36

3. Hasil Analisis Tanah .................................................................................

37

4. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah .......................................................

38

5. Keragaan Tanaman Kepel di Akhir Pengamatan ......................................

39

6. Hasil Uji Fitokimia Kandungan Bahan Aktif Daun Kepel........................

41

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut dapat memberikan kontribusi
positif pada aspek kehidupan, salah satunya adalah potensi tanaman obat (herbal)
untuk kesehatan manusia. Menurut Kusuma (2005) dari 960 jenis tumbuhan yang
berkhasiat obat, 283 jenis merupakan tumbuhan penting bagi industri obat
tradisional. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat adalah kepel
(Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.).
Tanaman kepel banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman ini
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu
(HHBK) yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetika (Kusmiyati et al.,
2005). Buah kepel biasanya digunakan secara tradisional sebagai pencegah bau
badan oleh para putri keraton pada zaman dahulu. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Warningsih (1995) buah kepel mengandung senyawa alkaloid dan
polifenol serta memiliki fungsi sebagai antiimplantasi. Menurut Sunarni et al.
(2007) daun tanaman kepel juga mengandung senyawa flavonoid sebagai
antioksidan penangkap radikal bebas. Hidayat et al. (2011) menambahkan ekstrak
dari daun kepel mengandung senyawa flavonoid meliputi auron, flavanon dan
flavanol yang dapat digunakan untuk antibakteri. Sunardi et al. (2003)
menyatakan kulit dari tanaman kepel memiliki aktivitas antiagregasi platelet.
Di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta tumbuhan kepel ini banyak
ditemukan hanya di sekitar lingkungan keraton. Hal ini disebabkan oleh adanya
kepercayaan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta yang menyatakan
tumbuhan ini hanya boleh ditanam di sekitar keraton. Di Jawa Barat tumbuhan ini
jarang ditanam karena daging buahnya hanya sedikit sehingga dianggap kurang
menguntungkan dan tidak menarik untuk dibudidayakan. Oleh karenanya, lambat
laun pohon kepel menjadi langka seperti sekarang ini (Alamendah, 2010).
Penelitian ke arah budidaya pada tanaman kepel masih belum dilakukan.
Saat ini penelitian lebih banyak di bidang farmakologinya saja, sehingga perlu
adanya penelitian di bidang teknik budidaya yang dimulai dengan pembibitan.

2

Peranan media tanam menentukan kualitas tanaman. Dengan media
perakaran yang baik, dapat diwujudkan bibit tanaman yang juga baik. Purwanto
(2006) menambahkan media tanam yang baik yaitu media yang mampu mengikat
serta menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang
baik, tidak menjadi sumber penyakit, dan cukup porous sehingga dapat
menunjang pertumbuhan tanaman. Selain media, kualitas tanaman juga
dipengaruhi oleh ketersediaan hara. Ketersediaan hara pada media dapat diperoleh
dengan pemupukan. Hardjowigeno (2010), menyatakan pemberian pupuk
kandang sebagai pupuk organik memiliki keistimewaan

dapat memperbaiki

kesuburan tanah dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti porositas tanah,
stuktur tanah, dan daya menahan air.
Pemilihan bibit tanaman kepel penting diperhatikan diawal pembudidayaan.
Untuk mendapatkan tanaman kepel yang baik, perlu penanganan yang baik dari
awal pertanaman. Pertumbuhan bibit yang baik, diharapkan menghasilkan
tanaman dengan pertumbuhan yang lebih baik ketika ditanam di lapangan dan bisa
dimanfaatkan dengan optimal dalam penggunaannya.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi media
tanam dengan fertigasi pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit tanaman kepel
(Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.).

Hipotesis
Terdapat perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik
yang terbaik mempengaruhi pertumbuhan bibit tanaman kepel (Stelechocarpus
burahol (BL.) Hook. F. & TH.).

TINJAUAN PUSTAKA

Kepel
Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.) merupakan tumbuhan
pohon dengan tinggi sampai 21 m dan diameter batang sampai 40 cm. Tumbuhan
ini banyak ditemukan di Pulau Jawa, terutama di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah,
dan Jawa Barat. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta tumbuhan ini ditanam di sekitar
keraton, sedangkan di Jawa Barat tumbuhan ini tumbuh secara liar (Heyne, 1987).
Menurut Balitbangkes (1994), pohon kepel (Stelechocarpus burahol) dikenal
juga sebagai kepel (jawa), dan burahol (sunda). Dalam bahasa Inggris tumbuhan
langka ini dikenal sebagai Keppel Apple. Dalam klasisfikasi (ilmiah) dikemukakan
sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyte

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Magnoliales

Suku

: Annonaceae

Marga

: Stelechocarpus

Jenis

: Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.

