Analisis struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI

1

ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM
PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI

NETRIYANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur
Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Netriyana
H24100151

3

ABSTRAK
NETRIYANA. Analisis Struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan
Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA
DEWI.
Struktur modal merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal
asing dengan modal sendiri. Jika perusahaan menggunakan kombinasi beberapa
jenis sumber dana, maka dilakukan perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang

(WACC). Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pada industri
telekomunikasi di Indonesia memiliki struktur modal yang didominasi oleh
Saham biasa, dengan proporsi rata-rata sebesar 54,21%, hutang jangka panjang
sebesar 38,90% dan sisanya merupakan saham preferen, yaitu 9,81%. Dengan
perhitungan WACC dapat diketahui bahwa perusahaan di industri telekomunikasi
memiliki nilai rata-rata sebesar 12,41%. Lalu berdasarkan perhitungan WACC
dan nilai perusahaan diperoleh hasil bahwa PT. Indosat Tbk. telah memiliki
struktur modal yang optimum dan PT. XL Axiata Tbk. belum cukup optimum
dalam industri telekomunikasi. Namun PT. XL Axiata Tbk. dapat lebih
meminimalkan biaya modalnya sehingga bisa lebih menaikkan nilai
perusahaannya. Sementara itu, konsep WACC tersebut tidak berlaku pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Kata Kunci : biaya modal, nilai perusahaan, struktur modal, struktur modal yang
optimal

ABSTRACT
Netriyana. Optimum Capital Structure Analysis in Telecommunication Company
Listed on IDX. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.
Capital structure is an equalization between the use of own capital and the
loan. Weighted average cost of capital (WACC) concept is used on the condition

when the company apply combination of several sources of fund. From this
research it is known that the telecommunication industry has capital structure
which is dominated by Common Stocks with an average proportion of 54.21%,
bonds about 38,90% and the rest is preferred stock 9,81%. From the WACC
calculation, it can be seen that the telecommunication industry has the WACC
about 12,41%. while, based on the calculation of firm value, the company in
sector of telecommunication industry has average firm value which is higher than
the book value. By the WACC and firm value calculation, PT. Indosat Tbk. has
capital structure that’s optimum, and PT. XL Axiata Tbk. does not quiet optimum.
It is expected that PT. XL Axiata Tbk. can minimalized the cost of capital to
increasing the firm value. Meanwhile, the WACC concept does not apply to PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Keywords : capital Structure, firm value, cost of capital, optimal capital structure

4

ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM
PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI

NETRIYANA


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

5

Judul Skripsi : Analisis struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan
Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI
Nama
: Netriyana
NIM

: H24100151

Disetujui oleh

Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember
2013 ini adalah struktur modal, dengan judul Analisis Struktur Modal yang
Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM.
selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak dan Ibu penulis atas segala doa dan kasih sayangnya dan temanteman manajemen yang selalu memberi dukungan, yaitu Annisa, Alfiani,
Humairoh, Sarah, Eka, Esha, Zaza,Tantri, Rindang , Athia dan Fitri. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Anjar Lesmana yang telah
mendukung selama proses penelitian serta terima kasih kepada seluruh staf
Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor yang telah mendukung penulis
dalam melakukan penelitian ini.
Akhir kata, semoga Allah yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun
penelitian ini.

Bogor, April 2014

Netriyana

7


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Rumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3


METODE

4

Kerangka Pemikiran

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

5

Pengumpulan Data

6

Analisis Data

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Gambaran Umum Sektor Industri Telekomunikasi

9

Analisis Struktur Modal

9

Analisis Biaya Modal

12

Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)

17


Struktur Modal yang Optimal

19

SIMPULAN DAN SARAN

22

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

32

8

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8

Struktur modal perusahaan telekomunikasi
Biaya hutang jangka panjang perusahaan telekomunikasi
Biaya hutang saham biasa perusahaan telekomunikasi
Biaya hutang saham preferen perusahaan telekomunikasi
Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan telekomunikasi
Nilai WACC rataan pada industri telekomunikasi
Hasil perhitungan nilai perusahaan
Hasil perhitungan nilai perusahaan rata-rata

10
12
14
16
17
19
20
21

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik pertumbuhan total pendapatan tiga operator telekomunikasi utama
2 di Indonesia
1
2 Kerangka pemikiran penelitian
5

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler menurut
klasifikasi daerah tahun 2005 – 2012
Komposisi struktur modal PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Komposisi struktur modal PT. XL AxiataTbk.
Komposisi struktur modal PT. Indosat Tbk.
Perhitungan biaya hutang jangka panjang
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT. XL Axiata Tbk.
Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT. Indosat Tbk.
Perhitungan biaya saham biasa PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Perhitungan biaya saham biasa PT. XL Axiata Tbk.
Perhitungan biaya saham biasa PT. Indosat Tbk.
Perhitungan biaya saham preferen PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Perhitungan biaya saham preferen PT. Indosat Tbk.
Perhitungan WACC PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Perhitungan WACC PT. XL AxiataTbk.
Perhitungan WACC PT. Indosat Tbk.
Perhitungan nilai perusahaan Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Perhitungan nilai perusahaan PT. XL Axiata Tbk.
Perhitungan nilai perusahaan PT. Indosat Tbk.

25
25
26
26
27
27
27
28
28
28
28
29
29
30
30
31
31
31

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia layanan jasa telekomunikasi telah dilakukan oleh perusahaan
milik negara mulai tahun 1961. Sebagai negara berkembang, pengembangan dan
modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi tersebut menjadi faktor penting
dalam pembangunan ekonomi secara umum di Indonesia. Berikut ini grafik
pertumbuhan pendapatan 3 operator telekomunikasi utama di Indonesia (PT
Telkom, PT Indosat dan PT XL Axiata) pada tahun 2006 hingga tahun 2011.

