1.3.2 Penelitian Oleh Radityo Dharmaputra
Menurut Radityo Dharmaputra, dalam penelitiannya yang berjudul ”Diskursus Identitas dalam Politik Luar Negeri: Persepsi Rusia dan Cina terhadap
Pengembangan Kerjasama Shanghai Cooperation Organization”
13
, Nilai-nilai kultural dan identitas yang berkembang dalam suatu negara ternyata mampu
mempengaruhi kebijakan luar negeri negara tersebut. Yang membedakan kebijakan luar negeri Rusia dan Cina adalah bagaimana kedua negara melihat dan
mempersepsikan identitas mereka tersebut. Secara historis, Rusia memiliki ketakutan sendiri akan ancaman invasi Cina. Sementara Cina hanya memandang
Rusia sebagai mitra dan rekan kerja dalam upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi dan kemajuan perkembangan Cina. Disinilah kemudian hipotesis yang
dikemukakan diawal tulisan terbukti benar bahwa nilai-nilai kultural dan diskursus identitas yang berkembang dalam masyarakat Rusia dan Cina melandasi
kebijakan-kebijakan luar negeri kedua negara. Rusia di satu sisi melandaskan kebijakannya pada nilai-nilai tersebut. Dalam pandangan Hudson, ini dinamakan
penggunaan kultur sebagai organization of meaning dan value preferences. Nilai- nilai yang berkembang di masyarakat Rusia berperan besar membentuk persepsi
negaranya. Sementara di Cina, walaupun nilai-nilai Konfusian yang berkembang di masyarakat juga membentuk identitas negaranya, namun ada variabel sistem
politik otoritarian yang kemudian membuat pemerintah Cina dibawah Hu Jintao juga menekankan penggunaan nilai-nilai konfusian untuk mencitrakan image
positif bagi negaranya. Ini seperti yang dikatakan Hudson, adalah bentuk
13
Radityo Dharmaputra,”Diskursus Identitas dalam Politik Luar Negeri: Persepsi Rusia dan Cina terhadap Pengembangan Kerjasama Shanghai Cooperation Organization”.pdf diakses pada
tanggal 1 november 2012
penggunaan kultur sebagai strategi negara. Di sinilah kemudian yang benar-benar membedakan kebijakan luar negeri Rusia dan Cina, selain tentunya perbedaan
persepsi dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Oleh karenanya, pemikiran-pemikiran mengenai relasi kultur dan identitas nasional dengan
kebijakan luar negeri lebih tepat bila dianalisis secara partikular dan tidak dengan tujuan melakukan generalisasi berlebihan.
Yang membandingkan antara penelitian Radityo Dharmaputra dengan penelitian penulis adalah hal yang berpengaruh pada kebijakan luar negeri suatu
negara. Kebijakan luar negeri Rusia dan Cina dipengaruhi oleh nilai-nilai kultural dan identitas yang berkembang dalam suatu negara. Rusia saat ini
mempersepsikan diri mereka sebagai negara yang demokratis namun tetap merupakan negara besar. Mereka bukan bagian dari kebudayaan Barat dan bukan
pula bagian integral dari kebudayaan Timur. Dengan begitu, Rusia akan selalu mengutamakan pada identitasnya sebagai “jembatan budaya” antara Barat dan
Timur. Disisi lain, Cina menganggap dirinya adalah korban dari tekanan dan penindasan Barat dan oleh karenanya mereka bertekad untuk tidak membiarkan
hal tersebut terulang kembali. Untuk itulah kemudian mereka bertindak pragmatis dengan mengutamakan kepentingan ekonominya agar tidak tertinggal dari negara-
negara lain. Sedangkan Kebijakan luar negeri Israel dan Singapura dipengaruhi secara
geografis dan ekonomi, karena Israel dan Singapura adalah negara kecil yang dikelilingi oleh negara-negara besar yang bisa kapan saja menyerang, serta
perekonomian yang merupakan aspek penting untuk membuat kesepakatan
bekerjasama dalam bidang militer. Posisi Singapura yang strategis benar-benar memberi beberapa keuntungan dari segi geografis,ekonomi dan institusional. Oleh
karenanya, kestabilan ekonomi juga bergantung pada keamanan maritim Singapura, kelancaran aliran perdagangan baik dari dan menuju pelabuhan.
Kerjasama Singapura – Israel ini menjadikan Singapura sebagai pasar bebas Israel dalam memasuki pasar Asia Tenggara dan pusat bagi inovasi dan pengembangan
Israel di berbagai bidang.
1.3.3 Penelitian Oleh Indah Kartika Sari