Struktur Kalimat dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017

STRUKTUR KALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 KOTA TANGERANG
SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:
Eka Putri Hanifah
1112013000002

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016

ABSTRAK
Eka Putri Hanifah 1112013000002: Struktur Kalimat dalam Karangan
Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Tahun

Pelajaran 2016/2017. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016.
Dosen Pembimbing: Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kalimat yang
terdapat dalam karangan deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota
Tangerang Selatan tahun pelajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif karena data yang diteliti berupa kalimat dalam
karangan. Struktur kalimat terkait fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran
sintaksis dideskripsikan sedemikian rupa dan dikategorisasi berdasarkan
persamaan bentuk pola strukturnya.
Hasil penelitian analisis struktur kalimat dalam 30 karangan siswa adalah
diketahui dari 152 data terdapat 40 pola yang muncul berdasarkan analisis fungsi,
101 pola yang muncul berdasarkan analisis kategori, dan 75 pola yang muncul
berdasarkan analisis peran. Pola yang dominan muncul dalam analisis fungsi
adalah pola S-P-K, pola S-P-Pel, pola K-S-P-K, dan pola S-P-O. Pola yang
dominan muncul dalam analisis kategori adalah pola F.N-V-F.N, pola F.N-VF.Prep, pola Pron-F.V-F.Prep, dan pola F.Prep-Pron-F.V-F.N. Pola yang dominan
muncul dalam analisis peran adalah pola Dikenal-Pengenal, pola Waktu-PelakuPerbuatan-Tempat, pola Pelaku-Perbuatan-Sasaran, dan pola Pelaku-PerbuatanTempat.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia, sebaiknya siswa dibiasakan untuk
memahami struktur kalimat yang baik karena pemahaman mengenai struktur

kalimat dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis siswa. Jika
kemampuan menulis siswa sudah cukup bagus, maka guru tidak lagi kesulitan
untuk memahami isi karangan/tulisan yang dibuat siswa. Hal tersebut tentu akan
mempermudah guru dalam memberikan penilaian.

Kata Kunci: Fungsi Sintaksis, Kategori Sintaksis, Peran Sintaksis, dan Pola
Struktur Kalimat.

i

ABSTRACT
Eka Putri Hanifah 1112013000002: Sentence Structure in
Description of Seventh Grade Students of SMP Negeri 13 South
in the academic year 2016/2017. Education Department of
Language and Literature, Faculty of Science and Teaching of
Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Narrative
Tangerang
Indonesian

MT, State

Supervisor: Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd.
The purpose of this research is to determine the sentence’s structure on
descriptive essay made by seventh grade students at SMPN 13 South Tangerang
year 2016/2017. The method used on this research is qualitative descriptive
because the data have the form sentences on paragraph. The related structure of
sentence such s syntax function, category, and role are described and categorized
based on the structure pattern..
The results of research analyzed the sentence structure in 30 essay are
known from 152 data, there are 40 patterns appeared based of function analysis,
101 patterns appeared based of category analysis, and 75 patterns appeared based
of role analysis. The dominant pattern of function analysis are S-V-Adv pattern,
S-V-Compl pattern, Adv-S-V-Adv pattern, and S-V-O pattern. The dominant
pattern of category analysis that found are F.N-V-F.N pattern, F.N-V-F.Prep
pattern, Pron-F.V-F.Prep pattern, and F.Prep-Pron-F.V-F.N pattern. Meanwhile,
the dominant pattern of role analysis are known-recognizer pattern, Time-ActorDeeds-Place pattern, Deeds-Actor-Goal pattern, and Actor-Deeds-Place pattern.
On learning the Indonesian language, students should be taught to
understand the sentence structure if it is good and right for the understanding of
sentence structure can help improve student's writing skills. If the student’s

writing skills are good enough, then the teacher is no longer difficult to
understand the essay/article that made the students. It will certainly facilitate
teachers assign ratings.

Keywords: Syntax Function, Syntax Category, Syntax Role, and Sentence
Structure.

ii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Wa Syukurillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang, pencerahan, dan kemudahan
bagi penulis untuk menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan, sehingga pada
akhirnya penulis mampu membuat sebuah karya tulis dalam bentuk skripsi.
Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya.
Pengerjaan skripsi ini tentu tidak dapat terlepas dari bantuan, bimbingan,
dan dukungan yang telah diberikan oleh pribadi-pribadi hebat di belakang penulis.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah ikut membantu karena berkat bantuan tersebut akhirnya skripsi

ini dapat penulis selesaikan. Beribu terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para wakil dekan dan
seluruh jajarannya;
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia beserta seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah rela dan ikhlas mengajari dan membagi ilmunya;
3. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd., selaku Dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan sabar dan tulus memberi arahan dan membimbing penulis dalam
menyusun skripsi dari awal hingga akhir;
4. Ibu Sri Supraptiwi, S.Pd., selaku Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 13,
Kota Tangerang Selatan yang telah bersedia membantu penulis dalam
mengumpulkan data-data yang penulis butuhkan selama penelitian ini;
5. Bapak Mustadi dan Ibu Rosidah, terima kasih karena senantiasa merawat,
membimbing, dan selalu memberi dukungan baik dalam bentuk moril maupun
materil, serta do’a yang selalu mengiringi. Kiranya, tidak ada satupun yang
akan pernah cukup untuk membalas jasa mereka berdua;

iii


6. Seluruh

keluarga

besar

yang turut

memberi

dukungan

dan

selalu

menyempatkan untuk hadir dalam setiap momen-momen penting perjalanan
penulis selama ini;
7. Sahabat-sahabat tercinta, Fitri Handayani, SKM., Fitri Hera Febriana, S.Pd.,
Tria Intan Mutiara, A.Md.Keb., Nandri Septiandi, S.Pd., dan Moh Syaiful

Hidayatur Rakhman, S.S.T., atas segala motivasi, nasehat dan semangat yang
tidak hentinya diberikan kepada penulis selama ini;
8. Rekan-rekan PBSI angkatan 2012, terima kasih atas persaudaraan yang telah
terjalin. Penulis berdo’a semoga persaudaraan kita tetap terjaga dan kita semua
dapat bertemu kembali di lain kesempatan dengan berbagai pencapaian yang
telah kita raih;
9. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu-persatu dan
telah banyak membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penulisan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga semua pihak yang telah memberikan
bantuan kepada penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Demikianlah
yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
pembacanya. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Jakarta, 19 Desember 2016

Penulis

iv


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ....................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..................................................................................

iii

DAFTAR ISI .................................................................................................

v

DAFTAR TABEL .........................................................................................


viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ..........................................................................

