Habitat perkembangbiakan dan beberapa aspek perilaku Anopheles sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

1

A

HABITAT PERKEMBANGBIAKAN DAN BEBERAPA ASPEK
PERILAKU Anopheles sundaicus Dl KECAMATAN
PADANG CERMIN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

AMALIA SAFlTRl

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMAS1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Habitat Perkembangbiakan dan
Beberapa Aspek Perilaku Anopheles sundaicus di Kecarnatan Padang Cermin
Kabupaten Lampung Selatan adalah karya saya dengan arahan dari komisi

pernbimbing dan belurn diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
rnanapun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicanturnkan dalarn Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009
Amalia Safitri
NRP 8252060041

ABSTRACT

AMALIA SAFITRI. Breeding Places and Some Aspects on Behavior of Anopheles
sundaicus in Padang Cermin Sub-district, Lampung Selatan District.
Under direction of FX. KOESHARTO and SUPRATMAN SUKOWATI
Lampung Selatan district is one of malaria endemis area with category
medium case incidense (MCI), with annual parasite incidence (API) 1.55%0 in
2005, 0.74%0 in 2006 and 1.2% in January-May 2007. Study of Anopheles are
important to plan the vector control. The study describes breeding places and
some aspect on behavior of Anopheles sundaicus.Nine spesies of Anopheles
namely A.sundaicus, A.vagus, A.subpicfus, A.barbirostris, A.maculatus, A.kochi,

A.aconitus, A.indefinifus and A.fessellatus and 3 spesies by human landing
collection : A.sundaicus, A.vagus and A.tesselatus. are found in sub-district
Padang Cermin, Lampung Selatan District, Lampung from August 2008 November 2008. Mosquitoes collection using human landing at night 18.0006.00, and larvae and habitat survey at morning. This study show in Padang
Cermin Breeding places of A.sundaicus were restricted in unproductive fish
ponds, river, pool, lagoon, marshes with water vegetation and without it. The
effective temperature for larvae is 30-40% salinity is 0-16%0, pH is 6.4-8.5 and
found in container and water with ground base. Species of A.sundaicus both bite
human indoor and outdoor, and the biting activities throughout the night, however
the peak of biting occur outdoor at 02.00-04.00, though indoor occur at 01.0005.00, with man biting rate outdoor is 8.94 and indoor is 12.78 and resting found
outdoor. Proportion of parous for A.sundaicus in Padang Cermin sub-district is
72.85%. The best plan in mosquitoes control is good management for
unproductive fish ponds, covered potensial breeding places, larvasiding, bed net
program and indoor residual spraying (IRS).
Key words : Anopheles sundaicus, breeding places, behavior

AMALlk SAFITRI. Habitat Perkembangbiakan dan Beberapa Aspek Perilaku
Anopheles sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung
Selatan.
Dibimbing oleh FX. KOESHARTO dan SUPRATMAN SUKOWATI
Salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di lndonesia

saat ini adalah malaria, dirnana malaria sering menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) yang karena banyaknya angka kesakitan dan kematian. Walaupun lima
tahun terakhir angka kesakitan akibat malaria cenderung menurun tetapi
diperkirakan masih terdapat 49,6% penduduk lndonesia tinggal di daerah yang
berisiko malaria.
Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten di lndonesia yang
mempunyai angka kesakitan yang cukup tinggi dengan tingkat endemisitas
medium case incidence (MCI). Terdapat satu kecamatan yang berstatus high
incidence area (HIA) yaitu Kecamatan Padang Cermin. Letak wilayah Kecamatan
Padang Cermin yang ada di pinggir pantai rnenjadikan tempat ini sebagai tempat
tambak yang oleh sebagian pemiliknya ada yang ditinggalkan sehingga menjadi
tempat yang baik untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis habitat dan karakteristiknya dan mengetahui
beberapa aspek perilaku dari Anopheles sundaicus yang menjadi penyebab
malaria.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data habitat dan data nyamuk
Anopheles. Pengambilan data habitat dilakukan dengan menelusuri semua tipe
perairan yang diperkirakan menjadi tempat perkembangbiakan Anopheles dan
mengukur karakteristik habitatnya. Data nyamuk Anopheles didapatkan dari
penangkapan larva dan dewasa. Larva diambil pada semua tipe perairan yang

ditemukan Anopheles dan dibedakan berdasarkan habitatnya. Anopheles
dewasa diambil dengan penangkapan nyamuk yang hinggap di badan dan
nyamuk yang istirahat di dinding dan sekitar habitat. Semua nyamuk Anopheles
yang didapatkan diidentifikasi menggunakan mikroskop dan dihitung man hour
density (MHD) untuk melihat fluktuasi kepadatan tiap jam penangkapan, dihitung
man bifing rafe (MBR) untuk melihat jumlah nyamuk yang mengglgit tiap orang
dalam satu malam, juga dianalisis kesukaan nyamuk menggigit dan kebiasaan
istirahat.
Hasil penelitian ini menunjukan di Kecamatan Padang Cermin terdapat 12
jenis habitat untuk nyamuk Anopheles antara lain tambak terbengkalai, sumur,
sawah, saluran irigasi, kobakan, kubangan, kolam, parit, lagun, rawa-rawa,
sungai dan bak penampungan air. Dari 72 jenis habitat Anopheles yang
didapatkan lirna diantaranya adalah habitat Anopheles sundaicus yaitu tambak
terbengkalai, sumur, kobakan, lagun dan rawa-rawa dengan karakteistik suhu air
antara 30-40 OC, kadar garam antara 0-16 %o, pH air 6.4-8.5, kondisi aliran air
tidak mengalir dan mengalir lambat, dasar habitat lumpur, pasir dan semen,
kedalaman habitat antara 20-200 Cm, luas habitat antara 1-10000 M', kondisi
tanaman air bervariasi antara tidak ada tanaman air dan ada tanaman air berupa
lumut, rumput, dan kangkung, dengan ketinggian antara 03-60 Crn.
Dari hasil penangkapan larva dan nyamuk, didapatkan sembilan spesies

nyamuk Anopheles yaitu A.sundaicus, A.vagus, A.subpictus, A.barbirosfris,

A.maculatus, A.kochi, A.aconitus, A.indefinitus dan A.tessellatus, dan yang
ditemukan kontak dengan manusia ada tiga spesies yaitu A.sundaicus, A.vagus
dan A.tesselatus. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah A.sundaicus
dengan kebiasaan menggigit cenderung lebih banyak di dalam rumah
(endofagik) dan istirahat cenderung lebih banyak ditemukan di luar rumah
(eksofilik). A.sundaicus ditemukan menggigit sepanjang rnalam dan puncak
kepadatan rnenggigit di dalam rumah jam 01.00-05.00 dan di luar rumah pada
jam 02.00-04.00 dengan MBR untuk didapatkan 8.94 di luar rumah, dan 12.78 di
dalam rumah.
Berdasarkan hasil yang didapatkan perlu dilakukan intervensi berupa
pengelolaan tambak yang sudah tidak berproduksi sehingga tidak rnenjadi
habitat bagi nyamuk Anopheles terutama A.sundaicus yang menjadi vektor
malaria. Selain itu perlu diadakan indoor residual spraying (IRS) mengingat
aktifitas menggigit A.sundaicus ada sepanjang rnalam.
Kata kunci : Anopheles sundaicus, habitat, perilaku

O Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penyusunan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah ;dan
pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian afau seluruh
Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

HABITAT PERKEMBANGBIAKAN DAN BEBERAPA ASPEK
PERILAKU Anopheles sundaicus Dl KECAMATAN
PADANG CERMIN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Entomologi Kesehatan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2009

Judul Tesis
Nama
NRP

: Habitat Perkembangbiakan dan Beberapa Aspek Perilaku
Anopheles sundaicus di Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Lampung Selatan
: Amalia Safitri
: B252060041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. drh. FX. Koesharto, M.Sc
Anggota

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Entomologi Kesehatan

C

Dekan Sekolah Pascasarjana

/
Dr. drh. Upik Kusumawati Hadi, M.S

Tanggal Ujian :
9 Februari 2009

hairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Lulus :

2 0 F E8 2009


PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul
Habitat Perkembangbiakan dan Beberapa Aspek Perilaku Anopheles sundaicus
di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan.
Penelitian ini berupa tesis, sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan Program Magister Sains pada Program Studi Entomologi Kesehatan
lnstitut Pertanian Bogor. Pada pelaksanaannya, penelitian ini merupakan bagian
awal (baseline) dari kegiatan penelitian yang dilakukan Badan Litbangkes
Depkes R.1 bekerja sama dengan malaria transmission consurcium (MTC)
perwakilan Indonesia dan melibatkan Penulis sebagai peneliti yang membidangi
entomologi.
Penulis menghaturkan terima kasih sebesarnya kepada Bapak Dr. drh. F.X.
Koesharto, M.S dan Bapak Prof Dr. Drs. Supratman Sukowati, M.S selaku
komisi pembimbing yang memberikan bimbingan dan arahan sehingga penelitian
ini dapat diselesaikan dengan baik. Kepada Ibu Dr. drh. Upik Kusumawati Hadi,
M.S selaku Ketua Program Studi beserta semua Dosen dan Staf Program Studi
Entomologi Kesehatan, Penulis menghaturkan rasa terima kasih sedalamnya

atas pengetahuan dan ilmu yang telah disampaikan sehingga menambah
wawasan dan pengetahuan. Kepada para sahabat angkatan 2006 Entomologi
Kesehatan, dukungan dan kerjasama yang telah diberikan tidak akan pernah
terlupakan.
Tulisan ini Penulis persembahkan khusus buat Almarhum Papa, Mama dan
keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tidak pernah
ada akhirnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2008
Amalia Safitri

Penulis dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 9 Mei 1978 dari ayah
H.Suardi (Alm) dan ibu Hj. Radiah. Penulis merupakan putri terakhir dari tiga
bersaudara.
Pendidikan sejak tingkat dasar sampai atas diselesaikan di Marabahan.
Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Marabahan tahun 1996 dan pada tahun yang
sama melanjutkan pendidikan di Akademi Keperawatan Depkes Banjarmasin.
Pada tahun 2000, Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya lulus pada tahun 2002

dan tahun 2006 Penulis mendapat beasiswa untuk melanjutkan kejenjang S2 di
Program Studi Entomologi Kesehatan IPB.
Penulis diterima rnenjadi pegawai negeri di Loka Litbang P2B2 Tanah
Bumbu Kalimantan Selatan pada tahun 2003 dan bekerja sebagai Peneliti Muda
di bidang entomologi kesehatan.

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR GAMBAR ..................
.....

.......

............................................... xiii

II.

.
. ...
....
..................................
TINJAUAN PUSTAKA .........................
1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles ......................................................
2. Aspek Perilaku vektor .......................
.. ........................................
2.1 Beberapa Aspek Perilaku Jentik Nyamuk ............................................
2.2 Beberapa Aspek Perilaku Nyamuk ......................................................
3. Perilaku Menghisap Darah Nyamuk Anopheles ............................
......
3.1 Objek yang Digigit
(Hospes)
...............................................................
..
3.2 Tempat Mengg~g~t
. .................................................................................
.
...........................
3.3 Frekwensi Mengg~g~t
..............................................
..
3.4 Waktu Mengg~g~t
....................... .
.
.
...................................................
4 . Perilaku Anopheles spp Secara Umum ..............................................
5. Perilaku lstirahat Nyamuk Anopheles ................................................
6 . Habitat Perkembangbiakan Nyamuk Anopheles ..................................

Ill.

METODE PENELlTlAN
....................................................................................
. . ..........................................................................................
1. Jenis Penel~t~an
..
2. WaMu dan Lokasi Penellt~an.....................................................................
3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................
4 . Pengumpulan Data ........................................................................
4.1 Pengumpulan Data Habitat ........................................................
4.2 Pengumpulan Data Nyamuk ......................................................
5 . Pengolahan Data .......................................................................................

IV.

HASlL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................
1.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Hanura .........................
1.2 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Padang Cermin ............
2 . Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles sundaicus ................
3 . Hasil Penangkapan Larva ...........................................................................
4 . Hasil Penangkapan Nyamuk (Dewasa) .......................................................
5 . Perilaku Menghisap Darah Anopheles sundaicus .......................................
6 . Perilaku lstirahat Anopheles sundaicus ......................................................
7 . Status Parousitas Anopheles sundaicus .....................................................

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

22
22
22
23
23
28
33
35
42
43

.......................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

47

DAFTAR TABEL

Halaman
Sebaran Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.
.
.................. 24
di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan ......................
Sebaran Habitat Perkembangbiakan A.sundaicus
di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan ............................................

24

Spesies Anopheles spp. Berdasarkan Jenis Habitat
di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan ............................................

26

Karakteristik Habitat A.sundaicus di Kecamatan
Padang Cermin Lampung Selatan ...............................................................

27

Kepadatan Lama Anopheles spp. di Kecamatan
Padang Cermin Lampung Selatan ...................................................................

30

Sebaran Anopheles spp. di Kecamatan Padang Cermin
Lampung Selatan .............................................................................................

32

Perilaku A.sundaicus Menghisap Darah Outdoor-Indoor
di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan ..........................................

36

Hasil Pembedahan A.sundaicus di Kecamatan
Padang Cermin Lampung Selatan ..................................................................

