Frasa Eksosentris Direktif Yang Wajib Hadir Dan Menduduki Fungsi Adverb Pada Konstruksi Kalimat Bahasa Inggris: Kajian Sintaksis dan Semantis

  

FRASA EKSOSENTRIS DIREKTIF YANG WAJIB HADIR

DAN MENDUDUKI FUNGSI ADVERB

PADA KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INGGRIS:

Kajian Sintaksis dan Semantis

  

OBLIGED DIRECTIVE EXOCENTRIC PHRASE OCCUPYING ADVERB

FUNCTION IN ENGLISH SENTENCE CONSTRUCTION:

A Study of Syntax and Semantics

  

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana

pada Program Studi Sastra Inggris Fakultas Sastra

Universitas Komputer Indonesia

  

HIZZUL NURLENA

63710017

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

  DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN REVISI PERNYATAAN BUKTI KEPEMILIKAN DEDIKASI iv ABSTRAK v

  ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix

  BAB I : PENDAHULUAN

  1.1

  1 Latar Belakang Penelitian

  1.2

  4 Rumusan Masalah

  1.3

  5 Tujuan Penelitian

  1.4

  5 Manfaat Penelitian

  1.5

  6 Kerangka Pemikiran

  BAB II : KAJIAN TEORI

2.1 Sintaksis

  9

  2.1.1 Dependent dan Independent Clause

  12

  2.1.2 Frasa

  13

  2.1.2.1 Frasa Eksosentris Direktif

  15

  2.1.2.1 Frasa Eksosentris Nondirektif

  16 x

  2.2.1 Struktur Semantis

  4.4 Frasa Eksosentris Direktif yang Ditandai Preposisi OF

  35 BAB IV : PEMBAHASAN

  4.1 Frasa Eksosentris Direktif yang Ditandai Preposisi ON

  37

  4.2 Frasa Eksosentris Direktif yang Ditandai Preposisi IN

  41

  4.3 Frasa Eksosentris Direktif yang Ditandai Preposisi TO

  49

  58

  33

  4.5 Frasa Eksosentris Direktif yang Ditandai Preposisi WITH

  63

  4.6 Frasa Eksosentris Direktif yang Ditandai Preposisi AT

  66

  4.7 Frasa Eksosentris Direktif yang Ditandai Preposisi INTO

  69

  4.8 Frasa Eksosentris Direktif yang Ditandai Preposisi FOR

  3.2.2 Teknik Analisis Data

  3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

  18

  26

  2.2.2 Komponen Makna yang Melibatkan Entailment

  20

  2.2.3 Jenis Relasi Preposisi

  22

  2.2.3.1 Locative

  23

  2.2.3.2 Temporal

  2.2.3.3 Process

  33

  28

  2.2.3.4 Respect

  30

  2.2.3.5 Contingency

  30 BAB III : OBJEK DAN METODE PENELITIAN

  3.1 Objek Penelitian

  32

  3.2 Metode Penelitian

  72 xi

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

  5.1

  78 Simpulan

  5.2

  79 Saran

DAFTAR PUSTAKA

  81 DAFTAR LAMPIRAN

  83 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  86

  

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z.E. dan M.H. Junaiyah. 2009. Sintaksis. Jakarta: PT Grasindo.

  Djajasudarma, T. Fatimah. 2010. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: PT Rafika Aditama.

  Fromkin, Victoria dan Rodman Robert. 1983. Third Edition: An Introduction to Language. New York: CBS College.

  Hogue, Ann dan Oshima, Alice. 1999. Wiritng Academic English: Third Edition.

  London: Longman. Jackson, Howard. 1990. Grammar and Meaning: A Semantic Approach to English Grammar. New York: Longman.

  Larson, M. Mildres. 1984. Meaning- Based Translation. London: University Press of America.

  Leech, Geoffrey. 2003. Semantik. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Lyons, John. 1968. Introduction To Theoritical Linguistics. London: Cambridge University Press.

  Murcia, C.M. dan Freeman, L.D. 1999. Second Edition- The Grammar Book: An ESL/EFL Teacher’s Course. US: Heinle and Heinle.

  Ramlan, M. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono. Taniran, Kencanawati. 1988. Penerjemahan Berdasarkan Makna. Jakarta: ARCAN.

  Verhaar, M. W. J. 1996. Asas- Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada

  82 SUMBER DATA Christie, Agatha. 1953. After The Funeral. London: Harper Collins. SMA Negeri 2 Pandeglang 4 2010

  Daftar Riwayat Hidup A. Riwayat Hidup

  a. Nama : Hizzul Nurlena

  b. Tempat dan Tanggal Lahir : Pandeglang, 29 Juni 1992

  c. Alamat : Kp. Nagrog Ds. Bayumundu RT/ RW 003/001 Kec. Kaduhejo Kab.

  Pandeglang, Banten.

  d. No Tlp : 08170261652

  e. Jenis Kelamin : Perempuan

  f. Kewarganegaraan : Indonesia

  g. Agama : Islam

  h. Hobi : Menulis i. Email : [email protected] B.