4

C. Pembatasan Masalah .........................................................................

5

D. Perumusan Masalah ..........................................................................


5

E. Tujuan Penelitian ..............................................................................

6

F. Manfaat Penelitian ............................................................................

6

BAB II KAJIAN TEORETIK ....................................................................

7

A. Landasan Teori ..................................................................................

7

1. Sintaksis ......................................................................................


7

a. Fungsi Sintaksis ....................................................................

8

b. Kategori Sintaksis .................................................................

13

c. Peran Sintaksis ......................................................................

16

d. Alat Sintaksis ........................................................................

18

e. Satuan Sintaksis ....................................................................

19

2. Kaidah Menulis Karangan...........................................................

20

3. Jenis-Jenis Karangan ...................................................................

21

a. Narasi ....................................................................................

21

v

b. Eksposisi ...............................................................................

22

c. Argumentasi ..........................................................................

22

d. Deskripsi ...............................................................................

23

e. Persuasi .................................................................................

24

B. Penelitian Relevan .............................................................................

24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................

28

A. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................

28

B. Metode Penelitian..............................................................................

28

C. Objek Penelitian ................................................................................

29

D. Sumber Data Penelitian .....................................................................

29

E. Instrumen Penelitian..........................................................................

30

F. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................

30

G. Teknik Analisis Data ........................................................................

31

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................

35

A. Profil Sekolah ....................................................................................

35

1. Sejarah Sekolah ...........................................................................

35

2. Visi, Misi, dan Tujuan.................................................................

36

3. Guru dan Tenaga Kependidikan..................................................

37

4. Siswa ...........................................................................................

38

B. Analisis Struktur Kalimat dan Kategorisasi ......................................

38

1. Analisis Fungsi ............................................................................

38

2. Analisis Kategori .........................................................................

59

3. Analisis Peran .............................................................................

81

C. Persentase Kemunculan Pola Dominan ............................................

100

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................

102

A. Simpulan ...........................................................................................

102

B. Saran ..................................................................................................

102

vi

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

103

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Contoh Tabel Struktur Kalimat Terkait Fungsi Sintaksis ............

32

Tabel 3.2: Contoh Tabel Struktur Kalimat Terkait Kategori Sintaksis .........

32

Tabel 3.3: Contoh Tabel Struktur Kalimat Terkait Peran Sintaksis .............

33

Tabel 3.4: Contoh Tabel Temuan Data Analisis Fungsi Sintaksis ...............

33

Tabel 3.5: Contoh Tabel Temuan Data Analisis Kategori Sintaksis ............

33

Tabel 3.6: Contoh Tabel Temuan Data Analisis Peran Sintaksis .................

34

Tabel 3.7: Contoh Tabel Persentase Kemunculan Pola Struktur Kalimat ...

34

Tabel 4.1: Tabel Daftar Jumlah Rombel dan Siswa/i SMPN 13 ..................

38

Tabel 4.2: Tabel Struktur Kalimat Terkait Fungsi Sintaksis.........................

38

Tabel 4.3: Tabel Temuan Data Analisis Fungsi Sintaksis ............................

51

Tabel 4.4: Tabel Struktur Kalimat Terkait Kategori Sintaksis .....................

59

Tabel 4.5: Tabel Temuan Data Analisis Kategori Sintaksis .........................

72

Tabel 4.6: Tabel Struktur Kalimat Terkait Peran Sintaksis ..........................

81

Tabel 4.7: Tabel Temuan Data Analisis Peran Sintaksis ..............................

93

Tabel 4.8: Tabel Persentase Kemunculan Pola Struktur Kalimat .................

100

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah melatih siswa untuk menguasai
empat keterampilan berbahasa, yakni (1) mendengarkan/menyimak, (2) membaca,
(3) berbicara, dan (4) menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu keterampilan berbahasa secara tulis dan
keterampilan berbahasa secara lisan. Di sekolah, siswa akan memperoleh empat
keterampilan berbahasa ini secara berurutan dan teratur disesuaikan dengan
tingkat kesulitannya.
Sebuah riset menyebutkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau
tidak, kita sudah pasti akan melakukan empat kegiatan berbahasa tersebut dengan
intensitas yang berbeda-beda. Jika keempat kegiatan berbahasa tersebut
dipersentasekan, maka akan didapatkan hasil kurang lebih sebagai berikut. (1)
mendengarkan sebesar 45%, (2) berbicara sebesar 30%, (3) membaca sebesar
16%, dan (4) menulis sebesar 9%.1
Dari hasil persentase sederhana di atas, diketahui bahwa keterampilan
menulis menjadi keterampilan dengan persentase terendah, atau dengan kata lain
jarang dilakukan jika dibanding ketiga keterampilan lainnya. Salah satu contoh
yang dapat membuktikan hal tersebut adalah kegiatan belajar mengajar di kelas
lebih dominan menuntut siswa untuk mendengarkan penjelasan dari guru, aktif
berbicara guna kepentingan diskusi, dan bergiliran membacakan materi pelajaran,
sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan menulis lebih sering
dijadikan pekerjaan rumah oleh guru karena faktor keterbatasan waktu dan lain
sebagainya. Kiranya tidak masalah jika pekerjaan rumah tersebut nantinya
memang akan diperiksa dengan cermat oleh guru atau akan dibahas secara lebih
mendalam di pertemuan selanjutnya. Namun, bagaimana jika pekerjaan rumah
tersebut justru terlupakan dan tidak diperiksa oleh guru, atau bahkan hanya
1

Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia UMM, Bahasa Indonesia untuk
Karangan Ilmiah, (Malang: UMM Press, 2003), h. 2.

