Pengaruh Padat Penebaran Dengan Ukuran Yang Berbeda Pada Sistem Pendederan Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Lele Clarias

PENGARUH PADAT PENEBARAN DENGAN UKURAN YANG
BERBEDA PADA SISTEM PENDEDERAN TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE Clarias sp.

ASEP AWALUDIN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh padat
penebaran dengan ukuran yang berbeda pada sistem pendederan terhadap kinerja
pertumbuhan benih ikan lele Clarias sp.” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Asep Awaludin
NIM C14110088

ABSTRAK

ASEP AWALUDIN. Pengaruh Padat Penebaran dengan Ukuran yang Berbeda
pada Sistem Pendederan terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Lele Clarias
sp. Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemeliharaan ikan lele pada
pendederan I dengan kepadatan dan ukuran tebar berbeda terhadap pertumbuhan
dan efisiensi pakan. Benih ikan lele umur 10 hari dikelompokkan terlebih dahulu
menjadi dua ukuran berbeda M (1,6-1,9 cm) dan S (1,4-1,5 cm). Benih tersebut
dipelihara dalam bak terpal ukuran 6x3x0,5 meter dengan ketinggian media hingga
40 cm. Ikan dipelihara selama 13 hari dengan padat tebar 1000 e/m2 dan 2000 e/m2
dengan dua ukuran tebar bebeda. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation.
Jenis pakan yang diberikan yaitu fengli dan PF 500. Pakan diberikan pada pukul
06.00, 16.00 dan 22.00 WIB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang

ditebar dengan ukuran M (besar) dengan kepadatan 1000 e/m2 memiliki
pertumbuhan dan efisiensi pakan yang lebih baik yang dicirikan dengan komposisi
ukuran panen mayoritas ukuran L (67,6 %) di akhir masa pemeliharaan.
Kata kunci : ikan lele, kepadatan, ukuran tebar, pertumbuhan, efisiensi pakan

ABSTRACT

ASEP AWALUDIN. Effect of Stocking Density with Different Sizes in Production
System on Growth Performance of Rearing Catfish Clarias sp. Supervisied by
DEDI JUSADI and MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI
This reserch was conducted to evaluate the rearing of juvenile Clarias with
different stocking density and the size of the growth and feed efficiency. Ten days
old fish were grouped in two different sizes M (1.6 to 1.9 cm) and S (1.4 to 1.5 cm).
The juvenil were stocked into 6x3x0,5 meters of tubs. The fishes were culture for
13 days at density of 1000 fish/m2 dan 2000 fish/m2 with different size. Feed given
at satiation at 06.00, 16.00 and 22.00. The results showed that fish stocked with size
M (big) with a density of 1000 e/m2 had the best growth performance and feed
efficiency, this group of fish had higher percentage of L size (67.6%).
Keyword: Clarias, density, size distribution, growth performance, feed efficiency


PENGARUH PADAT PENEBARAN DENGAN UKURAN YANG
BERBEDA PADA SISTEM PENDEDERAN TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE Clarias sp.

ASEP AWALUDIN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
Pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh Padat Penebaran dengan Ukuran yang
Berbeda pada Sistem Pendederan terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Lele
Clarias Sp.”.
Berbagai pihak telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Badrudin dan Ibu Eni Nuraeni yang selalu
memberikan cinta kasih dan mendo’akan untuk kebaikan anaknya, serta atas
motivasi dan moral yang sudah diajarkan.
2. Dr Dedi Jusadi selaku Pembimbing I, Dr Muhammad Agus Suprayudi selaku
Pembimbing II atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan
penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.
3. Dr. Alimuddin selaku dosen penguji tamu dan Ir. Dadang Shafrudin, M.Si
selaku dosen perwakilan Ketua Program Studi yang telah memberikan banyak
masukan pada penyelesaian skripsi ini.
4. Terima kasih pula kepada Pak Wasjan, Mba Retno, dan teman-teman Nutrisi 48
yang banyak membantu dalam penelitian ini.
5. Keluarga besar CSS Mora IPB dan Rambo Fish Farm, yang telah memberikan
bantuan, ilmu, semangat, motivasi, serta kenangan selama melaksanakan
penelitian hingga selesai.

