Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Agro Kota Bogor Melalui Modal Insani dan Modal Sosial

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA USAHA KECIL DAN
MENENGAH (UKM) AGRO KOTA BOGOR MELALUI
MODAL INSANI DAN MODAL SOSIAL

RIRI REKASIWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Peningkatan
Kinerja UKM Agro Kota Bogor Melalui Modal Insani (Human Capital) dan
Modal Social (Social Capital) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014

Riri Rekasiwi
NIM H24100093

ABSTRAK
RIRI REKASIWI. Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) Agro Kota Bogor Melalui Modal Insani dan Modal Sosial. Dibimbing
oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan LINDAWATI KARTIKA.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Agro adalah jenis usaha yang bergerak
dibidang pertanian. UKM Agro Kota Bogor banyak bergerak dibidang pengolahan
yang sangat bergantung pada jumlah dan keahlian tenaga kerja yang tersedia.
Dengan kata lain, modal insani dan modal sosial memiliki peran penting dalam
pengembangan kinerja UKM ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis secara
deskriptif mengenai modal insani, modal sosial dan kinerja di UKM Agro Kota
Bogor, menganalisis pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap kinerja
UKM Agro Kota Bogor dan membuat rekomendasi/implikasi manajerial untuk
meningkatkan kinerja UKM Agro Kota Bogor. Hasil analisis deskriptif adalah

dimensi struktural, pengetahuan lain dan produktivitas merupakan indikator yang
menjadi prioritas dalam membentuk variabel modal insani, modal sosial, dan
kinerja. Hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM) adalah modal insani
tidak berpengaruh terhadap kinerja dan modal sosial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja dengan nilai T-statistik sebesar 4,174.Hasil dari kedua analisis di
atas menjadi dasar terbentuknya implikasi manajerial berupa The House Model
yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja UKM Agro Kota Bogor.
Kata kunci: UKMcluster Agro, modal insani, modal sosial.

ABSTRACT
RIRI REKASIWI. Performance Improvement Strategy for Small and Medium
Enterprises (SMEs) Agro Bogor Through Human Capital and Social Capital.
Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and Lindawati KARTIKA.
Small and Medium Enterprises (SMEs) Agro is the type of business
engaged in agriculture. Bogor has many SMEs Agro engaged in processing that
relies heavily on the number and skills of available labor. In other words, human
capital and social capital have an important role in the development of the SME
performance. The purpose of this study are analyze descriptively about human
capital, social capital and performance in SMEs Agro Bogor, analyze the effects
of human capital and social capital on the performance of SMEs Agro Bogor, and

make a recommendation/managerial implications to improve the performance of
SMEs Agro Bogor. Descriptive analysis is a structural dimension, other
knowledge and productivity are indicator variable priority in forming human
capital, social capital, and performance. The results of the analysis of Structural
Equation Modeling (SEM) is the human capital does not affect the performance
and social capital significantly influence the performance of the T-statistic value
of 4.174. The results of both analysis become the basic of the formation from
managerial implications of The House Model which aim to improve the
performance of SMEs Agro Bogor.
Keywords : SME’s performance, human capital and social capital

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA USAHA KECIL DAN
MENENGAH (UKM) AGRO KOTA BOGOR MELALUI
MODAL INSANI DAN MODAL SOSIAL

RIRI REKASIWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Agro Kota Bogor Melalui Modal Insani dan Modal Sosial
Nama
: Riri Rekasiwi
NIM
: H24100093

Disetujui oleh

Dr Ir Muhammad Syamsun, M.Sc
Pembimbing I


Lindawati Kartika, SE, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Muhammad Najib, S.TP. MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah
peningkatan kinerja, dengan judul Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) Agro Kota Bogor Melalui Modal Insani dan Modal Sosial.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun,
M.Sc dan Ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si. selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Suratman dari UKM Raos “Tempe”,

Ibu Irma Wicahyanti dari UKM Mandiri Lestari, Ibu Noneng dari UKM
Pengolahan Tahu, Bapak Sukiato Hudaja dari UKM Sunda Karya, Bapak Aris
dari UKM Pengolahan Tahu, Bapak Hendra Suherdi dari UKM Hokkie Rubber,
dan Bapak Iwan dari UKM Mutiara Jaya Farm yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, bapak,
seluruh keluarga, serta sahabat-sahabat tercinta.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014
Riri Rekasiwi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

METODE

4

Kerangka Pemikiran

4


Lokasi dan Waktu Penelitian

5

Jenis Data dan Sumber Data Penelitian

6

Metode PengambilanSampel

6

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden

10

10

Persepsi Tenaga Kerja UKM Agro terhadap Modal Insani, Modal Sosial dan
Kinerja UKM
12
Analisis Pengaruh Modal Insani dan Modal Sosial Terhadap Kinerja UKM
dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS)

13

Implikasi Manajerial

17

SIMPULAN DAN SARAN

19

Simpulan


19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

41

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan jumlah UKM dan tenaga kerja di Kota Bogor tahun
2011-2012
2 Skala penilaian persepsi
3 Karakteristik tenaga kerja UKM Agro Kota Bogor
4 Karakteristik UKM Agro Kota Bogor yang menjadi responden
penelitian
5 Persepsi karyawan terhadap modal insani, modal sosial dan kinerja
UKM Agro Kota Bogor
6 Hasil Evaluasi outer model dan inner model pada model 1, 2 dan 3
7 Indikator kinerja utama UKM Agro Kota Bogor

1
7
10
11
12
14
18

DAFTAR GAMBAR
1. Perkembangan UMKM Kota Bogor Tahun 2009-2012
Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2013)
2. Kerangka Pemikiran
3. Struktur Model 1
4. Struktur Model 2
5. Struktur Model 3
6. Kerangka The House Model (Horovitz dan Corbooz, 2007)
7. Outer model terpilih
8. Inner Model terpilih
9. The House Model UKM Agro Kota Bogor

(Dinas
1
5
8
8
9
9
15
16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Kuisioner Penelitian
Uji Validitas dan uji reliabititas Indikator Kinerja Utama
Tabulasi silang dari karakteristik responden penelitian
Persepsi karyawan terhadap peningkatan kinerja UKM melalui modal
insani dan modal sosial
5 Hasil Pengolahan PLS (Partial Least Squares)

22
28
29
31
35

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Jumlah Unit Usaha

Kota Bogor merupakan kota yang berada di tengah wilayah Kabupaten
Bogor dan berlokasi dekat dengan Ibukota Negara. Letak geografis yang strategis
membuat kota ini berkembang dari segi infrastruktur maupun perekonomian. Dari
segi perekonomian hal itu terlihat padaLaju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). LPE
adalah pertumbuhan rill produksi barang dan jasa yang di hasilkan di Kota Bogor.
Bersumber dari BPS Kota Bogor LPE kota Bogor mencapai 6,31 padatahun 2012.
Nilai LPE ini lebih tinggi dari laju Provinsi Jawa Barat yang hanya sebesa 6,21.
Kemajuan ekonomi kota Bogor ini tidak terlepas dari peran UKM yang membantu
perekonomian daerah dengan menghasilkan produk barang dan jasa serta
penyerapan tenaga kerja. Berikut ini adalah perkembangan UMKM di Kota Bogor
yang disajikan pada Gambar 1.
30000