1

2

sekilas dibahas bersama siswa di awal pembelajaran berikutnya. Persoalan yang
demikian itu tentu sedikit banyak akan menyebabkan kemampuan menulis siswa
menjadi tidak berkembang.
Keterampilan menulis memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Banyak hal yang harus
diperhatikan ketika ingin menyampaikan sesuatu dalam bentuk tulisan. Salah
satunya adalah memperhatikan urutan kata. Perhatikan kalimat di bawah ini.

(1)Besar sekali gajah itu.
(2) Gajah itu besar sekali.

Kalimat (1) sepintas memang terlihat benar karena dewasa ini pola
menerangkan-diterangkan (MD) tanpa sengaja banyak digunakan oleh penutur
bahasa Indonesia. Tetapi, sebenarnya pola kalimat tersebut menjadi kurang tepat
jika diterapkan pada kalimat yang dapat menimbulkan makna berbeda. Oleh
karena itu, alangkah lebih baik untuk tetap menggunakan pola diterangkanmenerangkan (DM) yang memang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam
fungsi sintaksis pun jelas dikatakan bahwa subjek (S) selalu mendahului predikat
(P). Jadi, meskipun kedua kalimat di atas memiliki makna serupa, namun secara
kaidah kalimat (2) lah yang lebih tepat. Contoh lainnya ialah:

(3)Ibu menidurkan.
S

P

(4)Ibu menidurkan anaknya.
S

P

O

Kalimat (3) merupakan kalimat yang meskipun sudah sesuai urutannya yaitu
subjek mengikuti predikat, namun ternyata masih terdapat kekurangan.
Seharusnya kata menidurkan diikuti oleh kata lain yang mengisi fungsi objek,
seperti halnya yang terdapat dalam contoh kalimat (4). Perhatikan pula contoh
berikut ini:

3

(5)Rio bermain bola di Taman.
(6)Bola di Taman bermain Rio.

Memang pada dasarnya setiap kalimat merupakan rangkaian kata, tetapi
tidak setiap rangkaian kata bisa disebut kalimat. Jika melihat contoh (6), penutur
bahasa Indonesia pastilah sepakat menolak mengatakan bahwa rangkaian kata
tersebut adalah kalimat. Meskipun penutur bahasa Indonesia sedikit banyak
mengerti maksud dari rangkaian kata tersebut, tetapi tetap saja hal itu dikatakan
tidak lazim karena rangkaian katanya yang tidak terstruktur dan fungsi
sintaksisnya yang tidak sesuai dengan peran sintaksisnya. Jadi, yang lebih tepat
dikatakan sebagai kalimat ialah contoh (5).
Beberapa contoh mengenai struktur kalimat yang telah dijelaskan di atas
tentu erat kaitannya dengan keterampilan menulis. Apabila struktur kalimat ditulis
dengan baik, maka gagasan yang ingin disampaikan penulis akan dimengerti
dengan baik pula oleh pembaca. Namun sebaliknya, jika struktur kalimat dibuat
tidak sesuai dengan kaidah yang semestinya, maka pembaca akan sulit untuk
memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, analisis
struktur kalimat menjadi sangat penting dan menarik untuk dikaji.
Berdasarkan pengalaman pribadi penulis saat menjadi guru praktikan di
salah satu sekolah menengah pertama di Jakarta, penulis kerap kali merasa
kesulitan untuk memahami maksud dari tulisan yang dibuat oleh siswa. Tidak
jarang kalimat-kalimat yang ditulis oleh siswa memiliki tingkat keterbacaan yang
sulit untuk dipahami. Sekali waktu penulis pernah menugaskan siswa untuk
mengumpulkan daftar kata yang termasuk dalam (S) subjek, (P) predikat, dan (O).
Kata-kata tersebut ditulis di kertas kemudian dikumpulkan dan diacak secara
bersamaan. Setelah itu, tiap-tiap siswa mengambil dua gulungan kertas berisi
daftar kata. Nantinya beberapa kata tersebut bisa mereka pilih untuk
dikembangkan menjadi satu bait puisi. Meskipun materi pelajaran seputar menulis
puisi tetapi, setidaknya penulis bisa sekaligus mengetahui sejauh mana

4

pemahaman siswa mengenai unsur-unsur pembentuk kalimat seperti subjek,
predikat, dan objek.
Tidak jarang dalam membuat sebuah tulisan atau karangan, siswa cenderung
lebih fokus untuk memperhatikan isi cerita dibanding memperhatikan struktur
kalimat yang ditulisnya. Namun, hal tersebut justru memungkinkan guru untuk
mengetahui tingkat kemampuan menulis siswa yang sebenarnya.
Mengingat bahwa struktur kalimat mampu mempengaruhi pemahaman
pembaca dan berbagai kendala yang siswa hadapi di sekolah terkait keterampilan
menulis, penulis pun akhirnya tertarik unuk memilih judul skripsi “Struktur
Kalimat dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Kota
Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017.”

B. Identifikasi Masalah
Pembahasan dalam skripsi ini akan berupaya menjawab beberapa
permasalahan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka terdapat beberapa masalah yang dapat penulis identifikasi di antaranya:
1. Keterampilan menulis menjadi keterampilan dengan persentase terendah, yang
artinya kegiatan menulis jarang dilakukan jika dibandingkan dengan
mendengarkan/menyimak, membaca, dan berbicara.
2. Keterampilan menulis memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dibandingkan
dengan tiga keterampilan berbahasa lainnya.
3. Pengetahuan mengenai struktur kalimat sangat penting bagi siswa agar mereka
mampu menulis karangan atau karya tulis lainnya dengan benar, sehingga
mudah dipahami oleh guru atau pembaca.
4. Dalam kegiatan menulis karangan, siswa cenderung lebih fokus untuk
memperhatikan isi cerita, sehingga kurang memperhatikan struktur kalimat
dalam karangan yang dibuat.

