Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Pangpang Untuk Efisiensi Penataan Ruang Berbasis Spasial

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
TELUK PANGPANG UNTUK EFISIENSI PENATAAN RUANG
BERBASIS SPASIAL

APRIADI BUDI RAHARJA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengelolaan Wilayah
Pesisir Teluk Pangpang Untuk Efisiensi Penataan Ruang Berbasis Spasial adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Apriadi Budi Raharja
NIM C252110011

RINGKASAN
APRIADI BUDI RAHARJA. Judul Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Pangpang
Untuk Efisiensi Penataan Ruang Berbasis Spasial. Dibimbing oleh BAMBANG
WIDIGDO dan DEWAYANY SUTRISNO.
Pesisir Teluk Pangpang merupakan habitat ekosistem mangrove yang
memiliki peran penting dalam pengadaan manfaat barang dan jasa. Namun
demikian, aktivitas pemanfaatan yang tinggi, menyebabkan terjadi eksploitasi
sehingga dapat membahayakan pelestarian. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian dengan Tujuan untuk membuat rekomendasi alokasi pengelolaan wilayah
pesisir Teluk Pangapang untuk efisiensi penataan ruang pesisir. Wilayah penelitian
dilakukan pada bagian barat Teluk Pangpang yang meliputi Desa Kedungrejo, Desa
Kedungringin dan Desa Wringinputih Kecamatan Muncar. Metode analisis yang
dilakukan mencakup analisis persepsi masyarakat, analisis spasial temporal,
analisis nilai ekonomi ekosistem mangrove, dan analisis alternatif pengambilan
keputusan dengan SMART (simple multiple attribute rating techniques), dengan

mengajukan empat alternative pengelolaan yaitu alternatif A mempertahankan
keadaan eksisting, alternatif B merevitalisasi lahan tambak dengan meningkatkan
teknologi tambak, alternatif C pembangunan berkelanjutan dengan mengabungkan
antara kegiatan tambak dan kegiatan konservasi mangrove, alternatif D
memaksimalkan perlindungan kawasan sempadan pantai. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya
keberadaan ekosistem mangrove dengan tidak ada lagi aktivitas pemanfaatan yang
merusak ekosistem mangrove. Berdasarkan analisis spatial potensi daerah yang
dapat dihijaukan kembali sebagai sempadan pantai yaitu +81,3 Ha. Sedangkan
analisis nilai ekonomi mangrove yang dilihat dari fungsi pemanfaatan langsung
dari kawasan ekosistem mangrove adalah Rp 420.051.000 per tahun dan nilai
pemanfaatan tidak langsung ekosistem mangrove adalah Rp 83.026, - per hektar
per tahun. Berdasarkan hasil analisis evaluasi pengambilan keputusan dengan
software Criretium Decision Plus dihasilkan Skenario C yaitu pembangunan
berkelanjutan dengan mengabungkan antara kegiatan tambak dan kegiatan
konservasi mangrove melalui penetapan sempadan pantai, sebagai pilihan yang
paling optimal untuk diaplikasikan dalam pengelolaan Teluk Pangpang bagian
barat dalam kondisi pesisir Teluk Pangpang saat ini.
Kata kunci: Teluk pangpang, ekosistem mangrove, sempadan pantai, pengelolaan
berkelanjutan.


SUMMARY
APRIADI BUDI RAHARJA. The Coastal Management Study of Pangpang Gulf
for Landused Efficiency based on Spatial Approach. Supervised by BAMBANG
WIDIGDO and DEWAYANY SUTRISNO.
The Pangpang Gulf coastal area is the habitat of mangrove that has
important role in supplying goods and services. However, high utilization
activities on it, may cause over exploitation that has threatened sustainability of
this nature ecosystem. The impact of the exploitation is abrasion, storm,
productivity decreasing of farms and other environmental impacts. Considering
the western part of Pangpang Gulf as study area i.e village of Kedungrejo, village
of Kedungringin and village of Wringinputih and Muncar, the study aims. To
asses efficiency of Pangpang Gulf management planning. The methods was using
the analysis of landuse change, coastal green belt zone analysis, economic
valuation analysis and decision making by using SMART (simple multiple
attribute rating techniques) analysis. There are four management alternatives;
alternative A as the existing condition, Alternative B that revitalize fishpond and
improve the farm technology, alternative C that sustainable development, that
combining the activities of ponds and mangrove conservation (silvofishery), and
alternative D that conservation of the coastline by applying green belt program.

The results showed an increase in public awareness about the importance of the
mangrove ecosystem, and their willingness to implement the non-destructive
activities in the utilization of mangrove ecosystems. Based on the spatial of
potential analysis, the areas that can be used as green belt is +81,3 Ha. Indeed, the
results also showed that the direct utilization value of this mangrove of this
mangrove area was Rp 420,051,000 per year, and the indirect utilization is Rp
83,026,- per hectare per year. Furthermore the result of decision making analysis
with indicate that the scenario C sustainable development is the most optimal
option to manage the coastal atea of Pangpang Gulf.
Keywords: Gulf of Pangpang, mangrove ecosystem, buffer zone, sustainable
development

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
TELUK PANGPANG UNTUK EFISIENSI PENATAAN RUANG
BERBASIS SPASIAL

APRIADI BUDI RAHARJA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Achmad Fahrudin M.Si


Judul Tesis : Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Pangpang Untuk Efisiensi
Penataan Ruang Berbasis Spasial
Nama
: Apriadi Budi Raharja
NIM
: C252110011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Widigdo
Ketua

Dr. Ir. Dewayany Sutrisno, M.Sc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc

Dr.Ir. Dahrul Syah, Msc.Agr

Tanggal Ujian : 9 Juni 2014

Tanggal Lulus: 21 Juli 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ialah pengelolaan
kawasan minapolitan berbasis ekosistem pesisir Teluk Pangpang, dengan judul
Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Pangpang Untuk Efisiensi Penataan Ruang
Berbasis Spasial.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Bambang Widigdo
selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Dewayany Sutrisno, M.Sc
selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan,
arahan dan saran. Tidak lupa juga saya ucapkan banyak terima kasih kepada
Dr. Ir. Achmad Fahrudin M.Si selaku penguji luar komisi atas masukan dan
sarannya.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dian dari
Lapan, Bapak Dr. I Nyoman Radiarta dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan Budidaya KKP, serta Bapak Rudi S.T., M.T dari Bappeda Kabupaten
Banyuwangi. Dosen dan Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan (SPL) yang telah memberikan masukan yang sangat berarti
bagi perbaikan tesis ini, dan berbagai pihak yang telah membantu selama
pengumpulan data serta mendukung penyelesaian naskah tesis ini.
Pada akhirnya penghargaan dan ucapan terimakasih penulis sampaikan
kepada Ayahanda Dade Sumarno dan Ibunda Dedeh Suparti terkasih. Semangat
belajar tidak lain berkat dukungan do’a dan pengorbanan yang luar biasa dari Istri
tercinta drg. Felisha Febriane Balafif dalam menempuh studi dan keberhasilan
penulisan tesis ini.
Semoga tesis yang telah disusun ini dapat memberikan bermanfaat bagi
berbagai pihak dalam pengelolaan pesisir yang berkelanjutan.


Bogor, Juni 2014
Apriadi Budi Raharja

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Perumusan Masalah .....................................................................................
Tujuan Penelitian .........................................................................................
Manfaat Penelitian .......................................................................................
Kerangka Pemikiran.....................................................................................

1
1
2
4

4
4

METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................
Metode Pengumpulan Data ..........................................................................
Pengumpulan Data Primer ...................................................................
Pengumpulan Data Sekunder ...............................................................
Metode Analisis Data ...................................................................................
Analisis Persepsi Masyarakat ...............................................................
Analisis Perubahan Luasan Mangrove .................................................
Analisis Kesesuaian Kawasan Sempadan Pantai .................................
Analisis Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove .....................................
Analisis Alternatif Pengambilan Keputusan ........................................

6
6
7
7
8

9
9
10
11
12
16

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Geografis dan Administrasi .........................................................................
Bentuk Pengelolaan Wilayah Muncar Berdasarkan Rencana Tata Ruang ..
Kondisi Kualitas Perairan dan Kondisi Hidro - Oseanografi.......................
Kondisi Ekosistem Mangrove ......................................................................
Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat ..........................................................
Jumlah Penduduk .................................................................................
Kondisi Ekonomi Masyarakat ..............................................................
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Ekosistem Mangrove .....
Analisis Spasial ............................................................................................
Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir ...................................................
Perubahan Pemanfaatan ruang .............................................................
Kesesuaian Kawasan Sempadan Pantai ...............................................
Penentuan Area Sempadan Pantai ........................................................
Analisis Nilai Ekonomi Ekosistem Mengrove .............................................
Estimasi Nilai Manfaat Tidak Langsung Ekosistem Mangrove ..........
Estimasi Nilai Manfaat Langsung Ekosistem Mangrove .....................
Biaya-Manfaat Usaha Tambak .............................................................
Analisis Kelayakan Usaha ....................................................................
Penentuan Alternatif Pemanfaatan Ruang Pesisir Teluk Pangpang ............

18
18
19
19
22
24
24
25
27
29
29
34
36
39
42
42
44
46
54
57

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan...................................................................................................
Saran ..........................................................................................................

65
65
65

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66
LAMPIRAN ..................................................................................................... 70
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 111

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Lokasi stasiun pengamatan ........................................................................
Kebutuhan jenis data, metode analisis serta sumber data..........................
Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan mangrove .................................
Atribut yang digunakan dalam alternatif pengelolaan ..............................
Skala pengukuran yang dapat digunakan dalam menilai atribut
pengelolaan Teluk Pangpang .....................................................................
6. Kisaran nilai parameter kualitas air di pertambakan berdasarkan jenis
teknologi budidaya yang digunakan di Kabupaten Banyuwangi
Provinsi JawaTimur ...................................................................................
7. Potensi (indeks nilai penting) jenis mangrove di Teluk Pangpang ...........
8. Data kegiatan rehabilitasi mangrove tahun 2000-2003 .............................
9. Jumlah penduduk tahun 2006-2010...........................................................
10. Jumlah penduduk berdasarkan jenis lapangan usaha tahun 2010 .............
11. Pemanfaatan ekosistem mangrove ............................................................
12. Persepsi masyarakat terhadap ekosistem mangrove ..................................
13. Luas pemanfaatan ruang pesisir Teluk Pangpang berdasarkan jenis
alat tangkap ................................................................................................
14. Luas pemanfaatan ruang tahun 2011 .........................................................
15. Perubahan pemanfaatan ruang Teluk Pangpang berdasarkan per desa .....
16. Luas kategori kelas kesesuaian lahan dirinci berdasarkan desa ................
17. Pemanfaatan lahan yang telah ada pada area sempadan pantai .................
18. Pemanfaatan ruang eksisting pada area sempadan pantai .........................
19. Distribusi dugaan nilai WTP responden terhadap keberadaan
hutan mangrove ........................................................................................
20. Parameter terkait fungsi penggunaan sumberdaya ekosistem mangrove ..
21. Rata-rata modal investasi dan biaya penyusutan usaha Silvofishery ........
22. Rata-rata biaya tetap usaha Silvofishery (Ha/Tahun) ................................
23. Rata-rata biaya variabel usaha Silvofishery (Ha/Tahun)...........................
24. Rata-rata jumlah manfaat usaha Silvofishery tahun 2013 .........................
25. Rata-rata modal investasi dan biaya penyusutan usaha
pendederan kerapu .....................................................................................
26. Rata-rata biaya tetap usaha pendederan ikan kerapu (3.000m2/Tahun) ....
27. Rata-rata biaya variabel usaha pendederan
ikan kerapu (3.000m2/Tahun) ....................................................................
28. Rata-rata jumlah manfaat tambak pendederan
ikan kerapu (3.000m2/Tahun) ....................................................................
29. Rata-rata modal investasi dan biaya penyusutan usaha tambak

6
8
11
17
18

21
23
24
24
24
26
28
30
31
34
38
41
42
43
44
47
47
47
48
49
50
50
51

ikan bandeng .............................................................................................
30. Rata-rata biaya tetap usaha tambak ikan bandeng (Ha/Tahun).................
31. Rata-rata biaya biaya variabel usaha tambak ikan bandeng (Ha/Tahun) ..
32. Rata-rata jumlah manfaat tambak ikan bandeng tahun 2013 ....................
33. Analisis kelayakan usaha tambak silvofishery .........................................
34. Analisis kelayakan usaha tambak pendederan ikan kerapu ......................
35. Analisis kelayakan usaha tambak ikan bandeng .......................................
36. Komparasi alternatif alokasi pemanfaatan ruang ......................................
37. Proporsi jenis pamanfaatan ruang dirinci per alternatif ............................
38. Data persepsi stakeholder terhadap pengelolaan Teluk Pangpang ...........
39. Potensi nilai manfaat ekonomi pada alternatif terpilih .............................

