PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Diajukan Oleh :

Arif Budianto F1305527 PROGRAM S1 AKUNTANSI NON REGULER FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

MOTTO

“Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-

lah kami mohon pertolongan.” (Q.S Al Fatihah : 5)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari

suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap.”

(Q.S Al Insyirah :5-8)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan kepada : · Bapak dan Ibu ku tercinta

· Adik-adikku tersayang · Sahabat-sahabat ku · Almamater ku

KATA PENGANTAR

Assalaamua’alaikum Wr.Wb. Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Keberhasilan penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Setulus hati penulis menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini :

1. Bapak Prof. DR. Bambang Sutopo, M.Com., Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah Memberikan ijin menyusun skripsi.

2. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Falikhatun, M.Si., Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Setianingtyas Honggowati, MM, Ak selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta kesabaran dalam manghadapi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu-ilmu teori maupun terapan.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Semoga budi baik yang telah Bapak, Ibu dan saudara berikan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat di masa sekarang dan yang akan datang.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, Maret 2010 Penulis

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran .....................................................................

22 Gambar IV.1 Uji Heteroskedastisitas.................................................................

36

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian Lampiran 2 Statistik Deskriptif Lampiran 3 Uji Normalitas Lampiran 4 Regresi

ABSTRAKSI PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Arif Budianto NIM: F.1305527

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda tahun 2006- 2008.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Periode penelitian tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1). kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dibuktikan dari koefisien regresi sebesar 1.373 dengan signifikansi sebesar 0.380. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Haruman (2008), 2). kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dari koefisien regresi sebesar 2.979 dengan signifikansi sebesar 0.008. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Chu (2005). 3). ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dari Hasil nilai t regresi yang menunjukkan koefisien regresi sebesar 2.96E-013 dengan signifikansi sebesar 0.001. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007).

Kata kunci : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, nilai perusahaan

ABSTRACT EFFECT OF MANAGERIAL OWNERSHIP, INSTITUTIONAL OWNERSHIP AND SIZE TO FIRM VALUE

Arif Budianto NIM: F.1305527

This study aims to examine the effect of managerial ownership, institutional ownership and size to firm value at the manufacturing companies that listed in Indonesia Stock Exchange in the period 2006-2008.

The population in this study is a manufacturing company on Indonesia Stock Exchange. The sampling is taken with purposive sampling methods. Data analysis was performed using multiple regression.

The results of this study indicate that: 1). managerial ownership had no significance influence on firm value. This can be proved from the regression coefficient of 1.373 with significance for 0.380. The results of this study do not support research Haruman (2008), 2). institutional ownership had positive significance influence on firm value. This can be proved from the regression coefficient of 2.979 with a significance of 0.008. The results of this study support the research of Chu (2005). 3). firm size had positive significance influence on firm value. This can be proved from the regression coefficient of 2.96E-013 with with a significance of 0.001. The results of this study support the research of Rachmawati and Triatmoko (2007).

Key Word : Managerial Ownership, Institution Ownership, Size, Firm Value

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat memberikan kemakmuran bagi pemilik atau para pemegang saham (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Jensen (1986) menyebutkan bahwa dalam akuntansi keuangan dikenal apa yang disebut dengan teori keagenan. Teori ini menjelaskan bahwa pemegang saham sebagai pemilik perusahaan (disebut prinsipal) mendelegasikan tugas dan wewenang kepada manajemen (disebut agen) untuk mengelola perusahaan. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan berada diluar perusahaan sehingga tidak dapat sepenuhnya mengawasi kinerja perusahaan. Manajemen berada dalam perusahaan sehingga lebih mengetahui akan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik keagenan yang disebabkan karena informasi yang tidak simetri antara manajemen dan pemegang saham.

