Kajian Potensi collagen pada Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

KAJIAN POTENSI COLLAGEN PADA TERIPANG PASIR
(Holothuria scabra) DARI PULAU PRAMUKA
KEPULAUAN SERIBU

TEGAR HUTOMO PAMUNGKAS

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMUKELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Potensi Collagen pada
Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Tegar Hutomo Pamungkas
NIM C54080023

ABSTRAK
TEGAR HUTOMO PAMUNGKAS. Kajian Potensi Collagen pada Teripang Pasir
(Holothuria scabra) dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh
MUJIZAT KAWAROE dan BEGINER SUBHAN.
Holothuria scabra dikenal sebagai teripang pasir memiliki hasiat sebagai
bahan bio medicine, karena kandungan kolagen yang dimilikinya. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui kandungan kolagen dari teripang pasir dan
mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi larutan NaOH dan CH3COOH terhadap
rendemen kulit teripang pasir. Pemisahan dan analisis kolagen dilakukan dengan
metode larut asam dengan tiga kombinasi pelarut 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M . Hasil
rendemen kulit teripang pasir dari kombinasi pelarut CH3COOH dan NaOH 0,1 M
adalah 2,495 gr, sedangkan dari pelarut 0,2 M diperoleh 2,598 gr, dan 0,3 M
diperoleh 2,676 gr. Semua rendemen mengandung lima tipe protein kolagen yaitu

amida A, amida B, amida I, amida II, dan amidaIII. Rendemen teripang pasir dari
kombinasi pelarut 0,3 M menunjukan potensi kolagen yang tertinggi, berdasarkan
analisis GCMS.
Kata kunci: kolagen, kulit teripang pasir, protein, CH3COOH, NaOH.

ABSTRACT
TEGAR HUTOMO PAMUNGKAS. Learning of collagen potential from sand
seacucumber (Holothuria scabra) from Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Under
direction of MUJIZAT KAWAROE and BEGINER SUBHAN.
Holothuria scabra known as sea cucumber, has ingredients that is beneficial in
bio-medicine, because of the high insoluble collagen fibers in its body wall. The
purpose of this research was to explore about extracting insoluble collagen fibers
extracted from sea cucumber (Holothuria scabra), and to study the influence of
combined solution NaOH, CH3COOH to extract collagen yield. The combination of
NaOH soluble and CH3COOH soluble had on the body wall of sea cucumber.
Separation of skin by using acid methods with three combination of soluble 0,1 M,
0,2 M, and 0,3 M. The results from combination of soluble of these were 0,1 M
about 2,495 gr, 0,2 M about 2,598 gr, and 0,3 M about 2,676 gr. Among these three
results, we have 5 kinds of characteristic collagen protein. They were amide A,
amide B, amide I amide II, and amide III. Soluble skin from sea cucumber with 0,3

M concentration showed the highest potential of collagen as CGMS analysis.
Keywords: collagen, Holothuria scabra, protein, acetic acid, natrium hidroxide.

KAJIAN POTENSI COLLAGEN PADA TERIPANG PASIR
(Holothuria scabra) DARI PULAU PRAMUKA
KEPULAUAN SERIBU

TEGAR HUTOMO PAMUNGKAS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Kajian Potensi collagen pada Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Nama
: Tegar Hutomo Pamungkas
NIM
: C54080023

Disetujui oleh

Dr. Ir. Mujizat Kawaroe, M. Si
Pembimbing I

Beginer Subhan, S.Pi, M. Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 ini ialah Kajian
Potensi collagen pada Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari Kepulauan Seribu,
Pulau Pramuka.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Mujizat Kawaroe, M. Si dan
Bapak Beginer Subhan, S.Pi, M. Si selaku pembimbing, serta Ibu Dr Pipih Suptijah,
MBA selaku pembimbing lapang. Penghargaan penulis sampaikan kepada temanteman angakatan 45 ITK, kerabat-kerabat Marine Biology, dan para staf
laboratorium Biofarmaka. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
orang tua, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan pengembangan lebih
lanjut.

Bogor, Juli 2014


Tegar Hutomo Pamungkas

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Teripang
Biologi dan Morfologi Teripang
Reproduksi Teripang
Habitat Teripang
Kandungan Tubuh Teripang
Kolagen
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat
Bahan

Prosedur Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI TERIPANG PASIR
Kondisi Perairan Habitat Teripang
Hasil Rendemen
Grafik FT-IR
Bioprospeksi Teripang Pasir untuk Produksi Kolagen
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2

2
2
3
4
4
5
5
7
7
7
8
9
11
12
12
13
15
17
18
18

18
19
22
29

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Peralatan Penelitian
Hasil Pengamatan Kualitas Perairan Pulau Pramuka
Rendemen Teripang Pasir
Persentase Rendemen Teripng Pasir
Komposisi Kandungan Amida

7


13
14
14
20

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Teripang Pasir
Anatomi Bagian Dalam Teripang Pasir (Holothuria scabra)
Proses Kolagen Larut Asam
Grafik Kolagen Konsentrasi 0,1 M
Grafik Kolagen Konsentrasi 0,2 M
Grafik Kolagen Konsentrasi 0,3 M


3
4
10
15
16
16

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan Proses Pembuatan Kolagen Larut Asam
2. Perhitungan Presentase Rendemen
3. Dokumentasi Penelitian

24
27
28

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kolagen adalah protein yang berbentuk fibril atau serabut. dengan fungsi
fisiologis yang unik. Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan
pengikat putih yang hampir meliputi 30% dari total protein pada jaringan organ tubuh
vertebrata dan invertebrata. Kolagen merupakan bahan baku utama yang banyak
terdapat pada kulit, urat, pembuluh darah, tulang, dan tulang rawan. Serat kolagen
terdiri dari tiga rantai polipeptida yang saling berhubungan, yang masing-masing
tersusun dalam rantai heliks yang berputar (Steven, 2012). Molekul dasar pembentuk
kolagen disebut tropokolagen. Kolagen merupakan protein utama yang menyusun
komponen matrik ekstraseluler dan merupakan protein paling banyak ditemukan
didalam tubuh manusia. Kolagen terdiri atas triple helix dari tiga rantai α polipeptida
(Andirisnanti, 2012). Kolagen mengandung dua jenis turunan asam amino yang tidak
langsungdimasukan dalam proses translasi. Turunan tersebut berupa hidroksiprolin
(turunan prolin) dan hidroksilisin (turunan lisin) (Shoulders dan Raines, 2009).
Kolagen merupakan urat daging yang elastis berupa jaringan yang sebagian
besar terdapat pada kulit dan organ hewan termasuk ikan. Penambahan mineral pada
kolagen akan membentuk tulang dan gigi. Semua ini dapat terbentuk akibat proses
pemanjangan konektivitas dan komponen hingga dapat membentuk berbagai macam
fungsi sperti tendon, ligamen, dan kulit. Selain itu, kolagen juga banyak terdapat pada
kornea, tulang rawan, tulang kompak, pembuluh darah, dan juga usus. Hal tersebut
menjelaskan bahwa kolagen hanya terdapat pada makhluk hidup yang memiliki fungsi
fisiologis dalam pembentukan asam amino hingga kolagen yaitu manusia dan hewan.
Kolagen ini merupakan hal vital yang diperlukan manusia dan hewan dalam membetuk
rangka tubuh (Al Zahrani, 2013).
Sumber kolagen paling utama terdapat pada hewan. Hal ini dikarenakan hewan
dapat mensintetis protein pada bagian-bagian selnya. Seperti pada ribosom dengan
penerjemahan gen mRNA. Semua hewan dapat memproduksi hal tersebut. Hal ini
dikarenakan kolagen dan protein merupakan komponen bio kimia yang penting bagi
pertumbuhan, terutama dalam pembaharuan jaringan. Hewan-hewan tersebut dapat
berasal dari udara seperti burung, berasal dari air yaitu ikan, dan dari daratan yaitu
mamalia, reptilia, dan lain sebagainya. Sebagian besar kolagen terletak pada jaringan
dan bagian tubuh hewan yang aktif membelah seperti kulit dan tulang rawan. Kulit
merupakan bagian terpenting bagi makhluk hidup. Karena di daerah ini berfungsi
sebagai pelindung dan membentuk rangka tubuh. Bahan pembentuk utamanya adalah
protein kolagen. pada tulang rawan kolagen juga dihasilkan sebagai penyambung
rangka seperti tendon dan juga pembentuk rangka seperti bagian hidung.
Salah satu hewan yang mengandung kolagen adalah teripang, hewan yang
tergolong filum Echinodermata ini merupakan hewan aveterbrata yang hidup di daerah
lamun dan terumbu karang. Karakter utama teripang adalah bentuk tubuhnya
memanjang dan memiliki rangka di kulitnya yang mengandung zat kapur (Sendih,
2006). Teripang disebut juga sebagai ketimun laut atau sea cucumber hal ini karena
bentuk tubuhnya seperti ketimun. Teripang merupakan salah satu bahan makanan dari
laut yang memiliki banyak manfaat. Sebagai bahan pangan teripang memiliki kadar gizi
yang tinggi. Kandungan utama teripang adalah protein. Dalam keadaan kering teripang

