Analisis Gender Buruh Batik dalam UKM “Batik Pesisir” Desa Kemplong Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan

i

ANALISIS GENDER BURUH BATIK DALAM UKM “BATIK
PESISIR” DESA KEMPLONG KECAMATAN WIRADESA
KABUPATEN PEKALONGAN

ANITA PERTIWI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Gender

Buruh Batik dalam UKM Batik Pesisir Desa Kemplong Kecamatan Wiradesa
Kabupaten Pekalongan” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing, dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Anita Pertiwi
NIM. I34110044

ii

iii

ABSTRAK
ANITA PERTIWI. Analisis Gender Buruh Batik dalam UKM Batik Pesisir

Desa Kemplong Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Dibimbing oleh
EKAWATI SRI WAHYUNI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan pembagian
kerja pada proses produksi batik tulis dan batik cap, menganalisis hubungan jenis
proses produksi terhadap relasi gender dan menganalisis hubungan karakteristik
buruh terhadap tingkat relasi gender di UKM Batik Pesisir, Desa Kemplong
Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini dilakukan
menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, yaitu penggunaan instrumen
berupa kuesioner, dan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode wawancara
mendalam dan observasi lapang. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa terdapat
perbedaan pembagian kerja yang jelas di dalam proses produksi batik tulis dan
batik cap. Perbedaan pembagian kerja tersebut mempengaruhi akses dan kontrol
yang berbeda dari responden laki-laki dan perempuan. Adapun karakteristik
responden yang mempengaruhi akses dan kontrol responden dalam bekerja
sebagai buruh batik yaitu usia dan lama bekerja.
Kata kunci : buruh, produksi batik, UKM
ABSTRACT
ANITA PERTIWI. Analysis of Labor Gender Batik in Small and Medium
Enterprises (SMEs) Batik Villages Kemplong Wiradesa Pekalongan. Supervised
by EKAWATI SRI WAHYUNI

The purpose of this study to describe the difference division of labor in the
process of production batik and , analyzing type of relationship to the process of
production relations gender and analyze labor relations characteristic of the
level gender relations in Small and Medium Enterprises Batik Village, Kemplong
Wiradesa Pekalongan. This research done by using approach quantitative
research, which is the use of the instruments in order, and the approach
qualitative research method with an interview in-depth and observations town
square. This research explained that there are differences between the division of
labor which is clear in the process of production batik and batik. The difference
division of labor was affected access and control which is different from
respondents men and women. But the characteristics respondents that affect
access and control respondents in working as laborers batik that age and long
worked.
Key words : batik production, SMEs, workers,

iv

v

ANALISIS GENDER BURUH BATIK DALAM UKM “BATIK

PESISIR” DESA KEMPLONG KECAMATAN WIRADESA
KABUPATEN PEKALONGAN

ANITA PERTIWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vi

vii


Judul Skripsi

: Analisis Gender Buruh Batik dalam UKM “Batik Pesisir”
Desa Kemplong Kecamatan Wiradesa Kabupaten
Pekalongan

Nama

: Anita Pertiwi

NIM

: I34110044

Disetujui oleh

Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS.
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

viii

PRAKATA
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT
atas rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Gender Buruh
Perempuan UKM Batik Pesisir ” ini dengan baik, untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik
karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Ekawati Sri Wahyuni selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu dan pikiran untuk memberi masukan serta saran yang berarti selama
proses penyelesaian penulisan skripsi ini
2. Orang tua penulis Ayahanda Wakhidi dan Ibunda Jamilah yang telah
membesarkan dan merawat penulis dengan penuh kasih sayang serta menjadi
sumber motivasi paling besar untuk penyelesaian skripsi ini.
3. Dina Nurdinawati, MS selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak
membantu memberikan masukan selama proses penyelesaian penulisan skripsi
ini.
4. Pihak Batik Pesisir telah berkenan menjadi lokasi penelitian dan membantu
peneliti dalam penelitian.
5. Beasiswa SOSEK Angkatan 16 yang diberikan oleh donatur yang sangat
meringankan penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian
Bogor.
6. Dwi Tasya Liandra, Wira Puji Astuti, Khairun Nisa Mutmainah, Nur
Apriyani, Lingga Detia Ananda, Tri Sintya sebagai orang-orang yang lebih
dari sahabat bagi penulis. Terimakasih untuk sumber semangat dan
kebersamaannya selama ini.
7. Teman- teman akselerasi Dyah, Fitri Hilmi, Indah Oktavia, Indah Erina, Siska,
Ethaliani, Tiffany, Iradhatie, Nindya, Mirfa, Tri, Novia, Citra, Dwi, Intan,
Riski, Amel, Maria, Radha, Nadia, yang telah memberikan semangat satu

sama lain.
8. Keluarga besar SKPM 48 atas perhatian, kasih sayang dan kebersamaannya
sampai saat ini. Semoga kita suskes di masa depan.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca.
Bogor, Februari 2015

Anita Pertiwi
NIM. I34110044

ix

x

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Pendekatan Lapang
Lokasi Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis dan Kondisi Fisik
Sarana dan Prasarana
Kependudukan
Kondisi Ekonomi
GAMBARAN UMUM UKM “BATIK PESISIR”

Profil UKM Batik Pesisir
Kondisi Fisik UKM Batik Pesisir
Ketenagakerjaan
Proses Pembuatan Batik
KARAKTERISTIK RESPONDEN DALAM UKM “BATIK PESISIR”
Jenis Kelamin
Usia
Pekerjaan
Lama Bekerja
Tingkat Pendidikan
ANALISIS GENDER BURUH BATIK DALAM UKM “BATIK
PESISIR”
Profil Aktivitas Produksi Batik
Profil Akses dan Kontrol Produksi Batik
Faktor-faktor yang mempengaruhi (Hambatan dan Kesempatan)
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN
RELASI GENDER RESPONDEN DI DALAM UKM “BATIK PESISIR”
Hubungan Jenis Kelamin dengan Akses dan Kontrol dalam UKM
Batik Pesisir
Hubungan Usia dengan Akses dan Kontrol dalam UKM Batik Pesisir


ix
xi
xii
1
2
3
3
5
14
14
14
17
17
18
18
19
21
21
22
23
27
27
28
28
34
34
35
36
36

39
43
44

47
48

xi

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Akses dan Kontrol dalam
UKM Batik Pesisir
Hubungan Lama Bekerja dengan Akses dan Kontrol dalam UKM
Batik Pesisir
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

50
51

55
55
57
59
66

xii

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.
13.