6. Teman-teman dan sahabat seperjuangan BDP 48 yang tak bisa disebutkan satu
persatu namanya atas semangat, motivasi, kebersamaan dan kenangan.
7. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP 46, BDP 47, BDP 49, dan
BDP 50.
Semoga skripsi ini bermanfaat

Bogor, Juli 2015

Asep Awaludin

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................... 1
METODE ........................................................................................................ 2
Pemeliharaan Ikan .................................................................................... 2

Pemberian Pakan ...................................................................................... 2
Parameter penelitian ................................................................................. 3
Kelangsungan Hidup (%) ............................................................... 3
Efisiensi Pakan (%) ........................................................................ 3
Keseragaman Ukuran panen ........................................................... 3
Rasio Efisiensi Protein .................................................................... 4
Analisis Proksimat ................................................................................... 4
Analisa Data ............................................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 4
Hasil ......................................................................................................... 4
Pembahasan ............................................................................................. 6
KESIMPULAN ............................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 7
LAMPIRAN …................................................................................................ 9
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................15

vi

DAFTAR TABEL
1


Jumlah Konsumsi Pakan (JKP), Kelangsungan Hidup (KH), Protein Efisiensi
Rasio (PER), Efisiensi Pakan (EP) Pertumbuhan Relatif (PR) benih ikan setelah
didederkan selama 13 hari ..................................................................................... 4

2
3

Komposisi ukuran ikan di akhir masa pendederan ..................................... 5
Kualitas air media pemeliharaan ikan selama penelitian ...................................... 6

DAFTAR LAMPIRAN
1

ANOVA dan Uji Duncan dengan Statistical Analysis System (SAS) ......... 9

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Salah satu daerah yang menjadi sentra produksi ikan lele terbesar di
Indonesia adalah daerah Parung yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Daerah tersebut mempunyai lokasi yang berdekatan dengan pusat pasar domestik,
yaitu Jabodetabek yang membutuhkan pasokan ikan lele ukuran konsumsi sebesar
75-100 ton per hari (Ismanto 2009). Namun demikian tingginya permintaan ikan
lele ukuran konsumsi tidak diimbangi dengan ketersediaan benih. Produksi benih
dari pembenih di sekitar Bogor masih relatif rendah, tidak bisa memasok kebutuhan
pembudidaya di Parung. Menurut informasi dari kalangan pembudidaya ikan lele
di Parung, seringkali benih didatangkan dari luar jabodetabek, seperti Banjarnegara,
Indramayu, Cianjur dan Purwakarta.
Ketersediaan lahan di daerah Bogor juga sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan benih, para petani benih belum bisa memaksimalkan lahan seefisien
mungkin. Menurut informasi dari penjual pakan ikan di daerah Bogor padat
penebaran benih ikan lele dengan ukuran 1-2 cm pada sistem pendederan yang biasa
dilakukan adalah 1000 ekor/m2. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya yang dapat
memaksimalkan lahan yang ada dan meningkatkan produktivitas benih. Upaya
yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produktivitas benih yaitu dengan
meningkatkan padat penebaran. Akan tetapi peningkatan padat penebaran juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan, padat penebaran yang tinggi dapat
memperlambat pertumbuhan pada ikan. Padat penebaran yang tinggi akan

menurunkan kandungan oksigen terlarut sehingga pertumbuhan ikan menjadi
terganggu (Diana et al. 1989). Penurunan kandungan oksigen terlarut di dalam air
bisa diatasi dengan pemberian aerasi. Di sisi lain, ikan lele merupakan ikan yang
memiliki alat pernafasan tambahan, sehingga ikan dapat mengambil oksigen dari
udara ketika oksigen terlarut di dalam air berkurang (Widiayantara 2009). Padat
penebaran tinggi juga akan meningkatkan jumlah kotoran (baik dari sisa pakan,
feses maupun sisa metabolit ikan lainnya) di dalam kolam (Hengsawat 1997).
Selain itu padat tebar yang tinggi berpengaruh terhadap efisiensi pakan.
Peningkatan padat tebar akan menurunkan efisiensi pakan. Shafrudin et al. (2006)
menyebutkan bahwa pada setiap peningkatan padat tebar 400 e/m2 pada ikan lele
dengan ukuran 0,046±0,006 gram dan panjang 1,7±0.9 cm akan menurunkan
tingkat efisiensi pakan sebanyak 5%. Peningkatan padat penebaran juga akan
meningkatkan persaingan dalam memperoleh pakan. Namun, hal ini dapat diatasi
dengan peningkatan frekuensi pemberian pakan dan penyesuaian jumlah pakan
yang diberikan (Benedictus 2013). Dengan upaya-upaya tersebut di atas diduga
peningkatan padat tebar benih lele di tingkat pendederan masih bisa dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemeliharaan ikan lele pada
pendederan I dengan kepadatan dan ukuran tebar berbeda terhadap pertumbuhan
dan efisiensi pakan.