2

mengandung protein sebesar 82% dengan kandungan asam amino yang lengkap.
Terdapat pula asam lemak tak jenuh seperti omega 3 dan omega 6.
Selain kandungan lemak dan protein, teripang memiliki kandungan
Mucopolysacarida yang berfungsi sebagai biomedis untuk mencegah gangguan
persendian, anti inflamasi,penuaan jaringan,dan menurunkan resiko atherosklerosis.
Banyak sekali jenis teripang yang ada di Indonesia. Diantaranya adalah teripang pasir
(Holothuria scabra). Teripang ini sudah mulai sulit didapat dalam habitat aslinya.
Banyak manfaat yang didapat dari kandungan gizi teripang pasir ini. Dengan kandungan
protein pada berat basah sebesar 76,64% yang dimana kandungan ini dapat
dimanfaatkan sebagai biomedis dengan mengetahui lebih dalam lagi tentang kandungan
kualitatif protein (kolagen) (Karlina et al,. 2011). Kolagen yang didapat dengan
ekstraksi asam merupakan bentuk tropokolagen (type I). Dengan mengetahui kandungan
tersebut secara garis besar kita dapat mengetahui apa fungsi dari kandungan tersebut
bagi kesehatan (biomedis) seperti tropokolagen digunakan sebagai membran tissue
sabun, shampo, lotion, pengobatan luka bakar. Selain itu terdapat pula kegunaan dalam
non-biomedical. Dalam proses kolagen larut asam ini menghasilkan pula produk
sampingan yaitu gelatin, keduanya dapat digunakan sebagai perekat bagi orang mesir
seperti kain. Lebih jauh lagi penggunaanya bisa digunakan sebagai pelindung anti air
dan perekat dinamakan “kolla” (Al Zahrani, 2013).
Kolagen merupakan bahan biokimia yang terkandung dalam tubuh hewan dan
manusia. Secara umum kolagen dapat dipisahkan dengan menggunakan metode
pemisahan rendemen dan pemisahan kolagen dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu
pemisahan dengan rendemen garam (salt-solublized), pemisahan dengan larutan asam
(acid-solublized), dan pemisahan dengan enzim pepsin (pepsin-solublized). Namun,
metode yang paling banyak dan mudah digunakan adalah metode larut asam (acidsolublized) (Al Zahrani, 2013).

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kandungan kolagen yang terdapat pada kulit teripang pasir (Holothuria
scabra).
2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan NaOH dan CH3COOH terhadap
hasil rendemen kulit teripang pasir.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Teripang
Teripang merupakan hewan laut yang berasal dari filum Echinodermata. Filum
ini, dibagi menjadi lima kelas yaitu: (1) Holothuridea, (2) Asteroidea, (3) Echinoidea,
(4) Ophiuroidea, dan (5) Crinoidea (Jassin,1992). Tubuh teripang memiliki bentuk
silindris yang menyerupai timun sehingga disebut timun laut (sea cucumber). Contoh
teripang yang digunakan adalah teripang pasir (Gambar 1). Berikut secara umum
klasifikasi penamamaan terupang pasir (Holothuria scabra) menurut (Arnold dan
Birthles, 1989) dan (Kamarudin et al,. 2010) yaitu:

3

Gambar 1. Teripang pasir.
Kingdom

: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Holothuroidea
Ordo
: Aspidochirotida
Famili
: Holothuriidae
Genus
: Holothuria
Spesies
:Holothuria scabra

Pada bagaian tubuhnya terdapat dua bagian utama yaitu sisi oral dan aboral. Sisi
oral merupakan bagian mulut yang dilengkapi dengan tangan seperti tentakel ini
sebenarnya merupakan modifikasi sistem kaki tabung yang ada pada teripang pasir
tersebut.
Biologi dan Morfologi Teripang
Teripang pasir atau disebut sebagai Holothuria scabra, memiliki bentuk tubuh
bulat dan panjang dengan permukaan yang kasar. Warna teripang ini adalah coklat pada
permukaan tubuh dengan bintik-bintik coklat tua, serta punggung yang berwarna abuabu. Hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh (Dewi et al,. 2008) bentuk tubuh
teripang pasir bulat meyerupai ketimun, warna coklat dengan punggung berwarna abuabu atau kehitaman dan berbintik-bintik. Panjang tubuh teripang sekitar 30 cm.
Teripang pasir memiliki dua bagian tubuh utama yaitu bagian mulut ke arah anus (oralaboral). Oral teridiri dari tentakel yang merupakan modifikasi kaki tabung yang
digunakan sebagai peraba. Tentakel ini terdiri dari 10 hingga 30 buah. Bagian peraba
atau mulut teripang terdapat pada bagian yang disebut anterior dan anal disebut juga
anterior. Hewan ini bergerak dengan sistem saluran air abulakral yang bekerja secra
hidrolik. Pusat pada saluran air tersebut adalah saluran cicin (calcareous ring) hal ini
yang mengatur tekanan hidrolik sehingga tentakel bisa digerakan (Hyman, 1955;
Nichols, 1966). Tentakel pada bagian mulut digunakan sebagai alat dalam mencari
makan yaitu dengan menangkap plankton dan menyedot pasir yang ada (Gambar 2).
Teripang memiliki endo skeleton yang disebut sebagai spikula. Hal ini berguna sebagai
pengidentifikasian jenis teripang yang ada. Spikula merupakan endoskeleton yang telah
tereduksi menjadi ukuran mikroskopis yang tertanam di lapisan dermis teripang.
Senyawa utama spikula adalah kalsium karbonat yang dapat larut dalam larutan asam
(Hyman, 1995).

