Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Keputusan Perusahaan Untuk Melakukan Transfer Pricing
PENGARUH KEPEMILIKAN ASING, UKURAN PERUSAHAAN,
DAN LEVERAGE TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN UNTUK
MELAKUKAN TRANSFER PRICING
(Studi pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2014)
Disusun oleh:
Elsa Kisari Putri
NIM: 1112082000021
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1.
Nama
: Elsa Kisari Putri
2.
Tempat, Tanggal Lahir
: Madiun, 18 September 1994
3.
Alamat
: Jl. Lembah Pinus Raya A3/102 RT
003/023, Pamulang Timur, Pamulang –
Kota Tangerang Selatan 15417
4.
Telepon
: 082225842921
5.
Email
: [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1.
TK Tunas Kejaksaan
Tahun 1999-2000
2.
SDN Cipayung 1
Tahun 2000-2006
3.
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2006-2009
4.
SMAN 1 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009-2012
5.
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012-2016
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1.
Bimbingan Belajar BEST, 2011-2012
2.
Kursus Tari Saman FEB UIN Jakarta, 2012-2015
3.
Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Komputer SMAN 1 Kota
Tangerang Selatan, 2009-2012
vi
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
2013-2014
: Koordinator Department Seni dan Budaya HMJ Akuntansi
2014-2015
: Ketua Bidang IV HMJ Akuntansi
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Nasional oleh HMJ Akuntansi FEB UIN, “Pathway Profesi
Akuntansi Indonesia”, 25 Mei 2015.
2.
Company Visit Goes To Direktorat Jenderal Pajak, “Tingkatkan
Wawasan, Raih Kesuksesan”, 19 November 2015.
3.
Dosen Tamu oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), “Akuntansi Pengelolaan Dana Desa”, 18 November 2015.
4.
Dosen Tamu oleh Mantan Komisioner KPK, “Akuntansi Fraud”, 9
November 2015.
5.
Studium General Akuntansi oleh Partner KAP Pricewaterhouse Cooper
(PwC), 17 April 2014.
6.
Seminar Tax Goes To Campus oleh Tax Center FEB UIN, “Pengenaan
Pajak pada UMKM”, 3 Desember 2013
.
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1.
Ayah
: Hariyanto
2.
Ibu
: Kiswahyu
3.
Anak ke-
: 1 (satu)
vii
ABSTRACT
This research is aimed to analyze the effect of foreign ownership, firm size
and leverage toward the firm decision for transfer pricing. Dependent variable in
this research was transfer pricing proxied by the value of related party
transaction (RPT) sales. Independent variables in this research were foreign
ownership, firm size and leverage.
This research used secondary data analysis of financial statements or annual
reports of firms in Indonesia Stock Exchange. The population in this research was
all firm that listed in Indonesia Stock Exchange in 2014. By using purposive
sampling method, the total amount of samples obtained in this research were 147
firms. This research used logistic regression analysis as analysis method.
The results of the analysis in this research showed that firm size effected and
positive toward the firm decision for transfer pricing. While foreign ownership
and leverage did not effect on the firm decision to transfer pricing.
Keywords: foreign ownership, firm size, leverage, and firm decision for transfer
pricing.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kepemilikan asing,
ukuran perusahaan dan leverage terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan
transfer pricing. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transfer pricing
yang diproksikan dengan nilai dari related party transaction (RPT) penjualan.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan asing, ukuran
perusahaan dan leverage.
Penelitian ini menggunakan data sekunder pada laporan keuangan atau
laporan tahunan yang telah dipublikasikan oleh perusahaan di Bursa Efek
Indonesia. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014. Dengan menggunakan metode
purposive sampling, didapat jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 147
perusahaan. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi logistik.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer
pricing. Sedangkan kepemilikan asing dan leverage tidak berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Kata Kunci: kepemilikan asing, ukuran perusahaan, leverage, dan keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat, dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan
kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulla Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga
segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1.
Ayahanda dan Ibunda serta kedua adikku yang telah memberikan kasih
sayang, perhatian, semangat serta doa yang tiada hentinya. Terima kasih atas
segalanya Papa dan Mama.
2.
Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hiayatullah Jakarta.
x
4.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., selaku Sekretaris Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hiayatullah Jakarta
dan selaku dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk mengarahkan dan memberikan nasihat dalam menjalani
perkuliahan.
5.
Ibu Yulianti, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tak pernah lelah dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu yang Insha Allah
dapat bermanfaat.
7.
Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk
kesuksesan penulis. Terima kasih atas semua kasih sayangnya.
8.
Muhammad Farid Almunawar, orang yang selalu menemani dan memberikan
dukungannya dalam berjuang untuk mencapai cita-cita. Terima kasih atas
waktu dan perhatiannya.
9.
Sahabat seperjuanganku dari semester 1, Nida Nadya Hasan, Tuti Herawati,
Dwi Putri Oktaviani, Siti Lu’lu’ul Bahiyyah dan Verina Asgari, terima kasih
atas semangat, dukungan, doa dan kasih sayangnya.
10. Teman-teman terdekat yang telah banyak memberikan semangat dan
menghiburku, Bella Pavita, Mita Haristin Chaniago, Yuniasari Chairunissa,
Nanda, Nourma, Meta, Tri, Tata, Matari, Pinkan, Meirza, dan Falah.
11. Teman-teman Akuntansi 2012, terkhusus Akuntansi A 2012, terima kasih
untuk semangat dan kebersamaannya.
12. Teman-teman seperjuangan dalam melewati berbagai rintangan dan sidangsidang, Nida, Naya, Yudi, Revan, Rita, Fai. Terima kasih atas dukungan,
semangat dan optimisme kalian.
xi
13. Keluarga HMJ Akuntansi, terima kasih atas ilmu, pengalaman dan
kebersamaannya.
14. Senior-senior Akuntansi yang telah memberikan bantuan, arahan dan nasihat
selama perkuliahan. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
15. Teman-teman KKN Serabi, Jannah, Dhia, Shofi, Rahma, Nida, Tuti, Dwi,
Chendy, Rizky, Mabrur, Fajar, Rahmat, Ulul, Faisal, Muas, dan Abas. Terima
kasih atas perjuangannya menjalankan KKN, terima kasih atas rasa
kekeluargaannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kerja
samanya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat
kekurangan atau kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan
penulis dengan adanya tugas akhir ini dapat bermanfaat guna menambah wawasan
dan pengetahuan penulis pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 10 Maret 2016
Elsa Kisari Putri
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT (Bahasa Inggris)............................................................................. viii
ABSTRAK (Bahasa Indonesia) ........................................................................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 9
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
BAB II KAJIAN LITERATUR ......................................................................... 11
A. Landasan Teori ................................................................................ 11
1. Teori Agensi (Agency Theory) ..................................................... 11
2. Transfer Pricing .......................................................................... 14
3. Kepemilikan Asing...................................................................... 23
4. Ukuran Perusahaan...................................................................... 25
5. Leverage ..................................................................................... 28
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 31
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 35
D. Hipotesis.......................................................................................... 43
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 44
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 44
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 45
D. Metode Analisis Data....................................................................... 46
1. Uji Statistik Deskriptif................................................................. 46
2. Analisis Regresi Logistik ............................................................ 47
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 56
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian...................................... 56
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .................................................... 57
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................................... 58
a. Hasil Uji Deskriptif ..................................................................... 58
b. Hasil Uji Frekuensi ..................................................................... 60
2. Hasil Analisis Regresi Logistik ................................................... 61
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) .... 61
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 62
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ............................................ 63
d. Hasil Matriks Klasifikasi ............................................................. 64
e. Hasil Hipotesis Penelitian dan Model Regresi Terbentuk............. 65
C. Pembahasan ................................................................................... 67
1. Pengaruh antara Kepemilikan Asing (OWN) terhadap Keputusan
Perusahaan untuk Melakukan Transfer Pricing (TP) ................... 67
2. Pengaruh antara Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Keputusan
Perusahaan untuk Melakukan Transfer Pricing (TP) ................... 68
3. Pengaruh antara Leverage (LEV) terhadap Keputusan Perusahaan
untuk Melakukan Transfer Pricing (TP) ...................................... 69
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 71
A. Kesimpulan ..................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 74
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 31
Tabel 3.1 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 55
Tabel 4.1 Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria .............................................. 57
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................. 58
Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi ........................................................................... 60
Tabel 4.4 Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model............................................... 62
Tabel 4. 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 63
Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi.................................................. 63
Tabel 4.7 Hasil Uji Matriks Klasifikasi ............................................................ 64
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ................................................ 65
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 .1 Skema Kerangka Pemikiran ......................................................... 42
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2014 ... 79
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Variabel Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan
dan Leverage Periode 2014............................................................ 84
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing Periode 2014............ 92
Lampiran 4 Output Hasil Penelitian Data ......................................................... 97
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi
telah
membawa
dampak
semakin
meningkatnya
perekonomian di dunia dan membuat batas-batas negara menjadi sempit,
bahkan hampir tidak ada. Perkembangan ekonomi tersebut memberikan suatu
pengaruh yang besar bagi pola bisnis dan sikap bagi para pelaku bisnis. Arus
barang, jasa, modal, dan tenaga kerja
negara,
menjadikan
para
pelaku
semakin mudah dan lancar antar
bisnis
mengembangkan
bisnisnya
membentuk perusahaan multinasional melalui anak perusahaan, cabang
perusahaan, dan agennya mengembangkan bisnis di beberapa negara lain
dengan melakukan berbagai investasi dan transaksi yang berskala
internasional (Lingga, 2012).
Dalam perusahaan multinasional terjadi berbagai transaksi internasional
antar anggota (divisi), salah satunya adalah penjualan barang atau jasa.
