Pengaruh Media Tanam Dan Pemberian Pupuk Majemuk Npkmg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Main Nursery

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK
MAJEMUK NPKMg TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT KELAPA SAWIT PADA MAIN NURSERY

SKRIPSI

Oleh :
OFFLYN SITEPU
060301057

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK
MAJEMUK NPKMg TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT KELAPA SAWIT PADA MAIN NURSERY


SKRIPSI

Oleh :
OFFLYN SITEPU
060301057/AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi :

Nama

:
NIM
:
Departemen :
Program Studi :

Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk Majemuk
NPKMg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Main
Nursery
Offlyn Sitepu
060301057
Budidaya Pertanian
Agronomi

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Ir. Balonggu Siagian, MS.
Ketua


Ferry Azra T. Sitepu, SP., M.Si.
Anggota

Mengetahui,

Ir. T. Sabrina, M.Agr,Sc., Ph.D.
Ketua Departemen Agroekoteknologi

Tanggal lulus :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

OFFLYN SITEPU : Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk Majemuk
NPKMg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Main Nursery,
dibimbing oleh BALONGGU SIAGIAN dan FERRY AZRA SITEPU.
Dalam proses produksi minyak sawit, TKKS merupakan limbah terbesar
sekitar 23% dari TBS yang diolah. PPKS saat ini sedang mengembangkan
teknologi pengomposan dengan menggunakan bahan baku limbah kelapa sawit.

Dengan adanya teknologi ini berarti semua limbah di PKS akan terolah sehingga
tidak ada lagi limbah yang dibuang ke lingkungan dan penggunaan kompos
TKKS dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia. Untuk itu suatu penelitian
telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl.) pada
Januari – Mei 2011 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor
yaitu bahan organik 0% Kompos TKKS (0 kg) + 100% Top Soil Ultisol (22 kg),
25% Kompos TKKS (5,5 kg) + 75% Top Soil Ultisol (16,5 kg), 50% Kompos
TKKS (11 kg) + 50% Top Soil Ultisol (11 kg) dan 75% Kompos TKKS (16,5 kg)
+ 25% Top Soil Ultisol (5,5 kg) dan dosis pupuk majemuk NPKMg yaitu
0 g/polibag, 28,5 g/polibag, 57 g/polibag dan 85,5 g/polibag. Parameter yang
diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, pertambahan luas daun,
pertambahan bobot basah dan kering bibit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, pertambahan luas daun,
pertambahan bobot basah dan kering bibit. Pemberian pupuk majemuk NPKMg
berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun,
pertambahan luas daun, pertambahan bobot basah dan kering bibit. Interaksi
antara perlakuan kompos TKKS dalam media tanam dan pemberian pupuk
majemuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang,
jumlah daun, pertambahan luas daun, pertambahan bobot basah dan kering bibit.

Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi perlakuan M4P1 yaitu 75% kompos
TKKS (16,5 kg) + 25% top soil ultisol (5,5 kg) dengan taraf pemberian pupuk
majemuk NPKMg sebanyak 28,5 g/polibag.
Kata Kunci : Kelapa Sawit, Kompos TKKS, Pupuk Majemuk NPKMg.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

OFFLYN SITEPU : Media Influence and the Provision of Compound Fertilizer
Plant NPKMg Against Oil Palm Seedling Growth in Nursery Main, guided by
BALONGGU SIAGIAN and FERRY AZRA SITEPU.
In the process of palm oil production, TKKS is the biggest waste of about
23% of FFB processed. PPKS is currently developing composting technology
using palm oil waste materials. With the existence of this technology means that
all waste will be processed at MCC so that no waste is discharged into the
environment and the use of compost TKKS can reduce the use of chemical
fertilizers. For that a study has been conducted at USU College of Agriculture
field trials (± 25 m asl.) In January - May 2011 using a randomized block
factorial design of two factors: 0% compost organic materials TKKS (0 kg) +

100% Top Soil Ultisol (22 kg), 25% compost TKKS (5.5 kg) + 75% Top Soil
Ultisol (16.5 kg), 50% compost TKKS (11 kg) + 50% Top Soil Ultisol (11 kg) and
75% compost TKKS (16.5 kg) + 25% Top Soil Ultisol (5.5 kg) and compound
fertilizer NPKMg dose of 0 g / polybags, 28.5 g / polybags, 57 g / polybags and
85.5 g / polybags. The parameters observed were high seedlings, stem diameter,
leaf number, leaf area accretion, accretion wet and dry weight of seedlings.
The results showed that the media have real impact on the high planting
seedlings, stem diameter, leaf number, leaf area accretion, accretion wet and dry
weight of seedlings. Provision of compound fertilizer NPKMg real impact on
seedling height, stem diameter, leaf number, leaf area accretion, accretion wet
and dry weight of seedlings. The interaction between treatment TKKS compost in
growing media and fertilizer compound NPKMg significant effect on seedling
height, stem diameter, leaf number, leaf area accretion, accretion wet and dry
weight of seedlings. The best results were obtained in the combined treatment of
75% compost M4P1 TKKS (16.5 kg) + 25% top soil ultisol (5.5 kg) with a level of
compound fertilizer NPKMg as much as 28.5 g / polybags.
Key words: Palm Oil, Compost TKKS, Compound Fertilizer NPKMg.