Silveira and Barros (2007) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai apresiasi/penghargaan investor terhadap sebuah perusahaan. Nilai tersebut tercermin pada harga saham perusahaan. Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan price to book value. Investor yang menilai perusahaan memiliki

prospek yang baik di masa depan akan cenderung membeli saham perusahaan tersebut. Akibatnya permintaan saham yang tinggi menyebabkan harga saham meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga saham yang meningkat menunjukan bahwa investor memberikan nilai yang tinggi terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya harga saham pemegang saham akan mendapatkan keuntungan melalui capital gains. Aspek utama yang menyebabkan investor memberikan nilai lebih terhadap perusahaan adalah kinerja perusahaan yang tercermin dalam angka laba. Secaca umum investor menilai laba yang tinggi menunjukan prospek yang baik di masa depan.

Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Salah satu hal yang menentukan nilai perusahaan adalah struktur kepemilikan perusahaan. Menurut Haruman (2008), struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki. Pasar modal diharapkan akan bereaksi positif ketika perusahaan dikelola oleh manajemen yang kompeten dan berkualitas atau perusahaan dimiliki oleh pemegang saham yang memiliki citra dan kredibilitas yang baik. Aspek kontrol yang dimiliki oleh Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Salah satu hal yang menentukan nilai perusahaan adalah struktur kepemilikan perusahaan. Menurut Haruman (2008), struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki. Pasar modal diharapkan akan bereaksi positif ketika perusahaan dikelola oleh manajemen yang kompeten dan berkualitas atau perusahaan dimiliki oleh pemegang saham yang memiliki citra dan kredibilitas yang baik. Aspek kontrol yang dimiliki oleh

Clay (2002) menyebutkan bahwa aspek persebaran kepemilikan dalam perusahaan merupakan hal yang penting dalam keuangan perusahaan. Teori keagenan mencoba menjelaskan hubungan antara manajer dan pemilik perusahaan. Kepemilikan institusional merupakan wujud prinsipal yang diharapkan berperan dalam aspek pengawasan yang dapat mempengaruhi kebijakan pihak manajemen. Kepemilikan saham oleh pihak institusi lain memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan oleh pihak institusional akan berpengaruh terhadap aspek pengendalian perusahaan terutama berkaitan dengan perilaku manajer. Pemilik institusional memiliki hak suara dalam rapat pemegang saham sehingga memiliki peran yang penting dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan perusahaan, kebijakan karyawan dan pemberian insentif bagi manajer.

Haruman (2008) menyebutkan bahwa manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan tepat, mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan akan berdampak terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan-keputusan keuangan seperti Haruman (2008) menyebutkan bahwa manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan tepat, mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan akan berdampak terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan-keputusan keuangan seperti

Lebih lanjut Haruman (2008) menyatakan kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Apabila perusahaan salah di dalam pemilihan investasi, maka kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu dan hal ini tentunya akan mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Barkaitan dengan kebijakan dividen, Haruman (2008) berpendapat kebijakan dividen merupakan corporate action yang penting yang harus dilakukan perusahaan kebijakan tersebut dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham. Keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham ini akan menentukan kesejahteraan para pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja emiten atau perusahaan akan dianggap semakin baik pula dan pada akhirnya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik dianggap menguntungkan dan tentunya penilaian terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik pula. Dalam proses pencapaian tujuan memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul perbedaan kepentingan di antara manajer dan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Dengan demikian maka secara eksplisit dapat dinyatakan bahwa karakteristik yang umum pada suatu struktur kepemilikan perusahaan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan Lebih lanjut Haruman (2008) menyatakan kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Apabila perusahaan salah di dalam pemilihan investasi, maka kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu dan hal ini tentunya akan mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Barkaitan dengan kebijakan dividen, Haruman (2008) berpendapat kebijakan dividen merupakan corporate action yang penting yang harus dilakukan perusahaan kebijakan tersebut dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham. Keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham ini akan menentukan kesejahteraan para pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja emiten atau perusahaan akan dianggap semakin baik pula dan pada akhirnya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik dianggap menguntungkan dan tentunya penilaian terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik pula. Dalam proses pencapaian tujuan memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul perbedaan kepentingan di antara manajer dan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Dengan demikian maka secara eksplisit dapat dinyatakan bahwa karakteristik yang umum pada suatu struktur kepemilikan perusahaan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan

Wardhani (2006) menyebutkan apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh investor institusional maka pasar modal akan bereaksi positif karena kepemilikan oleh institusi dapat meningkatkan aspek pengawasan terhadap perusahaan. Namun, apabila struktur kepemilikan perusahaan dimiliki oleh dewan direksi atau dewan komisarisnya maka dewan tersebut justru akan cenderung melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkannya secara pribadi. Oleh karena itu dengan kepemilikan perusahaaan dimiliki oleh direksi maka akan semakin meningkat maka keputusan yang diambil oleh direksi akan lebih cenderung untuk menguntungkan dirinya dan secara keseluruhan akan merugikan perusahaan sehingga kemungkinan nilai perusahaan akan cenderung mengalami penurunan. Kepemilikan manajerial yang besar akan rawan terjadinya asimetri informasi yang dapat menyebabkan manajer melakukan tindakan yang tidak konservatif dengan cara membesar-besarkan laba untuk tujuan memberoleh bonus (Lafond dan Rouchowdhury, 2007).

Benson dan Davinson (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan akan meningkat apabila jumlah kepemilikan perusahaan akan semakin kecil. Apabila kepemilikan manajerial besar maka akan ada kecenderungan tindakan manajer yang oportunis. Hal ini terjadi karena manajer mencoba melakukan transfer kekayaan perusahaan kepada diri sendiri Benson dan Davinson (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan akan meningkat apabila jumlah kepemilikan perusahaan akan semakin kecil. Apabila kepemilikan manajerial besar maka akan ada kecenderungan tindakan manajer yang oportunis. Hal ini terjadi karena manajer mencoba melakukan transfer kekayaan perusahaan kepada diri sendiri

Soliha dan Taswan (2002) menunjukkan bahwa variabel size berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Perusahaan besar dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal. Kemudahan untuk mengakses ke pasar modal berarti perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana, karena kemudahan aksebilitas ke pasar modal dan kemampuannya untuk memunculkan dana lebih besar. Adanya kemudahan tersebut ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dan prospek yang baik sehingga size bisa memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan.

Rachmawati dan Triatmoko (2007) melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas laba dan nilai perusahaan. Dalam pemaparannya dijelaskan bahwa tujuan utama perusahaan, adalah meningkatkan nilai perusahaan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal harga saham yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Pasar saham akan bereaksi terhadap pengumuman yang bersifat Rachmawati dan Triatmoko (2007) melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas laba dan nilai perusahaan. Dalam pemaparannya dijelaskan bahwa tujuan utama perusahaan, adalah meningkatkan nilai perusahaan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal harga saham yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Pasar saham akan bereaksi terhadap pengumuman yang bersifat

Penelitian ini akan menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain penelitian Haruman (2008) menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan keuangan dan nilai perusahaan, sedangkan penelitian ini secara langsung menguji struktur kepemilikan perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan menambahkan variabel ukuran perusahaan dengan mengacu kepada penelitian Soliha dan Taswan (2002). Haruman (2008) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tahun 1995-2005, sedangkan penelitian ini masih menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel namun dengan perioda penelitian yang berbeda yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

2. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

3. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi serta dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan penelitian selanjutnya tentang nilai perusahaan.

2. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar investor untuk memahami beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.

3. Bagi Perusahaan Bagi perusahaan hendaknya dapat mengoptimalkan nilai perusahaan dengan cara pihak-pihak yang capabel dalam struktur kepemilikan perusahaan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab pertama merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penulisan penelitian. Selain itu dibahas juga tentang perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini membahas telaah literatur yang mendukung hipotesis dalam penelitian ini. Meliputi berbagai review penelitian terdahulu dan teori yang digunakan dalam menyusun hipotesis penelitian.

BAB III : Metoda Penelitian Bab ini membahas tentang populasi, sampel dan teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel dan metoda analisis data

BAB IV : Analisis dan Hasil Penelitian Bab ini membahas tentang analisis data, yang merupakan analisis penelitian yang membahas hasil pengumpulan data, pengolahan data, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis dan penjelasan dalam rangka menyusun kesimpulan.

