Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Produk Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA NELAYAN DALAM
RANTAI PASOK PRODUK IKAN LAYUR MELALUI
PENGEMBANGAN MODAL INSANI DI PELABUHANRATU

HERLINA RETNOWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Thesis berjudul Peningkatan Kinerja
Nelayan dalam Rantai Pasok Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di
Pelabuhanratu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir thesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Herlina Retnowati
NIM H251120031

RINGKASAN
HERLINA RETNOWATI. Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Ikan
Layur (Trichiurus Spp.) melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu.
Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI dan TRI WIJI NURANI.
Kinerja nelayan di Pelabuhanratu diharapkan dapat meningkat seiring
dengan peningkatan kesejahteraan nelayan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memperoleh strategi yang sesuai bagi nelayan didalam peningkatan
kinerjanya. Peningkatan kinerja nelayan ikan layur di Pelabuhanratu memiliki
kompleksitas masalah yang saling berkaitan antara kinerja, rantai pasok dan
modal insani. Hal ini memerlukan suatu tindakan nyata yang mampu
menyelesaikan masalah tersebut,
baik dalam pengelolaannya, kelestarian
alamnya, sarana dan prasarananya sampai dengan kebijakan perikanannya.
Pelabuhanratu memiliki potensi yang cukup baik dalam menghasilkan ikan

layur untuk memenuhi kecukupan konsumsi masyarakat sekitar dan kebutuhan
akan ekspor, untuk itu diperlukan kinerja SDM yang baik dengan kompetensi
yang mencukupi. Peningkatan kinerja nelayan diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang melalui pengembangan modal insani dalam rantai pasok ikan layur.
Modal insani disini adalah keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang
dapat mendukung nelayan didalam pemberdayaannya.
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah
terjadinya penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur. Wawancara mendalam
yang dilakukan terhadap nelayan, kelompok dan pihak-pihak terkait merupakan
salah satu cara dalam mengidentifikasi masalah apa saja yang ada di nelayan ikan
layur. Identifikasi permasalahan penurunan kinerja ekspor
ini dalam
pembahasannya menggunakan metode analisis diagram tulang ikan (fishbone).
Perumusan strategi peningkatan kinerja nelayan menggunakan metode analisys
hierarchy process (AHP).
Hasil identifikasi masalah di dalam penurunan kinerja nelayan ekspor ikan
layur didapat bahwa akar penyebab masalah (1) SDM nelayan adalah masalah
etos kerja dan kompetensi dalam keterampilannya; (2) Metode terkait masalah
proses kebijakan dan masalah pelatihan. Hasil perumusan strategi didapat bahwa
penambahan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan nelayan adalah salah

satu cara untuk menambah kompetensi nelayan sehingga nelayan di harapkan
dapat meningkat kinerjanya.

Kata kunci: diagram tulang ikan, kinerja, modal insani, rantai pasok, strategi.

SUMMARY
HERLINA RETNOWATI. Improving fishermen performance strategy in supply
ribbon fish product through development of human resources in Pelabuhanratu.
Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI and TRI WIJI NURANI
Fishermen performance in Pelabuhan Ratu are expected to be increased as
the increase in the welfare of fishermen. The purpose of this study is to obtain an
appropriate strategy for the fishermen in the improvement of its performance. The
improvement layur fishermen performance in Pelabuhan Ratu have complexity
problems which are interrelated between performance, supply chain and human
capital. This problems require the real action that is able to resolve the problems,
both in its management, the preservation of natural, facilities and infrastructure to
fisheries policy.
Pelabuhanratu has good potential in Layur fish to fulfill the consumption
surrounding communities and the need for export,human resources with
suefficient competence are needed for this problems. The improvement fishermen

performance is expected can grow and develop through the development of
human capital in the supply chain Layur fish. Here is the human capital skills,
knowledge, and capabilities that can support the fishermen in their empowerment.
This study aims to identify the root cause of the degradation fishermen
performance in exporting fish. With depth interviews were conducted on
fishermen, groups and stakeholders is one way of identifying any problems that
exist in Layur fishermen. Identification the degradation fishermen performance in
this study is using fishbone chart alnalysis method. The formulation of strategies
for improving the fishermen performance is using analysis hierarchy process
(AHP).
The results of the identification problem in the degradation layur
fishermen of exporting fish is found that the root cause of the problem (1)
Fishermen human resources are a matter of work ethic and competence in skills;
(2) Method of the process of policy-related issues and problems training. The
strategy results are obtained that the addition of training which is adjusted to the
fishermen needs is one way to increase the competence of fishermen so fishermen
are expected to increase their performance.
Keywords: fishbone, performance, human capital, supply chain, strategy

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA NELAYAN DALAM
RANTAI PASOK PRODUK IKAN LAYUR MELALUI
PENGEMBANGAN MODAL INSANI DI PELABUHANRATU

HERLINA RETNOWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji luar komisi pada ujian Tesis: Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc

Judul Tesis : Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Produk
Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu
Nama
: Herlina Retnowati
NIM
: H251120031

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
Ketua


Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Manajemen

a.n. Dekan Sekolah Pascasarjana
Sekretaris Program Magister

Dr.Ir.Abdul Kohar Irwanto, M.Sc

Prof.Dr.Ir. Nahrowi, M.Sc

Tanggal Ujian: 28-8-2014

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian lapang yang mulai dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Mei 2014
ini ialah kinerja nelayan, dengan judul Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan
dalam Rantai Pasok Produk Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di
Pelabuhanratu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
dan Ibu Dr.Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si selaku pembimbing, yang telah membimbing
dan banyak memberi saran dan masukan. Bapak Dr.Ir. Muhammad Syamsun,
M.Sc selaku penguji luar komisi dan Bapak Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc
selaku Ketua Program Studi MAN yang telah banyak memberikan saran dan
masukan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dedah
Herlina selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pelabuhanratu, Bapak
Rustandi selaku Kepala Pelabuhan Perikanan Pelabuhanratu, Bapak Agus HRD
PT AGB Pelabuhanratu, Bapak Pendamping penyuluh, Ibu Diniah dari Akademisi
beserta seluruh nelayan dan ketua kelompok layur, yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua,
suami, serta anak, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2014
Herlina Retnowati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1

Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
4
2 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4
Nelayan
4
Rantai Pasok Ikan Layur
5
Modal Insani
5
Produk Ikan Layur
6
3 METODE
6

Kerangka Pemikiran
7
4 IDENTIFIKASI MASALAH TURUNNYA KINERJA NELAYAN SERTA
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDORONG
10
Pendahuluan
10
Metode
11
Hasil Pembahasan
12
Kesimpulan
12
5 STRATEGI PENINGKATAN KINERJA NELAYAN
16
Pendahuluan
16
Metode
16
Hasil Pembahasan
Kesimpulan
28
6 PEMBAHASAN UMUM
29
7 SIMPULAN DAN SARAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Aktor yang paling dominan dalam penentuan strategi
peningkatan
kinerja nelayan
Faktor yang paling dominan dalam penentuan strategi peningkatan
kinerja nelayan
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria pengetahuan
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria kompetensi
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria keterampilan
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria produktivitas
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria profitabilitas
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria inovasi manajemen
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria inovasi perencanaan
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria inovasi proses
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria pengelolaan
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria penyimpanan
Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria penangkapan
Prioritas global dalam upaya peningkatan kinerja nelayan
pelabuhanratu

20
24
24
25
25
26
26
26
27
27
28
28
28
29

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Produksi Ikan Layur selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
Data Ekspor Ikan Layur Pelabuhanratu selama 5 (lima) tahun terakhir
Pancing ulur
Rantai pasok Ikan Layur hingga sampai ke konsumen
Produk Ikan layur
Peta lokasi Penelitian (wordpress.com, 2013)
Kerangka Pemikiran Penelitian
Identifikasi Masalah Rendahnya Kinerja Nelayan
Model distribusi produk ikan layur di Pelabuhanratu
Identifikasi Masalah Turunnya Ekspor Ikan Layur
Bagan Struktur Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok
Ikan layur Melalui Pengembangan Modal Insani

1
2
4
5
6
7
9
13
18
19
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Data produksi ikan layur selama 5 tahun
Hasil AHP berdasarkan actor Kepala Dinas Kelauatan dan Perikanan
Hasil AHP berdasarkanaktorKepalaPelabuhanPerikanan
Hasil AHP berdasarkan aktor KepalaPelabuhan akademisi
Hasil AHP berdasarkanaktorpengusahaikanlayur (PT AGB)
Hasil AHP berdasarkan actor penyuluh
Hasil AHP sub faktor yang dominan berdasarkan faktor Modal Insani
Hasil AHP sub faktor yang dominan berdasarkan faktor Kinerja
Hasil AHP sub faktor yang dominan berdasarkan faktor rantai pasok

35
36
38
39
40
41
42
42
42

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan kinerja nelayan ikan layur di Pelabuhanratu memiliki
kompleksitas masalah yang saling berkaitan antara rantai pasok, kinerja dan
modal insani, sehingga diperlukan suatu tindakan nyata yang mampu
menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Solihin (2003) turunnya potensi
sumberdaya ikan akibat pengelolaan yang tidak memperhatikan kelestarian, belum
memadainya sarana dan prasarana sampai dengan kebijakan perikanan yang masih
belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan nelayan secara umum dan semua
ini merupakan berbagai permasalahan yang ada di nelayan.
Produksi ikan layur Pelabuhanratu selama kurun waktu lima tahun terakhir
menunjukan hasil yang fluktuatif disetiap triwulannya hal ini terlihat dari grafik
yang ditunjukan melalui Gambar 1. (Lampiran 1)
400000
350000
Satuan (kg)

300000
250000

y = 268.69x + 117665

200000
150000
100000
50000
0
0

5

10

15

20

25

Triwulan

Gambar 1 Produksi ikan layur selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (PT
AGB Pelabuhanratu)
Namun secara umum produksi ikan layur per triwulan menunjukan trend
yang stabil dengan rata-rata produksi 120.486 kg per tahun (PT AGB
Pelabuhanratu, 2014). Produk ikan layur yang dihasilkan memiliki karakteristik
mudah busuk, volumenya besar tapi ringan dan bersifat musiman, sehingga untuk
sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang baik
dan memadai. Menurut Marimin (2010) manajemen rantai pasok (supply chain
management) adalah proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan,
distribusi pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen,
dimana manajemen rantai pasok merupakan satu kesatuan sistem pemasaran
terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan
kepuasan pada pelanggan.
Dalam mengelola manajemen rantai pasok diperlukan teknologi dan
kapabilitas SDM yang memadai baik dari keterampilan, pengetahuan dan
kemampuan. Permasalahan utama saat ini adalah nelayan ikan layur belum
paham benar bagaimana menangani ikan layur dengan baik, agar ikan tetap segar
dan mutu ikan tetap terjaga. Keunggulan komparatif yang dimiliki Pelabuhanratu

2
dalam memenuhi konsumsi akan produk ikan layur merupakan nilai tambah bagi
organisasi sehingga diperlukan sistem manajemen sumberdaya yang terintegrasi.
Menurut Baron & Michael (2013) manusia sebagai modal insani dapat
termotivasi untuk dapat berkinerja dengan lebih baik sesuai dengan pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya.
Ikan layur ( Trichiurus Spp.) merupakan salah satu ikan komersial penting,
menurut Rosenberg (1991) permintaan ikan layur untuk tujuan ekspor cenderung
meningkat terutama dari beberapa negara Asia khususnya Cina, Jepang, Taiwan
dan Korea. Menurut Ozawa (1995) komoditi perikanan yang potensial dan
prospek ekonomi tinggi, serta mulai diperhitungkan sebagai komoditi ekspor.
Tahun 2013 produksi ikan layur Pelabuhanratu sudah mulai menurun didalam
memenuhi kecukupan konsumsi masyarakat sekitar dan kebutuhan akan ekspor
(Data PT AGB Pelabuhanratu). Data ekspor ikan layur Pelabuhanratu selama
kurun waktu 5 (lima) tahun (Lampiran 2) tersaji dalam Gambar 2.
400,000.0
350,000.0
300,000.0
Satuan (kg)

250,000.0
200,000.0
150,000.0

y = -6694.2x + 191845

100,000.0
50,000.0
(50,000.0)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Triwulan