25804

26320

26846

27383

25000
20000
Mikro

15000
10000

4838

4936

5038

5139

1614

1646

1679

1710

2009

2010

2011

2012

5000
0

Kecil
Menengah

Tahun

Gambar 1Perkembangan UMKM Kota Bogor Tahun 2009-2012
(Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2013)
Gambar 1 memperlihatkan bahwa ada peningkatan jumlah unit usaha pada
skala mikro, kecil dan menengah.Pada skala mikro terjadi peningkatan yang
signifikan dari 25.804 unit menjadi 27.383 unit di tahun 2012. Peningkatan yang
signifikan juga terjadi pada skala kecil dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
sedangkan pada usaha skala menengah terjadi peningkatan yang tidak terlalu
signifikan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 yaitu 1.614 unit menjadi
1.710 unit. Uraian jumlah UMKM secara keseluruhan dan jumlah tenaga kerja
dalam tahun 2009-2012 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan jumlah UKM dan tenaga kerja di Kota Bogor tahun 20112012
Uraian

Jumlah UKM (Unit Usaha)

Jumlahtenaga kerja (Orang)

Tahun2009
32.256
Tahun2010
32.901
Tahun 2011
33.559
Tahun 2012
33.572
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor 2013

57.107
58.249
57.107
58.249

2
Data pada Tabel 1 menjelaskan bahwa jumlah keseluruhan UMKM Kota
Bogor empat tahun terakhir mengalami peningkatan. Selain itu UMKM
memberikan kontribusi lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Bogor dengan
menyerap 58.249 tenaga kerja pada tahun 2012. UKM Kota Bogor memiliki
peranan dalam kemajuan sektor-sektor perekonomian Kota Bogor. Salah satu
sektor yang mendominasi struktur ekonomi Kota Bogor yaitu sektor industri
pengolahan sebesar 26,85%. UKM yang memberikan kontribusi pada sektor ini
diantaranya adalah UKM Agro.
Menurut Iwantono (2003), industri sektor agro merupakan satu subsistem
dalam sistem agribisnis. Secara garis besar terdapat empat subsistem
produksi/usaha tani (farming), yaitu: (1) penyediaan sarana produksi seperti
pupuk, bibit (benih), obat-obatan, mesinpertanian dan sebagainya; (2) pengolahan;
(3) pemasaran (tata niaga); dan (4) subsistem pendukung seperti pembiayaan dan
asuransi. UKM Agro kota Bogor banyak bergerak dibidang industri pengolahan.
Sektor industri pengolahan ini dirasakan mampu menyerap tenaga kerja. Akan
tetapi tenaga kerja/SDM di dalam UKM menjadi permasalahan bagi
pengembangan UKM (Dinas KUMKM, 2013). Sejalan dengan Dinas Pemerintah
Provinsi Jawa Barat yang melihat bahwa keunggulan kompetitif UKM berasal
dari keunggulan SDM. Maka dari itudiperlukan perhatian lebih mengenai
perkembangan kinerja UKM melalui modal insani dan modal sosial di UKM Agro
Kota Bogor. Pengembangan modal insani dan modal sosial adalah salah satu cara
untuk mengembangkan dan memperhatikan SDM sehingga kedua modal tersebut
akan menjadi investasi modal yang dapat meningkatkan kinerja UKM Agro Kota
Bogor.
Perumusan Masalah
UKM Agro di Kota Bogor lebih banyak bergerak di industri pengolahan.
Industri pengolahan merupakan industri yang memberikan kontribusi terhadap
LPE Kota Bogor. UKM Agro yang bergerak dibidang industri pengolahan
menekankan pada tatacara sehingga industri ini membutuhkan tenaga kerja yang
memiliki keahlian dan kemampuan khusus. Keahlian dan kemampuan khusus ini
menjadi modal tak berwujud (intangible asset) bagi UKM yang terdapat pada
SDM. Adanya pengelolaan modal insani dan modal sosial yang baik akan
mempengaruhi kinerja UKM Agro. Oleh karena itu, perlu diadakannya penelitian
mengenai modal insani dan modal sosial terhadap peningkatan kinerja UKM.
Maka permasalahan yang diteliti adalah: (1) Bagaimana persepsi mengenai modal
insani, modal sosial dan kinerja di UKM Agro Kota Bogor?; (2) Bagaimana
pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap kinerja UKM Agro Kota
Bogor?; (3) Bagaimana rekomendasi/implikasi manajerial untuk meningkatkan
kinerja UKM Agro Kota Bogor?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah: (1) Menganalisis secara deskriptif mengenai modal insani,
modal sosial dan kinerja di UKM Agro Kota Bogor; (2) Menganalisis pengaruh
modal insani dan modal sosial terhadap kinerja UKM Agro Kota Bogor; (3)

3
Membuat rekomendasi/implikasi manajerial untuk meningkatkan kinerja UKM
Agro Kota Bogor.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) Praktis, manfaat
praktis ditinjau dari aspek manajerial, yaitu diharapkan dapat menjadi acuan bagi
masyarakat, pemilik UKM, dan pemerintah dalam upaya memperhatikan,
mengembangkan dan membina UKM guna meningkatkan kinerjanya; (2) Teoritis,
hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah karya ilmiah yang dapat
menambah ilmu pengetahuan terkait peningkatan kinerja melalui pengembangan
modal insani dan modal sosial dan dapat dijadikan langkah awal bagi penulisan
karya ilmiah selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meneliti “Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) Agro Kota Bogor Melalui Modal Insani dan Modal Sosial”.
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pengaruh yang diberikan dari modal
insani dan modal sosial terhadap kinerja UKM Agro di Kota Bogor. Istaiteyeh
(2011), variabel dari modal insani dibatasi pada metode umum dan spesifik on
the job training, pendidikan formal, serta pengetahuan lainnya. De Jong (2010),
variabel modal sosial dibatasi pada dimensi struktural, relasional dan kognitif.
Dokko (2004) Variabel kinerja dibatasi pada dimensi produktivitas dan daya
inovasi.Objek penelitian ini adalah SDM dari UKM Agro di Kota Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
UKM (Usaha Kecil Menengah)
Badan Pusat Statistik (BPS), memberikan definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja 5 s.d. 19 orang sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha
yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. Agroindustri....(2010) UKM
pengolahan hasil pertanian (agroindustri) adalah suatu kegiatan lintas disiplin
yang memanfaatkan sumberdaya alam (pertanian) untuk industri dan merupakan
revolusi nilai tambah produk hasil revolusi hijau.
Strategi
Rencana strategik adalah rencana agar perusahaan dapat menyesuaikan
kekuatan dan kelemahan internal dengan kesempatan dan ancaman dari luar
dalam rangka memelihara keunggulan kompetitif. Oleh karena, itu strategi adalah
arahan tindakan. Fokus perhatian strategi SDM adalah mendorong kemampuan
kompetitif dengan mengelola kinerja karyawan dan secara umum, dengan
membangun organisasi kinerja tinggi dan terukur. (Dessler, 2010)

