Dampak krisis keuangan global, perubahan harga minyak dunia dan volatilitas return indeks saham global terhadap volatilitas return indeks saham syariah dan konvensional di indonesia

DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL, PERUBAHAN HARGA
MINYAK DUNIA DAN VOLATILITAS RETURN INDEKS SAHAM
GLOBAL TERHADAP VOLATILITAS RETURN INDEKS SAHAM
SYARIAH DAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

PUTRI MONICHA SARI

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Krisis Keuangan
Global, Perubahan Harga Minyak Dunia dan Volatilitas Return Indeks Saham
Global Terhadap Volatilitas Return Indeks Saham Syariah dan Konvensional di
Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Putri Monicha Sari
NIM H54100052

1

ABSTRAK
PUTRI MONICHA SARI. Dampak Krisis Keuangan Global, Perubahan Harga
Minyak Dunia dan Volatilitas Return Indeks Saham Global Terhadap Volatilitas
Return Indeks Saham Syariah dan Konvensional di Indonesia. Dibimbing oleh
NOER AZAM ACHSANI dan RANTI WILIASIH.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis volatilitas return indeks saham
syariah (res_JII) dan konvensional (res_JCI) di Indonesia serta menganalisis
dampak krisis keuangan global, perubahan harga minyak dunia dan volatilitas
return indeks saham global terhadap volatilitas return indeks saham syariah

(res_JII) dan konvensional (res_JII) di Indonesia. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data harian harga minyak dunia dan indeks saham dari India,
Jerman, Hong Kong, Jepang, Australia, Amerika Serikat, Singapura dan Indonesia
mulai 1 Agustus 2007 sampai 31 Desember 2013. Metode analisis yang
digunakan adalah kombinasi dari GARCH dan VAR. Hasil yang diperoleh adalah:
(1) volatilitas return JII lebih tinggi dibanding volatilitas return JCI, tetapi
pergerakan volatilitas return kedua indeks tersebut sama. (2) Guncangan krisis
keuangan global lebih memberikan pengaruh yang besar terhadap volatilitas
return JII dibanding volatilitas return JCI. Namun, baik volatilitas return JII
maupun JCI lebih dipengaruhi oleh dirinya sendiri dan volatilitas return dari
indeks saham Amerika Serikat, sedangkan perubahan harga minyak dunia tidak
memberikan pengaruh yang besar terhadap volatilitas return kedua indeks saham
tersebut.
Kata kunci: ARCH/GARCH, indeks konvensional, indeks syariah, krisis
keuangan global, perubahan harga minyak dunia, volatilitas return indeks, VAR

2

ABSTRACT
PUTRI MONICHA SARI The Impact of Global Financial Crisis, World Oil Price

Changes and Return Volatility from Global Indices to Sharia and Conventional
Index in Indonesia. Supervised by NOER AZAM ACHSANI and RANTI
WILIASIH.
The objectives of this research are to analyze the return volatility from
sharia (res_JII) and conventional index (res_JCI) and analyze the impact of global
financial crisis, world oil price changes and return volatility from global indices to
Sharia and Conventional Stock Index Return Volatility in Indonesia.
This researh utilize the daily world oil price and the stock price indices
from India, Germany, Hong Kong, Japan, Australia,United States, Singapore and
Indonesia from August 1st2007 to December 31th 2013. The data analysis method
utilize combination GARCH and VAR. The result show that: (1) JII has a higher
return volatility than JCI. But, return volatility in JII and JCI have a similar
movement. (2) The shock from global financial market give much effect to JII
return volatility than JCI return volatility. But, the the both of JII return volatility
and JCI return volatility are effected by themselves and and return volatility from
United States, whereas the stock price changes don‟t give much effect to the both
of stock return volatility.
Keywords: ARCH/GARCH, conventional index, global financial crisis, index
return volatility, sharia index, VAR, world oil price changes


3

DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL, PERUBAHAN HARGA
MINYAK DUNIA DAN VOLATILITAS RETURN INDEKS SAHAM
GLOBAL TERHADAP VOLATILITAS RETURN INDEKS SAHAM
SYARIAH DAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

PUTRI MONICHA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

4

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul
Dampak Krisis Keuangan Global, Perubahan Harga Minyak Dunia dan Volatilitas
Return Indeks Saham Global Terhadap Volatilitas Return Indeks Saham Syariah
dan Konvensional di Indonesia. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Noer Azam Achsani
selaku Pembimbing I, Ibu Ranti Wiliasih, MSi selaku Pembimbing II, Ibu Sahara
Ph.D selaku penguji utama dan Bapak Jaenal Effendi Ph.D selaku penguji komisi
pendidikan. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Ibu (Ayu Eka Sari),
Ayah (Alm. Sukrismiyanto) dan adik (Muhammad Ajie Putra) tercinta atas segala
doa, dukungan dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
dosen-dosen Ekonomi Syariah dan Ekonomi Studi Pembangunan atas

bimbingannya selama ini, kepada sahabat-sahabat, teman-teman satu bimbingan,
dan teman-teman ekonomi syariah 47 atas segala doa, kebersamaan, pelajaran,
bantuan, dukungan, dan kasih sayangnya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Putri Monicha Sari

7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian


4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5

METODE PENELITIAN

15

Jenis dan Sumber Data

15

Metode Analisis Data


16

HASIL DAN PEMBAHASAN

20

SIMPULAN DAN SARAN

33

Simpulan

33

Saran

34

DAFTAR PUSTAKA


34

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

51

8

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Variabel, proksi data dan sumber data

Model ARCH/GARCH
Hasil pengujian akar unit
Uji Kausalitas Granger

15
23
24
25

DAFTAR GAMBAR
Kapitalisasi pasar JCI dan JII periode Agt. 2007 – Des. 2013
Indeks harga minyak mentah dunia periode Jan. 2004 – Feb. 2014
Kerangka pemikiran
Pergerakan indeks saham kawasan Asia periode Januari 2004 –
Desember 2013
5 Pergerakan indeks saham kawasan Amerika Serikat periode Januari
2004 – Desember 2013
6 Pergerakan indeks saham kawasan Australia periode Januari 2004 –
Desember 2013
7 Pergerakan indeks saham kawasan Eropa periode Januari 2004 –
Desember 2013
8 Pergerakan harga minyak dunia periode Januari 2004 – Desember 2013
9 Volatilitas return indeks periode Agustus 2007 – Desember 2013
10 IRF volatilitas return JCI (res_JCI) terhadap guncangan
11 IRF volatilitas return JII (res_JII) terhadap guncangan
12 FEVD model volatilitas return JCI (res_JCI)
13 FEVD model volatilitas return JII (res_JII)