Gambar 2 Data ekspor ikan layur Pelabuhanratu selama 5 (lima) tahun terakhir
(PT AGB Pelabuhanratu)
Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa produksi ekspor ikan layur per
triwulan pada umumnya trendnya menunjukan penurunan, dimana penurunannya
per tahun sekitar 15.2 %, sehingga perlu adanya peningkatan kompetensi nelayan
dalam penanganan ikan layur untuk dapat memenuhi standar ekspor yang
diperlukan. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam kebijakan program
khususnya terkait pelestarian sumberdaya.
Kinerja nelayan dapat meningkat apabila mendapat dukungan dari
pemerintah didalam pemberdayaan masyarakatnya, sehingga diharapkan dengan
meningkatnya kinerja nelayan, maka kesejahteraan nelayanpun akan meningkat
pula. Kinerja adalah bagaimana melakukan, menjalankan dan melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawab yang diharapkan oleh organisasi. Menurut Bacal
(2002) manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang berlangsung terus
menerus, yang dilaksanakan berdasarkan kemitraan antara seorang karyawan
dengan pengawas langsungnya.
Gambaran umum yang terjadi dilapangan terkait masalah kompetensi
nelayan yang didalamnya terkandung unsur keterampilan, kemampuan dan

3
pengetahuan yang di miliki oleh nelayan adalah merupakan suatu pembelajaran
yang sudah turun menurun, akan tetapi nelayan masih perlu suatu pembelajaran
lain guna meningkatkan kapabilitas nelayan dalam kinerjanya.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan dari hasil observasi, maka penulis
merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap nelayan ikan layur dengan
pertimbangan bahwa nelayan ikan layur adalah nelayan tradisional. Pemberdayaan
nelayan perlu ditingkatkan dalam penangkapan dan pengelolaannya. Dalam
rangka meningkatkan kinerja nelayan maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Produk Ikan
Layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu.
Perumusan Masalah
Pelabuhanratu memiliki potensi ikan layur yang potensial untuk memenuhi
kecukupan konsumsi masyarakat sekitar dan kebutuhan akan ekspor. Kondisi
saat ini produksi ikan layur Pelabuhanratu mulai menurun, sehingga diperlukan
kinerja SDM yang baik dengan kompetensi yang mencukupi serta adanya
keterlibatan peran dari pemerintah. Peningkatan kinerja nelayan diharapkan dapat
tumbuh dan berkembang melalui pengembangan modal insani dalam rantai pasok
produk perikanan. Modal insani disini adalah keterampilan, pengetahuan dan
kompetensi yang dapat mendukung nelayan dalam pemberdayaannya.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan diteliti :
1. Faktor apa saja dalam penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur dalam
rantai pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal insani di
Pelabuhanratu serta faktor apa yang menjadi pendorong dan penghambatnya
2. Strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk dapat meningkatkan penguatan
kapabilitas kinerja nelayan dalam rantai pasok ikan layur.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis kendala, faktor penghambat dan pendorong
dalam peningkatan kinerja nelayan ekspor ikan layur dalam rantai pasok
produk ikan layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu
2. Merumuskan dan menganalisis strategi peningkatan kinerja nelayan dalam
rantai pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal insani di
Pelabuhanratu.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan :
1. Bagi pemerintah Pelabuhanratu dapat menjadi bahan pertimbangan evaluasi
dalam strategi pengembangan modal insani dalam meningkatkan kinerja
nelayan dalam rantai pasok produk perikanan
2. Bagi masyarakat Pelabuhanratu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang modal insani dalam peranannya didalam
rantai pasok perikanan

4
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :
1. Menemukan strategi pengembangan modal insani yang cocok bagi upaya
peningkatan kinerja nelayan dalam rantai pasok produk perikanan
2. Lokasi yang dipilih di Pelabuhanratu
3. Penelitian diawali dengan survei lapang dengan responden nelayan, perantara
dan semua aktor yang terlibat dalam rantai pasok tersebut untuk identifikasi.
Kemudian penelitian dilanjutkan dengan survei pakar yang merupakan
wawancara kepada para pengambil kebijakan terkait dengan rantai pasok
produk komoditi perikanan dalam rangka perencanaan strategi
4. Penelitian lebih difokuskan pada nelayan tradisional ikan layur dalam
peningkatan pemberdayaan masyarakat nelayannya.

2 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Nelayan
Nelayan adalah orang yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan
laut dan pesisir dan menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka
untuk kehidupan sehari-harinya dan biasanya mereka bermukim di daerah pinggir
pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan sendiri adalah sekelompok orang yang
bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesa-desa atau pesisir (Sastrawidjaya,
2002). Tingkat kehidupan rata-rata nelayan pada umumnya masih dibawah garis
kemiskinan dengan tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Dasar (SD) 73.28 %,
SMP 22 % dan SMA 4.72 % (data lampiran 2). Melihat dari pekerjaan nelayan
yang lebih menggunakan otot dan pengalaman, pendidikan menjadi hal yang
kurang penting tetapi justru yang menjadi penting adalah kompetensi yang
didalamnya terkandung kemampuan, pengetahuan dan keterampilan.
Keterampilan yang dimiliki oleh nelayan pada umumnya diperoleh dari
proses pembelajaran yang turun menurun yang diturunkan oleh orangtuanya yang
berprofesi sebagai nelayan bukan dipelajari secara professional. Nelayan ikan
layur adalah nelayan tradisional yang menggunakan alat tangkap sederhana
dengan pancing ulur dan dengan perahu motor kecil. Pancing ulur merupakan
salah satu jenis pancing yang terdiri dari gulungan benang, benang pancing,
pemberat, dan mata pancing. Pancing ulur banyak digunakan oleh nelayan kecil
karena mudah dioperasikan dan relatif murah.

Gambar 3 Pancing ulur

5
Pada umumnya nelayan ikan layur adalah nelayan yang memang khusus
menangkap layur, karena diperlukan suatu keterampilan khusus dalam
menggunakan pancing ulur dan tidak semua nelayan mampu melakukannya.
Nelayan yang sudah mahir dalam menangkap layur biasanya dalam satu kali
tarikan mampu menangkap hingga 10 (sepuluh) ekor.
Rantai Pasok Ikan Layur
Rantai pasok ikan layur di Pelabuhanratu terdiri atas 3 rantai pasok, yaitu :
(1) Nelayan, Ketua Kelompok, Pengusaha, Konsumen (2) Nelayan, Pengusaha,
Konsumen (3) Nelayan, Konsumen lokal. Manajemen rantai pasok (supply chain
management) adalah proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan,
distribusi pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen,
dimana manajemen rantai pasok merupakan satu kesatuan sistem pemasaran
terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan
kepuasan pada pelanggan (Marimin, 2010).