   Pendidikan Formal No Tahun Institusi

  1 1998

  SD Negeri 1 Bayumundu 2 2004

  • – 2004
  • – 2007
  • – 2010
  • – Sekarang Universitas Komputer Indonesia

  SMP Negeri 1 Pandeglang 3 2007

  87

C. Kompetensi

  Di bawah ini beberapa kompetensi yang dimiliki, yakni: a.

  Kejuaran Pencak Silat IPSI and Merpati Putih b.

  Speech competition-one of the program ILCF 2013 D.

   Pendidikan Non-formal No. Tahun Seminar/ Achievement Keterangan

  Juara Ke-2 Bupati Cup IPSI (Ikatan 1. 2007

  Sertifikat Pencak Silat Indonesia) Juara Ke-2 Bupati Cup IPSI (Ikatan

  2. 2009 Sertifikat

  Pencak Silat Indonesia) 3. 2010 Central Computer Banten (CCB) Sertifikat

  Karya Ilmiah “Penyembuhan Penyakit Maag dengan Kunyit

  4. 2010 Sertifikat

  (Curcuma Domestica) Sebagai Salah Satu Pengobatan Alternatif.

  Seminar “Building Confidence in 5. 2011

  Sertifikat Delivering Public Speech” as the attendance and committee

  88 6. 2011 Seminar and Workshop of Semiotics Sertifikat

  Feminist, Feminine and Text 7. 2011 Seminar as the attendance and Sertifikat committee

  Talkshow Raditya Dika “Kreatif 8. 2012

  Sertifikat Menulis, Rezeki Tak Akan Habis” Hari Sastra “ Cross Culture” as the

  9. 2012 Sertifikat attendance and committee

  10. 2012 English Contest Sertifikat 11. 2012 Character Building Training Sertifikat

  Kejuaran Antar Kolat Merati Putih 12. 2012 Cabang Bandung “Menggali Potensi Sertifikat

  Untuk Berprestasi”

  Participant Of Workshop Translation “Building The Translation Skill and

  13. 2013 Sertifikat

  Confidence” as the attendance and

  committee

  Copywriting Seminar “Go Viral” as

  14. 2013 Sertifikat the attendance and committee

  89 15. 2013 Islamic MOVEtivation Training Sertifikat

  Speech Competition-one of the programs of International Language

  16. 2013 and Culture Festival (ILCF 2013) Sertifikat

  under the theme: “SOUL OF NATION” Seminar “Menyambut Bulan Suci

  16. 2014 Sertifikat

  Ramadhan” Talk Show Menulis Bersama, Risa

  17. 2014 Sertifikat

  Saraswati “You Write What You Think”

  18. 2014 Sertifikat Hardware Sertifikat

  Seminar Hardware “Cepat dan

  19. 2014 Mudah Membuat Website Online Sertifikat

  dalam 30 Menit” Seminar TOEFL “How To Train

  20. 2014 Sertifikat

  Your TO EFL”

  90

E. Pengalaman Organisasi dan Kerja No. Tahun Organisasi/ Pekerjaan

  Member of Pramuka SMP Negeri I 1. 2004 Pandeglang and Member of PMR SMP

  • – 2005

  Negeri I Pandeglang Member of Pencak Silat SMP Negeri 1

  2. 2005

  • – 2008

  Pandeglang and SMA 2 Pandeglang 3. 2010-2011 Member of UKM Taekwondo UNIKOM

  Member of UKM Merpati Putih Unikom 4. 2011-2012 and Member of SADAYA UNIKOM

  Member of HIMA of English Department 5. 2010

  • – 2013

  UNIKOM 6. 2013 Balai Bahasa Bandung

  

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

  Alhamdulillahi Rabbil alamin. Hanya kepada Allah saya memuji, Rabb sang pemilik seluruh alam semesta beserta isinya. Semoga salawat, salam, dan keberkahan selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman kelak.

  Serta dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

  1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Tadjudin, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra Inggris Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Atas perizinannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

  2. Yth. Bapak Dr. Juanda., selaku Ketua Program Studi Sastra Inggris Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

  3. Yth. Ibu Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum., selaku dosen Pembimbing pertama. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan, bimbingan, nasihat, saran, serta kesabaran untuk memberi pengarahan dan motivasi kepada peneliti.

  4. Yth. Ibu Nenden Rikma Dewi, S.S., M.Hum., selaku dosen Pembimbing kedua yang telah menolong dan mendorong peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

  Terima kasih untuk bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada peneliti.

  5. Yth. Bapak/Ibu dosen dan staf administrasi Sastra Inggris. Semoga Allah

  6. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas jasa-jasanya, kesabaran, doa, kasih sayang dan bantuan secara moril maupun materil demi lancarnya penyusunan skripsi ini.

  7. Sahabat saya Adi Upay yang senantiasa memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, kemudian teman-teman 2010 yang saya cintai; Nonoy Vini, Abang Sofyan, Cantik Vivi, Ceuceu Lisna, Ica Belo, Dania Gomez, Daliman, Oom Fhandry, Wildan, adikku Indra, Guntur, Luthfi, teman- teman senior yang ikut memberikan dukungan serta motivasi kak Aldo, tante Ilma, kang Ali, Kang Abe, Teh Resti, Teh Ferra, Teh Anggit serta teman-teman yang lainnya yang tak dapat peneliti sebutkan satu per satu, terima kasih atas motivasi, kebersamaan dan bantuan kalian yang berarti bagi peneliti.

