Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang Diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan dengan Lama Perendaman Berbeda

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN
LELE SANGKURIANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN
REKOMBINAN DENGAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA

MAYA FITRIANA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang Diberi Hormon Pertumbuhan
Rekombinan dengan Lama Perendaman Berbeda“ adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014

Maya Fitriana
NIM C14100024

ABSTRAK
MAYA FITRIANA. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele
Sangkuriang Diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan dengan Lama
Perendaman Berbeda. Dibimbing oleh ALIMUDDIN dan HARTON ARFAH.
Peningkatan pertumbuhan benih dapat berkontribusi besar dalam peningkatan
produksi budidaya. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan pertumbuhan
dan kelangsungan hidup benih ikan lele setelah direndam dalam air mengandung
hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) selama 2 dan 4
jam. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Sebanyak 100
ekor larva ikan lele umur 5 hari setelah menetas diberi kejut salinitas 35 g/L
selama 2 menit, kemudian direndam dalam kantong plastik kemasan berisi larutan
garam 9 g/L, rElGH dan serum albumin sapi (bovine serum albumin/BSA) 100
mg/L. Kontrol dibuat untuk tiap perlakuan dan direndam dalam air mengandung

BSA. Ikan dipelihara selama 21 hari di dalam akuarium dan diberi pakan cacing
sutera secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa benih
ikan lele yang direndam selama 4 jam lebih tinggi sekitar 25,12% dibandingkan
dengan kontrol, dan 12,24% dibandingkan dengan perendaman selama 2 jam.
Kelangsungan hidup ikan perlakuan perendaman rElGH selama 4 jam
(60,0±8,3%) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perendaman 2 jam
(56,0±10,7%). Dengan demikian, pertumbuhan benih ikan lele dapat dipacu
dengan merendam larva selama 4 jam dalam air mengandung rElGH, dan
teknologi ini dapat berguna dalam pengembangan budidaya ikan lele.
Kata kunci: hormon pertumbuhan rekombinan, ikan lele, lama perendaman.

ABSTRACT
MAYA FITRIANA. Growth and Survival of African Catfish Juvenile
Administered Recombinant Growth Hormone by Different Immersion Time.
Supervised by ALIMUDDIN and HARTON ARFAH.
Enhanced growth can highly contribute to the increased farming production. This
research was conducted to compare the growth and survival of African catfish
juvenile after immersion in water containing 2 mg/L recombinant giant grouper
hormone (rElGH) for 2 and 4 hours. This research consisted of four treatments
and three replications. A total of 100 catfish larvae at 5-day-old after hatching

were hiperosmotic treated on 35 g/L salt solution for 2 minutes, and then bath
immersed in a plastic packing containing 9 g/L salt solution, rElGH, and 100
mg/L bovine serum albumin (BSA). Control was created for each treatments and
immersed in water containing 100 mg/L BSA. Fish were further maintained for 21
days in the aquarium, and fed on blood worm, ad libitum. The result showed that
fish biomass of 4 hours treatment was approximately 25.12% higher compared to
the control and 12.24% compared to 2 hours treatment. Fish survival in 4 hours
treatment (60.0±8.3%) was higher than the 2 hours treatment (56.0±10.7%). Thus,
the growth of Sangkuriang catfish seed can be improved by immersing in water
containing rElGH during 4 hours, and this technology can be useful to improve
African catfish farming.
Keywords: immersion, larval catfish, recombinant growth hormone.

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HDUP BENIH IKAN
LELE SANGKURIANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN
REKOMBINAN DENGAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA

MAYA FITRIANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele
Sangkuriang Diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan dengan
Lama Perendaman Berbeda
Nama
: Maya Fitriana
NIM
: C14100024
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya


Disetujui oleh

Dr. Alimuddin, SPi, MSc
Pembimbing I

Ir. Harton Arfah, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang Diberi Hormon Pertumbuhan
Rekombinan dengan Lama Perendaman Berbeda”. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Reproduksi dan
Genetika Organisme Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Alimuddin, MSc dan Bapak Ir. Harton Arfah, MSi selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama pengerjaan
penelitian ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Junior, MSc selaku dosen
pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan, semangat
dan motivasi.
3. Anna Octavera SPi, MSi; Darmawan Setia Budi, SPi; Jasmadi, SPi;
Rangga Garnama, SPi; dan mahasiswa S2, S3 Genetik yang telah
memberikan motivasi, informasi, bimbingan serta ilmunya.
4. Teman-teman seperjuangan genetic’s 47: Linly Amelianing, Kurdianto,
Riyan Maulana, Raditya Wahyu, Zaky Abdullatif, Imam Rusydi Hsb.,
Steven Michail S., Habib Fadhlan T.
5. Sunarji Arifin dan Sriatun selaku orang tua yang selalu memberikan doa,
dukungan moril dan materil yang tidak ternilai.
6. Hendra Satwika, SPi yang telah membantu dalam pelaksanaan teknis serta
memberi dukungan dalam penelitian ini.