5

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian dibatasi pada satu kajian secara spesifik. Sebuah penelitian perlu
dibatasi ruang lingkupnya agar wilayah kajiannya tidak terlalu luas karena dapat
berakibat penelitiannya menjadi kurang fokus. Sebagai suatu pembeda terhadap
penelitian-penelitian lain yang sejenis, maka batasan masalah dalam penelitian ini
meliputi:
1. Analisis yang dilakukan sebagian besar berpedoman pada teori yang
dikemukakan oleh Abdul Chaer dalam buku-bukunya. Menurut Chaer, dalam
pembicaraan struktur kalimat, masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis
harus dibicarakan secara bersamaan karena ketiganya tidak dapat dipisahkan.2
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis tidak hanya melakukan analisis
terkait fungsi sintaksis saja, tetapi juga membahas mengenai kategori dan peran
sintaksis.
2. Karangan deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 13 kota Tangerang Selatan,
semester ganjil, tahun pelajaran 2016/2017.
3. Kemampuan siswa kelas VII semester ganjil dalam menulis karangan yang
struktur kalimatnya sesuai kaidah kebahasaan yang berlaku.
Kesalahan-kesalahan lain yang terdapat dalam sumber data analisis tidak
akan terlalu banyak dibahas dan tidak akan menjadi fokus penelitian penulis.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimana struktur kalimat dalam karangan deskripsi siswa
kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2016/2017?”

2

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 207.

6

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini ialah mendeskripsikan bentuk struktur kalimat yang
terdapat dalam karangan deskripsi siswa kelas VII di SMP Negeri 13 Kota
Tangerang Selatan , tahun pelajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis yang didapat ialah untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dari salah satu materi pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu
berkaitan dengan struktur kalimat.

2. Manfaat Praktis
a. Untuk guru, penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam penulisan karangan siswa.
Guru dapat menjadikan hasil dari penelitian ini sebagai suatu referensi
tambahan untuk mengetahui bagaimana rata-rata kemampuan siswa dalam
memahami struktur kalimat.
b. Untuk mahasiswa, penelitian ini dapat membantu memahami dan melihat
langsung apa yang terjadi dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah. Khususnya mengenai keterampilan menulis siswa dan pemahaman
terhadap struktur kalimat.
c. Untuk peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan,
referensi, rujukan, dan tambahan bagi penelitian berikutnya yang masih
terkait dengan objek penelitian yang sama.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasaran Teori
1. Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi
istilah sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata manjadi
kelompok kata atau kalimat. 1 Bersama-sama dengan morfologi, sintaksis
merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika. 2 Perbedaannya
ialah morfologi membicarakan pembentukan kata dari satuan-satuan yang lebih
kecil, yang lazim disebut morfem menjadi satuan yang statusnya lebih tinggi
dan bisa

digunakan

dalam subsistem

sintaksis. Subsistem

sintaksis

membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu ke dalam satuan-satuan
yang lebih besar.3
Susunan kata yang terdapat dalam satuan sintaksis itu tentu harus linear,
tertib, dan bermakna. 4 Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia terdapat
kalimat sepatu itu masih baru, tetapi tidak ada kalimat masih itu baru sepatu.
Hal ini menunjukkan salah satu dasar penting dalam sintaksis, yaitu meskipun
kolokasinya cocok, kata-kata tetap tidak bisa disusun dengan sembarang
urutan, tetapi harus dapat diterima dan dipahami secara gramatikal. 5 Bahan
pembicaraan sintaksis terbagi menjadi tujuh pokok bagian, yakni (1) alat
sintaksis, (2) satuan-satuan sintaksis, (3) tata tingkat gramatikal, (4) macam

1

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 206.
Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder, Pesona Bahasa, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h.123.
3
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009) h. 3.
4
E.Zaenal Arifin, dkk., Asas-Asas Linguistik Umum, (Jakarta: Pustaka Mandiri, 2015),
h. 60.
5
R.H. Robins, Linguistik Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 257.
2

7

8

hubungan antar satuan, (4) jenis dalam satuan-satuan sintaksis, (5) analisa
sintaksis, dan (6) wacana.6
Jadi, sintaksis adalah bagian dari ilmu linguistik yang mempelajari
mengenai susunan kata di dalam kalimat. Sintaksis juga mengatur bagaimana
agar susunan kata dalam kalimat bisa menjadi bermakna, sehingga dapat
diterima serta dipahami dengan baik oleh pembaca atau pendengarnya.

a. Fungsi Sintaksis
Fungsi sintaksis menjadi salah satu yang dibicarakan dalam struktur
sintaksis. Setiap kata atau frasa di dalam suatu kalimat tentu mempunyai
fungsinya masing-masing. Fungsi yang dimiliki tiap kata atau frasa tersebut
nantinya akan saling berkaitan satu sama lain.
Chaer mengatakan bahwa, secara umum fungsi sintaksis itu terdiri dari
susunan subjek (S), predikat (P), Objek (O), dan keterangan (K)7, sedangkan
Alwi Hasan dan kawan-kawan dalam bukunya menjelaskan bahwa, fungsi
sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan
keterangan. Mereka juga menambahkan di samping lima fungsi utama tersebut,
ada fungsi lain seperti atributif (yang menerangkan), koordinatif (yang
menggabungkan secara setara), dan subordinatif (yang menggabungkan secara
bertingkat). 8
Jika mengacu pada analogi yang dikemukakan oleh Verhaar, fungsi
sintaksis layaknya “kotak-kotak” atau “tempat-tempat” yang bernama subjek
(S), predikat (P), objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (Ket) yang di
dalamnya bisa diisi oleh kategori-kategori tertentu. 9 Jadi sebenarnya, fungsi
sintaksis erat sekali kaitannya dengan kategori sintaksis dan peran sintaksis.
Ketiganya merupakan bagian yang bisa saling mengisi dan saling

6

Djoko Kentjono, Dasar-Dasar Linguistik Umum, (Depok: Fakultas Sastra UI, 1990),

h. 53.
7

Abdul Chaer, Linguistik Umum, op. cit., h. 207.
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h. 36.
9
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, op. cit., h. 20.
8

9

menerangkan. Berikut di bawah ini akan dibicarakan satu per satu mengenai
fungsi sintaksis.

1) Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh
penulis. 10 Biasanya subjek merupakan bagian dari kalimat yang menunjuk
pelaku atau sesuatu hal yang menjadi pokok pembicaraan. Posisi subjek
terletak di sebelah kiri predikat atau sebelum predikat. Hal tersebut lah yang
mungkin membuat subjek menjadi salah satu fungsi sintaksis terpenting selain
predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, frasa verbal,
atau klausa.11 Pada kalimat aktif transitif, subjek akan menjadi pelengkap bila
kalimat itu dipasifkan, seperti pada kalimat adik merusak buku saya dan buku
saya dirusak oleh adik. Kata adik yang mulanya menempati fungsi subjek,
kemudian berubah menjadi pelengkap ketika kalimat tersebut dipasifkan.
Selain itu, subjek juga merupakan konstituen yang mengacu kepada
sesuatu yang diceritakan oleh kalimat atau oleh predikat. 12 Contohnya ialah
kalimat Oka Rusmini menulis buku berjudul Sagra. Ketiga uraian tersebut
cocok dan wajar karena subjek Oka Rusmini mengacu kepada persona pelaku.
Sedangkan kalimat lainnya atau predikat setelahnya, menceritakan sesuatu
yang dilakukan oleh orang/pelaku dalam kalimat, yaitu Oka Rusmini.
Menurut

Alisjahbana,

lingkungannya dari

yang menjadi

subjek selalu lebih kecil

yang menjadi predikat, sebab yang lebih

luas

lingkungannya itu menerangkan yang kurang luas lingkungannya. 13 Sebagai
contoh dalam kalimat tomat itu sayuran, yang menjadi subjek adalah tomat,
karena tomat lebih kecil lingkungannya dari sayuran, sehingga tidak boleh
tidak tomat merupakan subjek dan sayuran merupakan predikat.

10

Sri Hapsari Wijayanti, dkk., Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya
Ilmiah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 54.
11
Hasan Alwi, dkk., op. cit., h. 327.
12
S.C. Dik and J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum, Terj. dari Algemene Taalwatenschap
oleh T.W. Kamil, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994), h. 205.
13
S. Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Dian
Rakyat, 1983), h. 96.

10

2) Predikat
Predikat merupakan bagian dalam kalimat yang menerangkan mengenai
subjek. Biasanya predikat selalu bisa menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan kata/kalimat tanya “mengapa”, “bagaimana”, atau “mengerjakan apa?”.
Dapat pula kita katakan bahwa predikat dan subjek merupakan inti kalimat.14
Pentingnya fungsi predikat dapat dilihat pada contoh kalimat Ibu sedang
memasak. Perbuatan yang dilakukan ibu dalam kalimat tersebut adalah
memasak. Inti dari kalimat tersebut ialah menerangkan kegiatan yang sedang
dilakukan oleh ibu sebagai pelaku. Contoh lainnya, kalimat Rini sarjana
pendidikan, yang bertujuan menerangkan status Rini sebagai seorang sarjana
pendidikan. Informasi yang didapatkan dalam dua kalimat sederhana tersebut
berasal dari kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat. Oleh karena itu,
predikat merupakan bagian terpenting di dalam kalimat selain subjek.
Menurut Ramlan, predikat mungkin terdiri dari golongan kata verba
transitif, verba intransitif, dan mungkin pula terdiri dari golongan-golongan
kata yang lain. 15 Verhaar dalam bukunya menambahkan bahwa, predikat
bahasa Indonesia harus diisi oleh suatu rumpun kata misalnya kata kerja
sebagai “pengisi”nya, dan lazim pula jika ada “pengisi” lain yang bersifat
nomina. 16 Kata yang berfungsi sebagai predikat biasanya ditandai dengan
adanya prefiks me-, di-, dan ber-. Contoh katanya seperti melompat, dipukuli,
dan berkelahi.

3) Objek
Objek biasanya diletakkan setelah predikat. Keberadaan objek sangat
bergantung pada predikatnya, karena objek akan muncul jika predikatnya
berbentuk verba transitif. Namun, jika predikatnya berbentuk verba intransitif,
objek tidak akan muncul. Kata mandi, pulang, dan makan ialah beberapa

14

John Lyons, Pengantar Teori Linguistik, Terj. dari Introduction to Theoretical
Linguistics oleh I. Soetikno, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 327.
15
Ramlan, Sintaksis, (Yogyakarta: CV Karyono, 1983), h. 82.
16
DR. J.W.M. Verhaar S.J, Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:
Kanisius, 1970), h. 21&22.

11

contoh verba intransitif yang tidak menuntut adanya objek setelah kehadiran
verba tersebut. Objek juga dapat berubah menjadi subjek ketika kalimat aktif
diubah menjadi kalimat pasif. Contoh kalimat aktif Rio membantu Putri yang
dipasifkan menjadi Putri dibantu Rio, yang semula Putri menempati fungsi
objek dalam kalimat aktif, kemudian berubah menjadi subjek ketika kalimat
tersebut dipasifkan dengan cara mengubah kata membantu menjadi dibantu.
Berdasarkan jenis keterangan yang diberikan, maka objek kalimat dapat
dibedakan menjadi empat, (1) objek penderita, (2) objek pelaku, (3) objek
penyerta atau berkepentingan, dan (4) objek berkata depan.17 Sudaryanto dalam
bukunya menjelaskan bahwa, apa yang dikenal dengan predikat itu merupakan
“penguasa” terhadap apa yang umum dikenal dengan objek, dan objek
merupakan “pembatas” bagi predikat yang bersangkutan.18 Jadi, bisa dibilang
objek adalah pembatas bagi predikat yang diikutinya.