Gambar 4 Rantai pasok ikan layur hingga sampai ke konsumen
Kegiatan rantai pasok ikan layur di Pelabuhanratu didalam aktivitasnya
saling mendukung mulai dari pengadaan material, produksi, pengendalian
persediaan, distribusi/ transportasi, penyimpanan/pergudangan, dukungan
pelayanan kepada pelanggan, proses pembayaran, dan sebagainya.
Mekanisme rantai pasok produk ikan layur lebih banyak dibentuk oleh
keinginan pasar, sehingga fluktuasi harga dapat lebih dikendalikan dan kendali
harga lebih banyak kewenangannya dari pengusaha meski semua itu juga
disesuaikan dengan harga jual dipasaran yang berlaku. Hal ini diharapkan tidak
merugikan pihak nelayan selaku produsen.
Struktur rantai pasok produk perikanan memiliki keunikan karena nelayan
dapat langsung menjual hasil produknya langsung ke pasar atau pelanggan selaku
retailer, sehingga memutus rantai pelaku yang ada. Mekanisme rantai pasok
produk pertanian dan perikanan secara alami dibentuk oleh para pelaku rantai
pasok itu sendiri.
Modal Insani
Modal insani merupakan salah satu unsur terpenting dari asset yang tidak
berwujud dalam organisasi, mengenai pengetahuan, keterampilan, kemampuan
dan kapasitas untuk berkembang dan berinovasi yang dimiliki manusia dalam
suatu organisasi (Baron & Michael., 2013).
Pentingnya asset manusia
menyebabkan pentingnya pengukuran terhadap nilai asset tak berwujud.
Pengukuran merupakan sarana untuk menilai seberapa baik penggunaan dan

6
efektivitas pengelolaan modal insani, menyangkut masalah pengetahuan,
keterampilan, kemampuan dan kapasitas untuk dapat berkembang dan berinovasi
yang dimiliki manusia dalam suatu organisasi. Pengembangan modal insani pada
nelayan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan terkait dengan
teknologi sesuai dengan deskripsi pekerjaannya, sedangkan dalam manajemen
organisasinya perlu peningkatan daya inovasi produk (Sukmawati et al, 2012).
Modal insani satu-satunya sumber daya yang memiliki kemampuan untuk
belajar dan bertumbuh, oleh karena itu, melalui pemberdayaan nelayan diharapkan
sumber daya manusia dapat dikembangkan secara penuh potensinya untuk
memberikan kontribusi yang optimum dalam menghasilkan suatu produk. Modal
insani menggambarkan kemampuan yang dibawa dan dibutuhkan setiap individu
karyawan yang akan mengarah pada peningkatan nilai tambah ekonomi di seluruh
area bisnis, dan dapat dikatakan sebagai investasi bagi organisasi. Keputusan akan
kebutuhan organisasi akan sumber daya manusia adalah penentuan jumlah setiap
jenis dan kedudukan tenaga kerja yang harus disediakan.
Produksi Ikan Layur
Produk ikan layur yang di hasilkan oleh Pelabuhanratu saat ini lebih banyak
di ekspor ke luar negeri seperti Negara China dan Korea, kebijakan untuk produk
ikan layur karena peruntukannya lebih kepada ekspor maka produk tersebut tidak
dipasarkan melalui tempat pelelangan ikan karena selain pasokan ikannya sendiri
sudah mulai berkurang dan sistem permodalannya juga dibantu oleh perusahaan
pengekspor dengan suatu perjanjian yang disepakati bersama.

(a) Ikan layur yang belum diproses (b) Ikan layur yang sudah diproses

(c) Fillet ikan layur

Gambar 5 Produk ikan layur
Ikan layur yang ada di Pelabuhanratu saat ini berkembang biak secara alami
saja sehingga dengan kondisi sekarang dimana produksi ikan layur rata-rata pada
umumnya mengalami penurunan (lampiran 1) perlu adanya pemikiran
kemungkinan ikan layur ini untuk di budidayakan mengingat bahwa ikan ini
memiliki nilai komersial dan dapat di ekspor ke luar negeri.

3 METODE
Penelitian lapang mulai dilakukan pada bulan Februari sampai dengan
bulan Mei 2014 dan bertempat di Pelabuhanratu, terletak sekitar 60 km ke arah
selatan kota Sukabumi Jawa Barat. Pelabuhanratu adalah merupakan sebuah

7
kecamatan yang berada di pesisir Samudra Hindia, yakni di bagian barat daya
wilayah kabupaten yang menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian (wordpress.com, 2013)
Data yang dibutuhkan berupa data primer dan sekunder. Data sekunder
diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang
relevan, serta dari berbagai sumber dari instansi terkait dan pihak-pihak yang
relevan. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung kepada
beberapa pakar kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Pelabuhan,
Penyuluh, Akademisi, Pengusaha, nelayan dan kelompok dan pihak-pihak terkait.
Pengisian kuisioner dilakukan untuk merumuskan strategi yang akan digunakan.
Wawancara secara lebih mendalam dilakukan terhadap informasi kunci dari 5
(lima) sektor kelembagaan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya. Metode penarikan contoh berdasarkan pendekatan teknik survei,
dimana pengumpulan informasi dan pengetahuan dari responden menggunakan
metode purposive sampling (pengambilan contoh yang diarahkan). Diagram
tulang ikan (fishbone) digunakan untuk menganalisis akar penyebab masalah dari
penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur di Pelabuhanratu dan dibatasi pada
nelayan ikan layur. Analytical hierarchy process (AHP) digunakan untuk
merumuskan strategi peningkatanan kinerja nelayan dibatasi pada analisis peran
dan fungsi dari lima sektor kelembagaan, yaitu Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Pelabuhanratu, Kepala Pelabuhan Perikanan, Penyuluh, akademisi, dan
pengusaha.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini (Gambar 7) dilatarbelakangi oleh permasalahan
yang ada di nelayan, terkait dengan modal insane, kinerja dan rantai pasoknya.
Masalah internal nelayan terkait dengan masalah SDM nelayan, karakter. sikap
dari budaya., kehidupan nelayan yang mudah puas dan bersikap foya-foya pada
saat memiliki uang, tidak adanya perencanaan manajemen keuangan yang baik di
nelayan, kurang pahamnya nelayan dalam mengelola ikan hasil tangkapan,
masalah kepercayaan nelayan pada hal-hal yang mistik dibandingkan dengan
informasi yang resmi dari pemerintah, masih banyaknya nelayan yang tidak
memiliki kapal sendiri sehingga mereka harus berbagi dengan para juragan,
rendahnya tingkat pendidikan,
kompetensi yang didalamnya terkandung