7. Teman-teman terbaikku di BDP 47 (Netty Dwi C., Linly Amelianing M.,
Aini Nurkartika M., Evy Nurul A.) atas dukungan dan persahabatan
selama ini, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014

Maya Fitriana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTRA GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
PENDAHULUAN ................................................................................................ 9
Latar Belakang .................................................................................................... 9
Tujuan .................................................................................................................. 2
BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 2
Rancangan Percobaan .......................................................................................... 2
Pengadaan Larva Ikan Lele ................................................................................. 2
Pengadaan Hormon Pertumbuhan Rekombinan.................................................. 2

Perendaman dan Pemeliharaan Larva ................................................................. 3
Parameter Uji dan Analisis Data ......................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 5
Hasil..................................................................................................................... 5
Pembahasan ......................................................................................................... 7
KESIMPULAN .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11
LAMPIRAN ....................................................................................................... 13
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 16

viii

DAFTAR TABEL
1. Rancangan perlakuan perendaman larva ikan lele dengan hormon
pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang .................................................. 2
2. Alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas air pada media
pemeliharaan benih ikan lele .............................................................................. 3
3. Bobot rerata, laju pertumbuhan panjang spesifik (LPS), biomassa, dan
kelangsungan hidup (KH) larva ikan lele yang diberi rGH dan larva ikan
lele kontrol dengan lama perendaman berbeda................................................... 5

4. Kisaran suhu, oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO), pH, dan amonia
pada media pemeliharaan benih ikan lele ........................................................... 7

DAFTAR GAMBAR
1. Bobot rerata larva ikan lele perlakuan perendaman dan kontrol yang
direndam selama 2 jam dan 4 jam dengan masa pemeliharaan 21 hari .............. 5
2. Benih ikan lele yang telah diberi perlakuan rGH pada fase larva dan
kontrol yang dipelihara selama 21 hari. rElGH 2 mg/L + BSA 100 mg/L
selama 4 jam (A), rElGH 2 mg/L + BSA 100 mg/L selama 2 jam (B),
kontrol: BSA 100 mg/L selama 4 jam (C), dan kontrol: BSA 100 mg/L
selama 2 jam (D) ................................................................................................. 5
3. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele perlakuan dan kontrol pada
pangamatan hari ketiga setelah perendaman dilakukan. ..................................... 6
4. Nilai FCR (dalam bobot basah) benih ikan lele yang telah direndam
dengan rElGH dosis 2 mg/L pada larva umur 5 hari pascamenetas
dibandingkan dengan kontrol pada lama waktu perendaman yang sama
dengan masa pemeliharaan 21 hari ..................................................................... 6

DAFTAR LAMPIRAN
1. Proses kultur protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan kerapu

kertang (rElGH) ................................................................................................ 13
2. Skema penelitian ............................................................................................... 14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu komoditas penting dalam
budidaya air tawar di Indonesia. Perbaikan pertumbuhan diduga dapat
berkontribusi besar dalam pengembangan budidaya ikan lele. Teknologi yang
dapat digunakan sebagai upaya peningkatan pertumbuhan adalah seleksi
(Winarlin et al. 2007), hibridisasi (Sunarma 2004), transgenesis (Kobayashi et al.
2007) dan teknologi protein hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) (Laksana
2012; Aminah 2012). Teknologi yang dikembangkan oleh Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi untuk meningkatkan
pertumbuhan adalah silang balik (backcross) dengan mengawinkan induk betina
generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6) (Sunarma 2004).
Kualitas genetik kedua tetua perlu ditingkatkan melalui pemuliaan. Teknologi
transgenesis dapat menghasilkan ikan dengan tingkat perbaikan kualitas yang
tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Kelemahan teknologi ini terkait
masalah keamanan pangan karena ikan yang dihasilkan adalah ikan transgenik
atau biasa disebut dengan genetically modified organism (Putra 2011). Teknologi