1
2
3
4

1
2
13
20
21
21
22
22
23
26
29
32
32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Model ARCH res_INDIA (2)
2 Model ARCH res_JERMAN (3)
3 Model GARCH res_HONGKONG (1,1)
4 Model ARCH res_JEPANG (2)
5 Model GARCH res_AUSTRALIA (1,1)
6 Model GARCH res_AS (1,1)
7 Model ARCH res_SINGAPURA (1)
8 Model ARCH res_JCI (2)
9 Model ARCH res_JII (2)
10 Uji Lag Optimal res_JCI
11 Uji Lag Optimal res_JII
12 Uji Stabilitas res_JCI
13 Uji Stabilitas res_JII
14 Uji Kausalitas Granger Model res_ JII Periode Krisis
15 Uji Kausalitas Granger Model res_ JCI Periode Krisis
16 Uji Kausalitas Granger Model res_ JII Periode Setelah Krisis
17 Uji Kausalitas Granger Model res_ JCI Periode Setelah Krisis

37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
46
47
48
49
51
53
55

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

JCI

11/01/2013

06/01/2013

01/01/2013

08/01/2012

03/01/2012

10/01/2011

05/01/2011

12/01/2010

07/01/2010

02/01/2010

09/01/2009

04/01/2009

11/01/2008

06/01/2008

01/01/2008

JII

08/01/2007

Triliun Rupiah

Pasar saham berkontribusi besar dalam perekonomian suatu negara
(TSTISDPMI 2004). Keberadaan pasar saham dapat menjadi fasilitator bagi
investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam bentuk saham. Salah satu
pertimbangan investor dalam memilih saham yang akan dibeli adalah pergerakan
dari harga saham yang digambarkan dalam indeks saham.
Perkembangan saham dalam pasar modal dapat dijadikan indikator
partisipasi masyarakat baik dalam maupun luar negeri untuk meningkatkan
perekonomian (Abidin 2007). Munculnya Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) di pasar saham Indonesia merupakan suatu upaya
menarik partisipasi masyarakat untuk berinvestasi. Pembentukan indeks saham
syariah di Indonesia bertujuan untuk membuka kesempatan bagi investor yang
ingin berinvestasi melalui instrumen investasi yang berbasis prinsip syariah. Hal
yang membedakan indeks saham syariah dan indeks saham konvensional adalah
kriteria emiten dan mekanisme perdagangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam mekanisme perdagangan efek syariah terdapat transaksi-transaksi yang
dilarang berdasarkan Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, yaitu
transaksi yang mengandung spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya
mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan
kedzaliman.
Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII) dapat ditunjukan dari nilai
kapitalisasi pasar indeks saham syariah yang cenderung mengalami peningkatan
setiap tahun.

Periode

Sumber: Bloomberg

Gambar 1 Kapitalisasi pasar JCI dan JII periode Agt. 2007 – Des. 2013
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa kapitalisasi pasar Jakarta Islamic
Index (JII) memiliki tren yang sama dengan Jakarta Composite Index (JCI).
Kapitalisasi pasar JII maupun JCI mengalami peningkatan setiap tahunnya,

2
kecuali saat periode krisis. Hal tersebut menunjukan bahwa saham syariah cukup
diminati oleh investor.
Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka kecil, pasar
saham Indonesia terintegrasi dengan pasar saham global. Integrasi antarnegara
dapat membuka informasi dari satu pasar saham ke pasar saham lainnya.
Informasi di pasar saham suatu negara akan menjadi penting bagi pasar saham di
negara lain, termasuk volatilitas return indeks saham. Volatilitas return indeks
saham dapat menjadi gambaran tinggi rendahnya tingkat risiko sekaligus tingkat
pengembalian bagi pemodal karena adanya fluktuasi pergerakan return saham.
Namun, volatilitas return indeks saham tersebut juga tidak terlepas dari pengaruh
fenomena ekonomi seperti krisis keuangan global dan kenaikan harga minyak
dunia.
Krisis keuangan yang dialami Amerika Serikat pada pertengahan tahun
2007 yaitu ketika terjadi kejatuhan harga sekuritas subprime hipotek dan
kemudian merambat menjadi krisis keuangan global turut memberikan pengaruh
pada pasar saham. Terdesaknya kebutuhan likuiditas lembaga keuangan besar di
Amerika Serikat dan lembaga keuangan di beberapa negara yang bersangkutan
memaksa lembaga-lembaga tersebut menjual portofolionya untuk memenuhi
likuiditasnya. Kondisi tersebut kemudian memicu kepanikan pada pasar modal
dan meningkatkan volatilitas return pada indeks saham (Fauzi 2009).
Bersamaan dengan terjadinya krisis keuangan global, harga minyak mentah
dunia mengalami kenaikan yang tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
160

140

US$/ Barrel

120

100
80

60
40

WTI

20
0

Periode

Sumber: Energy Information Administration

Gambar 2 Indeks harga minyak mentah dunia periode Jan. 2004 – Feb. 2014
Pergerakan harga minyak akan mempengaruhi indeks saham. Kenaikan
harga minyak cenderung akan mengurangi laba dari perusahaan non-eksportir
minyak. Artinya, terdapat hubungan kausal negatif antara harga minyak dan harga
saham (Lescaroux dan Mignon 2008). Menurut Masih et al. (2010) guncangan
harga minyak memiliki dampak negatif baik secara langsung ataupun tidak
langsung terhadap keuntungan perusahaan. Guncangan harga minyak memiliki
dampak negatif langsung karena guncangan tersebut akan menaikan biaya
produksi perusahaan. Selain itu, guncangan harga minyak juga memiliki dampak
negatif tidak langsung karena investor akan meramalkan batas keuntungan