43

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Peta Wilayah Penelitian di Kecamatan Padang Cerrnin
Kabupaten Lampung Selatan ......................... ......

...........................

2

Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.
di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

3

Perolehan Larva Anopheles di Kecamatan Padang
Cermin Lampung Selatan .................................................................

15

.............................................. 25
29

4

Proses pencidukan larva, dilakukan di pinggir dan
di tengah habitat .................................................................................................31

5

Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan
Padang Cermin Lampung Selatan Per Desa ............................................. 33

6

Penangkapan nyamuk human landing collecfion outdoor
dan indoor, serta resting malam indoor ....................................................

34

Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan
Padang Cermin Lampung Selatan Per Spesies

35

7

...............................................

8

Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Kecamatan
Padang Cermin Kabupaten Larnpung Selatan ........................................... 37

9

Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Lempasing
Kecamatan Padang Cerrnin Kabupaten Lampung Selatan

................................

38

10 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Hanura
Kecarnatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

................................

38

11 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Sidodadi
Kecarnatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

................................ 39

12 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Gayau
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

..............................

13 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Sanggi
Kecarnatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

................................ 40

14 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Durian
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

................................ 40

39

15 Man Bifting Rate A.sundaicus di Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Lampung Selatan ....................
.......................................

41

16 Penangkapan nyarnuk resting pagi outdoordan indoor
di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan ..............................................

42

Hasil Penangkapan Nyamuk Resting Pagi di Kecamatan
Padang Cermin Lampung Selatan .................................................................

43

.
.

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1

...............................
Peta Dasar Kabupaten Larnpung Selatan .....................
.

2

Defin~slOperasional

3

Formulir Karakter~st~k
Habitat

..

. .

50

........................................................................... 51

......................................................................

53

BAB l
PENDAHULUAN

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di lndonesia,
dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Peningkatan insiden KLB
malaria dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu perubahan lingkungan fisik
seperti curah hujan, suhu, perubahan pemanfaatan lahan, termasuk kerusakan
lingkungan serta krisis ekonomi serta perpindahan penduduk (Suroso, 2000).
Di lndonesia angka kesakitan malaria pada lima tahun terakhir cenderung
menurun, namun pada saat ini diperkirakan masih terdapat 49.6% penduduk
lndonesia yang tinggal di daerah berisiko malaria. Jumlah kabupaten endemis
malaria sebesar 309 (70%) dari 441 kabupatenlkota (Kandun 2008).
Lampung Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung,
masuk kategori medium case insidence (MCI) dengan nilai annual parasite
incidence (API) 1,55%0 (tahun 2005), 0,74%0(tahun 2006), dan 1,2% (JanuariMei 2007) (Depkes R.I. 2008).
Tingginya kasus malaria di Kabupaten Lampung Selatan tidak menutup
kemungkinan berkaitan dengan keberadaan nyamuk Anopheles spp. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian ldram-ldris, dkk (1999) di Lampung Selatan yang
menemukan 12 spesies Anopheles yang kontak dengan manusia, yaitu A.
sundaicus, A. subpictus, A. vagus, A. indefinifus, A. nigerrimus, A. peditaeniatus,
A. kochi, A. barbirostris, A. annularis, A. separatus, A. fesselatus dan A. aconitus.
Kecamatan Padang Cermin dengan demografi terletak di pinggiran pantai,
menjadikan Padang Cermin sebagai daerah potensi tambak udang windu,
sehingga sepanjang tepi pantai tersebar berbagai kolam tambak, baik yang
dikelola perseorangan maupun perusahaan. Selain itu, juga terdapat rawa-rawa

2
di pinggiran pantai yang ditumbuhi pohon bakau, dengan kadar garam tinggi
yang rnerupakan potensi sebagai habitat perkembangbiakanA. sundaicus.
Kecamatan Padang Cermin merniliki 3 wilayah kerja Puskesmas, yaitu
Puskesmas Hanura, Padang Cermin dan Punduh Pidada. Dari Ketiga
Puskesmas tersebut, Puskesmas Hanura dan Padang Cermin berstatus High
incidence area (HIA) malaria, karena annual malaria incidence (AMI) tahun 2007
di Puskesmas Hanura sebesar 79.8460 dan 5 8 k di Puskesmas Padang Cermin.
(Puskesmas Hanura 2008 ; Puskesmas Padang Cerrnin 2008).
Studi rnengenai perilaku nyamuk Anopheles

dilakukan sebagai dasar

pengendalian nyamuk vektor malaria, mengingat setiap spesies nyamuk
mempunyai karakteristik yang berbeda pada setiap daerah (local spesific). Tidak
hanya variasi spesies nyamuk yang didapatkan pada studi fauna tetapi juga
membahas perilaku nyamuk dalam menghisap darah, perilaku istirahat serta
habitat perkembangbiakannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan karakteristik habitat
perkembangbiakan dan beberapa aspek perilaku seperti perilaku menghisap
darah, perilaku istirahat, menganalisis fluktuasi kepadatan menggigit, menghitung
kepadatan nyamuk mengigit tiap orang perjarn dalam satu malam (man bifting
rate (MBR)) dan menghitung jumlah nyamuk yang sudah pernah bertelur @arous
rate (PR)) A.sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung
Selatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.

Klasifikasi Nyamuk Anopheles
Dalam susunan taksonorni, nyamuk Anopheles termasuk phylum
Arthropoda, kelas lnsecta, ordo Diptera, famili Culicidae dan subfamili
Culicinae (Bruce-Chwatt 1985).
Di dunia telah diketahui terdapat i 4500 spesies nyamuk dimana
nyamuk Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria berjumlah 424
spesies dan 70 diantaranya telah terbukti sebagai vektor (WHO 2007).
Spesies Anopheles spp. yang ada di Indonesia berjumlah 80 jenis
(Connor&Sopa 1981, Knight&Stone 1977), 18 diantaranya berperan
sebagai vektor penular penyakit malaria yaitu Anopheles aconitus, A.
sundaicus, A. subpictus, A. barbirostris, A. maculatus, A. balabacensis, A.
letifer, A. punctulatus, A. farauti, A. koliensis, A. vagus, A. kochi, A.
tesselatus, A. parangensis, A. sinensis, A. nigerrimus, A. minimus dan A.
kamari (Depkes 2006).

2.