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekan Baru pada tanggal 24 Oktober 1988 dari ayah
Sofian Sitepu, SH dan ibu Dra. Karolina Purba. Penulis merupakan anak pertama
dari empat bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Kemala Bhayangkari I Medan dan
pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur
Regular Mandiri. Penulis memilih program studi Agronomi, Departemen
Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian, serta sebagai asisten praktikum di Laboratorium
Dasar Agronomi.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di P.T. Eastern
Sumatra Indonesia Bukit Maradja Estate dari tanggal 1 Juli sampai 1 Agustus
2009.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk Majemuk NPKMg terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit pada Main Nursery”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara

dan

mendidik

ucapan terima kasih

penulis

selama

kepada Bapak Ir.


ini.

Penulis

Balonggu

menyampaikan

Siagian,

MS.

dan

Bapak Ferry Azra T. Sitepu, SP., M.Si. selaku ketua dan anggota komisi
pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian,
sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Olyfia
Carona Sitepu, Ofalyn Octarya Sitepu dan Oka Putra Sitepu, semua staf pengajar

dan pegawai di Program Studi Agronomi Departemen Agroekoteknologi, serta
semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT ......................................................................................................
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................................
Hipotesis Penelitian .........................................................................................

Kegunaan Penelitian ........................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kelapa Sawit .........................................................................
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit ...........................................................
Iklim ...........................................................................................................
Tanah ..........................................................................................................
Pembibitan Kelapa Sawit .................................................................................
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit ............................................................
Pupuk Majemuk NPKMg.................................................................................
Media Tanam Ultisol .......................................................................................
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu ............................................................................................
Bahan dan Alat ................................................................................................
Metode Penelitian ...........................................................................................
Parameter yang Diukur ....................................................................................
Tinggi Bibit (cm) .........................................................................................
Diameter Batang (mm).................................................................................
Jumlah Daun (helai) .....................................................................................
Luas Daun (cm2) ..........................................................................................
Bobot Basah Bibit (g) ..................................................................................
Bobot Kering Bibit (g) .................................................................................
Pelaksanaan Penelitian .....................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ...............................................................................................................
Tinggi Bibit (cm) ........................................................................................
Diameter Batang (mm) ................................................................................
Jumlah Daun (helai) ....................................................................................

Hal.
i
ii
iii
iv
vii
viii
x
1
4
5
5
6
7
7
8
9
10
13
16
20
20
20
7
26
26
26
26
27
27
23
28
28
35
43

Universitas Sumatera Utara

2

Luas Daun (cm ) ........................................................................................
Bobot Basah Bibit (g) .................................................................................
Bobot Kering Bibit (g) ................................................................................
Pembahasan .....................................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .....................................................................................................
Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................

Hal.
51
56
61
66
77
77
78
81

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

1. Kandungan Nutrisi dalam Kompos Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS) ............................................................................................ 12
2. Pemberian Pupuk Perlakuan NPKMg (15:15:6:4) ...................................... 25
3. Rataan tinggi bibit dengan perlakuan kompos TKKS dan
pemberian pupuk majemuk NPKMg pada umur 2 s/d 18
MSPT ........................................................................................................ 29
4. Rataan diameter batang dengan perlakuan kompos TKKS
dan pemberian pupuk majemuk NPKMg pada umur 2 s/d 18
MSPT ........................................................................................................ 36
5. Rataan jumlah daun dengan perlakuan kompos TKKS dan
pemberian pupuk majemuk NPKMg pada umur 2 s/d 18
MSPT ........................................................................................................ 44
6. Rataan pertambahan luas daun dengan perlakuan kompos
TKKS dan pemberian pupuk majemuk NPKMg pada umur
18 MSPT ................................................................................................... 51
7. Rataan pertambahan bobot basah bibit dengan perlakuan
kompos TKKS dan pemberian pupuk majemuk NPKMg pada
umur 18 MSPT .......................................................................................... 56
8. Rataan pertambahan bobot kering bibit dengan perlakuan
kompos TKKS dan pemberian pupuk majemuk NPKMg pada
umur 18 MSPT .......................................................................................... 61

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No.

Hal.

1.

Hubungan kompos TKKS dengan tinggi bibit kelapa sawit
pada umur 18 MSPT ................................................................................. 31

2.

Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan tinggi bibit
kelapa sawit pada umur 18 MSPT ............................................................. 32

3.

Hubungan kompos TKKS dengan tinggi bibit kelapa sawit
pada berbagai taraf pemberian pupuk majemuk NPKMg
pada umur 18 MSPT ................................................................................. 33

4.

Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan tinggi bibit
kelapa sawit pada berbagai taraf pemberian kompos TKKS
pada umur 18 MSPT ................................................................................. 34

5.

Hubungan kompos TKKS dengan diameter batang kelapa
sawit pada umur 18 MSPT ........................................................................ 39

6.

Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan diameter batang
kelapa sawit pada umur 18 MSPT ............................................................. 40

7.

Hubungan kompos TKKS dengan diameter batang kelapa
sawit pada berbagai taraf pemberian pupuk majemuk
NPKMg pada umur 18 MSPT ................................................................... 41

8.

Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan diameter batang
kelapa sawit pada berbagai taraf pemberian kompos TKKS
pada umur 18 MSPT ................................................................................. 42

9.

Hubungan kompos TKKS dengan jumlah daun kelapa sawit
pada umur 18 MSPT ................................................................................. 47

10. Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan jumlah daun
kelapa sawit pada umur 18 MSPT ............................................................. 48
11. Hubungan kompos TKKS dengan jumlah daun kelapa sawit
pada berbagai taraf pemberian pupuk majemuk NPKMg
pada umur 18 MSPT ................................................................................. 49
12. Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan jumlah daun
kelapa sawit pada berbagai taraf pemberian kompos TKKS
pada umur 18 MSPT ................................................................................. 50

Universitas Sumatera Utara

13. Hubungan kompos TKKS dengan pertambahan luas daun
kelapa sawit pada umur 18 MSPT ............................................................. 52
14. Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan pertambahan
luas daun kelapa sawit pada umur 18 MSPT ............................................. 53
15. Hubungan kompos TKKS dengan pertambahan luas daun
kelapa sawit pada berbagai taraf pemberian pupuk majemuk
NPKMg pada umur 18 MSPT ................................................................... 54
16. Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan pertambahan
luas daun kelapa sawit pada berbagai taraf pemberian
kompos TKKS pada umur 18 MSPT ......................................................... 55
17. Hubungan kompos TKKS dengan pertambahan bobot basah
bibit kelapa sawit pada umur 18 MSPT ..................................................... 57
18. Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan pertambahan
bobot basah bibit kelapa sawit pada umur 18 MSPT.................................. 58
19. Hubungan kompos TKKS dengan pertambahan bobot basah
bibit kelapa sawit pada berbagai taraf pemberian pupuk
majemuk NPKMg pada umur 18 MSPT .................................................... 59
20. Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan pertambahan
bobot basah bibit kelapa sawit pada berbagai taraf
pemberian kompos TKKS pada umur 18 MSPT ........................................ 60
21. Hubungan kompos TKKS dengan pertambahan bobot kering
bibit kelapa sawit pada umur 18 MSPT ..................................................... 62
22. Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan pertambahan
bobot kering bibit kelapa sawit pada umur 18 MSPT ................................ 63
23. Hubungan kompos TKKS dengan pertambahan bobot kering
bibit kelapa sawit pada berbagai taraf pemberian pupuk
majemuk NPKMg pada umur 18 MSPT .................................................... 64
24. Hubungan pupuk majemuk NPKMg dengan pertambahan
bobot kering bibit kelapa sawit pada berbagai taraf
pemberian kompos TKKS pada umur 18 MSPT ........................................ 65

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal.

1. Data Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) 2 MSPT ........................................... 81
2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit 2 MSPT ............................ 81
3. Data Tinggi Bibit Kelapa sawit (cm) 6 MSPT

........................................ 82

4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit Kelapa sawit 6 MSPT ............................. 82
5. Data Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) 10 MSPT.......................................... 83
6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit 10 MSPT .......................... 83
7. Data Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) 14 MSPT.......................................... 84
8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit 14 MSPT .......................... 84
9. Data Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) 18 MSPT.......................................... 85
10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit 18 MSPT .......................... 85
11. Data Diameter Batang Kelapa Sawit (mm) 2 MSPT ................................... 86
12. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Kelapa Sawit 2 MSPT ..................... 86
13. Data Diameter Batang Kelapa Sawit (mm) 6 MSPT ................................... 87
14. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Kelapa Sawit 6 MSPT ..................... 87
15. Data Diameter Batang Kelapa Sawit (mm) 10 MSPT ................................. 88
16. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Kelapa Sawit 10 MSPT ................... 88
17. Data Diameter Batang Kelapa Sawit (mm) 14 MSPT ................................. 89
18. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Kelapa Sawit 14 MSPT ................... 89
19. Data Diameter Batang Kelapa Sawit (mm) 18 MSPT ................................. 90
20. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Kelapa Sawit 18 MSPT ................... 90
21. Data Jumlah Daun Kelapa Sawit (helai) 2 MSPT ....................................... 91
22. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Kelapa Sawit 2 MSPT ........................... 91
23. Data Jumlah Daun Kelapa Sawit (helai) 6 MSPT ....................................... 92
24. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Kelapa Sawit 6 MSPT .......................... 92
25. Data Jumlah Daun Kelapa Sawit (helai) 10 MSPT ..................................... 93
26. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Kelapa Sawit 10 MSPT ......................... 93
27. Data Jumlah Daun Kelapa Sawit (helai) 14 MSPT ..................................... 94
28. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Kelapa Sawit 14 MSPT ......................... 94