2

METODE
Pemeliharaan Ikan
Penelitian ini dilaksanakan di Rambo Fish Farm, Cibanteng Ciampea
Kabupaten Bogor. Di dalam penelitian ini ikan dipelihara dalam delapan bak
pendederan yang terbuat dari terpal dengan ukuran 6x3x0,5 meter dengan
ketinggian media hingga 40 cm. Sebelum digunakan, kolam terpal dicuci hingga
bersih kemudian diisi dengan air hingga ketinggian 30 cm. Setelah itu air
didesinfeksi dengan klorin dosis 30 mg/liter, diaerasi sebanyak enam titik, lalu
didiamkan selama tiga hari. Benih yang berumur 10 hari disortir terlebih dahulu
untuk memisahkan ukuran M (1,6-1,9 cm) dengan bobot rata-rata 0,07 gram dan
ukuran S (1,4-1,5 cm) dengan bobot rata-rata 0,05 gram. Larva ditebar ke dalam
setiap bak sesuai perlakuan. Perlakuan pertama ikan ditebar ukuran M dengan padat
tebar 1000 ekor/m2, perlakuan kedua ikan ditebar ukuran S dengan padat tebar 1000
ekor/m2, perlakuan ketiga ikan ditebar ukuran M dengan padat tebar 2000 ekor/m2,
dan perlakuan keempat ikan ditebar ukuran S dengan padat tebar 2000 ekor/m 2.
Ikan dipelihara selama 13 hari. Selama masa budidaya, pengelolaan kualitas air
dilakukan dengan cara penyifonan pada pagi hari ketika di dasar kolam terlihat

endapan sisa pakan dan ketika terdapat ikan mati. Pergantian air dilakukan secara
kondisional bergantung pada keadaan cuaca dan kondisi air di kolam pemeliharaan,
biasanya dilakukan pada pagi hari setelah dilakukan penyifonan. Air yang
digunakan yaitu air tandon yang sudah diendapkan terlebih dahulu. Pengecekan
suhu dilakukan setiap pagi dan sore, dengan maksud untuk mengetahui fluktuasi
suhu di kolam pemeliharaan. Selain suhu air harian, pH, oksigen terlarut, nitrit,
nitrat dan amonia diukur di awal dan di akhir penelitian. Di akhir penelitian, ikan
disortir dengan menggunakan alat sortir. Hasil sortiran dikelompokkan dalam
empat kelompok ukuran, kemudian dihitung jumlah masing-masing kelompok
ukuran tersebut untuk memperoleh nilai keseragaman ukuran.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan secara at satiation. Pakan diberikan sekitar
pukul 06.00, pukul 16.00 dan pukul 22.00 WIB. Pakan yang digunakan yaitu fengli
1 untuk pakan start awal pemeliharaan, kemudian setelah setiap 3 hari pemeliharaan
fengli 1 dicampurkan dengan pakan PF 500 dengan perbandingan 70:30, 50:50 dan
tiga hari terakhir pemeliharaan diberikan pakan dengan perbandingan 30:70.
pemberian pakan dinaikkan sesuai dengan pertumbuhan ikan yang dilihat dari
respons ikan terhadap pakan dan petumbuhan ikan yang dilihat secara visual. Pakan
PF 500 dan Fengli yang digunakan, masing-masing mengandung protein sebesar
27,58% dan 33,06%, dengan kadar air 13,23% dan 7,97%.
Parameter Penelitian
Parameter penelitian yang diamati adalah kelangsungan hidup, efisiensi
pakan (EP), keseragaman ukuran panen (S, M, L dan J), rasio efisiensi protein
(PER).

3

Efisiensi Pakan (%)
Menurut Tacon (1987), perhitungan efisiensi pemanfaatan pakan sebagai
berikut:
�� % =





Keterangan:
EPP = Efisiensi pemanfaatan pakan (%)
Wt
= Biomassa ikan uji pada akhir penelitian (g)
W0
= Biomassa ikan uji pada awal pemeliharaan (g)
F
= Jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian (g)
Keseragaman Ukuran Panen
Keseragaman ukuran panen dikelompokkan menjadi empat ukuran yaitu
ukuran S (kecil), M (sedang), L (besar), dan J (jumper). Pemilihan ukuran tersebut
didasarkan pada kebiasaan para pembudidaya menggunakan ukuran panen.
Parameter yang diukur meliputi panjang dan bobot ikan uji. Panjang diukur dengan
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm, sedangkan bobot diukur
menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Pengukuran
keseragaman dilakukan dengan alat sortir yang berbentuk keranjang yang
mempunyai diameter bebeda sesuai ukuran yang diinginkan.
Pertumbuhan Relatif
Pertumbuhan relatif dihitung menggunakan rumus Effendie (2002):
� =



