Klasifikasi Hipertensi Gejala Hipertensi

b. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi menurut World Health Organization 1999 disebut bahwa yang dikatakan hipertensi apabila mempunyai tekanan darah sistoliknya ≥140mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥90mmHg. The seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure Chobanian et al, 2004 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hipertensi adalah apabila tekanan darah sistoliknya sama atau diatas 140mmHg atau tekanan darah diastoliknya sama atau diatas 90mmHg. Klasifikasi tekanan darah dewasa yang berumur di atas 18 tahun keatas, yang didasarkan pada tekanan darah rata-rata pengukuran 2 kali atau lebih dan tekanan darah pada waktu kontrol sebagai berikut : Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah yang Berumur 18 Tahun ke atas Klasifikasi tekanan darah TDS mmHg TDD mmHg Normal Prehipertensi Stage 1 hipertensi Stage 2 hipertensi 120 120-139 140-159 ≥160 80 80-89 90-99 ≥100 Sumber : The seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure Chobanian et al, 2004 Keterangan: TDD = Tekanan Darah Diastole TDS = Tekanan Darah Sistole

c. Gejala Hipertensi

Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik. Pada umumnya, sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksakan penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan gejala-gejala yang spesifik. Pengaruh patologik hipertensi sering tidak menunjukkan tanda-tanda selama beberapa tahun setelah terjadi hipertensi. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan adakalanya melalui pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh darah Tjay and Raharja, 2002. Tekanan darah dapat meningkat kapan saja, dimana saja, dan dalam keadaan apa saja. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap munculnya hipertensi dan meningkatnya tekanan darah, baik secara reversible maupun irreversible. Adapun faktor-faktor tersebut adalah : 1 Faktor yang tidak dapat di kontrol a Usia Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Sehingga, prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40 dengan kematian sekitar 50 di atas 65 tahun, digolongkan atas 2 jenis : 1. Kenaikan kombinasi tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik normal 90 mmHg 2. Hanya kenaikan tekanan sistolik 160 mmHg, sedangkan tekanan diastolik normal 90 mmHg Pada lansia, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Diduga, tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, yang terutama menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik tersebut Karyadi, 2002. b Jenis Kelamin Jenis kelamin berpengaruh terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik, dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Hal ini diduga, karena pria memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding dengan wanita. Namun setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal Karyadi, 2002. c Keturunan genetik Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi, mempertinggi resiko hipertensi terutama pada hipertensi primer essensial. Faktor genetik juga berikatan dengan metabolisme pengaturan garam dan membran sel Karyadi, 2002. 2 Faktor yang dapat dikontrol a Kegemukan Obesitas Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan indeks masa tubuh IMT berkolerasi langsung dengan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik. Resiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk, lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 memiliki berat badan lebih overwight. Studi yang menunjang, melaporkan bahwa distribusi lemak di dalam tubuh juga merupakan faktor yang penting dalam hubungannya dengan hipertensi, dibanding dengan jumlah lemak dalam tubuh itu sendiri. Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur deposit lemak terutama bagian perut, digunakan pengukuran rasio lingkar pingganglingkar pinggul waist to hip ratio yang ternyata merupakan prediktor penting dalam hubungannya dengan tekanan darah. Patokan normal lingkar pinggang untuk pria yaitu 90 cm, dan wanita 80cm Karyadi, 2002. b Stres Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu, dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak yang mengakibatkan stres, dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibatnya menjadikan stres yang berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan terkadang pada orang-orang tertentu, kenaikan tekanan darah yang sesaat diduga dapat mengakibatkan kerusakan sehingga menjadi hipertensi yang permanen, namun teori ini masih dipertanyakan Karyadi, 2002. c Olah raga Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu, dengan melakukan olah raga aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun Karyadi, 2002. d Merokok Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Selain dapat meningkatkan tekanan darah, merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi, semakin meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah arteri Karyadi, 2002. e Konsumsi alkohol berlebih Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas, namun diduga kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya Karyadi, 2002. f Konsumsi garam berlebihan Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan dari luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60 kasus hipertensi primer essensial terjadi respon penurunan tekanan darah, dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 g atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat dengan asupan garam sekitar 7-8 g tekanan darah rata-rata lebih tinggi. Menurut WHO Expert Committee on Prevention of Cardiovascular Disease sebaiknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 ghari yang setara dengan 110 mmol natrium 2.400 mghari Karyadi, 2002. g Diet yang tidak seimbang Konsumsi makanan yang tidak seimbang banyak mengandung lemak serta disertai tinggi garam, meningkatkan resiko terkena hipertensi. Konsumsi gula berlebihan berpengaruh terhadap tekanan darah, sedangkan banyak serat dapat membantu menjaga tekanan darah dalam batas normal Karyadi, 2002.

d. Tujuan pengobatan hipertensi

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) PADA PASIEN ASMA RAWAT INAP KATEGORI DOSIS IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) PADA PASIEN ASMA RAWAT INAP KATEGORI DOSIS DAN OBAT SALAH RSUD PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007.

0 0 15

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH DAN DOSIS KURANG PADA PASIEN INFEKSI EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH DAN DOSIS KURANG PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO

0 1 16

PENDAHULUAN EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH DAN DOSIS KURANG PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN.

1 4 29

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) KATEGORI KONTRAINDIKASI DAN KETIDAKTEPATAN DOSIS OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2007.

0 0 28

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2007.

0 3 29

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007.

0 0 11

ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) KATEGORI OBAT SALAH, DOSIS BERLEBIH DAN DOSIS KURANG PADA PENGOBATAN PREEKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007.

0 0 20

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007.

0 3 13

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs KATEGORI OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs KATEGORI OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAH

0 1 16

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) KATEGORI OBAT SALAH, DOSIS RENDAH, DOSIS TINGGI DAN Evaluasi Drug Related Problems (DRPS) Kategori Obat Salah, Dosis Rendah, Dosis Tinggi Dan Interaksi Obat Pada Pasien Kanker Payudara Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr

1 3 17