yang cukup mudah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas benih ikan lele
adalah melalui teknologi hormon pertumbuhan rekombinan (recombinant growth
hormone, rGH). rGH aman untuk dikonsumsi dan bukan merupakan ikan
transgenik karena tidak ditransmisikan kepada keturunan selanjutnya (Acosta et
al. 2007).
Aplikasi rGH dapat dilakukan melalui metode penyuntikan (injeksi),
perendaman (imersi), dan oral melalui pakan. Metode perendaman adalah metode
yang efektif karena dapat dilakukan secara masal dibandingkan dengan metode
injeksi. Selain itu metode perendaman dapat meminimalkan leaching pada saat
pemberian pakan yang mengandung rGH. Pemberian rGH yang berbeda pada ikan
nila melalui metode penyuntikan/injeksi dengan dosis 1 μg protein total bakteri
per gram bobot ikan berhasil meningkatkan bobot sebesar 20,94% (rGH ikan
kerapu kertang, rElGH); 18,09% (rGH ikan mas); 16,99% (rGH ikan gurame)
(Alimuddin et al. 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2012) dengan
metode oral menggunakan rElGH pada ikan betok melalui rotifera sebanyak
40.000 individu diperoleh peningkatan biomassa sebesar 16,19% dan
kelangsungan hidup sebesar 81,07%. Perendaman benih ikan gurame
menggunakan air yang mengandung rElGH 0,12 mg/L meningkatkan biomassa
129,6% dan meningkatkan sintasan sekitar 40,9% (Apriadi 2012). Perendaman
ikan sidat dengan rElGH mampu meningkatkan biomassa sebesar 28%
dibandingkan dengan kontrol (Aminah 2012). Perendaman ikan lele menggunakan
hormon pertumbuhan tilapia sebelumnya telah dilakukan oleh Carpio et al.
(2007). Perendaman rGH terbukti dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan sidat
(Handoyo 2012), abalon (Moriyama dan Kawauchi 2004) dan udang vaname
(Laksana 2012).

2
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan lama waktu perendaman
hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) pada larva ikan
lele yang menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup tertinggi.

BAHAN DAN METODE
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap, terdiri atas empat
perlakuan dengan masing-masing tiga kali ulangan (Tabel 1). Perlakuan yang
diberikan berupa dosis hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang
(rElGH) 2 mg/L dan serum albumin sapi (bovine serum albumin/BSA) 100 mg/L
dengan lama waktu perendaman 2 jam dan 4 jam. Perlakuan kontrol tanpa
perendaman (rElGH) dan BSA dengan lama waktu perendaman 2 jam dan 4 jam.
Tabel 1 Rancangan perlakuan perendaman larva ikan lele dengan hormon
pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang
Perlakuan
1
2
3
4

Notasi
K1
K2
P1
P2

Lama perendaman dan dosis rElGH
BSA 100 mg/L + 2 jam perendaman
BSA 100 mg/L + 4 jam perendaman
rElGH 2 mg/L + BSA 100 mg/L + 2 jam perendaman
rElGH 2 mg/L + BSA 100 mg/L + 4 jam perendaman

Pengadaan Larva Ikan Lele
Materi uji yang digunakan adalah induk ikan lele (Clarias sp.) dengan 3
ekor induk betina dan 3 ekor induk jantan masing-masing memiliki bobot 1-1,5
kg/ekor. Perangsangan ovulasi menggunakan ovaprim (LHRH dan antidopamin)
dengan dosis 0,2 ml/kg bobot tubuh ikan lele jantan dan 0,3 ml/kg bobot tubuh
ikan lele betina. Setelah disuntik, induk jantan dan betina disatukan lalu ditunggu
hingga 7-8 jam sampai ikan melakukan pemijahan. Induk diangkat setelah proses
pemijahan. Penetasan telur dilakukan dalam bak pemijahan. Telur-telur yang
sudah menetas menjadi larva dipelihara dalam wadah akuarium berukuran 100 x
50 x 50 cm3 hingga umur 4-5 hari atau setelah kuning telur habis sebelum
dilakukan perlakuan. Larva diberi pakan berupa naupli artemia dengan frekuensi
pemberian tiga kali dalam sehari.
Pengadaan Hormon Pertumbuhan Rekombinan
Produksi rGH dilakukan menggunakan bakteri Escherichia coli BL21
dengan metode kultur dan ekstraksi seperti dijelaskan oleh Alimuddin et al.
(2010) (Lampiran 1). Pelet rElGH dicuci dengan phosphate buffer saline (PBS)
sebanyak 2 kali dan disimpan pada suhu -80oC hingga akan digunakan.