BAB V : Kesimpulan Bab ini merupakan bagian terakhir dari laporan penelitian ini, yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan saran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Nilai Perusahaan

Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Nilai perusahaan dalam studi ini dibatasi pada nilai yang diberikan oleh pelaku pasar saham terhadap kinerja perusahaan. Nilai tersebut merupakan apresiasi pasar saham jika harga saham di atas nilai buku per lembar saham. Sebaliknya nilai tersebut merupakan depresiasi pasar saham jika harga saham di bawah nilai buku per lembar saham. Dalam studi ini ukuran nilai perusahaan menggunakan nilai pasar dalam bentuk harga saham terhadap nilai buku saham. Harga saham perusahaan merupakan reaksi pasar terhadap keseluruhan kondisi perusahaan sebagai cerminan nilai perusahaan yang diwujudkan dalam bentuk harga saham perusahaan.

Christiawan dan Tarigan (2004) menyatakan beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain: nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsik, nilai buku dan nilai likuidasi. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam

neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Sedangkan nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi Nilai likuidasi itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah diukurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi.

Christiawan dan Tarigan (2004) menyimpulkan bahwa konsep yang paling representatif untuk menentukan nilai perusahaan adalah pendekatan konsep nilai intrinsik. Tetapi memperkirakan nilai intrinsik sangat sulit, sebab untuk menentukannya orang membutuhkan kemampuan mengidentifikasi variabel- variabel signifikan yang menentukan keuntungan suatu perusahaan. Variabel itu berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Selain itu, penentuan nilai intrinsik juga memerlukan kemampuan memprediksi arah kecenderungan yang akan terjadi di kemudian hari. Karena itulah, maka nilai pasar digunakan dengan alasan kemudahan data juga didasarkan pada penilaian yang moderat.

Haruman (2008) menyatakan bahwa meningkatnya nilai perusahaan dapat menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya. Bagi investor yang tertarik untuk berinvestasi tentunya tingkat return atau keuntungan yang akan

diperoleh dari investasi yang ditanamkannya berupa capital gain dan dividen yang merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham. Dalam hal ini manajer harus memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagikan seluruhnya atau hanya sebagian yang dibagikan sebagai dividen dan sisanya ditahan perusahaan atau biasa disebut laba ditahan (retained earning). Pembagian dividen sebagian besar dipengaruhi oleh perilaku investor yang umumnya lebih memilih pembagian dividen yang tinggi sehingga mengakibatkan retained earning menjadi rendah. Dalam kondisi informasi yang tidak seimbang (Asymmetric Information), para manajer dapat menggunakan strategi dalam kebijakan dividen untuk menangkal isu-isu yang tidak diharapkan oleh perusahaan-perusahaan di masa yang akan datang.

Ngui et al. (2007) menyatakan bahwa komposisi struktur kepemilikan yang optimal akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Struktur kepemilikan diproksikan dengan kepemilikan oleh blockholder dan kepemilikan oleh insider. Struktur kepemilikan yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan yang menunjukkan investor memberikan penilaian yang tinggi terhadap peningkatan kinerja perusahaan.

B. Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan

Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan

oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manager dan institusional (Jensen, 1986). Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Hal tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan akan dapat menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, sehingga kinerja perusahaan semakin bagus (Jensen, 1986).

Christiawan dan Tarigan (2004) menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Adanya kepemilikan manajerial menjadi hal yang menarik jika dikaitkan dengan agency theory. Dalam kerangka agency theory, hubungan antara manajer dan pemegang saham digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut Christiawan dan Tarigan (2004) menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Adanya kepemilikan manajerial menjadi hal yang menarik jika dikaitkan dengan agency theory. Dalam kerangka agency theory, hubungan antara manajer dan pemegang saham digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut

Haruman (2008) menyatakan bahwa Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan, antara lain: (1) Kepemilikan sebagian kecil saham perusahaan oleh manajemen mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata; (2) Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan; (3) Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan dan (4) maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan perusahaan. Variabel institutional ownership memiliki pengaruh dengan arah hubungan positif. Tingginya kepemilikan oleh institutsi akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan yang tinggi ini akan meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang akan menurunkan nilai perusahaan.