Keterangan:
PR
= Pertumbuhan relatif
Lt
= Panjang rata-rata ikan pada waktu t (cm)
L0
= Panjang rata-rata ikan pada awal percobaan (cm)
Rasio Efisiensi Protein (%)
Perhitungan nilai rasio efisiensi protein menggunakan rumus Takeuchi
(1988)


=


��

Keterangan:
PER = Protein Efisiensi Rasio
Wt
= Biomassa ikan uji pada akhir penelitian (g)
W0
= Biomassa ikan uji pada awal penelitian (g)
Pi
= Bobot protein pakan yang dikonsumsi (g)
Analisis Proksimat

4

Analisis proksimat protein pakan dihitung dengan rumus :




% =

,

∗�



� ,

∗∗ �

Keterangan :
Vb
= Volume hasil titrasi (ml)
Vs
= Volume hasil titrasi sampel (ml)
S
= Bobot sampel (gram)
*
= Setiap ml 0.05 NaOH ekivalen dengan 0.0007 g nitrogen
**
= Faktor nitrogen



Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Faktorial RAL,
dengan dua faktor perlakuan yaitu kepadatan dan ukuran tebar. Pengolahan data
dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2013, dan dianalisis dengan
menggunakan SAS (Statistical Analysis System) vers 9.3. Rincian hasil analisis
statistik data disajikan pada Lampiran.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kinerja pertumbuhan benih lele selama pemeliharaan 13 hari disajikan pada
Tabel 1. Peningkatan padat tebar meningkatkan konsumi pakan. Padat tebar
meningkat dua kali lipat pada kedua ukuran ikan, namun peningkatan konsumsi
pakan tidak menjadi dua kali lipat besarnya untuk ukuran ikan tebar yang sama.
Ukuran tebar ikan tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan,
karena pada setiap kepadatan untuk ukuran tebar yang sama menghasilkan
kelangsungan hidup yang sama. Akan tetapi ukuran tebar berpengaruh nyata
terhadap kelangsungan hidup ikan, ukuran tebar M (besar) mempunyai persentase
kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran tebar S (kecil).
Di sisi lain, semakin tinggi padat tebar dan semakin kecil ukuran tebar
menyebabkan turunnya nilai protein efisiensi rasio (PER) serta nilai efisiensi pakan
(EP). Penurunan nilai protein efisiensi rasio (PER) dan efisiensi pakan (EP) sejalan
dengan penurunan pertumbuhan ikan.
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter Jumlah Konsumasi Pakan (JKP)
kelangsungan hidup (KH), protein efisiensi rasio (PER), efisiensi pakan
(EP) dan pertumbuhan relatif (PR) benih ikan setelah didederkan selama
13 hari

5

Padat
Tebar
e/m2

Kinerja Pertumbuhan

Ukuran
Tebar

Konsumsi pakan (g)

KH (%)

M

1450±0,00c

95,0±0,82a

3,12±0,08a

96,4±1,90a

206,4±2,10a

S

943±76,36

d

b

b

b

173,5±4,58b

M

2537±0,00a

89,2±2,55a

2,52±0,07c

78,3±2,76b

175,2±2,67b

S

1725±7,07b

67,3±1,51b

2,26±0,16b

67,6±5,38c

159,2±4,47c

1000
2000

74,8±0,28

PER (%)
2,26±0,08

EP (%)
70,4±18,6

PR (%)

Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda di belakang standar deviasi untuk setiap kolom yang
sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 95%.

Komposisi ukuran ikan panen ditampilkan pada Tabel 2. Komposisi ikan
panen berkorelasi dengan nilai pertumbuhan relatif (Tabel 1). Komposisi ukuran
ikan panen sangat dipengaruhi oleh ukuran tebar dan padat tebar ikan. Benih ikan
dengan ukuran tebar M (besar) yang ditebar dengan kepadatan 1000 e/m2 tumbuh
lebih cepat. Pada perlakuan ini, tidak ada ikan panen ukuran S serta mayoritas
ukuran panen masuk kategori L (67,6 %). Sedangkan peningkatan padat tebar
ukuran M (besar) menjadi 2000 e/m2 memperlambat pertumbuhan ikan, karena
pada perlakuan ini 17,2 % ikan panen masuk kategori S dan ikan ukuran L menurun
menjadi 43 %. Di sisi lain, penebaran ikan ukuran S (kecil) berpeluang untuk
meningkatkan jumlah ikan panen ukuran jumper (J), dan pada padat tebar yang
berbeda menghasilkan komposisi ukuran ikan yang sama.
Tabel 2. Komposisi ukuran ikan di akhir masa pendederan
Ukuran Tebar