4
Modal Insani (Human Capital)
Menurut Hutapea dan Thoha (2008), human capital merupakan faktor
manusia dalam organisasi mencakup intelegensi, keterampilan dan keahlian
manusia yang memberikan karakter khas pada organisasi. Istaiteyeh (2011),
menyatakan bahwa peran modal insani (human capital) terdiri atas metode umum
on the job trainingdan spesifik on the job training, pendidikan formal, serta
pengetahuan lainnya.
Modal Sosial (Social Capital)
De Jong (2010), menyatakan bahwa modal sosial berfokus pada tingkat
analisis individu dalam menyusun dimensi modal sosial menjadi tiga dimensi,
yaitu dimensi struktural, relasional dan kognitif. Dimensi stuktural didefinisikan
sebagai keseluruhan bentuk dari hubungan antar pelaku-pelaku sosial. Dimensi
relasional merupakan aset yang diciptakan dan tumbuh dalam hubungan antar
organisasi yang mencakup kepercayaan, kelayakan, kelayakan dipercaya, norma
dan sangsi, kewajiban dan harapan, serta identitas dan identifikasi. Dimensi
kognitif diartikan sebagai bahasa bersama (shared languages), berbagi cerita
(shared narrative) dan visi bersama (shared vision) yang memfasilitasi
pemahaman bersama tentang tujuan kolektif.
Kinerja
Dessler (2010) Kinerja karyawan berkaitan dengan dimensi generik, seperti
kualitas, kuantitas, kesesuaian waktu dari pekerjaan, pengembangan kompetensi
dan pencapaian tujuan. Kinerja karyawan terintergrasi dengan kinerja perusahaan.
Dokko (2004) menyatakan ada dua hal yang dapat mengukur kinerja organisasi
yaitu produktivitas dan daya inovasi.

Penelitan Terdahulu
Penelitian mengenai modal insani, modal sosial, serta kinerja telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh
Nishantha (2011) membuktikan bahwa modal insani memiliki pengaruh tidak
langsung melalui modal sosial dalam pertumbuhan organisasi. Penelitian lainnya
oleh Rutha (2013) studi kasus pada UKM kerjinan Kota Bogor menyatakan
bahwa, modal insani dan modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
peningkatan kinerja UKM.

METODE
Kerangka Pemikiran
UKM Agro Kota Bogor dalam perjalanan usahanya memerlukan empat
strategi manajemen fungsional yaitu strategi keuangan, strategi produksi dan
operasi, strategi SDM dan strategi pemasaran. Dinas KUMKM Kota Bogor

5
menilai bahawa permasalahan utama perngembangan UKM terletak pada SDM.
Oleh karena itu, dari keempat strategi tersebut strategi SDM yang menjadi fokus
utama UKM dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi UKM yang
dapat menghambat peningkatan kinerjanya dalam penelitian ini. Salah satunya
melalui pengembangan modal insani dan modal sosial. Lebih lanjut dijelaskan
melalui Gambar 2.
UKM Agro Kota Bogor

Strategi
Keuangan

Strategi Produksi
dan Operasi

Strategi
Sumberdaya
Manusia

Strategi
Pemasaran

Indikator modal sosial
(De Jong, 2010) :

Indikator modal insani
(Istaiteyeh, 2011) :
1. Metode umum on the job
training
2. Metode spesifik on the
job training
3. Pendidkan formal
4. Pengetahuan lainnya

Indikator Kinerja
UKM
(Dokko, 2004) :
1. Produktivitas
2. Inovasi

1. Dimensi struktural
2. Dimensi relasional
3. Dimensi kognitif

Analisis pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap
kinerja dengan Structural Equational Modeling (SEM)

Ruang lingkup penelitian
--- Ruang Lingkup Penelitian
Alur Penelitian

Implikasi manajerial

UKM Berkinerja Tinggi

Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh modal insani yang dibatasi oleh
empat indikator yakni metode umum dan spesifik on the job training, pendidikan
formal, serta pengetahuan lainnya dan modal sosial yang dibatasi pada tiga
dimensi yakni dimensi struktural, relasional dan kognitif terhadap kinerja UKM
dengan menggunakan alat analisis yang Strucktural Equation Modeling (SEM)
melalui pendekatan Partial Least Square (PLS). Tahap selanjutnya adalah
memberikan implikasi manajerial yang dapat dijadikan masukan dalam upaya
perumusan strategi peningkatan kinerja UKM dengan menggunakan analisis The
house Model.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UKM Agro di Kota Bogor, Jawa Barat.
Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli hingga bulan Oktober 2013.

6
Jenis Data dan Sumber Data Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancaradengan para pihak yang dianggap pakar di
bidang UKM dan pemilik UKM, serta melalui kuesioner yang akan disebar ke
tenaga kerja UKM terkait. Kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, baik berupa buku,
penelitian terdahulu, internet, serta data-data yang disediakan oleh instansiinstansi yang terkait.
Metode PengambilanSampel
Jumlah populasi UKM Agro di Kota Bogor yang aktif dan terdaftar di
DISPERINDAG (Dinias Perindustrian dan Perdagangan) dan KUMKM (Koperasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Kota Bogor tahun 2011 adalah 36 unit usaha.
Menurut Gay dan Dhiel (1992), pengambilan ukuran sampel yang diterima akan
sangat bergantung pada jenis penelitiannya. Jika penelitiannya bersifat deskriptif
dengan populasi relatif kecil minimum 20% dari populasi. Berikut perhitungan
sampel menggunkan rumus Gay :
n N 20 ....................................... (1)
n 3
20
Keterangan :
N = Populasi
n = jumlah sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
convenience sampling untuk sample unit usaha dan tenaga kerja. Sugiyono (2009)
menyatakan bahwa convenience sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan aksesbilitas kenyamanan dan kedekatan dengan peneliti. UKM yang
diteliti merupakan UKM yang bersedia diteliti, dengan ketetapan responden yang
diwawancara yaitu 1 orang pemilik dan minimal ada perwakilan tenaga kerja yang
berasal dari UKM tersebut. Sampel unit usaha pada penelitian ini adalah 7 UKM
Agro dengan total tenaga kerja sebanyak 70 orang. Tenaga kerja yang menjadi
responden sebanyak 32 orang yang diambil dari perwakilan masing-masing
sampel UKM yang diperoleh melalui metode convenience sampling.
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode Analisis
Deskriptif, Analisis Structural Eqution Modeling (SEM) pendekatan Partial Least
Square (PLS) dan The House Model. Sebelum dianalisis data dari 30 responden
harus melalui Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Validitas suatu instrumen mempermasalahkan apakah instrumen tersebut
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reabilitas berarti
sejumlah mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. (Muljono,2012)