Hasil penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) menunjukkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba yang diukur dengan discretionary Hasil penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) menunjukkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba yang diukur dengan discretionary

diakibatkan karena tindakan oportunistik yang dilakukan oleh para pemegang saham managerial. Kepemilikan managerial menginginkan pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan investasi perusahaanya, sehingga apabila kepemilikan manajerial tinggi maka akan cenderung pasar bereaksi negatif yang menyebabkan nilai perusahaan turun.

H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

C. Kepemilikan Institusional dan Nilai Perusahaan

Kepemilikan institusional berarti kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain. Kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang terbentuk institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain. Menurut Jensen (1986), kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga agency cost yang Kepemilikan institusional berarti kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain. Kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang terbentuk institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain. Menurut Jensen (1986), kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga agency cost yang

Wahyudi dan Pawestri (2006) mengungkapkan dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost, sehingga perusahaan akan menggunakan dividen yang rendah. Dengan adanya kontrol yang ketat, menyebabkan manajer menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan risiko kebangkrutan

Ujiyantho dan Pramuka (2007) melakukan penelitian tentang mekanisme corporate governance , manajemen keuangan dan nilai perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Busa Efek Jakarta 2002- 2004. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Pengujian secara parsial menunjukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (cash flow return on assets).

Silveira and Barros (2007) melakukan penelitian tentang kualitas corporate governance dan nilai perusahaan di Brazil. Penelitian dilakukan pada 154 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Brazil. Corporate governance dalam penelitian tersebut diukur dengan Governance Indeks Question (IGOV). Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q dan PBV. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas Corporate governance berpengaruh terhadap Tobin’s Q pada tingkat signifikansi 5% dan berpengaruh terhadap PBV pada tingkat signifikansi 1%.

Chu (2005) melakukan penelitian tentang kepemilikan institusional, kebijakan struktur modal dan nilai perusahaan. Pemegang saham institusional biasanya memiliki porsi kepemilikan yang besar dalam perusahaan. Sebagai pihak mayoritas pemegang saham institusional memiliki hak yang besar atas kendali perusahaan. Dengan pengendalian yang besar itu, kepemilikan institusional mampu mempengaruhi kebijakan keuangan perusahaan. Sehingga tetap dapat menjaga tujuan utama manajemen yaitu untuk meningkatkan nilai dan Chu (2005) melakukan penelitian tentang kepemilikan institusional, kebijakan struktur modal dan nilai perusahaan. Pemegang saham institusional biasanya memiliki porsi kepemilikan yang besar dalam perusahaan. Sebagai pihak mayoritas pemegang saham institusional memiliki hak yang besar atas kendali perusahaan. Dengan pengendalian yang besar itu, kepemilikan institusional mampu mempengaruhi kebijakan keuangan perusahaan. Sehingga tetap dapat menjaga tujuan utama manajemen yaitu untuk meningkatkan nilai dan

Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Ada dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings management . Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relatif dari laba Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Ada dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings management . Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relatif dari laba

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

D. Ukuran perusahaan dan Nilai Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Pada umumnya penelitian di Indonesia menggunakan total aktiva atau total penjualan sebagai proksi dari ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan berhubungan dengan resiko investasi yang dilakukan. Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil. Hal ini dapat menjadi sinyal positif bagi pasar dimana investor akan lebih suka berinvestasi pada perusahaan besar karena kondisi keuangan perusahaan yang lebih kuat dan kemampuan menghasilkan laba yang lebih baik. Perusahaan besar Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Pada umumnya penelitian di Indonesia menggunakan total aktiva atau total penjualan sebagai proksi dari ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan berhubungan dengan resiko investasi yang dilakukan. Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil. Hal ini dapat menjadi sinyal positif bagi pasar dimana investor akan lebih suka berinvestasi pada perusahaan besar karena kondisi keuangan perusahaan yang lebih kuat dan kemampuan menghasilkan laba yang lebih baik. Perusahaan besar

Mak dan Kusnadi (2002) melakukan penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan dengan memperhatikan beberapa faktor keuangan seperti size dan leverage. Dalam penelitian tersebut nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s Q sedangkan corporate governance diproksikan dengan menggunakan struktur kepemilikan, ukuran dewan komisaris dan komisaris independen. Penelitian dilakukan pada periode krisis keuangan asia tenggara pada tahun 1997 sampai tahun 1999. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara corporate governance terhadap nilai perusahaan. Selain itu hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa kepemilikan oleh manajer akan menurunkan nilai perusahaan, kepemilikan oleh outsider akan meningkatkan nilai perusahaan sedangkan ukuran perusahaan juga akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan.

