5 Kadar aspal
Stabilitas kg
Flow
mm
VF WA VIM
MQ
3.5 247,28
5,65 31,47
12,64 43,77
4 294,93
6,20 39,90
10,23 47,55
4.5 284,16
6,70 51,89
8,24 42,39
5 250,37
6,95 56,05
7,30 35,96
5.5 196,29
8,15 64,61
6,11 24,10
6 145,16
8,95 66,61
6,13 16,21
spesifikasi -
- -
- -
Sumber: Hasil penelitian
Berdasarkan peraturan Bina Marga 2010 revisi 3 divisi 6.5 tentang spesifikasi campuran dingin, bahwa tidak tercantum spesifikasi untuk karakteristik
Ma rshall
, sehingga pada penelitian ini nilai kadar aspal residu optimum KARO yang akan
digunakan menggunakan kadar residu aspal yang memiliki nilai stabilitas terbesar. Pada penelitian ini untuk
fresh
agregat menggunakan kadar aspal residu 4,5 dan
RAP
menggunakan kadar aspal residu 4,0 yang sesuai dengan nilai stabilitas terbesar.
4.3 Analisis Pergerakan Agregat
Pada proses pengamatan pergerakan agregat yaitu benda uji dipadatkan dengan menggunakan
Marshall Hammer
kemudian dipotong secara vertikal dan horizontal lalu tiap variasi potongan dibuat 2 benda uji agar pengamatan lebih akurat. Hal tersebut
bertujuan untuk mempermudah pengamatan pergerakan agregat. Penempatan perletakan batu agent berada pada koordinat 0,0 agar mempermudah saat pembacaan perpindahan
batu.
4.3.1 Potongan Horizontal
F resh Aggregate
Hasil pengamatan pergerakan agregat
fresh aggregate
pada benda uji A dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6. Hasil pergerakan agregat
fresh aggregate
pada benda uji A
No. Jumlah
Koordinat Awal Koordinat Akhir
Tumbukkan Atas
Tengah Bawah
Atas Tengah
Bawah
1 2x25
0;0 0;0
0;0 0,5;0
0;0 0;0
2 2x50
0;0 0;0
0;0 0,8;0
0;-0,5 0,5;0
3 2x75
0;0 0;0
0;0 0;-1
1,3;0 -1;-1
Sumber: Hasil penelitian
Hasil pengamatan pergerakan agregat
fresh aggregate
dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut ini:
6 Tabel 4.7. Hasil pergerakan agregat
fresh aggregate
benda uji B
No. Jumlah
Koordinat Awal Koordinat Akhir
Tumbukkan Atas
Tengah Bawah
Atas Tengah
Bawah
1 2x25
0;0 0;0
0;0 0,3;0
0;0 0;0,3
2 2x50
0;0 0;0
0;0 0;0,5
0,8;0,5 0;0,8
3 2x75
0;0 0;0
0;0 -1,2;0,5
0,5;1 0,5;0
Sumber: Hasil penelitian
a.
Lapisan Atas Potongan Horizontal
Berikut ini merupakan simulasi visual pergerakan agregat pada
fresh aggregate
variasi tumbukan 2x25, 2x50, dan 2x75 pada tiap tiap lapisan atas sampel A dan B pada Gambar 4.1 berikut ini:
Sampel A Sampel B
Gambar 4.1. Grafik simulasi potongan horizontal bagian atas benda uji
fresh
kiri A dan kanan B.
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah tumbukkan mempengaruhi pergerakan agregat. Arah pada pergerakan agregat ini tidak terlalu
berpengaruh dalam penelitian ini, yang berpengaruh adalah sejauh mana agregat dapat bergerak. Semakin jauh pergeseran agregat maka semakin baik pula agregat
dalam mengisi rongga kosong yang membuat campuran semakin padat. b.
Lapisan Tengah Potongan Horizontal Berikut ini merupakan simulasi visual pergerakan agregat pada
fresh aggregate
variasi tumbukan 2x25, 2x50, dan 2x75 pada lapisan tengah sampel A dan B pada Gambar 4.2 berikut ini:
7 Sampel A Sampel B
Gambar 4.2. Grafik simulasi potongan horizontal bagian tengah benda uji
fresh
kiri A dan kanan B
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas bahwa pada lapisan tengah pergerakan agregat dikarenakan akibat desakan pada agregat saat penumbukan bagian atas dan bawah
oleh alat pemadat
hammer.
Pada alat pemadat
hammer
walapun memiliki ruang lingkup pemadatan yang cenderung kecil, namun alat pemadat tersebut mampu
memberikan beban secara merata pada sampel. c.
Lapisan Bawah Potongan Horizontal Berikut ini merupakan simulasi visual pergerakan agregat pada
fresh aggregate
variasi tumbukan 2x25, 2x50, dan 2x75 pada lapisan bawah sampel A dan B pada Gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3. Grafik simulasi potongan horizontal bagian bawah benda uji
fresh
kiri A dan kanan B
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa sedikitnya pergerakan yang terjadi dikarenakan terkekangnya batu sintesis pada plat bawah dan faktor
jumlah tumbukan yang akan berpengaruh pada pergerakan batu agent nya.
8
4.3.2 Potongan Horizontal