Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus cadamba Miq.)
PENGARUH JENIS MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON PUTIH (Anthocephalus cadamba Miq.)
SKRIPSI
Oleh : NOVRIANTY N NAINGGOLAN
091201095 BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi
: Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)
: Novrianty Naomas Nainggolan
: 091201095
: Kehutanan (Budidaya Hutan)
Putih
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Edy Batara M. Siregar, MS Ketua
Nelly Anna, S.Hut, M.Si. Anggota
Mengetahui Siti Latifah, S.Hut, M.Si.,Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
NOVRIANTY N NAINGGOLAN: Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus cadamba Miq.). Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA.
Jabon Putih (A. cadamba) merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman reboisasi (penghijauan) di Indonesia. Untuk mendapatkan bibit Jabon Putih yang berkualitas baik di persemaian maka dilakukan pengujian terhadap jenis media tanam dan dosis pupuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada November-Januari 2013 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu jenis media tanam dan dosis NPK (0 g; 0,5 g; 2 g; 3,5 g per bibit). Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis media tanam dan dosis pupuk NPK hanya berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang. Dosis NPK berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Jenis media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi tanah (70%) + kompos (30%) dengan dosis NPK 3,5 g. Kata Kunci : jabon putih, media tanam, pupuk NPK, pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Novrianty N. Nainggolan: Effect The Types of Planting Medium and Doses of NPK Fertilizer on The Growth of Seeds White Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Under Supervision of EDY BATARA MULYA SIREGAR AND NELLY ANNA.
White jabon (A. cadamba) is a fast-growing tree species that have high prospects for industrial tree plantations and reforestation crop (greening) in Indonesia. To get good quality of white jabon seeds in the nursery then be tested against the types of planting medium and doses of NPK. This research was conducted in the green house of the Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara in November-January 2013 using a factorial completely randomized design with 2 factors are the types of planting medium and doses of NPK (0 g, 0,5 g, 2 g, 3,5 g per seed). The parameters measured were seedling height, stem diameter, number of leaves, leaf area, canopy wet weight, root fresh weight, dry weight crown, and root dry weight.
The results showed that the interaction between the types of planting medium and doses of NPK only significantly affect to the increase of stem diameter. Doses of NPK significantly affect all parameters. Types of planting medium had no significantly affect on all parameters. The best results were obtained on a combination of land (70%) + compost (30%) with a dose of 3,5 g NPK. Keywords: white jabon, planting medium, fertilizer NPK, growth
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 16 November 1991 dari ayahanda Bungaran Nainggolan dan Ibunda Sarmalinta Sipayung. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD RK Cinta Rakyat 4 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima masuk di Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih minat studi Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS), sebagai asisten praktikum Bioteknologi Hutan tahun 2013 dan Dasar Perlindungan Hama tahun 2014. Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosisten Hutan (PEH) di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan pada tahun 2011. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Taman Nasional Ujung Kulon, Tangerang, Banten dari tanggal 01 Februari sampai 01 Maret 2013.
Penulis melaksanakan penelitian dari bulan November 2013-Januari 2014 dengan judul “Pengaruh Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus cadamba Miq.)” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. dan Ibu Nelly Anna, S.Hut., M.Si.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus cadamba Miq.)”.
Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis pengaruh jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang berbeda terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertambahan jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk dan akar serta berat kering tajuk dan akar bibit Jabon Putih yang sesuai untuk pertumbuhan bibit Jabon Putih, sehingga Jabon Putih dapat dibudidayakan secara baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS., dan Ibu Nelly Anna, S.Hut, M.Si., yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pegawai dan dosen pengajar di Program Studi Kehutanan serta kepada teman-teman mahasiswa yang telah membantu dan memberikan saran dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................
ABSTRACT...................................................................................................
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................... Manfaat Penelitian ................................................................................. Hipotesis Penelitian ...............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Penyebaran, Karakteristik dan Tempat Tumbuh Jabon Putih (Anthocephalus cadamba) ............................................................ Media Tanam ......................................................................................... Tanah................................................................................................ Pasir.................................................................................................. Cocopeat .......................................................................................... Pupuk NPK ............................................................................................
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ Bahan dan Alat Penelitian...................................................................... Rancangan Percobaan ............................................................................ Pelaksanaan Penelitian...........................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ....................................................................................................... Sifat Kimia Tanah ............................................................................ Pertambahan Tinggi Bibit ................................................................ Pertambahan Diameter Bibit............................................................ Pertambahan Jumlah Daun Bibit ..................................................... Luas Daun Bibit ............................................................................... Berat Basah Tajuk............................................................................ Berat Basah Akar ............................................................................. Berat Kering Tajuk...........................................................................
Hal. i
ii
iii
iv
vii
viii
ix
1 3 4 4
5 8 9 10 12 13
17 17 17 19
22 22 23 24 25 27 27 28 29
Universitas Sumatera Utara
Berat Kering Akar............................................................................ Pembahasan............................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................ Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................
30 31
36 36 37 41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Perbedaan ciri morfologi Jabon Putih dan Jabon Merah .............................. 7 2. Analisis sifat kimia media tanam yang digunakan........................................ 22 3. Rataan pertambahan tinggi bibit Jabon Putih (cm) pada 9 MST .................. 23 4. Rataan pertambahan diameter bibit Jabon Putih (mm) pada 9 MST ............ 24 5. Rataan pertambahan jumlah daun bibit Jabon Putih (helai) pada 9 MST..... 26 6. Rataan luas daun (cm2) bibit Jabon Putih ..................................................... 27 7. Rataan berat basah tajuk (g) bibit Jabon Putih.............................................. 28 8. Rataan berat basah akar (g) bibit Jabon Putih............................................... 29 9. Rataan berat kering tajuk (g) bibit Jabon Putih............................................. 29 10. Rataan berat kering akar (g) bibit Jabon Putih.............................................. 30
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Rataan laju pertambahan tinggi bibit Jabon Putih ........................................ 24 2. Rataan laju pertambahan diameter bibit Jabon Putih.................................... 25 3. Rataan laju pertambahan jumlah daun bibit Jabon Putih.............................. 26
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Rataan pertambahan tinggi dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih........ 41 2. Rataan pertambahan diameter dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih ... 43 3. Rataan pertambahan jumlah daun dan analisis sidik ragam bibit Jabon
Putih .............................................................................................................. 45 4. Rataan luas daun dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih........................ 47 5. Rataan berat basah tajuk dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih............ 48 6. Rataan berat basah akar dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih............. 49 7. Rataan berat kering tajuk dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih........... 50 8. Rataan berat kering akar dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih............ 51 9. Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah
Bogor (1983) ................................................................................................. 52 10. Dokumentasi penelitian ................................................................................ 53
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
NOVRIANTY N NAINGGOLAN: Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus cadamba Miq.). Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA.
Jabon Putih (A. cadamba) merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman reboisasi (penghijauan) di Indonesia. Untuk mendapatkan bibit Jabon Putih yang berkualitas baik di persemaian maka dilakukan pengujian terhadap jenis media tanam dan dosis pupuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada November-Januari 2013 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu jenis media tanam dan dosis NPK (0 g; 0,5 g; 2 g; 3,5 g per bibit). Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis media tanam dan dosis pupuk NPK hanya berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang. Dosis NPK berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Jenis media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi tanah (70%) + kompos (30%) dengan dosis NPK 3,5 g. Kata Kunci : jabon putih, media tanam, pupuk NPK, pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Novrianty N. Nainggolan: Effect The Types of Planting Medium and Doses of NPK Fertilizer on The Growth of Seeds White Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Under Supervision of EDY BATARA MULYA SIREGAR AND NELLY ANNA.
White jabon (A. cadamba) is a fast-growing tree species that have high prospects for industrial tree plantations and reforestation crop (greening) in Indonesia. To get good quality of white jabon seeds in the nursery then be tested against the types of planting medium and doses of NPK. This research was conducted in the green house of the Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara in November-January 2013 using a factorial completely randomized design with 2 factors are the types of planting medium and doses of NPK (0 g, 0,5 g, 2 g, 3,5 g per seed). The parameters measured were seedling height, stem diameter, number of leaves, leaf area, canopy wet weight, root fresh weight, dry weight crown, and root dry weight.
The results showed that the interaction between the types of planting medium and doses of NPK only significantly affect to the increase of stem diameter. Doses of NPK significantly affect all parameters. Types of planting medium had no significantly affect on all parameters. The best results were obtained on a combination of land (70%) + compost (30%) with a dose of 3,5 g NPK. Keywords: white jabon, planting medium, fertilizer NPK, growth
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar belakang Jabon Putih (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis pohon yang
memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman reboisasi (penghijauan) di Indonesia, karena pertumbuhannya yang sangat cepat, kemampuan beradaptasinya pada berbagai kondisi tempat tumbuh, perlakuan silvikulturnya yang relatif mudah, serta relatif bebas dari serangan hama dan penyakit yang serius. Jabon diharapkan menjadi makin penting bagi industri perkayuan di masa mendatang, terutama ketika bahan baku kayu pertukangan dari hutan alam diperkirakan akan makin berkurang. Tinggi Jabon dapat mencapai 45 m dengan diameter 100-160 cm. Kelebihan lain dari tanaman ini memiliki batang yang lurus dan silindris sehingga sangat cocok sebagai bahan baku industri kayu. Di Indonesia tanaman ini sudah tersebar hampir di seluruh pelosok Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTB, dan Papua (Mansur dan Tuheteru 2010).