Universitas Sumatera Utara

29. Data Jumlah Daun Kelapa Sawit (helai) 18 MSPT ..................................... 95
30. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Kelapa Sawit 18 MSPT ......................... 95
31. Data Pertambahan Luas Daun Kelapa Sawit (cm2) 18 MSPT ..................... 96
32. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Luas Daun Kelapa Sawit 18 MSPT ....... 96
33. Data Pertambahan Bobot Basah Bibit Kelapa Sawit (g) 18 MSPT .............. 97
34. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Bobot Basah Bibit Kelapa
Sawit 18 MSPT .......................................................................................... 97
35. Data Pertambahan Bobot Kering Bibit Kelapa Sawit (g) 18 MSPT............. 98
36. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Bobot Kering Bibit Kelapa
Sawit 18 MSPT .......................................................................................... 98
37. Karakteristik DxP Varietas Langkat (LT-C) ............................................... 99
38. Bagan Penelitian ........................................................................................ 100
39. Jarak Tanam Pembibitan ............................................................................ 101
40. Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................................ 102
41. Rangkuman Uji Beda Rataan ..................................................................... 103
42. Dokumentasi Lahan Penelitian ................................................................... 106
43. Dokumentasi Bibit Berdasarkan Perlakuan................................................. 107
44. Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit DxP yang
Tergolong Normal...................................................................................... 113
45. Sertifikat Pengujian Top Soil Ultisol .......................................................... 114
46. Sertifikat Pengujian Kompos TKKS ........................................................... 115

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

OFFLYN SITEPU : Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Pupuk Majemuk
NPKMg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Main Nursery,
dibimbing oleh BALONGGU SIAGIAN dan FERRY AZRA SITEPU.
Dalam proses produksi minyak sawit, TKKS merupakan limbah terbesar
sekitar 23% dari TBS yang diolah. PPKS saat ini sedang mengembangkan
teknologi pengomposan dengan menggunakan bahan baku limbah kelapa sawit.
Dengan adanya teknologi ini berarti semua limbah di PKS akan terolah sehingga
tidak ada lagi limbah yang dibuang ke lingkungan dan penggunaan kompos
TKKS dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia. Untuk itu suatu penelitian
telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl.) pada
Januari – Mei 2011 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor
yaitu bahan organik 0% Kompos TKKS (0 kg) + 100% Top Soil Ultisol (22 kg),
25% Kompos TKKS (5,5 kg) + 75% Top Soil Ultisol (16,5 kg), 50% Kompos
TKKS (11 kg) + 50% Top Soil Ultisol (11 kg) dan 75% Kompos TKKS (16,5 kg)
+ 25% Top Soil Ultisol (5,5 kg) dan dosis pupuk majemuk NPKMg yaitu
0 g/polibag, 28,5 g/polibag, 57 g/polibag dan 85,5 g/polibag. Parameter yang
diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, pertambahan luas daun,
pertambahan bobot basah dan kering bibit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, pertambahan luas daun,
pertambahan bobot basah dan kering bibit. Pemberian pupuk majemuk NPKMg
berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun,
pertambahan luas daun, pertambahan bobot basah dan kering bibit. Interaksi
antara perlakuan kompos TKKS dalam media tanam dan pemberian pupuk
majemuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang,
jumlah daun, pertambahan luas daun, pertambahan bobot basah dan kering bibit.
Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi perlakuan M4P1 yaitu 75% kompos
TKKS (16,5 kg) + 25% top soil ultisol (5,5 kg) dengan taraf pemberian pupuk
majemuk NPKMg sebanyak 28,5 g/polibag.
Kata Kunci : Kelapa Sawit, Kompos TKKS, Pupuk Majemuk NPKMg.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

OFFLYN SITEPU : Media Influence and the Provision of Compound Fertilizer
Plant NPKMg Against Oil Palm Seedling Growth in Nursery Main, guided by
BALONGGU SIAGIAN and FERRY AZRA SITEPU.
In the process of palm oil production, TKKS is the biggest waste of about
23% of FFB processed. PPKS is currently developing composting technology
using palm oil waste materials. With the existence of this technology means that
all waste will be processed at MCC so that no waste is discharged into the
environment and the use of compost TKKS can reduce the use of chemical
fertilizers. For that a study has been conducted at USU College of Agriculture
field trials (± 25 m asl.) In January - May 2011 using a randomized block
factorial design of two factors: 0% compost organic materials TKKS (0 kg) +
100% Top Soil Ultisol (22 kg), 25% compost TKKS (5.5 kg) + 75% Top Soil
Ultisol (16.5 kg), 50% compost TKKS (11 kg) + 50% Top Soil Ultisol (11 kg) and
75% compost TKKS (16.5 kg) + 25% Top Soil Ultisol (5.5 kg) and compound
fertilizer NPKMg dose of 0 g / polybags, 28.5 g / polybags, 57 g / polybags and
85.5 g / polybags. The parameters observed were high seedlings, stem diameter,
leaf number, leaf area accretion, accretion wet and dry weight of seedlings.
The results showed that the media have real impact on the high planting
seedlings, stem diameter, leaf number, leaf area accretion, accretion wet and dry
weight of seedlings. Provision of compound fertilizer NPKMg real impact on
seedling height, stem diameter, leaf number, leaf area accretion, accretion wet
and dry weight of seedlings. The interaction between treatment TKKS compost in
growing media and fertilizer compound NPKMg significant effect on seedling
height, stem diameter, leaf number, leaf area accretion, accretion wet and dry
weight of seedlings. The best results were obtained in the combined treatment of
75% compost M4P1 TKKS (16.5 kg) + 25% top soil ultisol (5.5 kg) with a level of
compound fertilizer NPKMg as much as 28.5 g / polybags.
Key words: Palm Oil, Compost TKKS, Compound Fertilizer NPKMg.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit adalah sumber utama minyak nabati sesudah kelapa
di Indonesia. Tahun 1848 tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan
daerah-daerah lain di Asia sabagai tanaman hias. Daerah pertama di Indonesia
yang diketahui sangat cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit adalah
Sumatera Utara (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara selama tujuh tahun
terakhir cenderung menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2002 lahan perkebunan
kelapa sawit di Sumatera Utara tercatat seluas 886.612 ha, kemudian mengalami
peningkatan pada tahun 2003 menjadi 919.680 ha. Pada tahun 2004 meningkat
lagi menjadi seluas 987.754 ha, kemudian mengalami peningkatan pada tahun
2005 menjadi 1.040.303 ha. Pada tahun 2006 luas areal perkebunan kelapa sawit
meningkat menjadi 1.099.641 ha. Sementara itu pada tahun 2007 luas areal
perkebunan kelapa sawit tercatat seluas 1.108.020 ha. Sedangkan untuk tahun
2008 diperkirakan luas areal juga masih mengalami peningkatan menjadi
1.146.486 ha (BPS, 2008).
Perkembangan produksi kelapa sawit di Sumatera Utara selama tujuh
tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2002 produksi kelapa sawit mencapai 2.619.271 ton dan meningkat pada tahun
2003 menjadi sebesar 2.763.862 ton. Selanjutnya pada tahun 2004 meningkat lagi
menjadi 3.317.259 ton dan meningkat pada tahun 2005 menjadi sebesar