Daun kepel berupa daun tunggal berbentuk lonjong dengan panjang 8-20 cm
dan lebar 4-6 cm, ujung dan pangkal meruncing, halus, pertulangan bawah
menonjol, mengkilat, dan berwarna hijau. Bunga tanaman kepel berupa bunga
majemuk, bentuk tandan, tersebar di batang dan cabang, tangkai silindris, panjang +
4 cm, benang sari dan putik halus, mahkota lonjong, kuning. Buah kepel seperti
buni, bulat, kulit kasar, diameter + 5 cm, coklat dan biji bentuk ginjal, halus, hitam
mengkilat.
Tanaman kepel banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman ini
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu
(HHBK) yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetika (Kusmiyati et al.,
2005). Buah kepel biasanya digunakan secara tradisional sebagai pencegah bau
badan oleh para putri keraton pada zaman dahulu. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Warningsih (1995) buah kepel mengandung senyawa alkaloid dan

4
polifenol serta memiliki fungsi sebagai antiimplantasi. Menurut Sunarni et al. (2007)
daun tanaman kepel juga mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan
penangkap radikal bebas. Hidayat et al. (2011) menambahkan ekstrak dari daun
kepel mengandung senyawa flavonoid meliputi auron, flavanon dan flavanol yang
dapat digunakan untuk antibakteri. Sunardi et al. (2003) menambahkan kulit dari
tanaman kepel memiliki aktivitas antiagregasi platelet.

Media Tanam
Media tanam berfungsi sebagai tempat melekatnya akar, penyedia air dan
unsur hara, penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta
kehidupan dan aktifitas mikroba tanah (Mardani, 2005). Purwanto (2006)
menambahkan ada 5 persyaratan media tanam yang baik yaitu mampu mengikat
serta menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik,
tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous (memiliki banyak rongga) sehingga
mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi (pernapasan),
dan tahan lama.

Tanah Latosol
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan keras yang melapuk atau dari bahan
yang lebih lunak seperti abu vulkan atau bahan endapan baru. Latosol mempunyai
kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam
dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm),
kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan
horizon kambik (Hardjowigeno, 2010). Latosol merupakan tanah dengan tekstur
liat dan berstruktur remah hingga gumpal. Selain itu tanah latosol memiliki
kandungan bahan organik yang rendah (Soepraptohardjo, 1961).

Arang Sekam
Arang sekam atau sekam bakar dibuat dari sekam padi yang dibakar. Arang
sekam padi ini bersifat mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat
menggumpal, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa

5
toksik atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman serta
merupakan sumber kalium bagi tanaman (Purwanto, 2006). Arang sekam
merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari sekam padi (kulit gabah) dengan
warna hitam. Warna hitam pada arang sekam akibat proses pembakaran tersebut
menyebabkan daya serap terhadap panas tinggi sehingga menaikkan suhu dan
mempercepat perkecambahan.
Melati et al. (2008) menyatakan bahwa abu sekam diduga mengandung unsur
K yang relatif tinggi. Selain itu abu sekam juga diduga mengandung silikat yang
berperan sebagai unsur hara mikro yang meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
hama dan penyakit melalui pengerasan jaringan.

Pupuk Organik
Pemupukan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam teknik
budidaya tanaman. Pupuk menambahkan unsur hara untuk dimanfaatkan oleh
tanaman. Tanaman memanfaatkan unsur hara untuk hidup, tumbuh, dan
berkembang.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari semua jenis bahan-bahan
organik dari tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara yang
dibutuhkan tanaman. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam peningkatan produksi
pertanian baik kualitas maupun kuantitas. Dalam jangka panjang pupuk organik
meningkatkan produktivitas dan mengurangi degradasi lahan (Suriadikarta dan
Simanungkalit, 2006).
Pupuk organik juga dikenal lebih ramah lingkungan daripada pupuk anorganik.
Aminah (2003) menyatakan bahwa pupuk organik mampu menahan erosi,
kemampuan tanah untuk mengikat air tinggi, menciptakan kondisi yang sesuai
untuk pertumbuhan mikroba tanah. Kelemahan dari pupuk organik adalah
dibutuhkan dalam jumlah yang besar, kandungan unsur hara yang dikandung
rendah, dan membutuhkan banyak tenaga dalam pengaplikasiannya (Sanchez
dalam Saleh, 2010).

6
Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan bahan organik dari kotoran ternak. Soepardi (1983)
menyatakan pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, air kencing,
amparan dan sisa makanan, karena itu susunan kimia dari bahan tersebut berbeda
dari satu tempat ke tempat lain. Hardjowigeno (2010) menyatakan bahwa
komposisi kimia pupuk kandang bervariasi bergantung pada jenis dan umur hewan,
makanan, amparan dan sistem pengelolaan pupuk kandang. Secara umum dapat
disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P 2 O 5 dan 5
kg K 2 O serta unsur-unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif kecil.
Keuntungan pemberian pupuk kandang antara lain: 1) memudahkan
penyerapan air hujan; 2) memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air; 3)
mengurangi erosi; 4) memberikan lingkungan tumbuh yang baik untuk
perkecambahan biji dan akar; 5) merupakan sumber unsur hara tanaman (Setiawan,
1999). Hasil penelitian Saleh (2010) menunjukkan bahwa pemupukan menggunakan
larutan pupuk kandang sebanyak 500 g yang dilarutkan dalam 600 ml air menunjukkan
pertumbuhan cabe jawa perdu yang terbaik dibandingkan dengan menggunakan pupuk
NPK 10 g/bulan maupun yang 20 g/2 bulan.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Gunung Batu. Analisis tanah dan hara daun
dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Produksi, Departemen Agronomi
dan Hortikultura. Pengamatan destruktif dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan
kualitatif kandungan bahan bioaktif dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi
Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
2011 – April 2012.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 81 bibit tanaman
Kepel (Stelechocarpus burahol) dengan tinggi 66-112 cm. Media tanam yang
digunakan adalah tanah, arang sekam, kotoran ayam, dan kotoran kambing. Pupuk
organik yang digunakan adalah larutan kotoran sapi, larutan kotoran ayam dan
larutan kotoran kambing. Alat-alat dan bahan-bahan lain yang digunakan adalah
polybag ukuran 35 cm x 35 cm, ember, label, penggaris, jangka sorong, dan alat
tulis.