7
Dalam penelitian ini uji validitas dan uji reabilitas akan dihitung dengan
bantuan software SPSS dan Microsoft Excel. Uji validitas akan dilihat dari skor
indikator dengan skor total indikator. Hasil dari uji validitas kuisioner pada
penelitian ini menyatakan bahwa kuisioner sudah valid karena nilai dari Rhitung >
Rtabel (0,361). Sedangkan, uji reliabilitas akan dilihat dari nilai cronbach alpha.
Apabila nilai cronbach alpha> 0.60 maka suatu variabel atau indikator dapat
dinyatakan reliabel. Seluruh pertanyaan dari penelitian ini reliabel karena hasil uji
reliabilitas kuisioner pada penelitian ini menyatakan bahwa nilai cronbach alpha
dari seluruh variabel adalah 0.862. Hasil uji validitas dan reliabilitas terdapat pada
Lampiran 2.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah jenis data yang dimaksudkan untuk
mengungkapkan keadaan atau karakteristik data sampel untuk masing-masing
variabel penelitian secara tunggal. Analisis deskriptif dilakukan dengan
menggunakan teknik-teknik statistik deskriptif yang meliputi tabel frekuensi,
grafik, ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran (Muljono 2012). Penelitian ini
akan menggunakan penilaian persepsi melalui 5 skala linkert dengan rentang nilai
sebagai berikut .
Rentang Nilai

Nilai maksimum-Nilai minimum
Nilai maksimum

...................................(2)

-1

Rentang Nilai
Rentang Nilai 0 0
Dari perhitungan rentan nilai diperoleh jarak antar skala sebesar 0,80.
Rentan nilai akan digunakan sebagai jarak pada skala linkert untuk lebih jelas
Tabel 2 Skala penilaian persepsi
Interval
1 sd 1,80
1,80 sd 2,60
2,60 sd 3,40
3,40 sd 4,20
> 4,20

Skala
Sangat Tidak Setuju
Kurang Setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat Setuju

hasil perhitungan skala penilaian persepsi dapat dilihat pada Tabel 2.
Skala penilaian persepsi tersebut digunakan untuk menilai persepsi tenaga
kerja terhadap variabel-variabel yang digunakan. Penilaian persepsi tenaga kerja
ini menjelaskan indikator yang paling berpengaruh dalam pembentukan variabel.
SEM (Structural Equation Modeling)
Penelitian ini menggunkan alat analisis SEM (Structural Equation
Modeling) melalui pendekatan Partial Least Squares (PLS) untuk melihat
pengaruh antar variabel eksogen dan endogen. Menurut Kusnedi (2008), SEM
adalah metode analisis data multivariat yang bertujuan menguji model pengukuran
dan model struktural variabel laten. Model dari penelitian ini menggunakan
variable laten independen (eksogen) yaitu modal insani dan modal sosial serta
kinerja sebagai variabel laten dependen (endogen).

8
Berdasarkan penelitian Rutha (2013) di UKM kluster Kerajinan Kota
Bogor membuktikan bahwa modal insani dan modal sosial memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja UKM. Maka dibuat model pertama yang
akan menganalisis pengaruh langsung dari variabel modal insani dan modal sosial
terhadap kinerja UKM Model pertama dapat dilihat pada Gambar 3.
Metode umum on the
job training (MU)

Metode spesifikon the
job training(MS)

Produktivitas (PRO)
Modal
Insani

Pengetahuan lainnya
(PL)

Kinerja
UKM
Daya Inovasi (DO)

Pendidikan Formal
(PF)

Modal
Sosial

Dimensi Struktural (DS)

Dimensi Relasional (DR)

Dimensi Kognitif (DK)

Gambar 3 Struktur Model 1
Penelitian Stam dan Elfring (2008) membuktikan modal sosial merupakan
media mediasi yang memperkuat hubungan antara orientasi entrepreneur dengan
kinerja. Penelitian ini memfokuskan peran jejaring intra dan ekstra industri sebagai
salah satu unsur pembentuk modal sosial. Maka dari itu terbentuklah model kedua
yang menganalisis pengaruh langsung modal insani dan modal sosial sebagai
variabel moderator dalam mempengaruhi kinerja. Struktur model kedua
ditunjukan pada Gambar 4
Dimensi Struktural
(DS)
Produktivitas (PRO)
Dimensi Relasional
(DR)

Kinerja
UKM

Modal
sosial

Daya Inovasi (DO)

Dimensi Kognitif
(DK)
Modal
Insani

Pendidikan Formal (PF)

Pengetahuan lainnya (PL)

Metode umum on the
job training (MU)

Metode spesifikon the
job training (MS)

Gambar 4 Struktur Model 2

9
Hasil penelitian Nishantha (2011) membuktikan bahwa modal insani
memiliki pengaruh tidak langsung melalui modal sosial dalam pertumbuhan
organisasi. Penelitian ini dilakukan di 97 perusahaan dengan tenaga kerja dibawah 50
orang di Colombo, Sri Langka. Penelitian ini mejadi dasar terbentuknya model
ketiga. Model ketiga mencoba menganalisis modal sosial yang mempengaruhi
kinerja UKM sebagai variabel perantara bagi variabel modal insani. Model ketiga
ditunjukan pada Gambar 5 di bawah ini.
Metode umum on the
job training (MU)
Metode spesifikon the
job training(MS)

Produktivitas (PRO)
Modal
Insani

Pengetahuan lainnya
(PL)

Kinerja
UKM
Daya Inovasi (DO)

Pendidikan Formal
(PF)

Modal
Sosial

Dimensi Struktural (DS)

Dimensi Relasional (DR)

Dimensi Kognitif (DK)

Gambar 5 Struktur Model 3
Melalui ketiga model diatas akan dipilih satu model terbaik yang dapat
menggambarkan pengaruh modal insani dan mosal sosial terhadap kinerja. Hasil
ini akan diperoleh setelah ketiga model melewati tahap evaluasi model
pengukuran (Outer Model) dan model struktural (Inner Model) menurut standar
Chin (1998) disitasi dalam Ghozali (2012).
The House Model
The House Model adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan mimpi
dari sebuah organisasi. The House Model tersebut ditunjukan pada Gambar 6 di
bawah ini.

Dream with a deadline
(Mimpi dengan batas waktu)

Key way (Cara Utama)

Key way (Cara Utama)

Action and milestones
(Tindakan dan batu pijakan
yang digunakan)

Action and milestones
(Tindakan dan batu pijakan
yang digunakan)

Supporting behaviors (Perilaku Pendukung)

Gambar 6 Kerangka The House Model (Horovitz dan Corbooz, 2007)
Horovitz dan Corboz (2007) menyatakan, ada tiga komponen untuk
membangun visi yang baik yakni impian yang terletak pada atap, cara utama yang
terdapat pada pilar-pilar dan tindakan/perilaku pendukung.