52
52
52
53
54
55
56
57
61
63
64

DAFTAR GAMBAR
1. Alur DPSIR efisiensi alokasi pemanfaatan lahan .....................................
2. Kerangka pemikiran penelitian .................................................................
3. Wilayah studi dan lokasi stasiun pengamatan ..........................................
4. Alur pengolahan data digital citra satelit ..................................................
5. Alur analisis kesesuaian lahan kawasan mangrove...................................
6. IPAL dalam perusahaan yang tidak difungsikan ......................................
7. Kondisi aktivitas masyarakat yang mengambil minyak ikan buangan .....
8. Rata-rata elevasi muka air laut tahun 2013 ...............................................
9. Proporsi jumlah penduduk berdasarkan jenis lapangan usaha ..................
10. Produksi ikan lemuru sebagai komoditas unggulan minapolitan Muncar,
Tahun 2004 s.d. 2011 ................................................................................
11. 1)Scylla seratta (kepiting bakau); 2)Isognomon ephippium
(kerang tiram);3) Lingula unguis (tebalan); 4)Saccostrea cucculata
(Kerang kosmopolit) .................................................................................
12. Pilihan masyarakat terhadap penyebab kerusakan ekosistem mangrove
yang pernah terjadi ....................................................................................
13. Pilihan masyarakat terhadap manfaat ekosistem mangrove .....................
14. Pilihan masyarakat terhadap isu-isu lingkungan yang mereka rasakan
telah terjadi di lingkungan tempat mereka tinggal ....................................
15. Denah pemanfaatan ruang pesisir teluk pangpang berdasarkan
jenis alat tangkap .......................................................................................
16. Peta penggunaan lahan tahun 2011 ...........................................................
17. Sebaran tambak berdasarkan jenis teknologi yang digunakan..................
18. Kondisi area tambak ekstensif di Desa Wringinputih...............................
19. Kondisi area silvofishery di Desa Wringinputih .......................................
20. Peta stadia perubahan luasan mangrove....................................................
21. peta tematik setiap parameter ....................................................................
22. Peta kesesuaian kawasan lahan kawasan mangrove .................................
23. Peta pemanfaatan ruang pada kawasan sempadan pantai .........................
24. 1).Area sempadan non hijau untuk fungsi jalan; 2).Area tambak yang
tidak aktif berpotensi di hijaukan kembali; 3).Area sempadan untuk
vegetasi mangrove; 4).Area sempadan untuk mangrove dan

3
5
6
10
12
20
20
22
25
26

27
28
29
29
30
31
32
33
33
35
37
39
40

tambak silvofishery ....................................................................................
25. Kurva utilitas penggunaan sumberdaya ekosistem mangrove...................
26. Pola empang parit silvofishery di Desa Wringinputih ..............................
27. Kondisi bangunan pendukung dan tambak pendederan ikan kerapu ........
28. Kondisi tambak ikan bandeng ...................................................................
29. Perbandingan biaya dan manfaat kegiatan usaha tambak
dalam skala 1 Ha .......................................................................................
30. Pola pemanfaatan ruang alternatif A .........................................................
31. Pola pemanfaatan ruang alternatif B .........................................................
32. Pola pemanfaatan ruang alternatif C .........................................................
33. Pola pemanfaatan ruang alternatif D .........................................................
34. Kerangka hirarki alternatif pengelolaan pesisir Teluk Pangpang..............
35. Model agregasi ..........................................................................................

41
45
46
49
51
53
58
59
60
61
62
64

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Kuisioner untuk masyarakat ......................................................................
Kuesioner untuk petambak ........................................................................
Kuesioner untuk stakeholder .....................................................................
Pembagian wilayah pengembangan kawasan minapolitan Muncar ..........
Tabulasi kuisioner persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem
mangrove ...................................................................................................
6. Lokasi penentuan stasiun Ground Check ..................................................
7. Perhitungan bobot-skoring kesesuaian lahan ............................................
8. Estimasi nilai manfaat tidak langsung ekosistem mangrove ...............................
9. Estimasi nilai manfaat langsung ekosistem mangrove ........................................
10. Tabulasi kuisioner data biaya-manfaat produksi tambak ..........................
11. Tabulasi data persepsi stakeholder terhadap
pengelolaan Teluk Pangpang .....................................................................
12. Dokumentasi lapangan ..............................................................................