Metode Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan
sembilan perlakuan yaitu kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik
yang digunakan. Perlakuan yang digunakan, seperti berikut :
1. K1= tanah + fertigasi kotoran ayam
2. K2=1 tanah : 1 arang sekam (v/v) + fertigasi kotoran sapi
3. K3=1 tanah : 1 arang sekam (v/v) + fertigasi kotoran ayam
4. K4=1 tanah : 1 arang sekam (v/v) + fertigasi kotoran kambing

8
5. K5=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran kambing (v/v) + fertigasi kotoran sapi
6. K6=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran kambing (v/v) + fertigasi kotoran ayam
7. K7=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran sapi
8. K8=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran ayam
9. K9=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran kambing
Setiap perIakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan,
dimana setiap satuan percobaan terdiri dari tiga tanaman, sehingga jumlah tanaman
seluruhnya adalah 81 tanaman.
Model statistika untuk rancangan yang diajukan adalah:
Yij= µ + βi + Mj + ∑ij
Yij

= Pertumbuhan tanaman dari komposisi media tanam dengan fertigasi pupuk
organik ke-j

µ

= Nilai rataan umum hasil pengamatan

βi

= Pengaruh aditif dari ulangan ke-i (i = 1, 2, 3)

Mj

= Pengaruh media tanam dengan fertigasi pupuk organik pada faktor
pertumbuhan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)

∑ij

= Galat percobaan
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data yang didapatkan kemudian

dianalisis dengan sidik ragam (uji F). Jika hasil sidik ragam menunjukkan
perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT taraf kesalahan
5%.

Pelaksanaan Percobaan
Penanaman
Media tanam yang digunakan ialah campuran tanah, arang sekam dan kotoran
ternak (kambing dan ayam). Bibit dari persemaian polybag sebelumnya
dipindahkan ke polybag berukuran 35 cm x 35 cm dengan satu bibit per polybag
yang telah diisi media sesuai dengan perlakuan masing-masing. Setelah itu, seluruh
polybag berisi tanaman diletakkan di bawah naungan tegakan pohon dengan ratarata tingkat naungan 12.5 %. Tujuannya untuk melindungi tanaman yang masih
rentan terhadap sinar matahari langsung.

9
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, dan
pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual. Aplikasi pemberian
larutan pupuk organik dilakukan dengan fertigasi setiap dua minggu sekali dengan
dosis menyesuaikan kondisi kapasitas lapang terbesar diantara perlakuan media
tanam yang digunakan. Konsentrasi larutan fertigasi adalah 4 kg kotoran hewan
dilarutkan dalam 20 l air (Lestari, 2011). Larutan pupuk kandang diaduk hingga
tercampur rata dan langsung diaplikasikan pada tanaman.

Pengamatan
Pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian adalah
tinggi tanaman, diameter batang tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, dan luas
daun per tanaman. Pengamatan juga dilakukan pada analisis hara media tanam,
analisis hara daun, kapasitas lapang media, kandungan bahan bioaktif daun, bobot
daun, dan skoring bibit kepel yang berkualitas baik. Pengamatan dimulai pada 1
minggu setelah pindah tanam. Parameter yang diamati antara lain:
1. Analisis hara media tanam. Analisis hara media tanam dilakukan sebelum
penelitian untuk mengetahui kandungan hara dalam media tanam.
2. Analisis hara daun. Analisis hara daun dilakukan pada akhir pengamatan
penelitian untuk mengetahui kandungan hara yang terserap dalam daun pada
masing-masing perlakuan.
3. Tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari permukaan
tanah sampai dengan titik tumbuh setiap 2 minggu.
4. Diameter batang. Pengukuran dilakukan sekitar 5 cm diatas permukaan tanah
dengan menggunakan jangka sorong setiap 2 minggu.
5. Jumlah daun. Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna
setiap 2 minggu.
6. Jumlah cabang. Cabang dihitung berdasarkan jumlah cabang total termasuk
cabang utama yang terdapat pada tanaman setiap 2 minggu.
7. Luas daun setiap tanaman. Pengukuran jumlah total luas daun tiap tanaman
dilakukan dari 9 sampai 13 MST, diukur dengan metode gravimetrik.

10
8. Analisis kandungan bioaktif daun. Analisis kandungan bioaktif dilakukan
secara kualitatif untuk menganalisis kandungan alkaloid, triterpenoid, steroid,
saponin, flavonoid, dan tanin pada simplisia basah. Analisis menggunakan
metode dari Pusat Studi Biofarmaka IPB (2012).
-

Persiapan bahan: daun basah dicuci terlebih dahulu kemudian dicincang
halus. Selanjutnya, daun dibagi dalam tiga tabung reaksi.