10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karekteristik responden dalam penelitian ini dibagi kedalam dua kategori,
yaitu karakteristik tenaga kerja dan karakteristik UKM. Karakteristik tenaga kerja
dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, usia, hubungan kekerabatan,
lama bekerja, penghasilan dan jumlah tanggungan, sedangkan karateristik UKM
dikelompokkan berdasarkan jenis usaha, skala usaha dan lama UKM telah berdiri.
Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat karakteristik responden dengan
menggunakan software SPSS dan Microsoft Excel.
Karakteristik Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dijadikan responden berjumlah 32 orang dari 7 UKM
yang dipilih melalui teknik convinience sampling. Dapat dilihat dari tingkat
pendidikan, bahwa pendidikan bukan menjadi syarat utama untuk bekerja
disebuah UKM Agro karena pada umumnya tenaga kerja di UKM agro
berpendidikan SD dan SMP. Karakteristik secara lengkap dijelaskan lebih lanjut
pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik tenaga kerja UKM Agro Kota Bogor
Karakteristik
Pendidikan :
SD
SMP
SMA
D3
S1
TOTAL
Usia :
45
TOTAL
Jumlah Tanggungan :
1-2 orang
3-4 orang
5-6 orang
7-8 orang
TOTAL

Jumlah Tenaga
Kerja (orang)
11
14
5
0
2
32
1
8
8
12
3
32
12
12
5
3
32

Karakteristik
penghasilan :
1500000
TOTAL
Lama bekerja :
0-5 tahun
6-10 tahun
11-15 tahun
16-20 tahun
>20 tahun
TOTAL
Hubungan
kekerabatan :
Ada
tidak ada
TOTAL

Jumlah Tenaga
Kerja (orang)
0
4
9
7
12
32
19
10
0
0
3
32

6
26
32

Keterangan : Angka yang dicetak tebal adalah jumlah tertinggi

Data pada Tabel 3 menunjukan dari segi penghasilan pemilik UKM Agro
di Kota Bogor menetapkan kompensasi tenaga kerja diatas rata-rata dengan
jumlah terbesar>Rp1.500.000,-/bulan yakni 12 orang.Hal ini disebabkan sistem
pengupahan di UKM Agro bersifat harian dan ditentukan dari jumlah pekerjaan
yang telah diselesaikan serta bergantung pada tingkat pendidikan yang dimiliki

11
oleh karyawan tersebut. Tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan S1
menjabat sebagai manajer keuangan dan sekretaris di UKM memperoleh
penghasilan diatas Rp1.500.000,-.
Usia tenaga kerja UKM sektor ini didominasi oleh tenaga kerja pada usia
matang yaitu 36-45 yang berjumlah 12 orang. Namun ada seorang tenaga kerja
yang berusia 15 tahun hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemilik UKM terkait
peraraturan UU No.13 Pasal 68 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang
menyatakan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Menurut UU ini
anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun maka dari itu UKM
perlu meninjau kembali tenaga kerja yang berusia dibawah 18 untuk tidak
dipekerjakan.
Tenaga kerja direkrut dari daerah sekitar tetapi tidak seperti UKM pada
umumnya UKM Agro di Kota Bogor lebih banyak yang tidak memiliki hubungan
kekerabatan/keluarga dengan pemilik UKM.Selain itu tenaga kerja UKM Agro di
Kota Bogor cenderung belum loyal terhadap tempat bekerjanya. Tenaga kerja
UKM Agro Kota Bogor yang bekerja 0-5 tahunsebanyak 19 orang, 5-10 tahun
sebanyak 10 orang dan hanya 3 orang yang bertahan lebih dari 20 tahun.Lamanya
tenaga kerja bekerja di UKM berada dibawah rata-rata lama berdirinya UKM. Hal
ini menggambarkan terdapat permasalahan dibidang pengelolalan SDM karena
tingkat keluar masuk tenaga kerja cukup tinggi. Karakteristik responden lebih
lanjut dapat dilihat pada Lampiran 3.
Karakteristik UKM
UKM Agro yang dijadikan tempat penelitian berjumlah 7 UKM. Lima
dari tujuh UKM sektor agro berdiri diatas 11 tahun, sedangkan dua UKM lainnya
berdiri dibawah 10 tahun.Akan tetapi lama berdirinya usaha tidak berpengaruh
terhadap omset UKM. Tabel 4 menjelaskan karakteristik UKM yang menjadi
responden.
Tabel 4 Karakteristik UKM Agro Kota Bogor yang menjadi responden penelitian
Lama
Tahun
Berdiri

Skala
Usaha

18

kecil

4

kecil

20
11

kecil
kecil

Sunda Karya

40

kecil

Hokkie
Rubber

25

menengah

Mutiarajaya
Farm

8

kecil

Nama UKM
Raos
"Tempe"
Mandiri
Lestari
Pabrik Tahu
Pabrik Tahu

Jenis Usaha
Pengolahan
Tempe
Budidaya Jamur
Tiram
Pengolahan Tahu
Pengolahan Tahu
Penggilingan
Tepung
Industri
Pengolahan
Barang Jadi
Karet
Industri
Pemotongan
Ayam

Jumlah
tenaga
kerja

Omset
(juta rupiah)