  Untuk kesempurnaan dari penulisan ini, maka peneliti menerima kritik saran dari pembaca. Akhir kata, peneliti mengharapkan semoga penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak lain pada umumnya rekan-rekan di UNIKOM khususnya yang akan melakukan skripsi pada sidang yang sama dengan peneliti.

  Bandung, Juli 2014 Peneliti

  Hizzul Nurlena

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

  Pada umumnya frasa merupakan kelompok kata atau gabungan dua kata atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar

  Book: an ESL/ EFL- Teacher’s Cource: Second Edition, menyatakan bahwa frasa

  tidak selalu merupakan gabungan dari dua kata atau lebih, tetapi kata seperti book,

  

bag, lawyer, teacher dapat juga dikatakan sebagai frasa, yakni frasa yang

  memperlihakan kategori NP. Hal ini diperlihatkan dan dibuktikan melalui pernyataanya sebagai berikut:

  

“NP can be rewritten as a pronoun: I, you, he, she, and so on.

The first option is more complex in that it allows NP to be

expanded in any number of ways. Minimally, it is expanded as a

uninflected lexical noun such as book, rice, or Nancy”.

  Dari pernyataannya di atas terlihat bahwa

  “pronoun” seperti I, you, he, she

  dan

  “noun” seperti book, rice dan Nancy secara umum dapat dikatakan sebagai frasa juga yakni frasa yang tergolong dalam kategori NP.

  Menambahkan pernyataan Ramlan, Djajasudarma (55:2010) dalam bukunya Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, mengklasifikasikan frasa ke dalam kelas frasa dan tipe frasa. Kelas frasa meliputi frasa verbal, frasa nominal, frasa adjektifal, frasa pronominal, dan frasa adverbial koordinatif. Sementara itu, tipe frasa meliputi frasa endosentris dan frasa eksosentris. Perbedaan frasa endosentris dari frasa eksosentris itu sendiri menurut Lyons (1968: 233) adalah:

  2 “Endocentric is one whose distribution is identical with that of

  one or more of its constituents; and any construction which is not endocentric is exocentric. (In other words, exocentricity is defined negatively with reference to a prior definition of endocentricity, and all constructions fall into one class or the other.)

  Pernyataan tersebut memaknai tipe endosentris sebagai tipe frasa yang memiliki distribusi yang sama antarunsurnya sehingga dapat saling menggantikan seperti pada kalimat, My friend Ningsih is most beautiful in class. My friend

  

Ningsih adalah jenis frasa endosentris sehingga baik my friend maupun Ningsih

  dapat saling menggantikan atau mewakilkan. Dengan demikian, kalimat My friend

  

is most beautiful in class atau Ningsih is most beautiful in class berterima secara

  gramatikal dan semantis bahasa Inggris. Sementara itu, frasa eksosentris pada kalimat My friend Ningsih is most beautiful in class, diwakili oleh frasa in class.

  Frasa in class adalah jenis frasa eksosentris, yakni frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya sehingga tidak dapat saling menggantikan.

  Mengkaji ketidakmampuan unsur-unsur pada frasa eksosentris untuk saling menggantikan, frasa eksosentris ini menurut Djajasudarma (1987: 16) digolongkan ke dalam objective exocentric phrase (bahasa Indonesia: frasa eksosentris objektif) dan directive exocentric directive (bahasa Indonesia: frasa eksosentris direktif). Frasa eksosentris objektif mengacu pada hubungan verba yang diikuti objek komplemen verba. Sebagai contoh, pada frasa eksosentris objektif kick the ball, kata kick merupakan verba transitif yang memiliki hubungan atau membutuhkan informasi mengenai apa yang ditendang. Sementara itu, the

  3 pada verba kick, artinya memberikan informasi bahwa sesuatu yang ditendang itu adalah bola. Kasus verba tersebut yang menunjukan hubungan verba dengan objek (komplemen) verba disebut frasa eksosentris objektif. Berbeda dengan frasa eksosentris objektif, frasa eksosentris direktif memiliki direktor atau berpartikel.

  Istilah “berpartikel” dalam hal ini memiliki arti sebagai kata yang tidak dapat dipisahkan, dengan kata lain tidak dapat digunakan secara lepas atau berdiri sendiri. Contohnya, frasa eksosentris direktif in class pada kalimat My friend

  

Ningsih is most beautiful in class. Frasa eksosentrisin class ini adalah frasa yang

  berpartikel yang kehadirannya selalu dikait-kaitkan atau sangat bergantung pada kata yang mengikutinya. Preposisi in membutuhkan kata class agar dapat dimengerti apa maksudnya, karena tanpa kata class tersebut preposisi in tidak dapat dimengerti maknanya.