Pengadaan bibit dalam jumlah besar dan bermutu tinggi sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman Jabon. Masalah yang dihadapi adalah bahwa untuk menghasilkan bibit pohon dalam skala besar diperlukan sangat banyak tanah lapisan atas sehingga jika lapisan atasnya diambil dapat menurunkan kesuburan lahan. Disamping itu, tanah sebagai medium persemaian mempunyai kelemahan, yaitu sifat fisiknya cepat menjadi padat karena sedikit mengandung bahan organik. Keadaan medium yang demikian tidak menguntungkan untuk pertumbuhan bibit. Menurut Hogdson (1981), medium pertumbuhan bibit yang
Universitas Sumatera Utara
baik mempunyai komposisi yang seragam, ringan, aerasinya baik dan memiliki kemampuan mengikat air serta nilai tukar kation yang tinggi.
Media tanam untuk Jabon Putih juga harus diperhatikan agar mendapatkan hasil perbanyakan yang baik. Media tanam yang baik untuk budidaya tanaman adalah media yang mampu menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar serta mencukupi kebutuhan tanaman akan air dan unsur hara. Manipulasi media tanam yang tepat adalah dengan membuat komposisi media yang dapat mempertahankan kelembaban tanah dalam waktu relatif lebih lama dan mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman (Muliawati, 2001; Sarief, 1985).
Pemberian bahan organik penting karena dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menyediakan hara bagi tanaman. Bahan organik juga dapat berfungsi sebagai salah satu komponen penting dalam pengendalian penyakit tanaman secara terpadu (Nainggolan dkk., 1999). Murbandono (1994) menyatakan bahwa salah satu komponen yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kesuburan tanah adalah bahan organik.
Cocopeat adalah kompos yang berasal dari serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut kelapa. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan serat yang lebih dikenal fiber, serta serbuk halus sabut yang dikenal cocopeat. Serbuk tersebut sangat bagus digunakan sebagai media tanam karena dapat menyerap air dan menggemburkan tanah.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca),
Universitas Sumatera Utara
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P). Dengan menggunakan cocopeat penyiraman dapat dilakukan dengan lebih jarang. Penyiraman dilakukan setelah media kering. Kekurangan cocopeat adalah banyak mengandung zat Tanin. Zat tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman. Adanya zat tanin ditandai dengan keluarnya warna merah bata saat serabut kelapa direndam dalam air.
Selain pemberian bahan organik pada media tanam, Jabon juga memerlukan pemupukan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Pemupukan bertujuan memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah, sehingga Jabon dapat tumbuh lebih cepat, subur dan sehat. Pemupukan dapat menambah unsur hara yang kurang tersedia di dalam tanah dalam jumlah yang cukup seperti nitrogen, posfor dan kalium. Roesmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk mendapatkan bibit Jabon Putih yang berkualitas baik di persemaian maka dilakukan pengujian terhadap jenis media tanam dan dosis pupuk NPK. Dengan dibantu oleh pemupukan diharapkan tanaman Jabon dapat tumbuh dengan baik. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis pengaruh jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang berbeda terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertambahan jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk dan akar serta berat kering tajuk dan akar bibit Jabon Putih (A. cadamba).
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu pengetahuan
dan pihak-pihak yang mengembangkan hutan tanaman baik dalam HTI maupun hutan rakyat mengenai kombinasi jenis media tanam dan dosis NPK yang berbeda yang sesuai untuk pertumbuhan bibit Jabon Putih (A. cadamba). Hipotesis Penelitian 1. Jenis media tanam yang berbeda menyebabkan respon pertumbuhan bibit Jabon
Putih (A. cadamba) yang berbeda. 2. Dosis pupuk NPK yang berbeda menyebabkan respon pertumbuhan bibit Jabon
Putih (A. cadamba) yang berbeda. 3. Ada interaksi perlakuan jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang berbeda
menyebabkan respon pertumbuhan bibit Jabon Putih (A. cadamba) yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi, Penyebaran, Karakteristik dan Tempat Tumbuh Jabon Putih (Anthocephalus cadamba)
Klasifikasi Jabon Putih (A. cadamba) menurut Krisnawati dkk. (2011) adalah:
Kindom
: Plantae
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)
Sub kelas : Asteridae
Ordo
: Rubiales
Famili
: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus
: Anthocephalus
Spesies
: Anthocephalus cadamba Miq.
Sinonim
: Anthocephalus chinensis (Lamk.) A. Rich. Ex. Walp.,
Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil., Nauclea cadamba
(Roxb.), Neolamarkcia cadamba (Roxb.) Bosser, Sarcocephalus
cadamba (Roxb.) Kurz., Anthocephalus indicus A. Rich.,
Anthocephalus morindaefolius Korth.
Nama lokal Jabon Putih (Anthocephalus cadamba) pada beberapa daerah di
Indonesia antara lain galupai, galupai bengkal, (Sumatera); Jabon, jabun (Jawa); ilan,
kelampayan (Kalimantan); bance, pute, loeraa(Sulawesi); gumpayan, kelapan (Nusa
Tenggara); aparabire, masarambi (Papua) (Martawijaya dkk., 1989).
Universitas Sumatera Utara
Jabon tumbuh secara alami di Australia, Cina, India, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura dan Vietnam. Jabon merupakan jenis tanaman yang disukai tidak hanya di habitat alaminya, tetapi juga di luar habitat alaminya. Jabon juga telah berhasil diintroduksikan di Kosta Rika, Puerto Riko, Afrika Selatan, Suriname, Taiwan, Venezuela, dan negara-negara subtropis dan tropis lainnya (Orwa dkk., 2009).
Jabon termasuk pohon berukuran besar dengan batang lurus dan silindris serta memiliki tajuk tinggi seperti payung dengan sistem percabangan yang khas mendatar. Tinggi pohon dapat mencapai 45 m dengan diameter batang 100-160 cm dan kadangkadang berbanir hingga ketinggian 2 m. Kulit pohon muda berwarna abu-abu dan mulus sedangkan kulit pohon tua kasar dan sedikit beralur. Daun menempel pada batang utama, berwarna hijau mengilap, berpasangan dan berbentuk oval-lonjong (berukuran 15-50 cm x 8-25 cm). Daun pada pohon muda yang diberi pupuk umumnya lebih lebar, dengan posisi lebih rendah di bagian pangkal dan meruncing di bagian puncak.
Jabon termasuk jenis kayu daun lebar yang lunak (ringan). Kayu teras berwarna putih kekuningan sampai kuning terang; tidak dapat dibedakan dengan jelas warnanya dari kayu gubal (Martawijaya dkk., 1989). Tekstur kayu agak halus sampai agak kasar, berserat lurus, kurang mengilat dan tidak berbau. Kerapatan kayunya berkisar 290-560 kg/m3 pada kadar air 15%. Kayu Jabon mudah dikerjakan baik dengan tangan maupun mesin, mudah dipotong dan diketam, serta menghasilkan permukaan kayu yang halus. Kayunya juga mudah dipaku, dibor, dan dilem. Namun demikian, kayu Jabon dinilai tidak tahan lama. Hasil uji kayu di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa rata-rata kayu Jabon dapat tahan kurang dari 1,5 tahun apabila
dibiarkan di atas tanah. Kayu Jabon termasuk mudah dikeringkan dengan sedikit atau
tanpa cacat. Untuk mencegah jamur (noda) biru pada permukaan kayu, kayu harus
segera diolah setelah pemanenan, atau harus diberi perlakuan dalam waktu 48 jam
atau direndam dalam air (Soerianegara dan Lemmens 1993). Beberapa ciri morfologi
yang membedakan Jabon Putih dengan Jabon Merah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan ciri morfologi Jabon Putih dengan Jabon Merah
No. Karakteristik Jabon Putih (A .cadamba) Jabon Merah (A. macrophyllus)
1. Tunas daun muda
Berwarna coklat muda Berwarna merah
2. Pangkal daun
Rata
Runcing
3. Urat daun primer
Berwarna hijau
Berwarna merah
kekuningan
4. Batang muda
Berwarna hijau
Berwarna merah kehitaman
kecoklatan
5. Batang pohon dewasa Berwarna coklat kelabu Berwarna kehitaman
6. Warna buah
Buah masak fisiologis
Buah masak fisiologis berwarna
berwarna kuning
coklat kemerahan
Sumber: Halawane dkk. (2011)
Jabon merupakan tanaman pionir yang dapat tumbuh baik pada tanah-tanah
aluvial yang lembap dan umumnya dijumpai di hutan sekunder di sepanjang bantaran
sungai dan daerah transisi antara daerah berawa, daerah yang tergenang air secara
permanen maupun secara periodik. Beberapa pohon Jabon terkadang juga ditemukan
di areal hutan primer. Jenis ini tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, terutama pada
tanah-tanah yang subur dan beraerasi baik (Soerianegara dan Lemmens 1993).