8

150

9

15

8
7

15
135

10

25

21

60

7

720

12
Omset yang diperoleh UKM dipengaruhi oleh harga jual produk yang
sesuai dengan harga bahan baku. Omset yang diperoleh cukup tinggi pada
beberapa UKM yang sejalan dengan pendapatan tenaga kerja diatas Rp1.500.000,-.
Hal ini menggambarkan produktifitas yang baik karena pendapatan/upah yang
diperoleh dibayarkan harian berdasarkan kuantitas yang dihasilkan oleh tenaga
kerja tersebut. Tenaga kerja yang dimiliki oleh UKM sudah memenuhi kriteria
UKM menurut BPS yaitu untuk usaha kecil tenaga kerja berjumlah 5-19 orang
sementara untuk usaha menengah tenaga kerja berjumlah 20-99 orang.
Berdasarkan pengertian tersebut UKM Agro yang menjadi responden terdiri dari 6
usaha berskala kecil dan 1 usaha berskala menengah. UKM Agro di Kota Bogor
pada umumnya bergerak dibidang industri pengolahan seperti pengolahan tempe,
tahu, karet alam dan tepung. Hal ini menyebabkan tenaga kerja di UKM ini
dituntut untuk memiliki keahlian khusus dibidang olahan masing-masing produk.
Selain itu bidang industri pengolahan berdampak juga terhadap sarana dan
prasarana UKM dalam proses pengolahannya. UKM Agro di Kota Bogor
umumnya telah menggunakan mesin untuk proses pengolahannya meskipun
belum menggunakan teknologi mutakhir. UKM Agro tersebar hampir merata
disetiap kecamatan yang ada di Kota Bogor. Hal ini berpotensi pada penyerapan
tenaga kerja secara merata disetiap kecamatan yang ada di Kota Bogor.
Persepsi Tenaga KerjaUKM Agro terhadap Modal Insani, Modal Sosial dan
Kinerja UKM
Tenaga kerja pada UKM agro Kota Bogor memiliki pandangan mengenai
variabel modal insani, modal sosial, dan kinerja.Penilaian persepsi tenaga kerja
UKM Agro terhadap variabel modal insani, modal sosial, dan kinerja. Tenaga
kerja UKM Agro Kota Bogor memiliki persepsi bahwa seluruh indikator dari
variabel modal sosial memiliki nilai setuju. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut ini.
Indikator yang paling disetujui oleh karyawan adalah dimensi struktural
Tabel 5 Persepsi karyawan terhadap modal insani, modal sosial dan kinerja UKM
Agro Kota Bogor
No
Variabel
Nilai
Keterangan
Modal Sosial
1
Dimensi Struktural
4,03
Setuju
2
Dimensi Relasional
3,98
Setuju
3
Dimensi Kognitif
3,82
Setuju
Modal Insani
1
Pendidikan Formal
2,69
Cukup Setuju
2
Metode umum on the job training
3,54
Setuju
3
Metode spesifik on the job training
3,49
Setuju
4
Pengetahuan Lain
3,78
Setuju
Kinerja
1
Produktivitas
4,12
Setuju
2
Daya Inovasi
3,98
Setuju
Keterangan : Angka yang berwarna biru merupakan nilai terbesar dan berwarna merah ialah nilai
terkecil

13
dengan nilai 4,03. Indikator dimensi struktural dianggap paling mendukung dalam
membentuk modal sosial di UKM Agro karena dalam lingkungan UKM karyawan
saling melakukan komunikasi serta kerjasama dengan rekan kerja baik didalam
satu unit kerja atau di luar unit kerja.
Sementara karyawan menganggap dimensi kognitif dapat membentuk modal
sosial namun tidak menjadi prioritas karena memiliki nilai terndah yaitu 3,82.
Aspek kognitif yang menjadi sorotan adalah mencapai visi misi bersama dengan
nilai 3,31. Hal ini terjadi dikarenakan pada umumnya UKM Agro Kota Bogor
belum memiliki visi dan misi sehingga karyawan tidak menjadikan aspek ini
sebagai prioritas dalam mebentuk modal sosial di UKM Agro.
Kemudian pengetahuan lain dianggap paling disetujui untuk investasi modal
insani dengan nilai 3,78 sedangkan pendidikan formal memiliki nilai 2,69 ini
merupakan nilai terendah dari seluruh indikator yang digunakan dalam
merefleksikan variabel modal insani. Pendidikan formal bukan menjadi prioritas
dalam bekerja di UKM Agro Kota Bogor karena tingkat pendidikan bukan
menjadi syarat utama bagi karyawan untuk diterima bekerja di UKM agro. Maka
dari itu karyawan menganggap bahwa pendidikan formal sebagai prioritas terakhir
dalam membentuk modal insani.
Persepsi karyawan terhadap variabel kinerja memperoleh nilai setuju pada
dua indikator yang mewakili kinerja UKM. Karyawan menganggap bahwa
produktivitas memiliki peran penting dalam membentuk kinerja UKM dengan
nilai tertinggi yaitu 4,12. Di Industri pengolahan tentunya hasil yang dilihat
adalah memaksimalkan output dari input yang tersedia. Sementara daya inovasi
memiliki prioritas di bawah produktivitas (3,98) karena UKM Agro Kota Bogor
tidak dapat banyak melakukan inovasi terhadap produk sebab produk yang
dihasilkan bersifat produk setengah jadi. Hal ini menyebabkan produktivitas
memiliki nilai lebih tinggi dari pada daya inovasi. Perhitungan lengkap dari
persepsi karyawan terdapat pada Lampiran 4.
Analisis Pengaruh Modal Insani dan Modal Sosial Terhadap Kinerja UKM
dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS)
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel laten, yaitu modal sosial, modal insani
dankinerja. Analisis yang digunakan yaitu untuk melihat bentuk dan besar
pengaruh variabel eksogen yaitu modal sosial dan modal insani terhadap variabel
laten endogen yaitu kinerja. Model yang akan diujikan yaitu model pertama yang
akan menganalisis pengaruh langsung dari variabel modal insani dan modal sosial
terhadap kinerja UKM, model kedua menganalisis pengaruh langsung modal
insani dan modal sosial sebagai variabel moderator dalam mempengaruhi kinerja
dan model ketiga menganalisis modal sosial yang mempengaruhi kinerja UKM
sebagai variabel perantara bagi variabel modal insani. Alat analisis yang
digunakan adalah SEM dengan pendekatan Partial Least Square (PLS) yang
diolah dengan SmartPLS. Untuk mengevaluasi model dalam penelitian ini
diperlukan beberapa cara bergantung pada model yang telah dibentuk. Evaluasi
model dilakukan untuk melihat pengaruh variabel eksogen terhadap variabel laten
endogen serta melihat model terbaik dari ketiga modelyang telah dibuat. Secara
umum, evaluasi dan interpretasi dari ketiga model dapat dilihat pada Tabel 6.

14
Tabel 6 Hasil Evaluasi outer modeldan inner model pada model 1, 2 dan 3
Kriteria

Standar
penilaian

Loading
Factor

Nilai loading
faktor > 0.70

(OUTER
MODEL)

Average
Variance
Extracted

Nilai AVE >
0.50

(OUTER
MODEL)

Composite
Reliability

(INNER
MODEL)

R-Square
(INNER
MODEL)

tidak ada indikator
yang berada dibawah
0,7 tidak ada indikator
yang direduksi.
Seluruh indikator telah
merefleksikan
variabel-variabel laten
(Valid)
modal insani
(0,999522), modal
sosial (0,999922),
kinerja (0,999882)
(Valid)

tidak ada indikator
yang berada dibawah
0,7 tidak ada indikator
yang direduksi.
Seluruh indikator telah
merefleksikan
variabel-variabel laten
(Valid)
modal
insani(0,999522),
modal
sosial(0,999922),
kinerja (0,999882)
modal insani*modal
sosial (1,000000)
(Valid)
modal
insani(0,999880),
modal
sosial(0,999974),
kinerja (0,999941)
modal insani*modal
sosial (1,00000)
(Reliabel)
nilai cross loading
untuk setiap variabel >
0,7 (setiap variabel
telah masuk kedalam
pengelompokan sesuai
jenis ragamnya)
(Valid)
Modal Insani
>>Kinerja (0,350202)
(Tidak berpengaruh)
modal insani*modal
sosial >> kinerja
(0,422221) (Tidak
Berpengaruh)
modal Sosial >>
Kinerja (3,420083)
(Berpengaruh)
Modal Insani
>>Kinerja (-0,234090)
(Tidak berpengaruh
positif langsung),
modal.insani*modal.so
sial >> kinerja
(0,326165)
(Berpengaruh positif
langsung), Modal
Sosial >> Kinerja
(0,907781)
(Berpengaruh positif
langsung)
R-square kinerja
sebesar 0,999854
(Model Kuat)

tidak ada indikator
yang berada dibawah
0,7 tidak ada indikator
yang direduksi.
Seluruh indikator telah
merefleksikan
variabel-variabel laten
(Valid)
modal
insani(0,999522),
modal sosial
(0,999922), kinerja
(0,999882) (valid)