4

Gambar 2. Anatomi bagian dalam teripang pasir (Holothuria scabra).
Keterangan CR = calcareus ring, BW = body wall, ST =
stomatch, G = gonad, RT = respiratory tree, RWV = radial water
vessel, DSI = descending small intestine, IN = intestine, CS =
cloacal suspensor, CL = cloaca.
Reproduksi Teripang
Teripang melakukan perkembang biakan dengan perkawinan eksternal. Induk
betina akan melakukan gerakan menggeliat dan pemanjangan tubuh, bersamaan dengan
itu teripang jantan akan melepaskan sperma dan selang waktu 30 menit induk betina
akan mengeluarkan se telur (Conand, 1989). Teripang merupakan hewan tergolong
diosious atau dengan alat kelamin yang berbeda pada pada masing masing individu.
Untuk membedakannya dapat dilakukan pembedahan pada gonad. Seekor induk betina
dapat mengeluarkan telur dengan jumlah 4-5 juta butir dengan ukuran 160-180 µm.
Telur yang telah dibuahi akan berkembang dalam waktu 32 jam setelah pembuahan.
Fase awal perkembang biakan teripang setelah telur adalah blastula, lalu kemudian
gastrula, berikutnya akan berkembang menjadi aurikularia. Aurikularia akan
berkembang berturut-turut menjadi doliolaria dan pentakula, hingga menjadi teripang
muda. Larva aurikularia dan dolaria bersifat planktonik, sedangkan pentakula mulai
mengendap dan menempel di substrat, yang kemudian menjadi benih teripang yang
bersifat bentik (Ghufran et al., 2010)
Habitat Teripang
Ekosistem terumbu karang dan padang lamun merupakan habitat utama teripang.
Teripang padaumumnya ditemukan di perairan laut dangkal, tetapi ada juga yang
ditemukan hingga kedalaman 10.000 meter (Purwati, 2002). Habitat teripang pada siang
hari bersembunyi di bawah atau celah karang (Aziz, 1987). Dari segi kondisi perairan
yang ideal bagi pertumbuhan dan kehidupan teripang adalah perairan yang bersih
deengan arus yang relatif tenang dengan suhu 28-31 oC dan salinitas 30-34‰ (Aziz,
1997) dan (Darsono, 2003).
Sumber utama makanan teripang adalah kandungan zat organik yang terdapat
dalam lumpur, detritus, dan plankton. Jenis makanan lain teripang adalah organisme
kecil, protozoa, alga filamen, rumput laut, dan potongan-potongan kecil hewan maupun
tumbuhan laut serta partikel-partikel pasir (Darsono, 2007).

5

Kandungan Tubuh Teripang
Teripang memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Dalam sebuah
penelitian (Fredalina et al, 1999) menyatakan kandungan nutri teripang basah, terdiri
dari 44-55% protein, 3-5% karbohidrat, dan 1,5% lemak. Teripang kering juga
mengandung protein sebesar 82 %, lemak 1,7 %, abu 8,6%, karbohidrat 4,8 %, vitamin
A 455 µg, dan vitamin B (thiamine 0,04%, riboflavin 0,07 %, dan niacin 0,4 %). Total
kalori dari 100 gram teripang kering sebesar 385 kalori. Kadar protein yang cukup besar
memberikan nilai gizi yang baik. Kandungan lemaknya mengandung asam lemak tidak
jenuh yang juga sangat diperlukan bagi kesehatan jantung dan otak. Asam lemak
tersebut adalah EPA, oleat, DHA, linoleat, dan arakidonat. Asam lemak linoleat, EPA,
dan DHA termasuk dalam golongan omega 3, sedangkan linolenat dan arakidonat
tergolong dalam omega 6. Selain asam lemak, teripang memiliki asam amino yang
terbagi atas asam amino esensial dan non-esensial. Teripang pasir memiliki asam amino
esensial glisin yang paling tinggi sebesar 8,09 mg (Wang, 1997 dalam Ghufran, 2010).
Menurut (Ghufran et al, 2010) selain teripang mengandung protein yang tinggi,
teripang juga mengandung kolagen dari 86 % protein teripang, 80 % adalah kolagen.
Kolagen merupakan zat yang berasal dari protein dan berbentuk serat. Kolagen sering
digunakan sebagai bio-medis. Kolagen berfungsi sebagai pengikat jaringan dalam
pertumbuhan tulang dan sendi. Kandungan yang paling terkenal adalah kandungan
mukopolisakarida atau kondrotin sulfat dan glukosamin. Zat tersebut mampu
mengurangi rasa sakit akibat radang sendi. Kondrotin sufat disebut juga sebagai sea
chondrotin. Di Australia bio-medis zat ini digunakan oleh penderita arthritis. Selain itu
kondrotin juga dapat digunakan sebagai penghambat perkembangan virus. Jepang telah
mematenkan kondrotin sulfat dalam teripang untuk terapi HIV (Siregar, 2012).
Kolagen
Kolagen adalah protein serabut yang memberikan kekuatan dan fleksibelitas
pada jaringan dan tulang, memegang peranan penting bagi kulit dan tendon
(Andirisnanti, 2012). Kolagen merupakan protein utama yang menyusun komponen
matrik ekstraseluler dan merupakan protein yang paling banyak ditemukan di dalam
tubuh manusia. Kolagen tersusun atas triple helix dari tiga rantai α polipeptida. Setiap
rantai protein dari triple helix kolagen dengan urutan XaaYaaGly. Glisin (Gly) selalu
menempati posisi ketiga dan Xaa serta Yaa masing-masing dapat berupa semua jenis
asam amino. Umumnya, posisi Xaa dan Yaa masing-masing ditempati oleh asam amino
prolin (Pro, 28%) dan hidroksiprolin (Hyp, 38%). ProHypGly merupakan rantai protein
yang paling sering muncul pada kolagen (10,5 %) (Shoulders dan Raines, 2009).
Terdapat 19 jenis kolagen dimana jenis I, III, dan V khusus untuk kulit. Kolagen
tipe I, II, III merupakan kolagen interstisiil atau kolagen fibriler yang merupakan jumlah
paling banyak. Fibriler merupakan penggolongan bentuk dari protein menurut
(Riswiyanto, 2009) protein dibagi menjadi dua kelas besar yaitu fibrous protein
(serabut) yang tidak larut dalam air dan globular protein (berbentuk bulat) larut dalam
air, asam, dan basa. Molekul fibrous biasanya panjang seperti benang dan merentang
satu dengan yang lainnya membentuk fiber (serat), molekul ini membentuk banyak
ikatan hidrogen sehingga menghasilkan gaya intermolekul yang sangat kuat. Molekul
dari protein globular terdiri dari ikatan peptida yang kompak dan berlipat membentuk