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan Jabon. Pada habitat alaminya, suhu maksimum untuk pertumbuhan Jabon berkisar 32-42 oC dan suhu minimum berkisar 3-15,5 oC. Jabon tidak toleran terhadap cuaca dingin, rata-
rata curah hujan tahunan di habitat alaminya berkisar 1500-5000 mm. Jabon dapat
pula tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan tahunan sedikitnya 200 mm
Universitas Sumatera Utara
(misalnya di bagian tengah Sulawesi Selatan). Jabon tumbuh baik pada ketinggian 300-800 m dpl. Di daerah khatulistiwa, Jabon tumbuh pada ketinggian 0-1000 m dpl (Martawijaya dkk., 1989). Media Tanam
Pembibitan atau persemaian merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan sistem periode waktu yang ditetapkan. Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya serap, dan daya simpan air baik (Khaeruddin, 1999).
Media tanam yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur ringan dan dapat menahan air sehingga menciptakan kondisi yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Media untuk pembibitan memiliki daya menahan air yang baik, cukup hara, bebas dari gulma dan patogen, serta kemasaman tanah optimal bagi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar utuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hali ini disebabkan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara
Universitas Sumatera Utara
misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, maka harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya (Khaeruddin, 1999).
Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh akar tanaman yang ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan kemudian larutan nutrisi tersebut diserap oleh perakaran. Syarat yang digunakan utuk media tanam antara lain steril, porus ringan, mudah didapat, dan murah. Tanaman membutuhkan unsur hara yang tepat untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Selain itu tanaman juga membutuhkan air dan sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur hidupnya (Hartus, 2002). Pada penilitian ini beberapa media tanam yang digunakan yaitu: A. Tanah
Tanah yang merupakan tempat tumbuh suatu tanaman merupakan suatu sistem terpadu antara unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya misalnya mineral anorganik, mineral organik, organik tanah, udara, tanah, dan air tanah. Untuk dapat tumbuh dan bereproduksi, tanaman mendapatkan suplai nutrisi (hara mineral) dari dalam tanah dan mineral-mineral tersebut diserap dalam bentuk yang spesifik. Untuk mengembalikan mineral-mineral yang telah hilang, baik yang tercuci oleh hujan maupun yang terserap tanaman maka dilakukan pemupukan (Sitepu, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Tanah mengandung mineral, zat hara, dan jasad renik yang berguna untuk tanaman. Tanah yang umum dipakai yaitu tanah gunung yang hitam atau cokelat tua dan tanah merah. B. Pasir
Menurut Rao (1994) tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal, yaitu campuran butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir adalah 0,002 mm-2,0 mm.
Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (Rao, 1994). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang kecil dibandingkan dengan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim dkk., 1986).
Pasir memiliki sifat yang cepat kering sehingga akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan
Universitas Sumatera Utara
campuran bahan organik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman (Suwandi, 2008).
Pada tanah pasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah pasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan tanah pasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah pasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah pasir menjadi kurang subur (Hasibuan, 2006).
Pasir berguna memberikan media tanam yang baik untuk tempat pertumbuhan akar, dengan sifat pasir yang porositasnya tinngi dan juga aerasi yang baik. Pasir yang digunakan bukan pasir super tetapi pasir yang memiliki butiran yang lebih besar sehingga tidak mudah mengendap ke bawah dan mengeras. Pasir terbaik yang digunakan adalah pasir yang memiliki pori-pori yang cukup banyak, umumnya ringan, dan butirannya agak kasar contohnya pasir malang (Soegiman, 1993).
Kelebihan garam dalam tanah dapat menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini disebabkan oleh potensial air di lingkungan lebih rendah daripada potensial air jaringan, kemudian yang terjadi adalah kehilangan air bukan menyerapnya. Selain itu, organorgan tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis). Menurut Sipayung (2003), salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
C. Cocopeat Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari
proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis (Yuwono, 2005).
Pupuk organik seperti kompos dan humus adalah pupuk alami yang dapat menambah unsur hara di dalam tanah. Kompos mempunyai kemampuan menyerap air dan mempunyai kandungan unsur-unsur mikro dan makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Kompos dapat dikatakan sebagai hasil bahan-bahan organik seperti serasah dedaunan, enceng gondok, atau rumput yang terjadi secara konsisten dengan aktivator sejumlah besar mikroba, dalam lingkungan yang hangat, basah, dan berudara, dalam waktu yang relatif terbatas dan hasil akhirnya berupa humus (Sastraatmadja dkk., 2001).
Cocopeat merupakan salah satu media buatan yang berasal dari bahan organik sisa hasil kegiatan di bidang pertanian. Sebagai bahan organik, cocopeat dinilai sebagai bahan yang ramah lingkungan. Cocopeat berasal dari sabut kelapa yang sudah dipisahkan dari seratnya. Kelebihan serbuk sabut kelapa sebagai media tanam adalah memiliki kemampuan mengikat air dan m,enyimpan air 6 kali sampai 8 kali bobot keringnya (Herath, 1993 dalam Tyas, 2000).
Cocopeat mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na), dan Fosfor (P) serta dapat menetralkan kemasaman tanah (Prayugo, 2007). Bonzon dan Velsco (1982) dalam Tyas (2000),
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa cocopeat banyak mengandung unsur hara, dengan K dan Cl merupakan unsur yang dominan. Pupuk NPK
Menurut Lingga (1998) pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis terisap oleh tanaman dari tanah. Jadi memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa manfaat pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun secara lebih terinci manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisika dan kimia tanah.
Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah menurut Marsono dan Sigit (2002) adalah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Murbandono (1994) menyatakan bahwa unsur hara yang diperlukan tanaman dapat dibagi tiga golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Ketiga golongan tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti
nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium atau kalium (K). 2. Unsur hara sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil, seperti sulfur/belerang (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). 3. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti
besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), khlor (Cl), boron (B), mangan (Mn), dan molibdenum (Mo).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang, seperti N, P, dan K yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat memperbaiki keasaman tanah.
Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman, seperti gabungan antara N dan P, N dan K atau N dan P dan K (Sabiham dkk., 1989). Untuk mengurangi biaya pemupukan, sering digunakan pupuk majemuk sebagai alternatif dari pemakaian pupuk tunggal (Hasibuan, 2006).
Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) dan kalium klorida (KCL). Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 16-16-16 berarti dalam pupuk itu terdapat 16% nitrogen, 16% fosfor (sebagai P2O5), dan 16 % kalium (sebagai K2O). Di Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam (Imran, 2005).
Kadar NPK yang banyak beredar dipasaran adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Kadar lain yang tidak terlalu umum beredar adalah 6-12-15, 12-12-12 atau 20-20-20. Tiga tipe pupuk NPK yang pertama sangat umum didapat. Tipe pupuk
Universitas Sumatera Utara
tersebut juga sangat popular karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2002).
Dari 16 unsur hara esensial (N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Cu, Zn, Cl, B, Mn, Mo, C, H, dan O) yang dibutuhkan tanaman, maka unsur hara makro N, P, K selalu mendapat perhatian yang serius. Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai subtansi penting di dalam tanaman. Sekitar 40-50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada saat pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun (Novizan, 2002).
Menurut Lindawati dkk. (2000), pupuk nitrogen merupakan pupuk yang sangat penting bagi semua tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen juga memiliki peranan yaitu merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Nitrogen penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis. Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti penggunaan pupuk dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena kelebihan atau ketidaktepatan pemberian pupuk merupakan pemborosan yang berarti
Universitas Sumatera Utara
mempertinggi input. Keefisienan pupuk diartikan sebagai jumlah kenaikan hasil yang dapat dipanen atau parameter pertumbuhan lainnya yang diukur sebagai akibat pemberian satu satuan pupuk/ hara.
Bagi tanaman pupuk fospor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar semai, memacu dan memperkuat tanaman, meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur P merupakan bahan pembentukan sel inti, selain itu mempunyai peranan penting bagi pembelahan sel serta perkembangan jaringan meristematik. Dapat membentuk ikatan fosfat yang dipergunakan untuk mempercepat proses-proses fisologis (Sutejo, 2002).
Kalium memegang peranan penting dalam peristiwa-peristiwa fisiologis seperti metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, metabolisme protein dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur aktivitas berbagai unsur mineral, mengaktifkan berbagai kerja enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, netralisasi asam-asam organik bagi hasil fisiologis, mengatur membuka dan menutup stomata dan hal-hal yang berkaitan dengan air (Damanik dkk., 2010).
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara pada bulan November 2013-Januari 2014. Analisa kimia tanah dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit Jabon Putih (A. cadamba) yang berumur 3 bulan, tanah, pasir, cocopeat, NPK 16-16-16, polybag berukuran 3 kg, kertas label, dan air.