3
perusahaan dan kemudian membuat keputusan tentang pengaruh dari indeks pada
pasar saham tersebut.
Kajian mengenai pengaruh volatilitas return antarindeks saham di berbagai
negara baik syariah maupun konvensional cukup banyak dilakukan, misalnya
Rahim et al. (2009), Niarchos et al. (1999), Albaity dan Ahmad (2011) serta
Yusof dan Abd. Majid (2007). Begitu juga dengan kajian mengenai dampak krisis
keuangan global terhadap volatilitas return indeks saham yang dilakukan oleh
Fauzi (2009) serta Arshad dan Rizvi (2013) dan harga minyak dunia terhadap
volatilitas return indeks saham yang dilakukan oleh Antonio et al. (2013).
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Panetta et al.
(2006), Fauzi (2009) dan Antonio et al. (2013). Penelitian ini mengacu pada
penelitian Panetta et al. (2006) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
volatilitas return di pasar keuangan, yaitu sektor riil, sektor finansial, kejadian
luar biasa dan kebijakan moneter. Namun, pada penelitian ini hanya dibatasi pada
faktor-faktor dari sektor riil, sektor finansial dan kejadian luar biasa. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzi (2009) yaitu
menganalisis pengaruh pergerakan volatilitas return indeks saham suatu negara
terhadap negara lain sebelum dan setelah krisis Subprime-Mortgage. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Fauzi (2009) yaitu pada penelitian ini hanya
difokuskan pada analisis pengaruh krisis keuangan global, harga minyak dunia
dan volatilitas return indeks saham global terhadap volatilitas return indeks
saham di Indonesia. Selain itu, penelitian ini tidak melakukan pengolahan secara
terpisah untuk melihat dampak krisis keuangan global terhadap volatilitas return
indeks saham di Indonesia. Penelitian Antonio et al. (2013) menjadi acuan
penelitian ini dalam menganalisis dampak harga minyak dunia terhadap volatilitas
return indeks saham di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan Antonio et al. (2013) yaitu penelitian Antonio et al. (2013)
menganalisis pengaruh harga minyak dunia terhadap pergerakan indeks saham
syariah di Indonesia.

Perumusan Masalah
Seperti yang telah dikemukakan dalam latar belakang bahwa pasar saham
syariah merupakan pasar saham dengan kriteria emiten dan mekanisme
perdagangan sesuai dengan prinsip syariah. Dalam mekanisme perdagangan efek
syariah terdapat transaksi-transaksi yang dilarang berdasarkan Fatwa DSN No.
40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, yaitu transaksi yang mengandung
spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar,
riba, maisir, risywah, maksiat dan kedzaliman. Namun, pada era globalisasi
sebuah pasar saham tidak hanya akan dipengaruhi oleh faktor-faktor domestik
melainkan juga faktor internasional (Widoatmodjo 2009). Artinya, tidak hanya
pasar saham konvensional yang terintegrasi satu sama lain, tetapi pasar saham
syariah juga ikut terintegrasi dengan pasar saham konvensional. Karena kondisi
tersebut, pasar saham syariah belum terlepas dari transaksi dengan pasar saham
konvensional yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah.

4
Volatilitas sebagai gambaran tinggi rendahnya tingkat risiko sekaligus
tingkat pengembalian merupakan hal penting yang diperhatikan investor sebelum
melakukan investasi. Namun, bagi sebagian investor memanfaatkan nilai
volatilitas untuk mengambil aksi ambil untung melalui transaksi short selling,
termasuk saat terjadi krisis keuangan gloabal (Fauzi 2009). Transaksi short selling
merupakan salah satu transaksi yang dilarang dalam Islam sebagai bentuk dari
transaksi yang mengandung kedzaliman karena pada transaksi short selling
investor menjual saham yang belum dimilikinya dengan tujuan untuk memicu
penjualan saham oleh investor lain (Darmadji dan Fakhruddin 2001).
Untuk itu diperlukan adanya penelitian yang mengkaji dampak krisis
keuangan global, perubahan harga minyak dunia dan volatilitas return indeks
saham global terhadap volatilitas return indeks saham syariah dan konvensional
di Indonesia.
Terkait masalah tersebut, terdapat beberapa hal yang akan dianalisis dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana volatilitas return indeks saham syariah (res_JII) dan indeks
saham konvensional (res_JCI) di Indonesia?
2. Bagaimana dampak krisis keuangan global, perubahan harga minyak
dunia dan volatilitas return indeks saham global terhadap volatilitas
return indeks saham syariah dan konvensional di Indonesia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Menganalisis volatilitas return indeks saham syariah (res_JII) dan
indeks saham konvensional (res_JCI) di Indonesia.
2. Menganalisis dampak krisis keuangan global, perubahan harga minyak
dunia dan volatilitas return indeks saham global terhadap volatilitas
return indeks saham syariah dan konvensional di Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi investor mengenai
pentingnya perhatian terhadap guncangan pada volatilitas return indeks saham
sehingga dapat mengantisipasi dampak negatif yang akan diciptakan. Selain itu,
penelitian ini menjadi acuan pembanding antara ketahanan indeks saham syariah
dan indeks saham konvensional dalam memilih investasi. Bagi pengambil
kebijakan, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai gambaran riil
volatilitas return indeks saham syariah (JII) dan konvensional (JCI) sehingga
dapat membantu dalam menentukan arah kebijakan terutama kebijakan
menyangkut kesesuaian indeks saham syariah terhadap prinsip-prinsip syariah.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis dampak krisis keuangan
global, perubahan harga minyak dunia dan volatilitas return indeks saham global
terhadap volatilitas return indeks saham syariah dan konvensional di Indonesia.