70
76
78
81
82
89
90
98
100

103
105
110

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Teluk Pangpang secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten
Banyuwangi sedangkan secara geografis merupakan wilayah yang berbatasan
langsung dengan perairan Selat Bali dan Samudera Hindia. Wilayah pesisir ini
memiliki potensi yang sangat besar baik dari potensi perikanan tangkap,
pengolahan perikanan, perikanan budidaya maupun keberadaan ekosistem
mangrove. Namun dengan besarnya pola pemanfaatan sumberdaya tersebut
menyebabkan permasalahan lingkungan antara lain penurunan kualitas perairan
akibat pembuangan limbah industri perikanan tanpa pengolahan, status kelebihan
tangkap pada perikanan lemuru, deforestasi hutan mangrove untuk lahan tambak
maupun aktivitas pembangunan perkotaan, produksi tambak menurun, dan abrasi.
Tentunya tekanan lingkungan yang diterima tentunya tidak lepas dari peran
pemangku kepentingan dalam distribusi ruang aktivitas manusia di wilayah pesisir
dan laut untuk mencapai tujuan ekologi, ekonomi dan sosial (Douvere et al.
2009).
Pemerintah pusat melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.32/MEN/2010 dalam hal ini Kawasan Muncar Kabupaten Banyuwangi,
dijadikan sebagai salahsatu lokasi minapolitan perikanan tangkap, dengan
mempertimbangkan komoditas unggulan, letak geografis, sistem mata rantai
produksi (hulu-hilir), fasilitas pendukung utama, kelayakan lingkungan dan
komitmen daerah. Sebelum ditetapkannya Minapolitan Muncar Tahun 2010,
masyarakat telah bergantung akan sumberdaya ikan yang sudah berkembang sejak
pertengahan Tahun 60’an. Hal itu terlihat dari penggunaan teknologi penangkapan
tradisional, sebelum purse seinse diperkenalkan tahun 1972 oleh Balai Penelitian
Perikanan Luat (BPPL). Selain itu dengan data yang dikeluarkan oleh DKP
Kabupaten Banyuwangi tahun 2011 mengenai potensi lahan tambak udang yang
dimiliki mencapai +1.361 Ha menempatkan Kabupaten Banyuwangi sebagai salah
satu sentra tambak udang nasional.
Berdasarkan hasil interpretasi Citra Landsat tahun 1989 wilayah bagian
barat Teluk Pangpang yang berstatus lahan budidaya sekaligus sebagai wilayah
penelitian memiliki luas kawasan mangrove sebanyak +207,5 Ha dan mengalami
pertambahan luas menjadi +282,8 Ha pada tahun 2011. Pertambahan luasan yang
signifikan terjadi setelah tahun 2000 karena adanya inisiasi kegiatan rehabilitasi
mangrove. Hal tersebut menggambarkan bahwa dikawasan tersebut mangrove
tidak dapat tumbuh sendiri dengan lestari karena gangguan atau perubahan
karakteristik lingkungan yang terlalu besar. Dikarenakan mangrove merupakan
ekosistem yang dinamis, yang berkembang diantara lingkungan darat dan laut di
sepanjang garis pantai tropis dan subtropis (Hogarth 1999 in Nathalie et al. 2012)
yang harus dipertahankan keberadaannya.
Keberadaan mangrove di persisir Teluk Pangpang tentunya sangat penting
seperti yang dikemukakan (Biswas et al., 2008) karena memiliki fungsi utama
sebagai habitat flora dan fauna, memberikan perlindungan fisik untuk garis pantai
dan pembibitan lingkungan untuk banyak ikan dan udang-udangan, dan juga
berfungsi sebagai pengolahan air limbah alami, sehingga mencegah pencemaran

2

pesisir. Namun pada kenyataanya, berdasarkan data peta penggunaan lahan
Kecamatan Muncar tahun 2011 terlihat proporsi pemanfaatan ruang pesisir untuk
pemanfaatan budidaya lebih banyak dibandingkan dengan daerah sempadan
(Buffer zone). Padahal bila mengacu pada Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990
Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, minimal 130 kali nilai rata-rata
perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut
terendah ke arah darat, ditetapkan sebagai sempadan pantai, maka daerah
sempadan pantai di bagian barat Teluk Pangpang yaitu sekitar 208 meter tegak
lurus kearah darat.
Salahsatu penyebab terbesar deforestasi kawasan mangrove yaitu
pengembangan budidaya tambak udang (Duke et al. 2007 in Nathalie et al. 2012).
Di seluruh dunia, tambak udang telah meningkat hampir secara eksponensial sejak
pertengahan Tahun 1970-an karena siklus produksi pendek dan nilai-nilai produk
yang tinggi (Bostock et al. 2010). Salah satu akibatnya adalah limbah yang masuk
dalam ekosistem mangrove tidak dapat proses bahkan dapat melebihi kapasitas
asimilasi dan ketika berlebihan, dapat mengurangi pertumbuhan atau bahkan
merangsang degradasi mangrove (Gilbert and Janssen 1998 in Fatmawati 2012),
dampak negatifnya dayadukung lingkungan akan menurun, serta menjadi
salahsatu penyebab produktivitas hasil tambak stagnan dan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat lokal, seperti yang terjadi di Teluk Pangpang.
Namun disatusisi penetapan area tersebut sebagai area sempadan pantai
dapat berpotensi menurunkan keuntungan total masyarakat. Oleh karena itu,
diperlukan suatu penelitian yang bertujuan mengkaji luasan hutan mangrove
dengan fungsional sempadan pantai yang dilihat dari multidimensi sehingga
keberadaannya dapat tetap bermanfaat dalam menjaga ekosistem pesisir dan juga
kepentingan pembangunan ekonomi kedepan.
Sebagaimana mengacu pada paparan diatas, maka upaya pengelolaan
berbasis ekosistem dapat menjadi dasar penataan ruang kawasan pesisir Teluk
Pangpang sebagai respon dari interaksi sosial, ekonomi dan ekologi adalah sangat
relevan untuk dilakukan.

Perumusan Masalah
Pemerintah daerah sebagai pemegang amanah desentralisasi
pembangunan, sejauh ini dilihat dari usaha pengelolaan lahan kawasan pesisir
dapat dikatakan belum implementatif. Belum konsistennya stakeholders dalam
implementasi, monitoring dan pengendalianrencana (RTRW maupun Rencana
Zonasi Minapolitan Muncar), menyebabkan masih banyak persoalandiantaranya
tarik-ulur kepentingan penetapan kawasan lindung mangrove dan budidaya
tambak, serta belum ada pengaturan jelas terkait pembuangan limbah industri
pengolahan perikanan. Dampak dari banyaknya tujuan pemanfaatan ruang di
Teluk Pangpang dapat memicu manakala tidak diatur keselarasannya. Namun
tidak dapat dipungkiri dalam era desentralisasi sekarang, dalam pelaksanaan
kebijakan sektor sosial dan ekonomi lebih besar perannya dibandingkan dengan
kebijakan dalam sektor lingkungan.
Salahsatunya yaitu pengembangan budidaya tambak yang merupakan
salah satu prioritas dalam pembangunan perikanan budidaya di Kab. Banyuwangi.
Berdasarkan data statistik perikanan Kab. Banyuwangi produksi budidaya tambak