Tahun

Gambar 1 Grafik pertumbuhan total pendapatan tiga operator telekomunikasi
utama di Indonesia (Widuri 2012)
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan tersebut
memiliki pertumbuhan pendapatan yang menurun secara signifikan selama
periode 2006-2011. Hal ini menyebabkan perusahaan telekomunikasi perlu
mengidentifikasi penyebabnya. Salah satunya yaitu dengan meninjau kembali
struktur pendanaannya. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang menggunakan
jasa telekomunikasi terus bertambah pada akhirnya menyebabkan kebutuhan akan
layanan jasa telekomunikasi pun semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan
pertambahan penggunaan telepon seluler pada setiap rumah tangga di Indonesia
dari tahun ke tahun yang dapat dilihat pada lampiran 1 (BPS 2013). Ditambah lagi
saat ini sudah banyak perusahaan–perusahaan baru yang memproduksi produk
gadget terbaru seperti tablet, yang sudah beredar luas di Indonesia. Dengan
peluang tersebut masing-masing perusahaan bisa melakukan perluasan pasar di
dalam negeri maupun di luar wilayah Indonesia. Ekspansi tersebut juga harus
didukung dengan manajemen pendanaan yang tepat. Pendanaan tersebut
melingkupi hutang, ekuitas saham biasa dan ekuitas saham preferen. Dengan kata
lain perusahaan harus memiliki struktur modal yang optimum agar ekspansi yang
dilakukan dapat berlangsung secara tepat dan tidak menimbulkan masalah di
kemudian hari. Komposisi struktur modal yang optimum dapat diketahui dari
perhitungan biaya modal (Cost of capital).
Menurut Rusdin (2006) modal merupakan sejumlah dana yang menjadi
dasar untuk mendirikan suatu perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan modal

2

perusahaan dalam melakukan ekspansi, perusahaan dapat menarik perhatian para
investor di pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dana yang
diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti
saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Adapun bentuk-bentuk pasar modal adalah Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), indeks sektoral, Jakrta Islamic Indek (JIT), Indeks Papan Utama, indeks
Papan pengembangan, indeks LQ 45, Indeks Bisnis 27, Indeks Sri Kehati, Indeks
Individual, Indeks Pefindo 25 dan indeks kompas 100. Ketiga perusahaan di atas
(Gambar 1) diambil berdasarkan kedudukannya yang secara konsisten ada pada
indeks kompas 100 selama beberapa periode. Kompas 100 merupakan salah satu
indeks di Bursa Efek Indonesia yang diluncurkan oleh Bursa Efek Jakarta pada
tahun 2007. Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam perhitungan indeks
Kompas 100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas, kapitalisasi pasar dan
kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.
Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat disusun permasalahan yang akan
diteliti, yaitu :
1) Bagaimana struktur modal pada perusahaan di indutsri telekomunikasi yang
terdaftar di Kompas 100?
2) Bagaimana cost of capital pada perusahaan di industri telekomunikasi yang
terdaftar di Kompas 100?
3) Bagaimana struktur modal yang optimum pada perusahaan di industri
telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100 ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1) Mengetahui struktur modal pada perusahaan di industri telekomunikasi yang
terdaftar di Kompas 100.
2) Menganalisis Cost of Capital pada perusahaan di industri telekomunikasi yang
terdaftar di Kompas 100.
3) Menganalisis struktur modal yang optimum pada perusahaan di industri
telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100.
Manfaat Penelitian
1) Bagi pihak manajemen perusahaan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan besarnya sumber dana yang diperlukan (baik

3

dari pinjaman ataupun ekuitas) dalam membiayai aktivitas operasional
perusahaan.
2) Bagi para pemakai laporan keuangan (terutama investor dan kreditur) dalam
rangka menilai kinerja perusahaan yang tercermin dalam struktur modal,
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
investasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
telekomunikasi yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Februari 2013 – Juli
2013. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk,
PT XL Axiata Tbk dan PT Indosat Tbk. Penelitian ini menggunakan data
perusahaan dari tahun 2008 hingga tahun 2012

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur Modal, Biaya Modal, Struktur Modal yang Optimal
Menurut Mardiyanto (2009), struktur modal didefinisikan komposisi dan
proporsi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang
ditetapkan perusahaan. Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur
modal karena utang jangka panjang umumnya bersifat spontan dan berubah sesuai
dengan tingkat penjualan perusahaan. Sementara utang jangka panjang bersifat
tetap sebagai sumber pendanaan jangka panjang, sehingga hal tersebut perlu
ditentukan secara tepat oleh perusahaan. Menurut Margaretha (2011), struktur
modal optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara
risk dan return sehingga memaksimalkan harga saham (nilai perusahaan).
Sedangkan untuk mengukur risiko dari penggunaan struktur modal, dapat
digunakan konsep biaya modal. Biaya modal merupakan tingkat imbal hasil
minimum yang harus diterima investor sehingga bersedia mendanai suatu proyek
pada tingkat risiko tertentu (Mardiyanto 2009). Dalam penentuan struktur modal
optimal juga digunakan konsep biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), yaitu
perhitungan dari beberapa komponen modal yang merupakan perkalian komposisi
struktur modal dengan biaya modalnya. WACC digunakan jika perusahaan
menggunakan lebih dari satu sumber modal. Ketika mengestimasikan biaya
modal, maka digunakan tingkat pengembalian yang diminta dari saham dan
obligasi perusahaan yang masih beredar sebagai suatu titik awal. Tingkat biaya
tersebut mencerminkan seberapa berisikonya aktiva suatu perusahaan (Brigham
dan Houston 2006).
Penelitian tentang struktur modal optimal juga dilakukan oleh Choiruddin
(2008) mengenai dampak struktur modal optimal terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan energi dan gas bumi yang tercatat di Indeks LQ 45. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa perubahan struktur modal pada PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) dan PT Medco Energi International Tbk dari tahun 2005 hingga 2007

4

dilakukan secara baik yang mengakibatkan pada naiknya nilai perusahaan yang
dicapai, sedangkan pada PT Energi Mega Persada Tbk belum dilakukan secara
baik yang mengakibatkan pada turunnya nilai perusahaan yang dicapai.

METODE
Kerangka Pemikiran
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha
atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang pasar
modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek”. Penelitian ini diawali dengan penentuan perusahaan yang termasuk
dalam industri telekomunikasi di indeks Kompas 100. Perusahaan tersebut antara
lain PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Selanjutnya, data yang diperlukan dari ketiga perusahaan tersebut diambil
dari Bursa Efek Indonesia yang meliputi data untuk perhitungan struktur modal
seperti hutang, saham preferen dan saham biasa. Lalu dilakukan analisis biaya
modal pada masing-masing elemen struktur modal tersebut. Analisis ini
menggunakan metode perhitungan biaya modal (cost of capital) dan perhitungan
WACC (weighted average cost of capital) untuk memperoleh perimbangan data
pada biaya modal ketiga elemen itu. Setelah analisis tersebut dilakukan akan
diperoleh
kesimpulan
apakah
perusahaan-perusahaan
pada
industri
telekomunikasi ini sudah memiliki komposisi struktur modal yang optimal.
Hasil dari penelitian ini selanjutnya akan direkomendasikan untuk masingmasing perusahaan (PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, XL Axiata Tbk, dan PT
Indosat Tbk) dan para investor. Para investor dapat mempertimbangkan untuk
menanam modal atau berinvestasi pada salah satu perusahaan tersebut. Sedangkan
perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memperoleh gambaran
tentang struktur modal yang optimal pada masing-masing perusahaan. Perusahaan
bisa membatasi persentase hutang, sehingga perusahaan bisa menekan biaya
hutang untuk dialihkan pada pendanaan hal lain yang lebih menguntungkan
perusahaan.