-

Pengujian alkaloid: daun dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes 2 M
H 2 SO 4 dan kloroform 10 ml kemudian dikocok dan disaring. Setelah di
saring, larutan dikocok kembali sampai terbentuk lapisan keruh dan bening.
Lapisan bening diambil dan dibagi menjadi tiga bagian pada spot plate.
Ekstrak pada spot plate ditetesi reagen Dragendorff, Mayer, dan Wagner.
Uji alkaloid positif bila salah satu spot menunjukkan adanya endapan
warna jingga dengan reagen Dragendorf, warna putih kekuningan dengan
reagen Mayer, dan cokelat pada reagen Wagner.

-

Pengujian triterpenoid: daun pada tabung reaksi dilarutkan dengan etanol
96% hingga larut kemudian disaring. Ekstrak kemudian dipanaskan hingga
kering dan diletakkan pada cawan. Setelah kering, ditambahkan dietil eter,
1 tetes H 2 SO 4 , dan 3 tetes asam asetat glasial lalu diaduk cepat. Uji steroid
positif jika pada pinggir cawan timbul warna hijau sedangkan triterpenoid
ditandai dengan adanya warna merah atau ungu .

-

Pengujian saponin, flavonoid dan tanin: daun pada tabung reaksi ditambah
dengan aquades secukupnya, kemudian dikocok kuat dan dibagi menjadi
dua tabung.
1. Tabung pertama dikocok secara vertikal, dan bila timbul busa yang
stabil selama 10 menit menandakan uji saponin positif.
2. Tabung berisi filtrat bekas uji saponin, ditambah dengan logam Mg,
beberapa HCl pekat, etanol, dan larutan amil alkohol, kemudian
dikocok. Uji flavonoid positif ditunjukkan dengan timbulnya warna
jingga hingga kemerahan.
3. Tabung ketiga ditambah dengan FeCl 3 1% bila menghasilkan warna
biru, hitam, atau cokelat menandakan uji tanin positif.

11
9. Bobot daun. Bobot daun diukur pada akhir pengamatan penelitian diambil
masing-masing 1 sampel tiap tanaman.
10. Kapasitas lapang media. Pengamatan kapasitas lapang media dilakukan
sebelum aplikasi pemupukan. Tujuannya untuk mengetahui volume pemberian
larutan pupuk organik untuk mengantisipasi terjadinya pemupukan yang
berlebihan.
11. Skoring bibit kepel. Penilaian dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan
selang nilai tengah pengamatan 1-13 MST. Pengambilan nilai skoring
berdasarkan nilai rata-rata masing-masing peubah dari setiap perlakuan. Skor
terendah bernilai 1 dan skor tertinggi bernilai 5 (Tabel 1).

Tabel 1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kepel di Pembibitan
Tinggi

Diameter

Jumlah

Jumlah

Luas Daun

(cm)

Cabang

Daun

(cm2)

< 1.15

< 11.18

< 50.52

< 3895.1

2

(cm)
< 96.71 atau >
103.15
96.71 - 98.32

1.15 - 1.20

11.18 - 11.95

50.52 - 53.72

3895.1 - 4142.7

3

98.33 - 99.93

1.21 - 1.25

11.96 - 12.72

53.73 - 56.92

4142.8 - 4390.2

4

99.94 - 101.54

1.26 - 1.30

12.73 - 13.49

56.93 - 60.12

4390.3 - 4637.9

5

101.55 - 103.15

> 1.30

>13.49

> 60.12

> 4637.9

Skoring
1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Keadaan Umum Penelitian
Pengamatan di lapangan berlangsung dari bulan Desember 2011 sampai bulan
Maret 2012. Selama pengamatan lapang rata-rata curah hujan sebesar 344.6
mm/bulan dengan temperatur 25.8 0C, kelembaban 84.3%, lama penyinaran 46%,
dan intensitas penyinaran matahari sebesar 299.2 cal/cm2 (Lampiran 1).
Volume pemberian larutan pupuk organik disesuaikan dengan kapasitas
lapang pada kondisi media sebelum pemupukan akan diberikan (Lampiran 2).
Pengukuran kapasitas lapang ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
pemupukan yang berlebihan. Zulkarnain (2010) menyatakan bahwa tanaman yang
ditanam pada kadar air mendekati kapasitas lapang akan mampu tumbuh dengan
cepat bila unsur hara dan faktor lingkungan lainnya berada dalam kondisi optimal.
Selama waktu penelitian, terdapat tanaman kepel yang terserang hama dan
penyakit. Hama yang menyerang adalah Graphium agamemnon (Gambar 1), dan
Ulat penggulung daun (Gambar 2). Graphium agamemnon merupakan hama utama
family Annonaceae (Chattopadhyay, 2011). Ulat penggulung daun dapat
menyebabkan tinggi tanaman berkurang dengan menggulung daun muda pada
pucuk tanaman menyebabkan daun kering sehingga pucuk juga mengering.