5
Dalam penelitian ini variabel krisis keuangan yang digunakan adalah variabel
dummy sebagai variabel krisis keuangan. Harga minyak dunia dijelaskan melalui
variabel WTI. West Texas Intermediate (WTI) merupakan kelas minyak mentah
yang dijadikan sebagai dasar dalam penentuan harga minyak dunia. Indeks saham
global dalam penelitian ini diwakilkan oleh 7 indeks saham, yaitu indeks saham
Amerika Serikat, Jerman, Australia, Jepang, Hong Kong, Singapura dan India.
Indeks saham di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu indeks saham
syariah dan indeks saham konvensional. Indeks saham syariah diwakilkan oleh
Jakarta Islamic Index (JII). Indeks saham konvensional diwakilkan oleh Jakarta
Composite Index (JCI). Variabel yang digunakan untuk menganalisis dampak
krisis keuangan global, perubahan harga minyak dunia dan volatilitas return
indeks saham global terhadap volatilitas return indeks saham syariah dan
konvensional di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Investasi
Huda dan Nasution (2007) mendefinisikan investasi sebagai penempatan
sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di
masa mendatang. Untuk mencapai suatu efektivitas dan efisiensi dalam keputusan
maka diperlukan ketegasan akan tujuan yang diharapkan. Begitu pula halnya
dalam bidang investasi kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai yaitu
terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut, terciptanya profit
yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (profit actual), terciptanya
kemakmuran bagi para pemegang saham, dan turut memberikan andil bagi
pembangunan bangsa.
Pada aktivitas investasi pada umumnya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
real investment dan financial investment. Real investment adalah investasi nyata
(real investment) yang secara umum melibatkan aset berwujud, seperti tanah,
mesin-mesin atau pabrik. Financial investment adalah investasi keuangan
(financial investment) yang melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa
(common stock) dan obligasi (bond).
Pada saat seorang pebisnis atau mereka yang memiliki kelebihan dana dan
ingin berinvestasi maka ia dapat memilih dan memutuskan tipe aktiva keuangan
seperti apa yang akan dipilihnya. Dalam hal ini ada dua tipe investasi yang dapat
dipilih, yaitu direct investment dan indirect investment. Direct investment
(investasi langsung) adalah mereka yang memiliki dana dapat langsung
berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu
perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui para perantara atau berbagai cara
lainnya. Investasi langsung ada beberapa macam yaitu:
1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan
2. Investasi langsung dapat diperjualbelikan : investasi langsung di pasar
uang, investasi langsung di pasar modal dan investasi langsung di pasar
turunan.

6
Tipe investasi lainnya yaitu indirect investment. Indirect investment
(investasi tidak langsung) adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dapat
melakukan keputusan investasi dengan tidak terlibat secara langsung atau
pembelian aktiva keuangan dan cukup hanya dengan memegang dalam bentuk
saham atau obligasi saja. Mereka yang melakukan kebijakan indirect investment
umumnya cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan penting pada
suatu perusahaan (Fahmi 2012).
Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan
tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk
memperkuat modal perusahaan (Fahmi 2012). Pasar modal menurut UU No. 8
Tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan yang berkaitan dengan efek diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak
negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar
modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal
dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan (Widoatmodjo 2009).
Di dalam pasar modal terdapat berbagai macam produk yang
diperdagangkan, seperti saham sebagai produk utamanya, surat pengakuan hutang,
surat berharga komersial, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak,
kontrak berjangka atas efek, setiap derivatif dari efek, efek beragun aset dan
sertifikat penitipan efek Indonesia.
Saham
Saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada
suatu perusahaan. Saham merupakan produk utama yang diperdagangkan di pasar
modal. Kinerja suatu saham dapat dilihat melalui pergerakan harga saham.
Pergerakan harga saham digambarkan melalui nilai indeks harga saham. Indeks
harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan saham.
Pada pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu sebagai
indikator tren pasar, indikator tingkat keuntungan, tolak ukur (benchmark) kinerja
suatu portofolio, memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif dan
memfasilitasi berkembangnya produk derivatif (Fahmi 2012). Tujuan utama
investor dalam membeli saham yaitu memperoleh keuntungan atau return. Namun,
untuk memperoleh keuntungan investor dihadapkan dengan sebuah risiko
sehingga pengambilan keputusan investor dalam membeli saham tidak hanya
dipengaruhi oleh return yang diperoleh melainkan juga risiko yang akan
ditanggung.

7
Risiko Investasi
Risiko investasi di pasar modal dinyatakan sebagai penyimpangan dari
penghasilan yang diharapkan. Penyimpangan itu akan diukur dengan standar
deviasi dan penghasilan yang diharapkan diukur dari mean (penghasilan rata-rata),
sedangkan penyimpangan lain diukur dengan indeks β (beta). Standar deviasi
digunakan untuk mengukur penyimpangan dari penghasilan rata-rata, sementara
beta digunakan untuk mengukur penyimpangan penghasilan suatu saham terhadap
pasar yang diukur dengan indeks pasar (Widoatmodjo 2009). Risiko dapat
digambarkan melalui nilai volatilitas pada pasar saham. Semakin tinggi tingkat
volatilitas maka semakin tinggi pula tingkat ketidakpastian dari imbal hasil
(return) saham yang dapat diperoleh. Tingginya tingkat volatilitas dapat
menghambat partisipasi investor dalam berinvestasi, meningkatkan biaya modal
dan menghambat perusahaan untuk masuk bursa (TSVPMIPD 2011).
Berdasarkan batas negara, risiko investasi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu risiko domestik (domestic risk) dan risiko internasional (international risk).
Risiko domestik adalah risiko yang ditimbulkan oleh penyebab-penyebab
domestik seperti inflasi, kenaikan suku bunga oleh pemerintah, dan lain
sebagainya. Risiko internasional adalah risiko yang terjadi akibat adanya interaksi
antara ekonomi nasional dengan ekonomi internasional (Widoatmodjo 2009).
Risiko investasi pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu risiko
sistemastis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan risiko yang
berasal dari pasar sehingga sulit dieliminir. Risiko tidak sisematis merupakan
risiko yang dapat dieliminir melalui diversifikasi portofolio saham (Fauzi 2009).
Diversifikasi Internasional
Kegiatan ekonomi di dunia saat ini menjadi semakin berkait dan
bergantung satu sama lain. Borderless world merupakan istilah yang
dipergunakan untuk menunjukkan sulitnya mengisolasikan suatu kegiatan
ekonomi berdasarkan batas-batas negara. Dengan adanya pasar modal
internasional, para pemodal bisa melakukan investasi di berbagai negara bukan
dengan melakukan investasi langsung (direct investment), seperti yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasional, tetapi dengan jalan
membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan di bursa-bursa efek tersebut. Namun,
para pemodal asingpun perlu memperhatikan perhitungan risiko investasi.
Pemodal asing umumnya merupakan lembaga keuangan yang bermodal
sangat besar. Mereka umumnya akan melakukan investasi dalam jumlah yang
cukup besar. Untuk mengurangi risiko investasi investor akan melakukan
diversifikasi internasional. Diversifikasi internasional dapat dilakukan dengan
cara membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan oleh bursa-bursa di luar negeri
(Husnan 2005)
Integrasi Keuangan
Pasar keuangan disuatu kawasan dikatakan telah terintegrasi penuh apabila
masing-masing negara dalam kawasan tersebut telah menghadapi atau menerima
kebijakan dan atau ketentuan yang sama dalam pasar keuangan (single set of