4) Keterangan
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi subjek, predikat, objek, serta
pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan, dan letaknya
bebas di dalam suatu kalimat. 19 Fungsi keterangan dibedakan atas fungsi
keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan modus/modalitas, keterangan
sebab, dan lain sebagainya. 20 Lebih lengkap lagi, Chaer mengklasifikasikan
fungsi keterangan sebagai berikut: 1) keterangan waktu, 2) keterangan tempat,
3) keterangan syarat, 4) keterangan tujuan, 5) keterangan alat, 6) keterangan
perwatasan, 7) keterangan perkecualian, 8) keterangan sebab, 9) keterangan
perlawanan, 10) keterangan kualitas, 11) keterangan kuantitas, dan 12)
keterangan modalitas.21 Fungsi keterangan bisa saja meluaskan atau membatasi

17

Ida Bagus Putrayasa, Tata Kalimat Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama,
2012), h. 27.
18
Sudaryanto, Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Djambatan,
1993), h. 7.
19
Ramlan, op. cit., h. 86.
20
J.D. Parera, Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 17.
21
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, op. cit., h. 24-26.

12

makna subjek atau predikat. 22 Keberadaan fungsi keterangan di dalam suatu
kalimat memang tidak sepenting subjek dan predikat. Fungsi tersebut bisa saja
tidak hadir, karena sifatnya memang tidak wajib dan disesuaikan dengan
kebutuhan dari tiap-tiap fungsi lainnya dalam kalimat, salah satunya predikat.

5) Pelengkap
Terdapat kemiripan antara pelengkap dan objek. Hal itu diakibatkan
karena kedua fungsi tersebut sering berbentuk nomina, dan keduanya juga
sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba. Guna
memperjelas perbedaan antara ciri objek dan pelengkap, berikut dapat dilihat
tabel di bawah ini.23
Objek
Berwujud frasa nominal atau
klausa

Pelengkap
Berwujud frasa nominal, frasa verbal,
frasa adjektival, frasa preposisional, atau
klausa

Berada langsung di belakang
predikat

Berada langsung di belakang predikat jika
tak ada objek dan di belakang objek kalau
unsur ini hadir

Menjadi subjek akibat pemasifan Tak
kalimat
Dapat diganti dengan pronomina
-nya

dapat

menjadi

subjek

akibat

pemasifan kalimat
Tidak dapat diganti dengan -nya kecuali
dalam kombinasi preposisi selain di, ke,
dari, dan akan

Fungsi pelengkap juga memiliki ciri yang mirip dengan fungsi
keterangan karena bentuknya dapat berupa frasa preposisional dan dapat
berpindah ke posisi sebelum subjek. Meskipun demikian, terdapat ciri yang
membedakan fungsi pelengkap dengan fungsi keterangan, yakni fungsi

22
23

Sri Hapsari Wijayanti, dkk., op. cit., h. 59.
Hasan Alwi, dkk., op. cit., h. 329.

13

pelengkap (secara semantis) tidak dapat dilesapkan dan tidak dapat berpindah
ke posisi antara subjek dan predikat. 24 Oleh karena kemiripannya, orang
bahkan sering mencampur adukkan pengertian fungsi pelengkap dengan dua
fungsi lain yang telah dijelaskan di atas. Hal tersebut dapat dimengerti karena
antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan.

b. Kategori Sintaksis
Sebelumnya telah dikatakan bahwa fungsi sintaksis erat sekali kaitannya
dengan kategori sintaksis. Seperti yang dikatakan oleh Kushartanti dan kawankawan, bahwasanya kategori gramatikal akan mengisi tempat-tempat tertentu
di dalam suatu konstruksi bahasa, dan tempat tersebut dinamakan fungsi
gramatikal.25 Jadi, jika fungsi sintaksis adalah kotak-kotak kosong yang terdiri
oleh subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pel),
maka kotak tersebut kemudian akan diisi oleh kategori sintaksis seperti nomina
(N), verba (V), ajektiva (A), adverbia (Adv), numerelia (Num), dan lain
sebagainya. Bentuk dari kategori sintaksis tidak selalu berupa kata tetapi, bisa
pula berupa frasa. Berikut di bawah ini akan dijelaskan mengenai macammacam kelas kata yang termasuk ke dalam kategori sintaksis.

1) Verba
Verba atau kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan, tindakan,
proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas.

26

Pada

umumnya verba berfungsi sebagai predikat di dalam kalimat. Salah satu ciri
verba ialah tidak dapat bergabung dengan kata penunjuk kesangatan. 27
Contohnya tidak ada bentuk seperti agak mandi, sangat pergi, paling
membaca, dan bekerja sekali. Berdasarkan kebutuhan konstituen nomina/frasa

24

Restu Sukesti, Verba Berpelengkap dalam Bahasa Indonesia, Jurnal Linguistik
Indonesia, 2002, h. 33.
25
Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder, op. cit., h. 129.
26
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009),
h. 83.
27
E.Zaenal Arifin, dkk., op. cit., h. 55.

14

nominal di belakang verba, verba terbagi atas verba transitif dan taktransitif.28
Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam
kalimat aktif, dan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.
Contoh kalimat Ibu sedang membersihkan ruang tamu. Kata membersihkan
adalah verba transitif dan memerlukan nomina atau frasa nomina seperti ruang
tamu. Sedangkan verba taktransitif (intransitif) adalah verba yang tidak
memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam
kalimat pasif. Contoh kalimat Ayah harus bekerja. Kata bekerja termasuk
dalam verba taktransitif (intransitif) karena tidak perlu diikuti nomina.

2) Nomina
Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu kepada suatu benda
atau suatu hal, baik konkret maupun abstrak. Contoh benda konkret seperti tas,
buku, pohon, kendaraan, dan lain sebagainya, sedangkan benda abstrak
misalnya nafsu, pengetahuan, kemauan, dan lain sebagainya. Nomina tidak
dapat diingkarkan dengan kata tidak, melainkan kata pengingkarnya adalah
bukan.29 Contoh bentuk ingkar dari kalimat Ibu saya dokter adalah Ibu saya
bukan dokter. Tidak boleh Ibu saya tidak dokter karena kata dokter termasuk
dalam nomina. Ada dua jenis kata lagi yang juga mengacu kepada benda, yaitu
kata ganti (pronomina) dan kata bilangan (numeralia).30 Pronomina ialah katakata penunjuk, pernyataan, atau penanya tentang sebuah substansi dan dengan
demikian justru mengganti namanya,31 sedangkan numerelia atau kata bilangan
adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya sesuatu seperti orang,
binatang, atau barang.