Gambar 1. Larva G. agamemnon

Gambar 2. Ulat penggulung daun
Keterangan : (A) pupa ulat penggulung, (B) Imago
ulat daun, (C) gejala serangan

13
Kombinasi media tanam campuran tanah dan arang sekam dengan fertigasi
kotoran sapi merupakan perlakuan dengan intensitas serangan hama paling tinggi
dari awal penelitian sampai 9 MST sehingga diakhir pengamatan menunjukkan
nilai tengah tertinggi pada parameter jumlah daun, jumlah cabang, dan luas daun
pertanaman. Hal ini diduga sama dengan efek pemangkasan bahwa setelah
terjadinya serangan hama terjadi peningkatan jumlah daun dan jumlah cabang. Efek
pemangkasan ini berpotensi menghambat dominansi apikal sehingga merangsang
pertumbuhan tunas-tunas lateral yang akhirnya membentuk cabang sekunder
tanaman. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan penambahan jumlah cabang dapat
terjadi karena hilangnya dominasi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk, yang
menyebabkan tunas-tunas lateral tumbuh dan berkembang. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah cabang menyebabkan jumlah daun
meningkat.
Gulma yang ditemui yaitu gulma dari golongan daun lebar. Spesies gulma
yang dijumpai yaitu Ageratum conycoides dan Impatiens balsamina. Selama
penelitian berlangsung gulma dikendalikan secara manual.

Hasil analisis tanah
Hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB (lampiran 3) dan kriteria penilaian sifat kimia
tanah yang dilakukan berdasarkan ketetapan oleh Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimatologi Bogor (Lampiran 4), dapat dilihat pada Tabel 2.
Hasil pengamatan bobot jenis media di Laboratorium Pascapanen Departemen
Agronomi dan Hortikultura, menunjukkan bahwa bobot jenis media tanam tanah
saja sebesar 1.01 g/cm3; media tanam campuran tanah dan arang sekam sebesar
0.63 g/cm3; media tanam campuran tanah, arang sekam, dan kotoran kambing
sebesar 0.66 g/cm3; media tanam campuran tanah, arang sekam, dan kotoran ayam
sebesar 0.79 g/cm3.

14
Tabel 2. Hasil Analisis Hara Media dan Pupuk
Bahan

Tanah
Tanah +
arang sekam
Tanah +
arang sekam
+ kotoran
kambing
Tanah +
arang sekam
+ kotoran
ayam

Kotoran
sapi
Kotoran
ayam
Kotoran
kambing

pH
5.6
agak
masam
6.4
agak
masam
6.9

C
%
2.15

N
C/N
%
Media
0.22
9.77

P
ppm
28.3

0.78

19.49

sedang

sedang

46.2

2.18

18.71

tinggi

tinggi

sedang

sedang sedang rendah sedang
2.15

0.25

8.6

sedang sedang rendah

K
KTK
me/100g me/100g

5.79

0.56

10.34

132

3.43

21.82

netral

sangat
tinggi

tinggi

rendah

sangat
tinggi

sangat
tinggi

sedang

6.8

5.5

0.49

11.22

232.5

4.86

29.07

netral

sangat
tinggi

sedang sedang

sangat
tinggi

sangat
tinggi

sedang

100.4
sangat
tinggi
238.9
sangat
tinggi
133.6
sangat
tinggi

28.04
sangat
tinggi
8.17
sangat
tinggi
17.59
sangat
tinggi

8.4
agak
alkalis
6.2
agak
masam
8.2
agak
alkalis

16.56
sangat
tinggi
8.22
sangat
tinggi
13.17
sangat
tinggi

Pupuk
1
16.56
sangat
tinggi
tinggi
1.37
6
sangat
rendah
tinggi
0.68
19.37
tinggi

tinggi

Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam pada pengamatan tinggi tanaman dan pertambahan tinggi
tanaman menunjukkan hampir dari awal sampai akhir pengamatan tidak
berpengaruh nyata. Hasil yang menunjukkan pengaruh nyata hanya pada
pertambahan tinggi tanaman pada 5 MST (Tabel 3).

15
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman
Karakter
Tinggi 1 MST
Tinggi 3 MST
Tinggi 5 MST
Tinggi 7 MST
Tinggi 9 MST
Tinggi 11 MST
Tinggi 13 MST
Pertambahan Tinggi 1-3 MST
Pertambahan Tinggi 1-5 MST
Pertambahan Tinggi 1-7 MST
Pertambahan Tinggi 1-9 MST
Pertambahan Tinggi 1-11 MST
Pertambahan Tinggi 1-13 MST
Keterangan: (1) hasil transformasi

Uji F
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
tn
tn
tn
tn
; (3) hasil transformasi

Koefisien Keragaman (%)
5.51
5.57
5.72
5.63
5.61
6.22
6.50
19.86 7
26.19 4
38.91 3
31.29 1
26.40 1
23.26 1
; (4) hasil transformasi

; ; (7) hasil transformasi
; (tn) tidak berpengaruh nyata; (*)
berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat nyata

Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa secara umum semua perlakuan
kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik tidak berbeda nyata
terhadap tinggi tanaman kepel kecuali pada pertambahan tinggi tanaman 1-5 MST.
Pada akhir pengamatan tinggi tanaman berkisar antara 98.45 - 107.50 cm.
Pertambahan tinggi tanaman pada akhir pengamatan, perlakuan kombinasi media
tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran
kambing menunjukkan pertambahan paling tinggi sebesar 9.44 cm tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan lain (Tabel 4).