14.

15.
16.
17.
18.
19.
20.

Metode pengumpulan data
Jumlah dan persentase penduduk Desa Kemplong Tahun 2014
Jumlah penduduk tingkat pendidikan di Desa Kemplong Tahun 2014
Jumlah dan persentase mata pencaharian penduduk Desa Kemplong
berdasarkan mata pencaharian tahun 2014
Luas Produksi tanaman utama di Desa Kemplong Tahun 2014
Perbandingan karakteristik responden batik tulis dan batik cap dalam
UKM Batik Pesisir Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa Kabupaten
Pekalongan Tahun 2014
Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia di UKM Batik
Pesisir Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan
Tahun 2014
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pekerjaan di UKM
Batik Pesisir Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa Kabupaten
Pekalongan Tahun 2014
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman bekerjaan
di UKM Batik Pesisir Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa
Kabupaten Pekalongan Tahun 2014
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan di
UKM Batik Pesisir Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa Kabupaten
Pekalongan Tahun 2014
Alat profil aktifitas proses produksi pembuatan batik tulis dan batik
Cap antara responden laki-laki dan responden perempuan di dalam
UKM Batik Pesisir
Perbedaan aktivitas responden laki-laki dan perempuan dalam Batik
Pesisir beserta alasannya
Profil akses dan kontrol atas sumber daya dan benefit dalam proses
produksi pembuatan batik tulis dan batik cap antara responden lakilaki dan responden perempuan di dalam UKM Batik Pesisir
Faktor saling pengaruh antara “profil aktifitas” dan “profil akses dan
kontrol” dalam proses produksi pembuatan batik tulis dan batik cap
antara responden laki-laki dan responden perempuan di dalam UKM
Batik Pesisir
Jenis Kelamin dengan akses di dalam UKM Batik Pesisir
Jenis Kelamin dengan kontrol di dalam UKM Batik Pesisir
Usia dengan akses dan kontrol tinggi di dalam UKM Batik Pesisir
Tingkat pendidikan dengan akses dan kontrol tinggi di dalam UKM
Batik Pesisir
Lama Bekerja dengan akses dan kontrol tinggi di dalam UKM Batik
Pesisir
Rangkuman hasil uji regresi karakteristik responden dan jenis
produksi dengan (relasi gender) tingkat akses dan kontrol

19
22
23
24
25
32

33

34

35

36

37

38
41

42

45
46
47
48
49
50

xiii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Garis relasi dominasi dan hegemoni
10
Kerangka Pemikiran
13
Piramida penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di Desa 22
Kemplong Tahun 2014

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Lokasi Penelitian
Kerangka Sampling
Dokumentasi

60
61
62
64

xv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia kian
meningkat dan kini mencapai angka 55,2 juta yang tersebar di seluruh Indonesia.
UKM merupakan salah satu penopang sektor perekonomian di Indonesia.
Menurut Hasan seperti yang dikutip Wirata (2013) puluhan juta UKM pada saat
ini mewakili lebih dari 90 persen bisnis di Indonesia dan mampu memberikan
kontribusi sebesar 57 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
UKM yang terdapat di Asia Pasifik mampu memberikan kontribusi yang cukup
signifikan terhadap perekonomian lokal. Hal ini dapat terjadi di Indonesia karena
sesuai dengan keadaan perekonomian Indonesia yang sangat beraneka ragam.
Tambunan (2000) menguraikan bahwa setidaknya terdapat beberapa alasan yang
menjadikan pentingnya UKM di Indonesia yang juga terkait dengan posisi
strategis dalam berbagai aspek. UKM tidak memerlukan sebagaimana perusahaan
besar sehingga dalam pembentukannya dan tenaga kerja yang diperlukan tidak
terlalu menuntut kriteria tertentu yang tinggi, pendidikan misalnya.
Kegiatan perekonomian di wilayah pedesaan Indonesia masih di dominasi
usaha-usaha skala mikro dan menengah, para petani dan buruh masih menjadi
pelaku utama didalamnya. Keikutsertaan perempuan dalam mencari nafkah
didalam keluarga dilakukan dan dianggap sebagai upaya untuk membantu dan
meningkatkan keadaan finansial keluarga tersebut, dan tentunya demi mencapai
kebutuhan ekonomi mereka. Keterlibatan perempuan dalam dunia kerja, dirasakan
kian hari kian mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan melalui angka gender
related development index (GDI) yang makin meningkat.
Di Indonesia sendiri terdapat beragam UKM, salah satunya yakni UKM
Kerajinan Batik. Batik yang merupakan warisan budaya kita yang sangat terkenal
di semua kalangan, hingga kini pada akhirnya menimbulkan perkembangan yang
pesat dalam industrinya. Batik sebagai produk seni adiluhung yang pada awalnya
diwarnai simbol-simbol keraton dan penggunaannya hanya terbatas pada kalangan
tertentu, sekarang pada kenyataannya batik berkembang memenuhi kebutuhan
fashion. Batik yang corak motifnya didominasi flora dan fauna dengan pewarnaan
cemerlang merupakan gaya pesisiran sehingga melahirkan simbol batik khas
Pekalongan. Kota Pekalongan yang dikenal sebagai "Kota Batik " mempunyai
potensi besar dalam kegiatan pembatikan dan telah berkembang begitu pesat, baik
dalam skala kecil maupun besar. Hasil produksi Batik dari Pekalongan juga
menjadi salah satu penompang perekonomian Pekalongan. Corak dan warna yang
khas dari produk Batik Pekalongan telah menjadikan kerajinan Batik Pekalongan
telah menjadikannya semakin dikenal, dengan Investasi Rp. 128 miliyar industri
batik ini mampu mengekspor 118,2 kodi ke Australia, Amerika, Timur Tengah,
Jepang, Cina, Korea dan Singapura dengan nilai ekspor 1.205.027,42 U$ (BPMP
2011). Jenis usaha produknya pun semakin lama semakin berkembang, yang
semula kebanyakan batik tulis saja yang diproduksi sekarang sudah ada batik
printing yang dalam proses produksinya sudah dalam skala besar.

