Indek Masa Tubuh Pembahasan .1 Faktor Lingkungan Kerja, Alat Kerja dan Cara Kerja

5 dalam waktu yang lama, membungkuk, memuntirkan badan kesamping, kepala menunduk, kepala memuntir kesamping, lutut tertekuk, bagian tangan menekuk, dan kedua lengan serta tangan menjauhi badan. Hal-hal seperti ini tentu tidak baik dilakukan pada saat bekerja karena ketika bekerja tubuh diharapkan bekerja pada posisi yang netral, rileks dan tidak mendapat tekanan yang berat sehingga tubuh dapat bekerja secara optimal. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja, dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja Granjean, 1993; Anis McConville, 1996; Waters Anderson, 1996 Manuaba, 2000 dalam Tarwaka2014. 3.2.2 Keterkaitan Antara Karakteristik Responden dengan Keluhan Muskuloskeletal

3.2.2.1 Umur

Berdasarkan hasil analisis univariat, didapatkan hasil bahwa sebanyak 37,1 pekerja termasuk dalam kategori lansia awal, sebanyak 25,7 dalam kategori dewasa akhir, sebanyak 20,0 dalam kategori dewasa awal, dan sebanyak 17,1 termasuk dalam kategori remaja akhir. Dengan demikian, umur yang paling tinggi dalam mengalami keluhan muskuloskeltal adalah kategori umur lansia awal. Umur seseorang akan berpengaruh dengan kekuatan tubuh karena dengan meningkatnya usia seseorang maka kekuatan tubuh seseorang akan menurun, akan tetapi dengan bertambahnya usia maka akan meningkatkan pula risiko untuk mengalami gangguan kesehatan. Menurut Chaffin 1979 dan Guo et al. 1995 dalam Tarwaka 2014 menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun dan 24- 65 tahun oleh Oborne 1995. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya gangguan otot meningkat. Sedangkan menurut Bridger 2003 sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun, degenerasi yang terjadi berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erdiansyah 2014 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan risiko keluhan muskuloskeletal dimana setiap kenaikan umur maka dapat menaikkan keluhan sistem muskuloskeletal pada pekerja manual handling di Pabrik Es Batu PT. Sumber Tirta Surakarta. Selain itu menurut Bukhori 2010 juga menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan MSDs pada tukang angkut beban penambang emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Tahun 2010.

3.2.2.2 Indek Masa Tubuh

ndeks Massa Tubuh IMT responden berdasarkan hasil analisis univariat didapatkan hasil bahwa sebanyak 60 pekerja dalam kategori normal, sebanyak 20 dalam kategori overweight 2, sebanyak 11,4 dalam kategori overweight 1, sebanyak 5,7 dalam kategori berat badan kurang dan sebanyak 2,9 dalam kategori obesitas. Dengan demikian IMT yang paling banyak mengalami keluhan muskuloskeletal adalah kategori IMT normal dengan tingkat kategori keluhan muskuloskeletal sedang. Rata-rata IMT para pekerja adalah 22.57 + 3,37 termasuk kategori normal. Menurut Supariasa 2002, Indeks Massa Tubuh IMT atau Body Mass Index BMI merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin gemuk seseorang maka bertambah besar risikonya untuk mengalami MSDs. Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Bila hal ini berlanjut terus 6 menerus, akan meyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus Tan HC dan Horn SE, 1998, dalam Zulfiqor, 2010. Keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka didalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. Sebagai contoh, tubuh yang tinggi pada umumnya mempunyai bentuk tulang yang langsing sehingga secara biomekanik rentan terhadap beban tekanan dan rentan terhadap tekukan, oleh karena itu mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan otot skeletal Tarwaka, 2010. Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan dengan menggunakan alat, akan tetapi peneliti melakukan wawancara terhadap pekerja terkait berat badan dan tinggi badan pekerja, sehingga dengan demikian dimungkinkan untuk terjadinya ketidaksesuaian indek masa tubuh IMT pekerja jika dilakukan pengukuran secara langsung menggunakan alat dibanding dengan menggunakan wawancara.

3.2.2.3 Kebiasaan Merokok

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKOKELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Bagian Pemotongan Besi Di Sentra Industri Pande Besi Padas Klaten.

0 3 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Bagian Pemotongan Besi Di Sentra Industri Pande Besi Padas Klaten.

0 2 7

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Produksi Tenun PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 3 19

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Produksi Tenun PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Produksi Tenun PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 3 7

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Produksi Tenun PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 3 4

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Pengepakan Di PT. Djitoe Indonesia Tobako.

0 4 16

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Pengepakan Di PT. Djitoe Indonesia Tobako.

2 10 17

HUBUNGAN TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA BERDASARKAN METODE RULA DENGAN TINGKAT RISIKO KELUHAN Hubungan Tingkat Risiko Postur Kerja Berdasarkan Metode Rula Dengan Tingkat Risiko Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Manual Handling di Pabrik Es Batu Pt. Sum

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI.

0 0 11