Sebagian besar transaksi bisnis tersebut biasanya terjadi di antara perusahaan
yang berelasi atau antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.
Penentuan harga atas berbagai transaksi antar anggota (divisi) tersebut
dikenal dengan sebutan transfer pricing/harga transfer (Mardiasmo, 2008).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 diatur di Pasal 18
ayat (4) yaitu: hubungan istimewa antara wajib pajak dapat terjadi karena
1
pemilikan atau penguasaan modal saham suatu badan oleh badan lainnya
sebanyak 25% (dua puluh lima persen) atau lebih, atau antara beberapa badan
yang 25% (dua puluh lima persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh suatu
badan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan juga
mempunyai aturan mengenai masalah transfer pricing, yaitu Pasal 18. Aturan
transfer pricing mencakup beberapa hal, yaitu: pengertian hubungan
istimewa, wewenang menentukan perbandingan utang dan modal, dan
wewenang untuk melakukan koreksi dalam hal terjadi transaksi yang tidak
arm’s length (wajar). Aturan lebih lanjut dan detail tentang transfer pricing
termuat dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011 tentang
penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman (arm’s length principle) dalam
transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa. Di dalam aturan ini disebutkan pengertian arm’s length principle
yaitu harga atau laba atas transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
tidak mempunyai hubungan istimewa ditentukan oleh kekuatan pasar,
sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang wajar.
Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing,
intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan
harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas
transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Transfer pricing
biasanya ditetapkan untuk produk-produk antara (intermediate product) yang
merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipasok oleh divisi penjual
2
kepada divisi pembeli. Transfer pricing dapat terjadi dalam satu negara
(domestic
transfer
pricing)
maupun
dengan
negara
yang
berbeda
(international transfer pricing) (Zain, 2007).
Permasalahan transfer pricing menjadi isu yang sangat menarik dan
semakin mendapatkan perhatian dari otoritas perpajakan di berbagai belahan
dunia. Semakin banyak negara di dunia yang mulai memperkenalkan
peraturan tentang transfer pricing. Penelitian pada akhir-akhir ini telah
menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan multinasional (MNC) melihat
harga transfer (transfer pricing) sebagai suatu isu pajak internasional utama,
dan lebih dari setengah perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu
yang paling penting (Suandy, 2011).
Dari sisi pemerintahan, transfer pricing diyakini mengakibatkan
berkurang atau hilangnya potensi penerimaan pajak karena perusahaan
multinasional cenderung menggeser kewajiban perpajakannya dengan cara
memperkecil harga jual antara perusahaan dalam satu grup dan mentransfer
laba yang diperoleh kepada perusahaan yang berkedudukan di negara yang
menerapkan tarif pajak yang rendah (tax haven countries). Sedangkan dari
sisi bisnis, perusahaan cenderung berupaya meminimalkan biaya-biaya (cost
efficiency) termasuk di dalamnya minimalisasi pembayaran pajak perusahaan
(corporate income tax). Bagi korporasi multinasional, perusahaan berskala
global (multinational corporations), transfer pricing dipercaya menjadi salah
satu
strategi
yang
efektif
untuk
memenangkan
persaingan
dalam
memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas dan peluang membuat
3
strategi
untuk
mendapatkan
keuntungan
lebih
dari
penjualan
dan
penghindaran pajak. Salah satu caranya adalah dengan membuat anak
perusahaan di negara yang memberikan tarif pajak rendah ataupun negara
yang berstatus tax haven countries (Santosa, 2004 dalam Lingga, 2012).
Beberapa waktu yang lalu kasus mengenai transfer pricing menimpa
Google di Inggris, Starbucks Inggris, Amazon Inggris, dan lain-lain.
Starbucks Inggris misalnya, pada tahun 2011 sama sekali tidak membayar
pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar £398 juta.
Mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008, padahal dalam laporan kepada
investornya di Amerika Serikat, Starbucks mengatakan bahwa mereka
memperoleh keuntungan yang besar di Inggris (Setiawan, 2014). Di Indonesia
sendiri, salah satu perusahaan yang terkena kasus transfer pricing yaitu PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan produk Toyota dan
eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Kasus Toyota terendus setelah
Dirjen Pajak secara simultan memeriksa surat pemberitahuan pajak tahunan
(SPT) Toyota Motor Manufacturing pada 2005. Belakangan, pajak Toyota
pada 2007 dan 2008 juga ikut diperiksa. Pemeriksaan dilakukan karena
Toyota mengklaim kelebihan membayar pajak pada tahun-tahun itu, dan
meminta negara mengembalikannya (restitusi). Dari pemeriksaan SPT Toyota
pada 2005 itu, petugas pajak menemukan sejumlah kejanggalan. Pada 2004
misalnya, laba bruto Toyota anjlok lebih dari 30 persen, dari Rp 1,5 triliun
4
(2003) menjadi Rp 950 miliar. Selain itu, rasio gross margin atau
perimbangan antara laba kotor dengan tingkat penjualan-- juga menyusut.
Dari sebelumnya 14,59 persen (2003) menjadi hanya 6,58 persen setahun
kemudian. Padahal omzet produksi dan penjualan mereka pada tahun itu
justru naik 40 persen. Pemeriksa pajak menemukan jawabannya ketika
memeriksa struktur harga penjualan dan biaya Toyota dengan lebih seksama.
Di sinilah jejak transfer pricing perseroan ini mulai tercium. Toyota diduga
‘memainkan’ harga transaksi dengan pihak terafiliasi dan menambah beban
biaya lewat pembayaran royalti secara tidak wajar. Dari dokumen Toyota
terungkap bahwa seribu mobil buatan Toyota Motor Manufacturing Indonesia
harus dikirim dulu ke kantor Toyota Asia Pasifik di Singapura, sebelum
berangkat ke Filipina dan Thailand. Dengan kata lain, Toyota di Indonesia
hanya bertindak “atas nama” Toyota Motor Asia Pacific Pte., Ltd –nama unit
bisnis
Toyota
yang
berkantor
di
Singapura.
Skema jual-beli via negara perantara semacam itu sebenarnya lazim saja
dalam perdagangan internasional. Apalagi penjual dan pembelinya adalah
bagian dari korporasi perusahaan multinasional yang sama. Tapi Justinus
Prastowo, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis,
mengingatkan, ada persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu transfer
pricing --atau transaksi antar-pihak terafiliasi-- tidak dituding sebagai modus
penghindaran pajak (tax avoidance). “Syaratnya, nilai transaksi mereka harus
memenuhi standar kewajaran,” katanya, Februari lalu. Sampai saat ini kasus
5
ini belum juga diputus, walaupun sidangnya telah lama berakhir yaitu pada
tahun 2013 (Kontan, 2013).
Selain alasan pajak, praktik transfer pricing pun dapat dipengaruhi oleh
alasan non pajak seperti kepemilikan asing. Penelitian sebelumnya telah
dilakukan oleh Kiswanto dan Purwaningsih (2014) yang membuktikan bahwa
kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing. Perusahaan di Asia kebanyakan memiliki
struktur kepemilikan yang terkonsentrasi. Dalam struktur kepemilikan yang
terkonsentrasi, pemegang saham pengendali memiliki posisi yang lebih baik
karena pemegang saham pengendali dapat mengawasi dan memiliki akses
informasi yang lebih baik dibanding pemegang saham non pengendali
sehingga menimbulkan potensi pada pemegang saham pengendali untuk
terlibat jauh dalam pengelolaan perusahaan (Dyanty dkk, 2011).
Pemegang saham pengendali menurut PSAK No. 15 (Revisi 2013)
adalah entitas yang memiliki saham sebesar 20% atau lebih baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga entitas dianggap memiliki
pengaruh signifikan dalam mengendalikan perusahaan. Pemegang saham
pengendali dapat dimiliki oleh seseorang secara individu, pemerintah,
maupun pihak asing. Pada saat kepemilikan saham yang dimiliki pemegang
saham pengendali asing semakin besar, pemegang saham pengendali asing
memiliki kendali yang semakin besar dalam menentukan keputusan dalam
perusahaan yang menguntungkan dirinya termasuk kebijakan penentuan
harga maupun jumlah transaksi transfer pricing (Sari, 2013). Hal ini
6
dimungkinkan bahwa kepemilikan asing dapat mempengaruhi banyak
sedikitnya transfer pricing yang terjadi.
Hal lain yang mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan transfer
pricing ialah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran suatu perusahaan dapat
diketahui dari total aset perusahaan. Semakin besar jumlah aset perusahaan
maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut (Wijaya dkk, 2009).
Perusahaan yang besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks
dibandingkan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan untuk
melakukan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan Richardson, et al
(2013) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Hal lain yang juga mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan
transfer pricing ialah leverage. Leverage merupakan rasio yang mengukur
seberapa
jauh
perusahaan
menggunakan
utang
dalam
pembiayaan.
Perusahaan multinasional biasanya membiayai anggota kelompok dengan
transfer utang dan / atau modal (Richardson et al, 1998). Transfer utang dan /
atau modal yang sebagian didorong oleh peluang untuk arbitrase pajak dan
dengan demikian, perusahaan yang terlibat dalam lokalisasi selektif utang untuk
tujuan pajak lebih mungkin menjadi agresif dalam hal pengaturan transfer
pricing mereka (Richardson et al, 1998). Ada kemungkinan bahwa leverage
dapat bertindak sebagai pengganti untuk transfer pricing dalam mencapai
pengurangan kewajiban pajak perusahaan grup. Penelitian yang dilakukan
7
Richardson, et al (2013) membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif
terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan menguji kembali
faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer
pricing. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepemilikan asing,
ukuran perusahaan, leverage. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Asing,
Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Keputusan Perusahaan
untuk Melakukan Transfer Pricing”. Penelitian ini dilakukan pada seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 kecuali
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam bagian latar belakang,
maka rumusan masalah yang telah disusun dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing?