Alat yang digunakan terdiri atas jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter semai, penggaris untuk mengukur tinggi semai, gembor untuk menyiram semai, tally sheet sebagai tempat untuk mencatat data-data hasil pengamatan, dan alat-alat tulis untuk mencatat data. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor dan 5 ulangan yakni: Faktor 1 adalah media tanam yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu:
M1 = Tanah (70%) + Pasir (30%) M2 = Tanah (50%) + Cocopeat (50%) M3 = Tanah (70%) + Cocopeat (30%) M4 = Tanah (50%) + Pasir (25%) + Cocopeat (25%)
Universitas Sumatera Utara
Faktor 2 adalah dosis NPK (N) yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu:
N0= Tanpa NPK (Kontrol)
N1= 0,5 g/ bibt
N3= 2 g/ bibit
N4= 3,5 g/ bibit
Jumlah kombinasi perlakuan adalah : 4 x 4 = 16 perlakuan
Jumlah ulangan
: 5 ulangan
Jumlah tanaman seluruhnya
: 80 tanaman
Model statistika yang digunakan sebagai berikut:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana:
Yijk = Respon bibit Jabon Putih pada faktor media tanam (M) ke-i, faktor dosis
pupuk NPK (N) ke-j dan ulangan ke-k
μ = Nilai tengah umum (mean) dari hasil pertumbuhan tanaman
αi = Pengaruh faktor media tanam ke-i
βj = Pengaruh faktor dosis pupuk NPK ke-j
εijk = Pengaruh galat dari faktor media tanam (M) ke-i, faktor dosis pupuk
NPK (N) ke-j dan ulangan ke-k
i = 1, 2, 3, 4
j = 1, 2, 3, 4
k = 1, 2, 3, 4, 5
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SPSS 17.0. Perlakuan yang berpengaruh nyata pada uji F diuji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengambilan dan persiapan media tanam
Tanah diambil dengan kedalaman 10-20 cm (top soil) secara acak. Tanah yang telah diambil lalu dikeringanginkan. Kemudian tanah dibersihkan dari serasah-serasah dan perakaran sisa tanaman yang terbawa pada saat pengambilan tanah. Setelah tanah dibersihkan maka tanah diayak agar tidak menggumpal.
Pasir yang digunakan adalah pasir bangunan. Pasir juga diayak untuk mendapatkan agregat pasir yang halus. 2. Pembuatan media tanam
Tanah (top soil) dicampur dengan pasir dan cocopeat dengan volume 2 kg per polybag. Dosis tanah, pasir, dan cocopeat disesuaikan dengan perlakuan lalu dicampur dengan rata. 3. Persiapan pupuk NPK
Pupuk NPK yang digunakan adalah pupuk NPK 16-16-16 dengan nama dagang Mutiara yang biasa dijual di pasar. NPK diberikan dengan cara ditugal dengan jarak lima cm dari batang dengan kedalaman dua cm. Pupuk diberikan sesuai dosis yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
4. Penanaman Media yang telah dimasukkan ke dalam polybag, disiram dengan air
sampai terserap oleh media. Media kemudian ditanami dengan anakan Jabon Putih. 5. Pemeliharaan tanaman a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari, pagi dan sore hari, menggunakan gembor. b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang berada pada polybag. Pengendalian gulma dilakukan setiap saat. 6. Parameter pengamatan
Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data tiap awal parameter. Jadi data yang diperoleh pada saat pengukuran parameter dikurangi terhadap data awal. Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah tanam (2 MST), selama 2 bulan. Parameter yang diamati antara lain adalah: a. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang dipermukaan tanah hingga titik tumbuh bibit menggunakan penggaris. Pengambilan data dilakukan seminggu sekali.
Universitas Sumatera Utara
b. Diameter bibit (mm) Pengukuran diameter menggunakan jangka sorong, diukur pada
pangkal batang sekitar 3 cm dari permukaan tanah yang sudah ditandai. Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali. c. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung mulai dari daun yang paling bawah hingga daun yang berada di sekitar pucuk tanaman yang sudah terbuka sempurna. Menghitung jumlah daun dilakukan setiap seminggu sekali. d. Luas daun (cm2)
Pengukuran luas permukaan daun dilakukan pada akhir penelitian. Luas permukaan daun diukur dengan menggunakan program Image J dari NH (National Institute of Health). e. Berat basah tajuk dan akar (g)
Perhitungan berat basah tajuk dan akar dilakukan setelah selesai kegiatan pemanenan bibit Jabon putih. Tajuk dan akar yang baru dipanen dimasukkan ke dalam amplop dan diberi label sesuai perlakuan, dan selanjutnya dilakukan penimbangan berat basah. f. Berat kering tajuk dan akar
Perhitungan berat kering tajuk dan akar dilakukan setelah perhitungan berat basah tajuk dan akar. Sampel tanaman dimasukkan ke dalam amplop sesuai perlakuan dan di oven pada suhu 70oC selama 24 jam. Tanaman kemudian ditimbang untuk memperoleh berat kering tajuk dan akar.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis sifat kimia pH dan kandungan C-organik dari media tanam,
menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan termasuk dalam kriteria tanah
yang kurang subur. Karena memiliki pH yang masam dan C-organik yang rendah.
Menurut Tjia (2001), menyatakan bahwa secara umum sebagian besar tanaman
memerlukan media tanam yang netral yaitu 6,2-7. C-organik yang rendah dapat
memperlambat perombakan bahan organik yang tersedia dalam media tanam
sehingga mengakibatkan unsur hara menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan
tanaman. Hasil analisis sifat kimia media tanam dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Analisis sifat kimia media tanam yang digunakan
Jenis media tanam
pH
Kriteria
Kandungan C-organik (%)
Kriteria
Topsoil
5,06 Kemasaman sedang
1,24 Rendah
M1 4,90 Masam
0,35 Sangat rendah
M2
5,27 Kemasaman sedang
2,29 Sedang
M3 4,97 Masam
2,12 Sedang
M4 4,93 Masam
2,01 Sedang
Keterangan : Penilaian sifat-sifat tanah didasarkan pada criteria penilaian sifat-sifat tanah (Pusat
Penelitian Tanah. Bogor 1983)
Media tanam adalah bahan yang digunakan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya akar tanaman. Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan
sesuai dengan jenis tanaman harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik
media tanam yang berbeda-beda dari setiap jenisnya. Berdasarkan jenis bahan
penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian pupuk NPK dan bahan organik juga dapat mempengaruhi sifat kimia
tanah yaitu dapat memperbaiki pH tanah dan sifat biologi tanah dengan menunjang
kehidupan mikroorganisme dalam tanah serta kemampuan menahan air. Menurut
Buckman dan Brady (1982), pH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara.
Pertambahan Tinggi Bibit
Hasil analisis sidik ragam rataan pertambahan tinggi bibit Jabon Putih
(Lampiran 1) menunjukkan dosis NPK berpengaruh nyata terhadap pertambahan
tinggi bibit. Jenis media tanam dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang
tidak nyata terhadap pertambahan tinggi bibit. Tabel 3 menunjukkan hasil uji lanjut
Duncan terhadap rataan pertumbuhan tinggi bibit.
Tabel 3. Rataan pertambahan tinggi bibit Jabon Putih (cm) pada 9 MST
Dosis NPK
M1
Media Tanam M2 M3
M4 Rata-rata
N0 4,33 2,07 1,23 1,80 2,36a
N1 5,37 4,80 4,97 3,65 4,70b
N2 4,40 7,70 8,17 5,63 6,48c
N3 9,07 7,40 9,13 9,60 8,80d
Rata-rata 5,79 5,49 5,88 5,17
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak
Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan dosis NPK N3 menunjukkan rataan pertambahan tinggi tertinggi
yaitu 8,80 cm, namun berbeda nyata dengan perlakuan N0, N1, dan N2. Perlakuan
dosis NPK N0 menunjukkan rataan pertambahan tinggi terendah yaitu 2,36 cm,
namun berbeda nyata dengan N1, N2, dan N3. Gambar 1 menunjukkan grafik rataan
laju pertambahan tinggi pada pengamatan ke-2 sampai ke-9 MST .
Universitas Sumatera Utara
Rataan tinggi tanaman (cm)
12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
2
345678 Waktu pengamatan (MST)
9
M1N0 M2N0 M3N0 M4N0 M1N1 M2N1 M3N1 M4N1 M1N2 M2N2 M3N2 M4N2 M1N3 M2N3 M3N3 M4N3
Gambar 1. Rataan laju pertambahan tinggi bibit Jabon Putih
Gambar 1 menunjukkan rataan pertambahan tinggi pada berbagai kombinasi
perlakuan mengalami kenaikan setiap minggunya. Kombinasi perlakuan M3N3
cenderung meningkatkan laju pertambahan tinggi bibit tertinggi yaitu 11,40 cm. Laju
pertambahan tinggi bibit terendah adalah bibit dengan kombinasi perlakuan M3N0
sebesar 2,10 cm.
Pertambahan Diameter Bibit
Hasil analisis sidik ragam rataan pertambahan diameter bibit Jabon Putih
(Lampiran 2) menunjukkan interaksi jenis media tanam dan dosis NPK memberikan
pengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bibit. Tabel 4 menunjukkan hasil uji
lanjut Duncan terhadap rataan pertambahan diameter bibit.