Universitas Sumatera Utara

3.690.480 ton. Pada tahun 2006 produksi kelapa sawit meningkat menjadi
3.869.718 ton, sedangkan pada tahun 2007 produksi kelapa sawit mengalami
penurunan menjadi 3.712.052 ton. Produksi kelapa sawit diperkirakan kembali
mengalami peningkatan pada tahun 2008 sehingga menjadi sebesar 3.870.781 ton
(BPS, 2008).
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup
penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cerah.
Komoditas kelapa sawit baik berupa bahan mentah maupun hasil olahan
merupakan penyumbang devisa non-migas terbesar bagi Negara. Minyak nabati
merupakan produk utama yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit. Minyak nabati
yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah
(CPO atau Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO
atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna atau jernih. CPO dan PKO banyak
digunakan sebagai bahan industri pangan seperti minyak goreng dan margarin,
industri sabun, industri kosmetik dan sebagai bahan bakar alternatif. Disamping
itu limbah kelapa sawit dapat pula dimanfaatkan sebagi pupuk organik dan
makanan ternak (Senardi, 2003).
Semakin luasnya perkebunan kelapa sawit

akan diikuti dengan

peningkatan produksi dan jumlah limbah kelapa sawit. Dalam proses produksi
minyak sawit, tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah terbesar
yaitu sekitar 23% dari tandan buah segar (TBS) yang diolah. Secara umum TKKS
digunakan sebagai bahan organik bagi pertanaman kelapa sawit baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung ialah dengan
menjadikan TKKS sebagai mulsa sedangkan secara tidak langsung dengan

Universitas Sumatera Utara

mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik
(Widiastuti dan Panji, 2007).
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) saat ini sedang mengembangkan
teknologi pengomposan dengan menggunakan bahan baku limbah kelapa sawit.
Dengan adanya teknologi ini berarti semua limbah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
akan terolah sehingga tidak ada lagi limbah yang dibuang ke lingkungan
(PPKS, 2008).
Pengaplikasian kompos sebagai media tanam harus memperhatikan
kualitas dan kemampuan kompos tersebut dalam mensuplai kebutuhan hara
tanaman. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kompos adalah
dengan penambahan pupuk. Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara
utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.
Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukkan gejala
tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya dalam tanah sangat kurang.
Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus seimbang yaitu
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Buana, dkk, 2008).
Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
(N, P dan K). Pupuk majemuk terdiri dari pupuk majemuk tak lengkap dan pupuk
majemuk lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap adalah kombinasi dari pupuk
yang mengandung unsur pupuk seperti NP, NK dan PK, sedangkan pupuk
majemuk lengkap ialah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yakni NPK
(Hasibuan, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit
yang ditanam. Secara umum media tanam yang digunakan haruslah mempunyai
sifat yang ringan, murah, mudah didapat, gembur dan subur, sehingga
memungkinkan pertumbuhan bibit yang optimum (Erlan, 2005).
Ultisol adalah tanah yang telah berkembang dengan profil A/E/Bt/C.
Dibentuk oleh kombinasi proses lateralisasi dan podsolisasi, dengan penekanan
pada lateralisasi, didaerah humid panas hingga humid tropis, dimana proses
pencucian sangat menonjol. Tanah ultisol memiliki tingkat kesuburan yang
rendah. Selain itu tanah ini juga memiliki tingkat stabilitas agregat yang rendah
sehingga sensitif terhadap erosi. Meskipun demikian tanah ultisol dapat menjadi
cukup produktif bila ditambahkan kapur, bahan organik, pemupukan dan
pengelolaan tertentu (Musa, dkk, 2006).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian guna menguji pengaruh media tanam dan pemberian pupuk majemuk
NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada main nursery.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh media tanam dan
pemberian pupuk majemuk NPKMg serta interaksinya terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit pada main nursery.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh media tanam dan pemberian pupuk majemuk NPKMg
serta interaksi kedua faktor tersebut terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada
main nursery.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini juga diharapkan berguna
untuk pihak-pihak yang berkepentingan didalam membudidayakan pembibitan
kelapa sawit pada main nursery.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dengan nama ilmiah Elaeis guineensis Jacq,
termasuk kedalam family Palmae. Sistematika lengkapnya adalah sebagai berikut
(Setyamidjaja, 1991) :
Kingdom : Plantae
Divisio