8
rules) dimana investor dan penerbit aset keuangan mempunyai akses yang sama
terhadap pasar keuangan dan diberlakukan secara sama ketika beroperasi di pasar
keuangan (Baele et al 2004).
Definisi integrasi keuangan sangat terkait dengan hukum the law of one
price yang merupakan definisi lain dari integrasi keuangan, yaitu apabila suatu
pasar keuangan dalam kawasan telah efisien dan suatu aset keuangan mempunyai
risiko dan tingkat pengembalian yang identik, maka aset tersebut haruslah
mempunyai harga yang sama terlepas dari tempat transaksi keuangan dimana aset
keuangan tersebut dilangsungkan (Fauzi 2009). Namun, akibat adanya integrasi
ini menyebabkan diversifikasi internasional menjadi kurang efektif (Engle RF dan
Vk Ng. 1993).
Pada akhir abad ke-20 globalisasi pasar keuangan telah mendorong
pergerakan modal lintas negara. hal tersebut ditandai dengan masuknya modal
negara-negara maju ke pasar negara-negara berkembang (TSVPMIPD 2011).
Krisis Keuangan Global
Krisis keuangan global merupakan fenomena ekonomi yang terjadi akibat
adanya integrasi keuangan antarnegara. Teori integrasi pada pasar keuangan
menyatakan bahwa adanya korelasi positif dan penyatuan bursa-bursa saham di
dunia, sehingga apabila terjadi crash pada pasar saham luar negeri akan memicu
crash pada pasar saham di dalam negeri (Antonio 2013). Krisis keuangan global
yang terjadi pada pertengahan 2007 merupakan krisis yang berasal dari krisis
kredit perumahan di Amerika Serikat.
Amerika Serikat merupakan negara dengan perekonomian kuat. Ketika
kondisi perekonomian suatu negara adidaya berubah dan mengalami guncangan
maka akan membawa konsekuensi luas pada perekonomian dunia. Krisis
keuangan tersebut berawal dari penyaluran kredit oleh berbagai lembaga
keuangan pemberi kredit properti di Amerika Serikat kepada masyarakat yang
sebenarnya tidak layak mendapatkan pembiayaan. Hal tersebut yang kemudian
memicu terjadinya kredit macet di sektor properti (subprime mortage). Kredit
macet yang terjadi di sektor properti tersebut mengakibatkan efek domino
jatuhnya lembaga-lembaga keuangan besar di Amerika Serikat karena pada
umumnya lembaga pembiayaan properti meminjam dana jangka pendek dari
pihak lain, termasuk lembaga keuangan. Jaminan yang diberikan perusahaan
pembiayaan kredit properti adalah surat utang yang dijual ke lembaga investasi
dan investor di berbagai negara, sementara surat utang tersebut ditopang oeh
jaminan debitor dengan kemampuan membayar yang rendah.
Akibat adanya kredit macet di sektor properti, lembaga-lembaga keuangan
tidak memiliki dana untuk membayar kewajiban yang ada. Hal tersebut kemudian
menyebabkan terjadinya pengeringan likuiditas pada lembaga-lembaga keuangan.
Kondisi yang dihadapi lembaga-lembaga keuangan besar di Amerika Serikat turut
mempengaruhi likuiditas lembaga keuangan lain, termasuk lembaga keuangan
yang berasal dari luar Amerika Serikat. Pada kondisi ini lembaga keuangan
mengalami mengalami kerugaian yang besar dimana terjadi kelangkaan dana
pinjaman. Semua pihak membutuhkan likuiditas, tetapi pasar tidak mampu
menyediakan dana karena lebih berhati-hati. Untuk menjaga likuiditas
keuangannya, lembaga keuangan yang memiliki investasi portofolio dalam bentuk

9
subprime mortage securities juga melepas portofolio yang dimiliki. Aksi jual
yang dilakukan oleh lembaga keuangan ini yang kemudian memicu kepanikan
pada pasar modal, termasuk pasar saham di berbagai negara. hal tersebut
menyebabkan pasar saham di dunia mengalami kejatuhan (Fauzi 2009).
Harga Minyak Dunia
Minyak dunia merupakan input yang penting dalam kegiatan produksi,
akibatnya kenaikan harga minyak akan memberikan pengaruh berbagai kegiatan
ekonomi. Kenaikan pada harga minyak akan memberikan dampak negatif pada
kegiatan konsumsi, investasi dan ketenagakerjaan. Selain itu, pergerakan harga
minyak dunia juga memiliki pengaruh terhadap harga saham. hubungan antara
pergerakan harga minyak dunia dan harga saham dapat dipahami melalui definisi
fundamental dari nilai suatu aset. Nilai fundamental didefinisikan sebagai total
diskon dari deviden di masa yang akan datang yang sedang diharapkan. Akibatnya,
kenaikan harga minyak cenderung akan mengurangi keuntungan dari perusahaan
yang bukan pengekspor minyak, memberikan pengaruh dalam penurunan nilai
fundamental dalam perusahaan. Artinya terdapat hubungan negatif antara harga
minyak dan harga saham (Lescaroux dan Mignon 2008).
Investasi dalam Perspektif Syariah
Islam sebagai din yang komprehensif (syumul) dalam ajaran dan norma
mengatur seluruh aktivitas manusia di segala bidang. Islam sangat menjunjung
tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus
(„ilmu al yaqin), implementasi („ain al yaqin), serta hakikat akan sebuah ilmu
(haqq al yaqin). Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang
memenuhi proses tadrij dan trichotomy pengetahuan tersebut.
Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai
pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah,
sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya
investasinya sangat dianjurkan bagi setiap ilmu. Hal tersebut dijelaskan dalam AlQur‟an surat al-Hasyr ayat 18, ayat tersebut membahas tentang pentingnya
investasi untuk bekal di hari akhir (Huda dan Nasution 2007).
Islam sebagai aturan hidup (nidham al hayat) yang mengatur seluruh sisi
kehidupan umat manusia, menawarkan berbagai cara dan kiat untuk menjalani
kehidupan yang sesuai dengan norma dan aturan Allah SWT. Dalam berinvestasi
pun Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan petunjuk (dalil) dan rambu-rambu
pokok yang seyogianya diikuti oleh setiap muslim yang beriman. Rambu-rambu
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut terbebas dari unsur riba, terhindar dari
unsur gharar, terhindar dari unsur judi (maysir), terhindar dari unsur haram, dan
terhindar dari unsur syubhat (Huda dan Nasution 2007).
Pasar Modal Syariah di Indonesia
Perkembangan instrumen syariah di pasar modal Indonesia sudah terjadi
sejak tahun 1997 yang diawali dengan lahirnya reksadana syariah. Selanjutnya,
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Dana Reksa Investment