2

Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada
ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak
berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik
pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik pekalongan menyatu
erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua
wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa
Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga
Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan. Meskipun demikian,
sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia, usaha batik
pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang
semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnam,
menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke
arah yang lebih modern. Gagal melewati masa transisi ini, batik pekalongan
mungkin hanya akan dikenang generasi mendatang lewat buku sejarah. Ketika itu,
pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Saat
berlangsung masa tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di
sawah. Namun, di antara masa tanam dan masa panen, mereka bekerja
sepenuhnya sebagai tukang batik
Usaha kerajinan batik dalam produksinya membutuhkan pekerja dalam
jumlah yang besar, terutama untuk menghasilkan produk batik tulis kualitas tinggi
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik
otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak,
sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan
menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Masing-masing dari jenis
usaha batik tersebut memiliki ciri khas masing-masing yang menunjukkan
kekhasannya. Batik tulis membutuhkan banyak pekerja dalam proses
pembuatannya dikarenakan banyaknya tahapan atau proses yang harus dilalui dan
kebanyakan dari pekerjanya adalah perempuan dalam pembuatannya.
Kemampuan dari membatik yang dimiliki oleh perempuan pada masa dahulu
dipelajari secara turun-temurun, karena selain sebagai suatu usaha membatik juga
merupakan suatu budaya dalam masyarakat tertentu. Dengan berkembangnya
banyaknya jenis batik yang berkembang selain tulis, menjadikan kita untuk
berfikir apakah peran-peran perempuan dalam proses produksi tergeser atau tidak,
mengingat semakin majunya teknologi termasuk dalam industri batik sekalipun.
Kemampuan bekerja, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan pada hakekatnya mempunyai potensi yang sama dalam
mengembangkan dan melaksanakan sebagai pekerja. Menurut Omara (2004),
budaya patriarki budaya yang terbentuk dalam masyarakat hingga pada akhirnya
menciptakan status dan peranan perempuan yang ditempatkan dalam sektor
domestik, sedangkan laki-laki pada sektor publik. Perempuan pada umumnya
hanya dianggap sebagai pencari nafkah tambahan sementara laki-laki dianggap
sebagai pencari nafkah utama (primary breadwinner). Oleh karenanya perlu
ditinjau kembali praktik-praktik dalam dunia kerja, khususnya pada sektor
informal (UKM) untuk mengetahui bagaimana proses didalamnya, masih
terjadinya kesenjangan gender atau tidak.

3

Perumusan Masalah
Gender bukan suatu konsep untuk membedakan antara laki-laki dan
perempuan secara biologis, gender adalah konsep yang menjelaskan perbedaan
antara laki-laki dan perempuan berdasarkan kontruksi yang terbentuk di dalam
masyakat, hubungan dan peran misalnya. Hingga saat ini, masih sering terjadi
kesalahpahaman dalam memaknainya, hal ini yang menyebabkan terjadinya isu
gender dalam segala bidang kehidupan masyarakat, termasuk dalam dunia kerja.
Praktik diskriminasi masih dirasa pada pemberian fasilitas didalamnya. Maka dari
itu rumusan permasalahan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbedaan pembagian kerja pada proses produksi batik tulis
dan batik cap?
2. Bagaimana hubungan jenis proses produksi terhadap tingkat akses dan
kontrol pada UKM “Batik Pesisir” ?
3. Bagaimana hubungan karakteristik buruh terhadap tingkat akses dan
kontrol pada UKM“Batik Pesisir”?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk menghasilkan :
1. Deskripsi perbedaan pembagian kerja antara produksi batik tulis dan batik
cap
2. Analisis hubungan jenis proses produksi terhadap relasi gender (tingkat
akses dan kontrol) pada UKM “Batik Pesisir”
3. Analisis hubungan karakteristik buruh terhadap relasi gender (tingkat
akses dan kontrol) pada UKM “Batik Pesisir”
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi dan kajian untuk keperluan studi-studi terkai studi
gender dalam UKM, khususnya UKM Batik
2. Bagi kalangan umum, penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan khasanah pengetahuan, serta memberi informasi yang
bermanfaat
3. Bagi kalangan swasta diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam proses penempatan posisi kerja seseorang.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
UKM
Definisi UKM
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan pelaku bisnis terbesar di
Indonesia yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam membentuk
perekonomian suatu negara (Tambunan 2000). Usaha Mikro Kecil dan Menengah
tergolong dalam usaha yang marginal, yang antara lain diindikasi dengan
penggunaan teknologi yang relatif sederhana, keterbatasan modal dan terkadang
akses terhadap kredit yang rendah serta cenderung berorientasi dengan pasar lokal
(Hubeis 2010).
Definisi dan konsep mengenai UKM berbeda setiap negara, bahkan di
dalam suatu negera pun terdapat banyak perbedaanya, misalnya saja di Indonesia,
ada yang mengacu pada BI, Kementrian Keuangan dan sebagainya. Mengutip
tulisan Andreas (2011) berdasarkan Kementrian Koperasi dan UKM
mengelompokkan UKM menjadi tiga kelompok berdasarkan total aset, total
penjualan tahunan dan status usaha dengan kriteria sebagai berikut :
(1) Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat
tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum
berbadan hukum. Hasil penjualan bisnis tersebut paling banyak Rp. 100 juta.
(2) Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar
c. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau skala besar
d. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk
koperasi.
(3) Usaha menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar Rp. 200 juta sampai
dengan paling banyak Rp. 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan
usaha
b. Usaha yang berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar
c. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk
koperasi