16
Tabel 4. Tinggi Tanaman
Tinggi (MST)

Perlakuan

Pertambahan Tinggi
(MST)
1-5
1-13

1

13

Media tanah dengan fertigasi kotoran
ayam

92.56

101.50

2.06abc

8.94

Media campuran tanah, arang sekam,
dengan fertigasi kotoran sapi

97.39

106.11

1.00bc

8.72

Media campuran tanah, arang sekam,
dengan fertigasi kotoran ayam

95.61

100.67

1.56abc

5.06

Media campuran tanah, arang sekam,
dengan fertigasi kotoran kambing

92.89

99.83

0.00c

6.94

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran kambing dengan fertigasi
kotoran sapi

90.72

98.45

3.67ab

7.72

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran kambing dengan fertigasi
kotoran ayam

92.83

99.61

1.50abc

6.78

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran ayam dengan fertigasi kotoran
sapi

93.28

101.67

1.22bc

8.39

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran ayam dengan fertigasi kotoran
ayam

97.89

104.95

2.06abc

7.06

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran ayam dengan fertigasi kotoran
98.06
107.50
4.78a
9.44
kambing
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang
berbeda nyata menurut uji DMRT taraf kesalahan 5%

Diameter Batang
Tabel 5 menunjukkan perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi
pupuk organik memberikan pengaruh terhadap parameter diameter batang tanaman.
Semua perlakuan memberikan berpengaruh sangat nyata pada diameter batang
tanaman dari awal sampai akhir pengamatan. Perlakuan kombinasi media tanam
dengan fertigasi pupuk organik juga memberikan pengaruh yang nyata untuk
parameter pertambahan diameter batang tanaman dari 9-13 MST

17
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Diameter Batang
Karakter
Diameter 1 MST
Diameter 3 MST
Diameter 5 MST
Diameter 7 MST
Diameter 9 MST
Diameter 11 MST
Diameter 13 MST
Pertambahan Diameter 1-3 MST
Pertambahan Diameter 1-5 MST
Pertambahan Diameter 1-7 MST
Pertambahan Diameter 1-9 MST
Pertambahan Diameter 1-11 MST
Pertambahan Diameter 1-13 MST
Keterangan: (2) hasil transformasi
(**) berpengaruh sangat nyata

Uji F
**
**
**
**
**
**
**
tn
tn
tn
*
*
*

Koefisien Keragaman (%)
5.91
6.28
5.94
5.51
4.90
4.79
4.62
22.33 2
34.85
32.13
26.03
22.00
19.22

; (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata;

Perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik
menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap diameter batang tanaman dari awal
sampai akhir pengamatan. Pada akhir pengamatan, perlakuan kombinasi media
tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam
menunjukkan diameter batang terbesar sebesar 1.402 cm, tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran
kambing dengan fertigasi kotoran ayam dan perlakuan kombinasi media campuran
tanah dengan fertigasi kotoran ayam (Tabel 6). Pada akhir pengamatan, parameter
pertambahan diameter batang tanaman paling besar ditunjukkan oleh perlakuan
kombinasi media tanam campuran dari tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan
fertigasi kotoran sapi dengan nilai 0.173 cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan
perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam
dengan fertigasi kotoran ayam, dan pelakuan kombinasi media tanam tanah dengan
fertigasi kotoran ayam.

18
Tabel 6. Diameter Batang
Perlakuan

Diameter (MST)

Pertambahan diameter (MST)

1

13

1-9

1-11

1-13

Media tanah dengan fertigasi
kotoran ayam

1.242a

1.376ab

0.112abc

0.126abc

0.133abc

Media campuran tanah, arang
sekam, dengan fertigasi kotoran
sapi

1.102b

1.227cd

0.102abcd

0.117abc

0.124bc

Media campuran tanah, arang
sekam, dengan fertigasi kotoran
ayam

1.164ab

1.274bcd

0.090abcd

0.102bc

0.110c

Media campuran tanah, arang
sekam, dengan fertigasi kotoran
kambing

1.078b

1.177d

0.079bcd

0.092c

0.099c

Media campuran tanah, arang
sekam, kotoran kambing dengan
fertigasi kotoran sapi

1.093b

1.212d

0.065d

0.096c

0.119c

Media campuran tanah, arang
sekam, kotoran kambing dengan
fertigasi kotoran ayam

1.231a

1.329abc

0.063d

0.081c

0.098c

Media campuran tanah, arang
sekam, kotoran ayam dengan
fertigasi kotoran sapi

1.059b

1.232cd

0.132a

0.154a

0.173a

Media campuran tanah, arang
sekam, kotoran ayam dengan
fertigasi kotoran ayam

1.235a

1.402a

0.119ab

0.142ab

0.168ab

Media campuran tanah, arang
0.069cd
0.088c
0.115c
sekam, kotoran ayam dengan
1.050b
1.165d
fertigasi kotoran kambing
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang
berbeda nyata menurut uji DMRT taraf kesalahan 5%

Jumlah Cabang
Hasil Sidik ragam menunjukkan perlakuan kombinasi media tanam dengan
fertigasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang.
Pada umur 7 dan 9 minggu setelah pindah tanam perlakuan kombinasi media tanam
dengan fertigasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
cabang. Pengaruh yang nyata juga terlihat pada pertambahan jumlah cabang pada
akhir pengamatan.