8
keterampilan, kemampuan dan pengetahuan dari nelayan masih berdasarkan pada
pembelajaran yang bersifat turun menurun, sampai kepada kebutuhan akan modal
yang tinggi bila akan melaut. Masalah eksternalnya sendiri terkait masalah tidak
adanya standar harga, informasi pasar yang tidak merata sampai ke nelayan,
bantuan prasarana seperti cool box yang tidak merata, tidak adanya pengendali
harga, kurangnya pembinaan yang di lakukan oleh pihak terkait, masalah cuaca,
belum adanya pembaharuan, kurangnya pelatihan yang di adakan untuk
meningkatkan kompetensi nelayan, Berbagai permasalahan yang timbul saat ini
perlu dicarikan jalan keluarnya sehingga nelayan dapat meningkat kinerjanya
dengan melihat dari indikasi produktivitas dan profitabilitasnya meningkat.
Masalah yang didapat di lapangan yang menyebabkan kinerja nelayan
menjadi rendah dapat di identifikasi dengan menggunakan fish bone (diagram
tulang ikan), sehingga dapat di lihat akar penyebab masalah yang timbul yang
mengakibatkan kinerja nelayan menjadi rendah.
Peningkatan kinerja nelayan dalam rantai pasok produk ikan layur dianalisis
berdasarkan pada aspek sistem penangkapannya, sistem pengelolaan ikan di
tingkat nelayan dan sistem penyimpanan. Aspek sistem penangkapan di
maksudkan untuk menjelaskan keterkaitan harga ikan di perusahaan dan besaran
ikan yang dihasilkan yang di perlukan oleh perusahaan untuk komoditi ekspor.
Sistem pengelolaannya untuk menganalisis hubungan antara besaran ikan yang
dihasilkan dengan kualitas ikan hasil tangkapan dan bagaimana cara
mengelolanya sehingga ikan layur yang di hasilkan sesuai dengan yang diinginkan
dengan kualitas yang baik dan ini ada kaitannya dengan sistem penyimpanannya.
Faktor kelembagaan disini juga berperan di dalam peningkatan kinerja
nelayan baik di rantai pasoknya maupun didalam modal insaninya, fungsi lembaga
disini antara lain dari pemerintah (Dinas Kelautan & Perikanan) terkait masalah
program kebijakan pengembangan dan pembinaan, Pelabuhan dan Perikanannya
sendiri terkait masalah sarana dan prasananya, dan didalam sosialisasinya
diperlukan penyuluh, sebagai pengamat adalah seorang akademisi dan pengusaha
ikan layurnya sendiri. Berdasarkan peran dan fungsi antar kelembagaan kemudian
dirumuskan suatu strategi yang sesuai untuk mendukung peningkatan kinerja
nelayan di dalam rantai pasoknya.
Pengembangan modal insani nelayan membutuhkan suatu strategi yang
tepat strategi yang harus mempertimbangkan masalah kompetensi nelayan yang di
dalamnya terkandung unsur kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki oleh nelayan. Keberhasilan strategi tersebut di pengaruhi oleh sejauh
mana komptensi dapat dikembangkan dengan melihat sejauh mana kinerja
nelayan. Penilaian peningkatan kinerja nelayan dilakukan
dengan
mempertimbangkan faktor produktivitas nelayan, profitabilitas dan inovasi.
Ketiga faktor tersebut merupakan tolok ukur dalam melihat keberhasilan
penentuan strategi yang akan di pilih dengan melakukan anlisis hierarkhi proses
(AHP) di dalam penentuannya.

9

Gambar 7 Kerangka pemikiran penelitian

10

4 IDENTIFIKASI MASALAH PENURUNAN KINERJA
EKSPOR IKAN LAYUR SERTA FAKTOR
PENGHAMBAT DAN PENDORONG PENINGKATAN
KINERJA NELAYAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penurunan kinerja nelayan ekspor produk ikan layur di Pelabuhanratu
memiliki kompleksitas masalah yang saling berkaitan antara rantai pasok,
sumberdaya dan modal insani, dan hal ini memerlukan suatu tindakan nyata yang
mampu menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Solihin (2003) menurunnya
potensi sumberdaya produk ikan layur yang diakibatkan oleh pengelolaan yang
tidak memperhatikan kelestarian, belum memadainya sarana dan prasarana, SDM
yang kurang paham dalam menangani produk tersebut, sampai dengan kebijakan
perikanan yang masih belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan nelayan
secara umum merupakan berbagai permasalahan yang ada di nelayan.
Produk ikan layur Pelabuhanratu dalam kebijakannya lebih ditujukan
untuk ekspor, sehingga dalam produksinya harus memenuhi standar tertentu yang
diinginkan oleh perusahaan eksportir. Produk perikanan didalam pengolahannya
memerlukan pengelolaan yang baik sesuai dengan karakteristik dari produk
perikanan yang mudah busuk dan bersifat musiman, sehingga untuk sampai ke
konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang baik dan
memadai. Menurut Marimin (2010) manajemen rantai pasok (supply chain
management) adalah proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan,
distribusi pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen,
dimana manajemen rantai pasok merupakan satu kesatuan sistem pemasaran
terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan
kepuasan pada pelanggan.
Faktor SDM adalah faktor yang paling penting dalam kehidupan manusia.
Menurut Baron & Michael (2013) manusia sebagai modal insani dapat
termotivasi untuk dapat berkinerja dengan lebih baik sesuai dengan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya. Menurut Hsu (2006) modal
manusia memiliki efek tidak langsung pada efektivitas organisasi melalui jalur
pengetahuan dimana kemampuan memiliki efek tidak langsung pada efektivitas
organisasi yang memberi pengaruh positif terhadap organisasi keunggulan
kompetitif.
Kinerja nelayan dapat meningkat apabila mendapat dukungan dari
pemerintah didalam pemberdayaan masyarakatnya sehingga diharapkan dengan
meningkatnya kinerja nelayan maka kesejahteraan nelayanpun akan meningkat