6

UKM Batik
UKM dengan sektor ekonomi lainnya memiliki perbedaan, berdasarkan
the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CMSED), dan the Center
for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, bahwa UKM
mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Sifat fleksibilitas yang dimilki
oleh UKM menjadikan untuk mampu melakukan penyesuaian dengan proses
produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan
pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi. Untuk
UKM Batik sendiri dicirikan dengan banyaknya pekerja perempuan yang terlibat
bekerja, terutama jika produksi batik yang dihasilkan berupa batik tulis, karena
pekerjaan membatik hanya bisa dilakukan oleh kaum perempuan. Untuk wilayah
pemasaran dari produksi UKM Batik ini sudah banyak
Terdapat empat alasan yang menjadikan UKM di Indonesia dapat
bertahan di masa krisis ekonomi yaitu : (1) Sebagian UKM menghasilkan barangbarang konsumsi (consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama, sehingga
menjadikan barang yang diproduksi dapat diperkiran tanpa jangka panjang, hal ini
berarti dapat memimalkan keugian jika permintaan menurun dan barang konsumsi
tentunya akan sering dicari oleh semua orang, (2) Mayoritas UKM lebih
mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha, hal ini
dikarenakan modal untuk pengembangan usaha, berasal dari kantong pribadi, (3)
Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya
memproduksi barang atau jasa tertentu saja, terbukti dengan banyaknya macammacam UKM yang ada di Inodonesia. dan (4) UKM terbentuk sebagai akibat dari
banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal (Tambunan 2000).
UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang
perekonomian. Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada
dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat
beberapa fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu (1)
Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak
tertampung di sektor formal, (2) Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan (3) Sektor UKM sebagai
sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang
dihasilkan sektor ini.

Buruh dan Upah
Di dalam UU Nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja (manpower) terdiri
dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja juga terdiri atas

7

golongan yang bekerja dan golongan mengganggur dan mencari pekerjaan.
Golongan yang bekerja terdiri dari macam-macam jenis pekerjaan yang digeluti
oleh seseorang, termasuk buruh. Menurut Zulkarnaen (2013) banyak orang yang
mempersepsikan sama tentang definisi buruh. Definisi yang mereka pahami
bahwa buruh adalah seseorang yang bekerja dipabrik yang berjumlah ratusan
hingga ribuan orang. Karyawan juga didefinisikan sebagai orang yang bekerja
dikantor dengan seragam rapi.
Berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2003 buruh/pekerja didefinisikan
sebagai setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Kalau kita telaah lebih mendalam, dari pengertian diatas sebenarnya
terdapat dua unsur yang melekat dengan definisi buruh. Pertama, setiap orang
yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja tetapi harus bekerja)
serta yang kedua, menerima upah atau imbalan sebagai balas jasa atas
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Semua unsur diatas dapat digunakan untuk
membedakan apakah seseorang masuk dalam kategori pekerja/buruh yang
nantinya diatur dalam UU Ketenagakerjaan atau tidak, yang berisi segala aturan
yang berkaitan dengan hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan
pengusaha/majikan. Sejalan dengan definisi tersebut KBBI juga mempunyai
definsi tersendiri yang kurang lebih sama. Menurut KBBI, buruh adalah orang
yang bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah. Jenis buruh itu sendiri
sangat beraneka ragam, ada buruh harian, buruh kasar, buruh musiman, buruh
pabrik, buruh tambang, buruh tani, buruh terampil dan buruh terlatih. Membahas
uraian tentang buruh, tidak akan terlepas dengan yang namanya upah. Sebelum
lebih jauh membahas hubungan kedua konsep diatas, adakalanya kita uraikan dulu
apa yang dimaksud dengan upah. Masih dalam UU Nomor 13 tahun 2003, Upah
adalah hak pekeja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian, kesepakatan, dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukan. Kalau kita cermati bersama, antara
buruh dan upah terdapat korelasi yang kuat, artinya dimana berbiacara mengenai
buruh maka biasanya kita akan membahas upahnya. Fenomena yang terjadi
selama ini, menunjukkan terdapat korelasi yang negatif. Contoh kasusnya setiap
ada masalah yang muncul dari kaum buruh, dapat dipastikan mengenai tuntutan
kenaikan upah, yang dirasakan oleh kaum buruh selama ini, mereka merasa
kurang layak untuk mendapatkan upah rendah, tidak sebanding dengan apa yang
mereka kerjakan.
Teknik Analisis Gender
Analisis gender menjadi suatu analisis terutama yang berkenaan dengan
hubungan peranan perempuan dan laki-laki menjadi semakin terukur. Melalui
teknik ini akan teridentifikasi berbagai kesenjangan maupun isu gender yang
tengah terjadi di dalam masyarakat. Pendekatan GAD akan menjelaskan