3

pada tahun 2008 sebesar 4.135.167 Kg meningkat menjadi 6.000.700 Kg pada tahun
2009, hal tersebut tergambar juga dari kondisi dominasi perkembangan lahan tambak
disepanjang pantai Muncar. Tentunya kecenderungan ini akan semakin berkembang
seiring dengan tekanan ekologi yang semakin meningkat, karena tambak yang
berkembang di kawasan ini merupakan tambak teknologi tradisional, tentunya
perkembangan tambak model seperti ini menjadi ancaman terbesar keberadaan
kawasan mangrove.
Ekosistem mangrove atau hutan intertidal ini sangat produktif terdistribusi
disepanjang pesisir Teluk Pangpang, namun pada kenyataanya keberadaan ekosistem
mangrove ini terdegradasi terutama pada era sebelum tahun 2000. Esensi keberadaan
ekosistem mangrove di Teluk Pangpang karena dapat menstabilkan zona pesisir dari
erosi dan bertindak sebagai zona penyangga antara darat dan laut atau dikenal sebagai
fungsi sabuk hijau (green belt),dan sebagai produsen unsur hara hasil dekomposisi
serasah mangrove yang dimanfaatkan oleh perikanan, sehingga dapat menigkatkan
pendapatan nelayan setempat.
Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat pada sepuluh tahun terakhir
yaitu abrasi, terpaan angin terasa lebih besar, menurunnya produktivitas tambak dan
beberapa dampak lingkungan lainnya. Indikasi lain dari gangguan lingkungan
tersebut yaitu stagnansi produktivitas tambak disekitar Teluk Pangpang, jenis
teknologi tambak yang tidak berkembang dari tahun ke tahunnya dan sekitar 40%
lahan tambak tidak dikelola. Berdasarkan pihak terkait, rendahnya budidaya tambak
disebabkan beberapa kendala diantaranya; rusaknya ekosistem hutan mangrove,
serangan white spot syndrome virus pada tahun 2006 yang menyebabkan kematian
100% dan serta menurunnya daya dukung lingkungan akibat akumulasi beban
pencemaran dari beberapa sumber pencemar terutama berasal dari industri perikanan
dan perkotaan. Untuk itu, salah satu pendekatannya dengan pengaturan alokasi
pemanfaatan ruang antara daerah konservasi dan daerah pemanfaatan. Secara umum,
dapat dilihat pada skema dibawah ini.
Driver

Pressures

State

Impact

• Pertumbuhan jumlah penduduk
• Peningkatan kebutuhan lahan
• Konversi lahan
• Pemanfaatan sumberdaya tidak lestari
• Industrialisasi
• Urbanisasi
• Perubahan luas kawasan mangrove
• Perubahan fisik lingkungan
• Perubahan kondisi kualitas perairan
• Abrasi, intrusi air laut
• Menurunnya produktivitas tambak
• Menghilangya sempadan pantai
• Semakin meningkatnya beban pencemaran
• Pengaturan efisiensi alokasi pemanfaatan lahan

Respons

Gambar 1. Alur DPSIR efisiensi alokasi pemanfaatan lahan

4

Berdasarkan pemaparan permasalahan yang ada di kawasan Teluk
Pangpang dibagian barat, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat di wilayah studi?
2. Seberapa luas area yang potensial untuk dijadikan area sempadan pantai?
3. Bagaimana bentuk alokasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir Teluk
Pangpang?

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengidentifikasi kondisi sosial-ekonomi masyarakat pesisir Kecamatan
Muncar.
Mengidentifikasi perubahan luas kawasan mangrove pra dan pasca
rehabilitasi.
Menganalisis luas area potensial untuk dijadikan area sempadan pantai.
Membuat rekomendasi alokasi pengelolaan wilayah pesisir Teluk
Pangapang untuk efisiensi penataan ruang pesisir Teluk Pangpang.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemangku
kepentingan Kabupaten Banyuwangi sebagai alternatif pengelolaan wilayah
pesisir Teluk Pangpang bagian barat dan juga sebagai masukan terhadap Rencana
Pola Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Banyuwangi.
Kerangka Pemikiran
Wilayah pesisir Teluk Pangpang sudah sejak lama merupakan wilayah
yang memiliki potensi sumberdaya budidaya terutama kegiatan tambak. Kegiatan
tambak sudah lama berkembang di Kawasan Teluk Pangpang, namun seiring
dengan pertumbuhan akan kebutuhan hasil produksi luasannyapun semakin
meningkat. Hal tersebut, tentunya memberikan dampak negative terhadap
penurunan daya dukung Teluk Pangpang terlebih dengan pesatnyaperkembangan
permukiman dan industri pengolahan ikan tanpa adanyapengolahan air
limbahterlebih dahulu serta sumber pencemaran lain yang terbawa oleh arus
maupun limpasan air hujan.
Secara normatif telah ada Permen Kehutanan No.P.03/MENHUT/V/2004
menyebutkan bahwa, hutan mangrove merupakan jalur hijau daerah pantai yang
mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomi. Untuk dapat mengaktualisasikan
luas kawasan sempadan diwilayah pesisir Teluk Pangpang, maka digunakan
parameter geofisik yang relevan berdasarkan matrik kesesuaian lahan untuk
kawasan mangrove sebagai pembanding luasan yang didapat dari perhitungan
Keppres No.32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, menetapkan garis
sempadan pantai (green belt) adalah 130 kali rata-rata perbedaan antara pasang
tertinggi dan terendah.
Keberadaan daerah pembatas atau sempadan tentunya memberikan
keseimbangan antara kebutuhan sosial-ekonomi dan kebutuhan ekologi, hal