Tabel 4. Rataan pertambahan diameter bibit Jabon Putih (mm) pada 9 MST
Dosis NPK
M1
Media Tanam M2 M3
M4
N0 3,73bcde 1,00a
0,83a
1,23ab
N1
3,40abcd
3,13abc
3,23abc
4,70cde
N2
3,97bcde
6,13def
6,60ef
4,17cde
N3
5,93cdef
5,13cde
8,80f
8,37f
Keterangan: Angka-angka ya
SKRIPSI
Oleh : NOVRIANTY N NAINGGOLAN
091201095 BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi
: Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)
: Novrianty Naomas Nainggolan
: 091201095
: Kehutanan (Budidaya Hutan)
Putih
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Edy Batara M. Siregar, MS Ketua
Nelly Anna, S.Hut, M.Si. Anggota
Mengetahui Siti Latifah, S.Hut, M.Si.,Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
NOVRIANTY N NAINGGOLAN: Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus cadamba Miq.). Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA.
Jabon Putih (A. cadamba) merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman reboisasi (penghijauan) di Indonesia. Untuk mendapatkan bibit Jabon Putih yang berkualitas baik di persemaian maka dilakukan pengujian terhadap jenis media tanam dan dosis pupuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada November-Januari 2013 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu jenis media tanam dan dosis NPK (0 g; 0,5 g; 2 g; 3,5 g per bibit). Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis media tanam dan dosis pupuk NPK hanya berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang. Dosis NPK berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Jenis media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi tanah (70%) + kompos (30%) dengan dosis NPK 3,5 g. Kata Kunci : jabon putih, media tanam, pupuk NPK, pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Novrianty N. Nainggolan: Effect The Types of Planting Medium and Doses of NPK Fertilizer on The Growth of Seeds White Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Under Supervision of EDY BATARA MULYA SIREGAR AND NELLY ANNA.
White jabon (A. cadamba) is a fast-growing tree species that have high prospects for industrial tree plantations and reforestation crop (greening) in Indonesia. To get good quality of white jabon seeds in the nursery then be tested against the types of planting medium and doses of NPK. This research was conducted in the green house of the Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara in November-January 2013 using a factorial completely randomized design with 2 factors are the types of planting medium and doses of NPK (0 g, 0,5 g, 2 g, 3,5 g per seed). The parameters measured were seedling height, stem diameter, number of leaves, leaf area, canopy wet weight, root fresh weight, dry weight crown, and root dry weight.
The results showed that the interaction between the types of planting medium and doses of NPK only significantly affect to the increase of stem diameter. Doses of NPK significantly affect all parameters. Types of planting medium had no significantly affect on all parameters. The best results were obtained on a combination of land (70%) + compost (30%) with a dose of 3,5 g NPK. Keywords: white jabon, planting medium, fertilizer NPK, growth
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 16 November 1991 dari ayahanda Bungaran Nainggolan dan Ibunda Sarmalinta Sipayung. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD RK Cinta Rakyat 4 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima masuk di Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih minat studi Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS), sebagai asisten praktikum Bioteknologi Hutan tahun 2013 dan Dasar Perlindungan Hama tahun 2014. Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosisten Hutan (PEH) di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan pada tahun 2011. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Taman Nasional Ujung Kulon, Tangerang, Banten dari tanggal 01 Februari sampai 01 Maret 2013.
Penulis melaksanakan penelitian dari bulan November 2013-Januari 2014 dengan judul “Pengaruh Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus cadamba Miq.)” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. dan Ibu Nelly Anna, S.Hut., M.Si.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus cadamba Miq.)”.
Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis pengaruh jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang berbeda terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertambahan jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk dan akar serta berat kering tajuk dan akar bibit Jabon Putih yang sesuai untuk pertumbuhan bibit Jabon Putih, sehingga Jabon Putih dapat dibudidayakan secara baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS., dan Ibu Nelly Anna, S.Hut, M.Si., yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pegawai dan dosen pengajar di Program Studi Kehutanan serta kepada teman-teman mahasiswa yang telah membantu dan memberikan saran dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................
ABSTRACT...................................................................................................
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................... Manfaat Penelitian ................................................................................. Hipotesis Penelitian ...............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Penyebaran, Karakteristik dan Tempat Tumbuh Jabon Putih (Anthocephalus cadamba) ............................................................ Media Tanam ......................................................................................... Tanah................................................................................................ Pasir.................................................................................................. Cocopeat .......................................................................................... Pupuk NPK ............................................................................................
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ Bahan dan Alat Penelitian...................................................................... Rancangan Percobaan ............................................................................ Pelaksanaan Penelitian...........................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ....................................................................................................... Sifat Kimia Tanah ............................................................................ Pertambahan Tinggi Bibit ................................................................ Pertambahan Diameter Bibit............................................................ Pertambahan Jumlah Daun Bibit ..................................................... Luas Daun Bibit ............................................................................... Berat Basah Tajuk............................................................................ Berat Basah Akar ............................................................................. Berat Kering Tajuk...........................................................................
Hal. i
ii
iii
iv
vii
viii
ix
1 3 4 4
5 8 9 10 12 13
17 17 17 19
22 22 23 24 25 27 27 28 29
Universitas Sumatera Utara
Berat Kering Akar............................................................................ Pembahasan............................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................ Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................
30 31
36 36 37 41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Perbedaan ciri morfologi Jabon Putih dan Jabon Merah .............................. 7 2. Analisis sifat kimia media tanam yang digunakan........................................ 22 3. Rataan pertambahan tinggi bibit Jabon Putih (cm) pada 9 MST .................. 23 4. Rataan pertambahan diameter bibit Jabon Putih (mm) pada 9 MST ............ 24 5. Rataan pertambahan jumlah daun bibit Jabon Putih (helai) pada 9 MST..... 26 6. Rataan luas daun (cm2) bibit Jabon Putih ..................................................... 27 7. Rataan berat basah tajuk (g) bibit Jabon Putih.............................................. 28 8. Rataan berat basah akar (g) bibit Jabon Putih............................................... 29 9. Rataan berat kering tajuk (g) bibit Jabon Putih............................................. 29 10. Rataan berat kering akar (g) bibit Jabon Putih.............................................. 30
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Rataan laju pertambahan tinggi bibit Jabon Putih ........................................ 24 2. Rataan laju pertambahan diameter bibit Jabon Putih.................................... 25 3. Rataan laju pertambahan jumlah daun bibit Jabon Putih.............................. 26
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Rataan pertambahan tinggi dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih........ 41 2. Rataan pertambahan diameter dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih ... 43 3. Rataan pertambahan jumlah daun dan analisis sidik ragam bibit Jabon
Putih .............................................................................................................. 45 4. Rataan luas daun dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih........................ 47 5. Rataan berat basah tajuk dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih............ 48 6. Rataan berat basah akar dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih............. 49 7. Rataan berat kering tajuk dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih........... 50 8. Rataan berat kering akar dan analisis sidik ragam bibit Jabon Putih............ 51 9. Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah
Bogor (1983) ................................................................................................. 52 10. Dokumentasi penelitian ................................................................................ 53
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
NOVRIANTY N NAINGGOLAN: Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus cadamba Miq.). Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA.
Jabon Putih (A. cadamba) merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman reboisasi (penghijauan) di Indonesia. Untuk mendapatkan bibit Jabon Putih yang berkualitas baik di persemaian maka dilakukan pengujian terhadap jenis media tanam dan dosis pupuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada November-Januari 2013 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu jenis media tanam dan dosis NPK (0 g; 0,5 g; 2 g; 3,5 g per bibit). Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis media tanam dan dosis pupuk NPK hanya berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang. Dosis NPK berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Jenis media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi tanah (70%) + kompos (30%) dengan dosis NPK 3,5 g. Kata Kunci : jabon putih, media tanam, pupuk NPK, pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Novrianty N. Nainggolan: Effect The Types of Planting Medium and Doses of NPK Fertilizer on The Growth of Seeds White Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Under Supervision of EDY BATARA MULYA SIREGAR AND NELLY ANNA.
White jabon (A. cadamba) is a fast-growing tree species that have high prospects for industrial tree plantations and reforestation crop (greening) in Indonesia. To get good quality of white jabon seeds in the nursery then be tested against the types of planting medium and doses of NPK. This research was conducted in the green house of the Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara in November-January 2013 using a factorial completely randomized design with 2 factors are the types of planting medium and doses of NPK (0 g, 0,5 g, 2 g, 3,5 g per seed). The parameters measured were seedling height, stem diameter, number of leaves, leaf area, canopy wet weight, root fresh weight, dry weight crown, and root dry weight.
The results showed that the interaction between the types of planting medium and doses of NPK only significantly affect to the increase of stem diameter. Doses of NPK significantly affect all parameters. Types of planting medium had no significantly affect on all parameters. The best results were obtained on a combination of land (70%) + compost (30%) with a dose of 3,5 g NPK. Keywords: white jabon, planting medium, fertilizer NPK, growth
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar belakang Jabon Putih (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis pohon yang
memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman reboisasi (penghijauan) di Indonesia, karena pertumbuhannya yang sangat cepat, kemampuan beradaptasinya pada berbagai kondisi tempat tumbuh, perlakuan silvikulturnya yang relatif mudah, serta relatif bebas dari serangan hama dan penyakit yang serius. Jabon diharapkan menjadi makin penting bagi industri perkayuan di masa mendatang, terutama ketika bahan baku kayu pertukangan dari hutan alam diperkirakan akan makin berkurang. Tinggi Jabon dapat mencapai 45 m dengan diameter 100-160 cm. Kelebihan lain dari tanaman ini memiliki batang yang lurus dan silindris sehingga sangat cocok sebagai bahan baku industri kayu. Di Indonesia tanaman ini sudah tersebar hampir di seluruh pelosok Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTB, dan Papua (Mansur dan Tuheteru 2010).