M

S

M

S

Padat tebar (e/m2)

1000

1000

2000

2000

Ukuran Panen

Jumlah (%)

S

0±0c

M

32,2±0,86a

L

67,6±0,83a

J

0,2±0,03b

S

38,8±4,73a

M

35,9±3,94a

L

25,0±0,66c

J

0,3±0,13a

S

17,2±1,45b

M

39,7±5,32a

L

43,0±6,75b

J

0,2±0,03b

S

36,4±0,82a

M

36,6±0,40a

L

26,5±0,40c

J
0,5±0,03a
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda dibelakang standar deviasi untuk setiap ukuran panen
yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 95%. Ukuran ikan panen : (S: 1,5-1,9 cm, M:
2-2,7 cm, L: 2,8-3,1 cm, J: 3,2-5 cm.)

6

Data kualitas air selama pemeliharaan disajikan dalam Tabel 3. Kisaran nilai
oksigen terlarut, pH dan suhu relatif sama untuk semua perlakuan. Kisaran nilai
TAN dan nitrit yang diukur menunjukkan bahwa peningkatan padat tebar pada
ukuran yang sama meningkatkan kandungan kedua parameter tersebut.
Tabel 3. Kualitas air selama penelitian
Padat
Tebar e/m2
1000
2000

Ukuran
tebar
M

Suhu
(ºC)
28-31

TAN
(mg/L)
0,09-0,15

Nitrit

Nitrat

7,17- 7,41

DO
(mg/L)
6,7-6,9

0,24-0,32

0,22-0,42

S

7,13- 7,42

6,7-6,8

27-30

0,14-0,21

0,01-0,06

0,23-0,50

M

7,45- 7,60

6,7-6,9

28-31

0,30-0,45

0,30-0,79

0,36-0,69

S

7,55-7,88

6,7-6,9

28-30

0,14- 0,40

0,14-0,17

0,32-0,51

pH

Pembahasan
Kombinasi ukuran tebar ikan dan padat tebar berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan. Ikan yang ditebar dengan ukuran M (besar) lebih besar
ukurannya dari ukuran tebar S (kecil), sehingga dalam padat tebar yang sama, ikan
yang ditebar dengan ukuran M (besar) lebih cepat tumbuh dari pada ikan yang
ditebar dengan ukuran S (kecil) yang dicirikan dari data pertumbuhan relatif (Tabel
1) yang lebih besar dan komposisi ukuran ikan panen yang lebih didominasi oleh
ukuran yang lebih besar pula (Tabel 2). Peningkatan padat tebar menurunkan
pertumbuhan ikan (Hengsawat 1997). Peningkatan padat tebar berimplikasi pada
ketersediaan ruang gerak dalam media budidaya (Nieuwegiessen et al., 2008).
Namun, peningkatan padat tebar ikan dengan ukuran tebar M (besar) menjadi 2000
e/m2 masih menghasilkan pertumbuhan yang sama dengan ikan yang ditebar
dengan ukuran S (kecil) pada kepadatan 1000 e/m2. Hal ini menunjukkan bahwa
ukuran tebar ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan dan peningkatan padat
tebar menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat. Goddard (1996)
menyatakan bahwa dalam budidaya intensif ketersediaan oksigen merupakan faktor
pembatas, di mana oksigen digunakan ikan untuk metabolisme dan pertumbuhan.
Ketika ketersediaan oksigen dalam air dibawah batas optimum, maka proses
metabolisme dan pertumbuhan akan terganggu. Namun, di dalam penelitian ini,
kandungan oksigen terlarut di semua perlakuan relatif sama, sehingga bukan
menjadi faktor pembatas pertumbuhan ikan. Terhambatnya pertumbuhan ikan
diduga berkorelasi dengan penurunan mutu air akibat semakin tingginya kandungan
TAN dan nitrit yang mencapai 0,4 mg/L dan 0,79 mg/L. Peningkatan nilai TAN
dan nitrit diduga akibat ekskresi sisa metabolisme ikan yang meningkat akibat
konsumsi pakan yang meningkat pula. Dalam ukuran tebar yang sama, pada padat
penebaran rendah, nilai TAN dan nitrit rendah, sehingga pertumbuhan ikan yang
ditebar dengan ukuran M (besar) maupun S (kecil) berlangsung lebih cepat. Kaitan
rendahnya kadar TAN dan nitrit serta implikasinya pada pertumbuhan yang baik
dijelaskan oleh Datta (2012) bahwa lingkungan yang baik akan menyebabkan
metabolisme ikan berjalan dengan baik. Hal ini akan berimplikasi pada lebih
efisiennya pemanfaatan protein dari pakan yang dikonsumsi, sehingga nilai protein
efisiensi rasio (PER) tinggi dan nilai efisiensi pakan (EP) pun akan tinggi. Hal ini