5

Pasar Modal

Investor

Industri Telekomunikasi
(Indeks Kompas 100) :
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL
Axiata Tbk, PT Indosat Tbk,

Cost Of Capital

Capital Structure

Saham
Preferen

Hutang

Saham
Biasa

Biaya
Saham
Preferen

Biaya
Hutang

Biaya
Saham
Biasa

Perhitungan COC & WACC

Struktur Modal yang
Optimum

Rekomendasi
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder di Bursa Efek
Indonesia dengan objek penelitian yaitu tiga perusahaan utama yang bergerak di
bidang telekomunikasi, yaitu PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk masing-masing selama 5 tahun, yaitu tahun 20082012. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada bulan Desember 2013
sampai Januari 2014.

6

Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini merupakan
data sekunder. Pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan
dokumen atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data
diperoleh dari laporan keuangan PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. masing-masing pada tahun 2008-2012, literatur,
penelitian terkait dan internet.

Analisis Data
Untuk memahami struktur modal yang optimal dapat dilakukan perhitungan
biaya hutang, biaya saham biasa dan biaya saham preferen yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
Perhitungan Biaya Hutang (Kdt)
Penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal
dilakukan karena nilai dari saham perusahaan yang ingin dimaksimalkan akan
bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan biaya yang
dapat dikurangkan, bunga akan memberikan pengurangan pajak yang mengurangi
biaya hutang bersih. Untuk itu, rumus yang digunakan untuk menghitung biaya
hutang adalah :
Biaya hutang setelah pajak = Tingkat suku bunga – Pengurangan pajak
Kdt
=
kd - kdT
..………………….. (1)
Kdt
=
kd(1-T)
..………………….. (2)
�t+ −�b /
Kd
=
..……………………. (3)
+�
( 2 b)
Keterangan :
Kd
: biaya hutang sebelum pajak (%)
Kdt
: biaya hutang setelah pajak (%)
T
: Pajak (%)
Ct
: Bunga yang harus dibayar secara periodik (Rp)
Pb
: Nilai pasar atau nilai jual obligasi (Rp)
M
: Nilai nominal obligasi (Rp)
N
: Umur obligasi (tahun)

Perhitungan Biaya Saham Preferen (Kps)
Komponen biaya saham preferen yang digunakan untuk menghitung ratarata tertimbang biaya modal adalah dividen saham preferen yang dibagi dengan
harga saham preferen saat ini.
Dp
Kps
=
(4)
………………………………………..
Pp

7

Kps

Dps

=

Po-Fc

......................................................

(5)

Keterangan :
Dps
: Dividen saham preferen (Rp)
Po
: Harga jual saham preferen (Rp)
Fc
: Biaya emisi (Rp)
Perhitungan Biaya Saham Biasa (Ks / Ke)
Ks

=

Ke

=

Ke

=

Ke

=

Di
NP

+g
Di

P o (1−F)
Di
P o −F
Ks

+g

+g

1−F

………………………………….

(6)

………………………………….

(7)

………………………………….

(8)

………………………………….

(9)

Keterangan :
Po
: harga saham (Rp)
Di
: dividen yang diharapkan pada akhir tahun pertama (Rp)
g
: tingkat pertumbuhan (%)
Fc
: biaya emisi (Rp)
F
: % biaya emisi t = Fc / Po x 100%
Ks
: Cost of Common stock (old) (%)
Ke
: Cost of cammon stock (new) (%)
NP
: Net Price (Rp)
Pada rumus perhitungan saham biasa (6) hingga (9) digunakan jika
perusahaan mengeluarkan biaya emisi. Biaya emisi merupakan biaya yang harus
dibayar oleh perusahaan ketika menerbitkan saham biasa baru. Tetapi jika
perusahaan telah menentukan harga saham bersih maka rumus yang digunakan
adalah rumus (6). Sementara itu menurut Brigham dan Houston (2006) untuk
menghitung biaya saham biasa dilakukan dengan mencari tingkat pertumbuhan
terlebih dahulu dengan rumus :
g = (1,0 – tingkat pembayaran)(ROE) ……………………………

(10)

Nilai ROE merupakan ekspetasi tingkat pengembalian atas ekuitas di masa
depan. Sementara tingkat pembayaran diperoleh dari dividen per saham dibagi
dengan laba per saham. Setelah diperoleh tingkat pertumbuhan pada masingmasing tahun maka dilakukan perhitungan biaya saham biasa dengan rumus :
Ke = D1 / Po+ g

……………………………………………. (11)

Keterangan :
Ke
: Biaya saham biasa (%)

8

D1
Po
g

: Dividen per lembar saham biasa (Rp)
: Harga per lembar saham biasa (Rp)
: Tingkat pertumbuhan (%)

Perhitungan WACC (Weighted Average Cost of Capital)
Proporsi sasaran atas utang, saham preferen, dan saham biasa beserta biaya
dari komponen-komponen tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menghitung
rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital – WACC)
perusahaan (Brigham dan Houston 2006). Adapun rumus WACC adalah sebagai
berikut :
WACC = wdkd(1 – T) + wpkp + wcks

……………………………

(12)

Keterangan :
wd = bobot hutang (%)
wp = bobot saham preferen (%)
wc = bobot saham biasa (%)
kd = biaya hutang sebelum pajak (%)
kp = biaya saham preferen (%)
ks = biaya saham biasa (%)
Nilai Perusahaan
Menurut Margaretha (2011), suatu perusahaan pada umumnya dapat
dikatakan maksimal jika biaya modalnya minimum, dengan kata lain struktur
modal optimal jika WACC diminimalkan sehingga memaksimalkan nilai
perusahaan. Rumus untuk memperoleh nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
V=

EBIT x (1−T)
WACC

………………………………….