11
pula.
Menurut Kusnadi (2009) kebijakan dan implementasi program
pembangunan untuk masyarakat di kawasan pesisir hingga saat ini masih belum
optimal dalam memutus mata rantai belenggu kemiskinan dan peningkatan
kesejahteraan.
Kinerja adalah bagaimana melakukan, menjalankan dan melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawab yang diharapkan oleh organisasi. Bacal (2002)
Manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang berlangsung terus menerus,
yang dilaksanakan berdasarkan kemitraan antara seorang karyawan dengan
pengawas langsungnya (Bacal, 2002). Menurut Verkhohlyad (2008) hasil analisis
menunjukkan bahwa manusia merupakan modal, meliputi variabel pendidikan
yang dapat digunakan untuk pembangunan ekonomi nasional secara signifikan
dan lebih baik dan hal ini akan berimplikasi terhadap pengembangan sumber daya
manusia .
Perumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di Pelabuhanratu terkait dengan
kinerja nelayan memberikan dampak negative terhadap peningkatan nilai ekspor
ikan layur di Pelabuhanratu, sehingga perlu adanya suatu penelitian yang dapat
menjelaskan faktor apa saja yang menyebabkan penurunan kinerja nelayan ekspor
ikan layur dalam rantai pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal
insani di Pelabuhanratu serta faktor apa yang menjadi pendorong dan
penghambatnya.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis penurunana
kinerja nelayan ekspor ikan layur serta faktor penghambat dan pendorong dalam
penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur dalam rantai pasok produk ikan
layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu.

METODE
Penelitian ini dilakukan di Pelabuhanratu, terletak sekitar 60 km ke arah
selatan kota Sukabumi Jawa Barat. Penelitian lapang mulai dilakukan pada bulan
Februari 2014 hingga Mei 2014. Data yang dibutuhkan berupa data primer dan
data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literature, jurnal ilmiah,
laporan kajian terdahulu yang relevan serta dari berbagai sumber dari instansi
terkait dan pihak-pihak yang relevan. Data primer diperoleh melalui observasi dan
wawancara langsung kepada beberapa pakar dan pihak-pihak yang terkait.
Metode penarikan sampel berdasarkan pendekatan teknik survei dimana
pengumpulan informasi dan pengetahuan dari responden menggunakan metode
purposive sampling (pengambilan contoh yang diarahkan). Analisis tulang ikan
(fishbone) untuk mengidentifikasi permasalahan turunnya kinerja ekspor ikan
layur di pelabuhanratu. dan dibatasi pada nelayan ikan layur. Permasalahan digali
lebih mendalam kepada pihak-pihak terkait, yaitu nelayan, kelompok, Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan Pelabuhanratu, Kepala Pelabuhan Perikanan,
Penyuluh, akademisi, dan pengusaha.

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Permasalahan
Identifikasi masalah yang mempengaruhi penurunan kinerja nelayan ekspor
ikan layur di Pelabuhanratu, berdasarkan hasil wawancara, observasi dan
pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti di lapangan setelah diresume
dikelompokan menjadi 4 (empat) permasalahan utama, yaitu (1) Masalah SDM,
(2) Metode, (3) Material dan (4) Peralatan.
SDM nelayan, permasalahan yang paling mendasar adalah (1) masalah
pendidikan, dimana pendidikan nelayan rata-rata SD dengan presentase 73.28 %
(Lampiran 1); (2) masalah kompetensi, didalam kompentensi ini terkandung
masalah kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki
berdasarkan pembelajaran yang turun menurun dan pengalaman keseharian
kehidupan nelayan; (3) masalah etos kerja yang didalamnya terkandung masalah
keyakinan, sikap, karakter, budaya, nelayan yang mudah puas dan memiliki
mentalitas yang rendah dengan sikap hidup yang bersifat konsumtif pada saat
mereka mendapatkan hasil tangkapan yang banyak dengan tidak adanya
manajemen perencanaan dalam rumah tangganya.
Metode, permasalahan yang paling mendasar dalam metode adalah (1)
masalah proses dalam kebijakan program pemerintah yang masih belum mengena
pada sasaran. Masalah teknologi yang masih belum memadai, (2) masalah
pelatihan, pelatihan yang diberikan masih belum mengena pada sasaran terutama
yang menyangkut masalah procedure kerja yang baku bagi nelayan, kurangnya
sosialisasi yang di lakukan terhadap nelayan, bentuk penyuluhan yang belum
mengena pada sasaran yang diinginkan, kurang mengertinya nelayan pada
keselamatan kerja. (3) Masalah inovasi, nelayan ikan layur adalah nelayan yang
tradisional sehingga didalam aktivitasnya seluruhnya masih tradisional sehingga
belum ada inovasi baik dari cara
penangkapan, pengelolaan dan
penyimpanannya.
Material, permasalahan yang paling mendasar dalam material terkait
masalah sarana adalah kebutuhan akan air bersih, kebutuhan akan BBM,
kebutuhan akan es balok, dan kebutuhan akan informasi baik yang menyangkut
masalah informasi pasar maupun informasi dari pemerintah. Masalah peralatan
yang merupakan kebutuhan dasar yang sangat dibutuhkan oleh seorang nelayan
ikan layur di dalam aktivitasnya, peralatan disini menyangkut masalah kebutuhan
akan kepemilikan kapal sendiri, kebutuhan akan coolbox, kebutuhan akan
stereoform dan kebutuhan akan pancing ulur yang banyak karena ikan layur hanya
dapat di kail dengan cara yang tradisional yaitu dengan pancing ulur agar produk
yang dihasilkan mutunya baik dan ikan layur utuh tidak rusak. Adapun
identifikasi permasalahannya dapat disajikan pada Gambar 8.