6

bulatan. Lipatan ini terdiri dari dua sisi yaitu hidrofilik yang menghadap kedalam dan
menjauhi air dan hidrofilik yang menghadap ke air. Contoh dari protein ini adalah
kolagen.
Kolagen disintesa oleh fibroblast dan diatur oleh sejumlah β-1 mRNA dengan
kolagen α-1mRNA dan konsentrasi IL I sehingga akan merangsang produksi kolagen I
oleh fibroblas (Shoulders dan Raines, 2009). Kolagen tipe I yang terdiri dari tiga rantai
α polipeptida. Dua rantai α polipeptida disebut tipe I dan rantai α polipeptida yang
ketiga adalah tipe 2 ( α1[I]2 α[I] ). Kolagen tipe I paling banyak terdapat pada tubuh
bagian lunak seperti kulit dan tendon maupun bagian tubuh yang keras seperti tulang
dan gigi serta jaringan penghubung. Kolagen tipe II yang terdiri dari tiga rantai α
polipeptida (α1[II]3) adalah kolagen yang banyak terdapat pada tulang kartilago.
Kolagen tipe III juga terdiri dari tiga rantai α polipeptida 1 (α1[III]3) bayak terdapat
pada pembuluh darah.
Seperti yang diketahui fibroblas merupakan tipe sel utama untuk mesitesis
kolagen. Biosintesis kolagen dimulai dari sintesis intraseluler pada nukleus dimana gengen diaktifkan dan terjadi pembentukan mRNA. Selanjutnya, mRNA masuk kedalam
sitoplasma dan diterjemahkan pada ribosom di retikulum endopalasma dan secara
simultan terjadi sintesis rantai polipeptida triple (Banks, 1991) dan (Shoulders dan
Raines, 2009). Biosintesis kolagen terjadi terus menerus untuk mengganti dan
memperbaiki jaringan kolagen yang rusak atau membangun struktur selular baru.
Beberapa sinyal yang mempengaruhi sintesis kolagen adalah faktor pertumbuhan,
nutrisi, tekanan parsial oksigen, dan konsentrasi laktat (Shoulders dan Raines, 2009).
Metode yang digunakan dalam ektraksi kolagen adalah metode larut asam.
Metode ini dipilih dikarenakan telah banyak digunakan dan mudah untuk di pelajari
(Ward dan Courts, 1997). Metode larut asam menggunakan prisip pelarutan asam dan
basa dalam memperoleh kolagen murni. Terdapat dua tahapan besar dalam melakukan
metode ini yaitu perendaman dan analisis spektofotometri FT-IR. Perendaman atau
rendemen menggunakan larutan basa dan asam. Basa yang digunakan adalah larutan
natrium hidroksida (NaOH). Rendemen ini mampu melepaskan lapisan lemak (lipid)
yang tidak diperlukan pada kulit (Kimball, 1982). Selain itu NaOH menurut (Katili et
al., 2013) merupakan larutan yang paling efektif dam ekonomis. Rendemen yang
berikutnya adalah larutan asam dengan menggunakan asam asetat (CH3COOH). Hal ini
dilakukan karena nilai rendemen asam asetat terhadap rantai peptida jauh lebih besar
dibandingkan dengan yang larutan asam yang lain (Liu et al., 2001). Larutan asam akan
melarutkan kandungan kalsium yang terpendam dalam kulit teripang (Abbas et al,
2001) serta berpengaruh terhadap komponen kolagen dengan memutuskan rantai tripel
helix pada kolagen hingga menjadi untaian tunggal (Gallagher, 2014).
Analisis Fourier Transform Infrared (FT-IR) menggunakan prinsip bilangan
gelombang terhadap gugus fungsi kolagen. Metode ini telah banyak digunakan untuk
mengetahui ikatan silang kolagen, denaturasi kolagen, serta daya tahan kolagen
terhadap panas (Muyonga et al., 2004). Satuan yang digunakan dalam metode ini adalah
(cm-1). Metode ini akan menghasilkan grafik yang menunjukan nilai kolagen yang
terkandung secara kualitatif.

7

METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai September 2013 bertempat di
Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Laboratorium ini digunakan sebagai
tempat uji Potensi kolagen pada teripang Hollothuria scabra. Pengambilan teripang
dilakukan pada bulan Juli 2013 di Pulau Pramuka, Kep. Seribu, Jakarta.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis peralatan yaitu
peralatan pengambilan sampel di lapang yang digunakan untuk pengujian parameter
fisik, kimia dan peralatan pengujian sampel di laboratorium yang digunakan untuk
menguji potensi kolagen teripang pasir (Holothuria scabra). Alat yang digunakan pada
penelitian ditunjukan pada Lampiran 1 dan 2. Alat yang digunakan di lapangan untuk
pengambilan parameter fisik dan kimia disajikan pada Tabel 1. Pengujian potensi
kolagen memerlukan alat-alat yang digunakan di laboratorium Pusat Penelitian
Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Perlatan tersebut ditabulasikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Peralatan penelitian.
Nama
Kegunaan
Termometer
suhu, in situ
Refraktometer
salinitas, insitu
pH Universal
pH, in situ
Bola ping pong dan
arus, in situ
stop watch
papan skala
kedalaman, in situ
sechi disk
kecerahan, in situ
plastik wrap
biota asosiasi, in situ
digunakan untuk perendaman
Gelas beeker
sampel dan pemanasan

Satuan
o
C
ppt
met/det
cm
%
-

tabung reaksi

digunakan untuk pengujian biuret

-

pipet morph

digunakan untuk pengujian biuret

-

pipet tetes

digunakan untuk
bahan kimia

-

cawan

digunakan untuk penempatan
sampel hasil perendaman

gelas arloji

digunakan untuk penimbangan
sampel

sudip

digunakan sebagai pengaduk

pengambilan

-

8

Lanjutan tabel 1
Ketas pH Universal
kassa penyaring

digunakan sebagai pengukuran
pH.
digunakan untuk menyaring hasil
rendaman

kertas alumunium

digunakan
untuk
penutup
rendemen saat dilakukan stirer

megnetik stirer

digunakan sebagai pengaduk pada
mesin stirer

timbangan digital

dugunakan untuk menimbang
sampel dan hasil rendemen

vortex
stirer
pemanas
Neraca analitik
Pump
Mortar dan alu
Spektofotometer FTIR

digunakan untuk uji biuret
digunakan sebagai pengaduk
sampel
digunakan sebagai pemanasan
collagen
digunakan sebagai penimbangan
pellet
digunakan sebagai pembuatan
pellet
digunakan sebagai wadah dan
penghalus pelet
digunakan
sebagai
analisis
kolagen

-

Bahan
Bahan utama yang digunakan yaitu teripang pasir (Hollothuria scabra) yang
diambil di perairan pulau Pramuka, Jakarta. Bahan kimia dalam pembuatan larutan
rendemen yaitu natrium hidroksida (NaOH) dengan tiga perbedaan konsentrasi yaitu :
(1) 0,1M, (2) 0,2M, (3) 0,3M dan asam asetat (CH3COOH) dengan tiga perbedaan
konsentrasi yaitu: (1) 0,1M, (2) 0,2M, (3) 0,3M, biuret (NH2CONHCONH2), kalium
bromida (KBr), asam benzoat, air mineral.