Keterangan :
V
: Nilai perusahaan (Rp)
EBIT
: Laba sebelum bunga dan pajak (Rp)
T
: Pajak (%)
WACC
: Biaya modal rata-rata tertimbang (%)

(13)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sektor Telekomunikasi
Sejak tahun 1961, layanan telekomunikasi di Indonesia diselenggarakan
oleh badan usaha milik negara. Sebagaimana terjadi pada negara berkembang
lainnya, pengembangan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi berperan
penting dalam perkembangan ekonomi nasional secara umum. Selain itu, jumlah
penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mendorong
permintaan yang tinggi akan layanan telekomunikasi. Pemerintah mengatur
regulasi sektor telekomunikasi, terutama melalui menkominfo. Pada awalnya
Pemerintah memberlakukan monopoli atas layanan telekomunikasi di Indonesia.
Reformasi telah menciptakan kerangka regulasi yang mendorong tumbuhnya
persaingan dan percepatan pembangunan fasilitas dan infrastruktur
telekomunikasi. Reformasi regulasi berikutnya bulan September 2000, ditujukan
untuk meningkatkan persaingan dengan menghapus monopoli, meningkatkan
transparansi dan kepastian terhadap kerangka regulasi, menciptakan peluang bagi
aliansi strategis dengan mitra asing dan memfasilitasi masuknya pemain baru
dalam industri telekomunikasi. Banyaknya perusahaan telekomunikasi ditanggapi
oleh pemerintah yang diwakili oleh Departemen Telekomunikasi dan Informasi
menyatakan bahwa pemerintah tidak akan menganut paham mengurangi jumlah
operator dan jumlah pemain yang banyak bukan berarti harus atur akan tetapi
proses seleksi operator telekomunikasi akan sepenuhnya diserahkan kepada
mekanisme pasar sehingga hanya operator yang memberikan layanan terbaik yang
mampu bertahan. Dengan adanya pernyataan seperti itu membuat perusahaan
telekomunikasi harus selalu memikirkan cara dan strategi agar dapat bertahan dan
berkembang. Persaingan antaroperator seluler juga memberikan dampak bagi para
stakeholder seperti pemerintah, direksi, pemegang saham, dan masyarakat.
Pengelolaan aspek keuangan pun menjadi penting dalam menciptakan
pertumbuhan yang berkesinambungan dan sinergi sehingga perusahaan dapat
menekan biaya untuk melakukan ekspansi pasar dan menghadapi kompetisi sengit
di industri telekomunikasi di Indonesia.

Analisis Struktur Modal
Analisis struktur modal diperlukan untuk mengetahui perkembangan
komposisi struktur modal yang digunakan oleh perusahaan telekomunikasi, yaitu
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, dan PT Indosat Tbk.
Berdasarkan analisis ini diperoleh komposisi penyusunan struktur modal masingmasing perusahaan sebagai berikut :

10

Tabel 1 Struktur modal perusahaan telekomunikasi

Tahun

2008

2009

2010

2011

2012

Komponen
Modal
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
saham biasa
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
saham biasa
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
saham biasa
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
saham biasa
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
saham biasa

Struktur Modal
PT
Telekomunikasi
Indonesia Tbk
(%)

Struktur
Modal
PTIndosat Tbk
(%)

Struktur
Modal PT XL
Axiata Tbk
(%)

14,56
18,81
66,64

52,46
0,78
41,49

80,19
19,81

18,26
17,90
63,84

50,96
0,89
48,16

55,52
44,48

19,32
17,16
63,53

52,03
1,01
46,95

43,99
56,01

14,85
18,81
66,34

49,66
1,21
49,12

33,53
66,47

13,00
20,05
66,95

47,70
1,44
50,86

37,48
62,52

Struktur Modal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Pada tahun 2008 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki struktur
modal 14,56% hutang jangka panjang, 18,81% saham preferen, dan sisanya
sebesar 66,64% saham biasa. Pada tahun tersebut Telkom tidak memiliki obligasi
dan hanya memiliki hutang bank jangka panjang sehingga komposisi hutang
jangka panjang perusahaaan rendah. Lalu pada tahun 2009 struktur modal modal
Telkom mengalami perubahan. Pada tahun tersebut perusahaan menambah
jumlah pinjaman bank sehingga proporsi hutang bertambah menjadi 18,26% ,dan
saham preferen memiliki proporsi sebanyak 17,90% serta saham biasa sebesar
63,84%. Di tahun 2010 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengeluarkan dua
obligasi yaitu Seri A dengan nilai nominal Rp.1.005.000.000.000 dan Seri B
sebesar Rp.1.995.000.000.000 sehingga menyebabkan komposisi struktur modal
perusahaan berubah menjadi 19,32% untuk hutang jangka panjang, 17,16% untuk
saham preferen dan 63,53% untuk saham biasa. Pada tahun 2011, PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk mengurangi pinjaman dana berupa hutang jangka
panjang, sehingga perusahaan kembali mengalami perubahan komposisi yaitu
14,85% hutang jangka panjang, 18,81% saham preferen dan sisanya 66,34%
saham biasa. Perubahaan tersebut juga disebabkan ekuitas perusahaan dalam
bentuk saham biasa mengalami kenaikkan sebanyak Rp. 3.091.258.000.000.
Sedangkan pada tahun 2012 komposisi struktur modal PT Telekomunikasi