8

bagaimana hubungan perempuan dan laki-laki selama dalam proses
pembangunan, yang kemudian dari hasil penelaahan tersebut dapat dilaksanakan
suatu program pembangunan yang responsif gender.
1. Teknik Analisis Harvard
Analisis Model Harvard dikembangkan oleh Harvard Institute for
International Development yang bekerja sama dengan kantor Women in
Development (WID)-USAID (Puspitawati 2012). Teknik Analisis Harvard
adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil
gender dalam proyek pembangunan yang mengutarakan perlunya tiga
komponen dan berhubungan satu sama lain, yaitu : profil aktivitas, profil
akses dan profil kontrol. (Overholt et al 1986 seperti yang dikutip oleh
Handayani dan Sugiarti 2008). Berikut ketiga komponen dari Teknik
Analisis Harvard yang berhubungan satu sama lain :
a. Profil Aktivitas, digunakan untuk mengidentifikasi pembagian kerja
gender , siapa mengerjakan apa, kapan dan dimana kegiatan itu
dilakukan dan berapa peenghasilan yang didapatkan. Aktivitasnya
terbagi menjadi tiga bagian, aktivitas produktif, reproduktif dan
sosial.
b. Profil Akses, digunakan untuk mencari informasi mengenai siapa
yang mempunyai akses terhadap sumberdaya.
c. Profil Kontrol, digunakan untuk mencari informasi mengenai siapa
yang mempunyai penguasaan terhadap sumberdaya.
2. Teknik Analisis Moser
Teknik analisis model Moser atau Kerangka Moser dikembangkan
oleh Caroline Moser seorang peneliti senior dalam perencanaan gender.
Kerangka ini didasarkan pada pendekatan Gender and Development
(GAD). Teknik analisis Moser adalah suatu teknik analisis yang
digunakan mengetahui apakah suatu program telah memenuhi kebutuhan
praktis dan kebutuhan strategis baik untuk laki-laki maupun perempuan.
a. Kebutuhan Praktis, merupakan kebutuhan yang biasanya
berhubungan dengan keadaan hidup yang tidak memuaskan,
berhubungan dengan kurangnya sumberdaya atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar dalam waktu yang relatif pendek. Kebutuhan ini
dapat segera diidentifikasi, karena langsung dirasakan oleh individu
masing-masing.
b. Kebutuhan Strategis, merupakan kebutuhan yang berkiatan dengan
peranan dan kedudukan individu dalam masyarakat, yang
menyangkut dengan peluang dan kekuasaan (akses dan kontrol)
terhadap sumberdaya dan kesempatan untuk memilih dan
menentukan cara hidup. Berbeda dengan kebutuhan praktis,
kebutuhan strategis tidak dapat langsung diidentifikasi serta untuk
memenuhinya relatif membutuhkan waktu yang lama.

9

Alat implementasi perencanaan gender dari Teknik Moser yaitu
perencaan yang berhubungan dengan matrik kebijakan WID / GAD
serta perencanaan partisipasi gender.
3. Teknik Analisis Longwe
Teknik Analisis Longwe seperti dikutip oleh Handayani dan
Sugiarti (2008) adalah suatu teknik analisis yang digunakan dalam
setiap siklus proyek untuk memahami isu wanita dalam implementasi
program, mulai kebutuhan sampai dengan evaluasi program. Dalam
teknik Analisis Longwe terdapat lima dimensi analisis, yaitu
”kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi dan kontrol”. Kelima
dimensi tersebut saling berkaitan dan melengkapi di dalam pelaksanaan
setiap kegiatan. Adapun lima dimensi teknik Analisis Longwe adalah
sebagai berikut :
a. Dimensi Kesejahteraan
Dalam menganalisis suatu kegiatan pembangunan, dimensi
kesejahteraan diukur dengan cara melihat tingkat kesejahteraan
antara wanita dan laki-laki, artinya apakah program pembangunan
telah memberikan kesejahteraan baik wanita maupun laki-laki,
khususnya terkait dengan tercukupinya kebutuhan dasar
b. Dimensi Akses
Dimensi ini untuk menganalisis bagaimana wanita dan laki-laki
dapat mengakses suatu program pembangunan, sehingga tidak
menyebabkan terjadinya diskriminasi dalam pelaksanaan suatu
program pembangunan
c. Dimensi Kesadaran Kritis
Dimensi ini untuk melihat sejauh mana peran-peran wanita yang
terlibat dalam kegiatan pembangunan, sehingga terjadi kesetaraan
antara wanita dan laki-laki dalam mengikuti kegiatan pembangunan
d. Dimensi Partisipasi
Dimensi ini untuk melihat bagaimana keterlibatan wanita dalam
suatu kegiatan pembangunan karena di dalam suatu proyek
pembangunan, wanita hanya dilibatkan dalam keanggotaan atau
pemanfaat/objek pembangunan, sedangkan dalam penentuan
kebutuhan sampai dengan evaluasi kurang dilibatkan
e. Dimensi Kontrol
Dimensi ini untuk melihat sejauh mana wanita mempunyai
kekuasaan dalam pengambilan keputusan, artinya wanita
mempunyai kekuasaan yang sama dengan laki-laki dalam
pengambilan keputusan.

Relasi Gender
Istilah gender sering diartikan sebagai atribut-atribut produk manusia yang
bersifat sosial dan budaya, yang dilekatkan pada laki-laki. Istilah ini digunakan
untuk memudahkan pembedaan, antara yang fisik-biologis sebagai seks atau

10

kondrat dengan yang sosial-budaya sebagai gender, karena seringkali kebanyakan
orang tidak membedakan keduanya. Analisis gender dikenalkan oleh para
ilmuwan sosial, terutama dari gerakan perempuan, untuk mengurai ketidakadilan
struktural yang terjadi dalam relasi laki-laki dan perempuan sebagai istilah gender
pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) seperti yang dikutip oleh
Kodir dan Mukarnawati (2008) untuk memisahkan pencirian manusia yang
didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian
yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis.
Merujuk pendapat Agarwal (1994) seperti yang dikutip oleh Mugniesyah
(2006), relasi gender merupakan suatu hubungan kekuasaan antara perempuan
dan laki-laki yang terlihat pada lingkup gagasan (ide), praktek, dan representasi
yang meliputi pembagian kerja, peranan dan alokasi sumberdaya antara laki-laki
dan perempuan. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menimbulkan bentuk
ketidakadilan, salah satunya dengan munculnya cara pandang yang merendahkan
salah satu pihak. Misalnya saja dalam bekerja, kebanyakan dari masyarakat
menganggap bekerja publik lebih penting daripada bekerja disektor domestik.
Cara pandang demikian yang memnculkan struktur ketidakadilan yang akan
berakibat pada pengabaian orang-orang yang kerja di wilayah domestik.
Kebetulan yang bekerja di wilayah ini justru perempuan dan ibu-ibu rumah
tangga, sebagian besar dari mereka tidak begitu diperhatikan dan tidak diberi gaji
cukup.