9

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitan yang pertama dilakukan adalah pembuangan isi dari perut
teripang pasir (Gambar 3). Pembuangan isi perut dilakukan dengan menyayat bagian
bawah perut teripang pasir secara horizontal dengan menggunakan pisau (Lampiran 3).
Setelah pembersihan dilakukan penyiangan bagian kulit dengan memotong-motong
bagian kulit berukuran (5x5) cm2. Setelah semua bagian kulit telah terpotong,
selanjutnya dilakukan penimbangan yang terbagi menjadi tiga bagian, masing-masing
bagian seberat 100 gr.
Berikutnya adalah tahapan deproteinase. Tahapan ini bertujuan menghilangkan
protein yang tidak terpakai pada kulit teripang pasir. Tahapan ini dimulai dari
pemberian bahan kimia yaitu natrium hidroksida (NaOH) dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu 0,1 M, 0,2 M, 0,3 M. Perendaman ini dibantu dengan menggunakan
peralatan stirer yang dilakukan selama 12 jam. Pengadukan ini ditujukan untuk
melarutkan protein-protein yang ada pada kulit teripang pasir. Selanjutnya dilakukan uji
biuret. Uji ini ditujukan untuk menguji kandungan protein secara kualitatif dengan
cairan biuret (NH2CONHCONH2). Indikator pewarnaan didapati berhasil dengan warna
biru yang berganti menjadi warna bening. Selanjutnya pencucian (destilasi) untuk
mengembalikan pH kulit teripang pasir hingga menjadi netral.
Tahapan ketiga adalah demineralisasi. Tahapan ini membutuhkan asam asetat
sebagai bahan kimia utama dalam peroses demineralisasi. Hasil berat perendaman
setelah natrium hidroksida, dilanjutkan diberi perlakukan dengan perendaman asam
asetat. Konsentrasi asam asetat dibuat menjadi 3 konsentrasi yaitu 0,1 M, 0,2 M, 0,3 M.
Perendaman dilakukan dengan menggunakan stirer selama 24 jam pada masing-masing
konsentrasi. Setelah perendaman, kulit dibilas sampai netral dengan menggunakan air
dingin suhu 12 oC.
Tahapan terakhir adalah dekolagenase (ektraksi). Pertama dilakukan penyimpanan
kulit pada freezer dan dilakukan tahapan perebusan. Perebusan menggunakan suhu 3537 oC. Dengan penambahan air mineral pada sampel sebesar dua kali berat sampel.
Perebusan dilakukan selama 1-2 jam lamanya. Tahapan perebusan dikatakan selesai
apabila terlihat untaian benang pada cairan. Berikutnya pemisahan kolagen cair dengan
ampasnya, simpan pada pendingin. Setelah penyimpanan dilakukan pengeringan hingga
menjadi bubuk (kolagen larut asam), dan dilakukan penimbangan. Berat ini akan
menjadi berat akhir rendemen. berikutnya dilakukan analisis kualitatif dengan
menggunakan FT-IR.

10
Teripang pasir

Penyiangan kulit
Pembuangan isi perut
Daging teripang pasir

Pengirisan 5x5 cm

penimbangan

100 gr

100 gr

100 gr
Deproteinase

Natrium hidroksida
NaOH0,1M
0,1 M

Natrium
NaOH
hidroksida
0,2 M 0,2M NaOH
Ntrium
0,3 M
hidroksida 0,3M
Uji Biuret

ISOLASI TAHAP I
Demineralisasi
Asam
CH3COOH
asetat 0,1
0,1M
M

Asam
CH3COOH
asetat0,2M
0,2M

Asam
CH3COOH
asetat0,3M
0,3M

ISOLASI TAHAP II

Dekolagenase
Ekstraksi (perebusan)

Freezedrying
Analisis FT-IR
Keterangan:
------------ penggolongan proses
Alur proses

Gambar 3. Proses Isolasi kolagen larut asam

11

Analisis Data
Perhitungan Konsentrasi natrium hidroksida (NaOH), (Mulyono, 2006)
Nilai perhitungan konsentrasi larutan natrium hidroksida digunakan dengan berat awal
kulit teripang (100 gram).

Keterangan: M
Gr
Be
V

= Molaritas bahan kimia (mol)
= berat bahan kimia (gram)
= berat equivalen
= volume larutan yang digunakamn (Liter)

Perhitungan konsentrasi asam asetat (CH3COOH)
Nilai perhitungan konsentrasi larutan asam asetat menggunakan berat rendemen dari
hasil perlakuan larutan natrium hidroksida (NaOH).

Keterangan: M = Molaritas bahan kimia (mol)
Gr = berat bahan kimia (gram)
BM = berat molekul
V = volume larutan yang digunakamn (Liter)

Perhitungan penggunaan larutan biuret (NH2CONHCONH2)
Penggunaan larutan biuret menggunakan perbandingan 4:1.

Perhitungan penggunaan air dalam perebusan kolagen.
Perbandingan penggunaan air dalam proses perebusan.
Penggunaan air = Bobot rendemen : berat air

Perhitungan Total Bobot Rendemen (Nurhayati et al., 2009)
Bobot total rendemen dapat dihitung dengan formula,

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Perairan Habitat Teripang
Teripang pasir diambil pada perairan pesisir pantai bagian timur pulau pramuka.
Pengambilan di lakukan pada siang hari. Kedalaman perairan tempat pengambilan
sampel 1,5 meter. Dengan keadaan arus yang tenang yaitu 22,3 m/s berdasarkan
pengamatan langsung. Suhu perairan tersebut sebesar 30 oC dengan tingkat kecerahan
100%. Menurut (Effendi, 2003) pada suhu 5 – 35 0C akan meningkatkan tingkat
dekomposisis dan kosnsumsi oksigen menjadi dua kali lipat. Hal ini sangat
mempengaruhi lingkungan teripang pasir. Karakter substrat pada tempat pengambilan
sampel adalah pasir kasar. Ada beberapa rabel yang tesebar di tempat tersebut dengan
ditumbuhi lumut. Asosiasi lingkungan disekitar pengambilaan teripang pasir dominan
pasir dan lumut. Selain pengukuran parameter fisika dan biologi, dilakukan pengukuran
parameter kimia. Keadaan salinitas di perairan tersebut sebesar 30 ‰ dengan kadar pH
8 (Tabel 2). Pada pH netral sangat baik untuk terjadinya dekomposisi pada pasir dan
sekitarnya, tentunya hal ini sangat mempengaruhi pakan daripada teripang pasir
(Effendi, 2003). Dilihat dari data hasil yang didapat teripang pasir ini memiliki
lingkungan yang cukup ideal sesuai karakteristik lingkungan hidupnya. Menurut (Aziz,
1997) teripang hidup pada suhu yang relatif tenang dengan kisaran suhu 28-31 oC, data
ini sesuai dengan data yang didapat dari hasil pengukuran insitu dengan data suhu
sebesar 30 oC. Sedangkan data nilai salinitas yang didapat sebesar 30 ‰, nilai tersebut
merupakan karakter ideal salinitas bagi kehidupan teripang pasir seperti yang di
nyatakan oleh (Darsono, 2003) nilai salinitas ideal bagi teripang sebesar 30-34 ‰. Biota
asosiasi yang dominan yang dapat mendukung kehidupan teripang pasir adalah substrat
yang didomonasi oleh pasir. Hal ini dikarenakan teripang pasir mengkonsumsi partikelpartikel pasir yang dimana mengandung potongan-potongan kecil hewan atau detritus
(Darsono, 2003).
Biota asosiasi merupakan pendukung ketersediaan pakan di dalam tempat hidup
teripang pasir. Biota dan lingkungan yang ada merupakan penyedia nutrisi bagi
pertumbuhan teripang. Nutrisi merupakan salah-satu faktor penting yang mempengaruhi
sintesis kolagen (Cotran et al., 1999). Beberapa senyawa nutrisi yang dapat berperan
dalam sintesis kolagen yaitu protein, vitamin c, dan tembaga (Yamamoto et al., 1992)
dan (Barbul, 2008). Terutama kandungan protein yang bisa didapat dari pakan yang ada
seperti detritus atau plankton sangat mempengaruhi pembentukan kolagen dalam kulit
teripang. Proses kimia pada pencernaan teripang pasir akan mengubah makanan
menjadi bahan sederhana yang mudah diserap, dan digunakan sebagai bahan dasar
dalam pendukung sistem fisiologi hewan ini. Jika pada kondisi tekontrol (budidaya)
selain dengan lingkungan dan biota asosiasi yang terjaga, namun ada pemberian pakan
tambahan dengan menggunakan kompos, hal ini dapat menjadikan peningkatan
produksi kolagen. Pengaruh lingkungan tempat tinggal hidup teripang pasir sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan kandungan kolagen didalam kulit teripang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan (Andirisnanti, 2012) bahwa hasil presentase rendemen ekstrak
kolagen pada budidaya jauh lebih besar dari yang didapatkan di alam. Perbedaan
tersebut sudah tentu pengaruh faktor ketersediaan nutrisi dan lingkungan di alam.