2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing?
3) Apakah leverage berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan transfer pricing?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan penelitian di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing, khususnya
pada perusahaan multinasional yang terdaftar di BEI. Secara khusus
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Menganalisis pengaruh positif kepemilikan asing terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
2.
Menganalisis
pengaruh
positif
ukuran
perusahaan
terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
3.
Menganalisis
pengaruh
positif
leverage
terhadap
keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
2.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini antara lain:
a.
Manfaat Praktis
Memberikan gambaran kepada pemerintah, analis laporan keuangan,
manajemen
perusahaan,
dan
investor/kreditor
bagaimana
kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan leverage mempengaruhi
atau tidak mempengaruhi perusahaan untuk mengambil keputusan
melakukan transfer pricing.
9
b.
Manfaat Teoritis dan Akademis
Menambah pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi dan
pajak dengan memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi
perusahaan mengambil keputusan untuk melakukan transfer pricing,
khususnya perusahaan multinasional yang terdaftar di BEI.
Menambah referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
10
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Landasan Teori
1.
Teori Agensi (Agency Theory)
Penelitian ini dilandasi oleh teori agensi. Teori ini memegang peran
penting dalam praktik bisnis perusahaan. Teori agensi merupakan teori
yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara principal dan
agent. Principal sebagai pemegang saham sedangkan agent sebagai
manajer. Principal mengontrak agent untuk melakukan pengelolaan
sumber daya dalam perusahaan. Tujuan utama dari teori keagenan adalah
untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan
kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir
cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris (Belkaoui,
2007).
Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara
seseorang (atau lebih), seorang principal dan orang lainnya, seorang
agent, untuk memberikan jasa demi kepentingan principal termasuk
melibatkan pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan
kepada agent. Baik principal maupun agent diasumsikan untuk
termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri yaitu, untuk
11
memaksimalkan kegunaan subjek mereka dan juga untuk menyadari
kepentingan bersama mereka (Godfrey, 1994).
Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara principal dan
agent sulit tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan
(conflict of interest). Pemegang saham sebagai pihak principal
mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya
dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agent
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman,
maupun kontrak kompensasi. Manajer memiliki dorongan untuk memilih
dan menerapkan metode akuntansi yang dapat
memperlihatkan
kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal.
Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent dapat
menimbulkan permasalahan yang dikenal dengan asimetri informasi.
Adanya
asumsi
bahwa
individu-individu
bertindak
untuk
memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan
adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Akibat adanya
informasi yang tidak seimbang (asimetri informasi) ini, dapat
menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan karena adanya
kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakantindakan agent. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan
tersebut adalah:
12
a.
Moral Hazard
Yaitu permasalahan yang muncul jika agent tidak melaksanakan hal-
hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
b.
Adverse Selection
Yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui
apakah suatu keputusan yang diambil oleh agent benar-benar didasarkan
atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah
kelalaian dalam tugas.
Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini
menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik
oleh principal maupun agent. Jensen & Meckling (1976) membagi biaya
keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal
untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan
mengontrol perilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang
ditanggung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang
menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal.
Selanjutnya residual loss merupakan pengorbanan yang berupa
berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan
keputusan agent dan keputusan principal (Godfrey, 1994).
Agent (manajemen) yang diberikan wewenang oleh principal
(pemegang
saham)
mempunyai
tanggungjawab
agar
principal
13
mendapatkan keuntungan yang besar, yaitu salah satunya dengan
berkurangnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Pihak
manajemen tersebut terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi,
komisaris independen, dan lain-lain. Pihak manajemen tersebut yang
akan menjalankan wewenang dari pihak investor dan mengendalikan
perusahaan serta mengambil keputusan perusahaan.
2.
Transfer Pricing
a.
Definisi
Definisi transfer pricing menurut para ahli:
Horngren (2008): “Transfer price is the price one subunit
(department or division) charges for product or service supplied to
another subunit of the same organization.”
OECD (Organization for Economic Co-operation dan Development)
(2009), transfer pricing adalah: “Prices at which a company
undertakes any transactions with associated enterprises. When a
company transfer goods, intangible property or services to a related
company, the prices charged is defined as a transfer pricing.”
Gunadi: “Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan
sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan
teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dan
suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud
mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi,
menghindari pajak atau bea di suatu negara.” (Suandy, 2011)
Peraturan Dirjen Pajak PER - 32/PJ/2011: Penetapan harga atas
transaksi penyerahan barang berwujud, barang tidak berwujud, atau
penyediaan jasa antar pihak yang memiliki hubungan istimewa
(transaksi afiliasi).
Pengertian transfer pricing (harga transfer) dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pengertian yang bersifat netral dan bersifat
14
peyoratif−negatif. Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga
transfer adalah murni strategi dan taktik bisnis tanpa motif
pengurangan
beban
pajak.
Sedangkan
pengertian
peyoratif
mengasumsikan harga transfer sebagai upaya untuk menghemat
beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara
yang tarif pajaknya rendah (Suandy, 2011). Dapat simpulkan bahwa
transfer pricing adalah penentuan harga atas barang, jasa, ataupun
harta tak berwujud lainnya antara perusahaan yang berelasi atau
antar perusahaan yang memiliki hubungan istimewa.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 7 (Revisi 2012), pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa adalah bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan pihak lain, atau mempunyai pengaruh signifikan atas
pihak lain dalam mengambil keputusan. Transaksi antara pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah suatu pengalihan
sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa tanpa menghiraukan apakah suatu harga
diperhitungkan.
Tujuan
penetapan
transfer
pricing
adalah
untuk
mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen
atau
divisi-divisi
perusahaan
pada
waktu
mereka
saling
menggunakan barang dan jasa satu sama lain (Simamora, 1999
dalam Lingga, 2012). Menurut Suryana (2012), tujuan dilakukannya
15
transfer pricing, pertama untuk mengakali jumlah profit sehingga
pembayaran pajak dan pembagian dividen menjadi rendah. Kedua,
menggelembungkan profit
untuk
memoles
(window-dressing)
laporan keuangan.
Menurut Horngren, Datar dan Foster (2008) penetapan transfer
pricing seharusnya membantu mencapai strategi tujuan perusahaan
serta sesuai dengan struktur organisasi perusahaan. Secara khusus,
transfer pricing seharusnya mendukung kesesuaian tujuan dan
tingkat usaha manajemen puncak. Subunit yang menjual produk atau
jasa seharusnya dimotivasi untuk menurunkan biaya mereka; subunit
yang membeli produk atau jasa seharusnya dimotivasi untuk
memperoleh dan menggunakan input secara efisien. Transfer pricing
seharusnya juga membantu manajemen puncak mengevaluasi kinerja
dari subunit individual dan manajer mereka. Jika manajemen puncak
mendukung tingkat desentralisasi yang tinggi dalam pengambilan
keputusan, ini berarti manajer subunit yang ingin memaksimalkan
laba operasi dari sub unitnya seharusnya memiliki kebebasan untuk
melakukan transaksi dengan subunit lain dari perusahaan (atas dasar
harga transfer) atau untuk melakukan transaksi dengan pihak
eksternal.
16
b. Metode Transfer Pricing dan Penentuan Nilai Pasar Wajar
Horngren, Datar, dan Foster (2008) menjelaskan bahwa secara
umum ada 6 (enam) metode yang paling sering digunakan oleh
perusahaan, antara lain:
1.
Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer yang berdasarkan biaya kurang memuaskan
untuk perencanaan bisnis unit usaha, motivasi dan evaluasi
kerja. Oleh karena itu, diperkenalkan harga transfer dengan
basis harga pasar. Model dari bentuk ini berada pada harga pasar
yang berlaku (current-market price) dengan harga pasar
dikurangi diskon (market-price minus discount). Bentuk ini
dijadikan tolak ukur untuk menilai kemampuan kinerja
manajemen unit usaha karena hal ini menunjukkan kemampuan
produk untuk menghasilkan laba serta merangsang unit usaha
untuk bekerja secara bersaing. Bentuk ini dipakai apabila pasar
perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antar unit
usaha. Transfer barang atau jasa pada harga pasar secara umum
akan mengarah pada keputusan optimal apabila kondisi berikut
ini dipenuhi: a) harga untuk intermediate product secara
sempurna kompetitif, b) independensi antara sub unit adalah
minimal, c) tidak ada tambahan biaya atau manfaat untuk
perusahaan secara keseluruhan dari membeli atau menjual harga
17
pasar terbuka dibandingkan transaksi secara internal, d) suatu
pasar yang secara sempurna, kompetitif ada pada saat terdapat
suatu barang yang sama dengan harga beli sama dengan harga
jual dan tidak ada pembeli individual atau penjual dapat
mempengaruhi harga-harga tersebut. Dengan menggunakan
harga pasar dalam pasar yang secara sempurna kompetitif, suatu
perusahaan dapat mencapai tujuan congruence, dukungan
manajemen, evaluasi kinerja unit usaha, dan otonomi unit usaha.
2.
Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Adalah harga yang didasarkan pada biaya produksinya.