: Spermatophyta

Class

: Monocotyledonae

Ordo

: Cocoineae

Family

: Palmae

Genus

: Elaeis

Spesies

: Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati yang tertinggi

dibandingkan dengan tanaman sejenis lainnya. Hasil utama dari kelapa sawit
adalah minyak sawit yang diambil dari buah atau mesocarp disebut minyak sawit
mentah (CPO = Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit (PKO = Palm Kernel Oil).
Minyak sawit digunakan dalam industri makanan (minyak makan dan mentega),
kosmetik dan farmasi. Hasil sampingan lainnya yaitu bungkil inti sawit digunakan
sebagai pakan ternak dan limbah sawit digunakan sebagai pupuk organik
(Lubis, 2000).
Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe akar serabut, tumbuh ke bawah
dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar

Universitas Sumatera Utara

primer akan tumbuh ke bawah sampai batas permukaan air tanah. Batang tumbuh
tegak lurus ke atas (Fototropi) dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun. Bagian
bawah batang umumnya lebih besar, disebut bonggol batang (Lubis, 2000).
Menurut Fauzi, dkk (2002), daun tanaman kelapa sawit membentuk
pelepah bersirip ganda dan bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dari tanaman
yang baik dapat mencapai 7,5-9 meter, dengan jumlah anakan daun berkisar 250400 helai di setiap pelepah. Helaian anak daun terpanjang biasanya terletek
dibagian tengah pelepah. Jumlah pelepah daun dalam satu pohon dapat mencapai
60 pelepah. Pada tanaman berumur 10-13 tahun luas permukaan daun berkisar 1015 m2 dan fotosintesis berjalan dengan lancar pada daun dengan luas permukaan
daun diatas 11 meter.
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monoceus, dimana bunga jantan
dan bunga betina keduanya sama-sama terdapat dalam satu pohon, tetapi
penyerbukannya mengikuti siklus terpisah. Munculnya bunga jantan dan bunga
betina dalam satu pohon bergantian sehingga kemungkinan terjadinya
penyerbukan sendiri sangat kecil. Bunga tersusun membentuk karangan bunga
yang disebut tandan bunga. Tandan bunga keluar dari ketiak pelepah daun,
biasanya pada setiap pelepah daun terdapat kuncup tandan (Lubis, 2000).
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tandan kelapa sawit. Secara umum kondisi iklim yang cocok bagi kelapa sawit
terletak antara 150 LU-150 LS. Curah hujan optimum yang diperlukan

Universitas Sumatera Utara

tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi
merata

sepanjang

tahun

tanpa

bulan

kering

yang

berkepanjangan

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Sinar matahari dapat mendorong pembentukan bunga, pertumbuhan
vegetatif dan produksi buah. Lama penyinaran matahari yang optimum antara
5-7 jam/hari. Berkurangnya lama penyinaran matahari akan mengurangi proses
asimilasi untuk memproduksi karbohidrat dan pembentukan bunga (sex ratio)
yang berakibat berkurangnya jumlah bunga betina (Risza, 1995).
Untuk tumbuh dengan baik tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang
optimum. Suhu optimum itu berkisar antara 29-300C. Suhu akan berpengaruh
terhadap masa pembungaan dan kematangan buah (Tim Penulis PS, 2000).
Kelembapan udara dan angin merupakan faktor yang penting untuk
menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan
kelapa sawit adalah 80% sedangkan kecepatan angin berkisar antara 5-6 km/jam
sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Fauzi, dkk, 2002).
Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah antara lain tanah
Podsolik Coklat, Podsolik Kuning, Podsolik Coklat Kekuningan, Podsolik Merah
Kuning, Hidromorfik Kelabu, Alluvial, Regosol, Gley Humik, Organosol (tanah
gambut) (Risza, 1997).
Jenis tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit sangat
bervariasi. Sebagai misal, di daerah Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan
Timur berjenis tanah Podsolik Merah Kekuningan (Syamsulbahri, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Kemasaman tanah idealnya pH 5.5, yang baik adalah pH 4.0-6.0, tetapi
boleh juga digunakan pH 6.5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik sehingga
aerasi juga baik. Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa
sawit antara 1-400 m dpl (Sianturi, 1991).
Faktor-faktor yang penting diketahui adalah lokasi sifat fisik dan kimia
tanah, topografi, sifat fisik tanah penilaian yang perlu dilakukan adalah kedalaman
efektif,

tekstur,

struktur,

permeabilitas,

konsistensi

reaksi

kimia

(pH)