13

Gambar 8 Identifikasi masalah rendahnya kinerja nelayan
Berdasarkan Gambar 8. akar penyebab masalah turunnya kinerja nelayan
ekspor ikan layur adalah (1) masalah SDM nelayan, (2) masalah motode.
Masalah SDM nelayan terkait dengan etos kerja nelayan merupakan salah
satu akar penyebab masalah turunnya kinerja nelayan ekspor ikan layur, hal ini
berkaitan dengan masalah budaya, keyakinan, sikap, karakter. Sikap, karakter dan
budaya nelayan yang melekat dalam diri nelayan adalah mudah puas dan senang
berfoya-foya. Kehidupan nelayan ikan layur bila sedang mendapatkan tangkapan
yang banyak, mereka belanjakan uang mereka secara konsumtif tanpa berfikir
akan kepentingan dari barang yang mereka beli. Faktor-faktor tersebut
memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan nelayan didalam pengelolaan
keuangannya. Kondisi ini juga diperparah apabila mereka sedang tidak melaut
atau hasil tangkapannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka akan
menjual kembali barang-barang tersebut.
Permasalahan lain yang terkait dengan SDM adalah masalah kompetensi
nelayan. Kompetensi yang dimiliki oleh nelayan ikan layur adalah kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan yang memang sudah ada dalam diri mereka.
Semuanya itu mereka dapatkan berdasarkan pengalaman karena mereka hidup dan
besar disana dengan lingkungan yang seperti itu, sehingga masalah keterampilan,
kemampuan nelayan memang sudah tidak diragukan lagi. Akan tetapi kompetensi
yang mereka miliki saat ini masih belum dapat memenuhi standar produksi
ekspor yang diperlukan.
Masalah metode yang terkait dengan proses didalam kebijakannya menjadi
salah satu penyebab penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur. Kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah seringkali lebih menguntungkan pihak tertentu
dan nelayan dalam hal ini kadang menjadi orang yang paling merugi karenanya.
Kebijakan yang tidak langsung mengena kepada sasaran mempunyai pengaruh

14
yang kurang baik kepada nelayan, yang mengakibatkan kurang percayanya
nelayan kepada pelayan publik.
Permasalahan lain terkait dengan proses adalah masalah pelatihan. Program
pelatihan yang diberikan kepada nelayan ikan layur seringkali masih bersifat
umum, sehingga pelatihan yang diberikan belum mengena pada sasaran yang
dibutuhkan. Pelatihan yang dibutuhkan nelayan ikan layur saat ini adalah bentuk
pelatihan yang dapat memenuhi standar ekspor yang dibutuhkan.
Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat dalam Peningkatan Kinerja
Nelayan Ekspor Ikan Layur Pelabuhanratu
Faktor penghambat dalam peningkatan kinerja nelayan ekspor ikan layur di
Pelabuhanratu berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan
diagram tulang ikan (fishbone) diantaranya adalah masalah SDM nelayan. SDM
nelayan ikan layur didalam kinerjanya masih rendah, hal ini disebabkan oleh
karena mereka belum paham benar bagaimana cara mengelola ikan layur dengan
baik yang sesuai dengan standar ekspor. Ketidak pahaman nelayan didalam
mengelola ikan layur menyebabkan turunnya produksi ikan layur yang akan di
ekspor dan sumberdayanya. Sumberdaya ikan layur Pelabuhanratu berdasarkan
data PT AGB Pelabuhanratu tahun 2013, menunjukan trend yang tetap (Gambar
1), akan tetapi untuk produksi ekspornya menunjukan trend yang menurun
(Gambar 2).
Faktor penghambat lainnya adalah masalah kompetensi nelayan.
Kompetensi yang dimiliki oleh nelayan didapat dari proses pembelajaran yang
turun menurun, sehingga pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
mereka dapatkan itu berdasarkan pengalaman saja. Kompetensi nelayan ini dapat
lebih ditingkatkan agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar ekspor
yang dibutuhkan. Harapannya dengan adanya peningkatan kompetensi, nelayan
dapat lebih meningkat kinerjanya.
Peningkatan kinerja nelayan dalam pengembangan modal insani dapat
diindikasikan dengan peningkatan produktivitas nelayan didalam memenuhi
standar ekspor yang dibutuhkan sehingga profitabilitas yang didapat nelayan juga
meningkat dan diharapkan secara otomatis kesejahteraan nelayan menjadi lebih
baik. Menurut Sukmawati et al. (2012) pengembangan modal insani pada nelayan
dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan terkait dengan teknologi
sesuai dengan deskripsi pekerjaannya, sedangkan dalam manajemen organisasinya
perlu peningkatan daya inovasi produk. Menurut Nandy & Ramchandra (2010)
nilai investasi modal manusia merupakan faktor investasi yang memiliki resiko
yang cukup besar, dimana organisasi dalam memperkerjakan orang harus dilihat
sebagai investasi bukan sebagai biaya yang memiliki nilai tambah.
Permasalahan lainnya yang juga sering menjadi penghambat adalah
masalah kebijakan. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak terkait kadang
menguntungkan sebagian nelayan saja, sehingga hal ini seringkali menjadi salah
satu penghambat yang menyebabkan kinerja nelayan menjadi turun. Salah satu
contoh yang baru-baru ini terjadi, masalah pembagian coolbox. Pembagian
coolbox ini dalam kenyataannya mereka yang terbagi adalah nelayan-nelayan
yang dekat dengan aparat. Hal ini dapat juga menjadi penghambat didalam
peningkatan kinerja nelayan ikan layur.