Biaya yang digunakan dalam harga transfer berdasarkan biaya
dapat merupakan biaya aktual (actual cost) atau biaya yang
dianggarkan (budget). Transfer berdasarkan biaya termasuk
suatu mark-up atau profit margin yang menggambarkan tingkat
pengembalian investasi suatu unit usaha: a) biaya variabel aktual
(actual variable costs), b) biaya tetap standar (standart variable
fixed), c) biaya tetap aktual (actual fixed costs), d) biaya total
standar (standard full costs), e) biaya rata-rata (average costs),
dan f) biaya total ditambah laba (full costs plus mark-up).
Penentuan harga transfer berdasarkan biaya dalam konsep ini
sederhana dan menghemat sumber daya karena informasi biaya
tersedia pada tingkat aktivitas.
18
3.
Berdasarkan Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Pemberian tingkat otoritas dan pengendalian laba per divisi
secara memadai menghendaki kemungkinan penentuan transfer
pricing berdasarkan negosiasi. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa kedua unit usaha mempunyai posisi tawar-menawar yang
sama, namun boleh jadi transfer pricing yang demikian akan
memakan waktu negosiasi, mengulang pemeriksaan serta revisi
transfer pricing.
4.
Berdasarkan Biaya Total (Full Cost Bases Transfer Prices)
Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menggunakan
transfer pricing berdasarkan full costs. Untuk menaksir suatu
harga mendekati harga pasarnya, transfer pricing berdasarkan
biaya kadang-kadang dibuat pada full costs plus suatu margin.
Transfer pricing ini kadang-kadang dapat mengarahkan pada
keputusan unit usaha.
5.
Harga Transfer Arbitrase (Arbitrary Transfer Prices)
Dalam
pendekatan
ini,
transfer
pricing
ditentukan
berdasarkan interaksi kedua unit usaha dan pada tingkat yang
dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan.
19
6.
Harga Transfer Ganda (Double Transfer Prices)
Transfer pricing ini digunakan untuk memenuhi disparitas
responsibilitas dari unit usaha perusahaan.
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) atau Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan
Ekonomi merupakan sebuah organisasi internasional dengan tiga
puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan
ekonomi pasar bebas yang dibentuk pada tahun 1960. Bidang yang
menangani perpajakan dalam OECD dilaksanakan oleh Committee
on Fiscal Affairs (CFA). Terkait transfer pricing, CFA melalui sub
grupnya yaitu Working Party No. 6 telah menerbitkan OECD
Transfer Pricing Guidelines (selanjutnya disebut dengan OECD
Guidelines) sebagai panduan bagi perusahaan multinasional dan
otoritas pajak dalam masalah transfer pricing. Dengan demikian,
OECD Guidelines ini dibuat dengan maksud untuk membantu (i)
otoritas pajak (tidak hanya terhadap negara-negara anggota saja,
tetapi juga negara-negara yang bukan anggota OECD) maupun (ii)
perusahaan multinasional dalam memberikan panduan tentang cara
penyelesaian
perselisihan
transfer
pricing
yang
saling
menguntungkan antara masing-masing otoritas pajak, dan antara
otoritas pajak dengan perusahaan multinasional (Darussalam dan
Septriadi, 2008).
20
Dalam menentukan harga pasar wajar (Arm’s Length) ada
beberapa metode yang dapat digunakan. Tujuan dari metode-metode
tersebut untuk memastikan bahwa transaksi yang terjadi antara
perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa telah
memenuhi harga pasar wajar secara konsisten. Menurut OECD
Guidelines, metode tersebut terbagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu:
1.
Pendekatan Tradisional
a.
Comparable uncontrolled price method (CUP) atau metode
harga pasar sebanding
Pada pendekatan ini, harga transaksi antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa dibandingkan dengan
harga wajar pada transaksi serupa yang terjadi antara pihakpihak yang sama sekali tidak berhubungan (berada pada
kondisi wajar (arm’s length)).
b.
Resale price method (RPM) atau metode harga jual minus
Pada resale price method, pedomannya adalah gross margin
yang diperoleh untuk transaksi serupa pada kondisi arm;s
length. Harga koreksian dihitung dari harga jual kembali
produk itu dikurangi dengan gross margin tadi.
21
c.
Cost plus method (CPM) atau metode harga pokok plus
Metode ini sama dengan resale price method, yaitu
menggunakan gross margin sebagai pedoman. Namun yang
menjadi dasar perhitungan adalah total biaya yang
dikeluarkan untuk membuat suatu produk.
2.
Pendekatan Transaksional
a.
Profit Split Method (PSM) atau metode pembagian laba
Metode ini dipergunakan ketika tidak terdapat data yang
dapat diperbandingkan. Dalam pendekatan metode profit
split ini, laba dari transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dapat diketahui dengan
cara melakukan analisis fungsi atas kegiatan usaha yang
dilakukannya.
b.
Transactional Net Margin Method (TNMM) atau metode
laba bersih transaksi
Pada pendekatan TNMM, laba bersih transaksi antara
pihak-pihak
yang
mempunyai
hubungan
istimewa
dibandingkan dengan satu dasar tertentu, misalnya jumlah
aktiva, biaya, atau total penjualan. Hasilnya kemudian
disandingkan dengan angka serupa tetapi yang diperoleh
22
dari harga dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa.
3.
Kepemilikan Asing
Isu Penanaman Modal Asing (PMA) dewasa ini semakin ramai
dibicarakan.
Hal
ini
mengingat,
bahwa
untuk
kelangsungan
pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan
untuk investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta
nasional. Keadaan ini yang makin mendorong untuk mengupayakan
semaksimal mungkin menarik penanaman modal asing ke Indonesia.
Pengertian Penanaman Modal Asing dalam UU Nomor 25 tahun 2007
pasal 1 ayat 3 adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Dengan adanya
penanaman modal asing tersebut maka akan timbul kepemilikan asing.
Kepemilikan asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing
(luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham
perusahaan di Indonesia. Kepemilikan asing dapat diukur sesuai dengan
proporsi saham biasa yang dimiliki oleh asing.
Para pemegang saham memiliki beberapa hak yang hanya terdapat
pada kepemilikan saham biasa, diantaranya adalah (Ross, Westerfield,
dan Jordan, 2008):
23
1.
Hak suara dalam pemilihan langsung dewan direksi perusahaan.
Jenis voting yang dapat dilakukan oleh pemegang saham ada
dua jenis yaitu cumulative voting dan straight voting.
Cumulative voting adalah prosedur dimana pemegang saham
dapat menggunakan seluruh hak voting-nya untuk memilih
hanya satu calon anggota dewan direksi perusahaan. Straight
voting adalah prosedur dimana pemegang saham menggunakan
seluruh hak voting-nya untuk masing-masing calon dewan
direksi perusahaan. Perbedaan efek kedua jenis voting tersebut
adalah pada pemegang saham minoritas. Cumulative voting
memperjelas peran pemilik saham minoritas, sedangkan straight
voting justru mengaburkan peran tersebut.
2.
Hak proxy voting dimana pemegang saham dapat memberikan
hak suaranya kepada pihak tertentu di dalam sebuah rapat
pemegang saham. Proxy sering terjadi pada pengambilan suara
di dalam perusahaan-perusahaan besar yang memiliki jutaan
lembar saham yang beredar.
3.
Hak mendapatkan dividen apabila perusahaan memutuskan
untuk membagi dividen pada periode tertentu.
4.
Hak ambil bagian dalam likuidasi aset perusahaan setelah
perusahaan memenuhi kewajibannya kepada pemegang obligasi.
24
5.
Hak suara dalam rapat pemegang saham luar biasa yang
menentukan masa depan perusahaan, misalnya merjer, akuisisi,
dan lain-lain.
6.
Hak memiliki saham yang baru diterbitkan oleh perusahaan.
Hak ini disebut sebagai prevemptive right.
Entitas asing yang memiliki saham sebesar 20% atau lebih sehingga
dianggap
memiliki
pengaruh
signifikan
dalam
mengendalikan
perusahaan bisa disebut sebagai pemegang saham pengendali asing.
Pemegang saham pengendali asing ini akan memungkinkan untuk
memerintahkan manajemen untuk melakukan apa yang ia inginkan yang
dapat menguntungkan dirinya.
4.
Ukuran Perusahaan
Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan
besar kecilnya suatu objek. Menurut Sawir (2004), ukuran perusahaan
dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir
setiap studi untuk alasan yang berbeda.
Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20
Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah. Peraturan tersebut
menjelaskan 4 (empat) jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari
jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Keempat jenis ukuran perusahaan tersebut antara lain:
25
a.
Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan
bersih ≤Rp 50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan
memiliki jumlah penjualan ≤Rp 300.000.000,-.
b.
Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan
bersih Rp50.000.000,- sampai Rp 500.000.000,- (tidak termasuk
tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp
300.000.000,- sampai dengan Rp 2.500.000.000,-.
c.
Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki
kekayaan bersih Rp 500.000.000,- sampai Rp 10.000.000.000,(tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah
penjualan Rp 2.500.000.000,- sampai dengan Rp 50.000.000.000,-.
d.
Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan
bersih ≥Rp 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan)
serta memiliki jumlah penjualan ≥Rp 50.000.000.000,-.
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya
ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total
penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Semakin besar aset maka semakin banyak modal yang
ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran
uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia
dikenal dalam masyarakat (Supriyanto dan Falikhatun, 2008).
26
Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total aset/aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan
operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak
manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di
perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding
dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jika
dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam
mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan dari sisi pemilik perusahaan, jumlah aset yang besar akan
menurunkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini akan digunakan total aset untuk mengukur
ukuran perusahaan karena nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan
penjualan. Total aset adalah segala sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari transaksi masa lalu dan diharapkan akan
memberi manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Perusahaan
besar
yang
telah
mencapai
tahap
kedewasaan
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibandingkan perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang
stabil biasanya tingkat kepastian untuk memperoleh laba sangat tinggi.