3
Perendaman dan Pemeliharaan Larva
Perendaman larva dalam larutan rGH
Larva ikan lele berumur 5 hari pascamenetas (berukuran 0,6 cm dan bobot
0,00275 gram) dihitung sebanyak 1.200 ekor dan kemudian dimasukkan ke dalam
masing-masing akuarium sebanyak 100 ekor/akuarium yang berisi 6 L air.
Sebelum perlakuan dimulai ikan lele dipuasakan terlebih dahulu sekitar 12 jam.
Ikan yang sudah berada dalam akuarium kemudian diberi perlakuan perendaman
rElGH. Larva ikan lele direndam dalam larutan garam 35 g/L (kejut salinitas)
selama 2 menit, lalu dimasukkan ke dalam media dengan salinitas 9 g/L yang
mengandung rElGH dengan lama waktu perendaman seperti pada Tabel 1.
Perendaman dilakukan satu kali, dan dilakukan dalam plastik kemas berukuran 15
cm x 30 cm untuk masing-masing ulangan. Pada setiap perlakuan direndam 100
larva ikan lele dalam 100 ml media dan dibuat 3 ulangan. Perendaman dalam
larutan rElGH dilakukan dengan dosis 2 mg/L.
Pemeliharaan Ikan
Ikan dipelihara di dalam akuarium berdimensi 30 x 20 x 20 cm3 dengan
volume air sebanyak 6 liter dan dilengkapi sistem aerasi. Padat penebaran ikan
lele sebesar 17 ekor/liter. Penempatan akuarium dapat dilihat pada Lampiran 2.
Larva ikan lele dipelihara selama 21 hari dan diberi pakan cacing sutera secara ad
libitum dengan frekuensi pemberian 4 kali per hari. Pergantian air dilakukan
setiap hari sebanyak 50%. Pergantian air total dilakukan setiap 3 hari sekali.
Pembersihan sisa pakan dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.
Sampling Ikan
Pengukuran bobot ikan dan kelangsungan hidup dilakukan pada awal
perlakuan, hari ke-14 dan hari ke-21 kegiatan pemeliharaan. Sampling dilakukan
untuk mengetahui biomassa dan jumlah ikan. Biomassa dihitung dengan cara
menimbang seluruh ikan dalam satu ulangan sekaligus menggunakan timbangan
digital dengan ketelitian 0,01 gram. Jumlah ikan yang hidup dihitung pada saat
kegiatan sampling dilakukan.
Pengukuran Kualitas Air
Suhu air pemeliharaan diukur setiap hari dengan menggunakan
termometer yang terpasang dalam akuarium, sedangkan parameter lain yang
diukur pada akhir pemeliharaan, yaitu: kadar oksigen terlarut (DO), pH, dan
amoniak. Seluruh parameter tersebut diukur dengan pengukuran manual di
Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Tabel 2 Alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas air pada media
pemeliharaan benih ikan lele
C

Standar
SNI: 01-6484.3-2000
25-30

DO meter

mg/L

>4

pH meter
Titrasi

mg/L

6,5 – 8,5
< 0,01

Parameter

Alat Pengukur

Suhu
Oksigen terlarut
(Dissolved oxygen/DO)
pH
NH3

Termometer

Satuan
o

4
Parameter Uji dan Analisis Data
Laju Pertumbuhan Bobot Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) atau persentase pertambahan bobot setiap
hari. LPS bobot dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
LPS
: Laju petumbuhan spesifik (%)
Wt
: Bobot rerata individu ikan waktu ke-t (gram/ekor)
Wo
: Bobot rerata individu ikan waktu ke-0 (gram/ekor)
t
: Lama pemeliharaan (hari)
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (KH) adalah presentase jumlah ikan lele yang
hidup setelah dipelihara (dalam waktu tertentu) dibandingkan dengan jumlah pada
awal pemeliharaan yang dapat dihitung dengan rumus berikut:
KH =

x 100 %

Keterangan :
KH
: Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
Nt
: Jumlah ikan pada waktu t (ekor)
No
: Jumlah ikan awal pada saat ditebar (ekor)
Biomassa
Biomassa merupakan bobot total ikan yang diperoleh dari penimbangan
seluruh jumlah ikan yang hidup dalam satu ulangan.
Bobot rerata
Bobot rerata merupakan bobot rata-rata per ekor ikan yang diperoleh dari
hasil penimbangan biomassa dibagi dengan jumlah ikan yang ditimbang.
Bobot rerata = biomassa ÷ jumlah ikan
Feed Convertion Ratio (FCR)
FCR merupakan banyaknya jumlah pakan yang dibutuhkan untuk
membentuk satu kilogram ikan. Nilai FCR diperoleh dari jumlah pakan yang
diberikan dibagi dengan selisih biomassa awal dan biomassa akhir.