11

Indonesia Tbk terdiri atas 13,00% hutang jangka panjang, 20,05% saham preferen
dan 66,95%. Hal ini dikarenakan perusahaan menambah sumber dana dalam
bentuk saham biasa kurang lebih sebesar 8,48% dari jumlah ekuitas di tahun
sebelumnya. dari data tersebut dapat dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir
perusahaan mengalami penurunan sumber dana yang berasal dari hutang jangka
panjang dan perusahaan memilih untuk menggunakan sumber dana yang berasal
dari saham biasa dengan terus meningkatkan proporsinya.
Struktur Modal PT Indosat Tbk
PT Indosat Tbk mempunyai tiga sumber pendanaan yang digunakan, yaitu
hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Pada taun 2008, PT
Indosat Tbk mengeluarkan sukuk III dengan nilai nominal Rp.570.000.000.000
dan menerbitkan obligasi dengan dua macam seri. Seri A dengan nilai nominal
Rp.760.000.000.000 dan Seri B sebanyak Rp. 320.000.000.000 sehingga sumber
modal perusahaan lebih didominasi oleh hutang dan menyebabkan struktur modal
perusahaan terdiri dari 52,46% hutang jangka panjang, 0,78% saham preferen, dan
41,49% saham biasa. Sedangkan pada tahun 2009 perusahaan mengurangi
proporsi dari hutang jangka panjang yang berupa obligasi, sehingga proporsinya
turun menjadi 50,96%, dan saham preferen beserta saham biasa masing-masing
menjadi 0,89% dan 48,16%. Pada tahun-tahun berikutnya struktur modal PT
Indosat Tbk terus mengalami perubahan, seperti tahun 2010 perusahaan memiliki
struktur modal yang terdiri dari 52,03% hutang jangka panjang, 1,01% saham
preferen, dan sisanya saham biasa sebesar 46,95%. Tahun 2011 perusahaan tidak
menerbitkan obligasi dan pinjaman jangka panjang turun dari tahun sebelumnya
sehingga hutang jangka panjang PT Indosat Tbk turun menjadi 49,66%, saham
preferen 1,21%, dan saham biasa 49,12%. Hingga tahun 2012 PT Indosat Tbk
kembali menurunkan proporsi hutang sehingga menaikkan proporsi ekuitasnya
menjadi 47,70% hutang jangka panjang,, 1,44% saham preferen, dan 50,86%
saham biasa.
Struktur Modal PT XL Axiata Tbk
PT XL Axiata hanya menggunakan dua sumber dana dalam aktivitas
perusahaannya. Sumber dana tersebut adalah hutang jangka panjang dan saham
biasa yang diterbitkan perusahaan. Menurut Johnson (1998) pada jurnalnya yang
berjudul “The effect of bank debt on optimal capital structure” menunjukkan
bahwa pilihan penggunaan sumber hutang merupakan elemen penting dari
keputusan struktur modal. Namun penggunaan hutang jangka panjang oleh PT XL
Axiata Tbk pada tahun 2008 sangat tinggi, yaitu sebesar 80,19% dan proporsi
saham biasa hanya 18,81%. Hal ini menyebabkan perusahaan mengalami
kerugian yang diakibatkan penggunaan dana tersebut kurang optimal. Namun
pada tahun berikutnya proporsi hutang jangka panjang mengalami penurunan
karena perusahaan menerbitkan saham baru untuk menambah ekuitasnya,
sehingga proporsi hutang jangka panjang menjadi 55,52% dan saham biasa
sebesar 44,48%. Pada tahun 2010 struktur modal PT XL Axiata Tbk kembali
mengalami perubahan menjadi 43,99% untuk hutang jangka panjang, dan 56,01%
untuk saham biasa. Sedangkan di tahun 2011 hutang jangka panjang memiliki
proporsi 33,53% dan sisanya bersumber dari saham biasa. Hingga tahun tersebut,
perusahaan berhasil menekan komposisi hutang dalam sumber pendanaannya dan

12

menggantinya dengan menerbitkan saham baru untuk menambah ekuitas
perusahaan. Tetapi pada tahun 2012, PT XL Axiata Tbk melakukan pinjaman
kepada bank sehingga mengalami sedikit peningkatan pada proporsi hutang
jangka panjangnya menjadi 37,48% dan menurunkan proporsi saham biasa
menjadi 62,52%.

Analisis Biaya Modal
Menurut Margaretha (2005) cost of capital merupakan biaya yang
dikeluarkan karena perusahaan menggunakan sumber dana yang tergabung dalam
struktur modal (capital structure). Struktur modal yang berkaitan dengan struktur
pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang, saham
biasa, saham preferen dan laba ditahan. Dalam perhitungan COC, utang jangka
pendek tidak diperhitungkan karena sumber pembiayaan spontan, dan untuk
membiayai modal kerja bukan untuk investasi jangka panjang. Sumber dana yang
digunakan untuk investasi jangka panjang terdiri atas utang jangka panjang dan
modal sendiri yang berupa saham preferen, saham biasa dan laba ditahan.
Perhitungan Biaya Hutang Jangka Panjang
Menurut Mardiyanto (2009), biaya modal utang jangka panjang terdiri atas
utang bank dan utang obligasi. Adapun menghitung biaya modal utang jangka
panjang dengan menggunakan rumus (2). Hasil perhitungan biaya hutang jangka
panjang dari ketiga perusahaan telekomunikasi adalah sebagai berikut :
Tabel 2 Biaya hutang jangka panjang perusahaan telekomunikasi
Perusahaan

PT
Telekomunikasi
Indonesia Tbk

PT XL Axiata
Tbk

PT Indosat Tbk

Tarif
Pajak
(%)

Beban Bunga
(dalam
milyar Rp)

Hutang Jangka
Panjang
(dalam milyar Rp)

Kd
(%)

2008

23

2009

23

1.582

7.495

21,10

16,25

2.000

11.156

17,93

13,81

2010

20

1.928

13.506

14,28

11,42

2011

20

1.637

10.632

15,40

12,32

2012

20

2.055

10.012

20,53

16,42

2008

0

1.123

17.443

6,43

6,43

2009

23

1.274

10.988

11,59

8,93

2010

20

843

9.202

9,16

7,33

2011

20

755

6.906

10,93

8,74

2012

20

782

9.213

8,49

6,79

2008

23

1.858

19.532

9,51

7,33

2009

23

1.828

19.001

9,62

7,41

2010

20

2.272

19.781

11,48

9,19%

2011

20

1.790

18.564

9,64

7,71

2012

20

2.077

17.690

11,74

9,39

Tahun

Kd(1-T)
(%)

