2
seperti diistilahkan dalam dunia kemilitieran yang berbunyi not the gun, the man behind the gun, yaitu bukan senjata yang penting melainkan manusia yang mengunakan senjata
itu. Senjata yang modern tidak mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercaya mengunakan senjata itu tidak melaksanakan kewajibanya dengan benar.
1
Seiring dengan perkembangan zaman, Pegawai Negeri Sipil banyak yang tidak melaksanakan tugas pemerintahan dalam melaksanakan pembangunaan. Di masyarat
beredar opini bahwa PNS yang tidak kompeten memiliki kecendrungan untuk menyalahgunakan kewenangan. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa PNS yang
melakukan penyalahgunaan kewenagan, sebagaimana diungkap dalam cuplikan artikel berikut :
Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch ICW Ade Irawan mengatakan, tren belakangan ini menunjukkan posisi pegawai negeri sipil di
daerah banyak diisi oleh mereka yang mempunyai kedekatan khusus dengan kepala daerah setempat. Hal ini disampaikannya menyusul dibukanya proses
rekrutmen calon pegawai negeri sipil CPNS pada bulan ini. Pertama, posisi PNS banyak ditempati saudara dan kerabat para kepala
daerah. Kedua, mereka yang bukan kerabat, tapi mendukung keberhasilan kepala daerah itu baik pada saat kampanye maupun saat dia menjabat, kata Ade di
kantor Ombudsman Jakarta, Selasa 1092013. Setelah diisi dengan orang-orang terdekat kepala daerah, menurut Ade,
barulah sisanya diperebutkan masyarakat banyak melalui tes CPNS. Oleh karena itu, fungsi birokrasi tidak berjalan sesuai harapan.
2
Serta permasalahan yang juga timbul seperti kutipan artikel berikut : Sumber daya manusia nya yang bekerja sebagi pelayan masyarakat.Tidak
kompeten, jumlahnya kebanyakan dan tidak terdistribusi dengan baik alias birokrasinya salah kelola. Sehingga akan menjadi salah satu permasalahan
negara. Contoh disatu titik ada kekurangan pegawai namun di titik yang lain
1
Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Jakarta,: SINAR GRAFIKA : H. 31
2
ICW: Posisi Pns Banyak Diisi Kerabat Kepala Daerah , artikel, ditulis tanggal 10 September
2013. http:nasional.kompas.com, download tanggal 22 Oktober 2014
3
kelebihan jumlah pegawai, belum lagi kompetensinya tidak sesuai dengan pos- pos jabatan yang diisi.
3
Adanya permasalahan seperti yang diungkap diatas, perlu dibangun Pegawai negeri sipil yang memiliki integritas, professional, netral dan bebas dari intervensi politik,
professional, netral dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelengarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran
sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Untuk mewujudkan pegawai negeri sipil sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu ditetapkan pegawai negeri sipil sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola
dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggung jawabkan kinerjanya. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan sebagai mana disebutkan
diatas, bahwa penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil sebagai bagian dari pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 10 tahun 1979 tentang Penilaian pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan hukum dalam
pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Perubahan sistem penilaian menjadi dasar utama dalam perbaikan kinerja PNS
yang lebih produktif. Maka pemerintah telah menganti DP3 dengan mengunakan SKP dengan didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil, dengan harapan untuk mewujudkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititik
beratkan pada sistem prestasi kerja, perlu dilakukan penilaian prestasi kerja.
3
Jokowidodo : PNS Kebanyakan dan Tidak Berkompeten, Salah Satu Masalah di Ibukota,
artikel, ditulis tanggal 29 November 2012. http:www.antaranews.com, download tanggal
09 November 2014.
4
Upaya yang dilakukan pemerintah ini bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang dilakukan. Untuk menghindari penilaian yang tidak objektifitas dan
untuk memperbaiki kinerja PNS, maka dibutuhkan aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pola penilaian kinerja PNS. Telah tertuang didalam pasal 4 Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil, Penilaian prestasi kerja PNS terdiri atas unsur:
a. SKP; dan b. Perilaku kerja.
Dalam peraturan tersebut juga dijalaskan mengenai sasaran kerja pegawai, perilaku kerja dan tata cara penilaian dengan mengabungkan penilaian SKP dengan
penilaian perilaku kerja. Dalam Sasaran Kerja Pegawai, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai
Negeri Sipil pasal 5 adalah sebagai berikut : 1. Setiap PNS wajib menyusun SKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a
berdasarkan rencana kerja tahunan instansi. 2. SKP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat kegiatan tugas jabatan dan
target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur.
3. SKP yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai.
4. Dalam hal SKP yang disusun oleh PNS tidak disetujui oleh pejabat penilai maka keputusannya diserahkan kepada atasan pejabat penilai dan bersifat final.
5. SKP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari.
6. Dalam hal terjadi perpindahan pegawai setelah bulan Januari maka yang bersangkutan tetap menyusun SKP pada awal bulan sesuai dengan surat perintah
melaksanakan tugas atau surat perintah menduduki jabatan. Sasaran kerja pegawai sebagaimana disebutkan diatas, maka setiap PNS wajib
menyusun SKP berdasarkan rencana kerja tahunan instansi, apabila PNS tidak menyusun SKP maka bisa dijatuhi hukuman disiplin, serta bagi PNS yang penilain kinerjanya tidak
mencapai target kinerja maka akan dikenakan sanksi administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini akan mendorong
5
para PNS untuk lebih optimal dalam kinerjanya, dimana ia harus dapat lebih efektif dan efisien. Bagi masyarakat, hal ini merupakan sesuatu yang positif dimana masyarakat dapat
merasakan pelayanan publik yang lebih professional dan tidak terpaku pada paradigma bahwa PNS tidak produktif dan penilaian kinerja PNS yang kurang baik.
Hal inilah merupakan sesuatu yang menarik bagi penulis, karena dengan adanya penilaian kinerja PNS yang dahulu mengunakan DP3-PNS yang telah diganti mengunakan
Sasaran Kerja Pegawai SKP yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier serta diharapkan memberikan pengaruh besar bagi
kinerja PNS dalam upaya menyelengarakan pelayanan publik bagi masyarakat. Berdasarkan latar belakang diatas inilah maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai penilaian kinerja PNS dalam penelitian dengan judul :
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil Studi Di Badan Kepegawaian Daerah
Kota Malang
6
B. Rumusan Masalah