(Khaeruddin, 1999).
Sifat fisik dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan
tanaman kelapa sawit yang optimal adalah drainase baik, air cukup dalam, solum
cukup dalam, tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu
(Williams, 1987).
Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan kelapa sawit dilakukan di polybag, dengan 2 tahap pembibitan
yakni Pre nursery (pembibitan awal) dan Main nursery (pembibitan utama).
Pembibitan awal bertujuan untuk mendederkan benih yang telah berkecambah
dalam polybag kecil sedangkan pembibitan utama merupakan pembibitan lanjutan
bibit kelapa sawit yang sudah berumur 3 bulan dari pembibitan awal dan
dipindahkan ke polybag yang lebih besar serta sudah diseleksi. Seleksi sangat
penting dilakukan untuk mendapatkan bibit yang sehat dengan pertumbuhan yang
normal (Lubis, 1992).
Menurut Rasjidin (1983), pembibitan dengan menggunakan polybag
mempunyai beberapa manfaat, yaitu : 1) Pada waktu hendak ditanam, bibit tidak

Universitas Sumatera Utara

perlu dibongkar sebagaimana dilakukan pada bibit disemaikan diatas tanah.
2) Waktu penanaman tidak tergantung pada musim hujan. 3) Pemupukan di
polybag lebih efektif dan efisien. 4) Transportasi bibit lebih mudah dan murah. 5)
Waktu mulai berproduksi lebih cepat, karena tanaman tidak mengalami gangguan
pertumbuhan terutama pada waktu dipindahkan ke lapangan.
Dalam pembibitan faktor pupuk dan media tanah sangat perlu diperhatikan
karena turut mempengaruhi keberhasilan pembibitan. Untuk memperbaiki sifat
fisika, kimia dan biologi tanah dapat diusahakan dengan pemberian pupuk,
dimana pupuk dapat menambah unsur hara makro dan mikro juga dapat
memperbaiki struktur tanah (Lingga, 1997).
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kompos adalah hasil pembusukan sisa tanaman yang disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh
besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N
rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna.
Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama
dibandingkan dengan bahan ber C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik
jika memiliki C/N rasio antara 12-15 (Novizan, 2005).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah, dengan jumlah
yang tidak besar (sekitar 3-5%), namun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah
sangat besar. Adapun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan akibat terhadap
pertumbuhan tanaman adalah sebagai granulator (memperbaiki struktur tanah),
sumber unsur hara makro maupun mikro, menambah kemampuan tanah untuk

Universitas Sumatera Utara

menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara (kapasitas
tukar kation tanah menjadi tinggi) dan sumber energi bagi mikroorganisme
(Rosdianti, 2009).
Kelapa sawit sangat bermanfaat mulai dari industri makanan sampai
industri kimia. Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber
pupuk kalium dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui
fermentasi (pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba alami yang akan
memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai
alternatif pupuk organik sehingga memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Bagi perkebunan kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk kimia sampai
dengan 50 % (PPKS, 2008).
Proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit ini tidak menggunakan
bahan cair asam dan bahan kimia lain sehingga tidak terdapat pencemaran atau
polusi, selain itu proses pengomposannya pun tidak menghasilkan limbah. Proses
membuat kompos dimulai dengan pencacahan tandan kosong sawit terlebih
dahulu dengan mesin pencacah kemudian bahan yang telah dicacah ditumpuk
memanjang dengan ukuran lebar 2,5 m dan tinggi 1 m. Selama proses
pengomposan tumpukan tersebut disiram dengan limbah cair yang berasal dari
pabrik kelapa sawit. Tumpukan dibiarkan diatas semen dan dibiarkan di lantai
terbuka selama 6 minggu. Kompos dibolak-balik dengan mesin pembalik. Setelah
itu kompos siap untuk dimanfaatkan (PPKS, 2008).
Keunggulan dari kompos TKKS yakni kandungan kalium tinggi, tanpa
penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada dalam

Universitas Sumatera Utara

tanah, mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos
TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain memperbaiki
struktur tanah berlempung menjadi ringan, membantu kelarutan unsur-unsur hara
yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi
resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah
tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada
sembarang musim (Darnoko dan Ady, 2006).
Darmoko dan Sutarta (2006) menyatakan bahwa dalam kompos TKKS
terdapat beberapa kandungan nutrisi penting bagi tanaman. Kandungan nutrisi
dalam kompos TKKS dapat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi dalam Kompos TKKS
Parameter
Air
Abu
N
C
P
K
Ca
Mg
C/N

Nilai (%)
45-50
12,60
2–3
35,10
0,2 – 0,4
4–6
1–2
0,8 – 1,0
15,03

Kompos TKKS dapat digunakan dalam pembibitan kelapa sawit dan
merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N, P, K, Ca dan
Mg. Selain mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, kompos
TKKS dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia (PPKS, 2008).
Pupuk Majemuk NPKMg
Di pasaran, pupuk majemuk dapat dijumpai dalam beragam komposisi
hara. Mulai dari yang berkadar N tinggi, kadar P tinggi, kadar K tinggi, ataupun