Pengadaan bibit dalam jumlah besar dan bermutu tinggi sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman Jabon. Masalah yang dihadapi adalah bahwa untuk menghasilkan bibit pohon dalam skala besar diperlukan sangat banyak tanah lapisan atas sehingga jika lapisan atasnya diambil dapat menurunkan kesuburan lahan. Disamping itu, tanah sebagai medium persemaian mempunyai kelemahan, yaitu sifat fisiknya cepat menjadi padat karena sedikit mengandung bahan organik. Keadaan medium yang demikian tidak menguntungkan untuk pertumbuhan bibit. Menurut Hogdson (1981), medium pertumbuhan bibit yang
Universitas Sumatera Utara
baik mempunyai komposisi yang seragam, ringan, aerasinya baik dan memiliki kemampuan mengikat air serta nilai tukar kation yang tinggi.
Media tanam untuk Jabon Putih juga harus diperhatikan agar mendapatkan hasil perbanyakan yang baik. Media tanam yang baik untuk budidaya tanaman adalah media yang mampu menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar serta mencukupi kebutuhan tanaman akan air dan unsur hara. Manipulasi media tanam yang tepat adalah dengan membuat komposisi media yang dapat mempertahankan kelembaban tanah dalam waktu relatif lebih lama dan mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman (Muliawati, 2001; Sarief, 1985).
Pemberian bahan organik penting karena dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menyediakan hara bagi tanaman. Bahan organik juga dapat berfungsi sebagai salah satu komponen penting dalam pengendalian penyakit tanaman secara terpadu (Nainggolan dkk., 1999). Murbandono (1994) menyatakan bahwa salah satu komponen yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kesuburan tanah adalah bahan organik.
Cocopeat adalah kompos yang berasal dari serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut kelapa. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan serat yang lebih dikenal fiber, serta serbuk halus sabut yang dikenal cocopeat. Serbuk tersebut sangat bagus digunakan sebagai media tanam karena dapat menyerap air dan menggemburkan tanah.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca),
Universitas Sumatera Utara
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P). Dengan menggunakan cocopeat penyiraman dapat dilakukan dengan lebih jarang. Penyiraman dilakukan setelah media kering. Kekurangan cocopeat adalah banyak mengandung zat Tanin. Zat tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman. Adanya zat tanin ditandai dengan keluarnya warna merah bata saat serabut kelapa direndam dalam air.
Selain pemberian bahan organik pada media tanam, Jabon juga memerlukan pemupukan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Pemupukan bertujuan memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah, sehingga Jabon dapat tumbuh lebih cepat, subur dan sehat. Pemupukan dapat menambah unsur hara yang kurang tersedia di dalam tanah dalam jumlah yang cukup seperti nitrogen, posfor dan kalium. Roesmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk mendapatkan bibit Jabon Putih yang berkualitas baik di persemaian maka dilakukan pengujian terhadap jenis media tanam dan dosis pupuk NPK. Dengan dibantu oleh pemupukan diharapkan tanaman Jabon dapat tumbuh dengan baik. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis pengaruh jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang berbeda terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertambahan jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk dan akar serta berat kering tajuk dan akar bibit Jabon Putih (A. cadamba).
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu pengetahuan
dan pihak-pihak yang mengembangkan hutan tanaman baik dalam HTI maupun hutan rakyat mengenai kombinasi jenis media tanam dan dosis NPK yang berbeda yang sesuai untuk pertumbuhan bibit Jabon Putih (A. cadamba). Hipotesis Penelitian 1. Jenis media tanam yang berbeda menyebabkan respon pertumbuhan bibit Jabon
Putih (A. cadamba) yang berbeda. 2. Dosis pupuk NPK yang berbeda menyebabkan respon pertumbuhan bibit Jabon
Putih (A. cadamba) yang berbeda. 3. Ada interaksi perlakuan jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang berbeda
menyebabkan respon pertumbuhan bibit Jabon Putih (A. cadamba) yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi, Penyebaran, Karakteristik dan Tempat Tumbuh Jabon Putih (Anthocephalus cadamba)
Klasifikasi Jabon Putih (A. cadamba) menurut Krisnawati dkk. (2011) adalah:
Kindom
: Plantae
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)
Sub kelas : Asteridae
Ordo
: Rubiales
Famili
: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus
: Anthocephalus
Spesies
: Anthocephalus cadamba Miq.
Sinonim
: Anthocephalus chinensis (Lamk.) A. Rich. Ex. Walp.,
Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil., Nauclea cadamba
(Roxb.), Neolamarkcia cadamba (Roxb.) Bosser, Sarcocephalus
cadamba (Roxb.) Kurz., Anthocephalus indicus A. Rich.,
Anthocephalus morindaefolius Korth.
Nama lokal Jabon Putih (Anthocephalus cadamba) pada beberapa daerah di
Indonesia antara lain galupai, galupai bengkal, (Sumatera); Jabon, jabun (Jawa); ilan,
kelampayan (Kalimantan); bance, pute, loeraa(Sulawesi); gumpayan, kelapan (Nusa
Tenggara); aparabire, masarambi (Papua) (Martawijaya dkk., 1989).
Universitas Sumatera Utara
Jabon tumbuh secara alami di Australia, Cina, India, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura dan Vietnam. Jabon merupakan jenis tanaman yang disukai tidak hanya di habitat alaminya, tetapi juga di luar habitat alaminya. Jabon juga telah berhasil diintroduksikan di Kosta Rika, Puerto Riko, Afrika Selatan, Suriname, Taiwan, Venezuela, dan negara-negara subtropis dan tropis lainnya (Orwa dkk., 2009).
Jabon termasuk pohon berukuran besar dengan batang lurus dan silindris serta memiliki tajuk tinggi seperti payung dengan sistem percabangan yang khas mendatar. Tinggi pohon dapat mencapai 45 m dengan diameter batang 100-160 cm dan kadangkadang berbanir hingga ketinggian 2 m. Kulit pohon muda berwarna abu-abu dan mulus sedangkan kulit pohon tua kasar dan sedikit beralur. Daun menempel pada batang utama, berwarna hijau mengilap, berpasangan dan berbentuk oval-lonjong (berukuran 15-50 cm x 8-25 cm). Daun pada pohon muda yang diberi pupuk umumnya lebih lebar, dengan posisi lebih rendah di bagian pangkal dan meruncing di bagian puncak.
Jabon termasuk jenis kayu daun lebar yang lunak (ringan). Kayu teras berwarna putih kekuningan sampai kuning terang; tidak dapat dibedakan dengan jelas warnanya dari kayu gubal (Martawijaya dkk., 1989). Tekstur kayu agak halus sampai agak kasar, berserat lurus, kurang mengilat dan tidak berbau. Kerapatan kayunya berkisar 290-560 kg/m3 pada kadar air 15%. Kayu Jabon mudah dikerjakan baik dengan tangan maupun mesin, mudah dipotong dan diketam, serta menghasilkan permukaan kayu yang halus. Kayunya juga mudah dipaku, dibor, dan dilem. Namun demikian, kayu Jabon dinilai tidak tahan lama. Hasil uji kayu di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa rata-rata kayu Jabon dapat tahan kurang dari 1,5 tahun apabila
dibiarkan di atas tanah. Kayu Jabon termasuk mudah dikeringkan dengan sedikit atau
tanpa cacat. Untuk mencegah jamur (noda) biru pada permukaan kayu, kayu harus
segera diolah setelah pemanenan, atau harus diberi perlakuan dalam waktu 48 jam
atau direndam dalam air (Soerianegara dan Lemmens 1993). Beberapa ciri morfologi
yang membedakan Jabon Putih dengan Jabon Merah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan ciri morfologi Jabon Putih dengan Jabon Merah
No. Karakteristik Jabon Putih (A .cadamba) Jabon Merah (A. macrophyllus)
1. Tunas daun muda
Berwarna coklat muda Berwarna merah
2. Pangkal daun
Rata
Runcing
3. Urat daun primer
Berwarna hijau
Berwarna merah
kekuningan
4. Batang muda
Berwarna hijau
Berwarna merah kehitaman
kecoklatan
5. Batang pohon dewasa Berwarna coklat kelabu Berwarna kehitaman
6. Warna buah
Buah masak fisiologis
Buah masak fisiologis berwarna
berwarna kuning
coklat kemerahan
Sumber: Halawane dkk. (2011)
Jabon merupakan tanaman pionir yang dapat tumbuh baik pada tanah-tanah
aluvial yang lembap dan umumnya dijumpai di hutan sekunder di sepanjang bantaran
sungai dan daerah transisi antara daerah berawa, daerah yang tergenang air secara
permanen maupun secara periodik. Beberapa pohon Jabon terkadang juga ditemukan
di areal hutan primer. Jenis ini tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, terutama pada
tanah-tanah yang subur dan beraerasi baik (Soerianegara dan Lemmens 1993).