19
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang
Karakter
Jumlah Cabang 1 MST
Jumlah Cabang 3 MST
Jumlah Cabang 5 MST
Jumlah Cabang 7 MST
Jumlah Cabang 9 MST
Jumlah Cabang 11 MST
Jumlah Cabang 13 MST
Pertambahan Jumlah Cabang 1-3 MST
Pertambahan Jumlah Cabang 1-5 MST
Pertambahan Jumlah Cabang 1-7 MST
Pertambahan Jumlah Cabang 1-9 MST
Pertambahan Jumlah Cabang 1-11 MST
Pertambahan Jumlah Cabang 1-13 MST
Keterangan: (1) hasil transformasi

Uji F
tn
tn
tn
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*

; (3) hasil transformasi

Koefisien Keragaman (%)
11.48
11.42
10.72
9.71
10.21
9.60
9.08
14.22 3
21.22 4
20.30 4
20.71 5
29.56 3
33.85 1
; (4) hasil transformasi

; (5) hasil transformasi
; (tn) tidak berpengaruh nyata; (*)
berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat nyata.

Semua perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik
pada parameter jumlah cabang pada akhir pengamatan menunjukkan nilai tidak
berbeda nyata. Jumlah cabang diakhir pengamatan berkisar antara 11.67-14.67
cabang. Perlakuan kombinasi media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam
dengan fertigasi kotoran sapi menunjukkan parameter pertambahan jumlah cabang
paling banyak sebesar 2.89 cabang dan berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi
media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam yang
menunjukkan pertambahan hanya sebanyak 0.22 cabang, tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya (Tabel 8).

20
Tabel 8. Jumlah Cabang
Pertambahan
Jumlah Cabang
(MST)

Jumlah Cabang (MST)

Perlakuan
1

7

9

13

1-13

11.67

12.22abc

12.56ab

13.33

1.67a

Media campuran tanah, arang
sekam, dengan fertigasi kotoran sapi

12.00

12.22abc

12.22abc

14.67

2.67a

Media campuran tanah, arang
sekam, dengan fertigasi kotoran
ayam

12.22

12.33abc

12.33abc

12.44

0.22b

Media campuran tanah, arang
sekam, dengan fertigasi kotoran
kambing

10.22

10.56bc

10.44bc

11.67

1.44a

Media campuran tanah, arang
sekam, kotoran kambing dengan
fertigasi kotoran sapi

11.00

12.67ab

12.67ab

13.11

2.11a

Media campuran tanah, arang
sekam, kotoran kambing dengan
fertigasi kotoran ayam

10.89

11.56abc

11.78abc

13.33

2.44a

Media campuran tanah, arang
sekam, kotoran ayam dengan
fertigasi kotoran sapi

9.67

10.11c

10.11c

12.56

2.89a

Media campuran tanah, arang
sekam, kotoran ayam dengan
fertigasi kotoran ayam

13.11

13.56a

13.11a

14.11

1.00ab

Media tanah
kotoran ayam

dengan

fertigasi

Media campuran tanah, arang
14.56
2.22a
sekam, kotoran ayam dengan 12.33 13.33a
13.67a
fertigasi kotoran kambing
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
memberikan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT

Jumlah Daun
Tabel 9 menampilkan rekapitulasi sidik ragam jumlah daun tanaman kepel.
Perlakuan kombinasi media tanam dan fertigasi kotoran hewan tidak menunjukkan
hasil yang berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun dan pertambahan
jumlah daun dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan.

21
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun
Karakter
Jumlah Daun 1 MST
Jumlah Daun 3 MST
Jumlah Daun 5 MST
Jumlah Daun 7 MST
Jumlah Daun 9 MST
Jumlah Daun 11 MST
Jumlah Daun 13 MST
Pertambahan Jumlah Daun 1-3 MST
Pertambahan Jumlah Daun 1-5 MST
Pertambahan Jumlah Daun 1-7 MST
Pertambahan Jumlah Daun 1-9 MST
Pertambahan Jumlah Daun 1-11 MST
Pertambahan Jumlah Daun 1-13 MST
Keterangan:

(1) hasil transformasi
( ) hasil transformasi
nyata

Koefisien Keragaman (%)
17.61
18.16
19.55
19.24
18.36
19.59
20.98
32.48 4
35.51 7
37.47 5
23.88 8
36.57 6
32.17 1

; (4) hasil transformasi

; (6) hasil transformasi
8

Uji F
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

; (5) hasil transformasi

; (7) hasil transformasi

;

; (tn) tidak berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat

Perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik tidak
memberikan pengaruh terhadap nilai tengah parameter jumlah daun dari awal
sampai akhir pengamatan. Jumlah daun diakhir pengamatan berkisar pada nilai
tengah antara 51.56-73.89 daun. Untuk parameter pertambahan jumlah cabang,
perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik juga tidak
memberikan pengaruh yang nyata dari awal sampai akhir pengamatan. Nilai tengah
pertambahan jumlah daun diakhir pengamatan berkisar antara 5.56-16.22 daun
(Tabel 10).