28

Restu Sukesti, op. cit., h. 22.
Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 72.
30
Lamuddin Finoza, op. cit., h. 93.
31
Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, op. cit., h. 74.

29

15

3) Adjektiva
Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang berfungsi sebagai atribut
nomina. Gatra sifat sangat terbatas bentuknya, yaitu suatu pemandu pokok
yang berbentuk kata-sifat dengan atau tanpa suatu keterangan, seperti sekali
atau amat.32 Menurut perilaku semantisnya, adjektiva dibedakan atas dua tipe
pokok, yaitu adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan
ajektiva tak bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan suatu golongan. 33
Ajektiva bertaraf

biasanya dapat diberi keterangan pembanding adverbia,

sedangkan adjektiva tak bertaraf tidak demikian. Namun, keduanya sama-sama
bisa diingkarkan dengan kata ingkar tidak.

4) Adverbia
Adverbia biasanya berfungsi sebagai keterangan atau penepatan, akan
tetapi sebagian besar dari kata-kata tersebut dapat berfungsi sebagai atribut dan
sebagai sebutan kalimat. 34 Putrayasa mengatakan, jika dilihat dari prilaku
semantisnya, adverbia dapat dibedakan atas delapan bagian, 35 yaitu (1)
adverbia kualitatif, seperti kata paling, sangat, lebih, dan kurang, (2) adverbia
kuantitatif, seperti kata banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup, (3) adverbia
limitatif, seperti kata hanya, saja, dan sekadar, (4) adverbia frekuentatif,
seperti kata selalu, sering, jarang, dan kadang-kadang, (5) adverbia
kewaktuan, seperti kata baru dan segera, (6) adverbia kecaraan, seperti kata
diam-diam, secepatnya, dan pelan-pelan, (7) adverbia konstratif, seperti kata
bahkan, malahan, dan justru, (8) adverbia keniscayaan, seperti kata niscaya,
pasti, dan tentu. Jadi, adverbia adalah kata yang menerangkan kata kerja, kata
sifat, atau kata keterangan lain.

32

Samsuri, Analisis Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 1983), h. 244.
Lamuddin Finoza, op. cit., h. 86.
34
N.F. Alieva, et. al., Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori, Terj. Pusat untuk
Penerjemahan Buku Ilmiah dan Tehnik Moskow, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 118.
35
Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, op. cit., h. 83.
33

16

5) Kata Tugas
Selain keempat kelas kata yang sudah dijelaskan sebelumnya, terdapat
satu kelas kata yang juga memiliki ciri khusus, yaitu kata tugas. Kata tugas
sebenarnya terdiri dari beberapa anggota/rumpun kata tugas. Berdasarkan
peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima
kelompok, yaitu (1) preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan
(5) partikel penegas.36 Berbeda dengan keempat kelas kata lainnya, kata tugas
termasuk dalam kelas kata tertutup. Selain itu, kata tugas hanya memiliki arti
gramatikal saja, tanpa memiliki arti leksikal. Jadi, kata tugas akan memiliki arti
jika dikaitkan dengan kata lain dalam frase atau kalimat. Contoh kata tugas
yakni agar, dari, ke, yang, si, dan lain sebagainya.

c. Peran Sintaksis
Satu kata bisa dilihat dari tiga segi, pertama ialah dari segi fungsi
sintaksis, kedua dari segi kategori sintaksis, dan ketiga dari segi peran
sintaksis. Di dalam suatu kalimat, tiap-tiap kata tentu memiliki perannya
masing-masing. Contoh dalam kalimat Rian menjemput adiknya. Rian berperan
sebagai pelaku, yakni orang yang melakukan perbuatan menjemput, sedangkan
adiknya dalam kalimat ini memiliki peran sabagai sasaran.
Chaer mengklasifikasikan peran sintaksis berdasarkan fungsinya seperti
berikut: 1) peran-peran yang dimiliki oleh pengisi fungsi predikat antara lain,
peran proses, peran kejadian, peran keadaan, peran pemilikan, peran identitas,
dan peran kuantitas; 2) peran-peran yang ada pada subjek atau objek antara
lain, peran pelaku, peran sasaran, peran hasil, peran penanggap, peran
pengguna, peran penyerta, peran sumber, peran jangkauan, dan terakhir peran
ukuran; 3) peran-peran yang ada pada fungsi keterangan antara lain, peran alat,
peran tempat, peran waktu, peran asal, dan peran kemungkinan atau
keharusan. 37 Kentjono dalam bukunya lebih sederhana menyebutkan bahwa
peran gramatikal adalah seperti pelaku, tujuan, tindakan, tempat, dan lain
36
37

Ibid., h. 86.
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, op. cit., h. 30-33.

17

sebagainya tanpa mengklasifikasikannya berdasarkan tiap-tiap fungsi sintaksis
dalam kalimat.38
Pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu peristiwa atau keadaan yang
melibatkan satu peserta atau lebih. Dengan peran semantis yang berbeda-beda,
peserta itu dinyatakan dengan nomina atau frasa nominal. Berikut di bawah ini
akan dibicarakan mengenai peran pelaku, sasaran, pengalam, peruntung,
atribut, dan peran semantis yang terkait dengan fungsi keterangan.39

1) Pelaku
Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh
verba predikat. Peserta umumnya manusia atau binatang. Akan tetapi, benda
yang potensial juga dapat berfungsi sebagai pelaku. Peran pelaku merupakan
peran semantis utama subjek kalimat aktif dan pelengkap kalimat pasit. Contoh
kalimat Rani sedang menjemur pakaian yang bertindak sebagai pelaku adalah
Rani. Atau di dalam kalimat mobil itu berbelok ke kanan lalu hilang yang
bertindak sebagai pelaku adalah mobil itu.

2) Sasaran
Sasaran adalah yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba
predikat. Peran sasaran itu merupakan peran utama objek atau pelengkap
seperti pada contoh Rio mendengarkan ceramah ustad. Dalam kalimat tersebut
ceramah ustad merupakan sasaran yang dituju oleh Rio sebagai pelaku. Contoh
lainnya ialah Dita mengambilkan Doni minum, dan yang menjadi sasaran dari
perbuatan Dita ialah minum, karena akan diberikan kepada Doni.