Keterangan :
Bt
: Biomassa akhir (g)
Bo
: Biomassa awal (g)

5
Analisis Data
Parameter penelitian yang diamati meliputi laju pertumbuhan spesifik
(LPS), bobot rata-rata, biomassa, dan tingkat kelangsungan hidup (KH). Data
yang diperoleh diolah dengan Microsoft Excel 2013 kemudian dianalisis secara
deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertumbuhan Bobot dan Biomassa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan (bobot, panjang dan
biomassa) larva yang direndam menggunakan rElGH relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Tabel 2). Perendaman rElGH selama 4
jam memiliki nilai biomassa (72,843 g), bobot rerata (1,224 g), laju pertumbuhan
spesifik (0,324 %), dan panjang (6,011 cm) relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lain dan kontrol. Perendaman rElGH selama 4 jam memiliki
nilai biomassa lebih tinggi sekitar 25,12% dibandingkan terhadap kontrol dan
12,24% dibandingkan dengan perendaman rElGH selama 2 jam. Peningkatan
pertumbuhan larva ikan lele menunjukkan bahwa rGH ikan kerapu kertang
menginduksi pertumbuhan ikan. Peningkatan bobot rerata selama 21 hari
pemeliharaan pada perendaman rGH selama 4 jam sebesar 1,22 g/ekor, sedangkan
kontrol dengan lama perendaman yang sama memiliki bobot rerata 1,08 g/ekor
(Gambar 1). Bobot rerata pada kontrol dengan lama perendaman 2 jam yaitu
sebesar 0,89 g/ekor, sedangkan perlakuan dengan lama perendaman yang sama
memiliki bobot rerata sebesar 1,16 g/ekor. Perlakuan perendaman menggunakan
rGH selama 4 jam mampu meningkatkan bobot rerata mencapai 36,49% dan
13,47% masing-masing lebih tinggi terhadap kontrol-1 (K1) dan kontrol-2 (K2).
Tabel 3 Bobot rerata, laju pertumbuhan spesifik
kelangsungan hidup (KH) larva ikan lele yang
lele kontrol dengan lama perendaman berbeda.
Biomassa
Bobot
LPS
Notasi
(g)
rerata (g)
(%)
61,944±2,521 0,897±0,125 31,691±0,740
K1
58,217±0,847 1,079±0,060 32,846±0,295
K2
64,901±3,033 1,158±0,165 33,306±0,730
P1
72,843±3,534 1,224±0,231 33,630±0,942
P2

(LPS), biomassa, dan
diberi rGH dan larva ikan
Panjang
(cm)
4,717±0,213
5,129±0,065
5,442±0,488
6,011±0,545

KH
(%)
69,3±3,8
63,3±10,7
56,0±10,7
60,0±8,3

Data ditampilkan dalam bentuk rerata ± simpangan baku dari 3 ulangan. K1 = kontrol direndam
menggunakan BSA 100 mg/L selama 2 jam, K2 = kontrol direndam menggunakan BSA 100 mg/L
selama 4 jam, P1 = perlakuan direndam menggunakan rGH 2 mg/L dan BSA 100 mg/L selama 2
jam, dan P2 = perlakuan direndam menggunakan rGH 2 mg/L dan BSA 100 mg/L selama 4 jam.
Nilai kelangsungan hidup pada tabel merupakan nilai yang diperoleh pada akhir pemeliharaan.

6

Gambar 1 Bobot rerata larva ikan lele perlakuan perendaman dan kontrol yang
direndam selama 2 jam dan 4 jam dengan masa pemeliharaan 21 hari.
Perlakuan rElGH dengan lama perendaman 4 jam memiliki LPS sebesar
0,325%, sedangkan kontrol memiliki LPS sebesar 0,307%. Hal ini menunjukkan
bahwa perendaman rGH selama 4 jam memiliki nilai laju pertumbuhan yang lebih
tinggi sebesar 5,89% dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan perendaman rGH
dengan lama perendaman 2 jam memiliki LPS sebesar 0,319%, sedangkan kontrol
memiliki nilai LPS sebesar 0,32%. Panjang benih ikan lele yang direndam rElGH
selama 4 jam mencapai 6,011 cm, nilai ini relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan perendaman rElGH selama 2 jam (5,442 cm), K-2 (5,129 cm), dan K-1
(4,717 cm). Gambar 2 merupakan hasil dokumentasi ikan lele yang direndam
dengan perlakuan rGH dan kontrol dengan lama perendaman 2 jam dan 4 jam.