  Dari penjabaran frasa eksosentris dalam hal dapat dan tidaknya unsur- unsur tersebut dipisahkan, peneliti menganggap frasa eksosentris direktif penting untuk diteliti, terutama dalam kaitannya dengan relasi yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan memaparkan alasan mengapa pada frasa eksosentris direktif satu unsur dengan unsur lainnya tidak dapat dipisahkan dan berada pada satu fungsi klausa, serta relasi apa yang terbangun di antara unsur-unsurnya.

  Sebelumnya, penelitian mengenai frasa telah diteliti oleh Imam Muhammad Iqbal (2013), dengan judul “Nominal Group yang Mengikuti Verbal

  

Process dalam Novel Percy Jackson & The Olympians (The Lightning Thief)

  karangan Rick Riordan”. Penelitiannya membahas bentuk nominal group yang mengikuti verbal process, hubungan logical roles pada nominal group yang

  4 mengikuti verbal process, dan jenis experiential roles pada nominal group yang mengikuti verbal process. Dalam penelitiannya, Iqbal membatasi pada relasi head dan modifier. Sementara itu, penelitian ini berfokus pada frasa eksosentris yang menduduki fungsi adverb yang kehadirannya wajib hadir dalam konstruksi kalimat bahasa Inggris. Peneliti mengangkat kasus ini disebabkan ada frasa eksosentris yang menduduki fungsi adverb yang kehadirannya bersifat wajib dan bersifat optional. Frasa eksosentris yang kehadirannya bersifat optional memungkinkan frasa eksosentris dihilangkan, dan makna kalimat tetap dapat dipahami. Pada kalimat Adi is my best friend in Bandung, misalnya, kehadiran frasa eksosentris in Bandung dapat hadir dan dapat juga tidak karena sekalipun in

  

Bandung dihilangkan, makna dari kalimat tersebut dapat dipahami. Di lain pihak,

  kalimat My little sister and my mother go to the market today, mewajibkan kehadiran frasa eksosentris “to the market”. Kalimat tersebut membutuhkan informasi yang menyatakan tujuan kepergian

  “My little sister and my mother” untuk membuat makna kalimat dapat dipahami.

  Menilik pemaparan contoh data di atas diasumsikan bahwa verba yang memperlihatkan dynamic verb untuk kategori momentary verb seperti jump, kick,

  

knock, nod, tap, come, go, arrive, departure mewajibkan kehadiran frasa

  eksosentris direktif. Oleh sebab itu, untuk memudahkan peneliti dalam mencari data sebagai data analisis, peneliti berfokus pada data yang verbanya memperlihatkan unsur dynamic verb.

  Berdasarkan paparan yang sudah diberikan, penulis mengambil judul “Frasa Eksosentris Direktif yang Wajib Hadir dan yang Menduduki Fungsi

  5

  Adverb pada Kontruksi Kalimat Bahasa Inggris (Kajian Sintaksis dan Semantis)” sebagai judul penelitian.

  2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pemaparan di latar belakang, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Preposisi apa saja yang muncul pada frasa eksosentris direktif yang menduduki fungsi adverb yang wajib hadir pada data?

  2. Relasi apa yang dimiliki preposisi dan frasa nomina yang mengikutinya? 3.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan preposisi yang muncul pada frasa eksosentris direktif yang menduduki fungsi adverb yang wajib hadir pada data

  2. Mendeskripsikan relasi yang dimiliki preposisi dan frasa nomina yang mengikutinya

  4. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pembaca baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini merupakan gagasan pendukung tentang apa itu frasa eksosentris, alasan kehadiran frasa eksosentris tersebut wajib pada konstruksi kalimat bahasa Inggris, beserta relasi makna yang ada di antara preposisi dan frasa nomina yang mengikutinya. Secara praktis, ketika pembaca dihadapkan dengan suatu teks atau suatu konstruksi kalimat

  6 bahasa Inggris, pembaca dapat dengan mudah menentukan mana yang termasuk ke dalam frasa eksosentris yang wajib hadir dan mana yang tidak atau optional.

  Hal ini dapat pembaca lakukan dengan melihat dan memperhatikan verba yang ada pada kalimat. Artinya, jika pada verba menunjukan unsur pergerakan atau perpindahan sebagai contoh “I go to school”, sudah dapat dipastikan verba go tersebut membutuhkan kehadiran frasa eksosentris “to school”, karena kata go di sini membutuhkan informasi tambahan untuk memperjelas kemana subjek I akan pergi, sehingga frasa eksosentrisnya wajib hadir. Sementara itu yang tidak mewajibkan kehadiran frasa eksosentris dapat dilihat dari verbanya juga, dimana verbanya selalu menunjukan informasi yang sudah lengkap atau jelas sebagai contoh “Indra eats at noon. Verba eats tersebut sudah jelas maknanya bahwa subjek Indra makan, frasa eksosentris at noon di sini tidak terlalu penting kehadirannya karena hanya memberikan penambahan informasi waktu saja kapan indra makan. Secara praktik simpulannya, melalui penelitian ini pembaca dapat dengan mudah menentukan mana frasa eksosentris yang wajib hadir dan tidak dengan memperhatikan verba yang ada pada kalimat.