Aspek Perilaku vektor
2.1 Beberapa Aspek Perilaku Jentik Nyamuk
Kehidupan pradewasa (telur, jentik dan pupa) nyamuk di air.
Pemilihan tempat-tempat yang disenangi dari berbagai macam tempat
genangan air dilakukan secara genetik oleh seleksi alam. Suatu tipe
genangan air yang disukai oleh satu jenis nyamuk, namun belurn
tentu disukai oleh jenis nyamuk yang lain. Jentik nyamuk biasanya

berkumpul pada bagian-bagian dimana diperoleh makanan, terlindung
terutama dari arus air dan predator.
Berbagai jenis tanarnan air merupakan indikator bagi jentik
nyamuk tertentu. Tanaman air tidak hanya menggambarkan sifat-sifat
fisik atau genangan air, tetapi bisa juga menggambarkan susunan
kimia dan suhu air. Ada atau tidaknya tanaman air pada genangan air
dapat memberikan petunjuk ada atau tidaknya suatu jenis jentik
nyamuk tertentu.
Penyebaran jentik pada tempat-tempat perindukan tidaklah
merata, pada tempat-tempat perindukan yang kecil jentik akan selalu
berkumpul di daerah pinggir atau sekitar benda-benda yang terapung
di air atau tanaman air (Depkes 2004).
2.2 Beberapa Aspek Perilaku Nyamuk
Daerah yang disenangi nyamuk adalah suatu daerah yang
tersedia tempat beristirahat, adanya hospes yang disukai dan tempat
untuk berkembang biak. Setiap nyamuk pada waktu aktivitasnya akan
melakukan orientasi terhadap habitatnya, dimana terdapat keadaankeadaan yang disenangi untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya.
Nyamuk berkumpul pada tempat yang disenangi.
Pergerakan populasi nyarnuk pada berbagai bagian habitatnya
diatur oleh beberapa faktor seperti, suhu, kelembaban, daya tarik
hospes, daya tarik terhadap tempat berkembang biak dan istirahat.
Suhu dan kelernbaban yang tidak baik serta tidak tersedianya sumber
darah menyebabkan nyamuk berpindah tempat untuk mencari tempat
yang cocok sebagai tempat berkembang biak.

5
3.

Perilaku Menghisap Darah Nyarnuk Anophetes
Nyamuk yang aktif rnenggigit adalah nyamuk betina, ha1 ini karena
darah diperlukan utnuk pertumbuhan telurnya. Bila nyarnuk sedang aktif
mencari darah maka nyamuk akan terbang berkeliling sampai adanya
rangsangan dari hospes yang cocok. Dalarn pengamatan perilaku nyarnuk
menghisap darah beberapa factor seperti keberadaan hospes, ternpat
rnenggigit, frekwensi menggigit dan waktu rnenggigit rnerupakan ha1 dasar
yang perlu diperhatikan.
3.1 Obyek yang digigit (Hospes)

Berdasarkan kesukaan rnenggigit untuk menghisap darah pada
berbagai hospes, nyamuk dibedakan rnenjadi anfropofilik jika nyamuk
lebih suka menghisap darah manusia, zoofilik jika nyamuk lebih suka
menghisap darah hewan dan indiscriminate biter jika nyamuk
menghisap darah tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes (tidak
spesifik).
Bila hospes yang disukai tidak ada, nyamuk akan menghisap
darah dari hospes lain yang tersedia. Hal ini disebabkan adanya bau
spesifik dari hospes, suhu dan kelembaban yang dapat menyebabkan
nyamuk berorientasi terhadap hospes tertentu dengan jarak yang
cukup jauh.
3.2 Ternpat menggigit

Berdasarkan ternpat nyarnuk menggigit, nyamuk dikatakan
eksofagik apabila nyamuk lebih banyak menggigit di luar rurnah dan
dikatakan endofagik jika nyamuk tersebut lebih banyak menggigit di
dalam rurnah. Tetapi nyarnuk yang bersifak eksofagik bisa saja
menjadi endofagikjika ada hospes yang cocok di dalarn rumah.

3.3. Frekwensi menggigit

Nyamuk betina umumnya hanya satu kali kawin dalam
hidupnya.

Untuk

keturunannya

ia

mempertahankan
hanya

memerlukan

serta

memperbanyak

darah

untuk

proses

perkembangan telurnya. Frekuensi membutuhkan darah tergantung
pada spesiesnya serta dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Siklus
pematangan telur (gonotropi) umumnya berlangsung 48-96 jam untuk
daerah iklim tropis.
Frekwensi menggigit yang tinggi merupakan suatu ha1 yang
sangat menentukan terhadap peranannya sebagai vektor. Karena
semakin sering nyamuk menggigit maka semakin lama usia nyamuk,
ha1 ini memungkinkan sporozoit hidup lebih lama menjadi tingkat yang
infektif.
3.4 Waktu menggigit

Nyamuk Anopheles umumnya aktif mencari darah pada waktu
malam hari, mulai senja hingga tengah malam, dan ada pula yang
mulai tengah malam sampai menjelang pagi.

4.

Perilaku Anopheles spp Secara Umum
Penularan malaria oleh A. aconifus berlangsung baik di luar maupun
di dalam rumah. Meskipun dari hasil penangkapan nyamuk menunjukkan
bahwa A. aconifus dominan menggigit di luar rumah. Akan tetapi apabila
pada malam hari tidak ada orang di luar rumah, maka nyamuk akan masuk
kedalam rumah untuk mencari darah. Pada umumnya A. aconifus betina
lebih tertarik mengisap darah ternak, terutama kerbau dari pada manusia.
Di daerah yang kandang ternaknya satu atap dengan orang, demikian pula

7
apabila jurnlah ternaknya relatif sedikit, indeks darah orang hasil uji
presipitin cukup tinggi. Jenis ini aktif rnenggigit sepanjang rnalarn, walaupun
yang terbanyak ditangkap pukul 18.00-22.00 A. aconitus lebih banyak
ditangkap di luar rurnah dari pada di dalarn rumah.
Barodji (1983) rnelaporkan bahwa A. aconitus rnenggigit orang di
dalarn rurnah yang ada ternaknya (kerbaulsapi), lebih tinggi daripada
rurnah yang tidak ada ternak. Menurut Joshi dkk (1977), A. aconitus lebih
banyak rnenggigit di luar rurnah daripada di dalarn rurnah, puncak
kepadatan tertinggi menggigit orang terjadi sebelurn tengah malam yaitu
antara pukul 18.00-22.00. Barodji (1983) juga rnelaporkan bahwa A.
aconitus dalam rnencari rnangsa bersifat heterogen, artinya tidak ada
seleksifitas hospes bagi spesies ini untuk rnendapat rnangsa sebagai
surnber darah. Spesies ini sangat adaptif dan cepat rnencari mangsa
pengganti, apabila hospes favorit (pilihan) tidak dijurnpai di iingkungannya.
Pada dasarnya vektor malaria A. aconitus lebih bersifat zoofilk (Joshi,
1977). Tetapi rnenurut Subodro (1980) di Banjarnegara terdapat tandatanda A. aconitus lebih bersifat anfropofilik dengan angka human blood
index (HBI) rnencapai 54.3%. Kenyataan ini didukung pula oleh hasil
penelitian Barodji (1983) yang rnenyatakan bahwa A. aconitus dalam
rnernilih mangsa lebih bersifat heterogen dan sangat adaptif rnencari
rnangsa pengganti bila hospes favorit tidak dijurnpai.
Nyarnuk A. balabacencis betina lebih tertarik rnengisap darah orang
dari pada binatang, baik di dalarn rurnah rnaupun di luar rurnah. Aktivitas
rnencari darah urnumnya setelah tengah rnalam hingga pukul 04.00,
walaupun sudah mulai terlihat sejak senja sampai menjelang pagi.
Demikian halnya A. sundaicus lebih senang rnengisap darah manusia