10
management (DIM) membentuk Jakarta Islamic Index (JII) yang mencakup 30
jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan
tentang hukum syariah. Penentuan kriteria dari komponen JII tersebut disusun
berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah DIM (Huda dan Nasution
2007).
Penerapan prinsip syariah pada pasar modal di Indonesia didasarkan pada
Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN), yaitu Fatwa DSN
No. 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
Sesuai dengan pedoman dalam Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003
Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang
Pasar Modal, kriteria emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek
syariah adalah:
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan
efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah:
a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minumana yang
haram.
d. Produsen, distributor dan/ atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
e. Melakukan investasi pada emiten yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya.
Transaksi yang dilarang dalam transaksi efek pasar modal syariah di Indonesia
berdasarkan Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan
Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal adalah
pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta
tidakdiperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya
mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kedzaliman.
Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat
dan kedzaliman tersebut meliputi:
1. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu.
2. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang yang belum dimiliki.
3. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang.
4. Menimbulkan informasi yang menyesatkan.
5. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas
pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah
tersebut.
6. Ihtikar, yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan suatu efek syariah
untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan
mempengaruhi pihak lain.
7. Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur tersebut.

11
Penelitian Terdahulu
Rahim et al. (2009) menganalisis transmisi informasi dan korelasi antara
indeks Kuala Lumpur Syariah dan Jakarta Islamic Index menggunakan metode
VAR GJR-GARCH. Hasil yang diperoleh adalah hubungan satu arah yang
signifikan terjadi pada transmisi return dan volatilitas dari indeks Kuala Lumpur
Syariah ke Jakarta Islamic Index. Efek asimetris dalam volatilitas kedua pasar
tidak ditemukan dan korelasi antarkedua pasar tersebut lemah.
Dornau (2006) menganalisis tentang hubungan timbal balik antara return
harian Nikkei 225, DAX, dan Dow Jones Industrial Index dalam empat periode
waktu menggunakan metode VAR. Hasil yang diperoleh adalah pada periode I,
sebelum terjadinya guncangan hanya terdapat hubungan kausal dari DOW
terhadap Nikei 225. Periode II setelah guncangan, hubungan kausal terjadi tidak
hanya dari DOW ke pasar asing tetapi juga dari DAX ke DOW dan Nikei 225 ke
DAX. Pada periode III dan IV beberapa hubungan kausal tersebut menghilang.
Niarchos et al. (1999) menganalisis transmisi informasi internasional antara
pasar saham Amerika Serikat dan pasar saham Yunani menggunakan metode
bivariate exponential GARCH-t (EGARCH-t). Hasil yang diperoleh adalah
volatilitas return pada pasar saham Yunani lebih tinggi dibanding dengan pasar
saham Amerika Serikat. Selain itu, hasil menunjukan tidak ada efek limpahan
antara kedua pasar tersebut. Kedua pasar tersebut tidak terintegrasi. Pasar saham
Amerika Serikat dan pasar saham Yunani tidak berhubungan baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
Albaity dan Ahmad (2011) meneliti tingkat pengembalian indeks saham
Islam, premi risiko pada masing-masing bursa serta pengaruh kabar buruk serta
dampak limpahan dari volatilitas antara indeks DJIMI, FTSEGII dan KLSI.
Dengan menggunakan metode GARCH-M diperoleh hasil bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan pada ketiga indeks tersebut dan premi risiko menjadi
tidak ada pada masing-masing indeks. KLSI tidak terkena pengaruh kabar buruk
sedangkan DJIMI dan FTSEGII sebaliknya. Dengan menggunakan metode
EGARCH dan TARCH diperoleh hasil bahwa DJIMI dan FTSEGII memberikan
dampak limpahan terhadap KLSI tetapi tidak berlaku sebalinya.
Filis et al (2011) meneliti hubungan variasi waktu antara harga saham dan
harga minyak, yaitu harga minyak pada negara importir dan negara eksportir.
Dengan menggunakan metode DCC GARCH GJR diperoleh hasil bahwa
guncangan harga minyak pada sisi penyuplai tidak mempengaruhi hubungan
kedua pasar tersebut. Harga minyak memberikan pengaruh negatif pada semua
pasar saham. Namun, pada tahun 2008 guncangan harga minyak dunia memiliki
hubungan positif dengan pasar saham.
Fauzi (2009) meneliti pengaruh krisis global terhadap transmisi harga
saham-saham di dunia. Dengan menggunakan metode VAR diperoleh hasil bahwa
sebelum krisis pengaruh Amerika Serikat terhadap variabilitas volatilitas saham di
Indonesia cukup besar dan respon guncangan Amerika Serikat lebih besar
dibanding guncangan dari negara lain. Namun, variabilitas volatilitas tersebut
tidak banyak berubah setelah krisis sedangkan respon terhadap guncangan dari
Amerika Serikat semakin besar.
Arshad dan Rizvi (2013) menggunakan metode wavelet untuk menguji
dampak guncangan keuangan global terhadap indeks saham Islam. Hasil yang