13

Biaya Hutang Jangka Panjang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Dari hasil perhitungan biaya hutang jangka panjang ,dapat dilihat bahwa
biaya hutang jangka panjang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menurun dari
tahun 2008 sampai 2010, namun meningkat kembali di tahun 2011 dan 2012.
Pada tahun 2008 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki biaya modal hutang
jangka panjang setelah pajak sebesar 16,25%. Pada tahun 2009 dan 2010 biaya
hutang jangka panjang setelah pajak PT Telekomunikasi Indonesia Tbk terus
mengalami penurunan persentase menjadi 13,81% dan 11,42%. Hal ini
dikarenakan penggunaan hutang jangka panjang perusahaan yang meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2011 dan 2012 biaya hutang
jangka panjang setelah pajak PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami
kenaikkan kembali menjadi 12,32% dan 16,42% yang disebabkan penggunaan
hutang jangka panjang yang menurun disertai beban bunga yang naik turun. Biaya
hutang jangka panjang ini juga dipengaruhi penurunan pajak yang dikenakan
pemerintah.
Biaya Hutang Jangka Panjang PT XL Axiata Tbk
Pada tahun 2008 PT XL Axiata Tbk mengalami kerugian hingga mencapai
Rp.75.209.000.000, sehingga perusahaan tidak dikenakan pajak. Ini menyebabkan
Kd sebelum pajak sama dengan Kd setelah pajak, yaitu 6,43%. Namun ditahun
berikutnya PT XL Axiata Tbk kembali bangkit dan menghasilkan laba
pnenghasilan yang cukup besar, sehingga dikenakan pajak dan memiliki biaya
hutang jangka panjang setelah pajak sebesar 8,93%. Pada tahun 2010, biaya
hutang jangka panjang PT XL Axiata Tbk mengalami penurunan persentase
menjadi 7,33% yang disebabkan oleh penggunaan hutang jangka panjang serta
penurunan pajak yang diatur dalam undang-undang. Tahun 2011 biaya hutang
jangka panjang mengalami kenaikan kembali menjadi 8,74%, hal ini dikarenakan
PT XL Axiata Tbk mengurangi sumber dana yang berasal dari hutang jangka
panjang. Dan pada tahun 2012 PT XL Axiata Tbk menambah hutang jangka
panjangnya sehingga biaya hutang jangka panjang setelah pajaknya menjadi
6,79%.
Biaya Hutang Jangka Panjang PT Indosat Tbk
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa PT Indosat Tbk memiliki biaya
hutang jangka panjang yang fluktuatif. Dari grafik dan tabel tersebut dapat dilihat
pada tahun 2008, perusahaan memiliki biaya hutang jangka panjang setelah pajak
sebesar 7,33%. Lalu pada tahun berikutnya biaya hutang tersebut meningkat
menjadi 7,41%. Hal tersebut dikarenakan perusahaan mengurangi jumlah hutang,
sehingga menaikkan tingkat bunga, atau biaya modal sebelum pajak. Namun pada
tahun 2010, perusahaan kembali menambah modal dengan menambah hutang dan
perusahaan juga harus membayar beban bunga yang lebih tinggi dari tahun
sebelumnya. Sehingga biaya hutang jangka panjang setelah pajak menjadi 9,19%.
Angka tersebut lebih tinggi dari biaya hutang jangka panjang tahun sebelumnya
karena dipengaruhi juga oleh penurunan pajak yang dikenakan oleh pemerintah.
Sedangkan pada tahun 2011, perusahaan mengurangi hutang jangka panjangnya
sebanyak Rp. 1.216.776.000.000 dari tahun lalu namun dengan beban bunga yang
lebih rendah pula. Sehingga biaya hutang perusahaan turun menjadi 7,71%. Dan
pada tahun 2012, perusahaan kembali menurunkan hutangnya namun dengan

14

beban yang tinggi, sehingga biaya hutang jangka panjang setelah pajak PT Indosat
Tbk naik menjadi 9,39%.

Perhitungan Biaya Saham Biasa
Untuk menghitung biaya saham biasa, pertama dilakukan dengan
menggunakan rumus (10) untuk menghitung tingkat pertumbuhan terlebih dahulu
lalu rumus (11) untuk biaya saham biasa. Hasil perhitungan biaya saham biasa
dari ketiga perusahaan telekomunikasi dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3 Biaya saham biasa perusahaan telekomunikasi
Perusahaan

PT
Telekomunikasi
Indonesia Tbk

PT XL Axiata
Tbk

PT Indosat Tbk

Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012

DPS
Pertumbuhan
(Rp)
(%)
407,42
7,50
323,59
12,74
275,45
13,78
308,56
10,36
369,082
11,18
0
-0,35
0
19,42
107
16,91
129,88
12,58
135,13
10,49
172,85
5,40
137,86
4,17
59,55
2,03
76,83
2,54
34,52
1,29

Harga Saham
(Rp)
6.900
9.450
7.950
7.050
9.050
950
1.930
5.400
4.525
5.500
5.750
4.725
5.400
5.650
6.450

Ke (%)
13,40
16,16
17,24
14,73
15,26
-0,35
19,42
18,89
15,45
12.94
8,40
7,09
3,13
3,90
1,83

Biaya Saham Biasa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa biaya modal saham biasa dari
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami fluktuatitf. Pada tahun 2008 biaya
saham biasa Telkom sebesar 13,40% dengan tingkat pertumbuhan rendah yaitu
7,50%. Lalu biaya saham biasa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk meningkat di
tahun berikutnya menjadi 16,16% karena harga saham Telkom meningkat cukup
drastis menjadi Rp. 9.450,00 per lembar saham dan tingkat pertumbuhan yang
naik sebanyak 5,24% menjadi 12,74%. Tingkat pertumbuhan perusahaan terus
meningkat yang diikuti pertambahan biaya saham biasa hingga 17,24% ditahun
2010. Pada tahun 2011 biaya modal saham biasa Telkom turun menjadi 14,73%
karena kenaikkan pembagian dividen per lembar saham dan penurunan tingkat
pertumbuhan perusahaan. Namun pada tahun 2012, biaya modal saham biasa
Telkom kembali meningkat menjadi 15,26% yang disebabkan kenaikan harga
saham dan dividen.