13

Tabel 2. Hasil pengamatan kualitas perairan Pulau Pramuka
No.
Parameter
Nilai (Satuan)
Fisika
1
suhu
30 0C
2
arus
22,3 m/s
3
kedalaman
1,5 m
4
kecerahan
100%
5
substrat
pasir kasar

6
7

Kimia
salinitas
pH

30 ‰
8

Rendemen
Pembuatan rendemen dibagi dalam tiga jenis konsentrasi yang berbeda, yaitu:
(1) 0,1 M, (2) 0,2 M, dan (3) 0,3 M. Konsentrasi ini digunakan pada sampel dengan
berat awal masing-masing 100 gram. Pada sampel pertama menggunakan konsentrasi
0,1 M dengan berat awal 100 gram (Lampiran 1). Pada konsentrasi tersebut berat NaOH
yang diperlukan sebesar 4 gram. Setelah itu dilakukan stirerisasi selama 12 jam yang
kemudian dilakukan pengujian dengan larutan biuret pada vortex. Warna cairan hasil
rendemen sangat keruh dan berwarna putih. Setelah dilakukan uji protein, selanjutnya
tahap destilasi ke-1, yaitu pembilasan dengan air mineral dengan suhu 12 oC hingga pH
air destilasi menjadi normal kadar pH nya. Timbang berat akhir perendaman dari
perendaman NaOH tersebut. Berat setelah perendaman NaOH sebesar 86 gram. Setelah
itu gunakan asam asetat dengan berat 0,0026 gram yang dilarutkan dalam 1 L air.
perendaman dilakukan selama 24 jam lamanya. Hasil berat kulit setelah direndam
dengan asam asetat sebesar 93,05 gram (Tabel 3). Selanjutnya lakukan destilasi tahap
ke-2 hingga pH kembali normal. Setelah di dapatkan lakukan perebusan dengan suhu
35-37 oC selama 2 jam. Pada tahap ini perlahan akan keluar cairan jernih yang terlarut
dengan air dan untaian serabut dari kulit teripang pasir tersebut. Setelah perebusan
simpan sampel pada freezer dan selanjutnya melakukan freezedrying (pengeringan).
Setelah dilakukan freezedrying berat akhirmya adalah 2,495 gram dalam bentuk bubuk
kolagen larut asam.
Sampel yang kedua menggunakan konsetrasi sebesar 0,2 M untuk rendemen
natrium hidroksida dan asam asetat. Berat awal yang digunakan sebesar 100 gram. Berat
setelah rendaman NaOH sebesar 88,5 gram (Tabel 3). Air rendemen tampak sedikit
lebih cerah jika dibandingkan dengan sampel pertama.
Tabel 3. Rendemen teripang pasir.
Bobot
Bobot
Hasil
Konsentrasi rendemen rendemen
rendemen
NaOH
CH3COOH
0,1 M
86 gr
93,055 gr
2,495 gr
0,2 M
88,5 gr
48,649 gr
2,598 gr
0,3 M
88,8 gr
55 gr
2,676 gr

14

Selanjutnya lakukan destilasi hingga pH menjadi normal. Air yang digunakan pada
tahap destilasi pertama sebanyak 10 L. Berikutnya merendam sampel dengan
menggunakan asam asetat. Berat asam asetat yng digunakan sebesar 0,173 gram.
Lakukan perendaman selama 24 jam. Berat akhir yang dihasilkan adalah 48,649 gram.
Destilasi tahap ke-2 menghabiskan air sebanyak 7 L, setelah dilakukan freedrying berat
akhir kering sebesar 2,598 gram.
Konsentrasi yang ke tiga sebesar 0,3 M. Banyaknya NaOH yang digunakan
sebesar 12 gram menghasilkan berat akhir rendemen sebesar 88,8 gram. Air rendemen
pada konsentrasi ini terlihat lebih cerah di bandingkan yang lain. Setelah itu lakukan uji
protein dengan biuret setelah penggunaan stirer selama 12 jam. Pada pembilasan tahap
pertama air, air yang digunakan seberat 15 L. Selanjutnya perendaman dengan asam
asetat dengan konsentrasi 0,3 M. Berat pemakaian asam asetat sebesar 9,4 ml dan berat
setelah rendaman sebesar 55 gram. Penggunaan air yang digunakan untuk destilasi yaitu
15 L. Jumlah air yang digunakan pada tahap ini merupakan yang paling banyak
jumlahnya. Berat akhir setelah freezedrying sebesar 2,676 gram. Jika dilihat dari
persentase rendemen (Tabel 4) jumlah persentase dari semua konsentrasi hampir sama.
Namun pada konsentrasi yang maksimal dihasilkan oleh rendemen 0,3 M sebesar 2,676
% dan yang terkecil adalah 0,1 M sebesar 2,495% (Lampiran 2).

Tabel 4. Persentase rendemen teripang pasir
Konsentrasi
NaOH,CH3COOH
0,1 M
0,2 M
0,3 M