Gambar 1 Garis relasi dominasi dan hegemoni
Sumber : Komnas Perempuan

11

Kondisi Perempuan yang Bekerja
Faktor Pendorong Kerja bagi Perempuan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2010) alasan yang
membuat seorang perempuan bekerja khususnya sebagai buruh karena kondisi
ekonomi mereka. Kemiskinan yang membelit kehidupan mereka, mengharuskan
perempuan bekerja diluar rumah untuk membantu suami dalam mencari nafkah.
Alasan lain yang dikemukakan oleh Ristiana (2013) perempuan bekerja karena
untuk melestarikan budaya batik sebagai warisan dunia di dalam kasus
perkembangan industri batik bakaran di Desa Bakaran, Pati. Menurut Tjaja (2000)
dorongan yang membuat seorang wanita bekerja untuk memperoleh kehidupan
yang lebih baik, ekspetasi ekonomi tinggi yang mereka harapkan dengan bekerja
sebagai buruh, apalagi apabila mereka berkesempatan untuk bekerja diluar negeri,
walaupun hanya menjadi tenaga kerja rumah tangga. Bertambahnya kemiskinan
dan pengangguran pada dasarnya merupakan penyebab utama terjadinya
fenomena diatas.
Mengulas penyebab perempuan bekerja diluar rumah, kali ini menurut
Suhartini (2010), didalam tulisannya menyebutkan bahwa faktor pendorong
seorang perempuan bekerja diluar rumah, khususnya bekerja sebagai buruh
pemecah batu di Desa Kebondalem Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang,
adalah kondisi ekonomi yang miskin. Di tambah dengan akses yang minim
terhadap pendidikan, mayoritas hanya bersekolah sampai SD. Kondisi demikian
menyebabkan mau tidak mau bagi seorang perempuan memilih untuk bekerja
sebagai buruh pemecah batu. Dengan berbekal kegigihan tanpa ketrampilan
apapun dapat mendapatkan pekerjaan tersebut. Selain itu tidak adanya peraturan
yang mengikat, longgarnya toleransi juga alasan mereka mau memilih pekerjaan
sebagai buruh pemecah batu.
Diskriminasi Perempuan dalam Pekerjaan
Dunia kerja hingga saat ini terkadang masih sering terdapat diskriminasi
pekerjaan yang dialami oleh kaum perempuan, terlebih untuk mereka yang
bekerja disektor bawah, misalnya saja, ketika perempuan bekerja sebagai buruh.
Menurut Khotimah (2009) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terdiskriminasi mereka dalam dunia kerja. Pertama, marjinalisasi dalam
pekerjaan, yakni proses penyingkiran perempuan dalam pekerjaan yang berarti
terjadinya proses pemiskinan perempuan terutama pada masyarakat lapisan bawah
yang memiliki tingkat kesejahteraan yang minim Kenyataan seperti ini,
marginalisasi yang dialami perempuan kalau kita cermati lebih mendalam ternyata
ada kaitannya dengan ketimpangan gender. Alasan yang pertama pekerjaan
marginal perempuan merupakan hasil identifikasi melalui kontruksi sosial
terhadap perempuan, yang kedua adanya hasil reproduksi sifat perempuan dan
relaitas pekerjaanya.
Kedua , subordinasi kedudukan perempuan dalam sosial dan budaya.
Keadaan seperti ini didorong karena adanya peran gender dalam masyarakat.
Terdapat anggapan bahwa perempuan tidak layak untuk menjadi pemimpin,
dengan sifatnya yang irrasional, emosional dan sensitif. Demikian juga fenomena
yang terjadi di dalam dunia kerja. Tempat kerja yang identetik dengan laki-laki
tertutup bagi perempuan. Ketidakfairan inilah yang menyebabkan terhambatnya

12

potensi tumbuh dan berkembangnya perempuan dalam karirnya. Seringkali yang
terjadi perempuan bekerja pada sektor-sektor informal, yang pada umumnya
kurang dapat menggali potensi yang dimiliki oleh perempuan itu sendiri. Bekerja
sebagai buruh itu biasa, terutma bagi mereka yang memiliki segalanya dengan
pas-pasan, entah pendidikan ataupun ketrampilan.
Ketiga, stereotipe terhadap perempuan. Stereotipe merupakan pelabelan
atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Stereotipe yang muncul
sebagian besar dalam permukaan masyarakat, merupakan streotipe yang negatif,
menimbulkan kerugian dan diskriminasi. Merujuk pada pandangan gender,
stereotipe yang sering muncul berkaitan dengan perempuan, mereka sering
dipandang sebelah mata, contoh dalam kenyataannya dikatakan bahwa perempuan
bersolek artinya untuk menggoda laki-laki. Ketika memasuki di dalam dunia
kerjapun, sama halnya yang terjadi perempuan dengan keterbatasnnya, hanya
dianggap sebagai „suplemen‟yang menyebabkan mau tidak mau mereka harus
menerima upah yang lebih rendah daripada kaum laki-laki.
Keempat, tingkat pendidikan yang rendah, sebenarnya kenyataan ini
sangat berkaitan dengan pertimbangan prioritas dalam rumahtangga, nilai
ekonomi anak. Hampir semua rumah tangga mengatakan bahwa nilai ekonomi
anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan, oleh karenanya jika yang
terjadi rumah tangga tersebut memiliki kekurangan ekonomi, sedangkan mereka
mempunyai anak laki-laki dan peremuan, maka yang akan disekolahkan pasti
anak laki-lakinya. Dengan pendidikan yang rendah, memaksa perempuan rela
untuk bekerja dalam sektor manapun, termasuk bekerja menjadi buruh dengan
upah yang tidak sebanding dengan tenaga dan waktu yang dikorbankan.
Pengaruh Bekerjanya Perempuan
Bekerjanya seseorang salah satunya demi tercukupinya kebutuhan
ekonominya, baik itu seorang laki-laki maupun perempuan. Penghasilan atau
gaji atau upah yang diperoleh akan digunakan untuk memenuhi segala
kebutuhanya, dari kebutuhan primer hingga tersier. Bekerjanya seseorang
tentunya akan memunculkan manfaat, salah satunya penyandangan status dalam
masyarakat, misalnya seseorang yang bekerja dengan yang tidak bekerja akan
memiliki status yang berbeda dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja akan
memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak bekerja, atau
yang memiliki pekerjaan tidak tetap. Status itu pula akan menentukan akses dan
kontrol yang dimiliki oleh seseorang dalam masyarakat. Jika seorang perempuan
yang bekerja tentunya akan berbeda jika dibandingkan dengan seorang laki-laki
yang bekerja. Mulai dari segi dorongan alasan untuk bekerja, pemanfatan upah
yang diperoleh serta fungsi positif yang diperolehnya. Kita analogikan perempuan
yang bekerja dan yang tidak bekerja dengan uraian diatas antara seseorang yang
bekerja dan yang tidak bekerja dalam masyakat. Berdasarkan beberapa penelitian
akan menunjukkan hasil yang sama, yakni seorang perempuan yang bekerja akan
memilki status yang lebih tinggi daripada yang tidak didalam keluarga. Istilah
yang sering kita dengar adalah perempuan lebih dihargai.
Penelitian Suhartini (2010) di Desa Kebondalam Kecamatan Gringsing
Kabupaten Batang mengungkapkan bahwa bekerjanya seorang perempuan dapat
memberikan fungsi positif, yakni perempuan akan memiliki wewenang atau
kekuasaan di dalam keluarga yang berpengaruh terhadap pola pengambilan