Cross Loading >
0,7 untuk setiap
variabel

nilai cross loading
untuk setiap variabel
> 0,7 (setiap variabel
telah masuk kedalam
pengelompokan sesuai
jenis ragamnya)
(Valid)
Modal Insani
>>Kinerja (0,73884)
(Tidak berpengaruh)
Modal Sosial >>
Kinerja (3,710238)
(Berpengaruh)

Nilai T-Startistik
> 1,96 (5%)

(INNER
MODEL)

Original
Sample

MODEL 3

modal
insani(0,999880),
modal
sosial(0,999974),
kinerja (0,999941)
(Reliabel)

(OUTER
MODEL)

Signifikansi

MODEL 2

Composite
Reliability > 0.7

(OUTER
MODEL)

Cross
Loading

MODEL 1

>Angka
(+) memiliki
pengaruh positif
langsung
>Angka
(-) tidak
memiliki
pengaruh positif
langusng

Modal Insani
>>Kinerja (-0,183336)
(Tidak berpengaruh
positif langsung),
Modal Sosial >>
Kinerja (1,183185)
(Berpengaruh positif
langsung)

R-square 0.67,
0,33 dan 0,19
(model kuat,
moderate, dan
lemah)

R-square kinerja
sebesar 0,99984
(Model Kuat)

Keterangan : Nilai yang dicetak tebal adalah nilai terbaik

modal
insani(0,999880),
modal
sosial(0,999974),
kinerja (0,999941)
(Reliabel)

nilai cross loading
untuk setiap variabel >
0,7 (setiap variabel
telah masuk kedalam
pengelompokan sesuai
jenis ragamnya)
(Valid)
Modal Insani
>>Kinerja (0,964326)
(tidak berpengaruh)
Modal Insani>>Sosial
(2,508503)
(Berpengaruh)
Modal Sosial >>
Kinerja (4,174068)
(Berpengaruh)
Modal Insani
>>Kinerja
(-0,183345) (Tidak
berpengaruh positif
langsung), Modal
Sosial >> Kinerja
(1,183193 )
(Berpengaruh positif
langsung), Modal
Insani>> Modal
Sosial (0,999670)
(Berpengaruh positif
langsung)
R-square kinerja
sebesar 0,999840
R-square m.sosial
0,999340 (Model
Kuat)

15
Tabel 6 menjelaskan hasil evaluasi dari ketiga model diatas menyatakan
bahwa model yang memiliki hasil evaluasi yang baik adalah model 3. Evaluasi
berdasarkan standar penilaian menurut Chin (1998) yang disitasi Ghozali (2008)
dari model pengukuran dan model struktural. Hasil outer model dan inner model
dapat dilihat pada Lampiran 5.
Model pengukuran (outer model) merupakan pengukuran dari masingmasing indikator terhadap masing-masing variabel (Ghozali, 2008). Lebih lanjut
dikatakan bahwa jika koefisien atau faktor loading dari masing-masing indikator
pada model kurang dari 0,7 maka harus direduksi. Pereduksian dilakukan satu persatu dari nilai yang paling rendah dari 0,7. Tidak ada indikator yang harus
direduksi pada model 3. Outer model 3 dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 Outer model terpilih
Hal ini menyatakan bahwa seluruh indikator dapat merefleksikan variabelvariabel laten. Dimensi struktural (DS), dimensi relasional (DR) dan dimensi
kognitif (DK) dapat merefleksikan variabel modal sosial dengan baik.
Pengetahuan lain (PL), pelatihan spesifik (MS), pelatihan umum (MU) dan
pendidikan formal (PF) dapat merefleksikan variabel modal insani denganbaik,
hanya saja nilai loading faktor pada pendidikan formal (PF) memiliki niali lebih
rendah hal ini dikarenakan responden melihat pendidikan formal di UKM agro
sebagai hal yang tidak diprioritaskan. Nilai R-Square yang terdapat pada model
adalah 1,00 hal ini menjelaskan bahwa variabel konstruk kinerja UKM dapat
dijelaskan oleh variabel konstruk modal insani dan modal sosial sebesar 100%.
Tampak pada gambar nilai-nilai loading factor yang sudah sesuai dan
merefleksikan laten, sehingga dapat dilakukan tahap selanjutnya yaitu
boostrapping untuk menghasilkan model struktural.
Model struktural atau disebut juga inner model menggambarkan hubungan
antarvariabel laten. Melalui langkah bootstrapping pada smartPLS, dapat
diperoleh nilai original sample (O), kesalahan baku standar (standard errors),
koefisien jalur (path coefficients/S) dan nilai T-Statistik. Dengan teknik ini,
peneliti dapat menilai signifikansi statistik model penelitian dengan menguji

16
hipotesis untuk tiap jalur hubungan. Hasil bootstraping model 3 terdapat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Inner Model terpilih
Gambar 8 menggambarkan tentang pengaruh tidak langsung modal insani
melalui modal sosial terhadap kinerja UKM (Hasil output dari smartPLS
ditampilkan pada Lampiran 5). Hasil output inner model terpilihmenunjukkan
nilai original sample (O), koefisien untuk tiap jalur hipotesis dan nilai TStatistiknya yang diperoleh dari hasil output. Hubungan diantara variabel dengan
melihat nilai original sampel (O) diperoleh hubungan positif antara variabel
modal insani teerhadap modal socialdan variabel modal sosial terhadap kinerja
UKM. Sedangkan variabel modal insani memiliki hubungan negatif terhadap
kinerja UKM .
Pengujian terhadap model struktural selanjutnya adalah uji hipotesis. Uji
hipotesis dilakukan dengan melihat niai T-statistik. Jika nilai T hitung > dari T
tabel yaitu 1,96 untuk tingkat eror 5% dapat disimpulkan :
1. Konstruk Modal Insani terhadap Kinerja UKM memiliki T-statistik
sebesar 0,964. Nilai T hitung < dari T tabel sehingga modal insani tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja UKM
2. Konstruk modal insani terhadap modal sosial meiliki T-Statistik sebesar
2,609. Nilai T hitung > T tabel sehingga modal insani memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap modal sosial.
3. Konstruk Modal sosial terhadap kinerja UKM memiliki T- statistik
sebesar 4,174. Nilai T hitung > T tabel sehingga modal sosial memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja UKM.
Modal insani tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap
kinerja UKM Agro Kota Bogor. Ketidak berpengaruhan modal insani secara
langsung terhadap kinerja mengindikasikan ada faktor lain yang memiliki
pengaruh terhadap kinerja karena pada penelitian ini hanya dilihat dari satu sisi
fungsional manajemen yakni manajemen sumberdaya manusia.
Akan tetapi modal insani memiliki pengaruh terhadap modal sosial dan
modal sosial memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap kinerja UKM.
Artinya modal sosial menjadi perantara bagi modal insani terhadap peningkatan
kinerja UKM. Modal insani yang direfleksikan oleh indikator pengetahuan lain,
pendidikan formal, pelatihan umum dan pelatihan spesifik pada dasarnya