5. Kerangka Pemikiran

  Dalam penelitian ini penulis berfokus pada frasa eksosentris. Berdasarkan pemaparan Ramlan, “frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan

  

unsurnya baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya, ini dikatakan

sebagai frasa eksosentris

  ”.(2001:142), artinya frasa ini sudah saling melekat dan tidak dapat dipisah atau tidak dapat saling menggantikan. Contohnya, My friend

  

Ningsih is most beautiful in class, dalam kalimat tersebut in class adalah frasa

  7 eksosentris dimana in tidak dapat berdiri sendiri tanpa unsur kata lain yang mengikutinya

  “class”. Oleh sebab itu, frasa dikatakan eksosentris karena unsur-

  unsurnya sudah menjadi satu perangkat atau melekat satu sama lain sehingga tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya unsur kata yang lain yang mengikutinya.

  Pada konstruksi kalimat bahasa Inggris, kehadiran frasa eksosentris kehadirannya tidak harus selalu ada, artinya ada frasa eksosentris yang memang kehadirannya diwajibkan ada yakni berpengaruh pada makna kalimat tersebut, ada juga yang tidak. Sebagai contoh kehadiran frasa eksosentris yang kehadirannya wajib ada “Dania wants to talk to Trisa for discussing her problem in Grammar. Jika frasa eksosentris “for discussing her problem in Grammar” dihilangkan dan kalimatnya hanya sampai pada “Dania wants to talk to Trisa” kalimat ini masih menggantung artinya membutuhkan informasi alasan mengapa Dania ingin bertemu atau berbicara dengan Trisa. Oleh sebab itu, kehadiran frasa eksosentris “for discussing her problem in Grammar” ini wajib hadir sehingga makna kalimatnya menjadi jelas dan tidak menggantung. Tidak menggantung di sini artinya makna kalimat tersebut lengkap dengan kehadiran frasa eksosentris, alasan Dania ingin berbicara kepada Trisa. Contoh lain dapat diperlihatkan melalui kalimat

  “John will buy a new car at Toyota showroom”. Jika frasa eksosentris “at

Toyota showroom” dihilangkan menjadi “John will buy a new car”, makna

  kalimatnya belum lengkap karena verba buy memiliki ekspektasi tempat mobil itu dibeli. Oleh sebab itu kehadiran frasa eksosentris direktif at Toyota Showroom wajib hadir untuk memperlihatkan secara spesifik bahwa tindakan transaksi membeli mobil dilakukan di Toyota Showroom bukan di tempat lain. Berbeda dari dua contoh tersebut, frasa eksosentris in the kitchen pada kalimat Lena baked a

  8

  

cake in the kitchen tidak wajib hadir karena makna verba baked sudah mencakup

makna tempat terjadinya kegiatan baked.

  Melihat dua kasus kalimat di atas, peneliti hanya berfokus pada frasa eksosentris yang kehadirannya wajib hadir saja untuk mengkaji atau meneliti lebih dalam sebab atau alasan mengapa frasa eksosentris tersebut wajib hadir dalam konstruksi kalimat bahasa Inggris.Kemudian dalam penelitian, fokus peneliti hanya pada frasa eksosentris direktifyang menduduki fungsi adverb. Frasa eksosentris direktif umumnya ditandai dengan penggunaan preposisi, sebagai contoh in the morning, in front of, on the cupboard.

  Berbicara mengenai preposisi yang menduduki fungsi adverb artinya berbicara mengenai suatu keadaan atau circumstance yang menggambarkan atau menerangkan keadaan si pelaku “subjek”. Jackson (1990:49) memaparkan bahwa preposisi yang menunjukan keadaan atau bersifat menerangkan pelaku atau subjek bentuknya variatif, dalam artian ada yang berbentuk locative, temporal, process, respect, contingency, dan degree.

BAB II KAJIAN TEORI Bab ini memaparkan teori-teori yang peneliti gunakan untuk keperluan

  analisis. Teori- teori tersebut meliputi ruang lingkup pembahasan sintaksis dan semantis, frasa dan penggolongannya, serta jenis relasi preposisi yang menunjukan hubungan antara frasa eksosentris direktif, yang merupakan pokok penting di dalam penelitian ini, dengan NP yang mengikutinya.

2.1 Sintaksis

  Struktur lahir bahasa dipelajari dalam ilmu Sintaksis. Verhaar (1996: 11) mendefinisikan Sintaksis sebagai

  “cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat ”. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa

  sintaksis merupakan cabang ilmu atau kajian yang bahasannya mengacu pada terstruktur atau tidaknya rangkaian kata di dalam suatu kalimat sehingga menentukan pemaknaan atau pesan yang disampaikan oleh kalimat tersebut menjadi logis atau tidak.