7

akan menunjang jalannya petumbuhan yang cepat pada ikan, sesuai dengan
pendapat Lee (2011) bahwa efisiensi pakan yang tinggi menunjukkan bahwa
penggunaan pakan yang efisien artinya protein yang dirombak menjadi energi lebih
sedikit dan selebihnya digunakan untuk pertumbuhan.
Peningkatan kadar TAN dan nitrit dengan semakin meningkatnya pada
tebar tidak menyebabkan penurunan kelangsungan hidup ikan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada kadar tersebut, belum toksik pada ikan lele. Selain itu,
pada ikan lele sekresi amonia tidak hanya dikeluarkan dalam bentuk amonia saja
melainkan dalam bentuk urea. Menurut pernyataan Terjesen et al. (1997), pada
stadia larva ikan lele mengeluarkan amonia dalam bentuk urea 19-20% dan pada
lele dewasa 27-55%. Diduga ini yang menyebabkan ikan lele dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Ikan yang ditebar ukuran S (kecil) memiliki kelangsungan hidup yang lebih
rendah dari ikan tebar ukuran M (besar). Hal ini diduga dikarenakan ikan yang
ditebar dengan ukuran S (kecil) kurang kuat dan cenderung lambat dalam adaptasi
terhadap lingkungan. Menurut Kestemont et al. (2006) ikan yang memiliki ukuran
yang lebih besar mempunyai daya tuhan tubuh yang lebih kuat dibandingkan
dengan ikan ukuran kecil dan memiliki kemampuan kompetitif yang lebih cepat
dalam mencapai makanan, sehingga di awal masa budidaya lebih mudah adaptasi
terhadap lingkungan budidaya. Akibatnya ikan dengan ukuran tebar M (besar)
memiliki kelangsungan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran tebar S
(kecil).

KESIMPULAN
Peningkatan kepadatan ikan dari 1000 e/m2 menjadi 2000 e/m2 dengan
ukuran M (besar) dan S (kecil) menurunkan pertumbuhan ikan dan efisiensi pakan,
akan tetapi tidak menurunkan kelangsungan hidupnya. Ikan yang ditebar dengan
kategori M (besar) lebih cepat tumbuh daripada ikan yang ditebar ukuran S (kecil).
Ikan yang ditebar dengan kepadatan 1000 e/m2 memberikan pertumbuhan yang
terbaik.

DAFTAR PUSTAKA
Benedictus, J. 2013. Optimalisasi pertumbuhan pada pendederan ikan lele
sangkuriang Clarias sp. melalui pengaturan frekuensi pemberian pakan.
[Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Datta, S. 2013. Management of Water Quality in Intensive Aquaculture. CIFE,
Kolkata Centre
Diana, J. M. dan A.W Fast. 1989. The effects of water exchange rate and density
on yield of the walking catfish, Clarias fuscus. Aquaculture, 78 (1989) 267276.
Effendie, M.I. 2002. Biologi ikan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

8

Goddard, S. 1996. Feed management in intensive aquaculture. Chapman & Hall.
New York. 194 hal.
Hengsawat, K. 1997. the effect of stocking density on yield, growth and mortality
of african catfish (Clarias gariepinus) (Burchell 1822) cultured in cages.
Department of Fisheries, Khon Kaen Uniuersity, Khon Kaen, Thailand.
Elsevier Aquaculture: 152 (1997) 67-76.
Ismanto, N.F. 2009. Strategi pengembangan usaha budidaya ikan lele di daerah
Parung Kabupaten Bogor. [Ringkasan Eksekutif] Departemen Agribisnis
IPB.
Kestemont P, Jourdan S, Houbarta M, Charles M, Paspatis M, Fontaine P, Cuvier
A, Kentouri M, and Baras E. 2003. Size heterogeneity, cannibalism and
competition in cultured predatory fish larvae: biotic and abiotic influences.
Science direct Aquaculture 227 (2003) 333-356.
Lee, S.M. 2011. Effect of dietary starch level and kind on the growth and body
composition of juvenile olive flounder paralichthys olivaceus. Department of
Marine Bioscience and Technology, Gangneung-Wonju National University,
Gangneung 210-702, Korea.
Nieuwegiessen, VDFG, Annette S. Boerlage, Johan AJ, Verreth and Johan WS.
2008. Assessing the effects of a chronic stressor, stocking density, on welfare
indicators of juvenile African catfish, Clarias gariepinus Burchell.
Aquaculture and Fisheries Group, Wageningen University.
Shafrudin D, Yuniarti dan Setiawati M. 2006. Pengaruh kepadatan benih ikan lele
dumbo (Clarias sp.) terhadap produksi pada sistem budidaya dengan
pengendalian nitrogen melalui penambahan tepung terigu. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 5(2): 137-147
Tacon, A.G. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp-A
Traning Mannual. FAO of The United Nations, Brazil. pp. 106-109.
Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. In
Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the General
Aquaculture Course. Tokyo: Kanagawa internat. Fish. Training Center. p
179-229
Terjesen, B.F., J. Verreth and H.J. Fyhn. 1997. Urea and ammonia excretion by
embryos and larvae of the African catfish Clarias gariepinus (Burchell 1822).
Department of Fish Culture and Fisheries, Wageningen Agricultural
University. Netherlands: Fish Physiology and Biochemistry 16: 311-321
Widiyantara, G.B. 2009. Kinerja produksi pendederan lele sangkuriang (clarias sp.)
melalui penerapan teknologi pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Zonneveld, N., E.A. Huisman, dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta. 318 hlm.