8
daripada darah ternak dan aktif sepanjang rnalarn. Kernudian A. barbirostris
juga lebih senang rnengisap darah rnanusia, aktif sepanjang rnalarn pada
pukul 23.00-05.00, siang hari dapat ditangkap di luar rurnah (Depkes 1999).
Sedangkan A. kanvari lebih sering rnenggigit ternak dari pada orang,
begitu juga pada A. kochi atau A. vagus (Reid 1968). A. subpictus lebih
senang darah ternak daripada rnanusia, aktif sepanjang rnalarn, hinggap di
dinding sebelurn dan sesudah rnenggigit. A. maculatus betina lebih terlarik
rnengisap darah binatang dari pada rnanusia, aktivitas rnencari darah pada
rnalarn hari rnulai pukul 21.00-03.00. A. maculatus lebih banyak tertangkap
rnenggigit orang di luar dari pada di dalarn rumah (Depkesl999). Seiring
dengan itu, A. vagus rnenggigit sepanjang hari tapi iebih sedikit pada
rnanusia, kebanyakan rnenggigit ternak dan belurn terbukti sebagai vektor
pada rnanusia (Depkes 2000).

5.

Perilaku lstirahat Nyamuk Anopheles
Aktivitas dan kebiasaan nyamuk A. aconitus untuk istirahat atau
hinggap dilaporkan oleh Tri Boewono dkk (1981) yaitu 72% ditemukan
hinggap dengan ketingggian kurang dari 75 crn dari dasar lantai. Pada pagi
hari nyamuk jenis ini banyak ditemukan di tebing sungai, hinggap di lubang
tebing, dekat air rnengalir yang selalu basah dan lernbab. Ternpat istirahat
buatan (pit shelter) yang berupa lubang galian di dalam tanah sangat efektif
sebagai perangkap A.aconifus. Penangkapan pagi hari di dalarn rumah
atau kandang hanya rnendapatkan sedikit nyamuk, dan dari jumlah tersebut
sebagian besar ditangkap di dalarn kandang. Baik di dalam rurnah maupun
di kandang, sebagian besar hinggap di bagian bawah dinding pada
ketinggian kurang dari satu meter.

9
Dari pengamatan yang dilakukan selarna 24 bulan di Kalirnantan
Timur, ternyata pada malam hari

A. balabacensis banyak

diternukan

istirahat di dinding rumah baik sebelum dan sesudah rnengisap darah.
Pada siang hari tidak diternukan nyarnuk yang beristirahat di dalarn rumah.
Ternpat istirahat di habitat aslinya (hutan), belurn diketahui dengan pasti.
Kebun salak rnerupakan,tempat istirahat A. balabacensis. Sedangkan A.
barbirostris istirahat di luar rurnah dan di pohon kopi, pohon nenas dan
tanaman lainnya. Pada pagi hari A. maculatus istirahat di luar rumah, dan
hinggap pada pohon kopi dan juga tanaman-tanaman yang hidup di tebing
yang curarn, nyarnuk ini rnarnpu terbang hingga sejauh kurang lebih 2 km
(Depkes 1999).
Reid (1968) rnelaporkan bahwa A. kochi dewasa beristirahat terutama
di luar di antara vegetasi dekat tanah, walaupun sewaktu-waktu diternukan
di dalam ruangan. A. kanuan' dewasa beristirahat di ruang terbuka. A.
annularis dewasa ada di dalam rumah dan kandang karena terutama
rnenyerang ternak, bukan vektor utarna karena rnenyerang ternak.
Perilaku istirahat A. sundaicus bervariasi ietapi urnurnnya di dalarn
rumah dan lebih banyak ditangkap pada pakaian yang bergantungan
(Depkes1999). Demikian juga A. vagus istirahat di dalam ruangan
sepanjang hari (Depkes 2000).

6.

Habitat Perkernbangbiakan Nyarnuk Anopheles
Habitat merupakan ternpat perkernbangbiakan nyarnuk pada saat pra
dewasa, rnulai dari telur, pupa dan larva. Menurut Mattingly (1969) habitat
nyamuk diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu habitat air rnengalir dan
habitat air rnenggenang.

10
Habitat air mengalir, dalarn klasifikasi air mengalir dapat berupa
saluran air (parit atau selokan) yang mengalir larnbat, saluran irigasi serta
sungai yang alirannya deras maupun larnbat. Pada saluran irigasi biasanya
tumbuh tanarnan menjalar yang dapat menahan arus air. Jenis Anopheles
spp yang hidup dalam habitat seperti ini adalah antara lain A. palmatus, A.
barbumbrosus, A. vagus, A. hunteri, A. barbirostris, A. sinensis, A.
nigerrimus, A. sundaicus, A. subpictus dan A. maculatus.
Penelitian Koesoernawinagoen (1954) mendapatkan Anopheles pada
habitat air mengalir seperti saluran air, air sungai rnengalir deras rnaupun
lambat atau saluran irigasi. A. palmatus ditemukan di sudut-sudut anak
sungai yang rnengalir deras, A. barbumbrosus, A. vagus dan A. hunter di
air yang mengalir perlahan, dan

A. barbirostris, A. sinensis dan A.

nigerrimus ditemukan di saluran irigasi.
Tjokroprawiro (1983) juga menemukan keberadaan A. sundaicus di
parit yang airnya payau selain habitat tambak pada daerah perkebunan
kelapa di Kepenghuiuan Berakit Pulau Bintan. Sedangkan Budasih (1993)
yang ingin rnelihat beberapa aspek ekologi habitat perkembangbiakan A.
sundaicus di sungai Legundi dan Larem Desa Labuan, Lombok Tirnur, juga
menemukan adanya spesies A. subpictus dan A. vagus.
Barodji dan Suwasono (2001) melaporkan bahwa A. maculatus
urnumnya diternukan di daerah pegunungan yang dialiri sungai kecil
berbatu atau pada genangan air di sepanjang tepian sungai. Pada habitat
air tepian sungai di daerah ketinggian 401-500 meter di atas permukaan
laut juga ditemukan spesies A. subpictus (Boewono 1999).
Hasil

penelitian

WHO

(1997)

dan

Bruce-Chwatt

(1985)

mengemukakan sungai kecil dan cekungan air di dasar sungai rnerupakan

11
habitat perkembangbiakan A. balabacencis. Depkes (2001) menyatakan di
tepi sungai yang airnya mengalir perlahan ditemukan A. aconifus.
Pengamatan di sungai NTB mendapatkan A. subpictus (Sukowati 2000), di
sungai NTB dan NTT