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan Jabon. Pada habitat alaminya, suhu maksimum untuk pertumbuhan Jabon berkisar 32-42 oC dan suhu minimum berkisar 3-15,5 oC. Jabon tidak toleran terhadap cuaca dingin, rata-
rata curah hujan tahunan di habitat alaminya berkisar 1500-5000 mm. Jabon dapat
pula tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan tahunan sedikitnya 200 mm
Universitas Sumatera Utara
(misalnya di bagian tengah Sulawesi Selatan). Jabon tumbuh baik pada ketinggian 300-800 m dpl. Di daerah khatulistiwa, Jabon tumbuh pada ketinggian 0-1000 m dpl (Martawijaya dkk., 1989). Media Tanam
Pembibitan atau persemaian merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan sistem periode waktu yang ditetapkan. Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya serap, dan daya simpan air baik (Khaeruddin, 1999).
Media tanam yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur ringan dan dapat menahan air sehingga menciptakan kondisi yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Media untuk pembibitan memiliki daya menahan air yang baik, cukup hara, bebas dari gulma dan patogen, serta kemasaman tanah optimal bagi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar utuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hali ini disebabkan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara
Universitas Sumatera Utara
misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, maka harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya (Khaeruddin, 1999).
Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh akar tanaman yang ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan kemudian larutan nutrisi tersebut diserap oleh perakaran. Syarat yang digunakan utuk media tanam antara lain steril, porus ringan, mudah didapat, dan murah. Tanaman membutuhkan unsur hara yang tepat untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Selain itu tanaman juga membutuhkan air dan sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur hidupnya (Hartus, 2002). Pada penilitian ini beberapa media tanam yang digunakan yaitu: A. Tanah
Tanah yang merupakan tempat tumbuh suatu tanaman merupakan suatu sistem terpadu antara unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya misalnya mineral anorganik, mineral organik, organik tanah, udara, tanah, dan air tanah. Untuk dapat tumbuh dan bereproduksi, tanaman mendapatkan suplai nutrisi (hara mineral) dari dalam tanah dan mineral-mineral tersebut diserap dalam bentuk yang spesifik. Untuk mengembalikan mineral-mineral yang telah hilang, baik yang tercuci oleh hujan maupun yang terserap tanaman maka dilakukan pemupukan (Sitepu, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Tanah mengandung mineral, zat hara, dan jasad renik yang berguna untuk tanaman. Tanah yang umum dipakai yaitu tanah gunung yang hitam atau cokelat tua dan tanah merah. B. Pasir
Menurut Rao (1994) tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal, yaitu campuran butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir adalah 0,002 mm-2,0 mm.
Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (Rao, 1994). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang kecil dibandingkan dengan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim dkk., 1986).
Pasir memiliki sifat yang cepat kering sehingga akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan
Universitas Sumatera Utara
campuran bahan organik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman (Suwandi, 2008).
Pada tanah pasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah pasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan tanah pasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah pasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah pasir menjadi kurang subur (Hasibuan, 2006).
Pasir berguna memberikan media tanam yang baik untuk tempat pertumbuhan akar, dengan sifat pasir yang porositasnya tinngi dan juga aerasi yang baik. Pasir yang digunakan bukan pasir super tetapi pasir yang memiliki butiran yang lebih besar sehingga tidak mudah mengendap ke bawah dan mengeras. Pasir terbaik yang digunakan adalah pasir yang memiliki pori-pori yang cukup banyak, umumnya ringan, dan butirannya agak kasar contohnya pasir malang (Soegiman, 1993).
Kelebihan garam dalam tanah dapat menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini disebabkan oleh potensial air di lingkungan lebih rendah daripada potensial air jaringan, kemudian yang terjadi adalah kehilangan air bukan menyerapnya. Selain itu, organorgan tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis). Menurut Sipayung (2003), salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
C. Cocopeat Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari
proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis (Yuwono, 2005).
Pupuk organik seperti kompos dan humus adalah pupuk alami yang dapat menambah unsur hara di dalam tanah. Kompos mempunyai kemampuan menyerap air dan mempunyai kandungan unsur-unsur mikro dan makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Kompos dapat dikatakan sebagai hasil bahan-bahan organik seperti serasah dedaunan, enceng gondok, atau rumput yang terjadi secara konsisten dengan aktivator sejumlah besar mikroba, dalam lingkungan yang hangat, basah, dan berudara, dalam waktu yang relatif terbatas dan hasil akhirnya berupa humus (Sastraatmadja dkk., 2001).
Cocopeat merupakan salah satu media buatan yang berasal dari bahan organik sisa hasil kegiatan di bidang pertanian. Sebagai bahan organik, cocopeat dinilai sebagai bahan yang ramah lingkungan. Cocopeat berasal dari sabut kelapa yang sudah dipisahkan dari seratnya. Kelebihan serbuk sabut kelapa sebagai media tanam adalah memiliki kemampuan mengikat air dan m,enyimpan air 6 kali sampai 8 kali bobot keringnya (Herath, 1993 dalam Tyas, 2000).
Cocopeat mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na), dan Fosfor (P) serta dapat menetralkan kemasaman tanah (Prayugo, 2007). Bonzon dan Velsco (1982) dalam Tyas (2000),
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa cocopeat banyak mengandung unsur hara, dengan K dan Cl merupakan unsur yang dominan. Pupuk NPK
Menurut Lingga (1998) pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis terisap oleh tanaman dari tanah. Jadi memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa manfaat pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun secara lebih terinci manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisika dan kimia tanah.
Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah menurut Marsono dan Sigit (2002) adalah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Murbandono (1994) menyatakan bahwa unsur hara yang diperlukan tanaman dapat dibagi tiga golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Ketiga golongan tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti
nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium atau kalium (K). 2. Unsur hara sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil, seperti sulfur/belerang (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). 3. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti
besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), khlor (Cl), boron (B), mangan (Mn), dan molibdenum (Mo).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang, seperti N, P, dan K yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat memperbaiki keasaman tanah.
Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman, seperti gabungan antara N dan P, N dan K atau N dan P dan K (Sabiham dkk., 1989). Untuk mengurangi biaya pemupukan, sering digunakan pupuk majemuk sebagai alternatif dari pemakaian pupuk tunggal (Hasibuan, 2006).
Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) dan kalium klorida (KCL). Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 16-16-16 berarti dalam pupuk itu terdapat 16% nitrogen, 16% fosfor (sebagai P2O5), dan 16 % kalium (sebagai K2O). Di Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam (Imran, 2005).
Kadar NPK yang banyak beredar dipasaran adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Kadar lain yang tidak terlalu umum beredar adalah 6-12-15, 12-12-12 atau 20-20-20. Tiga tipe pupuk NPK yang pertama sangat umum didapat. Tipe pupuk
Universitas Sumatera Utara
tersebut juga sangat popular karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2002).
Dari 16 unsur hara esensial (N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Cu, Zn, Cl, B, Mn, Mo, C, H, dan O) yang dibutuhkan tanaman, maka unsur hara makro N, P, K selalu mendapat perhatian yang serius. Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai subtansi penting di dalam tanaman. Sekitar 40-50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada saat pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun (Novizan, 2002).
Menurut Lindawati dkk. (2000), pupuk nitrogen merupakan pupuk yang sangat penting bagi semua tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen juga memiliki peranan yaitu merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Nitrogen penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis. Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti penggunaan pupuk dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena kelebihan atau ketidaktepatan pemberian pupuk merupakan pemborosan yang berarti
Universitas Sumatera Utara
mempertinggi input. Keefisienan pupuk diartikan sebagai jumlah kenaikan hasil yang dapat dipanen atau parameter pertumbuhan lainnya yang diukur sebagai akibat pemberian satu satuan pupuk/ hara.
Bagi tanaman pupuk fospor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar semai, memacu dan memperkuat tanaman, meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur P merupakan bahan pembentukan sel inti, selain itu mempunyai peranan penting bagi pembelahan sel serta perkembangan jaringan meristematik. Dapat membentuk ikatan fosfat yang dipergunakan untuk mempercepat proses-proses fisologis (Sutejo, 2002).
Kalium memegang peranan penting dalam peristiwa-peristiwa fisiologis seperti metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, metabolisme protein dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur aktivitas berbagai unsur mineral, mengaktifkan berbagai kerja enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, netralisasi asam-asam organik bagi hasil fisiologis, mengatur membuka dan menutup stomata dan hal-hal yang berkaitan dengan air (Damanik dkk., 2010).
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara pada bulan November 2013-Januari 2014. Analisa kimia tanah dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit Jabon Putih (A. cadamba) yang berumur 3 bulan, tanah, pasir, cocopeat, NPK 16-16-16, polybag berukuran 3 kg, kertas label, dan air.