5

tersebut sependapat dengan Harahab (2010) ekosistem hutan mangrove
mempunyai manfaat ganda, yaitu manfaat ekonomi dan ekologi. Sehingga untuk
tetap dalam satu kesatuan sistem Teluk Pangpang diantaranya keduanya, maka
kajianini harus benar dipandangdari dimensi ekologi maupun dimensi sosialekonomi. Dimensi ekologi menitik beratkan pada kemampuan lingkungan dalam
mendukung kegiatan pemanfaatan lestari dan konservasi. Sedangkan dimensi
sosial-ekonomi menitik beratkan pada upaya pemenuhan kebutuhan kesejahteraan
masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya ekosistem mangrove dan
sumberdaya lahan sekitarnya. Maka dari itu perlu dicari suatu alternatif alokasi
pemanfaatan sumberdaya lahan pesisir Teluk Pangpang yang efisien dan berbasis
lingkungan.
Sebagai mana yang dikemukakan oleh Ruitenbeek (1991) in Fahrudin A
(1996) salah satu metode analisis untuk mencari alternatif alokasi pemanfaatan
ruang salahsatunya yaitu dengan analisis biaya manfaat (Benefit Cost Analysis).
Selanjutnya agar alokasi pola pemanfaatan ruang menjadi lebih efisien dan
berkelanjutan dengan tidak mematikan satu dengan lainnya, maka dalam
menentukan alternatif pengelolaan melibatkan stakeholder terkait dengan
menggunakan Smart-Criterium Decision PlusProgram. Secara skematik kerangka
pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Pesisir Teluk Pangpang

Permasalahan Sosial-Ekonomi
Petambak

Pertambahan
jumlah penduduk

Peningkatan
kebutuhan lahan

Perkembangan
permukiman

Analisis perubahan
pemanfaatan ruang tahun
1998-2014

Stadia perubahan
pemanfaatan ruang pesisir

Permasalahan Ekologi

Munurunnya
Abrasi Tambak
Produktivitas

Area
Sempadan
Produksi tambak Menghilangnya
Kualitas
perairan
Pantai Akibat
Abrasi
terganggu
menurun

Kebutuhan alokasi
kawasan sempadan pantai

Analisis kesesuaian lahan
kawasan sempadan

Alokasi sempadan pantai
Pola pemanfaatan ruang
pesisir Teluk Pangang
Mangrove

Analisis Nilai Ekonomi
Ekosistem Mangrove
Tambak

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

6

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bagian barat Teluk Pangpang yang meliputi Desa
Kedungrejo, Desa Kedungringin dan Desa Wringinputih Kecamatan Muncar dengan
panjang pantai +11.611 meter. Hal ini dikarenakan bagian barat Teluk Pangpang
merupakan kawasan yang dimanfaatkan tambak oleh masyarakat lokal, sedangkan
bagian timur dan selatan teluk, termasuk dalam kawasan hutan lindung Alas Purwo
(lihat Gambar 4).
Penelitian ini dilakukan pada bulan April, Mei dan Juni 2013, penentuan
lokasi stasiun pengamatan berdasarkan pada hasil interpretasi perubahan lahan. Maka
ditetapkan tujuh titik lokasi stasiun pengamatan. Penetapan lokasi tersebut diharapkan
dapat mewakili perubahan luasan pemanfaatan ruang serta sebagai bagian validasi
data hasil interpretasi citra satelit, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 3. Wilayah studi dan lokasi stasiun pengamatan
Tabel 1. Lokasi stasiun pengamatan
Stasiun
1
2
3
4
5
6
7

Letak geografis
X
Y
114,3451 -8,4488
114,3571 -8,4668
114,3588 -8,4744
114,3645 -8,4916
114,3566 -8,4990
114,3501 -8,5047
114,3535 -8,5150

Karakteristik
Permukiman penduduk
Tambak yang rusak terkena abrasi
Area penanaman mangrove
Area penanaman mangrove
Tambak ikan bandeng
Ladang kebun
Tambak silvofishery

7

Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, serta dengan mempertimbangkan
kondisi wilayah studi, maka penelitian ini dilakukan dilapangan untuk
mendapatkan data primer dan studi pustaka untuk memperoleh data sekunder.
Pengumpulan Data Primer
A. Pengamatan lapangan
Pengamatan dilakukan pada stasiun pengamatan dari hasil klasifikasi citra
satelit terkait perubahan pemanfaatan ruang. Survey lapangan ini dilakukan untuk
melengkapi hasil interpretasi pada objek yang perlu dibuktikan kebenarannya
(validasi). Adapun alat yang digunakan adalah peta citra hasil klasifikasi tahun
2011, kamera dan GPS (global positioning system). Tahapannya yaitu setelah
menyelusuri lokasi stasiun yang ditentukan sebelumnya dengan menggunakan alat
GPS, maka dilakukan pencatatan kondisi lingkungan disekitar stasiun serta
mendokumentasikannya, selanjutnya bergerak dari satu stasiun pengamatan ke
stasiun pengamatan berikutnya. Hasil dari pengamatan lapangan menjadi data
pendukung dalam analisis perubahan luasan mangrove dan analisis kesesuaian
kawasan sempadan pantai.
B. Wawancara
Adapun tujuan melakukan wawancara ini yaitu untuk mengumpulkan data
sosial-ekonomi dengan jumlah responden yang ditetapkan sebelumnya dengan
mengunakan metode gabungan antara accidental sampling dan purposive
sampling. Pengambilan sampel accidental samping terhadap masyarakat disekitar
kawasan mangrove dengan pertimbangan bahwa responden tersebut mengetahui
adanya keberadaan ekosistem mangrove dilingkungannya. Sedangkan
pengambilan sampel purposive sampling didasari dengan pertimbangan klaster
pengambil keputusan kebijakan, klaster petambak dan klaster nelayan. Berikut
lebih rinci tujuan dari pengumpulan data sosial-ekonomi.
- Mendapatkan data persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem
mangrove.
Lokasi penyebaran kuisioner yaitu pada wilayah Desa Kedung Rejo, Desa
Kedung Ringin dan Desa Wringin Putih. Tujuannya untuk mengetahui
persepsi masyarakat, baik yang terkait langsung maupun tidak dengan
keberadaan ekosistem mangrove. Adapun pengambilan sampel dilakukan
terhadap responden yang mengetahui keberadaan ekosistem mangrove di
wilayah studi dengan jumlah responden yang diambil yaitu 80 orang, untuk
lebih jelas terkait kusionernya dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang
dihasilkan dari penyebaran kuisioner ini diantaranya informasi pemanfaatan
ekosistem mangrove, tingkat kepentingan keberadaan ekosistem mangrove,
penyebab kerusakan ekosistem mangrove, dampak lingkungan akibat
kerusakan ekosistem mangrove, nilai keberadaan ekosistem mangrove
berdasarkan preferensi masyarakat yang kemudian dihitung untuk
mendapatkan nilai Willingness To Pay (WTP), serta bentuk pemanfaatan
langsung ekosistem mangrove yang kemudian dihitung untuk menduga nilai
manfaat langsung ekosistem mangrove.