Bobot awal
(gr)
100
100
100

Bobot akhir
2,495
2,598
2,676

Persentase
rendemen
(%)
2,495
2,598
2,676

15

GRAFIK FT-IR
Konsentrasi 0,1 M
Hasil grafik gugus fungsi pada kolagen konsentrasi rendemen 0,1 M dapat
terlihat pada Gambar 4 . Grafik ini merupakan perbandingan antara bilangan gelombang
dan transmitan (%) dimana ini merupakan jenis Middle Infrared karena bilangan
gelombang yang digunakan dalam grafik ini 4000- 400 cm-1. Dengan prinsip absorbansi
dan persentase transmitan 0-100% menggunakan infrared. Bilangan gelombang yang
terbesar yang didapatkan yaitu 3294,22 cm1 dan terendah sebesar 701,04 cm-1. Terjadi
fluktuasi grafik yang besar pada bilangan gelombang antara 1700-920 cm-1, di
antaranya: (1) 1655,74 cm-1, (2) 1541,76 cm-1, (3) 1451,85 cm-1, (4) 1387,15 cm-1, (5)
1240,62 cm-1, (6) 1156,17 cm-1, (7) 1079,01 cm-1, dan (8) 935,14 cm-1. Grafik bilangan
gelombang memiliki puncak tertinggi pada rentang bilangan gelombang 3000-1500 cm1
yaitu (2363,59 cm-1, 2130,09 cm-1) dan 1000-500 cm-1 yaitu (935,14 cm-1). Hasil
persentase grafik tertinggi hampir mendekati 100% (Gambar 4).
Konsentrasi 0,2 M
Hasil grafik gugus fungsi yang kedua pada kolagen yaitu memiliki konsentrasi
rendemen 0,2 M dapat terlihat pada Gambar 5. Bilangan gelombang yang terbesar yang
didapatkan yaitu 3407,10 cm-1 dan terendah sebesar 667, 63 cm-1. Terjadi fluktuasi
grafik yang besar pada bilangan gelombang antara 1700-650 cm-1, diantaranya: (1)
1657,17 cm-1, (2) 1406,63 cm-1, (3) 1335,84 cm-1, (4) 1242,83 cm-1, (5) 1162,77 cm-1,
(6) 1079,97 cm-1, (7) 1030,52 cm-1, dan (8) 934,55 cm-1(Gambar 5). Grafik bilangan
gelombang memiliki puncak tertinggi pada rentang bilangan gelombang 3000-2000 cm1
dan 1000-500 cm-1 yaitu (934,55 cm-1). Hasil persentase grafik tertinggi hampir
mendekati 100%.

Gambar 4. Rendemen kolagen dari konsentrasi 0,1 M NaOH dan CH3COOH

16

Gambar 5. Rendemen kolagen dari konsentrasi 0,2 M NaOH dan CH3COOH
Grafik Konsentrasi 0,3 M
Grafik ketiga merupakan hasil grafik gugus fungsi pada kolagen yaitu memiliki
konsentrasi rendemen 0,3 M dapat terlihat pada gambar X. Bilangan gelombang yang
terbesar yang didapatkan yaitu 3857,42 cm-1 dan terendah sebesar 700, 25 cm-1. Terjadi
fluktuasi grafik yang besar pada bilangan gelombang antara 1700-650 cm-1,
diantaranya: (1) 1655,95 cm-1, (2) 1543,78 cm-1, (3) 1386,20 cm-1, (4) 1239,04 cm-1, (5)
1159,38 cm-1, (6) 1075,82 cm-1, dan (7) 700,25 cm-1. Grafik bilangan gelombang
memiliki puncak tertinggi pada rentang bilangan gelombang 4000-3500 yaitu (3857,42
cm-1) dan 3000-1500 cm-1 yaitu (2363,61 cm-1 dan 2116,11 cm-1) 1000-500 cm-1 yaitu
(700,25 cm-1). Hasil persentase grafik tertinggi hampir mendekati 100% (Gambar 6).

Gambar 6. Rendemen kolagen dari konsentrasi 0,3 M NaOH dan CH3COOH

17

Bioprospeksi Teripang Pasir untuk Produksi Kolagen
penggunaan larutan bersifat asam dan basa sangat berpengaruh dalam
mendapatkan kolagen murni pada teripang pasir. Penggunaan larutan kimia yang
bersifat basa sangat berpengaruh terhadap pelepasan bagian komponen lemak yang
tidak diinginkan. Dalam penggunaan 1000 ml larutan natrium hidroksida mampu
memisahkan bagian komponen kulit yang tidak terpakai. Kemolaritasan antara larutan
basa dan kulit kolegen ini menghasilkan ikatan kimia pemecahan gliserol atau lemak,
hingga menyebabkan rendemen yampak keruh. Gliserol merupakan asam lemak yang
berikatan dengan ikatan hidrogen, dengan adanya basa dari natrium hidroksida,
memutuskan rantai hidrogen hingga lemak terpisah dari kulit teripang pasir (Campbel,
1982). Besarnya kelarutan tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh konsentrasi nilai
kemoralan suatu larutan. Hal ini terjadi pada larutan berikutnya yaitu asam asetat. efek
tingkat molar pada larutan asetat ini mampu pelarutkan kalsium yang terkandung pada
kulit teripang. (Steven, 2012) menyatakan tingkat nilai molaritas suatu asam asetat akan
mempengaruhi pendapatan rendemen kolagen larut asam. Hal ini terlihat dari perbedaan
berat yang didapatkan berdasarkan perbedaan perlakuan nilai molaritas yang telah
dilakukan. Perbedaan nilai yang didapatkan kemungkinan sangat dipengaruhi oleh
sebaran spikula yang terkandung dalam kulit teripang dari bagian oral, dorsal, ataupun
aboral.
Pengaruh nilai molaritas pelarut natrium hidroksida dan asam asetat
terdeskripsikan melalui nilai bilangan gelombang yang didapat dari spektofotometer.
Terdapat beberapa nilai komposisi yang didapatkan, yaitu nilai amida A, amida B,
amida I, amida II, dan amida III. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai gambaran dari
jenis protein yang terkandung didalam teripang pasir (Steven, 2012). Nilai amida yang
didapat memiliki nilai yang berbeda-beda pada masing-masing konsentrasi molarnya.
Nilai yang diddapat pertama adalah nilai amida A yang didapat dari pelarut natrium
hidroksida dan asam asetat, pertama dengan konsentrasi 0,1 M (3294,22 cm-1),
selanjutnya konsentrasi 0,2 M (3407, 10 cm-1), dan 0,3 M (3360, 82 cm-1). Menurut
(Kong dan Yu, 2007) nilai bilangan gelombang yang didapat dari komposisi amida A
masih dalam rentang bilangan gelombang protein kolagen yaitu 3300 cm-1. Data
selanjutnya yang didapatkan adalah nilai bilangan gelombang dari jenis amida B.
penggunaan konsentrasi molaritas pelarut masih dalam konsentrasi yang sama yaitu 0,1
M, 0,2 M, dan 0,3 M. Berikut bilangan gelombang hasil dari konsentrasi molar sebesar
0,1 M (2928,53 cm-1), selanjutnya dengan konsentrasi 0,2 M (3100 cm-1), dan
konsentrasi 0,3 M (2926,06 cm-1). Data ketiga adalah nilai amida I dari nilai konsentrasi
molar 0,1 M sebesar (1655,79 cm-1), berikutnya 0,2 M sebesar (1657,17 cm-1), dan
terakhir 0,3 M sebesar (1656, 95 cm-1). Menurut (Kong dan Yu, 2007) nilai-nilai yang
didapat masih masuk dalam nilai bilangan gelombang amida I sebesar (1600-1690 cm1
). Selanjutnya data yang didapat dari bilangan gelombang melalui FTIR adalah nilai
jenis amida II pada konsentrasi molaritas sebesar 0,1 M (1541,76 cm-1), 0,2 M (1406,43
cm-1), dan 0,3 M (1543, 78 cm-1). Nilai bilangan gelombang dari jenis amida III dengan
tiga konsentrasi pelarut adalah konsentrasi molar 0,1 M (1240,62 cm-1), lalu konsentrasi
0,2 M (1242, 83 cm-1), serta konsentrasi 0,3 M ( 1239,04 cm-1). Dari hasil semua jenis
protein kolagen yang didapat menurut (Kong dan Yu, 2007) mencirikan teripang pasir
yang didapat mengandung potensi kolagen.
Melihat dari kandungan berat kering yang telah didapat dari hasil freezdrying
kolagen teripang pasir (Holothuria scabra) memang mendapatkan nilai berat yang