Sebalikny
DAN LEVERAGE TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN UNTUK
MELAKUKAN TRANSFER PRICING
(Studi pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2014)
Disusun oleh:
Elsa Kisari Putri
NIM: 1112082000021
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1.
Nama
: Elsa Kisari Putri
2.
Tempat, Tanggal Lahir
: Madiun, 18 September 1994
3.
Alamat
: Jl. Lembah Pinus Raya A3/102 RT
003/023, Pamulang Timur, Pamulang –
Kota Tangerang Selatan 15417
4.
Telepon
: 082225842921
5.
: [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1.
TK Tunas Kejaksaan
Tahun 1999-2000
2.
SDN Cipayung 1
Tahun 2000-2006
3.
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2006-2009
4.
SMAN 1 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009-2012
5.
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012-2016
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1.
Bimbingan Belajar BEST, 2011-2012
2.
Kursus Tari Saman FEB UIN Jakarta, 2012-2015
3.
Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Komputer SMAN 1 Kota
Tangerang Selatan, 2009-2012
vi
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
2013-2014
: Koordinator Department Seni dan Budaya HMJ Akuntansi
2014-2015
: Ketua Bidang IV HMJ Akuntansi
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Nasional oleh HMJ Akuntansi FEB UIN, “Pathway Profesi
Akuntansi Indonesia”, 25 Mei 2015.
2.
Company Visit Goes To Direktorat Jenderal Pajak, “Tingkatkan
Wawasan, Raih Kesuksesan”, 19 November 2015.
3.
Dosen Tamu oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), “Akuntansi Pengelolaan Dana Desa”, 18 November 2015.
4.
Dosen Tamu oleh Mantan Komisioner KPK, “Akuntansi Fraud”, 9
November 2015.
5.
Studium General Akuntansi oleh Partner KAP Pricewaterhouse Cooper
(PwC), 17 April 2014.
6.
Seminar Tax Goes To Campus oleh Tax Center FEB UIN, “Pengenaan
Pajak pada UMKM”, 3 Desember 2013
.
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1.
Ayah
: Hariyanto
2.
Ibu
: Kiswahyu
3.
Anak ke-
: 1 (satu)
vii
ABSTRACT
This research is aimed to analyze the effect of foreign ownership, firm size
and leverage toward the firm decision for transfer pricing. Dependent variable in
this research was transfer pricing proxied by the value of related party
transaction (RPT) sales. Independent variables in this research were foreign
ownership, firm size and leverage.
This research used secondary data analysis of financial statements or annual
reports of firms in Indonesia Stock Exchange. The population in this research was
all firm that listed in Indonesia Stock Exchange in 2014. By using purposive
sampling method, the total amount of samples obtained in this research were 147
firms. This research used logistic regression analysis as analysis method.
The results of the analysis in this research showed that firm size effected and
positive toward the firm decision for transfer pricing. While foreign ownership
and leverage did not effect on the firm decision to transfer pricing.
Keywords: foreign ownership, firm size, leverage, and firm decision for transfer
pricing.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kepemilikan asing,
ukuran perusahaan dan leverage terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan
transfer pricing. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transfer pricing
yang diproksikan dengan nilai dari related party transaction (RPT) penjualan.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan asing, ukuran
perusahaan dan leverage.
Penelitian ini menggunakan data sekunder pada laporan keuangan atau
laporan tahunan yang telah dipublikasikan oleh perusahaan di Bursa Efek
Indonesia. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014. Dengan menggunakan metode
purposive sampling, didapat jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 147
perusahaan. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi logistik.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer
pricing. Sedangkan kepemilikan asing dan leverage tidak berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Kata Kunci: kepemilikan asing, ukuran perusahaan, leverage, dan keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat, dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan
kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulla Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga
segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1.
Ayahanda dan Ibunda serta kedua adikku yang telah memberikan kasih
sayang, perhatian, semangat serta doa yang tiada hentinya. Terima kasih atas
segalanya Papa dan Mama.
2.
Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hiayatullah Jakarta.
x
4.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., selaku Sekretaris Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hiayatullah Jakarta
dan selaku dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk mengarahkan dan memberikan nasihat dalam menjalani
perkuliahan.
5.
Ibu Yulianti, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tak pernah lelah dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu yang Insha Allah
dapat bermanfaat.
7.
Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk
kesuksesan penulis. Terima kasih atas semua kasih sayangnya.
8.
Muhammad Farid Almunawar, orang yang selalu menemani dan memberikan
dukungannya dalam berjuang untuk mencapai cita-cita. Terima kasih atas
waktu dan perhatiannya.
9.
Sahabat seperjuanganku dari semester 1, Nida Nadya Hasan, Tuti Herawati,
Dwi Putri Oktaviani, Siti Lu’lu’ul Bahiyyah dan Verina Asgari, terima kasih
atas semangat, dukungan, doa dan kasih sayangnya.
10. Teman-teman terdekat yang telah banyak memberikan semangat dan
menghiburku, Bella Pavita, Mita Haristin Chaniago, Yuniasari Chairunissa,
Nanda, Nourma, Meta, Tri, Tata, Matari, Pinkan, Meirza, dan Falah.
11. Teman-teman Akuntansi 2012, terkhusus Akuntansi A 2012, terima kasih
untuk semangat dan kebersamaannya.
12. Teman-teman seperjuangan dalam melewati berbagai rintangan dan sidangsidang, Nida, Naya, Yudi, Revan, Rita, Fai. Terima kasih atas dukungan,
semangat dan optimisme kalian.
xi
13. Keluarga HMJ Akuntansi, terima kasih atas ilmu, pengalaman dan
kebersamaannya.
14. Senior-senior Akuntansi yang telah memberikan bantuan, arahan dan nasihat
selama perkuliahan. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
15. Teman-teman KKN Serabi, Jannah, Dhia, Shofi, Rahma, Nida, Tuti, Dwi,
Chendy, Rizky, Mabrur, Fajar, Rahmat, Ulul, Faisal, Muas, dan Abas. Terima
kasih atas perjuangannya menjalankan KKN, terima kasih atas rasa
kekeluargaannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kerja
samanya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat
kekurangan atau kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan
penulis dengan adanya tugas akhir ini dapat bermanfaat guna menambah wawasan
dan pengetahuan penulis pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 10 Maret 2016
Elsa Kisari Putri
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT (Bahasa Inggris)............................................................................. viii
ABSTRAK (Bahasa Indonesia) ........................................................................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 9
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
BAB II KAJIAN LITERATUR ......................................................................... 11
A. Landasan Teori ................................................................................ 11
1. Teori Agensi (Agency Theory) ..................................................... 11
2. Transfer Pricing .......................................................................... 14
3. Kepemilikan Asing...................................................................... 23
4. Ukuran Perusahaan...................................................................... 25
5. Leverage ..................................................................................... 28
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 31
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 35
D. Hipotesis.......................................................................................... 43
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 44
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 44
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 45
D. Metode Analisis Data....................................................................... 46
1. Uji Statistik Deskriptif................................................................. 46
2. Analisis Regresi Logistik ............................................................ 47
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 56
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian...................................... 56
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .................................................... 57
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................................... 58
a. Hasil Uji Deskriptif ..................................................................... 58
b. Hasil Uji Frekuensi ..................................................................... 60
2. Hasil Analisis Regresi Logistik ................................................... 61
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) .... 61
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 62
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ............................................ 63
d. Hasil Matriks Klasifikasi ............................................................. 64
e. Hasil Hipotesis Penelitian dan Model Regresi Terbentuk............. 65
C. Pembahasan ................................................................................... 67
1. Pengaruh antara Kepemilikan Asing (OWN) terhadap Keputusan
Perusahaan untuk Melakukan Transfer Pricing (TP) ................... 67
2. Pengaruh antara Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Keputusan
Perusahaan untuk Melakukan Transfer Pricing (TP) ................... 68
3. Pengaruh antara Leverage (LEV) terhadap Keputusan Perusahaan
untuk Melakukan Transfer Pricing (TP) ...................................... 69
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 71
A. Kesimpulan ..................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 74
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 31
Tabel 3.1 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 55
Tabel 4.1 Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria .............................................. 57
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................. 58
Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi ........................................................................... 60
Tabel 4.4 Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model............................................... 62
Tabel 4. 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 63
Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi.................................................. 63
Tabel 4.7 Hasil Uji Matriks Klasifikasi ............................................................ 64
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ................................................ 65
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 .1 Skema Kerangka Pemikiran ......................................................... 42
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2014 ... 79
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Variabel Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan
dan Leverage Periode 2014............................................................ 84
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing Periode 2014............ 92
Lampiran 4 Output Hasil Penelitian Data ......................................................... 97
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi
telah
membawa
dampak
semakin
meningkatnya
perekonomian di dunia dan membuat batas-batas negara menjadi sempit,
bahkan hampir tidak ada. Perkembangan ekonomi tersebut memberikan suatu
pengaruh yang besar bagi pola bisnis dan sikap bagi para pelaku bisnis. Arus
barang, jasa, modal, dan tenaga kerja
negara,
menjadikan
para
pelaku
semakin mudah dan lancar antar
bisnis
mengembangkan
bisnisnya
membentuk perusahaan multinasional melalui anak perusahaan, cabang
perusahaan, dan agennya mengembangkan bisnis di beberapa negara lain
dengan melakukan berbagai investasi dan transaksi yang berskala
internasional (Lingga, 2012).
Dalam perusahaan multinasional terjadi berbagai transaksi internasional
antar anggota (divisi), salah satunya adalah penjualan barang atau jasa.