Okada (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan di pasar saham. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan nilai buku penjualan perusahaan. Selain itu dibahas juga mengenai pengaruh kapitalisiasi pasar terhadap nilai perusahaan di Jepang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap penilaian perusahaan dari sampel 25 portofolio yang dibentuk dalam penelitian tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor ukuran Okada (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan di pasar saham. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan nilai buku penjualan perusahaan. Selain itu dibahas juga mengenai pengaruh kapitalisiasi pasar terhadap nilai perusahaan di Jepang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap penilaian perusahaan dari sampel 25 portofolio yang dibentuk dalam penelitian tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor ukuran

Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum. Sejumlah studi telah mengemukakan bahwa ukuran perusahaan akan berpengaruh pada kebijakan hutang perusahaan. Semakin besar perusahaan maka semakin banyak dana yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan. Salah satu sumbernya adalah hutang. Brigham (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber eksternal yang besar. Peningkatan hutang bisa meningkatkan nilai perusahaan.

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

E. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustakan dan pengembangan hipotesis di atas maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan

H 2 Nilai Institusional

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan.

BAB III METODA PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitan ini merupakan penelitian empiris yang bertujuan untuk menguji hipotesis (hyphothesis testing). Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.

B. Data, Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Data diambil dari laporan keungan yang dipublikasikan melalui website Bursa Efek Indonesia ( www.idx.co.id ). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Data dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling dengan kriteria :

1. Perusahaan manufaktur

2. Menerbitkan laporan keuangan dengan tanggal 31 Desember.

3. Tidak delisting selama tahun 2006-2008.

4. Menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang indonesia.

5. Memiliki data-data keuangan lengkap sesuai dengan kebutuhan penulis.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel dependen Variabel Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan.

didefinisikan sebagai apresiasi/penghargaan investor terhadap sebuah perusahaan. Nilai tersebut tercermin pada harga saham perusahaan. Investor yang menilai perusahaan memiliki prospek yang baik di masa depan akan cenderung membeli saham perusahaan tersebut. Akibatnya permintaan saham yang tinggi menyebabkan harga saham meningkat. Nilai perusahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan di hadapan investor. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan price to book value (PBV)

harga pasar per lembar saham

PBV = nilai buku per lembar saham

2. Variabel independen

a. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial menunjukkan prosentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen mengacu pada Wahyudi dan Pawestri (2006). Pihak manajemen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah direktur dan komisaris. Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diukur dengan prosentase kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris perusahaan.

b. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional diproksikan dengan prosentase kepemilikan saham oleh institusi lain diluar perusahaan mengacu pada Wahyudi dan Pawestri (2006). Apabila perusahaan dimiliki lebih dari satu institusi maka yang dimaksud dengan kepemilikan institusional adalah jumlah total prosentase lembar saham yang dimiliki oleh intitusi tersebut.

c. Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan total aktiva perusahaan mengacu pada penelitian Rahmawati dan Triatmoko (2007).

D. Analisis Data

1. Statistik Deskriptif Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji statistik umum yang berupa statistik deskriptif. Statistik deskriptif meliputi mean, minimum, maksimum serta standar deviasi yang bertujuan mengetahui distribusi data yang menjadi sampel penelitian

2. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas Data Menurut Ghozali (2005), uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal. Pengujian normalitas data a) Uji Normalitas Data Menurut Ghozali (2005), uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal. Pengujian normalitas data

b) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen yang lainnya sama dengan nol. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan value- inflating factor (VIF). Nilai yang umum dipakai adalah tolerance value 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10.