3) Pengalam
Pengalam adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang
dinyatakan predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang
predikatnya adjektiva atau verba taktransitif yang lebih menyatakan keadaan
38
39

Djoko Kentjono, op. cit., h. 70.
Hasan Alwi, dkk., op. cit., h. 334&335.

18

seperti pada contoh kalimat Rudi terjatuh di halaman, yang menerangkan
bahwa Rudi sebagai pengalam mengalami hal buruk yaitu terjatuh.

4) Peruntung
Peruntung adalah peserta yang beruntung dan yang memperoleh manfaat
dari keadaan, peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
Partisipan peruntung biasanya berfungsi sebagai objek, atau pelengkap, atau
sebagai subjek verba jenis menerima atau mempunyai. Perhatikan contoh
kalimat ayah memberi uang kepada saya, atau Rio membelikan Putri kalung.
Peran peruntung dalam kedua kalimat tersebut ialah saya, dan Putri.

5) Atribut
Dalam kalimat yang predikatnya nomina, predikat tersebut mempunyai
peran semantis atribut. Contoh kalimatnya ialah orang itu guru saya atau
wanita itu ibunya. Peran atribut yang dimiliki kedua kalimat tersebut ialah guru
saya, dan ibunya.

6) Keterangan (tempat, waktu, alat, dan sumber)
Di samping kelima peran di atas, terdapat peran lain yang berkaitan
dengan fungsi keterangan, yakni peran yang bekaitan dengan keterangan
waktu, tempat, alat, dan sumber. Contoh:
Mereka lahir tahun 1995.
Mereka tinggal di Bandung.
Mereka hanya dapat membaca dengan menggunakan kaca mata.
Mereka diciptakan Tuhan dari tanah.

d. Alat Sintaksis
Terdapat seperangkat aturan yang mengatur deretan kata dalam suatu
kalimat. Deretan kata yang ada dalam suatu kalimat tersebut tentu harus
dirangkai sesuai dengan struktur kalimat yang benar. Seperangkat aturan itu
biasa disebut alat sintaksis.

19

Parera berpendapat bahwa, makna sebuah kalimat ditentukan oleh makna
kata-kata pembentuknya dan makna runtutan kata-kata dalam kalimat
tersebut. 40 Jadi, kata yang disusun tidak akan dimengerti oleh pembaca atau
lawan bicara jika tidak memiliki struktur yang benar.
Alat sintaksis merupakan bagian dari kemampuan mental penutur untuk
dapat menentukan apakah urutan kata, bentuk kata, dan unsur lain yang
terdapat dalam ujaran itu membentuk kalimat atau tidak, atau kalimat yang
dibaca atau didengar dapat diterima atau tidak.41 Alat sintaksis yang mengatur
deretan kata sehingga dapat dikatakan sebagai kalimat ialah urutan, bentuk
kata, intonasi, dan partikel atau kata tugas.

e. Satuan Sintaksis
Jika di dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar karena
satuan terkecilnya adalah morfem, maka di dalam tataran sintaksis kata justru
menjadi satuan terkecil. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan
sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan
sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari
satuan sintaksis.42 Kumpulan kata nantinya akan membentuk frasa, kemudian
frasa membentuk klausa, selanjutnya klausa membentuk kalimat, dan terakhir
kalimat membentuk wacana.
Finoza mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dimiliki frasa,
yakni 1) konstruksi frasa biasanya tidak mempunyai predikat, 2) proses
pemaknaanya berbeda dengan idiom, 3) susunan katanya berpola tetap, 4) tidak
boleh berstruktur subjek-predikat karena kelompok kata yang mempunyai
subjek-predikat dapat membentuk klausa, bahkan kalimat.43 Terkadang orang
sering kali tertukar dalam membedakan frasa dan idiom. Cara yang paling
mudah membedakan antara frasa dan idiom ialah biasanya idiom memiliki
makna yang bukan makna sebenarnya atau bisa digolongkan ke dalam makna
40

J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 90.
Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 75.
42
Abdul Chaer, Linguistik Umum, op. cit., h. 219.
43
Lamuddin Finoza, op. cit., h. 101.

41

20

kiasan, contohnya tinggi hati yang berarti sombong atau pongah. Berbeda
halnya dengan frasa yang memang menjelaskan makna kata sesuai dengan arti
leksikalnya, contohnya salah jalan yang berarti salah dalam memilih atau
menentukan jalan.

2. Kaidah Menulis Karangan
Karangan merupakan bagian dari keterampilan menulis yang pada
umumnya berfungsi sebagai salah satu media penyampaian pesan oleh penulis
kepada pembaca. Di dalam keterampilan menulis, kita dituntut mengetahui
aturan-aturan tata tulis yang ada, seperti sistem ejaan, diksi (pemilihan kata),
tata bahasa, kelogisan, serta keserasian atau kesesuaian bahasa kita dengan
pembaca.44 Oleh sebab karangan merupakan bagian dari keterampilan menulis,
maka aturan dalam kegiatan karang-mengarang pun tidak jauh berbeda dengan
aturan keterampilan menulis pada umumnya.
Fitriyah dan Ramlan, mendefinisikan kaidah karang-mengarang sebagai
sebuah aturan dalam tulis menulis yang memperhatikan ketepatan dan
kesesuaian dalam menentukan ejaan dan diksi yang sesuai dengan keadaan
pendengar/pembacanya.45 Lebih lanjut, Hardjono mengatakan, dalam menulis
ada 6 tahap yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mengembangkan
kemampuan membentuk kalimat sampai pada kemampuan mengarang bebas,
yakni (1) latihan membuat kalimat sederhana, (2) latihan membuat kalimat
majemuk, (3) latihan menyusun kalimat menurut urutan-urutan yang benar, (4)
mengarang berdasarkan tema dan kata-kata kunci yang diberikan, (5)
mengarang berdasarkan tema tanpa kata-kata kunci yang diberikan, dan (6)
mengarang bebas.46

44

Tim Dosen Pe