15

Biaya Saham Biasa PT XL Axiata Tbk
Variabel yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan (g) adalah Dividen per
saham, ROE, dan laba per saham. Pada tahun 2008, XL mengalami kerugian,
sehingga menyebabkan ROE PT XL Axiata Tbk mencapai angka -0,35% dan juga
mengakibatkan perusahaan tidak membagikan dividen. Karena jumlah dividen per
lembar saham sama dengan nol, maka tingkat pertumbuhan dan biaya modal
saham biasa di tahun tersebut sama dengan nilai ROE nya, yaitu -0,35%.
Meskipun demikian pada tahun 2009 PT XL Axiata Tbk bangkit dari
keterpurukannya, dan berhasil menaikkan ekuitasnya dan mengelolanya dengan
baik sehingga perusahaan memperoleh laba bersih sebanyak Rp.
1.709.468.000.000 dan mempunyai ROE sebesar 19,42%. Namun pada tahun ini,
perusahaan tidak membagikan dividen karena perusahaan menahan laba untuk
dimasukkan ke dalam saldo laba sebagai tambahan modal untuk mengembangkan
perusahaan, sehingga baik tingkat pertumbuhan dividen maupun biaya saham
biasa memiliki nilai yang sama dengan ROE nya yaitu 19,42%. Pada tahun 2010,
Laba bersih PT XL Axiata Tbk kembali meningkat sehingga ROE perusahaan
naik menjadi 24,68%. Pada tahun ini juga perusahaan membagikan dividen
sebesar Rp.107,00 per lembar saham dan tingkat pertumbuhan menjadi 16,91%.
Dengan demikian biaya saham biasa perusahaan di tahun tersebut mengalami
perubahan menjadi 18,89% yang disebabkan juga oleh kenaikkan harga per
lembar saham menjadi Rp. 5.400,00. Di tahun berikutnya, perusahaan mengalami
penurunan laba bersih sebesar Rp. 61.160.000.000, sehingga ROE perusahaan
pun turun menjadi 20,67%. Di tahun ini perusahaan membagikan dividen kepada
para pemegang saham sebesar Rp. 129,88 per lembar saham. Namun harga per
lembar saham menurun menjadi Rp. 4.525,00 sehingga menyebabkan biaya modal
saham biasa perusahaan turun menjadi 15,45%. Sementara itu, pada tahun 2012,
tingkat pertumbuhan perusahaan kembali menurun menjadi 10,49% yang
disebabkan oleh penurunan laba per saham dan penurunan laba bersih perusahaan.
Biaya saham biasa perusahaan juga kembali turun di tahun 2012 menjadi 12,94%
Biaya Saham Biasa PT Indosat Tbk
Pada perhitungan biaya saham biasa terlihat bahwa PT Indosat Tbk
memiliki biaya saham biasa yang relatif menurun. Ini mengindikasikan bahwa
tingkat pengembalian perusahaan kepada pemegang saham cukup rendah selama
lima tahun terakhir. Pada tahun 2008, perusahaan memiliki biaya saham biasa
sebesar 8,40% dengan harga saham Rp. 5.750 per lembar saham. Tahun 2009,
biaya saham biasa perusahaan turun menjadi 7,09% yang disebabkan penurunan
tingkat pertumbuhan, pembagian dividen serta harga saham yang turun sebanyak
Rp. 1.025,00 per lembar. Di tahun berikutnya biaya saham biasa perusahaan
kembali turun menjadi 3,13% yang disebabkan kenaikan harga saham namun
menghasilkan laba yang menurun sehingga laba per saham dan dividen per saham
juga menurun. Lalu pada tahun 2011, tingkat pertumbuhan perusahaan meningkat
dan diikuti kenaikkan biaya saham biasa sebanyak 0,77%. Ini disebabkan laba
perusahaan yang meningkat sehingga dividen yang dibagikan pun naik. Tetapi
pada 2012, biaya saham biasa kembali turun menjadi 1,83% karena laba bersih
yang diperoleh perusahaan merosot jauh dari tahun sebelumnya.

16

Perhitungan Biaya Saham Preferen
Menurut Brigham dan Houston (2006), pada rumus (4) biaya saham
preferen dapat dihitung dengan membagi dividen saham preferen dengan harga
dari penjualan saham preferen saat ini. Karena keterbatasan informasi dari data
sekunder perusahaan, maka diasumsikan data yang digunakan adalah seluruh
dividen saham preferen sebagai Dp dan ekuitas yang berasal dari saham preferen
sebagai Pp. Salah satu karakteristik Saham preferen adalah memiliki dividen tetap
setiap tahun. Untuk itu, setelah diperoleh biaya modal saham preferen pada
masing-masing tahun maka dicari rata-rata biaya saham preferen yang akan
digunakan pada perhitungan WACC. Hasil perhitungan biaya saham preferen
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4 Biaya saham preferen perusahaan telekomunikasi
Perusahaan

PT
Telekomunik
asi Indonesia
Tbk

PT Indosat
Tbk

2008
2009
2010
2011
2012
2008

4.053.643
4.644.072
4.333.313
4.505.000
5.512.000
26.763

Ekuitas Saham
Preferen
(dalam jutaRp)
9.683.780
10.933.347
11.996.041
13.471.000
15.437.000
288.938

2009
2010
2011
2012

56.483
76.845
97.528
112.310

330.593
385.840
453.542
534.015

Tahun

Jumlah Dividen
(dalam juta Rp)

Kp
(%)

Kp’
(%)

41,86
42,48
36,12
33,44
35,71
9,26

38,48
38,48
38,48
38,48
38,48
17,76

17,09
19,92
21,50
21,03

17,76
17,76
17,76
17,76

Biaya Saham Preferen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT Telekomunikasi Tbk memiliki biaya saham preferen rata-rata sebesar
38,48%. Hal ini dikarenakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan hampir 50%
dari ekuitas yang diperoleh dari saham preferen. Pada tahun 2008, perusahaan
berhasil memperoleh ekuitas dari saham preferen sebanyak Rp. 9.683.780.000.000
dan pada tahun tersebut perusahaan membagikan dividen sebesar Rp.
4.053.643.000.000 sehingga menghasilkan biaya saham sebesar 41,86%. Namun
pada tahun 2009, perusahaan mengalami kenaikkan pendapatan sehingga jumlah
dividen yang dibagikan kepada pemegang saham preferen meningkat menjadi Rp.
4.644.072.000.000 dan biaya saham preferen pun meningkat menjadi 42,48%. Lalu
pada tahun 2010, jumlah ekuitas yang berasal dari saham preferen meningkat dari
tahun sebelumnya, namun pembagian dividen dari saham preferen menurun
menjadi Rp. 4.333.313.000.000 yang dikarenakan laba perusahaan yang menurun
dan sebagian laba dimasukkan ke dalam akun saldo laba. Sehingga di tahun
tersebut perusahaan memiliki biaya saham preferen sebesar 36,12%. Dan di tahun
2011 dan 2011 jumlah biaya saham preferen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
masing-masing menjadi 33,44% dan 35,71%.

17

Biaya Saham Preferen PT Indosat Tbk Tahun 2008-2012
PT Indosat Tbk memiliki biaya saham preferen rata-rata sebesar 17,76%.
Hal ini diakibatkan jumlah dividen yang dibagikan perusahaan dari tahun 2008
hingga tahun 2012 berkisar antara 9% - 22%. Biaya modal saham preferen PT
Indosat Tbk lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya saham preferen PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk Hal ini disebabkan ekuitas saham preferen
perusahaan ini lebih kecil dibandingkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. begitu
pula dengan dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Pada tahun 2008,
perusahaan memiliki ekuitas dari saham preferen sebanyak Rp. 288.938.000.000
dengan jumlah dividen sebesar Rp. 26.763.000.000 dengan biaya modal 9,26%.
Jumlah ekuitas dari saham preferen pun terus meningkat hingga tahun 2012. Pada
tahun berikutnya, perusahaan memiliki biaya modal saham preferen sebanyak
17,09%, meningkat 7,83% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan penjualan
saham preferen yang meningkat dari tahun 2008. Sementara itu, pada tahun 2010,
biaya modal saham preferen perusahaan kembali meningkat menjadi 19,92%.
Tahun 2011 menjadi 21,50% dan di tahun 2012 turun menjadi 21,03%.

Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)
Terkadang perusahaan seringkali tidak hanya menggunakan satu sumber
dana melainkan dari berbagai sumber dana. Proporsi sasaran atas hutang, saham
preferen, dan saham biasa, beserta biaya dari komponen-komponen tersebut
digunakan untuk menghitung WACC (Brigham & Houston, 2006). Berikut ini
hasil perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk, PT XL Axiata Tbk, dan PT Indosat Tbk selama lima periode tahun 20082012.
Tabel 5 Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan telekomunikasi
Perusahaan
PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk
PT XL Axiata Tbk
PT Indosat Tbk

2008

WACC (%)
2009
2010
2011

2012

18,53
5,09
7,47

19,73
13,60
7,35

20,07
10,64
5,66

19,76
13,81
6,43

18,84
13,20
5,96

WACC PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki biaya modal rata-rata
tertimbang yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai-nilai tersebut
menunjukan tingkat pengembalian yang harus dikeluarkan Telkom cukup besar
jika dibandingkan perusahaan lain di industri yang sama. Jumlah ini didominasi
oleh biaya modal saham biasa. Walaupun kedua komponen lainnya, yaitu biaya
hutang dan biaya saham preferen juga memiliki biaya modal yang memang cukup
tinggi bila dibandingkan PT XL Axiata Tbk dan PT Indosat Tbk Pada tahun 2008,
perusahaan memutuskan untuk menggunakan dana yang berasal dari 14,56%
hutang jangka panjang, 18,81% saham preferen dan sisanya sebesar 66,64%
berasal dari saham biasa dengan biaya modal masing-masing sebesar 16,25%

18

untuk hutang jangka panjang, 38,48% untuk saham preferen dan 13,40% untuk
saham biasa. Di tahun berikutnya, perusahaan mengubah struktur modalnya
dengan menambah ketiga komponensumber dana tersebut sehingga merubah
jumlah komposisi maupun biaya modalnya. Secara keseluruhan perubahan ini
telah mengubah nilai WACC perusahaan menjadi 19,73%. Lalu pada tahun 2010,
perusahaan juga kembali menambah sumber pendanaannya sehingga
menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang sedikit meningkat menjadi
19,76%. Namun pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2011, perusahaan mengurangi
hutang jangka panjangnya yang menyebabkan biaya modal hutang naik dari tahun
sebelumnya, dan menambah ekuitas dari saham preferen sehingga menyebabkan
biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan turun sebesar 0,92%. Dan pada tahun
2012, nilai WACC perusahaan kembali meningkat menjadi 20,07%. Angka
tersebut merupakan nilai WACC tertinggi selama lima tahun terakhir. Kenaikkan
ini disebabkan oleh pengurangan penggunaan sumber modal hutang jangka
panjang yang mengakibatkan biaya modalnya naik hingga 16,42% dan juga
disebabkan faktor lainnya.
WACC PT XL Axiata Tbk
Biaya modal rata-rata tertimbang PT XL Axiata Tbk lebih rendah jika
dibandingkan perusahaan sebelumnya yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
pada tabel di atas dapat dilihat nilai WACC perusahaan mengalami fluktuatif dari
tahun ke tahun. Pada 2008, nilai WACC perusahaan cukup rendah, yakni 5,09%.
Ini dikarenakan pada tahun tersebut perusahaan mengalami kerugian dan berimbas
pada biaya modal keseluruhan. Misalnya saja pada biaya hutang jangka panjang.
Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang, perusahaan tidak akan
terkena pajak penghasilan (0%) jika suatu perusahaan mengalami kerugian. Jadi
biaya modal hutang jangka panjang pada tahun tersebut, perusahaan tidak
menambahkan akun pajak pada laporan laba rugi. Walapun pada tahun
sebelumnya perusahaan mengalami kerugian, di tahun berikutnya yaitu 2009
perusahaan kembali bangkit dan menambah ekuitasnya yang berasal dari saham
biasa. Sehingga perusahaan memiliki biaya modal rata-rata tertimbang yang
meningkat menjadi 13,60%. Begitu pula di tahun 2010, perusahaan menambah
ekuitas saham biasanya sehingga biaya modal saham biasa menurun menjadi
18,89% dengan proporsi yang lebih besar sehingga tentu mempengaruhi nilai
WACC menjadi 13,81%. Namun pada tahun 2011, perusahaan mengurangi
jumlah hutang jangka panjangnya sehingga menaikkan biaya modal hutang.
Namun biaya saham biasa turun sebanyak 3,44%. Nilai WACC pada tahun
tersebut pun turun menjadi 13,20%. Nilai WACC kembali turun pada tahun 2012
menjadi 10,64% yang sebabkan perubahan biaya modal beserta proporsi biaya
saham biasa yang meningkat.
WACC PT Indosat Tbk
Biaya modal rata-rata tertimbang PT Indosat Tbk adalah rendah jika
dibandingkan kedua perusahaan sebelumnya yaitu PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk dan PT XL Axiata Tbk hal ini terlihat dari nilai WACC Indosat yang tidak
melebih 10% di setiap tahun dan cenderung turun dari tahun ke tahun. Pada 2008,
perusahaan memiliki biaya modal rata-rata tertimbang sebesar 7,47%.nilai
tersebut banyak didistribusikan dari biaya modal hutang jangka panjang,

19

meskipun biaya modal hutang rendah tetapi memiliki proporsi yang lebih besar
dari ekuitasnya. Lalu pada tahun berikutnya biaya modal rata-rata tertimbang
perusahaan turun sebanyak 0,12% dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan
perusahaan menambah ekuitas saham biasanya sehingga biaya modal saham biasa
turun menjadi 3,41%. Karena proporsi saham biasa meningkat dari tahun
sebelumnya, maka perubahan biaya modal saham biasa tersebut cukup
mempengaruhi nilai WACC pada tahun terrsebut. Pada tahun 2010, biaya modal
rata-rata tertimbang perusahaan kembali turun menjadi 6,43% kar

Dokumen yang terkait

Penentuan Struktur Modal yang Optimum Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

0 2 37

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL(Studi Empiris Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal(Studi Empiris Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012).

0 0 14

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal(Studi Empiris Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012).

0 3 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL (Studi Empiris Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal(Studi Empiris Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012).

0 2 13

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2008-2012.

0 3 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 1 33

PENGARUH PROFITABILITAS, TANGIBILITY, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL : Studi pada Perusahaan Subsektor Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI.

1 4 56

Pengaruh Struktur Modal Dan Growth Terhadap Nilai Pasar Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 1 53

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 21

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 21