8

-

-

Mendapatkan data biaya dan manfaat produksi tambak.
Pengambilan data ini tujuannya untuk memberikan gambaran terkait efisiensi
alokasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir Teluk Pangpang. Adapun kegiatan
Pemanfaatan ruang yang ada di wilayah pesisir bagian barat Teluk Pangpang
diantaranya permukiman, ladang, kebun, tambak tradisional, tambak
silvofishery dan mangrove. Namun dengan pertimbangan kegiatan
pemanfaatan ruang yang terpengaruhi oleh kondisi lingkungan wilayah
pesisir, maka penyebaran kuisioner ini dilakukan hanya pada petambak.
Adapun jenis tambak yang ada di wilayah pesisir bagian barat Teluk
Pangpang yaitu tambak pendederan ikan kerapu, tambak bandeng dan tambak
silvofishery. Adapun jumlah responden yang diambil untuk mengetahui data
biaya dan manfaat produksi tambak yaitu 15 orang untuk lebih jelas terkait
kusionernya dapat dilihat pada Lampiran 2, dengan diketahuinya informasi
biaya dan manfaat produksi tambak menjadi data awal untuk melakukan
analisis kelayakan usaha tambak.
Mendapatkan data persepsi stakeholder pengelolaan Teluk Pangpang.
Secara umum stakeholder yang dimaksud yaitu kelompok masyarakat
pengambil keputusan kebijakan diantaranya Bappeda, Dinas kelautan dan
perikanan, Kantor resort Sembulungan, Camat, Lurah dan Pakar (masingmasing satu orang) serta kelompok masyarakat yang terpengaruh kebijakan
diantaranya petambak tradisional, petambak silvofishery (masing-masing satu
orang), dan nelayan (dua orang). Untuk lebih jelas terkait kusionernya dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Adapun tujuan dari penyebaran kuisioner ini yaitu untuk mendapatkan data
persepsi stakeholder untuk membantu mengevaluasi alternatif pengelolaan
Teluk Pangpang, yang selanjutnya data tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode SMART (Simple Multiple Attributing Rating
Techniques).
Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperloleh dari penelusuran berbagai hasil penelitian yang
terkait. Data tersebut bersumber dari Lapan, Badan Informasi Geospasial (BIG),
Dinas kelautan dan perikanan Kab. Banyuwangi, Bappeda Kab. Banyuwangi,
BPS Kab. Banyuwangi, Kantor Kecamatan Muncar, Kantor kelurahan, United
States Geological Survey-Digital Elevation Model (USGS-DEM), data dari
lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun hasil penelitian terkait dari lembaga
lainnya. Untuk lebih lengkap data primer dan sekunder yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2. Kebutuhan jenis data, metode analisis serta sumber data
Tujuan penelitian
Mengidentifikasi
kondisi sosialekonomi masyarakat
pesisir Kecamatan
Muncar

Jenis data
Sekunder
dan
Primer

Data persepsi masyarakat
terhadap keberadaan
ekosistem mangrove
Monografi kecamatan
Data terkait preferensi
individu keberadaan

Metode
analisis
Analisis
deskriptif

Sumber data

- Wawancara persepsi
masyarakat terhadap
keberadaan
Tabulasi
ekosistem mangrove
80 responden
Analisis nilai
Willingness To - Kantor Kecamatan

9
Lanjutan Tabel 2

Tujuan penelitian

Jenis data
ekosistem mangrove

Mengidentifikasi
perubahan luas
kawasan mangrove
pra dan pasca
rehabilitasi

Menganalisis luas
area potensial untuk
dijadikan area
sempadan pantai

Membuat
rekomendasi alokasi
pemanfaatan ruang
wilayah pesisir Teluk
Pangapang

Metode
analisis
Pay (WTP)

Sekunder a). Citra Landsat tahun
dan
1989, 1994, 2002 dan
Primer
2011 serta citra Spot-4
tahun 2007
b). Peta rupa bumi
Indonesia skala
1:25.000
c). Peta penggunaan lahan
tahun 2011
Sekunder a). Data pasang-surut
b). Data panjang garis
pantai
c). Data kemiringan
lereng
d). Data jenis tanah
e). Data ketinggian
f). Data tutupan lahan
Primer
Data biaya dan manfaat
produksi tambak

Analisis
perubahan
luas kawasan
mangrove

Primer

Data terkait kegiatan
pemanfaatan langsung
produk akhir ekosistem
mangrove

Primer

Data persepsi stakeholder
pengelolaan Teluk
Pangpang

Analisis
manfaat
langsung
ekosistem
mangrove
Analisis
SMART

Analisis
kesesuaian
lahan

Sumber data
- Kantor Kelurahan
- BPS Kabupaten
a). Lapan
b). BIG
c). Bappeda
Kab.Banyuwangi

a). Dishidros
b). BIG
c). Data USGS DEM

Analisis
kelayakan
usaha

d). Puslit Tanah
e). Data USGS DEM
f). Bappeda
Wawancara biaya dan
manfaat produksi
tambak 15 responden

Wawancara persepsi
masyarakat terhadap
keberadaan ekosistem
mangrove 80
responden
Wawancara persepsi
stakeholder
pengelolaan Teluk
Pangpang 10
responden

Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan mencakup analisis persepsi masyarakat, analisis
spasial temporal, analisis nilai ekonomi ekosistem mangrove, dan analisis
alternatif pengambilan keputusan. Masing-masing metode analisis tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
Analisis Persepsi Masyarakat
Analisis persepsi masyarakat digunakan untuk menggambarkan
karakteristik kondisi sosial-ekonomi masyarakat pesisir Kecamatan Muncar.
Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yang didukung dengan pengolahan data kuantitatif.
Dalam pengolahan data digunakan tabel frekuensi yang terdiri dari nilai
kumulatif dan nilai persentase, serta pembuatan grafik. Selanjutnya dilakukan
mentafsirkan data tersebut menjadi bentuk informasi. Informasi diantaranya
pemanfaatan ekosistem mangrove, tingkat kepentingan keberadaan ekosistem