Sebagian besar transaksi bisnis tersebut biasanya terjadi di antara perusahaan
yang berelasi atau antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.
Penentuan harga atas berbagai transaksi antar anggota (divisi) tersebut
dikenal dengan sebutan transfer pricing/harga transfer (Mardiasmo, 2008).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 diatur di Pasal 18
ayat (4) yaitu: hubungan istimewa antara wajib pajak dapat terjadi karena
1
pemilikan atau penguasaan modal saham suatu badan oleh badan lainnya
sebanyak 25% (dua puluh lima persen) atau lebih, atau antara beberapa badan
yang 25% (dua puluh lima persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh suatu
badan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan juga
mempunyai aturan mengenai masalah transfer pricing, yaitu Pasal 18. Aturan
transfer pricing mencakup beberapa hal, yaitu: pengertian hubungan
istimewa, wewenang menentukan perbandingan utang dan modal, dan
wewenang untuk melakukan koreksi dalam hal terjadi transaksi yang tidak
arm’s length (wajar). Aturan lebih lanjut dan detail tentang transfer pricing
termuat dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011 tentang
penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman (arm’s length principle) dalam
transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa. Di dalam aturan ini disebutkan pengertian arm’s length principle
yaitu harga atau laba atas transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
tidak mempunyai hubungan istimewa ditentukan oleh kekuatan pasar,
sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang wajar.
Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing,
intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan
harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas
transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Transfer pricing
biasanya ditetapkan untuk produk-produk antara (intermediate product) yang
merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipasok oleh divisi penjual
2
kepada divisi pembeli. Transfer pricing dapat terjadi dalam satu negara
(domestic
transfer
pricing)
maupun
dengan
negara
yang
berbeda
(international transfer pricing) (Zain, 2007).
Permasalahan transfer pricing menjadi isu yang sangat menarik dan
semakin mendapatkan perhatian dari otoritas perpajakan di berbagai belahan
dunia. Semakin banyak negara di dunia yang mulai memperkenalkan
peraturan tentang transfer pricing. Penelitian pada akhir-akhir ini telah
menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan multinasional (MNC) melihat
harga transfer (transfer pricing) sebagai suatu isu pajak internasional utama,
dan lebih dari setengah perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu
yang paling penting (Suandy, 2011).
Dari sisi pemerintahan, transfer pricing diyakini mengakibatkan
berkurang atau hilangnya potensi penerimaan pajak karena perusahaan
multinasional cenderung menggeser kewajiban perpajakannya dengan cara
memperkecil harga jual antara perusahaan dalam satu grup dan mentransfer
laba yang diperoleh kepada perusahaan yang berkedudukan di negara yang
menerapkan tarif pajak yang rendah (tax haven countries). Sedangkan dari
sisi bisnis, perusahaan cenderung berupaya meminimalkan biaya-biaya (cost
efficiency) termasuk di dalamnya minimalisasi pembayaran pajak perusahaan
(corporate income tax). Bagi korporasi multinasional, perusahaan berskala
global (multinational corporations), transfer pricing dipercaya menjadi salah
satu
strategi
yang
efektif
untuk
memenangkan
persaingan
dalam
memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas dan peluang membuat
3
strategi
untuk
mendapatkan
keuntungan
lebih
dari
penjualan
dan
penghindaran pajak. Salah satu caranya adalah dengan membuat anak
perusahaan di negara yang memberikan tarif pajak rendah ataupun negara
yang berstatus tax haven countries (Santosa, 2004 dalam Lingga, 2012).
Beberapa waktu yang lalu kasus mengenai transfer pricing menimpa
Google di Inggris, Starbucks Inggris, Amazon Inggris, dan lain-lain.
Starbucks Inggris misalnya, pada tahun 2011 sama sekali tidak membayar
pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar £398 juta.
Mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008, padahal dalam laporan kepada
investornya di Amerika Serikat, Starbucks mengatakan bahwa mereka
memperoleh keuntungan yang besar di Inggris (Setiawan, 2014). Di Indonesia
sendiri, salah satu perusahaan yang terkena kasus transfer pricing yaitu PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan produk Toyota dan
eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Kasus Toyota terendus setelah
Dirjen Pajak secara simultan memeriksa surat pemberitahuan pajak tahunan
(SPT) Toyota Motor Manufacturing pada 2005. Belakangan, pajak Toyota
pada 2007 dan 2008 juga ikut diperiksa. Pemeriksaan dilakukan karena
Toyota mengklaim kelebihan membayar pajak pada tahun-tahun itu, dan
meminta negara mengembalikannya (restitusi). Dari pemeriksaan SPT Toyota
pada 2005 itu, petugas pajak menemukan sejumlah kejanggalan. Pada 2004
misalnya, laba bruto Toyota anjlok lebih dari 30 persen, dari Rp 1,5 triliun
4
(2003) menjadi Rp 950 miliar. Selain itu, rasio gross margin atau
perimbangan antara laba kotor dengan tingkat penjualan-- juga menyusut.
Dari sebelumnya 14,59 persen (2003) menjadi hanya 6,58 persen setahun
kemudian. Padahal omzet produksi dan penjualan mereka pada tahun itu
justru naik 40 persen. Pemeriksa pajak menemukan jawabannya ketika
memeriksa struktur harga penjualan dan biaya Toyota dengan lebih seksama.
Di sinilah jejak transfer pricing perseroan ini mulai tercium. Toyota diduga
‘memainkan’ harga transaksi dengan pihak terafiliasi dan menambah beban
biaya lewat pembayaran royalti secara tidak wajar. Dari dokumen Toyota
terungkap bahwa seribu mobil buatan Toyota Motor Manufacturing Indonesia
harus dikirim dulu ke kantor Toyota Asia Pasifik di Singapura, sebelum
berangkat ke Filipina dan Thailand. Dengan kata lain, Toyota di Indonesia
hanya bertindak “atas nama” Toyota Motor Asia Pacific Pte., Ltd –nama unit
bisnis
Toyota
yang
berkantor
di
Singapura.
Skema jual-beli via negara perantara semacam itu sebenarnya lazim saja
dalam perdagangan internasional. Apalagi penjual dan pembelinya adalah
bagian dari korporasi perusahaan multinasional yang sama. Tapi Justinus
Prastowo, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis,
mengingatkan, ada persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu transfer
pricing --atau transaksi antar-pihak terafiliasi-- tidak dituding sebagai modus
penghindaran pajak (tax avoidance). “Syaratnya, nilai transaksi mereka harus
memenuhi standar kewajaran,” katanya, Februari lalu. Sampai saat ini kasus
5
ini belum juga diputus, walaupun sidangnya telah lama berakhir yaitu pada
tahun 2013 (Kontan, 2013).
Selain alasan pajak, praktik transfer pricing pun dapat dipengaruhi oleh
alasan non pajak seperti kepemilikan asing. Penelitian sebelumnya telah
dilakukan oleh Kiswanto dan Purwaningsih (2014) yang membuktikan bahwa
kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing. Perusahaan di Asia kebanyakan memiliki
struktur kepemilikan yang terkonsentrasi. Dalam struktur kepemilikan yang
terkonsentrasi, pemegang saham pengendali memiliki posisi yang lebih baik
karena pemegang saham pengendali dapat mengawasi dan memiliki akses
informasi yang lebih baik dibanding pemegang saham non pengendali
sehingga menimbulkan potensi pada pemegang saham pengendali untuk
terlibat jauh dalam pengelolaan perusahaan (Dyanty dkk, 2011).
Pemegang saham pengendali menurut PSAK No. 15 (Revisi 2013)
adalah entitas yang memiliki saham sebesar 20% atau lebih baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga entitas dianggap memiliki
pengaruh signifikan dalam mengendalikan perusahaan. Pemegang saham
pengendali dapat dimiliki oleh seseorang secara individu, pemerintah,
maupun pihak asing. Pada saat kepemilikan saham yang dimiliki pemegang
saham pengendali asing semakin besar, pemegang saham pengendali asing
memiliki kendali yang semakin besar dalam menentukan keputusan dalam
perusahaan yang menguntungkan dirinya termasuk kebijakan penentuan
harga maupun jumlah transaksi transfer pricing (Sari, 2013). Hal ini
6
dimungkinkan bahwa kepemilikan asing dapat mempengaruhi banyak
sedikitnya transfer pricing yang terjadi.
Hal lain yang mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan transfer
pricing ialah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran suatu perusahaan dapat
diketahui dari total aset perusahaan. Semakin besar jumlah aset perusahaan
maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut (Wijaya dkk, 2009).
Perusahaan yang besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks
dibandingkan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan untuk
melakukan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan Richardson, et al
(2013) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Hal lain yang juga mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan
transfer pricing ialah leverage. Leverage merupakan rasio yang mengukur
seberapa
jauh
perusahaan
menggunakan
utang
dalam
pembiayaan.
Perusahaan multinasional biasanya membiayai anggota kelompok dengan
transfer utang dan / atau modal (Richardson et al, 1998). Transfer utang dan /
atau modal yang sebagian didorong oleh peluang untuk arbitrase pajak dan
dengan demikian, perusahaan yang terlibat dalam lokalisasi selektif utang untuk
tujuan pajak lebih mungkin menjadi agresif dalam hal pengaturan transfer
pricing mereka (Richardson et al, 1998). Ada kemungkinan bahwa leverage
dapat bertindak sebagai pengganti untuk transfer pricing dalam mencapai
pengurangan kewajiban pajak perusahaan grup. Penelitian yang dilakukan
7
Richardson, et al (2013) membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif
terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan menguji kembali
faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer
pricing. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepemilikan asing,
ukuran perusahaan, leverage. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Asing,
Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Keputusan Perusahaan
untuk Melakukan Transfer Pricing”. Penelitian ini dilakukan pada seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 kecuali
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam bagian latar belakang,
maka rumusan masalah yang telah disusun dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing?