13

keputusan di dalam keluarga. Di dalam keluarga sudah terdapat pembagian
kekuasaan antara suami dengan istri. Pola pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh suami biasanya menyangkut dengan hal-hal yang dianggap lebih penting dan
besar, misalnya keputusan mengenai pendidikan anak dan menentukan jodoh bagi
anak, walaupun demikian sang istri tetap menyumbangkan saran meskipun
keputusan berada ditangan suami melalui musyawarah bersama. Jika terdapat
maka istri yang harus mengalah karena seyogyanya dalam masyarakat jawa istri
harus tunduk dan patuh terhadap suami. Sedangkan pola-pola pengambilan
keputusan yang ditentukan oleh istri yakni mengurus keuangan keluarga,
memberikan uang saku kepadaa anak, membeli peralatan rumah tangga,
menentukan pengeluaran sehari-hari.
Hikmah dan Istiana (2009) juga mengungkapkan bahwa ketika seorang
perempuan memilki peran ganda, yakni sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus
bekerja diluar rumah maka ia akan berpeluang untuk memperkuat posisi mereka
dalam konteks ekonomi yang lebih besar. Walaupun demikian yang terjadi
didalam rumah tangga pengambilan keputusan masih tetap dominan berada pada
tangan suami.
Kerangka Pemikiran
Masuknya industrialisasi ke dalam suatu negara, otomatis akan
mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat didalamnya, termasuk aspek
perekonomian. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah perkembangan usaha
batik. Dahulunya hanya terdapat batik tulis, maka semenjak industrialisasi dan
globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul,
dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang
diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut
batik tulis. Masing-masing dari jenis usaha batik tersebut memiliki ciri khas
masing-masing yang menunjukkan kekhasannya. Usaha kerajinan batik dalam
produksinya membutuhkan pekerja dalam jumlah yang besar, terutama untuk
menghasilkan produk batik tulis kualitas tinggi. Di butuhkan banyak pekerja
dalam proses pembuatan batik dikarenakan banyaknya tahapan atau proses yang
harus dilalui dan kebanyakan dari pekerjanya adalah perempuan dalam batik tulis.
Kemampuan dari membatik yang dimiliki oleh perempuan pada masa dahulu
dipelajari secara turun-temurun, karena selain sebagai suatu usaha membatik juga
merupakan suatu budaya dalam masyarakat tertentu. Dengan berkembanngya
banyaknya jenis batik yang berkembang selain tulis, menjadikan kita untuk
berfikir apakah terjadi perbedaan pembagian kerja dalam setiap jenis batik yang
berbeda. Selain itu karakter dari para buruh yang terdiri dari, usia, jenis kelamin
lama bekerja dan tingkat pendidikan yang dimilki nantinya akan mempengaruhi
pembagian kerja atau tidak.

14

Keterangan :
: Berhubungan

Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Berdasakan latar belakang, tinjauan pustaka serta kerangka pemikiran
yang tertera diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Diduga terdapat hubungan jenis proses produksi dan relasi gender (tingkat
akses dan kontrol) pada UKM “Batik Pesisir”
2. Diduga terdapat hubungan karakteristik buruh dan relasi gender (tingkat
akses dan kontrol) pada UKM “Batik Pesisir”
3. Diduga terdapat perbedaan pembagian kerja yang jelas antara proses
produksi batik tulis dan batik cap.
Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep sosial
yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang lebih operasional, atau sebagian
unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu dari
variabel (Singarimbun dan Effendi 2008). Berikut dijelaskan definisi operasional
dari masing-masing variabel yang tertera dalam kerangka berfikir :
1. Produksi batik adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari beberapa
tahapan dalam pembuatan batik, dibedakan menjadi tiga, berikut
penjelasannya.
a. Proses Produksi Batik Tulis merupakan batik yang dibuat dengan ciri
khas terdapat proses „mbatik‟ dalam pengerjaannya dan memakan
waktu lama.
b. Proses Produksi Batik Cap merupakan batik yang dibuat dengan
mengecapkan motif pada kain.
- Proses Produksi Batik Tulis
: diberi skor 2
- Proses Produksi Batik Cap
: diberi skor 1
2. Analisis gender dalam penelitian ini diukur melalui pembagian kerja, akses
dan kontrol.