  Pada bahasa Inggris yang merupakan bahasa pola urutan, misalnya, logis tidaknya suatu kalimat ditentukan oleh pola urutan. Sebagai contoh, bandingkan contoh pola berikut cooks she fried chicken in the kitchen dan kalimat kedua she

  

cooks fried chicken in the kitchen. Pada pola tersebut, cooks she fried chicken in

the kitchen, tidak dapat dipahami pemaknaannya secara jelas karena susunan

  10 makna yang ingin disampaikan oleh pola tersebut tidak dapat dipahami penutur bahasa Inggris. Sementara itu, pada kalimat she cooks fried chicken in the kitchen, maknanya dapat dipahami dengan jelas. Hal ini disebabkan susunan kata pada kalimat tersebut sudah memenuhi kaidah baku bahasa Inggris. Artinya, kata-kata pada kalimat kedua sudah terstruktur berdasarkan kaidah SVOCA. Perbedaan yang kontras pada contoh pola dan kalimat tersebut memperlihatkan bahwa susunan kata-kata itu sangat penting di dalam sebuah kalimat bahasa Inggris untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan melalui kalimat tersebut.

  Jika dikaitkan dengan fungsi sintaksis, Verhaar (1996: 165) mengartikannya bahwa suatu kalimat dapat dikatakan mempunyai fungsi sintaksis apabila memperlihatkan adanya subjek, predikat, dan objek di dalam sebuah kalimat. Dalam upayanya memperjelas konsep kaidah SVOCA tersebut, Verhaar (1996) mendefinisikan subjek sebagai pelaku atau pemeran yang melakukan sesuatu. Di lain pihak, predikat menunjukkan atau memperlihatkan suatu kondisi keadaan, aksi, tindakan, sedangkan objek

  “pihak yang mengalami

tindakan” (Verhaar, 1996: 166). Menilik kembali pada kedua contoh data di atas,

  pola cooks she fried chicken in the kitchen, dapat dianalisis berdasarkan fungsi sintaksis yang dimilikinya, sebagai berikut:

  cooks she fried chicken in the kitchen.

  V S O A Melihat penjabaran tersebut, struktur sintaksis pada pola data di atas tidak

  11 terstruktur berdasarkan pola urutan baku bahasa Inggris. Bahasa Inggris, pada umumnya, menempatkan subjek sebelum predikat, kemudian predikat tersebut diikuti lagi oleh objek atau complement, lalu keterangan keadaan

  “adverb” yang menerangkan subjek atau predikat tersebut.

  Berbeda dengan contoh pola tersebut, kalimat she cooks fried chicken in

  the kitchen, dapat dijabarkan fungsi sintaksisnya sebagai berikut: She cooks fried chicken in the kitchen.

  S V O A Struktur sintaksis kalimat kedua memenuhi kaidah SVOCA sehingga maknanya menjadi logis. Kestrukturan kalimat ini lah yang dimaksudkan sebagai definisi dari sintaksis Verhaar tersebut di atas.

  Selanjutnya, kalimat dapat dipandang sebagai suatu paparan panjang kata yang terbentuk dari rangkaian kata yang menyatakan makna yang utuh atau lengkap. Melihat utuh dan tidak utuhnya makna di dalam kalimat, Hogue dan Oshima (1999: 153) mengklasifikasikan 2 (dua) jenis klausa yakni dependent dan

  

independent clause, yakni satuan bahasa yang membangun kalimat. Berikut

adalah penjelasannya.

2.1.1 Dependent dan Independent Clause

  Sentence atau kalimat dapat dibangun dari kombinasi 2 (dua) jenis klausa yakni independent clause dan dependent clause. Keduanya dapat dibedakan berdasarkan karakteristik kelengkapan informasi yang disampaikan. Pada

  12 memperlihatkan informasi yang utuh, sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat dipahami secara utuh. Untuk itu dependent clause membutuhkan informasi tambahan yang lain untuk melengkapi dan memperjelas dependent clause tersebut. Seperti yang dijabarkan oleh Hogue dan Oshima (1999: 153) dalam bukunya Writing Academic English: Third Edition,

  “Dependent clause does not express a complete thought and cannot stand alone as a sentence by itself“. Dari

  pernyataannya tersebut dapat disimpulkan bahwa dependent clause ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa klausa yang lain di dalam kalimat yang sama. Lebih jelasnya,

  

dependent clause ini biasanya ditandai dengan penggunaan subordinator seperti

when, while, if, that, or who.

  Di lain pihak, independent clause dipahami sebagai klausa yang dapat berdiri sendiri. Artinya, klausa ini dapat berdiri sendiri membangun kalimat utuh dengan informasi yang jelas. Dengan kata lain, independent clause tidak membutuhkan informasi tambahan untuk menjadi kalimat yang lengkap. Seperti yang dinyatakan oleh Hogue dan Oshima (1999: 153),

  “Independent clause

contains a subject and a verb and expresses a complete thought. It can stand

alone as a sentence itself by itself”. Di bawah ini adalah contoh dari dependent

  dan independent clause yang dibahas oleh Hogue dan Oshima (1999: 153) dalam bukunya Writing Academic English. Berikut penjabarannya.

  Contoh di bawah ini merupakan dependent clause, (1)

  …….if I declare my major now……… (2)…….when they come to the United States……….

  13

  Dependent clause (1) dan (2) hadir dengan ditandai konjungsi if dan when. Klausa

  tersebut diidentifikasi memerlukan informasi tambahan dari klausa yang lain di dalam kalimat yang sama, untuk membuat kalimatnya menjadi lengkap atau utuh.