2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing?
3) Apakah leverage berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan transfer pricing?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan penelitian di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing, khususnya
pada perusahaan multinasional yang terdaftar di BEI. Secara khusus
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Menganalisis pengaruh positif kepemilikan asing terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
2.
Menganalisis
pengaruh
positif
ukuran
perusahaan
terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
3.
Menganalisis
pengaruh
positif
leverage
terhadap
keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
2.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini antara lain:
a.
Manfaat Praktis
Memberikan gambaran kepada pemerintah, analis laporan keuangan,
manajemen
perusahaan,
dan
investor/kreditor
bagaimana
kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan leverage mempengaruhi
atau tidak mempengaruhi perusahaan untuk mengambil keputusan
melakukan transfer pricing.
9
b.
Manfaat Teoritis dan Akademis
Menambah pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi dan
pajak dengan memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi
perusahaan mengambil keputusan untuk melakukan transfer pricing,
khususnya perusahaan multinasional yang terdaftar di BEI.
Menambah referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
10
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Landasan Teori
1.
Teori Agensi (Agency Theory)
Penelitian ini dilandasi oleh teori agensi. Teori ini memegang peran
penting dalam praktik bisnis perusahaan. Teori agensi merupakan teori
yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara principal dan
agent. Principal sebagai pemegang saham sedangkan agent sebagai
manajer. Principal mengontrak agent untuk melakukan pengelolaan
sumber daya dalam perusahaan. Tujuan utama dari teori keagenan adalah
untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan
kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir
cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris (Belkaoui,
2007).
Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara
seseorang (atau lebih), seorang principal dan orang lainnya, seorang
agent, untuk memberikan jasa demi kepentingan principal termasuk
melibatkan pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan
kepada agent. Baik principal maupun agent diasumsikan untuk
termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri yaitu, untuk
11
memaksimalkan kegunaan subjek mereka dan juga untuk menyadari
kepentingan bersama mereka (Godfrey, 1994).
Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara principal dan
agent sulit tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan
(conflict of interest). Pemegang saham sebagai pihak principal
mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya
dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agent
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman,
maupun kontrak kompensasi. Manajer memiliki dorongan untuk memilih
dan menerapkan metode akuntansi yang dapat
memperlihatkan
kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal.
Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent dapat
menimbulkan permasalahan yang dikenal dengan asimetri informasi.
Adanya
asumsi
bahwa
individu-individu
bertindak
untuk
memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan
adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Akibat adanya
informasi yang tidak seimbang (asimetri informasi) ini, dapat
menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan karena adanya
kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakantindakan agent. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan
tersebut adalah:
12
a.
Moral Hazard
Yaitu permasalahan yang muncul jika agent tidak melaksanakan hal-
hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
b.
Adverse Selection
Yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui
apakah suatu keputusan yang diambil oleh agent benar-benar didasarkan
atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah
kelalaian dalam tugas.
Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini
menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik
oleh principal maupun agent. Jensen & Meckling (1976) membagi biaya
keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal
untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan
mengontrol perilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang
ditanggung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang
menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal.
Selanjutnya residual loss merupakan pengorbanan yang berupa
berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan
keputusan agent dan keputusan principal (Godfrey, 1994).
Agent (manajemen) yang diberikan wewenang oleh principal
(pemegang
saham)
mempunyai
tanggungjawab
agar
principal
13
mendapatkan keuntungan yang besar, yaitu salah satunya dengan
berkurangnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Pihak
manajemen tersebut terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi,
komisaris independen, dan lain-lain. Pihak manajemen tersebut yang
akan menjalankan wewenang dari pihak investor dan mengendalikan
perusahaan serta mengambil keputusan perusahaan.
2.
Transfer Pricing
a.
Definisi
Definisi transfer pricing menurut para ahli:
Horngren (2008): “Transfer price is the price one subunit
(department or division) charges for product or service supplied to
another subunit of the same organization.”
OECD (Organization for Economic Co-operation dan Development)
(2009), transfer pricing adalah: “Prices at which a company
undertakes any transactions with associated enterprises. When a
company transfer goods, intangible property or services to a related
company, the prices charged is defined as a transfer pricing.”
Gunadi: “Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan
sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan
teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dan
suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud
mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi,
menghindari pajak atau bea di suatu negara.” (Suandy, 2011)
Peraturan Dirjen Pajak PER - 32/PJ/2011: Penetapan harga atas
transaksi penyerahan barang berwujud, barang tidak berwujud, atau
penyediaan jasa antar pihak yang memiliki hubungan istimewa
(transaksi afiliasi).
Pengertian transfer pricing (harga transfer) dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pengertian yang bersifat netral dan bersifat
14
peyoratif−negatif. Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga
transfer adalah murni strategi dan taktik bisnis tanpa motif
pengurangan
beban
pajak.
Sedangkan
pengertian
peyoratif
mengasumsikan harga transfer sebagai upaya untuk menghemat
beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara
yang tarif pajaknya rendah (Suandy, 2011). Dapat simpulkan bahwa
transfer pricing adalah penentuan harga atas barang, jasa, ataupun
harta tak berwujud lainnya antara perusahaan yang berelasi atau
antar perusahaan yang memiliki hubungan istimewa.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 7 (Revisi 2012), pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa adalah bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan pihak lain, atau mempunyai pengaruh signifikan atas
pihak lain dalam mengambil keputusan. Transaksi antara pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah suatu pengalihan
sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa tanpa menghiraukan apakah suatu harga
diperhitungkan.
Tujuan
penetapan
transfer
pricing
adalah
untuk
mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen
atau
divisi-divisi
perusahaan
pada
waktu
mereka
saling
menggunakan barang dan jasa satu sama lain (Simamora, 1999
dalam Lingga, 2012). Menurut Suryana (2012), tujuan dilakukannya
15
transfer pricing, pertama untuk mengakali jumlah profit sehingga
pembayaran pajak dan pembagian dividen menjadi rendah. Kedua,
menggelembungkan profit
untuk
memoles
(window-dressing)
laporan keuangan.
Menurut Horngren, Datar dan Foster (2008) penetapan transfer
pricing seharusnya membantu mencapai strategi tujuan perusahaan
serta sesuai dengan struktur organisasi perusahaan. Secara khusus,
transfer pricing seharusnya mendukung kesesuaian tujuan dan
tingkat usaha manajemen puncak. Subunit yang menjual produk atau
jasa seharusnya dimotivasi untuk menurunkan biaya mereka; subunit
yang membeli produk atau jasa seharusnya dimotivasi untuk
memperoleh dan menggunakan input secara efisien. Transfer pricing
seharusnya juga membantu manajemen puncak mengevaluasi kinerja
dari subunit individual dan manajer mereka. Jika manajemen puncak
mendukung tingkat desentralisasi yang tinggi dalam pengambilan
keputusan, ini berarti manajer subunit yang ingin memaksimalkan
laba operasi dari sub unitnya seharusnya memiliki kebebasan untuk
melakukan transaksi dengan subunit lain dari perusahaan (atas dasar
harga transfer) atau untuk melakukan transaksi dengan pihak
eksternal.
16
b. Metode Transfer Pricing dan Penentuan Nilai Pasar Wajar
Horngren, Datar, dan Foster (2008) menjelaskan bahwa secara
umum ada 6 (enam) metode yang paling sering digunakan oleh
perusahaan, antara lain:
1.
Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer yang berdasarkan biaya kurang memuaskan
untuk perencanaan bisnis unit usaha, motivasi dan evaluasi
kerja. Oleh karena itu, diperkenalkan harga transfer dengan
basis harga pasar. Model dari bentuk ini berada pada harga pasar
yang berlaku (current-market price) dengan harga pasar
dikurangi diskon (market-price minus discount). Bentuk ini
dijadikan tolak ukur untuk menilai kemampuan kinerja
manajemen unit usaha karena hal ini menunjukkan kemampuan
produk untuk menghasilkan laba serta merangsang unit usaha
untuk bekerja secara bersaing. Bentuk ini dipakai apabila pasar
perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antar unit
usaha. Transfer barang atau jasa pada harga pasar secara umum
akan mengarah pada keputusan optimal apabila kondisi berikut
ini dipenuhi: a) harga untuk intermediate product secara
sempurna kompetitif, b) independensi antara sub unit adalah
minimal, c) tidak ada tambahan biaya atau manfaat untuk
perusahaan secara keseluruhan dari membeli atau menjual harga
17
pasar terbuka dibandingkan transaksi secara internal, d) suatu
pasar yang secara sempurna, kompetitif ada pada saat terdapat
suatu barang yang sama dengan harga beli sama dengan harga
jual dan tidak ada pembeli individual atau penjual dapat
mempengaruhi harga-harga tersebut. Dengan menggunakan
harga pasar dalam pasar yang secara sempurna kompetitif, suatu
perusahaan dapat mencapai tujuan congruence, dukungan
manajemen, evaluasi kinerja unit usaha, dan otonomi unit usaha.
2.
Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Adalah harga yang didasarkan pada biaya produksinya.
Biaya yang digunakan dalam harga transfer berdasarkan biaya
dapat merupakan biaya aktual (actual cost) atau biaya yang
dianggarkan (budget). Transfer berdasarkan biaya termasuk
suatu mark-up atau profit margin yang menggambarkan tingkat
pengembalian investasi suatu unit usaha: a) biaya variabel aktual
(actual variable costs), b) biaya tetap standar (standart variable
fixed), c) biaya tetap aktual (actual fixed costs), d) biaya total
standar (standard full costs), e) biaya rata-rata (average costs),
dan f) biaya total ditambah laba (full costs plus mark-up).
