Analisis Hasil dan Pembahasan

persebaran di beberapa Kecamatan Sambungmacan, Ngrampal, Gondang, Sragen, Karangmalang, Kedawung, Masaran, Sidoharjo dan sebagian Kecamatan Sambirejo, Plupuh, dan Tanon. Tingkat rawan kekeringan lahan sawah rendah memiliki luasan paling besar dibanding klasifikasi kekeringan lainnya yaitu sebesar 17.341 hektar dengan persentase 43,16 dan mayoritas berada di satuan lahan sawah beririgasi teknis dengan lereng yang datar serta tanahnya bertekstur halus. Tingkat rawan kekeringan lahan sawah sedang memiliki persebaran di sebagian Kecamatan Sumberlawang, Miri, Kalijambe, Gemolong, Tanon, Plupuh dan Sambirejo. Klasifikasi tingkat rawan kekeringan sedang memiliki luas wilayah 12.452 hektar dengan persentase 30,99 dari seluruh luas lahan sawah yang ada di Sragen dan mayoritas terletak pada satuan lahan sawah beriigasi tadah hujan dengan lereng datar hingga landai dan bertekstur agak kasar. Tingkat rawan kekeringan lahan sawah tinggi memiliki persebaran di beberapa Kecamatan Tangen, Gesi, Mondokan, Sukodono, Sumberlawang, dan sebagian kecil di Kecamatan Gemolong dan Kalijambe. Wilayah dengan tingkat rawan kekeringan lahan sawah tinggi memiliki luas sebesar 10.388 hektar dengan persentase 25,85 dari seluruh luas wilayah Kabupaten Sragen. Penyusun satuan lahan pada lahan sawah yang berkategori tingkat rawan kekeringan tinggi mayoritas berjenis sawah tadah hujan dengan variasi lereng yang beragam dari datar sampai agak curam dan tanahnya didominasi tekstur kasar Daerah-daerah ini merupakan daerah yang memang menjadi langganan mengalami kekeringan lahan pertanian maupun kekeringan hidrologis. Untuk lebih jelasnya dalam mengetahui agihan tingkat rawan kekeringan lahan sawah dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah tentang peta tingkat rawan kekeringan lahan sawah di Kabupaten Sragen tahun 2014. Faktor wilayah yang mendominasi tingkat rawan kekeringan lahan sawah tertuju pada parameter penggunaan lahan sawah berdasarkan teknik irigasi yang dipakai dan parameter solum tanah. Kedua parameter tersebut memiliki nilai harkat maksimal yaitu 5 pada wilayah dengan tingkat rawan yang tinggi dibanding dengan parameter lainnya, sehingga kedua paramenter ini memiliki dominasi penyebab kekeringan lahan sawah selama ini. Sawah tadah hujan merupakan jenis sawah yang mengandalkan curah hujan yang turun sebagai sumber air untuk pengairan sawah, apabila pada saat musim kemarau tiba sawah ini akan mengalami kekurangan air yang nantinya berdampak pada kesehatan tanaman sawah. semakin lama dibiarkan maka akan membuat sawah tersebut mengalami kekeringan dan membuat tanaman mati atau bahkan sampai membuat puso. Solum tanah yang dangkal juga membuat kandungai air yang ada di dalam tanah semakin sedikit. Sehingga cadangan air untuk pengairan akan terganggu karena sumur akan mengering pada saat musim kemarau. Mesin diesel untuk penyedot air dalam tanah pun juga akan kesulitan karena kandungan air pada wilayah yang bersolum dangkal sedikit. Maka tidak dipungkiri wilayah seperti yang disebutkan diatas menjadi langganan kekeringan terutama untuk lahan sawah. Selain melihat agihan tingkat rawan kekeringan lahan sawah di Kabupaten Sragen tahun 2014, perlu juga ditambahkan pengetahuan tentang tipe tanaman yang didasarkan pada iklim. Iklim di Indonesia merupakan tipe iklim tropis yang membagi setiap tahun menjadi dua jenis musim, yaitu musim kering atau kemarau dan musim basah atau penghujan. Setiap tanaman akan tumbuh baik bila iklim untuk tanaman tersebut sesuai. Tipe iklim yang sesuai untuk menentukan periode tanam dalam penelitian ini adalah tipe agroklimat iklim Oldeman. Tipe ini menunjukan jenis tanaman apa yang sesuai untuk ditanam dengan melihat jenis iklim yang terjadi pada saat itu. Tipe agroklimat iklim Oldeman juga menunjukan bahwa selama sepuluh tahun terakhir curah hujan yang terjadi di Kabupaten Sragen dapat diklasifikasikan merupakan tipe C3. Tipe C3 pada sistem agroklimat Oldeman menyebutkan bahwa hanya dapat ditanami padi satu kali pada musim penghujan dan dapat ditanami tanaman palawija dua kali selama musim kemarau. Selama ini petani