18

relatif sedikit yaitu dengan bobot akhir 2,4 – 2,6 gram saja. Namun dari data berat
kering yang didapat masih dapat membuktikan bahwa masih terkandung kolagen
didalam kulit teripang pasir yang ada. Jika dibandingkan dengan spesies lain menurut
penelitian dari (Andirisnanti, 2012) yaitu spesies Stichopus hermanni. Teripang dari
suku Stichopodidae ini hidup di daerah karang dan lamun. Dari hasil ekstrak berat basah
sebesar 100 gram, lalu lakukan tahapan pengeringan, hasil yang didapatkan sebesar 6,4
gram dan presentase rendemen sebesar 6,4 %. Dari kedua jenis teripang ini memiliki
jumlah hasil berat estrak yang berbeda. Perbedaan ini kemungkinan dipengaruhi dari
struktur lingkungan yang ada pada tempat biota ini berada. Seperti pengaruh dari pakan,
tingkat kedalaman, arus, salinitas, serta karakter substrat yang ada (Darsono, 2003).
Namun, dalam hal ini kedua spesies teripang ini sangat berpotensi dimanfaatkan
kandungan kolagennya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kandungan kolagen pada kulit teripang dengan menggunakan metode larut asam ini
menunjukan bahwa dalam 100 gram kulit teripang mengandung jenis Amida A,
amida B, amida I, amida II, dan amida III.
2. Penggunaan larutan dalam memisahkan kolagen pada kulit teripang pasir yaitu
dengan larutan asam asetat dan natrium hidroksida yaitu dengan kosentrasi 0,3 M
memberikan hasil maksimal yang dapat terlihat strukturnya pada grafik FT-IR.
Saran
1. Perlu adanya penambahan uji hasil asam amino dari kulit teripang pasir.
2. Perlu adanya penelitian lebih dalam tentang asam amino dan protein terhadap
kolagen dari kulit teripang pasir.

19

DAFTAR PUSTAKA
Abbas B, Anas F, Sajirun S, Zakaria P, Hilmy N. 2001. Efek Demineralisasi dan
Iradiasi Gamma Terhadap Kandungan Kalsium dan Kekerasan Tulang Bovine
Liofilisasi. Jurnal Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop
dan Radiasi. Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta. 1(1): 155160.
Al Zahrani, Raed. 2013. Extraction and Isolation of Collagen Type I from Fish Skin
[tesis]. New Zealand (ID): University of Otago.
Andirisnanti, W.A. 2012. Uji Manfaat Kolagen Kasar dari Teripang Stichopopus
hermanni sebagai Bahan Pelembab Kulit [tesis]. Indonesia (ID): Universitas
Indonesia.
Arnold, P.W dan R.A. Birtles. 1989. Soft Sediment Marine Invertebrate of Southeast
Asia and Australia: a Guide to Identification. Australia: Australian Institute of
Marine Science.
Aziz, A. 1987. Beberapa Catatan Teripang Perikanan Teripang di Indonesia dan
Kawasan IndoPasifik Barat. Oseana 12(2): 67-68.
Aziz, A. 1997. Status Penelitian Teripang Komersial di Indonesia. Oseana 22(1): 9-19.
Banks, A. 1991. A Rationale For Prolotherapy. Jurnal of Othopaedic Medicine 13(3): 112.
Barbul, A. 1991. A Rationale For Prolotherapy. Journal of Orthopaedic Medicine 13(3):
1-12.
Conand, C. 1989. The fishery resources of Pacific island countries. Part 2. Holothurians FAO Fisheries Technical Paper. 272(2): 143.
Cotran RS, Kumar V, dan Collins T. 1999. Pathology basic disease. 6th ed.
Philadelphia: W B Saunders.
Darsono, P. 2003. Sumberdaya Teripang dan Pengelolaannya. Oseana 28 (2): 1-9.
Darsono, P. 2007. Teripang (Holothuroidea): Kekayaan Alam Dalam Kearagaman Biota
Laut. Oseana 32(2): 1-10.
Dewi KH. 2008. Kajian Ekstraksi Steroid Teripang Pasir (Holothuria scabra J) Sebagai
Sumber Testosteron Alami [Desertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Effedi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius Pr.
Fredalina, B.D., Ridzwan, B.H., Abidin, A.A.Z., Kaswandi, M.A., Zaiton, H., Zali, I.,
Kittakoop, P., and Mat Jais, A.M. 1999. Fatty Acid Composiyion in Local Sea
Cucumber, Stichopus chloronotus, for Wound Healing. General Pharmacology
33(4):337-340.
Gallagher W. 2014. FTIR Analysis of Protein Structure. Journal of Science.
Ghufran H, M, Kordi K. 2010. Cara Gampang Membudidayakan Teripang. Editor oleh
FI, Sigit Sugiyantoro. Yogyakarta(ID): Lily Pr.
Hyman, L.H. 1955. The Invertebrates : Echinodermata, the Coelomate bilatera. (4):763.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya (ID): Sinar Wijaya Pr.
Jilie Kong dan Shaoning Yu. 2007. Fourier Transform Infrared Spectroscopic Analysis
of Protein Secoundary Structures. Acta Biochimica et Biophysica Sinica. 39(8): 549–
559
Kamarudin, K.R., Hashim, R., and Usup, G. 2010. Phylogeny of Sea Cucumber
(Echinodermata: Holothuridea) as Inferred From 16S Mitochondrial Rna Gene
Squences. Sains Malaysiana. 39 (2): 209-218.

20

Karlina R, Astawan M, Sukarno, Wresdiyati T. 2011. Karakteristik Konsentrat Protein
Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) dengan Bahan Pengekstrak Aseton. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, no. 16. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balai Pusat
Pengembangan Penelitian Perikanan. Jakarta (ID).
Katili S, Rosyadi I, Irawan S. 2013. Pengaruh Konsentrasi Zat Pelarut dalam Proses
Demineralisasi, Deproteinasi, dan Deasetilasi Terhadap Kualitas Khitosan. Jurnal.
Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Kimball JW, Tjitrosomo SS, Sugiri N. 1983. Biologi. Jakarta (ID): Erlangga Pr.
Liu DC, Lin YK, Chen MT. 2001. Optimum Condition of Extracting Collagen from
Chicken Feet and Its Charcteristic. Journal of Science. Tiwan (ID): National ChungHsing University.
Martoyo J, Aji N, dan Winanto TJ. 2004. Budidaya Teripang. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya Pr.
Mulyono, 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Pr.
Muyonga JH, Cole CGB, Duodu KG. 2004. Characterisation of Acidsolublecollagen
From Skin of Young and Adult Nileperch (Lates niloticus). Food Chemistry
85(1):81-89.
Nagai T, Suzuki N, Tanoue Y, Kai N, Nagashima T. 2010. Characterization ofg AcidSoluble Collagen from Skins of Surf Smelt (Hypomesus pretiousu japonicus
brevoort). Journal Food and Nutrition Sciences (1):59-66.
Nichols, D. 1966. Functional morphology of the water-vascular system. In : Physiology
of Echinodermata (R.A. Boolotian, ed.). Intersci. 219 - 244.
Nimah S, Maruf WF, Trianto A. 2012. Uji Bioaktivitas Ekstrak Teripang Pasir
(Holothuria scabra) Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus.
Jurnal Perikanan no. 2. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Nurhayati T, Aryan