Penentuan harga transfer berdasarkan biaya dalam konsep ini
sederhana dan menghemat sumber daya karena informasi biaya
tersedia pada tingkat aktivitas.
18
3.
Berdasarkan Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Pemberian tingkat otoritas dan pengendalian laba per divisi
secara memadai menghendaki kemungkinan penentuan transfer
pricing berdasarkan negosiasi. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa kedua unit usaha mempunyai posisi tawar-menawar yang
sama, namun boleh jadi transfer pricing yang demikian akan
memakan waktu negosiasi, mengulang pemeriksaan serta revisi
transfer pricing.
4.
Berdasarkan Biaya Total (Full Cost Bases Transfer Prices)
Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menggunakan
transfer pricing berdasarkan full costs. Untuk menaksir suatu
harga mendekati harga pasarnya, transfer pricing berdasarkan
biaya kadang-kadang dibuat pada full costs plus suatu margin.
Transfer pricing ini kadang-kadang dapat mengarahkan pada
keputusan unit usaha.
5.
Harga Transfer Arbitrase (Arbitrary Transfer Prices)
Dalam
pendekatan
ini,
transfer
pricing
ditentukan
berdasarkan interaksi kedua unit usaha dan pada tingkat yang
dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan.
19
6.
Harga Transfer Ganda (Double Transfer Prices)
Transfer pricing ini digunakan untuk memenuhi disparitas
responsibilitas dari unit usaha perusahaan.
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) atau Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan
Ekonomi merupakan sebuah organisasi internasional dengan tiga
puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan
ekonomi pasar bebas yang dibentuk pada tahun 1960. Bidang yang
menangani perpajakan dalam OECD dilaksanakan oleh Committee
on Fiscal Affairs (CFA). Terkait transfer pricing, CFA melalui sub
grupnya yaitu Working Party No. 6 telah menerbitkan OECD
Transfer Pricing Guidelines (selanjutnya disebut dengan OECD
Guidelines) sebagai panduan bagi perusahaan multinasional dan
otoritas pajak dalam masalah transfer pricing. Dengan demikian,
OECD Guidelines ini dibuat dengan maksud untuk membantu (i)
otoritas pajak (tidak hanya terhadap negara-negara anggota saja,
tetapi juga negara-negara yang bukan anggota OECD) maupun (ii)
perusahaan multinasional dalam memberikan panduan tentang cara
penyelesaian
perselisihan
transfer
pricing
yang
saling
menguntungkan antara masing-masing otoritas pajak, dan antara
otoritas pajak dengan perusahaan multinasional (Darussalam dan
Septriadi, 2008).
20
Dalam menentukan harga pasar wajar (Arm’s Length) ada
beberapa metode yang dapat digunakan. Tujuan dari metode-metode
tersebut untuk memastikan bahwa transaksi yang terjadi antara
perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa telah
memenuhi harga pasar wajar secara konsisten. Menurut OECD
Guidelines, metode tersebut terbagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu:
1.
Pendekatan Tradisional
a.
Comparable uncontrolled price method (CUP) atau metode
harga pasar sebanding
Pada pendekatan ini, harga transaksi antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa dibandingkan dengan
harga wajar pada transaksi serupa yang terjadi antara pihakpihak yang sama sekali tidak berhubungan (berada pada
kondisi wajar (arm’s length)).
b.
Resale price method (RPM) atau metode harga jual minus
Pada resale price method, pedomannya adalah gross margin
yang diperoleh untuk transaksi serupa pada kondisi arm;s
length. Harga koreksian dihitung dari harga jual kembali
produk itu dikurangi dengan gross margin tadi.
21
c.
Cost plus method (CPM) atau metode harga pokok plus
Metode ini sama dengan resale price method, yaitu
menggunakan gross margin sebagai pedoman. Namun yang
menjadi dasar perhitungan adalah total biaya yang
dikeluarkan untuk membuat suatu produk.
2.
Pendekatan Transaksional
a.
Profit Split Method (PSM) atau metode pembagian laba
Metode ini dipergunakan ketika tidak terdapat data yang
dapat diperbandingkan. Dalam pendekatan metode profit
split ini, laba dari transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dapat diketahui dengan
cara melakukan analisis fungsi atas kegiatan usaha yang
dilakukannya.
b.
Transactional Net Margin Method (TNMM) atau metode
laba bersih transaksi
Pada pendekatan TNMM, laba bersih transaksi antara
pihak-pihak
yang
mempunyai
hubungan
istimewa
dibandingkan dengan satu dasar tertentu, misalnya jumlah
aktiva, biaya, atau total penjualan. Hasilnya kemudian
disandingkan dengan angka serupa tetapi yang diperoleh
22
dari harga dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa.
3.
Kepemilikan Asing
Isu Penanaman Modal Asing (PMA) dewasa ini semakin ramai
dibicarakan.
Hal
ini
mengingat,
bahwa
untuk
kelangsungan
pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan
untuk investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta
nasional. Keadaan ini yang makin mendorong untuk mengupayakan
semaksimal mungkin menarik penanaman modal asing ke Indonesia.
Pengertian Penanaman Modal Asing dalam UU Nomor 25 tahun 2007
pasal 1 ayat 3 adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Dengan adanya
penanaman modal asing tersebut maka akan timbul kepemilikan asing.
Kepemilikan asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing
(luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham
perusahaan di Indonesia. Kepemilikan asing dapat diukur sesuai dengan
proporsi saham biasa yang dimiliki oleh asing.
Para pemegang saham memiliki beberapa hak yang hanya terdapat
pada kepemilikan saham biasa, diantaranya adalah (Ross, Westerfield,
dan Jordan, 2008):
23
1.
Hak suara dalam pemilihan langsung dewan direksi perusahaan.
Jenis voting yang dapat dilakukan oleh pemegang saham ada
dua jenis yaitu cumulative voting dan straight voting.
Cumulative voting adalah prosedur dimana pemegang saham
dapat menggunakan seluruh hak voting-nya untuk memilih
hanya satu calon anggota dewan direksi perusahaan. Straight
voting adalah prosedur dimana pemegang saham menggunakan
seluruh hak voting-nya untuk masing-masing calon dewan
direksi perusahaan. Perbedaan efek kedua jenis voting tersebut
adalah pada pemegang saham minoritas. Cumulative voting
memperjelas peran pemilik saham minoritas, sedangkan straight
voting justru mengaburkan peran tersebut.
2.
Hak proxy voting dimana pemegang saham dapat memberikan
hak suaranya kepada pihak tertentu di dalam sebuah rapat
pemegang saham. Proxy sering terjadi pada pengambilan suara
di dalam perusahaan-perusahaan besar yang memiliki jutaan
lembar saham yang beredar.
3.
Hak mendapatkan dividen apabila perusahaan memutuskan
untuk membagi dividen pada periode tertentu.
4.
Hak ambil bagian dalam likuidasi aset perusahaan setelah
perusahaan memenuhi kewajibannya kepada pemegang obligasi.
24
5.
Hak suara dalam rapat pemegang saham luar biasa yang
menentukan masa depan perusahaan, misalnya merjer, akuisisi,
dan lain-lain.
6.
Hak memiliki saham yang baru diterbitkan oleh perusahaan.
Hak ini disebut sebagai prevemptive right.
Entitas asing yang memiliki saham sebesar 20% atau lebih sehingga
dianggap
memiliki
pengaruh
signifikan
dalam
mengendalikan
perusahaan bisa disebut sebagai pemegang saham pengendali asing.
Pemegang saham pengendali asing ini akan memungkinkan untuk
memerintahkan manajemen untuk melakukan apa yang ia inginkan yang
dapat menguntungkan dirinya.
4.
Ukuran Perusahaan
Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan
besar kecilnya suatu objek. Menurut Sawir (2004), ukuran perusahaan
dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir
setiap studi untuk alasan yang berbeda.
Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20
Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah. Peraturan tersebut
menjelaskan 4 (empat) jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari
jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Keempat jenis ukuran perusahaan tersebut antara lain:
25
a.
Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan
bersih ≤Rp 50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan
memiliki jumlah penjualan ≤Rp 300.000.000,-.
b.
Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan
bersih Rp50.000.000,- sampai Rp 500.000.000,- (tidak termasuk
tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp
300.000.000,- sampai dengan Rp 2.500.000.000,-.
c.
Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki
kekayaan bersih Rp 500.000.000,- sampai Rp 10.000.000.000,(tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah
penjualan Rp 2.500.000.000,- sampai dengan Rp 50.000.000.000,-.
d.
Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan
bersih ≥Rp 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan)
serta memiliki jumlah penjualan ≥Rp 50.000.000.000,-.
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya
ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total
penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Semakin besar aset maka semakin banyak modal yang
ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran
uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia
dikenal dalam masyarakat (Supriyanto dan Falikhatun, 2008).
26
Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total aset/aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan
operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak
manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di
perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding
dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jika
dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam
mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan dari sisi pemilik perusahaan, jumlah aset yang besar akan
menurunkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini akan digunakan total aset untuk mengukur
ukuran perusahaan karena nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan
penjualan. Total aset adalah segala sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari transaksi masa lalu dan diharapkan akan
memberi manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Perusahaan
besar
yang
telah
mencapai
tahap
kedewasaan
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibandingkan perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang
stabil biasanya tingkat kepastian untuk memperoleh laba sangat tinggi.
Sebalikny