12
diperoleh adalah hubungan indeks saham islam dan indeks saham konvensional
lemah sebelum tahun 2000 dan hubungan yang lebih kuat terhadap pasar Amerika
Serikat setelah tahun 2000. Hasil lain menunjukan bahwa sebagian indeks saham
Islam di Asia Pasifik dan di beberapa pasar berkembang tahan terhadap
guncangan spekulatif pada jasa keuangan global dan dipengaruhi oleh guncangan
keuangan melalui transmisi ekonomi di sektor riil.
Kartika et al. (2012) meneliti transmisi volatilitas return antara indeks
saham Indonesia terhadap indeks saham Amerika Serikat, Hong Kong dan
Singapura. Hasil yang diperoleh menggunakan metode VAR GARCH adalah
volatilitas return di Indonesia lebih dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Variabel lain
yang memberikan pengaruh terbesar terhadap volatilitas return indeks saham di
Indonesia adalah volatilitas return di pasar saham Singapura, Hong Kong dan
Amerika Serikat.
Yang et al. (2005) meneliti hubungan harga saham jangka panjang dan
transmisi harga yang dinamis antara pasar saham di Amerika Serikat, Jerman, dan
empat pasar saham utama yang berkembang di Eropa Timur terhadap krisis
keuangan di Rusia tahun 1998 menggunakan metode VAR. Hasil yang diperoleh
adalah baik hubungan harga dalam jangka panjang maupun transmisi harga secara
dinamis antarpasar menjadi lebih kuat setelah terjadi krisis 1998. Pengaruh pasar
saham Jerman terhadap pasar saham di Eropa Timur menjadi terlihat setelah
terjadi krisis.
Achsani (2001) meneliti interaksi dinamis antarbursa saham serta melihat
pengaruh kejatuhan bursa Dow Jones terhadap bursa Asia. Hasil yang diperoleh
menggunakan metode VAR adalah Bursa Indonesia akan merespon positif
guncangan yang terjadi pada bursa Singapura, Hong Kong dan Australia,
sedangkan guncangan pada bursa Amerika Serikat akan direspon negatif pada hari
pertama dan direspon positif pada hari kedua.
Antonio et al. (2013) meneliti hubungan jangka pendek dan jangka
panjang antara variabel makroekonomi (suku bunga The Fed, harga minyak
mentah, Dow Jones Index, tingkat suku bunga, nilai tukar, dan inflasi) dan pasar
saham Islam di Malaysia dan Indonesia. Hasil yang diperoleh menggunakan
metode VECM adalah semua variabel kecuali Dow Jones Index mempengaruhi
kedua pasar saham tersebut pada jangka panjang. Pasar saham Malaysia tidak
dipengaruhi oleh variabel makroekonomi pada jangka pendek, sedangkan pasar
saham Indonesia dipengaruhi oleh inflasi, nilai tukar, dan harga minyak mentah
pada jangka pendek.
Yusof dan Abd. Majid (2007) menggunakan kombinasi GARCH-M dan
VAR untuk meneliti transmisi volatilitas kebijakan moneter terhadap volatilitas
pasar saham Islam dan konvensional di Malaysia. Hasil yang diperoleh adalah
volatilitas suku bunga hanya mempengaruhi volatilitas pada pasar saham
konvensional.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Panetta
et al. (2006) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas di pasar
keuangan, yaitu sektor riil, sektor finansial, kejadian luar biasa dan kebijakan
moneter. Namun, pada peneltian ini hanya dibatasi pada faktor-faktor dari sektor
rii, sektor finansial dan kejadian luar biasa.

13
Salah satu akibat dari adanya mekanisme pasar yang bebas adalah
fenomena krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2007. Bersamaan
dengan terjadinya krisis keuangan global, harga minyak mentah dunia mengalami
kenaikan yang tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal itu terjadi akibat
tingginya permintaan terhadap minyak bumi.
Dalam pasar saham, fenomena tersebut akan menjadi pertimbangan bagi
investor dalam mengambil keputusan. Indonesia sebagai negara yang menganut
sistem perekonomian terbuka kecil akan merespon perubahan yang terjadi pada
kondisi ekonomi negara yang memiliki sistem perekonomian terbuka besar,
sebagaimana yang terjadi pada pasar saham di Indonesia, termasuk saham syariah.
Akibat adanya integrasi pasar, fluktuasi pada saham di Indonesia tidak lepas dari
informasi yang berasal dari negara lain.
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh krisis keuangan global,
perubahan harga minyak dunia dan volatilitas return indeks saham global
terhadap volatilitas return indeks saham syariah dan konvensional di Indonesia.
Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Volatilitas
Return Indeks Saham