9

LAMPIRAN
Lampiran 1 UJi ANOVA dan Uji Duncan dengan Statistical Analysis System
(SAS)
Uji ANOVA dan Uji Duncan Kelangsungan Hidup
 ANOVA
Class Level Information
Class

Levels

Values

F1

2

1000 2000

F2

2

MS

Dependent Variable: Respon
Mean
Square

Source

DF

Sum of Squares

Model

3

1.200.385.700

400.128.567

Error

4

91.783.100

22.945.775

Corrected Total

7

1.292.168.800

R-Square

Coeff Var

Root MSE

Respon Mean

0.928970

5.988.841

4.790.175

7.998.500

F Value

Pr > F

17.44

0.0092

Source

DF

Type I SS

Mean Square

F Value

Pr > F

F1

1

24.992.450

24.992.450

1.09

0.3556

F2

1

1.164.996.450

1.164.996.450

50.77

0.0021

F1*F2

1

10.396.800

10.396.800

0.45

0.5378



Uji Duncan
Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping

Mean

N

F1

Duncan Grouping

Mean

N

F2

A

81.753

4

1000

A

92.053

4

M

A

78.218

4

2000

B

67.918

4

S

Uji ANOVA dan Uji Duncan Rasio Efisiensi Protein
 ANOVA
Class Level Information
Class

Levels

Values

F1

2

1000 2000

F2

2

MS

Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

3

108.000.000

0.36000000

24.00

0.0051

Error

4

0.06000000

0.01500000

Corrected Total

7

114.000.000

R-Square

Coeff Var

Root MSE

respon Mean

10

0.947368



4.802.921

0.122474

2.550.000

Uji Duncan
Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping

Mean

N

F1

Duncan Grouping

Mean

N

F2

A

270.000

4

1000

A

285.000

4

M

B

240.000

4

2000

B

225.000

4

S

Uji ANOVA dan Uji Duncan Efisiensi Pakan
 ANOVA
Class Level Information
Class

Levels

Values

F1

2

1000 2000

F2

2

MS

Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

3

1.007.350.837

335.783.612

32.58

0.0029

Error

4

41.230.350

10.307.588

Corrected Total

7

1.048.581.187

R-Square

Coeff Var

Root MSE

respon Mean

0.960680

4.106.276

3.210.543

7.818.625

Source

DF

Type I SS

Mean Square

F Value

Pr > F

F1

1

2.191.371.125

2.191.371.125

21.26

0.0099

F2

1

6.721.611.125

6.721.611.125

65.21

0.0013

F1*F2

1

1.160.526.125

1.160.526.125

11.26

0.0284



Uji Duncan
Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping

F1

Duncan Grouping

A

Mean
83.420

N
4

1000

A

87.353

Mean

4

N

F2
M

B

72.953

4

2000

B

69.020

4

S

Uji ANOVA dan Uji Duncan Pertumbuhan Relatif
 ANOVA
Class Level Information
Class

Levels

Values

F1

2

1000 2000

F2

2

MS

Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

3

2.365.146.300

788.382.100

60.09

0.0009

Error

4

52.483.300

13.120.825

Corrected Total

7

2.417.629.600

R-Square

Coeff Var

Root MSE

Respon Mean

0.978291

2.027.464

3.622.268

1.786.600

11

Source

DF

Type I SS

Mean Square

F Value

Pr > F

F1

1

1.012.950.050

1.012.950.050

77.20

0.0009

F2

1

1.215.245.000

1.215.245.000

92.62

0.0007

F1*F2

1

136.951.250

136.951.250

10.44

0.0320



Uji Duncan
Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping

Mean

N

F1

Duncan Grouping

Mean

N

F2

A

189.913

4

1000

A

190.985

4

M

B

167.408

4

2000

B

166.335

4

S

Uji ANOVA dan Uji Duncan Jumlah Konsumsi Pakan
 ANOVA
Class Level Information
Class