  Berbeda dengan klausa (1) dan (2), klausa (3) dan (4) berikut ini merupakan independent clause, (3) Students normally spend four years in college. (4)

  Many International students experience culture shock when the come to the

  United States Klausa (3) dan (4) merupakan klausa yang informasinya sudah lengkap dan jelas.

  Berelevansi dengan topik yang dikaji pada penelitian ini, frasa diidentifikasi sebagai salah satu unsur pembentuk klausa. Guna memperlihatkan sistemematika pemikiran ini, berikut ini adalah penjabaran mengenai frasa.

2.1.2 Frasa

  Mengutip pernyataan Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The

  Grammar Book: an ESL/ EFL- Teacher’s Cource: Second Edition, frasa tidak

  selalu merupakan gabungan dari dua kata atau lebih, tetapi kata seperti pensil, gelas, boneka, meja dapat pula dikatakan sebagai frasa, yakni frasa yang termasuk pada kategori NP. Hal ini diperlihatkan dan dibuktikan melalui pernyataanya sebagai berikut:

  

“NP can be rewritten as a pronoun: I, you, he, she, and so on.

The first option is more complex in that it allows NP to be

expanded in any number of ways. Minimally, it is expanded as a

  14 Dari pernyataannya di atas terlihat bahwa

  “pronoun” seperti I, you, he, she dan

“noun” seperti book, rice dan Nancy secara umum dapat dikatakan sebagai frasa

  juga yakni frasa yang tergolong dalam kategori NP.

  Berbicara mengenai frasa, Arifin dan Junaiyah (2009: 18-25) mengkategorikan frasa ke dalam dua bentuk yaitu exocentric phrase dan

  

endocentric phrase. Exocentric phrase meliputi exocentric directive phrase yang

  berpartikel dan exocentric nondirective phrase yang dibagi lagi ke dalam

  

connective dan predicative. Sementara itu, endocentric atau frasa endosentris ada

  yang berinduk tunggal dan ada juga yang berinduk jamak. Endocentric phrase yang berinduk tunggal meliputi nominal phrase, pronominal phrase, verb phrase,

  

adjective phrase, dan numeral phrase, sedangkan yang berinduk jamak meliputi

coordinative phrase dan appositive phrase. Namun, berdasarkan topik yang

  peneliti angkat yakni mengenai frasa eksosentris, paparan hanya difokuskan pada frasa eksosentris.

  Menurut Arifin dan Junaiyah (2009: 19), exocentric phrase atau frasa eksosentris adalah

  “frasa yang sebagian atau seluruhnya tidak memiliki perilaku yang sama dengan semua komponennya, bai k dengan sumbu “nondirective” maupun dengan preposisi (directive)

  ”. Memperjelas pernyataan Arifin dan Junaiyah, Ramlan (2001: 142) memaparkan bahwa

  “frasa eksosentris merupakan

  

frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua

unsurnya maupun salah satu dari unsurnya . Melihat kedua pernyataan mengenai

  frasa eksosentris tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pada frasa eksosentris ini

  15 dengan yang lainnya karena tidak adanya distribusi yang sama antar unsurnya. Sebagai contoh My Friend Ningsih is most beautiful in class, pada kalimat tersebut in class merupakan frasa eksosentris dimana in dan class tidak dapat saling menggantikan karena tidak adanya perilaku yang sama dengan semua komponennya, baik “in” yang berkelas preposition dan “class” yang berkelas

  noun. Akibatnya

  pada “in class”, “in” dan “class” tidak dapat saling menggantikan satu sama lain.

  Selanjutnya, frasa eksosentris, masih menurut Arifin dan Junaiyah (2009: 18), diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) jenis yakni frasa eksosentris direktif dan frasa eksosentris nondirektif. Adapun penjelasan mengenai apa itu frasa eksosentris direktif dan frasa eksosentris nondirektif adalah sebagai berikut.

2.1.2.1 Frasa Eksosentris Direktif

  Frasa eksosentris direktif (exocentric directive phrase) didefinisikan

  sebagai frasa yang berpartikel (Arifin dan Junaiyah, (2009: 19). Artinya frasa eksosentris direktif ini ditandai dengan penggunaan preposisi, misalnya in the

  

evening, with the knife, dan on the chair. Pada umumnya frasa eksosentris direktif

  berfungsi memberikan keterangan, misalnya memberikan keterangan tempat

  “in the kitchen

  ”, keterangan arah “from the school”, dan keterangan instrumen“with the knife”.