Alat yang digunakan terdiri atas jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter semai, penggaris untuk mengukur tinggi semai, gembor untuk menyiram semai, tally sheet sebagai tempat untuk mencatat data-data hasil pengamatan, dan alat-alat tulis untuk mencatat data. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor dan 5 ulangan yakni: Faktor 1 adalah media tanam yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu:
M1 = Tanah (70%) + Pasir (30%) M2 = Tanah (50%) + Cocopeat (50%) M3 = Tanah (70%) + Cocopeat (30%) M4 = Tanah (50%) + Pasir (25%) + Cocopeat (25%)
Universitas Sumatera Utara
Faktor 2 adalah dosis NPK (N) yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu:
N0= Tanpa NPK (Kontrol)
N1= 0,5 g/ bibt
N3= 2 g/ bibit
N4= 3,5 g/ bibit
Jumlah kombinasi perlakuan adalah : 4 x 4 = 16 perlakuan
Jumlah ulangan
: 5 ulangan
Jumlah tanaman seluruhnya
: 80 tanaman
Model statistika yang digunakan sebagai berikut:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana:
Yijk = Respon bibit Jabon Putih pada faktor media tanam (M) ke-i, faktor dosis
pupuk NPK (N) ke-j dan ulangan ke-k
μ = Nilai tengah umum (mean) dari hasil pertumbuhan tanaman
αi = Pengaruh faktor media tanam ke-i
βj = Pengaruh faktor dosis pupuk NPK ke-j
εijk = Pengaruh galat dari faktor media tanam (M) ke-i, faktor dosis pupuk
NPK (N) ke-j dan ulangan ke-k
i = 1, 2, 3, 4
j = 1, 2, 3, 4
k = 1, 2, 3, 4, 5
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SPSS 17.0. Perlakuan yang berpengaruh nyata pada uji F diuji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengambilan dan persiapan media tanam
Tanah diambil dengan kedalaman 10-20 cm (top soil) secara acak. Tanah yang telah diambil lalu dikeringanginkan. Kemudian tanah dibersihkan dari serasah-serasah dan perakaran sisa tanaman yang terbawa pada saat pengambilan tanah. Setelah tanah dibersihkan maka tanah diayak agar tidak menggumpal.
Pasir yang digunakan adalah pasir bangunan. Pasir juga diayak untuk mendapatkan agregat pasir yang halus. 2. Pembuatan media tanam
Tanah (top soil) dicampur dengan pasir dan cocopeat dengan volume 2 kg per polybag. Dosis tanah, pasir, dan cocopeat disesuaikan dengan perlakuan lalu dicampur dengan rata. 3. Persiapan pupuk NPK
Pupuk NPK yang digunakan adalah pupuk NPK 16-16-16 dengan nama dagang Mutiara yang biasa dijual di pasar. NPK diberikan dengan cara ditugal dengan jarak lima cm dari batang dengan kedalaman dua cm. Pupuk diberikan sesuai dosis yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
4. Penanaman Media yang telah dimasukkan ke dalam polybag, disiram dengan air
sampai terserap oleh media. Media kemudian ditanami dengan anakan Jabon Putih. 5. Pemeliharaan tanaman a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari, pagi dan sore hari, menggunakan gembor. b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang berada pada polybag. Pengendalian gulma dilakukan setiap saat. 6. Parameter pengamatan
Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data tiap awal parameter. Jadi data yang diperoleh pada saat pengukuran parameter dikurangi terhadap data awal. Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah tanam (2 MST), selama 2 bulan. Parameter yang diamati antara lain adalah: a. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang dipermukaan tanah hingga titik tumbuh bibit menggunakan penggaris. Pengambilan data dilakukan seminggu sekali.
Universitas Sumatera Utara
b. Diameter bibit (mm) Pengukuran diameter menggunakan jangka sorong, diukur pada
pangkal batang sekitar 3 cm dari permukaan tanah yang sudah ditandai. Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali. c. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung mulai dari daun yang paling bawah hingga daun yang berada di sekitar pucuk tanaman yang sudah terbuka sempurna. Menghitung jumlah daun dilakukan setiap seminggu sekali. d. Luas daun (cm2)
Pengukuran luas permukaan daun dilakukan pada akhir penelitian. Luas permukaan daun diukur dengan menggunakan program Image J dari NH (National Institute of Health). e. Berat basah tajuk dan akar (g)
Perhitungan berat basah tajuk dan akar dilakukan setelah selesai kegiatan pemanenan bibit Jabon putih. Tajuk dan akar yang baru dipanen dimasukkan ke dalam amplop dan diberi label sesuai perlakuan, dan selanjutnya dilakukan penimbangan berat basah. f. Berat kering tajuk dan akar
Perhitungan berat kering tajuk dan akar dilakukan setelah perhitungan berat basah tajuk dan akar. Sampel tanaman dimasukkan ke dalam amplop sesuai perlakuan dan di oven pada suhu 70oC selama 24 jam. Tanaman kemudian ditimbang untuk memperoleh berat kering tajuk dan akar.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis sifat kimia pH dan kandungan C-organik dari media tanam,
menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan termasuk dalam kriteria tanah
yang kurang subur. Karena memiliki pH yang masam dan C-organik yang rendah.
Menurut Tjia (2001), menyatakan bahwa secara umum sebagian besar tanaman
memerlukan media tanam yang netral yaitu 6,2-7. C-organik yang rendah dapat
memperlambat perombakan bahan organik yang tersedia dalam media tanam
sehingga mengakibatkan unsur hara menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan
tanaman. Hasil analisis sifat kimia media tanam dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Analisis sifat kimia media tanam yang digunakan
Jenis media tanam
pH
Kriteria
Kandungan C-organik (%)
Kriteria
Topsoil
5,06 Kemasaman sedang
1,24 Rendah
M1 4,90 Masam
0,35 Sangat rendah
M2
5,27 Kemasaman sedang
2,29 Sedang
M3 4,97 Masam
2,12 Sedang
M4 4,93 Masam
2,01 Sedang
Keterangan : Penilaian sifat-sifat tanah didasarkan pada criteria penilaian sifat-sifat tanah (Pusat
Penelitian Tanah. Bogor 1983)
Media tanam adalah bahan yang digunakan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya akar tanaman. Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan
sesuai dengan jenis tanaman harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik
media tanam yang berbeda-beda dari setiap jenisnya. Berdasarkan jenis bahan
penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian pupuk NPK dan bahan organik juga dapat mempengaruhi sifat kimia
tanah yaitu dapat memperbaiki pH tanah dan sifat biologi tanah dengan menunjang
kehidupan mikroorganisme dalam tanah serta kemampuan menahan air. Menurut
Buckman dan Brady (1982), pH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara.
Pertambahan Tinggi Bibit
Hasil analisis sidik ragam rataan pertambahan tinggi bibit Jabon Putih
(Lampiran 1) menunjukkan dosis NPK berpengaruh nyata terhadap pertambahan
tinggi bibit. Jenis media tanam dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang
tidak nyata terhadap pertambahan tinggi bibit. Tabel 3 menunjukkan hasil uji lanjut
Duncan terhadap rataan pertumbuhan tinggi bibit.
Tabel 3. Rataan pertambahan tinggi bibit Jabon Putih (cm) pada 9 MST
Dosis NPK
M1
Media Tanam M2 M3
M4 Rata-rata
N0 4,33 2,07 1,23 1,80 2,36a
N1 5,37 4,80 4,97 3,65 4,70b
N2 4,40 7,70 8,17 5,63 6,48c
N3 9,07 7,40 9,13 9,60 8,80d
Rata-rata 5,79 5,49 5,88 5,17
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak
Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan dosis NPK N3 menunjukkan rataan pertambahan tinggi tertinggi
yaitu 8,80 cm, namun berbeda nyata dengan perlakuan N0, N1, dan N2. Perlakuan
dosis NPK N0 menunjukkan rataan pertambahan tinggi terendah yaitu 2,36 cm,
namun berbeda nyata dengan N1, N2, dan N3. Gambar 1 menunjukkan grafik rataan
laju pertambahan tinggi pada pengamatan ke-2 sampai ke-9 MST .
Universitas Sumatera Utara
Rataan tinggi tanaman (cm)
12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
2
345678 Waktu pengamatan (MST)
9
M1N0 M2N0 M3N0 M4N0 M1N1 M2N1 M3N1 M4N1 M1N2 M2N2 M3N2 M4N2 M1N3 M2N3 M3N3 M4N3
Gambar 1. Rataan laju pertambahan tinggi bibit Jabon Putih
Gambar 1 menunjukkan rataan pertambahan tinggi pada berbagai kombinasi
perlakuan mengalami kenaikan setiap minggunya. Kombinasi perlakuan M3N3
cenderung meningkatkan laju pertambahan tinggi bibit tertinggi yaitu 11,40 cm. Laju
pertambahan tinggi bibit terendah adalah bibit dengan kombinasi perlakuan M3N0
sebesar 2,10 cm.
Pertambahan Diameter Bibit
Hasil analisis sidik ragam rataan pertambahan diameter bibit Jabon Putih
(Lampiran 2) menunjukkan interaksi jenis media tanam dan dosis NPK memberikan
pengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bibit. Tabel 4 menunjukkan hasil uji
lanjut Duncan terhadap rataan pertambahan diameter bibit.
Tabel 4. Rataan pertambahan diameter bibit Jabon Putih (mm) pada 9 MST
Dosis NPK
M1
Media Tanam M2 M3
M4
N0 3,73bcde 1,00a
0,83a
1,23ab
N1
3,40abcd
3,13abc
3,23abc
4,70cde
N2
3,97bcde
6,13def
6,60ef
4,17cde
N3
5,93cdef
5,13cde
8,80f
8,37f
Keterangan: Angka-angka ya