15
Nelayan pada umumnya tidak memiliki kapal sendiri dan modal yang cukup
untuk bisa melaut, sehingga mereka harus bergabung dengan kelompok atau bakul
yang memiliki modal. Nelayan dalam hal ini seringkali mendapatkan nilai tambah
yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok atau bakul. Faktor ini juga
menjadi salah satu sebab menurunnya kinerja nelayan, karena target yang ingin
dicapai adalah bagaimana dapat berproduksi banyak agar mereka mendapatkan
nilai tambah yang banyak tanpa memperhitungkan mutu.
Faktor-faktor penghambat tersebut dapat diminimalisir dengan adanya peran
serta pemerintah didalam menata kembali semua program yang akan di
laksanakan. Pemerintah dalam kebijakannya, diharapkan lebih berpihak kepada
nelayan tradisional seperti nelayan ikan layur. Perlu ada pelatihan yang terstruktur
yang disesuaikan dengan kebutuhan nelayan ikan layur, yaitu pelatihan yang dapat
memenuhi standar ekspor. Menurut Mangkuprawira (2004) pelatihan bagi
karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian
tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan
tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standard dan kebutuhan.
Faktor pendorong dalam peningkatan kinerja nelayan adalah adanya
kebutuhan pasar. Kebutuhan pasar akan produk ikan layur, dapat dipenuhi oleh
nelayan dengan tercukupinya fasilitas sarana prasarana, dan pendanaannya.
Pentingnya peran fasilitator dan para tokoh formal dan informal dengan instansi
terkait sebagai tim penyuluh dalam pembinaan nelayan. Partisipasi program harus
berorientasi kepada kepentingan masyarakat nelayan. Hal ini dapat dijadikan
sebuah konsep pentingnya partisipasi dan tujuan partisipasi guna mendapatkan
umpan balik yang diharapkan. Keterlibatan masyarakat, mulai dari persiapan,
proses perencanaan, pelaksanaan sampai kepada proses pembuatan keputusan,
masyarakat harus dilibatkan. Kemudian secara komprehensip dan terintegrasi
melibatkan juga dinas instansi terkait, kepala Desa serta elemen-elemen yang ada
di lingkungan tersebut.
Budaya dan lingkungan merupakan faktor utama yang perlu di kondisikan
juga di masyarakat nelayan karena hal ini memiliki keterkaitan yang erat terhadap
keberhasilan suatu program. Menurut Harvey & Bowin (1996) budaya organisasi
yang efektif dapat menciptakan peningkatan produktivitas, meningkatkan rasa ikut
memiliki dari karyawan, dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan.

SIMPULAN
Akar penyebab masalah pada penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur di
Pelabuhanratu adalah (1) masalah SDM nelayan didalam etos kerja dan
kompetensinya; (2) masalah metode didalam proses kebijakan dan pelatihannya.
Faktor penghambat peningkatan kinerja nelayan masalah sikap, budaya,
karakter, kebiasaan nelayan yang dalam kehidupan sehari-harinya yang mudah
berpuas diri, modal yang besar yang diperlukan pada saat melaut, arus informasi
yang tidak lancar, masalah kebijakan yang kurang mengena pada sasaran,
kurangnya pelatihan yang dibutuhkan, kepemilikan kapal yang bukan miliknya
nelayan, pembagian coolbox yang tidak merata. Faktor pendorongnya adalah
adanya kebutuhan pasar akan ikan layur.

16

5 STRATEGI PENINGKATAN KINERJA NELAYAN DALAM
RANTAI PASOK IKAN LAYUR MELALUI
PENGEMBANGAN MODAL INSANI DI
PELABUHANRATU

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penurunan ekspor produk ikan layur di Pelabuhanratu
memiliki
kompleksitas masalah yang saling berkaitan antara rantai pasok, sumber daya dan
modal insani, serta hal ini memerlukan suatu tindakan nyata yang mampu
menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Solihin (2003) menurunnya potensi
sumber daya produk ikan layur diakibatkan oleh pengelolaan yang tidak
memperhatikan kelestarian, belum memadainya sarana dan prasarana, SDM yang
kurang paham dalam menangani produk tersebut, sampai dengan kebijakan
perikanan yang masih belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan nelayan
secara umum merupakan berbagai permasalahan yang ada di nelayan.
Produk perikanan yang dihasilkan memiliki karakteristik mudah busuk dan
bersifat musiman, sehingga untuk sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem
manajemen rantai pasok yang baik dan memadai. Menurut Marimin (2010)
manajemen rantai pasok adalah proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan
pengolahan, distribusi pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke
tangan konsumen. Menurut Siagian (2005) manajemen rantai pasok merupakan
pendekatan untuk pengelolaan, persediaan dan distribusi secara terintegrasi antara
pemasok, produsen, distributor, dan pengecer untuk meminimalisasi biaya sistem
secara keseluruhan.
Rantai pasok produk perikanan dalam prosesnya melibatkan beberapa
pemain, diantaranya nelayan, pengumpul, pengusaha dan eksportir. Dalam
jaringan rantai pasok produk perikanan terdiri dari lebih dari satu rantai pasok dan
lebih dari satu proses bisnis yang dapat diidentifikasikan. SDM yang memadai
diperlukan didalam mengelola rantai pasok ini, permasalahan utama saat ini
adalah nelayan ikan layur belum paham benar bagaimana menangani ikan dengan
baik, agar ikan tetap segar dan mutu ikan tetap terjaga. Menurut Parung (2008)
peran modal insani dalam kerjasama bisnis untuk organisasi yang berbasis
teknologi sangat dominan terhadap peran sumber daya fisik dan financial.
Menurut Fisher et al, (1993) fungsi SDM harus unggul sehingga dapat
memberikan kontribusi optimal.
Keunggulan yang dimiliki Pelabuhanratu dalam memenuhi konsumsi
produk ikan layur merupakan nilai tambah bagi organisasi sehingga diperlukan
sistem manajemen sumber daya terintegrasi. Menurut Baron & Michael (2013)
manusia sebagai modal insani dapat termotivasi dapat berkinerja dengan lebih
baik sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya.
Menurut Hsu (2006) modal manusia memiliki efek tidak langsung pada efektivitas

17
organisasi melalui jalur pengetahuan dimana kemampuan memiliki efek tidak
langsung pada efektivitas organisasi yang memberi pengaruh positif terhadap
organisasi keunggulan kompetitif.
Kinerja nelayan dapat meningkat, apabila mendapat dukungan dari
pemerintah didalam pemberdayaan masyarakatnya, sehingga diharapkan dengan
meningkatnya kinerja nelayan, maka kesejahteraan nelayan meningkat pula.
Kebijakan dan implementasi program pembangunan untuk masyarakat di
kawasan pesisir hingga saat ini masih belum optimal dalam memutus mata rantai
belenggu kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan (Kusnadi, 2009).
Kinerja adalah bagaimana melakukan, menjalankan dan melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawab yang diharapkan oleh organisasi. Manajemen
kinerja adalah proses komunikasi yang berlangsung terus meneru