A. barbirostris, A. subpictus, A. sundaicus, A.

minimus dan A. vagus (Yotopranoto, dkk 1995). Penelitian Bonne Wepsters
dan Swellengrebel (1953) serta penelitian Lestasi (2000) beberapa sungai
di Indonesia mendapatkan A. maculatus.
Habitat air menggenang, dibagi dalam tiga kategori yaitu : 1) habitat
air tanah, 2) habitat air bawah permukaan tanah, dan 3) habitat kontainer.
Hasil temuan tempat berkembang biak Anopheles spp hanya didapatkan
pada habitat air tanah dan bawah permukaan tanah, sedangkan pada
kontainer belum ada laporan.
Habitat air tanah yang tergolong air tanah permanen antara lain
danau, kolam atau lagun serta rawa-rawa, beberapa spesies Anopheles
yang hidup antara lain A. lesferi, A. bancrofti, A. stigmaticus, A. sundaicus,
A. barbirosfris, A. separafus, A. nigerrimus, A. kochi, A. tesselafus, A.
vagus, A. aconifus, dan A. japonicus. Sedangkan habitat air tanah
sementara berupa kobakan atau comberan, air kubangan serta jejak tapak
kaki manusia atau hewan, beberapa spesies didapatkan antara lain A.
barbirostris, A. nigerrimus, dan A. kochi.
Habitat air bawah perrnukaan tanah, dikategorikan sebagai air bawah
permukaan tanah dapat berupa sumurlperigi, bekas galian tambang dan
waduk. Beberapa spesies Anopheles yang hidup antara lain A. vagus dan
A. hunteri.
Beberapa hasil penelitian Anopheles dengan tempat perindukan air
menggenang seperti A. lesferi, A. brancrofli dan A. stigmaficus hidup di

danau (Koesoemawinangoen 1954: WHO 1982), A. sundaicus hidup pada
lagun yang airnya payau (WHO 1982), A. barbirosfris dan A. separatus
pada kolarn yang terbuka tetapi ada juga pada kolarn yang terlindung
(Bonne-Wepster & Swellengrebel 1953).
Dilaporkan oleh Saleh (2002), pada habitat kolarn diternukan A.
nigerrimus dan A. aconifus. Penelitian lain yang dilakukan pada habitat air
menggenang berupa kolarn juga dilaporkan oleh Chadijah (2005), habitat
kolam yang diteliti terbagi atas kolarn dengan dan tanpa naungan serta
habitat genangan air di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Pada
habitat kolarn dengan naungan diternukan A. barbirosfris, A. nigerrimus, A.
kochi dan A. teselafus. Adapun pada habitat kolarn tanpa naungan juga
diternukan spesies yang sarna seperti pada habitat dengan naungan
ditarnbah satu spesies yakni A. vagus. Sedangkan pada genangan air
diternukan A. barbirosfris, A. nigerrismus dan A. kochi.
Spesies A. vagus selain hidup pada habitat air tergenang seperti jejak
kaki hewan, juga ditemukan hidup di dalarn surnur (Bonne-Wepster 1953;
Reid 1968). Spesies lainnya yang diternukan hidup di sumur pada daerah
Surnatera, Bangka, Belitung dan Kepulauan Riau adalah A. hunferi
(Koesoemawinangoen 1954). Selain itu, spesies ini juga ditemukan pada
anak-anak sungai yang rnengalir perlahan dan terkena sinar matahari
secara langsung.
Berdasarkan hasil survei jentik pada kolong bekas galian timah di
Desa Air Duren dan Desa Air Layang Kabupaten Bangka (1999),
didapatkan spesies A. letifer dan A. umbrosus (Dinkes Kab. Bangka 2003).
Pendapat lain dikernukakan oleh Nalim (1996) menyatakan kolam terbuka

13

yang diturnbuhi ganggang atau lumut menjadi tempat perindukan vektor A.
sundaicus.
Hasil peneiitian Kirnowardoyo (1985), dan Sundammman, dkk (1957)
mengemukakan di Pulau Jawa persawahan merupakan habitat utama A.
aconitus. Pengamatan di NTB dan NTT yang dilakukan Yotopranoto, dkk
(T995) di persawahan ditemukan A. subpictus, A. sundaicus, A. barbirostris,
dan A. vagus. Pendapat lain dikemukakan oleh Hook, dkk (1998)
menyatakan persawahan di Srilangka merupakan habitat A. barbirostris,
yang diperkuat oleh hasil temuan Reid (1968) di persawahan Malaysia
ditemukan jentik A. barbirostris dan A. annularis.
Hasil temuan Reid (1968) di Malaysia A.

annularis larvanya

didapatkan di daerah rawa-rawa, sementara itu di rawa-rawa lrian Jaya
ditemukan A. barbirostris (Church, dkk 1995). Sedangkan pengamatan
rawa-rawa di NTT oleh Yotopranoto, dkk (1995) mendapatkan A. subpictus,
A. sundaicus, A. minimus dan A. vagus.

Hasil pengamatan Arsin di Sulawesi Selatan (2004) mendapatkan
habitat A. sundaicus pada air payau di hutan bakau dan galian sepanjang
pantai. Seperti halnya A. sundaicus, A. subpicfus mempunyai habitat yang
sama di dekat pantai (Depkes 1999), demikian juga dikemukakan Reid
(1968) di Malaysia. Penelitian di Flores (Hoedojo 1992) pada area pantai
yang ditumbuhi tanaman didapatkan A. aconitus.

BAB Ill
METODE PENELlTlAN

1.

Jenis Penelitian
Merupakan penelitian deskriptif, dengan memaparkan jenis-jenis
habitat perkembangbiakan, karakteristik habitat dan beberapa aspek
perilaku A.sundaieus, antara lain perilaku menghisap darah di dalam atau di
luar rumah, perilaku istirahat di dalam atau di luar rumah, aktivitas
menggigit pada malam hari, dan jumlah nyamuk A.sundaicus yang sudah
pernah bertelur di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan.

2.

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian selama empat bulan (spot study), dilaksanakan pada bulan
Agustus-November 2008. Lokasi penelitian di wilayah medium case
insidenee (MCI) malaria, Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan Padang
Cermin (Gambar I),
yang terdiri atas

dua wilayah Puskesmas yaitu

Puskesmas Hanura dan Padang Cermin, meliputi 11 desa yakni Desa
Lempasing. Hurun, Hanura, Sidodadi, Gebang, Gayau, Durian, Sanggi,
Padang Cermin, Banjaran dan Hanauberak.