15

a. Pembagian kerja adalah pemisahan jenis pekerjaan antara individu atau
sekelompok individu.
b. Tingkat Akses adalah seberapa besar peluang yang dimiliki baik
responden laki-laki atau perempuan di dalam proses produksi batik.
Diukur melalui siapa yag mempunyai kesempatam dalam
menggunakan sumberdaya selama selama bekerja di Batik Pesisir..
Dikategorikan menjadi :
- Terpenuhi
: diberi skor 2
- Tidak terpenuhi
: diberi skor 1
c. Tingkat Kontrol adalah sejauh mana kemampuan yang dimiliki
responden laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan
yang dianalisis berdasarkan persepsi responden terahadap perilaku
dalam pengontrolan sumberdaya selama bekerja di Batik Pesisir.
Dikategorikan menjadi :
- Terpenuhi
: diberi skor 2
- Tidak terpenuhi
: diberi skor 1
3. Krakteristik buruh UKM Batik Pesisir adalah ciri-ciri yang melekat pada
responden yang dibagi menjadi :
a. Usia adalah lama waktu hidup responden sejak dilahirkan sampai pada
saat dilakukan penelitian.
- > 35 tahun
: diberi skor 3
- 23 -34 tahun
: diberi skor 2
- 17- 22 tahun
: diberi skor 1
b. Jenis Kelamin merupakan identitas biologis responden yang hakiki,
- Laki-laki
: diberi skor 2
- Perempuan
: diberi skor 1
c. Lama Bekerja merupakan lama waktu bekerja responden sampai pada
saat dilakukan penelitian
- > 4 tahun
: diberi skor 3
- 3 - 4 tahun
: diberi skor 2
- 0 – 2 tahun
: diberi skor 1
d. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh
oleh responden.
- SMA
: diberi skor 3
- SMP
: diberi skor 2
- SD
: diberi skor 1

16

METODE PENELITIAN

Pendekatan Lapang
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuantitatif yan didukung
oleh pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
metode survei melalui kuesioner. Menurut Singarimbun dan Efendi (1989)
penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatun
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pendekatan
kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan,
data dan informasi yang diperoleh dari informasi kunci, pengamatan di lokasi
penelitian dan studi dokumen terkait.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai analisis gender buruh perempuan dalam UKM Batik
ini dilakukan disalah satu UKM Batik yang berada di Desa Kemplong, Kecamatan
Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah (Lampiran 1), yakni
pada UKM Batik Pesisir. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) berdasarkan pertimbangan adanya kesesuaian topik penelitian yang
diangkat dengan lokasi penelitian. Daerah tersebut juga di kenal sebagai
“Kampung Batik” di wilayah Kabupaten Pekalongan, karena banyaknya usahausaha batik yang digeluti oleh sebagian masyarakatnya. Tempat penelitian
termasuk wilayah yang strategis, sehingga mudah diakses dari jalan raya pantura
(Wiradesa), hanya 2 menit ke arah utara dari perepatan Wiradesa.
Proses penelitian ini dilakukan selama empat bulan, terhitung dari
penyusunan proposal penelitian hingga pelaporan hasil penelitian (Tabel 1).
Penyusunan proposal penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014. Dalam kurun
waktu tersebut, telah dikumpulkan berbagai data dan informasi sekunder yang
dibutuhkan dari berbagai sumber rujukan. Pengumpulan data dan informasi
primer di lokasi penelitian dilaksanakan pada awal bulan Oktober 2014 selama
dua minggu. Pengolahan data, analisis data, dan penulisan draft skripsi dilakukan
pada bulan November-Januari. Selanjutnya, pelaporan hasil penelitian melalui
sidang skripsi dijadwalkan dilaksanakan pada akhir bulan Januari.
Teknik Sampling dan Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh buruh yang bekerja di dalam
UKM Batik Pesisir di Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten
Pakalongan. Kerangka sampling ini dibuat dengan cara mendata seluruh populasi
di UKM Batik Pesisir. Jumlah seluruh buruh yang bekerja langsung di tempat ada
76 orang. Pengambilan sampling dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik stratified random sampling yaitu kelompok dengan membagi kelompok
berdasarkan jenis produksinya. Adapun jenis produksi dalam UM Batik Pesisir

17

yaitu jenis produksi batik tulis dan batik cap. Setelah kerangka sampling dibuat
secara lengkap kemudian dipilih atau diambil secara acak 40 individu yang
dijadikan sebagai responden penelitian. Responden yang diambil sebanyak 40
individu karena sudah cukup mewakili populasi dan dapat diuji statistik.
n = N/(1+ne2)

e = 0,1
n = 76/(1+n.0,12)
n = 76/(1+76.0,12 )
n = 44,70
Hasil tersebut dapat ditentukan jumlah kerangka sampling sebesar 40
individu.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif
dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner (Lampiran 3) yang telah disusun
untuk 40 responden yang sebelumnya sudah dipilih . Pengumpulan data kualitatif
dilakukan dengan wawancara mendalam dengan menggunakan panduan
pertanyaan mendalam yang telah disusun serta observasi pada kondisi nyata
dilapangan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer berupa data kuantitatf yang akan diperoleh melalui hasil
wawancara kuesioner, wawancara mendalam dan observasi langsung terhadap
responden dan beberapa informan yang terkait dengan kebutuhan penelitian
selama di lapangan. Data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka dan
menganalisis bebagai literatur yang terkait dengan penelitian. Data tersebut
diperoleh melalui pihak dari UKM Batik Pesisir, literatur berbagai buku ataupun
jurnal, internet dan sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Berikut
adalah tabel mengenai metode pengumpulan data.

18

Tabel 1 Metode pengumpulan data
Data yang dikumpulkan

Teknik Pengumpulan
Data

Jenis Data

Data terkait Desa Kemplong,
Data profil UKM Batik Pesisir
Literatur yang terkait dengan
analisis gender di dalam UKM

Mengkaji dokumen

Sekunder

Data karakteristik responden
Data karakteristik UKM Batik
Pesisir

Wawancara
Terstruktur dengan
Kuesioner

Primer

Wawancara Mendalam
dengan panduan
kuesioner

Primer

Observasi Lapang

Primer

Data mengenani akses dan kontrol
responden dalam UKM
Data pemenuhan kebutuhan
strategis dan praktis
Proses produksi batik

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Unit analisis penelitian ini adalah individu, data primer yang telah
terkumpul diedit, untuk kemudian dimasukan ke dalam komputer dengan
menggunakan program Micosoft Excel 2007, data yang sudah di-entry tersebut
selanjutnya akan diolah ke dalam sejumlah tabel frekuensi dan tabel silang
khususnya untuk menyajikan hasil yang akan memperjelas ada atau tidaknya
hubungan a