10

mangrove, penyebab kerusakan ekosistem mangrove, dampak lingkungan akibat
kerusakan ekosistem mangrove, serta nilai keberadaan ekosistem mangrove
berdasarkan preferensi masyarakat yang kemudian dihitung untuk mendapatkan
nilai Willingness To Pay (WTP).
Analisis Perubahan Luasan Mangrove
Analisis perubahan luasan mangrove terdiri dari tiga tahap analisis. Tahap
pertama melakukan klasifikasi citra satelit lansat dan citra alos, secara rinci dapat
dilihat pada Gambar 4 berikut.
Citra Landsat (1989, 1994, 2002, 2011)
dan Citra Alos 2011

Tahap 1

Import data dan penggabungan band

Koreksi geometrik dan koreksi
radiometrik

Membuat false color composit RGB 453

Klasifikasi supervised dengan metode
Maximum Likelihood Clasification
Ground Check untuk mengkoreksi
hasil interpretasi citra
Membuat tumpang-susun hasil
klasifikasi

Tahap 2

Perubahan luasan mangrove

Tahap 3

Tumpang-susun hasil
klasifikasi 1989 s.d 2011

Gambar 4. Alur pengolahan data digital citra satelit

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa, tahap pertama memproses
data citra satelit landsat dan alos dilakukan proses koreksi atmosferik dan koreksi
geometrik, koreksi atmosferik bertujuan untuk menghilangkan 'smooting'
kesalahan akibat pengaruh atmosfer dengan teknik penyesuaian histogram,
sedangkan koreksi geometrik menggunakan analisis titik kontrol (GCP), dengan
acuan peta yang telah terkoreksi. Selanjutnya dipilih tiga buah band yang
dipergunakan sesuai dengan karakteristik spektral masing-masing kanal dan
disesuaikan dengan tujuan penelitian, dalam penelitian ini dikhususkan untuk
pamantauan kondisi mangrove dipilih band 4, 5 dan 3 hal ini dikarenakan band
tersebut peka dan mempunyai nilai reflektansi yang tinggi terhadap vegetasi.
Proses selanjutnya yaitu klasifikasi dengan metode supervised atau klasifikasi
terbimbing. Tahap kedua, hasil dari proses klasifikasi citra tahun 2011 menjadi
bahan untuk penetuan lokasi stasiun pengamatan sekaligus sebagai koreksi data
klasifikasi. Setelah hasil klasifikasi dikoreksi, maka tahap ketiga yaitu melakukan
analisis tumpang-susun (overlay) peta tahun 1989, 1994, 2002, 2007 dan 2011.
Sehingga didapatkan kondisi perubahan luas kawasan mangrove pra dan pasca
rehabilitasi dilakukan.

11

Analisis Kesesuaian Kawasan Sempadan Pantai
Berdasarkan Keppres No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan
lindung pasal 27 menyatakan bahwa kriteria kawasan pantai berhutan bakau
adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah
tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Namun penentuan
kawasan sempadan pantai berdasarkan peraturan tersebut sering tidak
implementatif pelaksanaannya, salah satunya karena tidak dilakukan secara lokal
atau berdasarkan karakteristik lokal (Kusmana 2010; Clark 1995 in FAO 2006).
Untuk itu dalam penentuan kawasan sempadan pantai, dengan fungsi
kawasan yang dapat dijadikan sebagai kawasan rehabilitasi mangrove, maka
digunakan parameter-parameter geofisik yang relevan berdasarkan Bakosurtanal
(1996) sebagai berikut:
Tabel 3. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan mangrove
Parameter
Jarak dari
pantai (m)

Bobot
30

S1
400

Skor
1

Tutupan
lahan

20

Mangrove

4

Rawa,
mangrove

3

Empang/
tambak

2

1

Jenis tanah

15

4

Hidromof

3

15

4

3

Kemiringan
lereng (%)
Ketinggian
(m)

10

0-3

4

Tergenang
2 kali/hr
3-6

3

Regosol,
Gleihumus
Tergenang
1 kali/hr
6-9

2

Pasang-surut

Aluvial
pantai
Tergenang

2

Terbangun/
kebun/perta
nian
Gleihumus,
Regosol
Tidak
tergenang
>9

10

0-3

4

3-6

3

6-9

2

>9

1

2

Sumber : Bakosurtanal 1996 in Asbar 2007

Adapun batasan dalam penerapan matrik kesesuaian lahan kawasan
mangrove diatas yaitu penentuan garis pantai berdasarkan data MSL bukan LWL,
tidak memperhitungkan parameter kedalaman dan tidak memperhitungkan
parameter kualitas tanah.
Tahap analisis kesesuaian lahan kawasan mangrove diawali dengan
melakukan penyeragaman sistem data dari semua parameter dalam bentuk file
vector dan penyeragaman skala yang hendak digunakan yaitu 1:20.000. Proses ini
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak pemetaan, sehingga setiap
parameter memiliki kualitas peta yang sama dengan karakteristik tertentu yang
digambarkan dengan batas-batasnya.
Selanjutnya melakukan pembobotan dan skoring pada vektor batas tertentu
setiap parameter. Selanjutnya menjumlahkan hasil pengkalian bobot skoring
setiap parameter sehingga didapat batasan baru sesuai dengan nilai agragat yang
didapatkan. Nilai hasil agregasi bobot skoring setiap parameter selanjutnya
dikelaskan menjadi empat kelas kesesuaian lahan, lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 5 dibawah ini.

1
1
1

12

Bobot*Skoring parameter A
10
30
20
45
15
30
120
90
30

Bobot*Skoring parameter B
50
10
40
30
15
10
0
60
15

Hasil agregasi
60
40
75
30
120
150

60
40
45

Gambar 5. Alur analisis kesesuaian lahan kawasan mangrove

Berdasarkan pembobotan dan skor pada setiap par