Universitas Sumatera Utara

yang memiliki komposisi N, P dan K berimbang. Pupuk majemuk diciptakan
dengan tujuan untuk memudahkan petani mendapatkan pupuk yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Masing-masing pupuk tersebut memiliki fase dan kegunaan
yang berbeda. Pupuk berkadar N tinggi untuk fase vegetatif, pupuk berkadar P
atau K tinggi untuk fase generatif dan pupuk berimbang yang dapat dipakai pada
semua fase pertumbuhan tanaman (Redaksi Agromedia, 2007).
Pupuk NPKMg merupakan hara penting bagi tanaman. Nitrogen
merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya
sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
tanaman seperti daun, batang dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat
menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanamannya. Nitrogen merupakan
komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya
asam-asam amino. Karena setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino
dan setiap enzim adalah protein maka nitrogen merupakan unsur penyusun protein
dan enzim. Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah sebagai berikut : 1) Untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman. 2) Dapat menyehatkan pertumbuhan daun,
daun tanaman menjadi lebar dengan warna yang lebih hijau, kekurangan N
menyebabkan khlorosis (pada daun muda berwarna kuning). 3) Meningkatkan
kadar protein dalam tubuh tanaman. 4) Meningkatkan kualitas tanaman penghasil
daun-daunan. 5) Meningkatkan berkembangbiaknya mikro-organisme di dalam
tanah. Sebagaimana diketahui hal itu penting sekali bagi kelangsungan pelapukan
bahan organik (Sutedjo, 2002).
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3-) dan ion
ammonium (NH4+). Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat

Universitas Sumatera Utara

karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan
tanah dan mudah terserap oleh akar. Proses pembentukan ion nitrat (NO3-) yang
terjadi di dalam tanah terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, daur nitrogen adalah
transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa
sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses
fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri
Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan
Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan
memfiksasi nitrogen. Tahap kedua, nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis
digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, makhluk pengurai merombaknya
menjadi gas amoniak (NH3) dan ion amonium yang larut dalam air (NH4+). Proses
ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan
senyawa amonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah
terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida
nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi (Novizan, 2005).
Menurut Lingga dan Marsono (2001), fosfor bagi tanaman berguna untuk
merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain
itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein
tertentu: membantu asimilasi dan pernapasan: serta mempercepat pembungaan,
pemasakan biji dan buah. Menurut Novizan (2005), jika terjadi kekurangan fosfor,
tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan sebagai berikut : 1) Lambat dan kerdil.
2) Perkembangan akar terhambat. 3) Gejala pada daun sangat beragam, beberapa
tanaman menunjukkan warna hijau tua mengilap

yang tidak normal.

Universitas Sumatera Utara

4) Pematangan buah terhambat. 5) Perkembangan bentuk dan warna buah buruk.
6) Biji berkembang tidak normal. Fosfor terdapat pada seluruh sel hidup tanaman
yang berfungsi membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta
memindahkan ATP dan ADP, merangsang pembelahan sel dan membantu proses
asimilasi dan respirasi.
Kalium terdapat pada semua bagian tumbuhan (akar, batang dan daun)
dalam jumlah cukup besar. Fungsi utama unsur ini adalah sebagai katalisator
(pendorong dan mempercepat reaksi-reaksi biokimia). Kalium turut mengatur
kegiatan-kegiatan vital dari tumbuhan seperti fotosintesis, transpirasi dan reaksireaksi biokimia dalam daun dan titik-titik tumbuh. Kalium dalam jumlah besar
terdapat dalam tandan buah kelapa sawit, terutama dalam tangkai buah, mesokarp
dan

cangkang.

Kekurangan

kalium

akan

mengurangi

produksi

buah.

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Magnesium merupakan bagian dari molekul klorofil, terdapat dalam
berbagai jenis enzim dan berasosiasi dengan fosfor dalam proses pembentukan
senyawa-senyawa fosfolipid yang merupakan bagian dari minyak yang
diproduksi. Kekurangan magnesium ditandai dengan gejala klorosis (warna
kekuningan). Magnesium dari jaringan tua ditransfer ke jaringan yang lebih
muda, sehingga gejala klorosis terlihat pada daun-daun tua (daun bawah)
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Pemupukan pada bibit di main nursery harus dilakukan untuk
mendapatkan bibit yang jagur. Aplikasi pemupukan di main nursery dapat
dilakukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPKMg 15:15:6:4 sebesar 25
gr/bibit, NPKMg 12:12:17:2 sebesar 230 gr/bibit dan Kiserit / Dolomit sebesar 51

Universitas Sumatera Utara

gr/bibit selama di pembibitan utama (9 bulan), sedangkan pada kondisi khusus
dapat diberikan ekstra N (Urea) apabila helai daun kelihatan memucat, dengan
dosis disesuaikan kebutuhan umur bibit. Pada pedo‐agroklimat dan umur yang
seragam, kebutuhan hara untuk tanaman belum menghasilkan relatif sama,
sehingga satu hamparan tanaman dapat memperoleh pupuk majemuk pada dosis
dan komposisi kandungan hara yang sama (Darmosarkoro, dkk, 2008).
Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besar butiran yang seragam
dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat
menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang telah
mendapatkan perlakuan khusus seperti penambahan Ca dan Mg (Novizan, 2005).
Media Tanam Ultisol
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
sebaran luas mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Indonesia. Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di
Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000
ha), Jawa (1.172.000 ha) dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat
dijumpai

pada

berbagai

relief,

mulai

dari

datar

hingga

bergunung

(Subagyo, dkk, 2004).
Tanah ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut,
dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan
kedalaman tanah, reaksi tanah masam dan kejenuhan basa rend