  16

2.1.2.2 Frasa Eksosentris Nondirektif

  Frasa eksosentris nondirektif (exocentric nondirective phrase) adalah jenis frasa eksosentris yang bersumbu (Arifin dan Junaiyah, (2009: 19). Bersumbu di sini artinya frasa yang berperan menyambung atau mengaitkan. Menyinggung hal ini “menyambung atau mengaitkan”, Arifin dan Junaiyah (2009: 19-20) membagi frasa eksosentris yang dikatakan bersumbu tersebut ke dalam 2 (dua) bentuk yaitu bentuk connective dan predicative. Bentuk connective di sini berfungsi sebagai penghubung, misalnya John is a college student, is pada kalimat John is a college

  

student adalah frasa eksosentris nondirektif konektif yang berfungsi

  menghubungkan subjectJohn” dengan complementa college student”. Sementara itu, frasa eksosentris nondirektif bentuk predicative berfungsi mengaitkan, sebagai contoh Leon writes a poem. Write pada kalimat Leon writes a

  

poem adalah eksosentris nondirektif yang berbentuk predicative. Predicative di

  sini memberikan fungsi atau peran yang berupa tindakan, proses, atau keadaan yang menunjuk atau mengaitkan pelaku subject “John” dengan apa yang dilakukannya, yakni bahwa subjek “John” menulis puisi.

  Paparan di atas merupakan pokok-pokok bahasan yang termasuk pada sintaksis. Berbicara mengenai sintaksis tidak akan pernah terlepas dari semantik.

  Dengan kata lain, pada kumpulan kata yang ada pada sintaksis, yang pada akhirnya kumpulan kata tersebut tersusun dan membentuk kalimat, tentu di dalamnya tidak hanya sebatas rangkaian atau susunan kata-kata saja, melainkan adanya pemaknaan dibalik kata-kata yang tersusun tersebut. Oleh sebab itu, untuk

  17 yang sudah dijabarkan di atas, melainkan peneliti juga akan memaparkan apa itu semantik. Berikut adalah penjelasannya.

2.2 Semantik

  Bebicara mengenai semantik, Verhaar (1996:13) dalam bukunya

  “Asas-

Asas Linguistik Umum” menyatakan bahwa “Semantik adalah suatu cabang yang

membahas arti atau makna”. Dari pernyataannya tersebut, dapat diartikan bahwa

  semantik merupakan suatu cabang ilmu yang bahasannya mengacu pada pemaknaan yang ada di balik bahasa baik “kata”, “frasa” atau “kalimat” yang dituliskan atau mungkin dituturkan.

  Kemudian, mendukung pernyataan Verhaar, Fromkin dan Rodman (1983: 164) berpendapat bahwa

  “The semantics is the linguistic meaning of words,

phrases, and sentence”. Melihat definisi Fromkin dan Rodman, terdapat

  kesamaan fokus dalam mengkaji pokok kajian semantik, yakni semantik berfokus pada pemaknaan dari setiap kata, frasa, atau kalimat.

  Berbicara mengenai pemaknaan yang terdapat di dalam kata, frasa, atau kalimat, penjabaran struktur semantis dan komponen makna berikut dengan persyaratan (entailment) menjadi hal yang penting untuk dikemukakan. Berikut ini adalah penjabarannya:

2.2.1 Struktur Semantis Berbicara mengenai semantis artinya berbicara mengenai makna bahasa.

  18

  

which can be classified as THINGS, EVENTS, ATTRIBUTES, OR RELATION”.

  Dari pernyataannya tersebut artinya bahwa setiap bahasa mempunyai bagian makna yang didapatkan dari ciri yang dimiliki oleh bahasa tersebut, yakni apa ciri tersebut memperlihatkan ciri makna yang menunjukan BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT, ATAU RELASI (HUBUNGAN). Sebagai contoh pada bahasa yang diwakilkan dengan kata ring dan cook, kedua kata ini mempunyai bagian maknanya sendiri yakni kata ring menunjukan makna BENDA atau THINGS dan

  

cook menunjukan makna KEJADIAN atau EVENTS. Jadi, kedua kata ring dan

cook tersebut mempunyai bagian maknanya sendiri yang memperlihatkan cirinya

  masing-masing sehingga dapat dimaknai sebagai BENDA dan KEJADIAN. Menilik kembali pada teori yang diungkapkan oleh Larson di atas yang menyatakan bahwa bahasa memiliki bagian atau komponen yang dapat dikategorikan sebagai BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT, ATAU RELASI, hal ini mempunyai keterkaitan dengan proposisi. Mengenai proposisi ini, Larson (1984: 26) memaparkan bahwa

  “Propositions consists of concepts (grouping of meaning

  

components) related to one another with an EVENT, THING, OR ATTRIBUTE as

the central concept ”. Dari pernyataan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

  adanya proposisi terbentuk dari unit-unit makna yang terkumpul, sehingga menjadi satu bagian dalam kalimat yang mana di dalamnya pasti terdapat unit yang memperlihatkan BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT, atau RELASI. Dengan demikian jelas, bahwa hal ini membuktikan kehadiran proposisi mempunyai keterkaitan dengan BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT, ATAU RELASI yang

  19 Untuk memperjelas pemahaman mengenai proposisi, di bawah ini merupakan penjabaran contoh dari proposisi yang terdiri dari konsep yang dimaksud di atas:

  John hits ball. (Larson, 1984: 27) Pada kalimat berproposisi di atas terdiri dari 3 konsep yakni John, hits, dan ball.

  Dan peran yang terdiri dari pelaku (yang melakukan perbuatan) serta penderita (yang menjadi akibat dari perbuatan).