22
Tabel 10. Jumlah Daun

1

13

Perubahan Jumlah
Daun (MST)
1-13

Media tanah dengan fertigasi kotoran
ayam

49.44

57.56

8.11

Media campuran tanah, arang sekam,
dengan fertigasi kotoran sapi

57.89

73.89

16.00

Media campuran tanah, arang sekam,
dengan fertigasi kotoran ayam

56.11

62.78

6.67

Media campuran tanah, arang sekam,
dengan fertigasi kotoran kambing

46.00

51.56

5.56

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran kambing dengan fertigasi
kotoran sapi

42.89

53.11

10.22

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran kambing dengan fertigasi
kotoran ayam

43.44

59.67

16.22

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran ayam dengan fertigasi kotoran
sapi

44.44

58.67

14.22

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran ayam dengan fertigasi kotoran
ayam

56.11

63.22

7.11

Perlakuan

Jumlah Daun (MST)

Media campuran tanah, arang sekam,
kotoran ayam dengan fertigasi kotoran
48.22
63.67
15.45
kambing
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
memberikan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT

Luas Daun per Tanaman
Perlakuan kombinasi media tanam dan fertigasi pupuk organik tidak
menunjukkan berpengaruh nyata terhadap luas daun setiap tanaman pada minggu 9
sampai 13 setelah pindah tanam. (Tabel 11). Luas daun per tanaman pada akhir
pengamatan berkisar pada nilai tengah antara 4320.0 cm2 dan 6143.0 cm2 (Tabel
12).

23
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Luas Daun Setiap Tanaman
Karakter

Uji F

Koefisien Keragaman (%)

Luas Daun per Tanaman 9 MST

tn

20.4

Luas Daun per Tanaman 11 MST
Luas Daun per Tanaman 13 MST

tn
tn

24.3
24.5

Keterangan: (tn) tidak berpengaruh nyata

Tabel 12. Luas Daun Per Tanaman
Luas daun (cm2)/tanaman (MST)

Perlakuan

9

11

13

Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam

2984.6

4300.9

4320.0

Media campuran tanah, arang sekam, dengan
fertigasi kotoran sapi

3141.5

4606.6

6143.0

Media campuran tanah, arang sekam, dengan
fertigasi kotoran ayam

2886.8

4808.1

4749.0

Media campuran tanah, arang sekam, dengan
fertigasi kotoran kambing

2542.9

4221.6

4606.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
kambing dengan fertigasi kotoran sapi

3336.8

4249.8

4829.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
kambing dengan fertigasi kotoran ayam

2621.2

3367.3

4954.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
ayam dengan fertigasi kotoran sapi

3000.0

4302.1

4980.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
ayam dengan fertigasi kotoran ayam

3992.1

4686.8

5235.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
5598.0
3079.1
4614.7
ayam dengan fertigasi kotoran kambing
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
memberikan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT

Korelasi
Uji korelasi menunjukkan seberapa dekat hubungan antara satu peubah
dengan peubah yang lain. Hasil uji korelasi menunjukkan semua peubah
mempunyai hubungan korelasi yang berpengaruh sangat nyata.

Nilai korelasi

paling besar ditunjukkan oleh korelasi peubah jumlah daun dan luas daun per
tanaman dengan nilai r sebesar 0.911 (Tabel 13).

24
Tabel 13. Matriks Korelasi antar Parameter

Tinggi Tanaman
Diameter Batang
Luas Daun/Tanaman

Diameter
Batang
0.715 **
1

Luas Daun
/Tanaman
0.827 **
0.531 **
1

Jumlah Daun
Jumlah Cabang

Jumlah
Daun
0.791 **
0.580 **
0.911 **

Jumlah
Cabang
0.845 **
0.628 **
0.833 **

1

0.833 **
1

Keterangan: (**) berpengaruh sangat nyata

Analisis hara daun
Analisis hara daun dapat menjadi alat bantu pemantau pasokan atau serapan
hara pada tanaman. Jumlah kandungan suatu unsur dalam tanaman merupakan
indikator pasokan unsur hara tersebut dan berhubungan langsung dengan jumlah
unsur tersebut didalam media tanam.

Tabel 14. Hasil Analisis Hara Daun pada Akhir Penelitian
Perlakuan

Kandungan
N

P

K

……………..………..%....................................
Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam

1.46

0.27

1.24

Media campuran tanah, arang sekam, dengan
fertigasi kotoran sapi

1.57

0.27

1.54

Media campuran tanah, arang sekam, dengan
fertigasi kotoran ayam

1.5

0.28

1.24

Media campuran tanah, arang sekam, dengan
fertigasi kotoran kambing

1.64

0.3

1.67

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
kambing dengan fertigasi kotoran sapi

1.57

0.28

1.54

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
kambing dengan fertigasi kotoran ayam

1.6

0.27

1.42

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
ayam dengan fertigasi kotoran sapi

1.74

0.31

1.54

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
ayam dengan fertigasi kotoran ayam

1.88

0.3

1.79

1.85

0.31

1.98

1.65

0.29

1.55

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran
ayam dengan fertigasi kotoran kambing
Rata-rata

25
Analisis hara daun dilakukan untuk melihat seberapa efisien tanaman
menyerap hara sesuai dengan perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi
pupuk organik yang diberikan. Hasil analisis hara daun menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam
dengan fertigasi kotoran ayam memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan
yang lainnya untuk kandungan unsur hara N sebesar 1.88% dan unsur hara K
sebesar 1.98%. Selanjutnya, nilai paling tinggi untuk kandungan unsur hara P
ditunjukkan pada perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam,
kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi dan perlakuan kombinasi media tanam
campuran tanah, arang se