Bersujud Kebiasaan dalam novel Panembahan Senopati karya Gamal

Biasanya menyepi tersebut lebih memilih di tempat yang sepi yang dapat memberikan ketenangan tersendiri untuk orang yang melakukan penyepian. Dari uraian di atas dapat dinyatakan dalam kutipan berikut, Didatanginya tempat-tempat yang menyediakan ketengan yang dapat dijadikannya tempat untuk menyepi dan bertapa,... Senopati, 2009: 57 2 Menyepi Ki Ageng Mataram di Gunung Kidul Dari hasil penelitian ini dijelaskan bahwa menyepi di dalam benak Ki Ageng Mataram perihal Gunung Kidul wilayahnya yang tidak jauh dari Laut Kidul yang terkenal dengan ombaknya yang sangat dahsyat besarnya itu, dijadikan untuk tempat menyepi oleh para Abdi Dalem. Kebiasaan yang terdapat dalam wacana tersebut merupakan hal yang sering dilakukan oleh Para Wali pada zaman dahulu seraya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari uraian di atas dapat dinyatakan dalam kutipan berikut, untuk dijadikannya selaku tempat menyepi,... Senopati, 2009: 58 3 Menyepi Ki Ageng Mataram Dari hasil penelitian ini dijelaskan bahwa seorang Ki Ageng Giring yang mana beliau tidak ketahui apa yang akan terjadi sepulangnya dari menyepi terhadap Ki Ageng Mataram. Dalam hal ini penyepian dilakukan oleh Ki Ageng Giring seraya memohon petunjuk dari Allah terhadapnya sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Dari hasil uraian di atas dinyatakan dalam kutipan berikut, Dalam sesaat, Ki Ageng Giring tak mengerti harus berbuat apa. Ia tetap terdiam, dalam penyepiannya di atas batu besar yang berada di pinggi sungai itu Senopati, 2009: 65

f. Bersujud

Bersujud dalam arti kata adalah membungkung dengan meletakkan dahi ke lantai dan bertelekan dengan kedua belah tangan verba artikata.com. 2013. Kebiasaan tersebut sering setiap hari dilakukan oleh umat muslim seraya melaksanakan kewajiban yakni beribadah shalat. Hasil penelitian terhadap novel Panembahan Senopati ditemukan kebiasaan bersujud sebanyak 3 kali kebiasaan bersujud yang dilakukan oleh tokoh. Hasil analisis dipaparkan sebagai berikut, 1 Sujud Ki Ageng Mataram Dari hasil penelitian ini dijelaskan bahwa bagi Ki Ageng Mataram, seratus petir yang menggeledek bersamaan pun masih kalah keras mengejutkannya dibandingkan dengan suara lembut Sunan Giri itu, ia segera bersujud, mencium tanah sebagai rasa syukurnya kepada Gusti Allah dan langsung menghaturkan sembahnya ke hadapan Sunan Giri. Sikap dan perilaku Ki Ageng Mataram amat mengesankan para adipati dan bupati. Caranya bersujud untuk menghaturkan rasa syukurnya kepada Gusti Allah. Kebiasaan yang terdapat dalam wacana tersebut di atas merupakan kebiasaan yang ada dan sering dilakukan oleh umat Islam saat melaksanakan ibadah shalat, serta di saat mendapatkan sesuatu yang menyenangkan akan melaukan sujud syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dari uraian di atas dinyatakan dalam kutipan berikut, Ia segera bersujud, mencium tanah sebagai rasa syukurnya kepada Gusti Allah,... Senopati, 2009: 97 2 Sembah Ki Ageng Mataram Dari hasil penelitian ini dijelaskan bahwa sikap serta perilaku dari Ki Ageng Mataram amat mengesankan para adipati serta bupati. Caranya bersujud untuk menghaturkan rasa syukurnya kepada Sang Maha Pencipta. Kebiasaan tersebut merupakan hal yang terjadi di setiap umat beragama seraya mendekatkan diri kepada Tuhan untuk memohon petunjuk serta memohon ampun.dari uraian di atas dinyatakan dalam kutipan berikut, Caranya bersujud untuk menghaturkan rasa syukurnya kepada Gusti Allah, caranya menghaturkan sembah untuk Kanjeng Sunan Giri,... Senopati, 2009: 98 3 Sembah Ki Juru Mertani dan 5 anak Ki Ageng Mataram Dari hasil penelitian ini dijelaskan bahwa Ki Juru Mertani dan lima anak Ki Ageng Mataram bersegera menyembah dan bersujud di hadapan Sultan Hadiwijaya setelah Sultan Hadiwijaya menyatakan penghadapan mereka telah cukup. Kebiasaan dalam wacana di atas tersebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh para bawahan di suatu kerajaan seraya bersujud di hadapan pemimpin dalam hal ini Sultan Hadiwijaya. Dari uraian di atas dinyatakan dalam kutipan berikut, Ki Juru Mertani dan lima anak Ki Ageng Mataram bersegera menyembah dan bersujud di hadapan Sultan Hadiwijaya setelah Sultan Hadiwijaya menyatakan penghadapan mereka telah cukup,... Senopati, 2009: 119

g. Bersedekap

Dokumen yang terkait

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL MADAME KALINYAMAT KARYA ZHAENAL FANANI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Nilai Budaya Dalam Novel Madame Kalinyamat Karya Zhaenal Fanani: Tinjauan Sosiologi Sastra.

1 9 13

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL MADAME KALINYAMAT KARYA ZHAENAL FANANI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Nilai Budaya Dalam Novel Madame Kalinyamat Karya Zhaenal Fanani: Tinjauan Sosiologi Sastra.

4 24 12

KEBIASAAN DALAM NOVEL PANEMBAHAN SENOPATI KARYA GAMAL KOMANDOKO: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kebiasaan dalam Novel Panembahan Senopati Karya Gamal Komandoko: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 12

PENDAHULUAN Kebiasaan dalam Novel Panembahan Senopati Karya Gamal Komandoko: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 5 25

ASPEK BUDAYA DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Budaya dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari : Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 12

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Novel Kalatidha Karya Seno Gumira Ajidarma: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 0 13

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Novel Kalatidha Karya Seno Gumira Ajidarma: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 13

SEMANGAT NASIONALISME DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Semangat Nasionalisme Dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 13

ASPEK BUDAYA DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Budaya Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 11

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL AJI SAKA KARYA WAWAN SUSETYA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Nilai Budaya Dalam Novel Aji Saka Karya Wawan Susetya: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 12