Gambar 2 Benih ikan lele yang telah diberi perlakuan rGH pada fase larva dan
kontrol yang dipelihara selama 21 hari. rElGH 2 mg/L + BSA 100
mg/L selama 4 jam (A), rElGH 2 mg/L + BSA 100 mg/L selama 2
jam (B), BSA 100 mg/L selama 4 jam (C), dan BSA 100 mg/L selama
2 jam (D).
Kelangsungan Hidup Ikan
Tingkat kelangsungan hidup (KH) larva ikan lele setelah perendaman
diamati setelah tiga hari perendaman. Kelangsungan hidup ikan lele setelah tiga
hari perendaman disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan Tabel 2 diketahui nilai
KH perlakuan rElGH selama 4 jam adalah sebesar 70,67%, perendaman rElGH
selama 2 jam memiliki nilai KH sebesar 68,33%. Nilai KH untuk kontrol dengan
lama perendaman 2 jam dan 4 jam masing-masing sebesar 84,67% dan 76,00%.
Kelangsungan hidup pemeliharaan diamati pada akhir pemeliharaan, yaitu pada

7
hari ke-21 pemeliharaan. Nilai KH pada masing-masing perlakuan
memperlihatkan nilai yang relatif sama. Dengan demikian perlakuan perendaman
tidak mempengaruhi kelangsungan hidup hingga akhir pemeliharaan.

Gambar 3 Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele perlakuan dan kontrol
pada pengamatan hari ketiga setelah perendaman dilakukan.
Feed Convertion Ratio (FCR)
Pakan yang digunakan untuk ikan lele selama pemeliharaan adalah pakan
alami berupa cacing sutera. Pakan diberikan secara ad libitum, namun penggunaan
pakan per ulangan pada tiap perlakuan juga dihitung setiap hari untuk mengetahui
tingkat konsumsi pakan. Nilai FCR berdasarkan bobot basah pada penelitian ini
ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Nilai FCR (dalam bobot basah) benih ikan lele yang telah direndam
dengan rElGH dosis 2 mg/L pada larva umur 5 hari pascamenetas,
dibandingkan dengan kontrol pada lama waktu perendaman yang
sama dengan masa pemeliharaan 21 hari.
Gambar 4 memperlihatkan bahwa perendaman ikan lele menggunakan
rGH memiliki nilai FCR (dalam bobot basah) relatif lebih rendah dibandingkan

8
dengan kontrol. Pada lama perendaman 2 jam, perlakuan rGH memiliki nilai FCR
sebesar 2,83%, sedangkan nilai FCR kontrol sebesar 3,06%. Begitupun pada
perendaman 4 jam, perlakuan rGH memiliki nilai FCR sebesar 2,59%, sedangkan
pada kontrol sebesar 2,99%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan rGH
mampu menurunkan FCR sebesar 8,13% pada lama perendaman 2 jam dan
sebesar 15,83% pada lama perendaman 4 jam. Nilai FCR yang semakin kecil
menunjukkan bahwa tingkat efisiensi pakan di dalam tubuh ikan semakin baik.
Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda
dengan kisaran optimum (SNI 2000) untuk ikan lele. Nilai kualitas air masingmasing perlakuan ditampilkan pada Tabel 3. Kualitas air media pemeliharaan ikan
perlakuan dan kontrol relatif sama dan berada pada kisaran normal pemeliharan
ikan lele (Tabel 3). Dengan demikian, perbedaan pertumbuhan bukan disebabkan
oleh perbedaan kualitas air pemeliharaan.
Tabel 4 Kisaran suhu, oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO), pH, dan amonia
pada media pemeliharaan benih ikan lele.
Perlakuan
Suhu (◦C)
26,5-27,8
K1
26,4-27,5
K2
26,4-27,8
P1
26,5-27,8
P2
Optimal
25-30
(SNI: 01-6484.3-2000)

DO (mg/L)
6,5-7,0
5,5-6,8
6,5-6,8
5,8-6,4

pH
6,9-7,4
7,1-7,2
6,9-7,2
6,7-7,5

NH3 (mg/L)
0,002-0,009
0,003-0,005
0,002-0,005
0,001-0,009

> 4 mg/L

6,5-8,5