Keterangan :
Daerah yang diarsir adalah wilayah penelitian

Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian di Kecamatan Padang Cermin

3.

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah semua tipe perairan yang diduga sebagai
habitat perkembangbiakan Anopheles dan semua nyamuk Anopheles.
Sampel habitat perkembangbiakan diambil secara total populasi, yang
diikuti dengan pengambilan sampel larva, sedangkan sampel nyamuk
(dewasa) diambil melalui penangkapan nyamuk yang hinggap di badan
(landing collection) dan nyamuk istirahat (resting).

4.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengumpulan
data

habitat

perkembangbiakan

dan

data

nyamuk

Anopheles.

Pengumpulan data habitat maupun nyamuk menggunakan formulir yang
sudah disusun.
4.1

Pengumpulan Data Habitat
Data habitat dikumpulkan melalui survei langsung, berjalan
rnenyusuri 11 desa lokasi penelitian. Data habitat yang dikumpulkan
antara lain jenis habitat dengan karakteristik berupa dasar habitat,
kedalarnan habitat, luas habitat, suhu air, kadar garam, pH air, aliran
air, dan jenis tanaman air. Jenis habitat dilihat secara langung apa
jenisnya, dasar habitat diamati apakah lumpur, pasir, batu kecil atau
batu besar, sedangkan kedalaman dan luas habitat diukur
menggunakan meteran. Suhu air diukur menggunakan termometer air
raksa, kadar garam diukur dengan salinometer, pH air diukur
menggunakan kertas lakmus. Untuk aliran air diukur dengan
meletakan material apung di atas air kemudian di catat kecepatannya
permenit, dikatagorikan menjadi empat yaitu "tidak mengalir" jika

17

kecepatan air 0 meter permenit, "mengalir lambat" jika kecepatan air
0,l-5

meter permenit, "mengalir sedang" jika kecepatan air 5.1-10

meter permenit dan "mengalir cepat" jika kurang dari 10 meter
permenit. Tanarnan air diamati secara langsung dan dicatat jenisnya
dan diukur ketinggiannya.
4.2

Pengumpulan Data Nyamuk
Pengumpulan data nyarnuk dibedakan menjadi dua, yaitu
pengumpulan nyamuk melalui penangkapan larva dan penangkapan
nyamuk dewasa.
4.2.1

Penangkapan Larva
Data larva diambil dari semua habitat yang ada di
wilayah penelitian, dengan menggunakan cidukan plastik
volume 300cc yang dilakukan oleh empat orang pengambil
larva. Pada setiap habitat yang ditemukan, empat orang
disebar pada posisi yang berbeda, pencidukan dilakukan di
pinggir dan di tengah habitat yang berpotensi sebagai tempat
naungan larva. Pada tiap habitat pencidukan larva dilakukan
selama 20 menit, masing-masing 10 cidukan sehingga total
keseluruhan 40 cidukan. Larva yang tertangkap dimasukan ke
dalam kantong plastik beserta air yang didapat dari habitat.
Kemudian larva dimasukan ke dalam cool box dan dibawa ke
laboratorium

lapangan

untuk

dipelihara

(rearing).

Pemeliharaan larva dilakukan pada gelas plastik berisikan air
dari habitat aslinya, di atasnya disambung paper cup (gelas
kertas). Selama pemeliharaan larva diletakkan pada tempat
yang teduh, diberi makanan yang terbuat dari hati ayam dan

18
dibuat bubuk. Setelah emerge (nyamuk dewasa rnuncul) ,
nyamuk dikumpulkan ke dalam paper cup selanjutnya
dimatikan dengan chloroform untuk diidentifikasi rnenentukan
spesiesnya dengan bantuan kunci identifikasi O'connor dan
Sopa (Depkes 2000).
Hasit penangkapan larva digunakan untuk mendapatkan
data mengenai fauna nyamuk Anopheles spp yang ada di
Kecamatan Padang Cermin Larnpung Selatan.
4.2.2

Penangkapan Nyamuk Dewasa
Data nyarnuk (dewasa), diperoleh melalui penangkapan
nyamuk istirahat (resting) dan yang hinggap di badan (landing
collection). Penangkapan nyamuk istirahat dilakukan pada
pagi dan malam hari, sedangkan penangkapan nyamuk yang
hinggap di badan dilakukan pada malarn hari.
a. Penangkapan Nyamuk lstirahat
Penangkapan nyamuk istirahat pagi hari dilakukan
selarna 3 jam, dari jam 06.00-09.00, selarna 6 hari. Tiap
hari penangkapan melibatkan 4 orang penangkap, 2 orang
menangkap nyamuk istirahat di dalam rumah (resting
indoor) dan 2 orang menangkap nyamuk di luar sekitar
rumah dan sekitar habitat (resting outdoor). Penangkapan
nyarnuk rnenggunakan aspirator dan senter, nyamuk yang
tertangkap dimasukan ke dalam paper cup yang atasnya
ditutupi kain kasa, selanjutnya nyarnuk matikan dengan
menggunakan chloroform untuk diidentifikasi spesiesnya.

19
Penangkapan nyamuk istirahat malam hari dilakukan
di dalam rumah (resting indoor) menggunakan 2 orang
pada 3 rumah selarna 6 malam. Setiap malam dilakukan
selama 12 jam dari jam 18.00-06.00 dan tiap jam
penangkapan dilakukan selama 45 menit. Penangkapan
nyamuk ini menggunakan aspirator dan senter, nyamuk
yang tertangkap dimasukan ke dalam paper cup yang
atasnya ditutupi kain kasa, selanjutnya nyamuk dibunuh
dengan menggunakan chloroform untuk diidentifikasi.
Penentuan rumah sebagai tempat pengambilan nyamuk
resting malam adalah rumah yang terletak berdekatan
dengan habitat perkembangbiakan berdasarkan s u ~ e i
larva.
Penangkapan nyamuk istirahat digunakan untuk
mengidentifikasi perilaku istirahat nyamuk, apakah bersifat
endofilik (suka di dalam rumah) atau eksofilik (suka di luar
rumah).
b. Penangkapan Nyamuk di Badan
Penangkapan nyamuk yang hinggap di badan
(landing collection) dilakukan selama 6 malam, tiap
malamnya selama 12 jam, dari jam 18.00-06.00, pada tiap
jamnya menangkap 45 menit.
Tiap malam penangkapan menggunakan 3 rumah
dengan 6 orang penangkap masing-masing rumah
terdapat dua orang, yang duduk dl dalam (indoor) dan di
luar rumah (outdoor). Pemilihan desa sebagai lokasi