Sektor Riil

Sektor Finansial

Kejadian Luar
Biasa

Harga
Minyak
Dunia

Volatilitas Return
Indeks Saham
Global

Krisis Keuangan
Global

Volatilitas Return
Indeks Saham Syariah
di Indonesia

Volatilitas Return
Indeks Saham
Konvensional di
Indonesia

: Fokus penelitian
Gambar 3 Kerangka pemikiran

Kebijakan
Moneter

14
Hipotesis
1. Krisis keuangan global berpengaruh positif terhadap volatilitas return JCI
(res_JCI)
2. Krisis keuangan global berpengaruh negatif terhadap volatilitas return JII
(res_JII)
3. Perubahan harga minyak berpengaruh positif terhadap volatilitas return JCI
(res_JCI)
4. Perubahan harga minyak berpengaruh positif terhadap volatilitas return JII
(res_JII)
5. Volatilitas return Amerika Serikat (res_AS) berpengaruh negatif terhadap
volatilitas return JCI (res_JCI)
6. Volatilitas return Amerika Serikat (res_AS) berpengaruh negatif terhadap
volatilitas return JII (res_JII)
7. Volatilitas return India (res_INDIA) berpengaruh positif terhadap volatilitas
return JCI (res_JCI)
8. Volatilitas return India (res_INDIA) berpengaruh positif terhadap volatilitas
return JII (res_JII)
9. Volatilitas return Jerman (res_JERMAN) berpengaruh positif terhadap
volatilitas return JCI (res_JCI)
10. Volatilitas return Jerman (res_JERMAN) berpengaruh positif terhadap
volatilitas return JII (res_JII)
11. Volatilitas return Hong Kong (res_HONGKONG) berpengaruh positif
terhadap volatilitas return JCI (res_JCI)
12. Volatilitas return Hong Kong (res_HONGKONG) berpengaruh positif
terhadap volatilitas return JII (res_JII)
13. Volatilitas return Jepang (res_JEPANG) berpengaruh positif terhadap
volatilitas return JCI (res_JCI)
14. Volatilitas return Jepang (res_JEPANG) berpengaruh positif terhadap
volatilitas return JII (res_JII)
15. Volatilitas return Australia (res_AUSTRALIA) berpengaruh positif terhadap
volatilitas return JCI (res_JCI)
16. Volatilitas return Australia (res_AUSTRALIA) berpengaruh positif terhadap
volatilitas return JII (res_JII)
17. Volatilitas return Singapura (res_SINGAPURA) berpengaruh positif terhadap
volatilitas return JCI (res_JCI)
18. Volatilitas return Singapura (res_SINGAPURA) berpengaruh positif terhadap
volatilitas return JII (res_JII)

15

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data
harian time series dari 1 Agustus 2007 sampai 31 Desember 2013. Sumber data
berasal dari yahoo finance, Energy Information Administration (EIA) dan
Bloomberg yang diakses melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam penelitian
ini variabel krisis keuangan yang digunakan adalah variabel dummy sebagai
variabel krisis keuangan. Harga minyak dunia dijelaskan melalui variabel WTI.
West Texas Intermediate (WTI) merupakan kelas minyak mentah yang dijadikan
sebagai dasar dalam penentuan harga minyak dunia. Pada penelitian ini harga
minyak dunia ditransformasi ke dalam bentuk logaritma natural. Indeks saham
global dalam penelitian ini diwakilkan oleh 7 indeks saham, yaitu indeks saham
Amerika Serikat, Jerman, Australia, Jepang, Hong Kong, Singapura dan India.
Indeks saham di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu indeks saham
syariah dan indeks saham konvensional. Indeks saham syariah diwakilkan oleh
Jakarta Islamic Index (JII). Indeks saham konvensional diwakilkan oleh Jakarta
Composite Index (JCI).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang
sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Variabel, proksi data dan sumber data
Variabel
Dummy_Krisis

Proksi
Krisis
global

Sumber
-

Variabel
res_JERMAN

ln_WTI

Crude oil
price
(USA)

EIA

res_HONGKONG

res_JII

Jakarta
Islamic
Index
(Indonesia)
Jakarta
Composite
Index
(Indonesia)
Standard
& Poor’s
500 (USA)
S&P BSE
Sensex
(India)

Bloomberg res_SINGAPURA

res_JCI

res_AS

res_INDIA

Sumber: Penulis (2014)

Bloomberg res_JEPANG

Yahoo
finance
Yahoo
finance

res_AUSTRALIA

Proksi
German
Deutscher
Index
(Jerman)
Hang Seng
Index
(Hong
Kong)
Straits
Times
Index
(Singapura)
Nikkei 225
Index
(Jepang)

Sumber
Yahoo
finance

All
Ordinaries
(Australia)

Yahoo
finance

Yahoo
finance

Yahoo
finance

Yahoo
finance

16
Metode Analisis Data
Dampak krisis keuangan global, perubahan harga minyak dunia dan
volatilitas return indeks saham global terhadap volatilitas return indeks saham
syariah dan konvensional di Indonesia akan dianalisis dengan menggunakan
kombinasi model ARCH/GARCH dengan VAR dengan alat bantu Eviews 8.
Semua variabel indeks akan ditransformasikan ke dalam bentuk return
menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007. Model ARCH/GARCH pada
penelitian ini digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama,
sedangkan model VAR digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua.
Return adalah gambaran tingkat pengembalian yang diperoleh oleh
perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukannya (Fahmi 2012). Return dijadikan sebagai tolak ukur dalam
pertimbangan sebelum mengambil keputusan dalam kegiatan investasi. Return
dihitung dari perbedaan logaritma natural dari pergerakan harga penutupan saham
hari ini dan sebelumnya (Firdaus 2011). Secara sistematis return dapat dituliskan
sebagai berikut:
=



−1

Keterangan:
: return saham pada hari ke-t
: indeks saham pada hari ke-t
: indeks saham pada hari ke-t-1
−1

Model ARCH/GARCH

Model
Autoregressive
Conditional
Heteroscedasticity
(ARCH)
diperkenalkan oleh Engle pada tahun 1982. Model ARCH dikembangkan untuk
mengatasi persoalan volatilitas pada data time series. Volatilitas ini tercermin dari
varians error yang tidak memenuhi asumsi homoscedasticity. Hal ini
menyebabkan model peramalan sebelumnya kurang mampu mendekati kondisi
yang sebenarnya. Pada tahun 1986, Bollerslev mengembangkan model ARCH
menjadi Generalized Autoregressive Conditional Heterscedasticity (GARCH)
(Firdaus, 2011). Penggunaan model ARCH/GARCH dalam penelitian ini untuk
melihat volatilitas return JCI, volatilitas return JII, volatilitas return indeks saham
India, Jerman, Hong Kong, Jepang, Australia, Amerika Serikat dan Singapura..
Persamaan umum model GARCH (p,q) adalah sebagai berikut:
= ∝0 +

=1

∝ � 2− +

=1





Keterangan:
: variabel respon pada waktu ke-t atau volatilitas pada waktu ke-t
∝0
: varians yang konstan

: koefisien orde q yang diestimasikan

: koefisien orde p yang diestimasikan
2
�−
: suku ARCH atau volatilitas pada periode sebelumnya

17


: suku GARCH atau volatilitas pada periode sebelumnya

Adapun tahapan yang harus dilakukan untuk menghitung volatilit