17
menggambarkan skill dan kemampuan tenaga kerja dibutuhkan oleh UKM. Skill
dan kemampuan tersebut dibutuhkan oleh UKM yang bergerak dibidang
pengolahan untuk meningkatkan kinerjanya. Melalui modal sosial inilah skill dan
kemampuan di dalam diri tenaga kerja dapat tersalurkan melalui modal sosial
karena modal sosial merupakan proses pembentukan jaringan antar tenaga kerja
dan hubungan antar tenaga kerja berupa komunikasi dan kerjasama dalam
mencapai kepentingan bersama di dalam UKM. Hal ini terefleksikan oleh dimensi
relasional, struktural dan kognitif yang terangkum dalam variabel modal sosial
dalam penelitian ini.
Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian implikasi manajerial yang dapat digunakan
oleh UKM Agro Kota Bogor sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan
kinerja UKM melalui The House Model yang dapat diimplementasikan dalam
rangka perbaikan lingkungan internal UKM. Kebanyakan dari UKM yang
dijadikan sampel penelitian belum memilki visi dan misi yang jelas dan
didokumentasikan. Tujuan dari UKM ini pada umumnya sekedar untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini timbul dikarenakan motivasi UKM
untuk berkembang masih tergolong rendah. Untuk itu diperlukan sebuah batu
loncatan sebagai standar yang dapat memotivasi UKM dalam mencapai citacitanya. The House Model merupakan alat yang dapat digunakan oleh UKM untuk
membantu UKM dalam merancang strategi dan menentukan impian dari usaha
yang didirikannya. Berikut adalah rancangan The House Model UKM Agro Kota
Bogor yang terdapat pada Gambar 9 di bawah ini.

Atap
Visi

Menjadi UKM Agro yang Produktif dan
Sustainable (berkelanjutan) Periode 5 Tahun

Pengembangan Modal Sosial

Pilar
Indikator
Kinerja
Utama

-

Pondasi

Pengelolaan Manajemen
Konflik
Pembentukan norma dan
nilai-nilai dalam UKM
Pembentukan Visi, Misi, dan
Tujuan UKM

Komunikasi dan Kerjasama yang baik

Gambar 9The House Model UKM Agro Kota Bogor
The House Model yang dirancang pada Gambar 9 diperoleh berdasarkan
analisis deskriptif dan analisisi SEM. The House Model UKM Agro kota Bogor
memiliki atap yang berisikan sebuah visi dengan sebuah pilar yang terdiri dari key
way dan action/milestone serta pondasi berupa tindakan yang harus dilaksanakan

18
oleh UKM Agro Kota Bogor. Berdasarkan hasil analisis deskriptif produktivitas
memiliki nilai persepsi lebih besar dibandingkan dengan daya inovasi dalam
menggambarkan indikator peningkatan kinerja. Maka Visi yang diterapkan oleh
UKM Agro di Kota Bogor adalah “Menjadi UKM yang Produktif dan
Suistainable (berkelanjutan) Periode 5 Tahun”. Visi tersebut akan menjadi atap
dari The House Model.
Bagian kedua merupakan pilar terdiri dari key way dan action/milestone
yang berfungsi sebagai penyokong berdirinya sebuah visi. Pilar tersebut diperoleh
melalui permasalahan SDM yang diangkat dalam penelitian ini yakni peningkatan
kinerja melalui modal insani dan modal sosial. Key way dari The House Model ini
berupa “PengembanganModal Sosial” berdasarkan hasil hubungan laten antar
variabel dalam analisis SEM. Action/milestone diperoleh melalui analisis persepsi.
Nilai yang digunakan adalah nilai persepsi terendah (seperti ditunjukan Lampiran
4) pada setiap indikator-indikator modal sosial. Pada indikator dimensi struktural
sub-indikator penyelesaian konflik memperoleh nilai terendah sehingga
diperlukan manajemen konflik yang baik. Kemudian indikator dimensi relasional
yang harus diperhatikan melalui pembentukan norma dan nilai-nilai karena
pemahaman mengenai norma dan nilai-nilai yang berlaku di perusahaan
memperoleh nilai terendah. Sementara pada dimensi kognitif sub-indikator shared
vision yang memperoleh nilai terendah. Hal ini dikarenakan UKM Agro Kota
Bogor belum memiliki visi, misi dan tujuan usaha yang jelas. Maka perlu
dibentuknya batu loncatan berupa pembentukan visi, misi dan tujuan UKM.
Berdasarkan pilar The House Model di atas dapat dilihat indikator kinerja utama
yang akan digunakan oleh UKM Agro Kota Bogor. Tabel 7 menyajikan sasaran
strategis, indikator pemicu, indikator kinerja utama dan target yang harus dicapai
oleh UKM Agro Kota Bogor.
Tabel 7 Indikator kinerja utama UKM Agro Kota Bogor
Sasaran
Strategis

Indikator Pemicu
Utama
Meminimalkan
konflik

Pengembangan
Modal Sosial

Terbentuknya visi,
misi dan tujuan
UKM
Terciptanya tenaga
kerja yang taat
aturan

Indikator Kinerja Utama
Hasil

Target

Presentase kegiatan
kebersamaan/ keakraban

2x dalam setahun

Pembentukan visi, misi
dan tujuan UKM

Tercapai 2014

SOP disiplin kerja pegawai
Penetapan sangsi kerja
pegawai

Tercapai 2014
Tercapai 2015

Bagian The House Model selanjutnya adalah pondasi. Pondasi merupakan
perilaku pendukung agar tercapainya visi yang telah dibuat. Pondasi tersebut
diperoleh melalui analisis persepsi pada sub-indikator dalam indikator-indikator
modal sosial yang memiliki nilai tertinggi. Sub-indikator yang memperoleh
persepsi tertinggi adalah komunikasi dan hubungan kerjasama. Nilai tertinggi ini
menggambarkan bahwa komunikasi dan kerjasama terlah berjalan dengan baik
dan menjadi kekuatan UKM pada indikator modal sosial. Maka kedua hal ini
perlu ditingkatkan untuk mendukung pilar agar UKM Agro K