tidak menerapkan sistem penanaman tersebut dan lebih memaksakan mengikuti daerah subur dengan lahan berteknik irigasi yang baik yaitu menanam padi tiga kali dalam setahun. Akibatnya daerah yang tidak cukup air akan mengalami kekurangan air untuk pertumbuhan tanaman padi dan menyebabkan kekeringan. Setiap daerah di Kabupaten Sragen yang memiliki sejarah rawan kekeringan perlu menerapkan pola tanaman milik Oldeman atau paling tidak menggabungkan jenis tanaman yang berbeda pada satu lahan dan mengganti tanaman padi berjenis tahan kekeringan seperti padi gogo atau palawija apabila memasuki musim kemarau untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan petani tetap mendapatkan keuntungan. Apabila cara ini dilaksanakan secara berkesinambungan maka bukan tidak mungkin untuk meminimalisir terjadinya kekeringan lahan sawah atau bahkan memutuskan rantai tersebut. Solusi ini merupakan cara ampuh bagi petani untuk mengurangi kerugian akibat gagal panen dan tentunya perlu di perlukan bantuan juga oleh pihak pemerintah maupun swasta untuk memberi penyuluhan dan bantuan lainnya agar kekeringan lahan sawah tidak terjadi lagi.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Hasil dari penelitian ini didapat peta tingkat rawan kekeringan lahan sawah. Lahan sawah di Kabupaten Sragen memiliki luas 40.182 hektar. Tingkat rawan kekeringan lahan sawah rendah memiliki persentase luas 43,16 dari seluruh lahan sawah di Sragen dengan mayoritas satuan lahannya berupa sawah beririgasi teknis dengan lereng yang datar serta tanahnya bertekstur halus. Sebarannya berada di Kecamatan Sambungmacan, Ngrampal, Gondang, Sragen, Karangmalang, Kedawung, Masaran, Sidoharjo dan sebagian Kecamatan Sambirejo, Plupuh, dan Tanon. Tingkat rawan kekeringan lahan sawah sedang memiliki persentase luas 30,99, mayoritas terletak pada satuan lahan sawah beriigasi tadah hujan dengan lereng datar hingga landai dan bertekstur agak kasar, klasifikasi tersebut berada di sebagian Kecamatan Sumberlawang, Miri, Kalijambe, Gemolong, Tanon, Plupuh dan Sambirejo. Tingkat rawan kekeringan lahan sawah tinggi memiliki persentase luas 25,85 dengan penyusun satuan lahan mayoritas berjenis sawah tadah hujan dengan lereng datar sampai agak curam dan tanahnya didominasi tekstur kasar serta agihannya berada di Kecamatan Tangen, Gesi, Mondokan, Sukodono, Sumberlawang, dan sebagian kecil di Kecamatan Gemolong dan Kalijambe. 2. Faktor – faktor wilayah seperti penggunaan lahan berdasarkan teknik irigasi dan solum tanah merupakan faktor wilayah yang dominan mempengaruhi tingkat rawan kekeringan lahan sawah di Kabupaten Sragen tahun 2014. 5.2 Saran 1. Menambah parameter yang berpengaruh terhadap kekeringan lahan sawah disertai uji lapangan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Dokumen yang terkait

Identifikasi lahan pertanian rawan kekeringan dengan metode sistem informasi geografis

1 5 116

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

2 7 16

PENDAHULUAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

2 9 27

ANALISIS NILAI LAHAN DI KECAMATAN NGAWI DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH ANALISIS NILAI LAHAN DI KECAMATAN NGAWI DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

4 14 16

ANALISIS NILAI LAHAN DI KECAMATAN NGAWI DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH ANALISIS NILAI LAHAN DI KECAMATAN NGAWI DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

2 9 18

ANALISIS RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA Analisis Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Dengan Memanfaatkan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012.

0 3 14

PENDAHULUAN Analisis Sebaran Harga Lahan di Kecamatan Godean Dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis.

0 1 20

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Permukiman Dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahu

0 1 15

ESTIMASI DISTRIBUSI SPASIAL KEKERINGAN LAHAN DI KABUPATEN TUBAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 6

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN LAHAN SAWAH BERKELANJUTAN DI KABUPATEN SLEMAN

0 0 10