Levels

Values

F1

2

1000 2000

F2

2

MS

Dependent Variable: Respon
Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

3

2.665.573.500

888.524.500

604.23

F

F1

1

1.765.320.500

1.765.320.500

1200.49

F

F1

1

0.00781250

0.00781250

1.64

0.2695

F2

1

0.10811250

0.10811250

22.70

0.0089

F1*F2

1

0.01901250

0.01901250

3.99

0.1164



Uji Duncan
Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping

Mean

N

F1

Duncan Grouping

Mean

N

F2

A

0.31500

4

2000

A

0.40000

4

S

A

0.25250

4

1000

B

0.16750

4

M

Ukuran L
 ANOVA
Class Level Information
Class

Levels

Values

F1

2

1000 2000

F2

2

MS

Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

3

2.350.421.650

783.473.883

66.99

0.0007

Error

4

46.779.500

11.694.875

Corrected Total

7

2.397.201.150

R-Square

Coeff Var

Root MSE

Respon Mean

0.980486

8.439.205

3.419.777

4.052.250

Source

DF

Type I SS

Mean Square

F Value

Pr > F

F1

1

264.730.050

264.730.050

22.64

0.0089

F2

1

1.744.041.800

1.744.041.800

149.13

0.0003

F1*F2

1

341.649.800

341.649.800

29.21

0.0057



Uji Duncan
Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping

Mean

N

F1

Duncan Grouping

Mean

N

F2

A

46.275

4

1000

A

55.288

4

M

B

34.770

4

2000

B

25.758

4

S

Ukuran M

13



ANOVA
Class Level Information
Class

Levels

Values

F1

2

1000 2000

F2

2

MS

Dependent Variable: Respon
Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

3

561.712.500

187.237.500

1.67

0.3087

Error

4

447.639.000

111.909.750

Corrected Total

7

1.009.351.500

R-Square

Coeff Var

Root MSE

Respon Mean

0.556508

9.268.661

3.345.291

3.609.250

Source

DF

Type I SS

Mean Square

F Value

Pr > F

F1

1

3.312.980.000

3.312.980.000

2.96

0.1604

F2

1

0.12500000

0.12500000

0.01

0.9209

F1*F2

1

2.291.645.000

2.291.645.000

2.05

0.2257



Uji Duncan
Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping

Mean

N

F1

Duncan Grouping

Mean

N

F2

A

38.128

4

2000

A

36.218

4

S

A

34.058

4

1000

A

35.968

4

M

Ukuran S
 ANOVA
Dependent Variable: Respon
Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

3

1.987.616.638

662.538.879

105.65

0.0003

Error

4

25.085.250

6.271.313

Corrected Total

7

2.012.701.888

R-Square

Coeff Var

Root MSE

Respon Mean

0.987537

1.084.036

2.504.259

2.310.125

Source

DF

Type I SS

Mean Square

F Value

Pr > F

F1

1

108.707.513

108.707.513

17.33

0.0141

F2

1

1.687.514.513

1.687.514.513

269.08

Dokumen yang terkait

PENGARUH PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI(Osphronemus gouramy)

0 6 2

Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele (Clarias batrachus Linn.)

0 4 105

Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) pada Pendederan Menggunakan Sistem Resirkulasi dengan Debit Air 22 L/menit/m³

0 6 68

Pengaruh Padat Penebaran tehadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dalarn Sistem Resirkulasi dengan Debit Air 33 lpm/m³

0 18 74

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo Clarias Sp. Pada Padat Penebaran 15, 20, 25, Dan 30 Ekor/Liter dalam Pendederan Secara Indoor dengan Sistem Resirkulasi

0 10 58

Evaluasi Kinerja Pendederan Ikan Lele Clarias sp. Ukuran 5 cm di dalam Sistem Resirkulasi pada Padat Penebaran dan Sumber Benih yang Berbeda

1 3 40

Kinerja Probiotik Bacillus Sp. Pada Pendederan Benih Ikan Lele (Clarias Sp.) Yang Diinfeksi Aeromonas Hydrophila

0 5 33

PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DENGAN PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA PADA WADAH RESIRKULASI African catfish (Clarias gariepinus) seed growth with different stocking density on recirculation container

0 0 7

PENGARUH PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO

0 0 8

PENGARUH PEMBERIAN VITERNA PLUS DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus)

0 0 11