20
penangkapan malam berdasarkan temuan larva terbanyak,
sedangkan

penentuan

rumah

sebagai

ternpat

penangkapan nyamuk landing collection adalah rumah
yang

terletak

berdekatan

dengan

habitat

perkembangbiakanyang banyak terdapat larva Anopheles.
Penangkapan

nyamuk

menggunakan aspirator

dan

landing
senter,

collection

nyamuk yang

tertangkap dimasukan ke dalam paper cup yang atasnya
ditutupi kain kasa, selanjutnya nyamuk dibunuh dengan
menggunakan

chloroform dan

diidentifikasi dengan

bantuan kunci identifikasi O'connor dan Sopa (Depkes
2000).
Penangkapan nyamuk hinggap di badan indoor dan
outdoor digunakan untuk mengetahui kebiasaan nyamuk
menghisap darah di dalam (endofagik) atau di luar rumah
(eksofagik), juga untuk mengetahui fluktuasi kepadatan
nyamuk menggigit pada malam hari.
4.2.3

Menghitung Nyamuk yang Sudah Bertelur (Parous Rate)
Untuk menghitung parous rate nyamuk dilakukan
pembedahan ovariurn

untuk mengetahui apakah nyamuk

sudah pernah bertelur atau belum. Pembedahan ovarium
dilakukan dengan cara nyamuk betina yang tertangkap dari
alarn diberi cloroform lalu diletakan di atas kaca benda
kemudian di ujung abdomen diteteskan garam fisiologis.
Bagian dada ditusuk dengan jarum dan jarum lain menusuk
segmen keenam dan tujuh abdomen. Secara perlahan jarum

21

digeser sampai segrnen abdomen lepas dan isinya tertarik
keluar. Hasil pembedahan tersebut dikeringkan dan dilihat
rnenggunakan

mikroskop,

kemudian

dihitung

proporsi

parousnya dengan mernbagi jurnlah nyamuk yang parous
dengan nyamuk yang sudah dibedah.
5.

Pengolahan Data
Data larva dianalisis berdasarkan ternuan larva Anopheles di setiap
tipe perairan, data ini melengkapi data jenis habitat dan karakteristik
habitat. Data larva, jenis dan karakteristik habitat dianalisis secara deskriptif
untuk

rnengetahui

habitat

perkembangbiakan

A.sundaicus.

Hasil

penangkapan human landing collecfion, diamati perjam, dihitung nilai man
hour dencity (MHD), yaitu jumlah gigitan nyamuk perorang perjam baik
indoor maupun outdoor, disajikan dalam bentuk grafik selama 12 jam
penangkapan untuk melihat fluktuasi kepadatan, selanjutnya dihitung nilai
man bitting rate (MBR), yaitu jumlah nyamuk yang menggigit perorang
perrnalam indoor dan outdoor. Setiap larva dan nyamuk yang didapat
diidentifikasi menggunakan mikroskop. Kemudian nyamuk dibedah dihitung
parous rate, yaitu jumlah nyamuk parous dibagi seluruh nyamuk yang
dibedah dikalikan 100%.

BAB IV
HASlL DAN PEMBAHASAN

I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Padang Cermin Lampung
Selatan, terletak di wilayah kerja Puskesmas Hanura dan Puskesmas
Padang Cerrnin.
1.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Hanura
Luas wilayah kerja Puskesmas Hanura adalah 9.056,5 Ha,
terdiri dari lahan pertanian dan kebun 45.2%, permukiman dan
perkarangan 35.9%, hutan 3.7%,

tarnbak dan lagun

1.9%,

pegunungan dan pulau-pulau 13.3%. Sebagian besar permukiman
penduduk berada di pesisir pantai yang merupakan lokasi berpotensi
sebagai habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles, sehingga
menjadikan daerah ini endemis malaria sepanjang tahun. Jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Hanura sebanyak 32.220 jiwa
terdiri 7.490 kepala keluarga (KK), 4.451 diantaranya KK rniskin yang
berhak memperoleh pelayanan kesehatan gratis.
Kondisi kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Hanura dapat dicerrnati dari pola penyakit terbanyak yang ada di
Puskemas. Sepuluh penyakit terbanyak yang ada di masyarakat
masih didominasi penyakit infeksi, dimana malaria masuk ke dalarn
urutan ke 8 dari 10 penyakit terbesar, dengan jumlah penderita 684
orang pada tahun 2007. Terdapat lima desa endemis malaria di
wilayah Puskesmas Hanura yaitu Desa Lempasing, Hurun, Hanura,
Sidodadi, dan Gebang. (Puskesmas Hanura 2008).

23
1.2 Garnbaran Urnurn Wilayah Kerja Puskesrnas Padang Cermin
Wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin dengan jumlah
penduduk tahun 2007 sebesar 22.759 jiwa terdiri 6.125 KK, dan 3.099
diantaranya KK miskin yang berhak mendapatkan pengobatan gratis.
Kondisi geografisnya berupa pegunungan, daratan, perbukitan dan
pantai.
Wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin terdiri dari enam desa
yaitu Desa Gayau, Durian, Sanggi, Padang Cermin, Banjaran dan
Hanauberak. Keenarn desa tersebut rnerupakan daerah endemis
malaria, dimana sebagian wilayahnya merupakan daerah pantai, area
tambak, rawa-rawa dan pegunungan, sehingga merupakan daerah
yang baik untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Jumlah
penduduk yang menderita malaria tahun 2007 sebanyak 132 orang
(Puskesmas Padang Cermin 2008).

2.

Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles sundaicus
Karakteristik habitat yang dikumpulkan antara lain jenis habitat, dasar
habitat, kedalaman habitat, luas habitat, suhu air, kadar garam, pH air,
aliran air, dan jenis tanaman air.
Jenis habitat Anopheles spp. yang ada di wilayah Kecamatan Padang
Cermin ada 12 jenis, antara lain tambak terbengkalai, sumur, sawah,
saluran irigasi, kobakan, kubangan, kolam, parit, lagun, rawa-rawa, sungai
dan baik air, tersebar di semua desa di wilayah Kecamatan Padang Cermin
(tabel 1). Kondisi ini memungkinkan andanya kontak nyamuk Anopheles
dengan penduduk di sernua desa di wilayah Padang Cerrnin.

Tabel 1. Sebaran Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.
di Kecamatan Padang Cerrnin Lampung Selatan

(

/

No

Desa

1

Jenis Habitat

Dari Ke 12 habitat yang ada, 5 diantaranya merupakan habitat A.
sundaicus, antara lain tambak terbengkalai, sumur, kobakan, lagun dan
rawa-rawa, yang tersebar di 6 desa, antara lain Desa Lempasing, Gayau,
Durian, Sanggi, Padang Cermin dan Hanauberak (tabel 2).
Tabel 2. Sebaran Habitat